Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan Periodontal adalah jaringan yang mengelilingi dan


menyangga gigi tempat gigi-geligi tertanam di dalamnya. Secara anatomi
struktur jaringan periodonsium terdiri atas gingiva, ligamentum periodontal,
sementum, dan tulang alveolar. Secara fungsional jaringan periodonsium
terdiri atas 2 bagian, yaitu gingiva yang fungsi utamanya sebagai pelindung
jaringan dibawahnya; dan attachment aparatus yang meliputi ligamentum
periodontal, sementum, dan tulang alveolar yang berfungsi sebagai
penyangga. Sementum termasuk bagian dari jaringan periodonsium, karena
sementum bersama-sama dengan tulang alveolar merupakan tempat
tertanamnya serat-serat ligamentum periodontal yang berfungsi menyangga
gigi. Dalam rongga mulut kita juga terdapat Saliva. Saliva adalah cairan oral
yang disekresikan oleh tiga pasang kelenjar utama (parotid, submandibular
dan sublingual) dan beberapa kelenjar minor yang disalurkan melalui duktus-
duktus ke dalam mulut. Kelenjar saliva dipersarafi oleh saraf otonom yaitu
saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja beriringan. Faktor yang dapat
mempengaruhi laju kecepatan saliva yaitu, derajat hidrasi, posisi tubuh, efek
psikis, dan lain-lain

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Gambaran Anatomis dan Klinis Gingiva


Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada
prosesus alveolaris dan gigi. Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi,
selaput periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar,
khususnya dari bakteri-bakteri dalam mulut. Dalam istilah awam disebut gusi
(gum). Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang
nampak secara klinis.

Gambaran Anatomis Gingiva


Gingiva dibagi 3 jenis :

1. Marginal gingiva / unattached gingiva / free gingiva


2. Attached gingiva
3. Interdental gingiva

(Gambar 1.1.Bagian-bagian Gingiva)

1) Marginal Gingiva
Adalah bagian dari gingiva yang terletak paling koronal dari bagian gingiva,
tidak melekat pada gigi, mengelilingi gigi seperti kerah baju. Lalu pada bagian
marginal gingiva terdapat celah sempit berbentuk V yang terletak di bagian
paling koronal dari marginal gingiva yang disebut sulcus gingiva. (Gambar
1.1)

2
a) Sulcus gingiva
Sulcus gingiva adalah suatu celah dangkal atau ruangan sempit
berbentuk V yang mengelilingi gigi, berada diantara marginal gingiva
dan gigi. Sulcus ini berjalan dari tepi gingiva menuju bagian paling
koronal dari epitel junctional (Gambar 1.2).
Dalam keadaan normal, sulcus gingiva mempunyai kedalaman
sedalam 0 mm, keadaan ini hanya dapat dicapai jika gingiva benar-
benar bebas dari mikroorganisme atau memlalui suatu kontrol plak
yang ketat. Kedalaman rata rata sulcus gingiva adalah 1,8 mm, namun
penelitian lain menemukan bahwa kedalaman sulcus gingiva adalah
1,5 mm.
Kedalaman sulcus gingiva yang sehat dapat kita ketahui dengan
prob periodontal, namun hasil dari teknik ini menghasilkan hasil
dengan kedalaman lebih dalam daripada kedalaman histologisnya. Hal
ini disebabkan karena prob periodontal menembus lapisan epitel
sulcus gingiva yang halus, sehingga ukuran kedalamannya tidak selalu
tepat secara histologis. Kedalaman dengan probing untuk sulcus
gingiva yang sehat pada manusia adalah antara 2-3mm.

(Gambar 1.2.Sulkus Gingiva)

3
2) Attached Gingiva
Attached gingiva bersambungan dengan marginal gingiva dan keduanya
dipisahkan oleh free gingiva groove. Attach gingiva dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu :
1. Cemental gingiva merupakan gingiva yang melekat pada cementum
2. Alveolar gingiva yaitu gingiva yang melekat pada tulang alveolar

Permukaan attached gingiva terlihat bergelombang karena mengikuti bentuk


dari tulang alveolar yang berada di bawahnya. Pada attached gingiva terdapat
bintik-bintik sepertu kulit jeruk yang disebut stippling (stipling) (Gambar 1.3).
Stipling mudah terlihat jika permukaan attached gingiva dalam keadaan
kering. Stippling terjadi karena adanya tarik-menarik antara retepeg dengan
jaringan ikat.

Lebar attached gingiva bervariasi. Ukuran lebar attach gingiva paling lebar
terdapat pada daerah gigi incisivi, berkisar antara 3,5 – 4,5 mm pada rahang
atas dan 4,4 – 4,9 mm pada rahang bawah. Pada gigi posterior lebih sempit
dengan lebar 1,9 mm pada premolar rahang atas dan 1,8 mm pada premolar
rahang bawah.

(Gambar 1.3.Stippling)

4
3) Interdental Gingiva
Gingiva interdental adalah gingiva yang mengisi ruang embrasur yang terletak
pada ruang interproksimal di antara dua gigi yang berkontak. Pada aspek
buko-lingual, gingiva interdental mempunyai bentuk seperti trapesium dan
pada aspek mesio-bukal memiliki bentuk seperti segitiga, namun tergantung
dari kontur proksimal gigi yang menghasilkan ruang interproksimal, yaitu :
1. Jika kontur proksimal lurus, gingiva interdental menjadi sempit dan
pendek. (Gambar 1.4.a)
2. Jika kontur proksimal cembung dan daerah kontak menyempit, gingiva
interdental menjadi lebar dan tinggi. (Gambar 1.4.b)
3. Jika letak gigi saling menutupi, gingiva interdental menjadi tidak terlihat
atau tidak ada.(Gambar 1.4.c)

(Gambar 1.4.a.Lurus) (Gambar 1.4.b.Cembung) (Gambar 1.4.c.Saling


menutupi)

Jika kita melihat pada aspek buko-lingual, bagian koronal gingiva


interdental terdapat suatu cekungan yang tepat berada di apikal titik kontak
antara dua gigi yang berdekatan yang disebut dengan gingival col (Gambar
1.5). Gingiva col mempunyai 2 puncak, yaitu oral peak dan vestibular peak.
Makin besar ukuran gigi maka daerah cekungan makin besar pula.

5
(Gambar 1.5.Gingival Col)

Gambaran Klinis Gingiva

Gambaran klinis gingiva normal terdiri dari :

1. Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink)
yang diakibatkan adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin
epitelium serta sel sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang
dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada
gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki kulit gelap.
Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam.
Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa
alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.

2. Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler, dan
suplai darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang
sering dijumpai pada penyakit periodontal.

3. Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi
oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan
luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure (interdental)
gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian
interdental gingiva sehingga tampak lancip.

6
4. Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai
lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan
kenyal.
5. Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-
bintik ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila
permukaan gingiva dikeringkan.

B. Gambaran Radiologi, Histologi, dan Fungsi Jaringan Periodontal

a. Gingiva
Radiologi : Bagian radiolusen yang mengelilingi bagian akar gigi hingga
cervical dari korona gigi dalam bentuk interdental gingiva.
(Gambar 1.6)

(Gambar 1.6.Radiografi Gingiva)

Fungsi : Melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap


pengaruh lingkungan rongga mulut.
Histologi : Gingiva ditutupi oleh epitel berlapis skuamosa (Gambar 1.7)
(stratified squamous epithelium) yang berkeratin (tidak berinti),
ataupun parakeratin (berinti tetap). Hal ini meliputi baik
attached gingiva maupun unattached gingiva, tetapi tidak
termasuk epitel marginal gingiva sebelah dalam yang berperan
sebagai dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Sebagian besar

7
epitel terdiri atas sel-sel, sedangkan jaringan ikat di bawahnya
lebih sedikit mengandung sel dan lebih banyak mengandung
serat-serat kolagen dan substansi dasar. Epitel gingiva
berfungsi sebagai lapisan penghalang terhadap infeksi, dan
lapisan pemisah terhadap perlekatan gingiva di bawahnya.

Epitel junctional terletak di sebelah apikal dari epitel sulkuler,


dengan panjang kira-kira 1-2 mm, berfungsi melekatkan
gingiva ke gigi. Epitel ini secara histologi ditetapkan sebagai
batas koronal perlekatan gingiva ke gigi, dan terbentuk dari
penyatuan antara epitel oral dan sisa epitel enamel (reduced
enamel epithelium) sewaktu gigi erupsi.

(Gambar 1.7.Histologi Gingiva)

b. Sementum
Adalah suatu jaringan keras yang menutupi permukaan akar gigi,
merupakan jaringan mesensim yang tidak mengandung pembuluh
darah, dan berperan sebagai tempat perlekatan serat-serat ligamen
periodontal.

Radiologi : Radiopak, hampir sama dengan enamel. Karena ukuran


sangat tipis, sulit ditemukan dalam foto rontgen.

8
Fungsi :

- Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut


prinsipal ligamen periodonsium.
- Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian
dengan pembentukkan secara terus-menerus
- Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis
- Memungkinkan penyusutan kembali serabut ligamen
periodonsium secara terus menerus.

Histologi :
- Berisi matrix interfibrillar terklasifikasi dan fibrilkolagen
- Terdapat canaliculi yang berhubungan dengan tubulus dentin
- ½ coronal akar tebalnya 16-60µm
- 1/3 apikal dan furkasi tebalnya 150-200µm
- Ada 2 jenis : Aseluler (Gambar 1.8) dan seluler (Gambar 1.9)

(Gambar 1.8.Aseluler) (Gambar 1.9.Seluler)

c. Ligamen Periodontal
Adalah kumpulan pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat yang sangat
banyak yang mengelilingi akar gigi dan berhubungan dengan dinding
tulang alveolar bagian dalam.

Radiologi : Radiolusen mengelilingi akar gigi dan melekat pada


processus alveolaris.

9
Fungsi :
- Melekatkan gigi ke tulang
- Memelihara hubungan jaringan gingiva dengan gigi
- Menyalurkan tekanan oklusal ke tulang alveolar
- Melindungi pembuluh darah dan syaraf dari tekanan
mekanik
Histologi :

- Terdiri dari serabut jaringan ikat kolagen


- Terdapat fibroblas, sementoblas, osteoblas (Gambar 1.10)
- Jaringan epitel berada dekat sementum, apikal dan servikal.
- Memiliki 6 serat : alveolar crest, transeptal, horizontal,
oblique, apical, interradicular (Gambar 1.11)

(Gambar 1.10.Histologi Ligamen Periodontal) (Gambar 1.11.Serat Ligamen


Periodontal)

d. Tulang Alveolar
Adalah bagian dari maksila dan mandibula yang mendukung dan
membentuk soket gigi (alveoli).

Radiologi : Radiolusen mewakili sumsum tulang, dipisahkan trabekular


radiopak seperti sarang lebah. (Gambar 1.12)

10
Fungsi :
- Pembentuk dan penyokong gigi “tooth socket”
- Tempat menempelnya otot
- Membentuk kerangka sumsum tulang
- Bertindak sebagai penyimpanan ion

Histologi :
- Bagian tulang rahang yang membentuk dan mendukung
soket gigi
- Terdiri atas sel : osteoblas, osteoklas, osteosit, matriks
ekstraseluler (Gambar 1.13)
- Terdiri dari 2/3 bahan anorganik (kalsium dan fosfat)
sisanya kolagen dan protein non-kolagen.

(Gambar 1.12.Radiografi Alveolar Bone) (Gambar 1.13.Histologi Alveolar Bone)

C. Klasifikasi Kelenjar Saliva,Suplai Darah dan Saraf Gigi RA dan RB

1. Kelenjar Saliva Mayor


Ditemui berpasangan yang terletak di ekstraoral. Kelenjar saliva mayor
terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui
ductusnya kedalam rongga mulut. menurut struktur anatomi dan
letaknya, dibagi menjadi tiga yaitu parotis, submandibularis, dan
sublingualis.

11
a. Kelenjar Parotis

Merupakan kelenjar saliva terbesar. Ia dikelilingi oleh ramus


mandibula dan menyekresikan air liur melalui Duktus Stensen
menuju kavum oral untuk membantu mengunyah dan menelan.
Letaknya berpasangan di ventrocaudal telinga, posterior ramus
dan angulus mandibular superior permukaan M.masseter. Pada
pinggir ventral keluar saluran kelenjar yang disebut Ductus
Parotidicus Stenonianus yang menghasilkan suatu sekret yang
kaya akan serous, dan tidak mengandung mucous, 22-30%
saliva pada manusia di sekresikan oleh kelenjar ini. (Gambar
1.14)

(Gambar 1.14.Kelenjar Saliva Major)

b. Kelenjar Submandibularis
Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
Kelenjar ini memproduksi saliva yang bersifat serosa dan
mukosa. Terletak di Trigonum Submandibular. Terdapat Arteri
Facialis yang melekat pada kelenjar ini dan Ductus Whartoni
yang bermuara beberapa lubang yang berbentuk papil kecil di
samping Frenulum ingualis. (Gambar 1.14)

12
c. Kelenjar Sublingualis

Merupakan kelenjar saliva mayor terkecil. Kelenjar ini hanya


menghasilkan 10% saliva dari total volume saliva. Menghasilkan
lebih banyak mukus dan sedikit serosa. Letak kelenjar ini
terdapat pada dasar mulut. Bagian lateral kelenjar berada pada
Fovea Sublingualis. Bagian medial kelenjar berada disepanjang
lidah. Duktus yang membantu sekresi kelenjar ini, yaitu Duktus
Barthoni (besar) dan Duktus Rivinus (kecil). (Gambar 1.14)

2. Kelenjar Saliva Minor

Di dalam mulut terdapat 700-1000 kelenjar saliva minor yang


menyekresikan saliva. Kelenjar ini hanya memproduksi sekitar 5-8%
dari total pengeluaran saliva, namun jumlah ini cukup memadai untuk
menjaga kelembapan mulut apabila kelenjar saliva mayor tidak
berfungsi.

Berdasarkan jenisnya kelenjar saliva minor dibagi menjadi 4:

a. Kelenjar Labialis

Kelenjar ini lebih banyak menghasilkan mukus. Mukus


dikeluarkan melalui duktus-duktus kecil yang langsung menuju
mukosa bibir. Letaknya berada di antara bibir atas dan bibir
bawah dengan M.Orbicularis Oris.

b. Kelenjar Bukalis

Kelenjar ini menghasilkan mukus. Mukus dikeluarkan melalui


duktus-duktus kecil dibagian bukal. Letak kelenjar ini berada
didaerah Vestibulum Oris (di antara gusi dan gigi) bagian bukal
dan M.Buccinator.

c. Kelenjar Palatal

Kelenjar ini menghasilkan mukus. Letaknya berada di palatum


lunak dan palatum keras bagian posterior dan lateral.

13
d. Kelenjar Lingualis

Terbagi menjadi 3:

a) Kelenjar Lingualis Anterior

Terletak pada ujung lidah dan menghasilkan mukus.

b) Kelenjar Lingualis von Ebner

Terletak di bawah papila circumvallata dan menghasilkan


serosa yang berfungsi dalam membersihkan lidah.
c) Kelenjar Lingualis Posterior
Terletak pada tonsilla lingualis dan menghasilkan mukus.
3. Suplai Darah
Pada skenario, suplai darah yang berhubungan adalah arteri carotis
comunis yang berasal dari jantung dan berada pada bifurcatio
carotidis. Arteri carotis comunis dibagi menjadi dua cabang yaitu arteri
carotis interna dan arteri carotis eksterna.

A. Arteri Carotis Eksterna

Memiliki 8 cabang utama yang dikelompokkan menjadi 4


kelompok yaitu anterior, medialis, posterior, dan terminalis.
Darah pada aliran ini di alirkan di scalp, wajah, sruktur-struktur
kepala dan leher.

a. Anterior

Bagian anterior melalui arteri thryoidea superior, arteri


lingualis, dan arteri facialis.

b. Posterior

Bagian posterior melalui arteri occipitalis dan arteri


auricularis.

c. Medial

Bagian medial melalui arteri pharyngea ascendens.

14
d. Terminal

Bagian terminal melalui arteri temporalis superficialis dan


arteri maxillaris. Arteri maxillaris adalah cabang terbesar
dari kedua cabang terminalis yang dibagi menjadi 3
bagian yaitu :

- Pars Mandibularis

- Pars Pterygoidea

- Pars Pterygopalatina

B. Arteri Carotis Interna

Arteri Carotis Interna menyuplai darah ke bagian intra cranial


yaitu cerebrum dan regio-regio extra-cerebral kepala. Arteri
carotis interna tidak bercabang sebelum masuk ke cranium dan
baru bercabang dalam cavitas cranii. Terdiri dari empat bagian
yaitu :

- Pars Cervicalis
- Pars Petrosa
- Pars Cavernosa
- Pars Cerbralis

4. Persarafan Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah


N. Trigeminus (N.V) :
a. N.Opthalmicus (N.V1)
b. N.Maxillaris (N.V2)
Mempersarafi gigi rahang atas
c. N.Mandibularis (N.V3)
Mempersarafi gigi rahang bawah

15
Gigi geligi atas

Persarafan N. Alveolaris Superior (N.V2) yang terdiri dari:

a) N. Alveolaris Superior Anterior


Dipercabangkan dari N.Maxillaris sebelum keluar dari foramen
infraorbitalis. Kemudian turun di dalam kanal dinding anterior
sinus maksilaris. Bercabang untuk mensuplai gigi Incisivus dan
gigi Caninus.
b) N. Alveolaris Superior Media
Turun dari N.Infraorbitalis untuk mensuplai mucosa sinus, akar-
akar gigi Premolar atas, dan akar mesiobukal gigi Molar pertama
atas.
c) N. Alveolaris Superior Posterior
Muncul dari truncus N.Maxillaris sebelum memasuki sulcus
infraorbitalis. Desenden pada tuberositas maksila, memberi
cabang ke gingiva dan membran mukosa pipi. Nervus ini
berkomunikasi dengan N.Alveolaris Superior Media memberi
cabang ke membran sinus maksilaris,gingiva, dan rami dentalis
ke setiap gigi Molar dari plexus dentalis superior. Nervus ini
mempersarafi M2 rahang atas, M3 rahang atas, dua dari tiga
akar M1, dan juga cabang ini memasuki foramina apikal akar
gigi.

Gigi geligi bawah

Persarafan N.Alveolaris Inferior

Cabang dari nervus ini antara lain :

a. N.Mylohyoideus
b. N.Mentalis
c. N.Incisivus
d. Gigi P2 dan Molar rahang atas

16
D. Faktor yang Menentukan Kecepatan atau Laju Aliran Saliva
1. Derajat hidrasi
Jika tubuh mengalami kekurangan air, aliran saliva berkurang
karena kelenjar saliva mengurangi sekresi untuk mempertahankan
jumlah air dalam tubuh. Laju aliran saliva meningkat pada keadaan
hiperhidrasi.
2. Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan
kecepatan aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk
dan berbaring. Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%,
pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%.
3. Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam
keadaan gelap, laju aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-
40%. Namun tidak berpengaruh pada orang buta. Hali ini dapat
disugestikan bahwa orang buta dapat beradaptasi terhadap
kurangnnya cahaya yang diterima oleh pengelihatan atau mata.
4. Usia
Secara histologis dengan semakin bertambahnya usia, sel- sel
parenkim pada glandula salivarius akan terus tergantikan oleh sel-
selvadiposa dan jaringan fibrovascular. Jadi, laju aliran saliva pada
usia tua lebih rendah.
5. Obat- obatan/ Medikasi
Obat-obatan seperti antidepresan, anxiolitik antipsikotik,
antihistamin dan antihipertensi, menyebabkan berkurangnya laju aliran
saliva dan menyubah kompasisinya.
6. Puasa
Puasa dalam jangka waktu pendek dapat mengurangi laju aliran
saliva tetapi tidak dapat dikategorikan hiposalivasi dan aliran saliva
akan kembali normal setelah periode puasa selesai.
7. Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat
makanan dapat meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir
makanan yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
17
8. Irama Siang dan Malam/ Siklus Sirkandian atau sirkanual
Aliran saliva mencapai puncak pada tengah hari dan menurun
pada saat tidur. Konsentrasi protein total mencapai level tertinggi pada
akhir siang hari, sedangkan puncak produksi natrium dan klorida terjadi
pada awal pagi hari. Pada musim panas, volume saliva parotis rebih
rendah, sedangkan musim dingin, volume saliva mencapai puncaknya.
9. Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan temporer laju aliran
unstimulated saliva. Perokok mempunyai laju aliran saliva yang lebih
besar daripada individu yang bukan perokok. Efek iritasi tembakau
meningkatkan ekskresi kelenjar dan nikotin menyebebkan perubahan
fungsi dan morfologi kelenjar saliva.
10. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan ini disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih
besar daripada kelenjar saliva wanita.
11. Penyakit sistemik
Kondisi medis tertentu yang yang menyebabkan xerostomia
antara lain diabetes, penyakit Alzheimer, dan dehidrasi. Selain itu,
Sjögren Syndrome merupakan salah satu kondisi sistemik yang
berkaitan dengan xerostomia dan gangguan salivasi. Sjögren
Syndrome adalah gangguan autoimun kronik multisistem yang ditandai
dengan peradangan kelenjar eksokrin, hal tersebut mengakibatkan
mata dan mulut kering.
12. Tingkat stres
Dalam keadaan gangguan emosional seperti stres, putus asa
dan rasa takut dapat merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari
sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatik
sehingga sekresi saliva menjadi menurun dan menyebabkan mulut
menjadi kering.

18
13. Konsumsi alkohol
Konsumsi etanol/alkohol yang berkepanjangan dapat
menyebabkan disfungsi kelenjar saliva dan pembesaran kelenjar
parotid bilateral sehingga dapat menyebabkan penurunan laju aliran
saliva.

19
BAB 3

KESIMPULAN

Gambaran anatomis dari gingiva, yaitu marginal gingiva, attached gingiva,


sulkus gingiva, dan interdental gingiva. Gambaran klinis gingiva, yaitu warna,
ukuran, kontur, konsistensi, dan tekstur gingiva. Sedangkan, untuk gambaran
histologi,radiologi, dan fungsi gingiva, yaitu radiolusen yang mengelilingi bagian
akar gigi hingga cervical dari korona gigi dalam bentuk interdental gingiva. Gingiva
ditutupi oleh epitel berlapis skuamosa (stratified squamous epithelium) yang
berkeratin (tidak berinti), ataupun parakeratin (berinti tetap) dengan fungsi
melindungi jaringan yang ada dibawahnya.

Untuk sementum gambarannya, radiopak hampir sama dengan enamel.


Karena ukuran sangat tipis, sulit ditemukan dalam foto rontgen. Jaringan ini berisi
matrix interfibrillar terklasifikasi dan fibrilkolagen dengan fungsi menahan gigi pada
soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal ligamen periodonsium. Ligamen
periodontal gambarannya, radiolusen mengelilingi akar gigi dan melekat pada
processus alveolaris. Terdiri dari jaringan ikat kolagen dengan fungsi melindungi
pembuluh darah dan syaraf dari tekanan mekanik. Sedangkan untuk tulang alveolar
gambarannya, radiolusen mewakili sumsum tulang, dipisahkan trabekular radiopak
seperti sarang lebah. Terdiri dari osteoklas, osteosit, osteoblas, dan matriks
ekstraseluler dengan fungsi sebagai pembentuk dan penyokong gigi.

Klasifikasi kelenjar saliva ada dua, yaitu kelenjar saliva mayor dan minor.
Dimana kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis,
dan kelenjar sublingualis. Dan kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis,
kelenjar palatal, kelenjar bukal, dan kelenjar lingualis. Klasifikasi suplai darahnya,
yaitu Arteri Carotis Eksterna dan Arteri Carotis Interna. Untuk klasifikasi persarafan
gigi ada N.Trigeminus yang terdiri atas N.Opthalmicus (N.V1), N.Maxillaris (N.V2),
N.Mandibularis (N.V3). Dan kecepatan atau laju dari aliran kelenjar saliva dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, posisi tubuh, derajat hidrasi, tingkat stress, dan lain-
lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Komariah,dkk. 2016. Modul Praktikum Histologi. Jakarta: Universitas Trisakti

Zubardiah, Lies. 2014. Jaringan Periodonsium Anatomis,Klinis dan Histologi.


Jakarta: Universitas Trisakti

http://eprints.undip.ac.id/44869/3/Riva_Irlinda_22010110110073_BabIIKTI.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15495/f.%20BAB%20II.pdf?s
equence=6&isAllowed=y

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67780/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4&isAllowed=y

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68170/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4&isAllowed=y

http://repo.unand.ac.id/3650/1/01.Buku-Fisiologi-dan-Patologi-Saliva.pdf

21
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saliva adalah salah satu cairan di dalam mulut. Cairan ini sangat
penting berkaitan dengan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut.
Saliva memiliki peran penting dalam rongga mulut kita. Saliva memiliki
komposisi protein dan Immunoglobulin seperti IgA, IgG, dan IgM yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap antigen yang masuk ke rongga mulut.
Saliva di rongga mulut dibagi menjadi dua yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar subandibularis, kelenjar sublingualis, sedangkan kelenjar saliva
minor terdiri dari kelenjar glossopalatinal, kelenjar palatinal, kelenjar bukal,
kelenjar labial, dan kelenjar lingualis. Mekanisme kelenjar saliva ada dua yaitu
mekanisme sekresi saliva secara biokimia dan secara fisiologis. Dalam
rongga mulut juga terdapat junction yang merupakan batas atau pertemuan
antara zona di rongga mulut. Junction pada rongga mulut meliputi
Dentogingival, Junctional Epithelium, Mucogingival Junction, Mucocutenous
Junction.

22
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi dan struktur mikroskopis kelenjar saliva


Kelenjar saliva terdiri dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.
Kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual merupakan komponen kelenjar
saliva mayor dan mempunyai ciri-ciri anatomis serta histologis yang berbeda.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelompok jaringan saliva submukosa yang hadir
pada rongga mulut, sinus paranasal, faring dan saluran pernafasan bagian atas.

( Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva Mayor)

1. Kelenjar Saliva Mayor


Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui
berpasang-pasangan pada daerah ekstraoral serta memiliki duktus yang
panjang. Duktus ini menyalurkan sekresi saliva ke dalam rongga mulut.
Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi
atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis.

23
a. Kelenjar Parotis

(Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Parotis)

- Terbungkus simpai tipis dan mengandung asinus serus yang mengandung


sel-sel berbentuk piramid, duktus interkalaris, dan duktus striata.
- Dari simpai fibrosa, sekat-sekat maasuk ke dalam kelenjar, membagi
kelenjar dalam lobus dan lobulus.
- Sekat mengandung sel lemak
- Ada jaringan ikat tipis yang menyokong asinus dan duktus
- Kapiler darah banyak
- Asinus diliputi oleh suatu lamina basal dengan sel mioepitel
- Sel asinar berbentuk piramid mengandung inti pada bagian basal,
berbentuk bundar dengan sitoplasma basofilik di bawah inti dan butir-butir
sekretoris di bagian puncaknya.
- Duktus interkalaris Panjang

24
b. Kelenjar Submandibularis

(Gambar 2.3 Histologi Kelenjar Submandibularis)

- Saliva bersifat serosa dan mukosa dengan perbandingan sel asinar serus
dan mucous sebesar 7 : 3
- Memiliki simpai, sekat-sekat, dan sistem saluran keluar yang tampak jelas
- Duktus interkalaris lebih pendek dan kurang mencolok
- Duktus striata panjang

c. Kelenjar Sublingualis

(Gambar 2.4 Histologi Kelenjar Sublingualis)


25
- Sebagian besar asinus bersifat mukosa,
- Beberapa diantara asinus mengandung sel bulan sabit gianuzzi
(demiluna)
- Asini serosa murni jarang ditemukan
- Sel mioepitel terlihat berhubungan dengan asinus
- Duktus interkalaris dan duktus striata merupakan saluran pendek atau
tidak berkembang, begitu juga dengan simpai yang membungkus kelenjar
sublingualis

2. Kelenjar Saliva Minor


Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar-kelenjar kecil yang dapat
dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut dan
orofaring. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati
duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut.
Kelenjar-kelenjar kecil ini membentuk beberapa kelompok kelenjar
mengikut lokasi seperti kelenjar labial, bukal, glosopalatinal, palatal, dan
lingual.

(Gambar 2.5 Anatomi Kelenjar Saliva Minor)

26
a. Kelenjar Lingualis

(Gambar 2.6 Histologi Kelenjar Lingualis)

Kelenjar lingual terbagi pada daerah anterior (di otot ventral) dan posterior (di
pangkal lidah) dan kebanyakan cairan sekresinya bersifat mucous. Kelenjar
lingual posterior yang mendalam mensekresi cairan serous secara predominan.
Selain itu, terdapat kelenjar serous tambahan Von Ebner di sekitar papila
sirkumvalasi di ujung lidah.

Letak – letaknya :

1) Kelenjar anterior lingual


- Terdapat tepat di ujung lidah
2) Kelenjar lingual von ebner
- Ditemukan pada papila sirkumvalata

(Gambar 2.7 Histologi Kelenjar Von Ebner)

27
3) Kelenjar posterior lingual

- Ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil

b. Kelenjar bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini mirip denan kelenjar labial
Mensekresi saliva yang bersifat campuran yaitu mucous dan serous
c. Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini di temukan di kedua palatum lunak dan keras, dan sekresinya
bersifat mucous
d. Kelenjar Glossopalatinal
Kelenjar ini terletak di dalam isthmus dari lipatan glossopalatinal dan dapat
meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di
palatum mole. Cairan sekresinya bersifat mucous.
e. Kelenjar Labial

( Gambar 2.8 Histologi Kelenjar Labial)

Kelenjar ini terletak di submukosa bibir atas dan bibir bawah. Banyak ditemui
pada midline dan memiliki banyak duktus.Sekresi yang dihasilkan adalah mixed
dan lebih dominan mucous.

28
B. Junction Pada Mukosa Mulut

1. Dentogingival
Dentogingival merupakan zona pertemuan smentum dan gingiva yang
terdiri atas marginal gingiva, sulkus, epitel junctional dan serat-serat jaringan
ikat. Didefinisikan sebagai epitel oral yang memanjang dari persimpangan
mucogingival ke margin gingiva di mana sulcular epithelium melapisi sulkus.
 Dentogingival biasanya terletak dekat dengan persimpangan
cementoenamel junction (CEJ) dan margin gingiva sedikit menutupi
batas mahkota gigi.
 Dentogingival junction terbentuk dari epitel enamel yang erupsi.
 Dentogingival Junction tidak pernah terlihat secara klinis, karena
terletak di sebelah gigi.
 Jenis mukosa oral pada dentogingival junction adalah lining mucosa
(Non-keratin).
 Bagian dari dentogingival junction
a) Sulcular epithelium
b) Junctional epithelium.
 Pentingnya Dentogingival Junction:
a) Membantu menahan gigi pada tempatnya
b) Bagian dari Periodontium
c) Pembatas untul ruang ligamen periodontal

(Gambar 2.9 Gingival Epithelium)

29
2. Junctional Epithelium
Junctional Epithelium merupakan epitel yang melekat pada gigi
(enamel atau terkadang smentum) yang permukaannya sejajar dengan
sulcular epithelium. Junctional epithelium dibentuk oleh sel epitel yang tersisa
karena ameloblas hilang setelah erupsi.

Proses pembentukan Junctional Epithelium


a) Ketika gigi erupsi, unit epithelium berkondensasi sepanjang mahkota
dan ameloblast dimana membentuk lapisan dalam REE
b) Secara bertahap menjadi sel epitel skuamosa.
c) Gigi penetrasi ke dalam mukosa rongga mulut
d) REE dengan oral epithelium berubah menjadi junctional epithelium.

( Gambar 2.10 Perubahan REE menjadi Junctional Epithelium)

Perubahan REE menjadi junctional epithelium berjalan dalam arah apikal


tanpa mengganggu perlekatan gigi. Menurut Schroeder dan Listgarten,
proses ini terjadi antara 1 dan 2 tahun.

30
Ciri-ciri Junctional Epithelium :

 Berasal dari reduced enamel epithelium (REE)


 Junctional epithelium tipis, tidak berkeratin, dan tidak mempunyai rete
peg.
 Junctional epithelium hanya memilki stratum basale dan stratum
granulosum
 Sel-sel junctional epithelium melekat ke gigi melalui hemidesmosom
dan lamina basal
 Lamina basal = dekat ke permukaan gigi
Lamina lucida = dekat ke hemidesmoso/tempat sel-sel epitel melekat
 Alasan mengapa epitel junctional dapat menyusut adalah usia,
penyakit, trauma, dan maloklusi.

( Gambar 2.11 Junctional Epithelium)

3. Mucogingival Junction
Mucogingival Junction merupakan pemisah antara perlekatan gingiva dengan
alveolar mukosa.
Mucogingival junction ditemukan pada mukosa intraoral.

31
Manfaat klinis Mucogingival Junction :
a) Mengukur lebar Attached gingiva.
Attached gingiva sangat penting karena menempel dengan tulang
alveolar yang mendasarinya dan memberikan perlindungan pada
mukosa selama penggunaan, seperti mengunyah atau fungsi
mastikasi. Tanpa melekat pada gingiva, mukosa alveolar yang mudah
bergeser dan rapuh, akan mengalami cedera selama makan dan
kegiatan seperti menyikat gigi.
b) Mucogingival Junction sebagai batas yang membatasi antara batas
apikal attached gingiva dengan alveolar mukosa dapat diukur dengan
menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva untuk
mengukur berapa banyak korona gingiva yang berkeratin pada
mucogingival junction yang melekat pada tulang. Kedalaman sulkus
gingiva, ditentukan oleh kedalaman dimana probe memasuki sulkus,
bagian yang tidak melekat pada tulang di bawahnya, dan dikurangi dari
tinggi total jaringan keratin. Jadi, jika seluruh tinggi gingiva berkeratin,
dari marginal gingiva ke mucogingival junction adalah 8 mm, dan
kedalaman probing pada gigi di lokasi tersebut adalah 2 mm, lebar
efektif dari attached gingiva adalah 6 mm.

(Gambar 2.12 Struktur Anatomi Junction )

32
4. Mucocutaneous Junction
Mucocutaneous Junction merupakan zona transisi antara bibir dan membrane
mucosa
yang disebut zona merah atau perbatasan vermilion. Epitel pada membran
mukosa bibir adalah non keratin mukosa atau lining mucous

Zona transisi ditandai oleh:


a) Papila kaya akan ujung saraf sensorik
b) Mengandung sedikit kelenjar sebaceous
c) Tidak ada kelenjar keringat atau folikel rambut

( Gambar 2.13 Struktur Histologi Junction )


Keterangan :
a. Mucocutaneous junction; terletak diantara membran mukosa (kiri) dan
bibir (kanan)
b. Bibir
c. membran mukosa

Bagian mucocutaneous junction :


EPIDERMIS (lapisan epitel) dan dermis (lapisan jaringan ikat
padat).
Bagian membran mukosa :
Epitel dan lamina propria (lapisan jaringan ikat padat).

33
C. Mekanisme Sekresi Kelenjar Saliva
Sekresi saliva diinisiasi oleh sinyal aferen dari reseptor sensorik di mulut yang
ditransmisikan oleh n.trigeminal, n.facial darn n.glossopharyngeal. Pembentukan
saliva yang disekresikan terjadi dalam dua tahap:

1) Tahap pertama adalah pembentukan saliva primer. Laju sekresi saliva di


dalam mulut ditentukan dari laju pembentukan saliva primer oleh sel asinar.
Pembentukan saliva ini diinisiasi oleh neurotransmitter yang mengikat
reseptor sel permukaan spesifik pada membran sel asinar.
2) Tahap kedua yaitu modifikasi dari saliva primer di duktus. Modifikasi yang
dilakukan berupa modifikasi komposisi elektrolit dari saliva yang ada pada
duktus. Saat saliva mengalir melalui duktus, modifikasi akan dilakukan,
dengan cara reabsorbsi selektif ion sodium dan klorida yang terjadi di duktus
striata (striated ducts) jerskov dkk, 2008)

1. Mekanisme Sekresi Saliva Secara Biokimia


Dikelenjar saliva terdapat granula sekretorik yang mengandung enzim-
enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar kedalam duktus. Persentase total
pada manusia 1.5 L/hari, sedangkan kelenjar parotis serosa terdapat 20%,
kelenjar submandibular campuran terdapat 70%, dan kelenjar sublingual
mucus terdapat 5% kemudian 5% selanjutnya terdapat di kelenjar
minor.Proses sekresi saliva meliputi dua tahap yaitu tahap sekresi saliva
primer dan sekresi saliva sekunder. Tahap pertama adalah sekresi saliva
primer yang diproduksi oleh sel-sel asinar yang bersifat isotonik terhadap
plasma. Membran plasma sel asinar sangat permeabel terhadap air dan
substansi yang larut lemak, tetapi tidak permeabel terhadap ion. Akibatnya
transport elektrolit melalui membran plasma terjadi melalui transporter seperti
ion channels, pompa ion, dan cotransporters. Prinsip umum dari
pembentukan saliva primer adalah pelepasan K + ke interstitium dan Cl- ke
lumen pada sel asinar. Penyebab terjadinya respon terhadap reseptor yang
diaktivasi oleh peningkatan Ca2+ interseluler yang mengaktifkan channel K+
dan Cl- yang diregulasi oleh Ca2+ yang terletak di basolateral dan luminal
membran plasma.

34
Channel Cl- luminal juga dapat digunakan untuk transportasi. Di dalam
lumen, peningkatan anion Cl dan beberapa ion menciptakan lingkungan yang
bermuatan negatif dibandingkan keadaan sekitar yang menyebabkan Na + dari
interstitium masuk ke dalam lumen melalui transport paraseluler dan tight
junction. Aliran air yang terjadi pada jalur paraseluler dan transeluler
mengikuti perpindahan garam ke lumen oleh karena gradient osmotic
menyebabkan sel asinar mengerut dan terbentuk saliva primer yang isotonik
terhadap plasma. Sehingga mengakibatkan konsentrasi Na+ meningkat.
Peningkatan konsentrasi Na+ mengaktifkan mekanisme transport
pompa Na+/K+ yang mengeluarkan Na+ dan memasukkan k+ kembali ke
lumen sehingga mengembalikan gradien ion melintasi membran plasma sel
asinar. Perpindahan ion ke dalam lumen secara osmotik, mengembalikan air
dan volume sel pada keadaan semula. Apabila konsentrasi Ca 2+ volume sel,
ph sitoplasmik, dan aktivitas transporter kembali normal, maka sel asinar
berada dalam kondisi siap untuk memproduksi saliva primer.
Secondary saliva adalah saliva yang memasuki rongga mulut. Saat
saliva mengalir melalui duktus saliva mengalami modifikasi. Reabsorbsi Na +
dan Cl- di duktus striata menjadi lebih besar daripada sekresi K +, sehingga
konsentrasi Na+ dan Cl serta permeabilitas duktus terhadap air menjadi
sangat rendah. Akhirnya saliva yang disekresikan ke rongga mulut menjadi
hipotonis.

(Gambar 2.14 Mekanisme Sekresi Saliva Seara Biokimia)

35
2. Mekanisme Sekresi Saliva Secara Fisiologis
Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh system saraf otonom
parasimpatis dan simpatis melalui saliva reflex. Proses keluarnya saliva
diawali oleh stimulus yang mengaktivasi reflex stimulasi. Aktivitas mengunyah
dan makan adalah stimulus utama terhadap sekresi saliva. Reseptor yang
diaktivasi pada saat mengunyah dan makan yaitu gustatory receptor,
mechanoreceptor, nociceptor, dan olfactory receptor. Ada empat tipe rasa
yang memicu sekresi saliva mealui gustatory saliva reflex yaitu asam, asin,
manis, dan pahit. Rasa asam dan asin adalah merupakan stimulus kuat
dalam memicu sekresi saliva.
Masticatory saliva reflex terjadi melalui pergerakan gigi selama
mastikasi yang mengatifkan mechanoreceptor pada ligament periodontal dan
mukosa gingiva. Stimulus bau mengaktifkan olfactory receptor yang terletak
pada cribriform plate. Bau yang menusuk dapat menstimulasi nociceptor yang
merupakan reseptor terhadap rasa nyeri yang dapat juga diaktivasi oleh
makanan yang pedas. Sedangkan, gustatory receptor terdapat pada papilla
lidah dalam bentuk taste buds.
Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pelepasan acetylcholine
dari ujung saraf postganglionic perifer sehingga saliva yang disekresikan
bersifat encer dan mengandung banyak amylase dengan jumlah mucin yang
sedikit. Sementara, stimulasi saraf simpatis akan melepaskan noradrenalin
dan sekresi akan bersifat kental dengan konsentrasi protein yang lebih tinggi
dibandingkan jumlah air.

D. Peran Antibodi dalam Saliva sebagai Pertahanan Terhadap Antigen pada


Rongga Mulut Pasien
Pada manusia dikenal 5 kelas utama imunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA,
IgD, IgB. Imunoglobulin terpenting diseluruh permukaan mukosa yang berfungsi
sebagai penolakan infeksi adalah IgA, mempunyai kelas imunoglobulin kedua
terbanyak dalam serum dan paling dominan pada seluruh permukaan mukosa.
IgA dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit, dan makrofag
memiliki reseptor khusus sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik
komplemen dan menetralisasi toksin. Lalu bentuk IgA dalam saliva berupa

36
sekretori IgA. IgA sekretori(sIgA) yang merupakan bagian terbanyak.Komponen
sekretori melindungi IgA dari protease mamalia.
Molekul IgA yang polimerik dibentuk oleh sel plasma di dalam sel epitel
lamina propria selaput lendir. Pada saat IgA tersebut dilepas ke dalam lumen
saluran pencernaan , sel epitel juga melepas bagian sekretorinya (sekretory
piece) untuk membentuk sIgA yang terlindung dari pencernaan oleh enzim.
Imunoglobulin A sekretori (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling penting
dalam saliva, dan memberikan peran perlindungan yang sangat besar bagi
mukosa oral dari infeksi mikroorganisme.
Sekretory IgA (sIgA) bertindak sebagai pertahanan pertama terhadap
infeksi lokal dan ditemukan terutama dalam saliva, air mata, air susu ibu, lisosim
dalam keringat dan cairan secret tubuh lainnya pada manusia. Dalam saliva
(sIgA) ditemukan beberapa hari setelah bayi lahir, kadarnya meningkat dengan
bertambah umur dan mencapai kadar dewasa pada umur 6-8 tahun.

E. Komponen Protein Saliva


1. Protein pencernaan
a) Amylase
- enzim pencernaan yang paling utama dalam saliva
- mengubah polisakarida menjadi monosakarida
- aktif pada pH diatas 6 dan inaktif dalam lambung
- disekresikan paling banyak oleh glandula parotis (30%)
- obstruksi, dapat menembus dinding saliva dengan meningkatkan
konsentrasi amylase
b) Lipase
- enzim yang memecah asam lemak
- jumlahnya sedikit, semakin bertambahnya umur juga semakin
sedikit
- sekresi lipase pancreas sedikit sehingga sekresi lipase saliva
berfungsi
- lipase sangat penting bagi bayi, karena membantu mencerna lemak
dalam susu, dan memudahkan mencerna bagi sistem imaturnya

37
2. Protein dengan Efek Lubrikasi
a) Mucin / Mukoprotein
- Merupakan unsur organik terpenting lubrikasi
- Berperan sebagai glikoprotein yang mengandung lebih dari 40%
karbohidrat
- Membuat saliva menjadi lebih pekat sehingga tidak mengalir seperti
air
- Melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan
- Membentuk makanan menjadi bolus
b) Protein kaya Prolin
- Dihasilkan pada kelenjar parotis dan submandibular
- Peran serta dalam lubrikasi tidak besar
- Membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi
3. Protein dengan Efek Antimikroba
a) Lysozyme
- Enzim yang terdapat di dalam cairan sekresi eksokrin
Contoh: ASI, air mata, keringat, lendir hidung dan saliva
- Memiliki sifat antibakteri karena dapat menghidrolisis komponen
dinding sel mikroorganisme gram positif tertentu sehingga berperan
dalam system penolakan bacterial (bakterisid)
- Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual
b) Lactoperoksidase
- Pada awalnya ditemukan di air susu
- Mengkatalisis oksidasi CNS- (thiosianat) menjadi OSCN-
(hypothiosianat) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri
sehingga pertumbuhannya terganggu .

38
c) Laktoferin
- Protein pengikat ion yang menghalangi proliferasi bakteri yang
membutuhkan besi untuk metabolisme
- Sistem penolakan non-enzimatik
- Dapat ditemukan dalam kolostrum air susu mamalia
- Di produksi kelenjar eksokrin pada mukosa bronkus,saliva,sekresi
hidung,air mata,empedu hati,pankreas,servikal mukosa,dan urin
- Di saliva terikat oleh SigA (sekresi imunoglobulin A ) yang mengikat
reseptor spesifik pada streptococcus mutan
d) Imunoglobulin
- IgA, IgG, IgM
- IgA merupakan unsur dominan yang ada di saliva
- Memiliki komponen sekretori sIgA
- IgA dapat berfungsi tanpa ada faktor Ig lainnya
- Menghambat kolonisasi streptococcus mutan, defisiensi sIgA
mengakibatkan indeks karies yang tinggi

F. Flora Normal Rongga Mulut Serta Mikroorganisme Pada Saliva Pasien


Bakteri adalah suatu mikroorganisme prokariotik atau tidak memiliki membran
inti dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Bakteri membelah diri
dalam waktu yang sangat singkat. Sebagian besar bakteri membelah diri dalam
hitungan jam atau hari. Pada kondisi yang menguntungkan ia dapat berduplikasi
setiap 20 menit. Bakteri adalah mikroorganisme yang paling banyak hidup di
rongga mulut.

Berikut adalah bakteri yang dapat ditemukan pada rongga mulut


a. Lactobacillus
Lactobacillus muncul pada rongga mulut sejak tahun pertama
kehidupan seorang anak. Lactobacillus merupakan bakteri fakultatif anaerob
gram positif yang berbentuk basil (batang). Bakteri ini menfermentasikan
karbohidrat menjadi asam dan dapat bertahan dalam lingkungan asam atau
pH rendah (pH<7).

39
b. Streptococcus
Sterptococcus yang terdapat dalam rongga mulut dapat dibagi dalam
empat kelompok spesies yaitu kelompok mutan, kelompok salivarius,
kelompok anginosus dan kelompok mitis. Kelompok mutan dari Streptococcus
memiliki peran penting dalam terjadinya karies. Mereka memiliki kemampuan
untuk menghasilkan sejumlah besar polisakarida ekstraseluler yang lengket
dari karbohidrat. Hal ini membantu mengikat organisme lain pada enamel.

c. Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis adalah suatu bakteri anaerob gram negatif.
Bakteri P. Gingivalis banyak ditemukan pada plak gigi yang berada dalam
subgingiva dan bakteri tersebut menyebabkan perubahan patologik jaringan
periodontal dengan pengaktifan respons imun dan inflamatori inang, dan
secara langsung mempengaruhi sel-sel periodonsium.

d. Treponema denticola
Treponema denticola merupakan bakteri anaerob gram negatif yang
berada pada celah gingva. Bakteri ini dianggap sebagai salah satu
penyebab utama terjadinya periodontitis. Metabolisme T. Denticola
menghasilkan H2S (asam sulfida) yang berperan dalam kerusakan jaringan
inang.

40
BAB 3

KESIMPULAN

Secara anatomis kelenjar saliva di bagi menjadi dua kelompok yaitu Kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor tersiri dari kelenjar
parotis, kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelanjar sublingualis,
sedangkan kelenjar saliva minor dibagi menjadi lima kelenjar yaitu kelenjar bukal,
kelenjar lingual, kelenjar palatinal, kelenjar glossopalatinal, dan kelenjar labial.
Kelenjar parotis sekresi nya bersifat mucous. Kelenjar parotis Terbungkus simpai
tipis dan mengandung asinus serus yang mengandung sel-sel berbentuk piramid,
duktus interkalaris, dan duktus striata, mengandung banyak kapiler darah, dan
sekatnya mengandung sel lemak. Kelenjar submandibularis Saliva bersifat serosa
dan mukosa dengan perbandingan sel asinar serus dan mucous sebesar 7 : 3.
Sedangkan Kelenjar sublingualis sebagian besar asinus bersifat mukosa, beberapa
diantara asinus mengandung sel bulan sabit gianuzzi (demiluna) asini serosa murni
jarang ditemukan. Kelenjar lingualis berdasarkan letaknya dibagi menjadi tiga yaitu
kelenjar anterior lingual yang terdapat pada ujung lidah, kelenjar lingual von ebner
terdapat pada papilla sirkumvalata, dan kelenjar posterior lingual yang terdapat pada
sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil. Kelenjar lingual mensekresi
cairan serous secara predominan. Kelenjar bukal terdapat pada mukosa pipi dan
mensekresi saliva yang bersifat campuran. Kelenjar Palatinal terdapat pada palatum
lunak dan keras dan mensekresi cairan yang bersifat mucous. Kelenjar labial terletak
pada submucosa bibir atas dan bawah dan mensekresi daliva yang dominan
mucous daripada serous. Kelenjar glossopalatinal terletak di istmus lipatan
glossopalatinal dan sekresinya bersifat mucous.

Dentogingival merupakan zona pertemuan smentum dan gingiva yang terdiri


atas marginal gingiva, sulkus, epitel junctional dan serat-serat jaringan ikat,
Junctional Epithelium merupakan epitel yang melekat pada gigi (enamel atau
terkadang smentum) yang permukaannya sejajar dengan sulcular epithelium,
Mucogingival Junction merupakan pemisah antara perlekatan gingiva dengan
alveolar mukosa. Mucogingival junction ditemukan pada mukosa intraoral.

41
Mucocutaneous Junction merupakan zona transisi antara bibir dan membrane
mucosa yang disebut zona merah atau perbatasan vermilion. Epitel pada membran
mukosa bibir adalah non keratin mukosa atau lining mucous.

Sekresi saliva diinisiasi oleh sinyal aferen dari reseptor sensorik di mulut yang
ditransmisikan oleh n.trigeminal, N. Facial darn N. Glossopharyngeal. Pembentukan
saliva yang disekresikan terjadi dalam dua tahap yaitu pembentukan saliva primer
dan modifikasi dari saliva primer di duktus.

Imunoglobulin terpenting di seluruh permukaan mukosa yang berfungsi


sebagai penolakan infeksi adalah IgA, mempunyai kelas imunoglobulin kedua
terbanyak dalam serum dan paling dominan pada seluruh permukaan mukosa. IgA
dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit, dan makrofag
memiliki reseptor khusus sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen
dan menetralisasi toksin. Lalu bentuk IgA dalam saliva berupa sekretori IgA.

Komponen protein pada saliva adalah protein pencernaan yaitu amilase, dan
lipase. Protein efek lubrikasi yaitu mucin atau mucoprotein, dan protein kaya akan
prolin. Protwin dengan efek antimikroba yaitu lysozyme, lactoperoksidase, laktoferin,
IgA, IgM, dan IgG

Flora normal pada rongga mulut meliputi Lactobacillus, Streptococcus,


Porphyromonas gingivalis, dan Treponema denticola.

42
DAFTAR PUSTAKA

Yohana, Winny. 2013. Jurnal Material Kedokteran Gigi. Bandung = Universitas


Padjajaran

https://www.researchgate.net/publication/26717742_Treatment_of_altered_passive_
eruption_periodontal_plastic_surgery_of_the_dentogingival_junction

https://www.researchgate.net/publication/8114400_The_Junctional_Epithelium_from
_Health_to_Disease

https://www.academia.edu/7684032/Mucocutaneous_Junction_of_Eyelid_and_Lip_A
_Study_of_the_Transition_Zone_Using_Epithelial_Cell_Markers

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65003/Chapter%20II.pdf?seq
uence=3&isAllowed=y

https://www.academia.edu/8070702/ANATOMI_HISTOLOGI_DAN_FISIOLOGI_DA
RI_KELENJAR_SALIVA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20097/Chapter%20II.pdf;jses
sionid=94C1DBDEDDEA798D98BDFBAEA44D1530?sequence=3

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15503/Bab%20II.pdf?sequen
ce=6&isAllowed=y

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77385/.../S2-2015-304631-chapter1.pdf

https://dokumen.tips/documents/mekanisme-sekresi-kelenjar-saliva.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51950/Chapter%20II.pdf

43

Anda mungkin juga menyukai