KEJANG DEMAM
OLEH :
AMALIAH HARUMI KARIM
NIM : 1110103000067
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: An. ADI
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Jaksel
TTL
Umur
: 1 tahun 1 bulan
Orang Tua
Nama Ayah
: Alm. Tn I
Nama Ibu
: Ny. Ade N
Usia
: 32 tahun
Usia
: 21 tahun
Agama
: Islam
Agama : IAlamat
:-
Alamat
:-
Pekerjaan
:-
Pekerjaan
Penghasilan
Penghasilan
:-
: Betawi
I.2. ANAMNESIS
Dilakukan aloanamnesis pada tanggal 19 desember 2013
KELUHAN UTAMA
: Kejang
An. A, usia 1 tahun 1 bulan datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi secara tibatiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Saat kejang, mata
melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah sebelum
kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu kejang berhenti, dan
pasien tertidur lemas. Pasien juga
Menurut ibu pasien, pasien demam sejak tadi pagi dan demam langsung tinggi. Saat di IGD,
pasien sudah diberikan paracetamol 2 x 80 mg . Tidak ada keluhan mata merah. Tidak ada
keluhan batuk dan pilek. Tidak ada keluhan mencret. BAB normal. Tidak ada keluhan nyeri
menelan. Tidak ada keluhan adanya ruam pada kulit. Tidak ada keluhan adanya cairan yang
keluar dari telinga. Tidak ada keluhan muntah. Tidak ada keluhan kelemahan atau
kelumpuhan. Menurut ibu pasien, os baru pipis sekali .Nafsu makan berkurang.
Klinik Bidan,
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Normal, spontan
Masa gestasi
Cukup bulan
3100 gr
51 cm
Langsung menangis
(+)
Kelainan bawaan
Tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI
BCG 1x
Hepatitis B 3x
Polio 4x
DPT 3x
RIWAYAT NUTRISI
Sejak lahir pasien diberi ASI, ketika umur seminggu diberi makan pisang. Sampai sekarang
masih ASI dan makanan biasa (makanan keluarga)
Pasien tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan. Saat ini, pasien sudah bisa
berdiri sendiri, berjalan, menyebut mama, mengoceh, menaruh benda, menyebutkan 1 kata,
dadah, dan bermain dengan bola kecil.
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: 38,8
Data antropometri :
Celsius
- Berat badan : 8 Kg
- Tinggi badan : 73 cm
- Lingkar kepala : 44 cm
- LLA : 14 cm
Kepala
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Reflek cahaya langsung +/+, tak
langsung +/+, pupil bulat isokor +/+. Strabismus (-). Mata tidak cekung
Telinga
: Normotia
Kanan
: a. liang telinga
Kiri
: a. liang telinga
Hidung
: Napas cuping hidung (-), cavum nasi lapang, konka tidak oedem,
tidak hiperemis , sekret (-),
Bibir
Mulut
: Mukosa lembab,
Lidah
Tonsil
: T1-T1 tenang
Genitalia
mukosa
Toraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Paru
:
Inspeksi
Abdomen
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
: supel, datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas, sianosis (-), CRT <3, edema (-)
Genitalia
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsangan Meningeal
Kaku kuduk
: (-)
Laseque
: >70o/>70o
Kernig
: >135o/>135o
Brudzinski I
: -/-
Brudzinski II
: -/-
: Tidak Dilakukan
Lihat warna
: Tidak dilakukan
Funduskopi
: Tidak dilakukan
N. III,IV dan VI
Pupil
Isokor, bulat,
RCL +/+
RCTL +/+
Akomodasi : Baik
Pergerakan bola mata : Normal
Eksoftalmus
: -/-
Nistagmus
: -/-
Kesan : Normal
N. V
-
Cab. Sensorik
o Opthalmicus : +/+
o Maksilaris
: +/+
o Mandibularis : +/+
N. VII
-
Motorik orbitofrontal
: +/+
Pengecap lidah
: Tidak dilakukan
N.VIII
-
Vestibular
Kokhlear
N. IX, X
Motorik
Sensorik
: Tidak dilakukan
N. XII
Pergerakkan lidah
Atrofi
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Tremor
: (-)
Disartria
: (-)
SISTEM MOTORIK
5555
5555
5555
5555
GERAKAN INVOLUNTER
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Mioklonik
: (-)
TROFIK
Eutrofi
: +/+
TONUS
Ekstremitas atas
: eutoni/eutoni
Ekstremitas bawah
: eutoni/eutoni
REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps
: +1/+1
Triceps
: +1/+1
Radius
: +1/+1
: +1/+1
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman tromer
: -/-
Babinski
: +/+
Chaddok
: -/-
Gordon
: -/-
Schaeffer
: -/-
Klonus otot
: -/-
Klonus tumit
: -/-
FUNGSI OTONOM
BAB dan BAK baik
DIAGNOSIS
Kejang demam kompleks berulang et causa suspek infeksi saluran kemih
HASIL LAB SEBELUMNYA ( 18/12/13)
Pemeriksaan hematologi
Hb
: 8,9 g/dl
Ht
: 30 %
Leukosit
: 23800 ribu/ul
Trombosit
: 553 ribu/ul
: 17 mg/dl
Kreatinin
: 0,4 mg/dl
: 120 mg/dl
: 7,2 (menurun)
PCO2
: 18,7 mmHg(menurun)
PO2
BP
HCO3
: 8,2 (menurun)
02 saturasi
: 95,2 % (normal)
BE
Total C02
Elektrolit Darah
Na
: 139
: 3,62
RENCANA PEMERIKSAAN
Hasil Pemeriksaan Urinalisis (19/12/13)
Leukosit : positif 1
Darah
: trace
TATALAKSANA
Diazepam 3 x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
PROGNOSIS
Ad vitam
bonam
Ad fungsionam
bonam
Ad sanactionam
Bonam
: compos mentis
Suhu
: 37,7
Nadi
Nafas
: 32 kali/menit
Kepala
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa suspek ISK
P: IVFD aff
Cefixim 2x 50 mg PO (Konsul nefrologi)
Diazepam 3x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
HASIL FOLLOW UP (21/12/13)
S: Ibu pasien mengeluh pasien masih demam. Nafsu makan membaik. Buang air besar
normal. Pasien sudah tidak kejang. BAK normal
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Suhu
: 37,8
Nadi
Nafas
: 30 kali/menit
Kepala
: compos mentis
Suhu
: 36
Nadi
Nafas
: 30 kali/menit
Kepala
Genitalia :
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk negative, lasegue 70/70, kernig 135/135 ,
Brudzinski I -/- , brudzinski II -/N. kranialis:
N. III, IV, VI : gerakan bola mata tidak terbatas, rcl +/+, rctl +/+ ,
N. V : tidak ada deviasi rahang bawah
N.VII : wajah simetris, sudut bibir simetris
N.XII : tidak ada deviasi lidah
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK
P:
Cefixim 2x 50 mg
Diazepam 3x 0,8 mg PO
Parasetamol 3x 80 mg PO
HASIL FOLLOW UP (23/12/13)
S: Tidak ada keluhan demam. Tidak ada kejang. BAB dan BAK normal. Nafsu makan
membaik
O : Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Suhu
: 36
Nadi
Nafas
: 28 kali/menit
Kepala
Refleks fisiologis:
R.patella : +/+
R.biceps : +/+
R.triceps : +/+
R. Achilles: +/+
A : Kejang demam kompleks berulang et causa ISK
P:
-pulang
-obat pulang : cefixime 2x 50 mg PO
-parasetamol 3x 80 mg PO
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Kejang demam terjadi 2-4% pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun.
2.3 Klasifikasi
2.3.1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
2.3.2 Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
A. Kejang lama > 15 menit
B. Kejang fokal atau pasial satu sisi , atau kejang umum didahului kejang
parsial
C. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
2.4 Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan
listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron
tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi.
Sel syaraf, seperti juga sel hidup lainnya, mempunyai potensial membran.
Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial
intrasel lebih negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat,
potensial membran berkisar antara 30-100 mv, selisih potensial membran ini
akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial membran
ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na, K, dan
Ca. Bila sel syaraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik, akan
mengakibatkan menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran
ini akan menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion na akan meningkat,
sehingga Na akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Bila rangsangan cukup
kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap, maka permeabilitas
membran terhadap Na akan meningkat secara besar besaran pula, sehingga
timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke
sel syaraf berikutnya melalui sinaps dengan perantara zat kimia yang dikenal
dengan neurotransmitter.
Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori, yaitu:
A. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,
misalnay pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan
pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan dapat terjadi
hipoksemia.
neurotransmitter
inhibisi
yang
dapat
menyebabkan
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini , diagnosis kejang demam kompleks et causa infeksi saluran kemih
ditegakkan berdasarkan data data di bawah ini :
1. Anamnesis
A. Evaluasi Diagnostik
Pasien, anak perempuan, usia 13 bulan, datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi Kejang
terjadi secara tiba-tiba, frekuensi 1 kali, durasi kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Saat kejang, mata melotot. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tidak ada keluhan mual
ataupun muntah sebelum kejang. Pasien sempat diberikan obat melalui anus saat di IGD lalu
kejang berhenti, dan pasien tertidur lemas.. Ibu pasien juga mengatakan pasien mengalami
demam.
Dari hasil alo anamnesis pada ibu pasien, didapatkan karakteristik kejang yang sesuai
dengan definisi kejang demam, yaitu kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas
38.C (suhu rektal) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1
bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya., umumnya berusia 6 bulan 5 tahun.
Sedangkan diagnosis kejang demam kompleks pada pasien ini sesuai dengan definisi kejang
demam kompleks, yaitu kejang dengan durasi lama > 15 menit.
Dari hasil alo anamnesis, ibu pasien menyangkal adanya keluhan kelumpuhan dan
kelemahan, dan
gangguan elektolit masih harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Pada pasien dengan kejang demam, kita perlu mencari etiologi demam. Pada pasien
ini tidak didapatkam keluhan spesifik yang mengarah ke suatu fokus infeksi. Pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari fokus infeksi
D. Evaluasi Nutrisi
Status nutrisi pasien adalah gizi baik. Walaupun demikian, pemberian pisang
saat pasien berusia 1 minggu perlu menjadi suatu perhatian khusus untuk edukasi
kepada ibu pasien. Seharusnya , anak berusia 13 bulan sekarang sedang diberikan
makanan setara makanan keluarga, bila perlu dicincang atau disaring kasar , dengan
frekuensi pemberian makan 3-4x/ hari, ASI tetap diberikan. Dapat berikan selingan 12x. waktu makan tidak lebih dari 30 menit.
2. Pemeriksaan fisik
Pada status generalis, didapatkan suhu meningkat yang merupakan tanda demam.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan OUE hiperemis. Hal ini mengarah ke infeksi di
saluran kemih. Tidak didapatkan adanya defisit neurologis. Tidak didapatkan adanya tandatanda gangguan elektolit seperti kelemahan otot, paralitik ileus. Tidak adanya defisit
neurologis dan gangguan elektrolit membuat kemungkinan diagnosis kejang demam menjadi
lebih kuat.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda tanda gizi buruk seperti iga gambang,
baggy pants, wasting. Hal ini mendukung hasil antopometri pada pasien yang merupakan gizi
baik.
3 . Pemeriksaan Penunjang
Pada saat pasien di IGD, telah dilakukan pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah,
pemeriksaan elektrolit darah, dan pemeriksaan gula darah, dan fungsi ginjal. Hasilnya
menunjukan peningkatan leukosit yang menandai adanya infeksi. Elektrolit darah dalam
batas normal, bisa menyingkirkan kemungkinan kejang akibat gangguan elektolit.