EPIDEMIOLOGI
1
2 Manajemen Epidemiologi
I.I.2.Sifat Dasar
Ada 2 hal yang menjadi sifat dasar episemilogi, yaitu :
a Lebih mengarah pada kelompok penduduk/masyarakat daripada
kesehatan perorangan
b Menilai peristiwa dalam masyarakat secara kuantitatif ( nilai, rate,
rasio, proporsi, dll)
j Epidemiologi molekuler.
Epidemiologi
”Jimu yang mempelajari tentang masalah
kesehatan pada sekelompok manusia”
Epidemiologi
Deskriptif Epidemiologi
Analitik
Kesimpulan
Suatu penyakit tidak tergantung kepada suatu sebab yang berdiri
sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat.
Contoh :
Host yakni faktor yang terdapat pada diri manusia, Host antara lain :
a Keturunan : alergi, kelainan darah, asma bronkiale.
b Daya tahan tubuh terhadap penyakit
c Umur : campak, polio, difteri pada anak-anak
d Jenis kelamin : kanker prostat (laki-laki), kanker payu dara
(perempuan).
e Ras : hemofili pada orang Eropa
f Status perkawinan : resiko kecelakaan pada jejaka.
g Pekerjaan : stress pada manajer
h Kebiasaan hidup : infeksi (kurang bersih), kanker paru (kebiasaan
merokok).
Agent adalah substansi/elemen yang ada-tidaknya mempengaruhi perjalanan
penyakit, antara lain:
a Zat gizi (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral).
b Gol. Kimia : eksogen (logam barat)/endogen (hormon).
c Gol. Fisik : suhu yang terlalu panas akan menimbulkan heat stroke.
d Gol. Mekanik : pukulan, kecelakaan lalu lintas.
e Gol. Biologik : mikro-organisme
2.1 Ratio
Ratio adalah perbandingan antara dua bilangan X/Y atau X/Y x k
1.394.419
Rasio jenis kelamin penduduk = = 0,958
1.455.610
Surabaya th 1999
Proporsi : salah satu tipe khusus dari rasio, dimana numerator adalah
bagian dari denominator.
X
x k
X+Y
Contoh : kunjungan kasus baru penyakit typhus penderita rawat inap di Rumah
Sakit pada tahun 2004 tercatat 100 kasus. Kunjungan kasus baru
penderita rawat inap seluruh penyakit tercatat 4.000. jadi proporsi
penyakit typhus tersebur adalah:
100
x 100% = 2,5 %
4000
11
12 Manajemen Epidemiologi
2.2 Rate
Rate yaitu bentuk khusus dari proporsi, berkaitan dengan periode waktu
tertentu probabilitas resiki dari penyakit.
2.3.2 Insidens
Yaitu mengukur pemunculan penyakit, mencerminkan laju kejadian
penyakit.
a Ukuran probabilitas menjadi sakit
b Perubahan insidens = perubahan dalam keseimbangan faktor-faktor
etiologsi
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
Manajemen Epidemiologi 13
Tabel :Hubungan antara merokok sigaret dan incidence rate stroke pada
kohor 118.539 wanita (Sumber : Unair, 2002).
2.3.3 Prevalensi :
Yaitu mengukur eksistensi penyakit :
Menggambarkan masalah kesehatan pada satu saat tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a Keparahan penyakit (makin fatal, prevalensi makin rendah)
b Jumlah kasus baru (makin banyak klasus baru, prevalensi makin
tinggi)
c Lama berlangsungnya penyakit (makin pendek lamanya sakit,
prevalensi makin rendah)
2.3.4 Insidensi
Insidensi dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Insidensi kumulatif (CI)
2. Laju Insidensi
1). Insidensi kumulatif (CI)
Proporsi orang yang terkena penyakit diantara semua orang yang beresiko
terkena penyakit tersebut dalam suatu jangka waktu. Merupakan probabilitas nilai
antara 0 dan 1
Kegunaan CI
1. Sebagai ukuran alternatif laju insidensi dalam mempelajari etiologi
penyakit
2. Mengetahui resiko populasi untuk mengalami prognosis penyakit
3. Mengetahui kelompok-kelompok dalam populasi yang perlu intervensi
penyakit
Metode menghitung CI :
a Metode kumulatif sederhana
b Metode actuarial ( tabel hidup)
c Metode laju insidensi
Ij
Rumus : CIj =
IjOj –waktu
Cij : Insidensi kumulatif pasca Wj/2 interval ke-i
Ij : Jumlah insidensi dalam interval waktu ke-j
Wj : Jumlah subyek yang menarik diri dari follow up dalam waktu
interval ke-j
Rumus CI dalam periode tertentu :
CI (to,tj) = 1 – j = t j π(1-Cij)
II = symbol untuk mengekspresikan hasil perkalian kumulatif
Metode tabel hidup dibuat dengan asumsi :
Banyaknya subyek yang berhenti = yang tetap berpartisipasi dalam
penelitian
Lamanya dalam resiko : setengah orang waktu
Besarnya resiko : konstan sepanjang intervensi waktu
Contoh :
Sebuah studi berminat mengetahui resiko frekuensi dalam jangka waktu 4
tahun diantara 12 pasien pasca amputasi osteosarkoma yang menjalanin
kemotrapi.
a Tahun I terdapat 1 px kambuh dalam 1 px meninggal
b Tahun II terdapat 1 px kambuh, 1 px meninggal, 1 px pndah kota
c Tahun III terdapat 2 px kambuh, 1 px menolak diteliti dan 2px
meninggal
d Tahun IV hanya didapatkan 1 px kambuh
Hitunglah kumulatif insidensi pada tahun IV dan bandingkan dengan metode
kumulatif insidensi sederhana
Ij Ij
IDj = =
Oj-(Ij+Wj)/2 PTj
Metode menghitung ID
1. Metode pasti
Untuk ID dengan :
Populasi yang tetap
Populasi kecil
Periode ddalam resiko yang pendek.
Rumus metode past :
1
ID =
# Pi.Ti
dengan
I = jumlah kasus baru penyakit selama periode.
Pi = masing-masing individu
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
18 Manajemen Epidemiologi
19
20 Manajemen Epidemiologi
2.Uraian system
a Buat daftar tujuan system
b deteksi KLB, melihat trend, identifikasi kontak, mencatat
penderitaan sebagai kasus dan merumuskan hipotesa penyebab
c Uraian peristiwa kesehatan yang akan diamati, buat definisi kasus.
d Uraian komponen pelaksanaan system
• Populasi mana yang diamati?
• Kapan periode pengumpulan data?
• Informasi apa yang dikumpulkan?
• Sumber informasi
• Bagaimana informasi disimpan
• Siapa yang menganalisis data
• Bagaimana data dianalisis, Frekuensi, Visualisasi data
• Frekuensi desiminasi informasi, Kepada siapa, Bagaimana caranya.
4. Gambar diagram atur system yang dievaluasi.
3. Kegunaan
1. Uraikan tindakan yang telah diambil , berdasarkan informasi dari
system surveilans
2. Uraikan siapa saja yang telah memanfaatkan data untukmengambil
keputusan dan mengambil tindakan keputusan
3. Buat daftar kemungkinan lain dalam penggunaan data
4. Atribut system
Atribut system surveilans :
1. Kesederhanaan (simplicity)
Mencakup :
a. Struktur (rancangan dan besarnya)
b. Pengorganisasiannya Cara penilaian
Æ diagram atur
Ukuran-ukuran yang perlu dinilai
a. Jumlah dan jenis info untuk diagnosa
b. Jumlah dan jenis sumber pelaporan
c. Cara mengirim data
d. Jumlah institusi yang terlibat
e. Kebutuhan pelatihan staf
f. Jenis dan analisis kedalaman data
g. Jumlah dan jenis pengguna info
h. Cara diseminasi
i. Waktu yang dibutuhkan untuk :
Menjaga kesinambungan
Mengumpulkan informasi
Mengirim informasi
f Menganalisis informasi
Menyiapkan dan menyebarluaskan laporan
Rancangan sederhana
Definisi kasus mudah diterapkan
Orang yang mengidentifikasi kasus juga pemroses data dan
pengguna informasi
Rancangan kompleks
Perlu laboratorium untuk konfirmasi
Perlu pelacakan oleh petugas untuk mengumpulkan keterangan
yang lebih rinci
Ada berbagai tingkat pelaporan
MASALAH KESEHATAN
SUMBER DATA :
MASYARAKAT • Dokter Proses pelaporan
• RS
• Lab
• Sekolah
• Catatan statistik
Penerima data
↓
Tingkat Kabupaten
↓
Tingkat Propinsi
↓ Pengolahan data
Pusat • Kumpul
• Rekam
• Edit
• Analisis
• Susun laporan
• Desiminasi
laporan
1. Fleksibilitas (flexibility)
a dapat menyesuaikan diri dengan perubahan informasi yang
dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa peningkatan berarti akan
kebutuhan biaya, tenaga,
b waktu dapat menerima penyakit/masalah kesehatan yang baru
didefinisikasi
c ditentukan dengan cara retrospektif Æ mengamati bagaiman suatu
system memenuhi kebutuuhan-kebutuhan baru
2. Akseptabilitas (acceptability)
a Menunjukkan kemauan/keikutsertaan untuk memanfaatkan system dari :
1. Orang diluar instansi yang mengembangkan system
2. Orang-orang yang melaksanakan system
b Indikator
1. Angka keikutsertaan (perorangan/instansi)
2. Seberapa cepat tercapai
3. Kelengkapan wawancaralpenolakan pertanyaan
4. Kelengkapan formulir
5. Angka pelaporan dari dokter, lab, RS/fasilitas kesehatan
3. Sensitivitas (sensitivity)
a.dilihat dari
1. Proporsi kasus dari penyakit/masalah kesehatan yang dideteksi oleh
system surveilans
2. Kemampuan untuk mendeteksi KLB
b.dipengaruhi oleh
1. Orang-orang dengan penyakit/masalah kesehatan tertentu yang
mencari upaya kesehatan
2. Sensitivitas alat diagnosis
3. Kasus yang akan dilaporkan dalam system
c.pengukuran sensitivitas perlu :
1. Validitas informasi
Masalah kesehatan
Identifikasi
4.1 Validitas
Validitas merupakan kriteria kredibilitas yang paling krusial.
Mengacu pada persoalan pengukuran yang benar melalui instrumen yang
benar. Mempersoalkan akurasi peneliti (mengamati, rnengukur, mewancarai,
menginterpretasikan, mencatat, mengolah informasi) dan menekankan pada
pentingnya ketertiban, kebenaran dan kesahihan dalam pengukuran
30
Manajemen Epidemiologi 31
Contoh :
Penilaian validitas kriteria pengukuran dengan konsep sensitivitas dan
spesitifitas pada program screening test
Validitas :
Kemampuan untuk menentukan individu yang mempunyai penyakit dan tidak
mempunyai penyakit
Indicator :
1. Sensitifitas
• Kemampuan dari suatu tes untuk mengidentifikasi secara benar oarang-
orang
• Prosentase dari mereka yang sakit yang kemudian dinyatakan positif oleh
test (True Positif = TP)
2. Spesifitas
• Kemampuan dari suatu tes untuk mengidentifikasi secara benar orang-
orang yang tidak mempunyai penyakit
• Prosentase dari mereka yang tidak sakit yang kemudian dinyatakan
negatif oleh test (True Negatif = TN)
TP
Sensitifitas = x 100% = ______%
TP + FN
TN
Sensitifitas =
TN + FP
Combination of test
Untuk meningkatkan sensitifitas dan spesifitas
1. Series test
Seseorang disebut positif bila seluruh rangkaian menghasilkan positif dan
negatif
bila ada suatu hasil test negatif
• Meningkatkan spesifitas :
Series test I : positif- positif
Series test II : positif - negatif
Hasil : positif - negatif
Contoh series test :
Populasi = 1000
Test I
Penyakit
+ - Sensifitas
+ 20 100 120
20
Test - 80 1800 1880 X 100% = 20%
100 1900 2000 100
Test II
Penyakit
+ - Net sensitifat
+ 6 10 16 6
Test - 14 90 104 X 100% = 6%
100
20 100 120
Net spesifitas =
1800 + 90
x100% = 99,47%
2. Pararel test
Seseorang disebut positif bila ada suatu hasil positif dari rangkaian tes
dan
negatif bila semua rangkaian tes negatif
• Meningkatkan spesititas :
Series test I : negatif – negatif
Series test II : negatif - positif
Hasil : negatif - positif
Test II
Penyakit
+ - Net Sensitifitas
+ 20 200 220
- 60 1600 1660
Test
80 1800 1880
(10 + 10)
X 100% = 40%
50
1600
Net Spesifitas = x100% = 84,21%
1900
1. Prevalensi 25%
+ - + -
+ 250 750 1000 + 250 750 1000
- 250 750 1000 - 250 750 1000
500 1500 2000 500 1500 2000
+ -
Penyakit
+ 250 750 1000
- 250 750 1000
250
Test PPV = X 100% = 25%
250 + 750
2. Prevalensi 50%
Penyakit + -
+ 500 500 1000
- 500 500 1000
500 1000 1000 2000
Test PPV = 100% = 50%
500 + 500
4.2 Reliabilitas
a Kemampuan tes untuk menghasilkan nilai yang konsisten bila tes
dilakukan > 1kali, pada individu dan kondisi yang sama
b.Rehabilitas meliputi 2 aspek :
1. Stabilitas (stability) Æ konsisten intra pengamat
2. Kesamaan (equivalence) Æ konsistensi antar pengamat
c.Reliabilitas dipengaruhi oleh
Variasi observer Æ interobserver dan intraobserver
Variasi metode Æ instrumen
d.Mengurangi variasi :
Standariwsasi prosedur
Pelatihan secara periodic bagi observer
Pemeriksaan secara periodic kerja observer, alat
Gunakan dua atau lebih observer
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
36 Manajemen Epidemiologi
Latihan :
Peneliti ingin membandingkan metode pap smear dengan metode PCR
(Polimerase Chain Reaction) pada kanker leher rahim dari 1000 kasus dengan
prevalensi 10%.
Dari 125 pasien yang dinyatakan positif dengan PCR ternyata 75 pasien
dinyatakan benar-benar positif sakit. Hitung sensitifitas, spesifitas,
prosentase FN dan FP, PPV dam NPV.
Pal smear
+ -
Pcr + 75 50 125
- 25 850 875
100 900 1000
75
Sensitifitas = x100% = 75%
100
850
Spesifitas = x100% = 94,4%
900
75
PPV = x100% = 60%
125
850
NPV = x100% = 97,1%
875
Penyakit
• Serius
• Prevalensi tinggi pada tahap kesehatan masyarakat
• Riwayat penyakit dimengerti
• Periode yang panjang diantara tanda-tanda pertama dan timbulnya
penyakit
37
38 Manajemen Epidemiologi
Uji/tes
• Sensitive dan spesifik
• Aman dan dapat diterima
• Reliable
Diagnosis dan pengobatan
• Fasilitas adekuat
• Efektif, dapat diterima dan pengobatan yang aman telah tersedia
Penting
"Keamanan"karena inisiatif untuk melalukan screening pada umumnya dari
pemberian pelayanan kesehatan bukan dari orang yang menjalani screening
itu.
Penyakirngan oportunistik (inisiatif dari "individu" yang menjalani
screening)
Kegunaan/keuntungan
• Pencegahan tingkat kedua Æ diagnosis dim melalui program screening
• Dengan dx dini Æ kebutuhan rehabilitas berkurang
• Dengan dx dini Æ menurunkan case fatality
6.2.1.Langkah-langkah alamiah
Seperti pada disiplin ilmu lain, epidemiologi juga dalam usahanya untuk
mencapai tujuannya seperi dikemukakan di atas, melalui suatu siklus seperti
berikut:
a. Menelaah fakta dan hipotesis yang ada
b. Memformulasikan hipotesis yang baru atau lebih spesifik
c. Mengumpulkan fakta-fakta baru untuk menguji hipotesis yang
dikemukakan di b. setelah selesai satu rangkaian ini kita kemabli lagi ke
a untuk melalui dengan siklus baru
40
Manajemen Epidemiologi 41
6.2.2.Merakit fakta
Variabel-variabel yang dirakit umumnya dapat dikategorikan sebagai
variabelvariabel yang menrangkan WAKTU, TEMPAT dan ORANG.
Menjelaskan waktu orang terkena penyakit tersebut. Adakah hal-hal yang
luarbiasa pada distribusi kasus-kasus menurut waktu, seperti tahun, bulan atau
hari TEMPAT. Adakah tempat menyebar rata antara macam-macam negara,
propinsi di suatu negara atau daerah perkotaan dan pedesaan, tanah dataranm vs
pegunungan? Menggambarkan ciri-ciri orang yang terkena, seperti jamur, jenis
kelamin, pendidikan, agama, status sosial ekonomi atau status perkawinan.
6.3 Hipotesis
1. Cara menyusun hipotesis
Seperti pada ilmu umumnya, suatu hipotesis yang meyakinkan dapat
menjadi suatu alat yang penting untuk mengarahkan penelitian yang akan
dating. Keberhasilan suatu penelitian sangat bergantung pada mutu
hipotesis yang diajukan. Di bawah ini disajikan empat cara yang dapat
dipakai untuk sampai
a. Metode perbedaan
Bila frekuensi suatu penyakit berbeda pada dua keadaan yang berbeda
dan beberapa faktor ada pada suatu keadaan tetapi tidak diketemukan
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
42 Manajemen Epidemiologi
pada keadaaan yang lain, maka mungkin hal ini dapat dipertimbangkan
sebanagi penyebab penyakit etrsebut. Contoh kanker serviks agak sering
diketemukan pada wanita tetapi sangat jarang pada biarawati,
perbedaannya?
b. Metode kecocokan
Bila suatu faktor yang sama ditemukan pada keadaan-keadaan yang
berbeda dan ternyata faktor tersebut berasosiasi dengan penyakit,
maka faktor in] mungkin penyebab penyakit tersenut. Contoh : kanker
serviks berhubungan dengan hubungan kelamin pada umur muda,
berhubungan juga dengan rekan seksual yang banyak, dan dengan
keadaan sosial-ekonomi rendah. Faktor yang sama mungkin virus yang
ditelarkan secara seksual.
c. Metode concomitant variation
Pada metode ini kita mencari sejumlah faktor yang frekuensinya atau
kekuatannya berubah mengikuti perubahan frekuensi penyakit. Contoh
frekuensi zat gizi tertetnu dengan insiden penyakit jantung koroner
pada daerah-daerah yang berbeda. Atau hubungan antara konsentrasi zat
flourida di air minum dengan frekuensi caries dentis.
d. Metode analogi
Penyebaran suatu penyakit mungkin sangat mirip dengan penyebaran
penyakit lain yang sudah diketahui penyebabnya. Mungkin penyebab
ini sama. Contoh : penyakit-penyakit keturunan (hereditary) cenderung
untuk terdapat di keluarga, maka penyakit ini juga dianggap penyakit
keuturunan, yang tentu saja belum tentu benar. Cara berpikir seperti in]
dapat menyelesaikan.
2. Beberapa pertimbangan
a. Hipotesis yang sebaiknya disusun dengan mengaitkan hasil observasi
dari berbagai bidang, seperti klinik, patologik dan dari laboratorium
b. Semakin kuat hubungan statistik yang didapatkan semakin besar pula
peluangnya untuk mendapatkan hipotesis sebab-akibat. Kuatnya
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
Manajemen Epidemiologi 43
4. Menguji hipotesis
Suatu hipotesisi epidemiologi biasanya menjelaskan tentang hubungan
sebab-akibat. Pertama adalah hubungan secara statistik, bila adakah hubngan
kausal? Bila dihipotesiskan adanya hubungan kausal maka dapat dilakukan
penelitian yang bersifat experimental atau bila ini tidak mungkin dilakukan
penelitian observasional. Sebelum kita bicarakan cara penelitian yang bisa
dilakukan, sebaiknya dibicarakan dulu tentang hubungan atau asosiasi. Dan
persyaratan yang harus dipenuhi sebelum suatu hubungan dapat dinyatakan
sebagai berikut :
1. Hubungan
a. Tidak berhubungan secara statistik
b. Berhubungan scara statistik
c. Non kausal
d. Kausal
Tidak langsung
Langsung
2. Hubungan kausal
Suatu hubungan (Asosiasi) dapat dikatakan kausal bila hal-hal di bawah
ini dipenuhi
1. Urutan waktu
Penyebab harus lebih dahulu dari akibat. Paling sedikit harus dapat
diasumsikan. Ini adalah syarat dasar bagi hubungan sebab-akibat
2. Konsistensi
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
Manajemen Epidemiologi 45
6.4.Penelitian Epidemiologi
1 Experimental
Pada penelitian experimental kita dengan sengaja memberikan suatu
perlakukan atau dengan sengaja tidak memberikan perlakuan. Perlakuan
adalah yang kita dianggap sebagai penyebab. Selanjutnya kita mengamati
timbulnya akibat yang kita harapkan.
Hasil penelitian experimental dapat memberikan jawaban yang balk
tentang apakah hubungan yang diphipotesiskan itu sutau hubungan sebab
akibat atau bukan. Tidak semua hipotesis sebab akibat dapat diteliti
dengan cara experimental, terutama bila pengujian harus dilakukan pada
manusia, karena harus diperhatikan masalah etika. Dalam hal demikian,
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
46 Manajemen Epidemiologi
2 Non experimental
Pada penelitian observational kita tidak melakukan perlakuan, tetapi
subyek penelitian sendiri yang memilih melakukannya. Sebagai contoh :
dihipotesiskan bahwa ibu-ibu bila makan obat x pada waktu hamil muda
(exposure) bahwa bayi yang dilahirkan mempunyai resiko yang lebih besar
untuk mencapat cacat bawaan (outcome) dari pada yang ridak makan obat
tersebut. Dalam hal ini makan atau tidak obat ditentukan oleh si ibu bukan
peneliti
Makan obat waktu hamil Cacat bawaan pada bayinya
Ada Tidak ada Total
Terpapar (exposed) a b (a + b)
Tidak terpapar (non exposed) c d (c + d)
(a + c) (b + d) N
a. Studi kohort
Pada penelitian Kohort yang mempunyai sejumlah (a + b) ibu hamil
muda yang makan obat dan sejumlah (c + d) ibu hamil muda yang tidak
makan obat, kedua kelompok tersebut diikuti sampai melahirkan dan
diobservasi apakah bayinya menderita cacat bawaan atau tidak. Dari
jumlah bayi yang cacat ini kita dapat menghitung insiden (le) cacat
bawaan pada kelompok ibu yang makan obat yaitu c/(c + d). Bila kedua
insiden in] dibandingkan : le /lo akan didapatkan resiko relatif (relative
risk = RR) Pada penelitian Kohort kita dapat langsung menghitung
RR, tetapi kesulitannya terutama untul penyakit yanginsidennya
kecil kita harus pengamatan harus dilakukan lama sekali, sehingga
sering sekali sulit rnelakukannya.
b. Studi kasus kohort
Pada penelitin kasus-kontrol kita bandingkan kasus dan kontrol (bukan
kasus). Jadi kasus adalah ibu yang melahirkan bay cacat bawaan dan
kontrolnya ibu yang melahirkan bayi tanpa cacat bawaan, yaitu masing-
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
Manajemen Epidemiologi 47
6.5.Menerangkan mekanisme
Bila hipotesis diperkuat oleh hasil penelitian, maka harus
dijelaskan mekanisma adanya hubungan sebab akibat, baik ditinjau dari
ilmu biologi maupun ilmu kedokteran; apakah hubungan tersebut tidak
ditimbulkan kembali pada percobaan dengan jewan. Keterangan juga dapat
dicari dari mekanisme seluler atau biokimia.
Center for Disease Control and The Fundation, 1983, Manual for Work Shop
on The Use of Epidemiology Methods In Reproductive Health Studies,
Studing People's Republic Of China, October, 13-26
John M, 1987, Public Health and Human Ecology, Appleton & Lange inecticut
Kanwil Depkes Provinsi Jawa Timur, 2000, Profil Kesehatan Jawa Timur
Tahun 2000, Surabaya
48
LAMPIRAN
Contoh Soal
49
50 Manajemen Epidemiologi
SUMBER DATA
Epidemiologi Deskriptif
Frek./jml masy.kes. di masy.
}
¾ Pengumpulan Primer
¾ Pengolahan
¾ Penyajian Data
¾ Pengintepretasi Sekunder
¾ Pengumpulan data
¾ Langkah:
1. Identifikasi data
2. Penentuan sumber data
3. Pemilihan metode yang tepat
4. Mempersiapkan alat pengumpulan data
5. Mengembangkan kerangka waktu pengumpulan data, meningkatkan
jumlah subyek, waktu untuk pengumpulan data, per subyek, jumlah
personil yang bekerja
¾ Bagaimana mengidentifikasi data
1. Lihat kembali tujuan
2. Rinci variabel-variabel klasifikasikan : IV DV conf V
¾ Apa saja sumber-sumber data
Data primer
Æ data dikumpulkan secara langsung dari subyek/obyek manusia,
binatang percobaan, dll
Data sekunder
Æ dari institusi mis data demografi
¾ Pertimbangan dalam pemilihan metode pengumpulan data
1. Keterampilan, waktu, peralatan, fasilitas & kesediaan
2. Penerimaan prosedur oleh subyek
3. Peluang untuk menghasilkan cakupan informasi
¾ Bagaimana data dikumpulkan Metode pengumpulan data tergantung pada :
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang
52 Manajemen Epidemiologi
1. Review of documents
Æ sederhana dan hemat
2. Pertanyaan
Æ kuesioner
Æ melalui wawaancara langsung, telp, surat
3. Observasi
¾ Apa sumber ketidakakuratan
Variasi biologi :
1. Interindividual variation
2. Intrain dividual variation
¾ Bagaimana meningkatkan akusasi observasi & pengukuran
1. Pelatihan observer
2. Buat definisi & klasifikasi setiap kejadian yang akan diukur/dipelajari
Kasus/penyakit
Expose dan non expose
3. Secara objective
1. Menggunakan instrument dengan tingkat objektivitas tinggi
2. Blind
4. Perbaikan instrument/memilih instrument yang akurat
Æ instrumen dikalibrasi & standarisasi dan pengendalian variasi observer
¾ Bagaimana mempersiapkan kuesioner
A. Prosedur
1. Rinci tiap variabel lalu dijabarkan dalam kuesioner
2. Formulasikan pertanyaan yang sesuai untuk mengukur variabel
dapat menggunakan > 1 pertanyaan untuk 1 variabel
3. Beri urutan pertanyaan, harus masuk akal
Mulailah dengan pertanyaan yang mudah
4. Siapkan draft kuesioner
5. Lakukan pre test keusioner
6. Buat perubahan, perbaikan, modifikasi yang seusia dengan
kebutuhan
B. Suarat kuesioner
3. Valid
4. Responden dapat menj awab pertanyaan (harapan)
5. Jelas & tidak mempunyai 2 arti
6. Jangan buat pertanyaan yang tidak sopan/menyakitkan
7. Fair (adil)