Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB 2
PEMBAHASAN
1) Marginal Gingiva
Adalah bagian dari gingiva yang terletak paling koronal dari bagian gingiva,
tidak melekat pada gigi, mengelilingi gigi seperti kerah baju. Lalu pada bagian
marginal gingiva terdapat celah sempit berbentuk V yang terletak di bagian
paling koronal dari marginal gingiva yang disebut sulcus gingiva. (Gambar
1.1)
2
a) Sulcus gingiva
Sulcus gingiva adalah suatu celah dangkal atau ruangan sempit
berbentuk V yang mengelilingi gigi, berada diantara marginal gingiva
dan gigi. Sulcus ini berjalan dari tepi gingiva menuju bagian paling
koronal dari epitel junctional (Gambar 1.2).
Dalam keadaan normal, sulcus gingiva mempunyai kedalaman
sedalam 0 mm, keadaan ini hanya dapat dicapai jika gingiva benar-
benar bebas dari mikroorganisme atau memlalui suatu kontrol plak
yang ketat. Kedalaman rata rata sulcus gingiva adalah 1,8 mm, namun
penelitian lain menemukan bahwa kedalaman sulcus gingiva adalah
1,5 mm.
Kedalaman sulcus gingiva yang sehat dapat kita ketahui dengan
prob periodontal, namun hasil dari teknik ini menghasilkan hasil
dengan kedalaman lebih dalam daripada kedalaman histologisnya. Hal
ini disebabkan karena prob periodontal menembus lapisan epitel
sulcus gingiva yang halus, sehingga ukuran kedalamannya tidak selalu
tepat secara histologis. Kedalaman dengan probing untuk sulcus
gingiva yang sehat pada manusia adalah antara 2-3mm.
3
2) Attached Gingiva
Attached gingiva bersambungan dengan marginal gingiva dan keduanya
dipisahkan oleh free gingiva groove. Attach gingiva dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu :
1. Cemental gingiva merupakan gingiva yang melekat pada cementum
2. Alveolar gingiva yaitu gingiva yang melekat pada tulang alveolar
Lebar attached gingiva bervariasi. Ukuran lebar attach gingiva paling lebar
terdapat pada daerah gigi incisivi, berkisar antara 3,5 – 4,5 mm pada rahang
atas dan 4,4 – 4,9 mm pada rahang bawah. Pada gigi posterior lebih sempit
dengan lebar 1,9 mm pada premolar rahang atas dan 1,8 mm pada premolar
rahang bawah.
(Gambar 1.3.Stippling)
4
3) Interdental Gingiva
Gingiva interdental adalah gingiva yang mengisi ruang embrasur yang terletak
pada ruang interproksimal di antara dua gigi yang berkontak. Pada aspek
buko-lingual, gingiva interdental mempunyai bentuk seperti trapesium dan
pada aspek mesio-bukal memiliki bentuk seperti segitiga, namun tergantung
dari kontur proksimal gigi yang menghasilkan ruang interproksimal, yaitu :
1. Jika kontur proksimal lurus, gingiva interdental menjadi sempit dan
pendek. (Gambar 1.4.a)
2. Jika kontur proksimal cembung dan daerah kontak menyempit, gingiva
interdental menjadi lebar dan tinggi. (Gambar 1.4.b)
3. Jika letak gigi saling menutupi, gingiva interdental menjadi tidak terlihat
atau tidak ada.(Gambar 1.4.c)
5
(Gambar 1.5.Gingival Col)
1. Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink)
yang diakibatkan adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin
epitelium serta sel sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang
dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada
gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki kulit gelap.
Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam.
Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa
alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2. Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler, dan
suplai darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang
sering dijumpai pada penyakit periodontal.
3. Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi
oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan
luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure (interdental)
gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian
interdental gingiva sehingga tampak lancip.
6
4. Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai
lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan
kenyal.
5. Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-
bintik ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila
permukaan gingiva dikeringkan.
a. Gingiva
Radiologi : Bagian radiolusen yang mengelilingi bagian akar gigi hingga
cervical dari korona gigi dalam bentuk interdental gingiva.
(Gambar 1.6)
7
epitel terdiri atas sel-sel, sedangkan jaringan ikat di bawahnya
lebih sedikit mengandung sel dan lebih banyak mengandung
serat-serat kolagen dan substansi dasar. Epitel gingiva
berfungsi sebagai lapisan penghalang terhadap infeksi, dan
lapisan pemisah terhadap perlekatan gingiva di bawahnya.
b. Sementum
Adalah suatu jaringan keras yang menutupi permukaan akar gigi,
merupakan jaringan mesensim yang tidak mengandung pembuluh
darah, dan berperan sebagai tempat perlekatan serat-serat ligamen
periodontal.
8
Fungsi :
Histologi :
- Berisi matrix interfibrillar terklasifikasi dan fibrilkolagen
- Terdapat canaliculi yang berhubungan dengan tubulus dentin
- ½ coronal akar tebalnya 16-60µm
- 1/3 apikal dan furkasi tebalnya 150-200µm
- Ada 2 jenis : Aseluler (Gambar 1.8) dan seluler (Gambar 1.9)
c. Ligamen Periodontal
Adalah kumpulan pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat yang sangat
banyak yang mengelilingi akar gigi dan berhubungan dengan dinding
tulang alveolar bagian dalam.
9
Fungsi :
- Melekatkan gigi ke tulang
- Memelihara hubungan jaringan gingiva dengan gigi
- Menyalurkan tekanan oklusal ke tulang alveolar
- Melindungi pembuluh darah dan syaraf dari tekanan
mekanik
Histologi :
d. Tulang Alveolar
Adalah bagian dari maksila dan mandibula yang mendukung dan
membentuk soket gigi (alveoli).
10
Fungsi :
- Pembentuk dan penyokong gigi “tooth socket”
- Tempat menempelnya otot
- Membentuk kerangka sumsum tulang
- Bertindak sebagai penyimpanan ion
Histologi :
- Bagian tulang rahang yang membentuk dan mendukung
soket gigi
- Terdiri atas sel : osteoblas, osteoklas, osteosit, matriks
ekstraseluler (Gambar 1.13)
- Terdiri dari 2/3 bahan anorganik (kalsium dan fosfat)
sisanya kolagen dan protein non-kolagen.
11
a. Kelenjar Parotis
b. Kelenjar Submandibularis
Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
Kelenjar ini memproduksi saliva yang bersifat serosa dan
mukosa. Terletak di Trigonum Submandibular. Terdapat Arteri
Facialis yang melekat pada kelenjar ini dan Ductus Whartoni
yang bermuara beberapa lubang yang berbentuk papil kecil di
samping Frenulum ingualis. (Gambar 1.14)
12
c. Kelenjar Sublingualis
a. Kelenjar Labialis
b. Kelenjar Bukalis
c. Kelenjar Palatal
13
d. Kelenjar Lingualis
Terbagi menjadi 3:
a. Anterior
b. Posterior
c. Medial
14
d. Terminal
- Pars Mandibularis
- Pars Pterygoidea
- Pars Pterygopalatina
- Pars Cervicalis
- Pars Petrosa
- Pars Cavernosa
- Pars Cerbralis
15
Gigi geligi atas
a. N.Mylohyoideus
b. N.Mentalis
c. N.Incisivus
d. Gigi P2 dan Molar rahang atas
16
D. Faktor yang Menentukan Kecepatan atau Laju Aliran Saliva
1. Derajat hidrasi
Jika tubuh mengalami kekurangan air, aliran saliva berkurang
karena kelenjar saliva mengurangi sekresi untuk mempertahankan
jumlah air dalam tubuh. Laju aliran saliva meningkat pada keadaan
hiperhidrasi.
2. Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan
kecepatan aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk
dan berbaring. Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%,
pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%.
3. Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam
keadaan gelap, laju aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-
40%. Namun tidak berpengaruh pada orang buta. Hali ini dapat
disugestikan bahwa orang buta dapat beradaptasi terhadap
kurangnnya cahaya yang diterima oleh pengelihatan atau mata.
4. Usia
Secara histologis dengan semakin bertambahnya usia, sel- sel
parenkim pada glandula salivarius akan terus tergantikan oleh sel-
selvadiposa dan jaringan fibrovascular. Jadi, laju aliran saliva pada
usia tua lebih rendah.
5. Obat- obatan/ Medikasi
Obat-obatan seperti antidepresan, anxiolitik antipsikotik,
antihistamin dan antihipertensi, menyebabkan berkurangnya laju aliran
saliva dan menyubah kompasisinya.
6. Puasa
Puasa dalam jangka waktu pendek dapat mengurangi laju aliran
saliva tetapi tidak dapat dikategorikan hiposalivasi dan aliran saliva
akan kembali normal setelah periode puasa selesai.
7. Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat
makanan dapat meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir
makanan yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
17
8. Irama Siang dan Malam/ Siklus Sirkandian atau sirkanual
Aliran saliva mencapai puncak pada tengah hari dan menurun
pada saat tidur. Konsentrasi protein total mencapai level tertinggi pada
akhir siang hari, sedangkan puncak produksi natrium dan klorida terjadi
pada awal pagi hari. Pada musim panas, volume saliva parotis rebih
rendah, sedangkan musim dingin, volume saliva mencapai puncaknya.
9. Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan temporer laju aliran
unstimulated saliva. Perokok mempunyai laju aliran saliva yang lebih
besar daripada individu yang bukan perokok. Efek iritasi tembakau
meningkatkan ekskresi kelenjar dan nikotin menyebebkan perubahan
fungsi dan morfologi kelenjar saliva.
10. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan ini disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih
besar daripada kelenjar saliva wanita.
11. Penyakit sistemik
Kondisi medis tertentu yang yang menyebabkan xerostomia
antara lain diabetes, penyakit Alzheimer, dan dehidrasi. Selain itu,
Sjögren Syndrome merupakan salah satu kondisi sistemik yang
berkaitan dengan xerostomia dan gangguan salivasi. Sjögren
Syndrome adalah gangguan autoimun kronik multisistem yang ditandai
dengan peradangan kelenjar eksokrin, hal tersebut mengakibatkan
mata dan mulut kering.
12. Tingkat stres
Dalam keadaan gangguan emosional seperti stres, putus asa
dan rasa takut dapat merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari
sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatik
sehingga sekresi saliva menjadi menurun dan menyebabkan mulut
menjadi kering.
18
13. Konsumsi alkohol
Konsumsi etanol/alkohol yang berkepanjangan dapat
menyebabkan disfungsi kelenjar saliva dan pembesaran kelenjar
parotid bilateral sehingga dapat menyebabkan penurunan laju aliran
saliva.
19
BAB 3
KESIMPULAN
Klasifikasi kelenjar saliva ada dua, yaitu kelenjar saliva mayor dan minor.
Dimana kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis,
dan kelenjar sublingualis. Dan kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar labialis,
kelenjar palatal, kelenjar bukal, dan kelenjar lingualis. Klasifikasi suplai darahnya,
yaitu Arteri Carotis Eksterna dan Arteri Carotis Interna. Untuk klasifikasi persarafan
gigi ada N.Trigeminus yang terdiri atas N.Opthalmicus (N.V1), N.Maxillaris (N.V2),
N.Mandibularis (N.V3). Dan kecepatan atau laju dari aliran kelenjar saliva dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, posisi tubuh, derajat hidrasi, tingkat stress, dan lain-
lain.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/44869/3/Riva_Irlinda_22010110110073_BabIIKTI.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15495/f.%20BAB%20II.pdf?s
equence=6&isAllowed=y
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67780/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4&isAllowed=y
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68170/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4&isAllowed=y
http://repo.unand.ac.id/3650/1/01.Buku-Fisiologi-dan-Patologi-Saliva.pdf
21
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saliva adalah salah satu cairan di dalam mulut. Cairan ini sangat
penting berkaitan dengan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut.
Saliva memiliki peran penting dalam rongga mulut kita. Saliva memiliki
komposisi protein dan Immunoglobulin seperti IgA, IgG, dan IgM yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap antigen yang masuk ke rongga mulut.
Saliva di rongga mulut dibagi menjadi dua yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar subandibularis, kelenjar sublingualis, sedangkan kelenjar saliva
minor terdiri dari kelenjar glossopalatinal, kelenjar palatinal, kelenjar bukal,
kelenjar labial, dan kelenjar lingualis. Mekanisme kelenjar saliva ada dua yaitu
mekanisme sekresi saliva secara biokimia dan secara fisiologis. Dalam
rongga mulut juga terdapat junction yang merupakan batas atau pertemuan
antara zona di rongga mulut. Junction pada rongga mulut meliputi
Dentogingival, Junctional Epithelium, Mucogingival Junction, Mucocutenous
Junction.
22
BAB 2
PEMBAHASAN
23
a. Kelenjar Parotis
24
b. Kelenjar Submandibularis
- Saliva bersifat serosa dan mukosa dengan perbandingan sel asinar serus
dan mucous sebesar 7 : 3
- Memiliki simpai, sekat-sekat, dan sistem saluran keluar yang tampak jelas
- Duktus interkalaris lebih pendek dan kurang mencolok
- Duktus striata panjang
c. Kelenjar Sublingualis
26
a. Kelenjar Lingualis
Kelenjar lingual terbagi pada daerah anterior (di otot ventral) dan posterior (di
pangkal lidah) dan kebanyakan cairan sekresinya bersifat mucous. Kelenjar
lingual posterior yang mendalam mensekresi cairan serous secara predominan.
Selain itu, terdapat kelenjar serous tambahan Von Ebner di sekitar papila
sirkumvalasi di ujung lidah.
Letak – letaknya :
27
3) Kelenjar posterior lingual
b. Kelenjar bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini mirip denan kelenjar labial
Mensekresi saliva yang bersifat campuran yaitu mucous dan serous
c. Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini di temukan di kedua palatum lunak dan keras, dan sekresinya
bersifat mucous
d. Kelenjar Glossopalatinal
Kelenjar ini terletak di dalam isthmus dari lipatan glossopalatinal dan dapat
meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di
palatum mole. Cairan sekresinya bersifat mucous.
e. Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir atas dan bibir bawah. Banyak ditemui
pada midline dan memiliki banyak duktus.Sekresi yang dihasilkan adalah mixed
dan lebih dominan mucous.
28
B. Junction Pada Mukosa Mulut
1. Dentogingival
Dentogingival merupakan zona pertemuan smentum dan gingiva yang
terdiri atas marginal gingiva, sulkus, epitel junctional dan serat-serat jaringan
ikat. Didefinisikan sebagai epitel oral yang memanjang dari persimpangan
mucogingival ke margin gingiva di mana sulcular epithelium melapisi sulkus.
Dentogingival biasanya terletak dekat dengan persimpangan
cementoenamel junction (CEJ) dan margin gingiva sedikit menutupi
batas mahkota gigi.
Dentogingival junction terbentuk dari epitel enamel yang erupsi.
Dentogingival Junction tidak pernah terlihat secara klinis, karena
terletak di sebelah gigi.
Jenis mukosa oral pada dentogingival junction adalah lining mucosa
(Non-keratin).
Bagian dari dentogingival junction
a) Sulcular epithelium
b) Junctional epithelium.
Pentingnya Dentogingival Junction:
a) Membantu menahan gigi pada tempatnya
b) Bagian dari Periodontium
c) Pembatas untul ruang ligamen periodontal
29
2. Junctional Epithelium
Junctional Epithelium merupakan epitel yang melekat pada gigi
(enamel atau terkadang smentum) yang permukaannya sejajar dengan
sulcular epithelium. Junctional epithelium dibentuk oleh sel epitel yang tersisa
karena ameloblas hilang setelah erupsi.
30
Ciri-ciri Junctional Epithelium :
3. Mucogingival Junction
Mucogingival Junction merupakan pemisah antara perlekatan gingiva dengan
alveolar mukosa.
Mucogingival junction ditemukan pada mukosa intraoral.
31
Manfaat klinis Mucogingival Junction :
a) Mengukur lebar Attached gingiva.
Attached gingiva sangat penting karena menempel dengan tulang
alveolar yang mendasarinya dan memberikan perlindungan pada
mukosa selama penggunaan, seperti mengunyah atau fungsi
mastikasi. Tanpa melekat pada gingiva, mukosa alveolar yang mudah
bergeser dan rapuh, akan mengalami cedera selama makan dan
kegiatan seperti menyikat gigi.
b) Mucogingival Junction sebagai batas yang membatasi antara batas
apikal attached gingiva dengan alveolar mukosa dapat diukur dengan
menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva untuk
mengukur berapa banyak korona gingiva yang berkeratin pada
mucogingival junction yang melekat pada tulang. Kedalaman sulkus
gingiva, ditentukan oleh kedalaman dimana probe memasuki sulkus,
bagian yang tidak melekat pada tulang di bawahnya, dan dikurangi dari
tinggi total jaringan keratin. Jadi, jika seluruh tinggi gingiva berkeratin,
dari marginal gingiva ke mucogingival junction adalah 8 mm, dan
kedalaman probing pada gigi di lokasi tersebut adalah 2 mm, lebar
efektif dari attached gingiva adalah 6 mm.
32
4. Mucocutaneous Junction
Mucocutaneous Junction merupakan zona transisi antara bibir dan membrane
mucosa
yang disebut zona merah atau perbatasan vermilion. Epitel pada membran
mukosa bibir adalah non keratin mukosa atau lining mucous
33
C. Mekanisme Sekresi Kelenjar Saliva
Sekresi saliva diinisiasi oleh sinyal aferen dari reseptor sensorik di mulut yang
ditransmisikan oleh n.trigeminal, n.facial darn n.glossopharyngeal. Pembentukan
saliva yang disekresikan terjadi dalam dua tahap:
34
Channel Cl- luminal juga dapat digunakan untuk transportasi. Di dalam
lumen, peningkatan anion Cl dan beberapa ion menciptakan lingkungan yang
bermuatan negatif dibandingkan keadaan sekitar yang menyebabkan Na + dari
interstitium masuk ke dalam lumen melalui transport paraseluler dan tight
junction. Aliran air yang terjadi pada jalur paraseluler dan transeluler
mengikuti perpindahan garam ke lumen oleh karena gradient osmotic
menyebabkan sel asinar mengerut dan terbentuk saliva primer yang isotonik
terhadap plasma. Sehingga mengakibatkan konsentrasi Na+ meningkat.
Peningkatan konsentrasi Na+ mengaktifkan mekanisme transport
pompa Na+/K+ yang mengeluarkan Na+ dan memasukkan k+ kembali ke
lumen sehingga mengembalikan gradien ion melintasi membran plasma sel
asinar. Perpindahan ion ke dalam lumen secara osmotik, mengembalikan air
dan volume sel pada keadaan semula. Apabila konsentrasi Ca 2+ volume sel,
ph sitoplasmik, dan aktivitas transporter kembali normal, maka sel asinar
berada dalam kondisi siap untuk memproduksi saliva primer.
Secondary saliva adalah saliva yang memasuki rongga mulut. Saat
saliva mengalir melalui duktus saliva mengalami modifikasi. Reabsorbsi Na +
dan Cl- di duktus striata menjadi lebih besar daripada sekresi K +, sehingga
konsentrasi Na+ dan Cl serta permeabilitas duktus terhadap air menjadi
sangat rendah. Akhirnya saliva yang disekresikan ke rongga mulut menjadi
hipotonis.
35
2. Mekanisme Sekresi Saliva Secara Fisiologis
Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh system saraf otonom
parasimpatis dan simpatis melalui saliva reflex. Proses keluarnya saliva
diawali oleh stimulus yang mengaktivasi reflex stimulasi. Aktivitas mengunyah
dan makan adalah stimulus utama terhadap sekresi saliva. Reseptor yang
diaktivasi pada saat mengunyah dan makan yaitu gustatory receptor,
mechanoreceptor, nociceptor, dan olfactory receptor. Ada empat tipe rasa
yang memicu sekresi saliva mealui gustatory saliva reflex yaitu asam, asin,
manis, dan pahit. Rasa asam dan asin adalah merupakan stimulus kuat
dalam memicu sekresi saliva.
Masticatory saliva reflex terjadi melalui pergerakan gigi selama
mastikasi yang mengatifkan mechanoreceptor pada ligament periodontal dan
mukosa gingiva. Stimulus bau mengaktifkan olfactory receptor yang terletak
pada cribriform plate. Bau yang menusuk dapat menstimulasi nociceptor yang
merupakan reseptor terhadap rasa nyeri yang dapat juga diaktivasi oleh
makanan yang pedas. Sedangkan, gustatory receptor terdapat pada papilla
lidah dalam bentuk taste buds.
Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pelepasan acetylcholine
dari ujung saraf postganglionic perifer sehingga saliva yang disekresikan
bersifat encer dan mengandung banyak amylase dengan jumlah mucin yang
sedikit. Sementara, stimulasi saraf simpatis akan melepaskan noradrenalin
dan sekresi akan bersifat kental dengan konsentrasi protein yang lebih tinggi
dibandingkan jumlah air.
36
sekretori IgA. IgA sekretori(sIgA) yang merupakan bagian terbanyak.Komponen
sekretori melindungi IgA dari protease mamalia.
Molekul IgA yang polimerik dibentuk oleh sel plasma di dalam sel epitel
lamina propria selaput lendir. Pada saat IgA tersebut dilepas ke dalam lumen
saluran pencernaan , sel epitel juga melepas bagian sekretorinya (sekretory
piece) untuk membentuk sIgA yang terlindung dari pencernaan oleh enzim.
Imunoglobulin A sekretori (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling penting
dalam saliva, dan memberikan peran perlindungan yang sangat besar bagi
mukosa oral dari infeksi mikroorganisme.
Sekretory IgA (sIgA) bertindak sebagai pertahanan pertama terhadap
infeksi lokal dan ditemukan terutama dalam saliva, air mata, air susu ibu, lisosim
dalam keringat dan cairan secret tubuh lainnya pada manusia. Dalam saliva
(sIgA) ditemukan beberapa hari setelah bayi lahir, kadarnya meningkat dengan
bertambah umur dan mencapai kadar dewasa pada umur 6-8 tahun.
37
2. Protein dengan Efek Lubrikasi
a) Mucin / Mukoprotein
- Merupakan unsur organik terpenting lubrikasi
- Berperan sebagai glikoprotein yang mengandung lebih dari 40%
karbohidrat
- Membuat saliva menjadi lebih pekat sehingga tidak mengalir seperti
air
- Melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan
- Membentuk makanan menjadi bolus
b) Protein kaya Prolin
- Dihasilkan pada kelenjar parotis dan submandibular
- Peran serta dalam lubrikasi tidak besar
- Membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi
3. Protein dengan Efek Antimikroba
a) Lysozyme
- Enzim yang terdapat di dalam cairan sekresi eksokrin
Contoh: ASI, air mata, keringat, lendir hidung dan saliva
- Memiliki sifat antibakteri karena dapat menghidrolisis komponen
dinding sel mikroorganisme gram positif tertentu sehingga berperan
dalam system penolakan bacterial (bakterisid)
- Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual
b) Lactoperoksidase
- Pada awalnya ditemukan di air susu
- Mengkatalisis oksidasi CNS- (thiosianat) menjadi OSCN-
(hypothiosianat) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri
sehingga pertumbuhannya terganggu .
38
c) Laktoferin
- Protein pengikat ion yang menghalangi proliferasi bakteri yang
membutuhkan besi untuk metabolisme
- Sistem penolakan non-enzimatik
- Dapat ditemukan dalam kolostrum air susu mamalia
- Di produksi kelenjar eksokrin pada mukosa bronkus,saliva,sekresi
hidung,air mata,empedu hati,pankreas,servikal mukosa,dan urin
- Di saliva terikat oleh SigA (sekresi imunoglobulin A ) yang mengikat
reseptor spesifik pada streptococcus mutan
d) Imunoglobulin
- IgA, IgG, IgM
- IgA merupakan unsur dominan yang ada di saliva
- Memiliki komponen sekretori sIgA
- IgA dapat berfungsi tanpa ada faktor Ig lainnya
- Menghambat kolonisasi streptococcus mutan, defisiensi sIgA
mengakibatkan indeks karies yang tinggi
39
b. Streptococcus
Sterptococcus yang terdapat dalam rongga mulut dapat dibagi dalam
empat kelompok spesies yaitu kelompok mutan, kelompok salivarius,
kelompok anginosus dan kelompok mitis. Kelompok mutan dari Streptococcus
memiliki peran penting dalam terjadinya karies. Mereka memiliki kemampuan
untuk menghasilkan sejumlah besar polisakarida ekstraseluler yang lengket
dari karbohidrat. Hal ini membantu mengikat organisme lain pada enamel.
c. Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis adalah suatu bakteri anaerob gram negatif.
Bakteri P. Gingivalis banyak ditemukan pada plak gigi yang berada dalam
subgingiva dan bakteri tersebut menyebabkan perubahan patologik jaringan
periodontal dengan pengaktifan respons imun dan inflamatori inang, dan
secara langsung mempengaruhi sel-sel periodonsium.
d. Treponema denticola
Treponema denticola merupakan bakteri anaerob gram negatif yang
berada pada celah gingva. Bakteri ini dianggap sebagai salah satu
penyebab utama terjadinya periodontitis. Metabolisme T. Denticola
menghasilkan H2S (asam sulfida) yang berperan dalam kerusakan jaringan
inang.
40
BAB 3
KESIMPULAN
Secara anatomis kelenjar saliva di bagi menjadi dua kelompok yaitu Kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor tersiri dari kelenjar
parotis, kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelanjar sublingualis,
sedangkan kelenjar saliva minor dibagi menjadi lima kelenjar yaitu kelenjar bukal,
kelenjar lingual, kelenjar palatinal, kelenjar glossopalatinal, dan kelenjar labial.
Kelenjar parotis sekresi nya bersifat mucous. Kelenjar parotis Terbungkus simpai
tipis dan mengandung asinus serus yang mengandung sel-sel berbentuk piramid,
duktus interkalaris, dan duktus striata, mengandung banyak kapiler darah, dan
sekatnya mengandung sel lemak. Kelenjar submandibularis Saliva bersifat serosa
dan mukosa dengan perbandingan sel asinar serus dan mucous sebesar 7 : 3.
Sedangkan Kelenjar sublingualis sebagian besar asinus bersifat mukosa, beberapa
diantara asinus mengandung sel bulan sabit gianuzzi (demiluna) asini serosa murni
jarang ditemukan. Kelenjar lingualis berdasarkan letaknya dibagi menjadi tiga yaitu
kelenjar anterior lingual yang terdapat pada ujung lidah, kelenjar lingual von ebner
terdapat pada papilla sirkumvalata, dan kelenjar posterior lingual yang terdapat pada
sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil. Kelenjar lingual mensekresi
cairan serous secara predominan. Kelenjar bukal terdapat pada mukosa pipi dan
mensekresi saliva yang bersifat campuran. Kelenjar Palatinal terdapat pada palatum
lunak dan keras dan mensekresi cairan yang bersifat mucous. Kelenjar labial terletak
pada submucosa bibir atas dan bawah dan mensekresi daliva yang dominan
mucous daripada serous. Kelenjar glossopalatinal terletak di istmus lipatan
glossopalatinal dan sekresinya bersifat mucous.
41
Mucocutaneous Junction merupakan zona transisi antara bibir dan membrane
mucosa yang disebut zona merah atau perbatasan vermilion. Epitel pada membran
mukosa bibir adalah non keratin mukosa atau lining mucous.
Sekresi saliva diinisiasi oleh sinyal aferen dari reseptor sensorik di mulut yang
ditransmisikan oleh n.trigeminal, N. Facial darn N. Glossopharyngeal. Pembentukan
saliva yang disekresikan terjadi dalam dua tahap yaitu pembentukan saliva primer
dan modifikasi dari saliva primer di duktus.
Komponen protein pada saliva adalah protein pencernaan yaitu amilase, dan
lipase. Protein efek lubrikasi yaitu mucin atau mucoprotein, dan protein kaya akan
prolin. Protwin dengan efek antimikroba yaitu lysozyme, lactoperoksidase, laktoferin,
IgA, IgM, dan IgG
42
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/26717742_Treatment_of_altered_passive_
eruption_periodontal_plastic_surgery_of_the_dentogingival_junction
https://www.researchgate.net/publication/8114400_The_Junctional_Epithelium_from
_Health_to_Disease
https://www.academia.edu/7684032/Mucocutaneous_Junction_of_Eyelid_and_Lip_A
_Study_of_the_Transition_Zone_Using_Epithelial_Cell_Markers
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65003/Chapter%20II.pdf?seq
uence=3&isAllowed=y
https://www.academia.edu/8070702/ANATOMI_HISTOLOGI_DAN_FISIOLOGI_DA
RI_KELENJAR_SALIVA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20097/Chapter%20II.pdf;jses
sionid=94C1DBDEDDEA798D98BDFBAEA44D1530?sequence=3
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15503/Bab%20II.pdf?sequen
ce=6&isAllowed=y
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77385/.../S2-2015-304631-chapter1.pdf
https://dokumen.tips/documents/mekanisme-sekresi-kelenjar-saliva.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51950/Chapter%20II.pdf
43