Anda di halaman 1dari 38

LOMBA KARYA TULIS SISWA

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN PANTAI


PEH PULO SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN DI
KABUPATEN BLITAR

Diusulkan oleh:
NOOR HABIBA KAUTSAR (12357/2014)
NADIA RACHMADIYANTI (12344/2014)
ARDIN LIRNAWATI (12148/2014)

SMA NEGERI 1 TALUN


KABUPATEN BLITAR

TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah pengembangan potensi wisata di
Kabupaten Blitar yang berjudul “Strategi Pengembangan dan Peningkatan Pantai
Peh Pulo Sebagai Objek Wisata Unggulan di Kabupaten Blitar”.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada:
1. Sumino, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Talun yang menegesahkan
karya tulis ini.
2. Sri Utaminingsih, S.Si, M.Pd selaku guru pembimbing.
3. Kepala Desa Sumbersih Kecamatan Panggungrejo yang telah memberikan
informasi mengenai objek wisata Pantai Peh Pulo.
Penyusun juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penyusun harapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
membangun dan mengembangkan karya tulis ini agar menjadi lebih sempurna.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Talun, 12 Juli 2015

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………..iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………….v

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………viii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………ix

ABSTRAK…………………………………………………………………….x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….2
1.3 Tujuan………….…………………………………………………..2
1.4 Manfaat…………………………………………………………….3

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata……………………………………………....4

2.2 Potensi Wisata……………………………………………………...4

2.2.1 Atraksi……………………………………………………4

2.2.2 Aksesibilitas……………………………………………...5

2.2.3 Amenitas…………………………………………………5

2.2.4 Aktifitas…………………………………………………..5

2.3 Sarana Prasarana Pariwisata ………………………………………5

2.4 Kondisi Kepariwisataan Nasional di Era Otonomi Daerah………..6

2.5 Pengembangan Pariwisata…………………………………………6

2.6 Pemasaran Pariwisata……………………………………………...7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………...8

v
3.2 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………8

3.3 Teknik Analisa Data…………………………………………………..9

BAB IV PEMBAHASAN

1.1 Potensi Peh Pulo Sebagai Kawasan Wisata………………………….10


1.2 Pendapat Masyarakat dan Pengunjung Mengenasi Pantai Peh Pulo....13
1.3 Faktor Penghambat Pengembangan Pantai Peh Pulo………………...14
1.4 Strategi Pengembangan Wisata Kawasan Peh Pulo………………….15
1.5 Aspek Promotif yang Perlu Dilakukan………………………………18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..21
5.2 Saran…………………………………………………………………22

DAFTAR PUSTAKA…………………………...……………………………....23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………....24

LAMPIRAN…………………………………………………………………......25

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1……………………………………………………………..10

Gambar 4.2……………………………………………………………..10

Gambar 4.3……………………………………………………………..14

Gambar 4.4……………………………………………………………..19

Gambar 4.5……………………………………………………………..20

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1…………………………………………………………………18

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A………………………………………………………………25

Lampiran B………………………………………………………………26

ix
Key words: Peh Pulo, strategi, pengembangan, wisata, potensi.

ABSTRAK
Pariwisata merupakan salah satu tonggak utama untuk membantu
menunjang perekonomian suatu negara. Mengingat dua per tiga luas wilayah
Indonesia adalah lautan, pantai merupakan objek wisata andalan Indonesia.
Kabupaten Blitar yang berada di Pulau Jawa bagian selatan tentu memiliki banyak
pesona pantai yang menawan, beberapa di antaranya adalah Pantai Serang,
Jolosutro, Pangi, dan yang paling terkenal adalah Pantai Tambakrejo. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan pendapat masyarakat
mengenai wisata Pantai Peh Pulo, serta untuk mengetahui faktor penghambat dan
strategi pengembangannya.
Potensi di daerah tempat tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya empat
pendekatan yang lebih dikenal dengan istilah “empat A”, yaitu atraksi,
aksesibilitas, amenitas, dan aktifitas. Pengembangan Pariwisata adalah usaha
yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki objek dan
daya tarik wisata yang akan dan sedang dipasarkan (Saputro dalam Yoeti,
2008:19).
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2015, bertempat di Dusun Peh
Pulo, Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo. Teknik pengambilan data yang
digunakan oleh penyusun adalah observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi.
Penyusun melakukan kegiatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
and Threats) sebagai dasar penelitian pengembangan wisata Pantai Peh Pulo
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dari analisis SWOT yang dilakukan oleh penyusun, dapat diketahui potensi
yang terdapat di Peh Pulo (strength), kelemahan pantai Peh Pulo (weakness),
peluang pengembangan (opportunity), dan ancaman (threats). Potensi tersebut
antara lain adalah kondisi alam yang masih alami, pantai-pantai lain yang berada
di Kawasan Peh Pulo, semenanjung yang terdapat di kanan-kiri pantai, biota laut
yang beragam, Pantai Ngleles yang juga berada di Desa sumbersih dan Gua
Codot. Kelemahan kawasan Peh Pulo adalah belum adanya atraksi wisata di
kawasan Peh Pulo, pemanfaatan potensi wisata yang belum optimal, infrastruktur
jalan yang belum layak, dan belum dibangunnya sarana prasarana yang
mendukung. Pantai Peh Pulo memiliki peluang (opportunity) sebagai objek wisata
yang menarik dan nyaman, peluang sebagai wisata andalan di Kabupaten Blitar
yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, serta pembangun ekonomi
masyarakat setempat. Situasi ancaman (threats) yang mungkin terjadi antara lain
adalah terjadi bencana alam seperti tsunami dan berbagai aktifitas yang dapat
merusak lingkungan Kawasan Peh Pulo.
Berikut rencana strategis yang dapat dilakukan pemerintah daerah dan
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi wisata di kawasan Peh Pulo
yang memenuhi kriteria sebagai objek wisata yang banyak diminati. Zona Inti
terdiri dari pembenahan akses jalan, retribusi dan parkir, dan fasilitas umum. Zona
pendukung terdiri dari camping, sewa perahu, olahraga air, penangkaran penyu,
penginapan, kuliner khas setempat, dan cinderamata.

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang diapit oleh dua benua dan
dua samudra, yaitu Benua Asia dan Australia, serta Samudra Pasifik dan Hindia.
Letak geografis Indonesia yang strategis menyebabkan Indonesia dianugerahi
sejuta pesona alam memukau yang membentang dari Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam sampai Propinsi Papua. Setiap daerah di Indonesia memiliki keadaan
dan potensi alam yang berbeda-beda, mulai dari dataran tinggi hingga dasar laut.
Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki berbagai macam kebudayaan
daerah, suku bangsa, bahasa, kuliner khas daerah, bahkan banyak situs sejarah
maupun pra sejarah yang dapat ditemukan di Indonesia. Hal tersebut dapat
memberikan dampak positif bagi Negara Indonesia, dan diharapkan mampu
menarik lebih banyak devisa negara, baik dari wisatawan manca negara maupun
domestik.
Pariwisata merupakan salah satu tonggak utama untuk membantu
menunjang perekonomian suatu negara. Indonesia yang telah dianugerahi
pemandangan alam yang indah serta berbagai kekayaan bangsa lainnya memiliki
banyak peluang untuk mengembangkan sektor wisata berdasarkan potensi yang
dimiliki. Peran pemerintah sebagai fasilitator serta partisipasi masyarakat untuk
melestarikan dan mengelola objek wisata sangat diperlukan untuk menjaga
bahkan meningkatkan kualitas objek wisata di Indonesia.
Kabupaten Blitar secara astronomis terletak diantara 111°40’ - 112°10’ BT
dan 7°58’ - 8°9’51’’ LS, sedangkan secara geografis Kabupaten Blitar terletak di
Pulau Jawa bagian timur dan berada di pesisir Samudra Hindia. Secara
administratif, Kabupaten Blitar terbagi dalam 22 kecamatan, terdiri dari 248 desa
atau kelurahan, yaitu 28 kelurahan dan 220 desa. Pemekaran wilayah kecamatan
ini dimulai pada tahun 1992, sedangkan sebelum tahun tersebut Kabupaten Blitar
hanya terdiri atas 19 kecamatan (Pemerintah Kabupaten Blitar, 2013).
Pantai merupakan objek wisata andalan Indonesia dengan mengingat dua
per tiga luas Indonesia adalah lautan. Blitar yang berada di Pulau Jawa bagian
selatan tentunya memiliki banyak pesona pantai yang menawan. Beberapa pantai
di antaranya adalah Pantai Serang, Jolosutro, Pangi, dan yang paling terkenal
adalah Pantai Tambakrejo. Namun, dibalik pesona pantai-pantai tersebut masih
ada Pantai Peh Pulo yang menyimpan sejuta keindahan dengan nuansa yang
berbeda. Pemandangan yang disuguhkan sangat alami dan masih jarang terjamah
kaki wisatawan. Bahkan Pantai Peh Pulo masih terdengar asing bagi warga Blitar.
Kami mensurvei enam puluh penduduk dari sembilan kecamatan di Kabupaten
Blitar dan 67% masih belum mengetahui tentang keberadaan Pantai Peh Pulo.
Dari 33% penduduk hanya 20% yang pernah berkunjung ke Peh Pulo.
Ditinjau dari segi potensi Pantai Peh Pulo dapat digunakan sebagai acuan
untuk pengelolaan serta pengembangan menjadi objek wisata yang berupa pantai,
maka penyusun akan mengangkat potensi Pantai Peh Pulo sebagai destinasi
tempat wisata di daerah Blitar Selatan dengan sebuah karya tulis ilmiah yang
berjudul “Strategi Pengembangan dan Peningkatan Pantai Peh Pulo Sebagai
Objek Wisata Unggulan di Kabupaten Blitar”. Dengan adanya pembangunan
objek wisata secara langsung dapat meningkatkan kesempatan kerja dan usaha
bagi masyarakat serta meningkatkan pendapatan daerah. Bantuan pemerintah
sangat diperlukan untuk tercapainya kawasan wisata Peh Pulo yang dapat menjadi
andalan wisata di Kabupaten Blitar.
1.2 Rumusan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, maka dalam karya tulis ini penyusun
membatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut.
a. Apa saja faktor pendukung atau potensi yang dapat dikembangkan di Pantai
Peh Pulo?
b. Bagaimana pendapat masyarakat atau pengunjung mengenai Pantai Peh Pulo?
c. Apa saja kendala atau faktor penghambat perkembangan Pantai Peh Pulo
sebagai objek wisata?
d. Bagaimana strategi pengembangan wisata yang sesuai di Pantai Peh Pulo?
e. Apa saja aspek promotif yang perlu dilakukan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui potensi yang dimiliki Pantai Peh Pulo sebagai acuan untuk
pengelolaan dan pengembangan menjadi objek wisata.

2
b. Mengetahui pendapat masyarakat atau pengunjung mengenai Pantai Peh Pulo.
c. Menganalisa faktor yang dapat menghambat perkembangan Pantai Peh Pulo
sebagai objek wisata.
d. Merencanakan strategi untuk mengembangkan Pantai Peh Pulo.
e. Merencanakan aspek promotif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut.
a. Bagi penyusun: dapat melatih kemampuan penyusunan karya tulis ilmiah .
Dalam proses penulisan karya tulis ini dapat menambah pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai Pantai Peh Pulo.
b. Bagi pembaca: dari data yang disajikan oleh penyusun dapat dijadikan sebagai
sumber informasi mengenai Pantai Peh Pulo.
c. Bagi pemerintah: dapat dijadikan inspirasi atau masukan untuk
mengembangkan Pantai Peh Pulo sebagai salah satu objek wisata andalan di
Kabupaten Blitar.
d. Bagi masyarakat setempat: dapat menjadi acuan untuk mengembangkan usaha
guna meningkatkan ekonomi setempat.
e. Bagi Bangsa Indonesia: dapat menambah informasi tentang wisata yang
berpotensi di Indonesia, dan menjadi inspirasi dalam mengembangkan objek
wisata lainnya di Indonesia.

3
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah(Wikipedia, 2015).
Kata pariwisata terdiri dari 2 bagian, yaitu “pari” dan “wisata”. Kata “pari”
memiliki pengertian bersama, atau berkeliling, sedangkan kata “wisata” memiliki
pengertian perjalanan. Bila digabungkan, pariwisata memiliki pengertian
melakukan kegiatan perjalanan berkeliling meninggalkan tempat awal, menuju ke
tempat yang lain (Sansekerta).
2.2 Potensi Wisata
Potensi wisata merupakan segala sesuatu dan keadaan yang baik yang nyata
dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba yang digarap dan diatur serta
disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau
diwujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan atau
menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa
suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa (Damardjat dalam Dimas,
2011:21).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, potensi adalah kemampuan
yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan;
daya. Wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang, dan sebagainya).
Potensi di daerah tujuan wisata dipengaruhi adanya 4 pendekatan yang
lebih dikenal dengan istilah “empat A”, antara lain:
2.2.1 Atraksi
Atraksi yang merupakan daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:
a. Daya tarik alam
b. Daya tarik budaya
c. Daya tarik buatan manusia
2.2.2 Aksesibilitas (kemudahan)
Sarana yang memberikan kemudahan mencapai daerah tujuan wisata.
Tempat tersebut mudah dijangkau, sarana yang diperlukan wisatawan mudah
ditemukan, misalnya transportasi ke tempat tujuan, jalan yang akan dilewati
aman dan nyaman. Hal itu harus dipertimbangkan dengan mendalam karena
sangat membantu kemudahan wisata.
2.2.3 Amenitas
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti penginapan, restoran, tempat hiburan,
transportasi lokal, alat-alat transportasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan,
dan lain–lain.
2.2.4 Aktifitas
Aktifitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama
berada di objek wisata. Faktor ini mempengaruhi lama tinggal wisatawan dan
menarik minat mereka (Saputro, 2008:19).
2.3 Sarana Prasarana Pariwisata
Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator
perkembangan pariwisata. Sarana atau prasarana diartikan sebagai proses tanpa
hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan
sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau oleh
wisatawan (Tim Peneliti PMB-LIPI, 2006:339).
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata,
seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.
Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta
dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang beraneka ragam.
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya
(Suwantoro dalam jurnal Tim Peneliti PMB-LIPI, 2006:339).

5
2.4 Kondisi Kepariwisataan Nasional di Era Otonomi Daerah
Pada masa lalu, pembangunan ekonomi lebih diorientasikan pada kawasan
Indonesia bagian barat. Hal ini terlihat lebih berkembangnya pembangunan sarana
dan prasarana di kawasan barat Indonesia bila dibandingkan dengan yang terdapat
di kawasan timur Indonesia. Hal ini juga terlihat dari pembangunan di sektor
pariwisata, dimana kawasan Jawa-Bali menjadi kawasan konsentrasi utama
pembangunan kepariwisataan. Sementara dilihat dari kecenderungan perubahan
pasar global, yang lebih mengutamakan sumber daya alami sebagai destinasi
wisata, maka potensi sumber daya alam di kawasan timur Indonesia lebih besar
dibandingkan kawasan barat. Kualitas sumber daya alam yang dapat dijadikan
daya tarik wisata unggulan di kawasan timur Indonesia jauh lebih baik dan
memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Namun demikian tidak secara
otomatis kawasan timur Indonesia dapat dikembangkan menjadi kawasan
unggulan, karena adanya beberapa masalah mendasar, seperti kelemahan
infrastruktur, sumber daya manusia, dan sebagainya.
Beberapa dampak yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan pembangunan
di sektor pariwisata adalah:
a. Pembangunan pariwisata yang tidak merata, khususnya di kawasan timur
sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi kawasan Indonesia timur dari sektor
pariwisata masih rendah.
b. Indonesia hanya bertumpu pada satu pintu gerbang utama, yaitu Bali.
c. Lemahnya perencanaan pariwisata di kawasan timur Indonesia dan kurang
termanfaatkannya potensi pariwisata di kawasan tersebut secara optimal.
d. Rendahnya fasilitas penunjang pariwisata yang terbangun.
e. Terbatasnya sarana transportasi, termasuk hubungan jalur transportasi yang
terbatas(Nirwandar, 2006:4).
2.5 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar
dan berencana untuk memperbaiki objek dan daya tarik wisata yang akan
dan sedang dipasarkan. Pengembangan Pariwisata tersebut meliputi perbaikan
objek dan fasilitas fasilitas yang ada kepada wisatawan semenjak berangkat

6
dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula
(Yoeti dalam Saputro, 2008:19) .
Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek wisata tersebut
banyak diminati pengunjung, yaitu:
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu
yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan
kata lain, objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu
menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang berkunjung dapat melakukan
sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax
berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan,
terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat
wisatwan lebih betah untuk tinggal.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti dalam Dimas, 2011:16).
2.6 Pemasaran Pariwisata
Pemasaran Pariwisata adalah kegiatan yang maksudnya untuk
mempengaruhi, menghimbau dan merayu wisatawan potensial sebagai
konsumen agar mengambil keputusan untuk mengadakan perjalanan wisata
(Saputro dalam Soekadijo, 2008:28).
Pemasaran Pariwisata dapat dibatasi dengan upaya-upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan organisasi Pariwisata nasional atau badan usaha
Pariwisata nasional dan lokal, guna memenuhi kepuasan wisatawan baik
secara kelompok maupun pribadi masing-masing dengan maksud meningkatkan
pertumbuhan pariwisata yang ada (Wahab dalam Saputro, 2008:28).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2015, bertempat di Dusun Peh
Pulo, Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo. Adapun alasan penyusun
memilih pantai Peh Pulo menjadi lokasi penelitian adalah sebagai berikut.
Peh Pulo menyajikan nuansa baru untuk sektor pariwisata yang ada di
Kabupaten Blitar. Hamparan pasir putih yang masih alami merupakan salah satu
keunggulan pantai peh pulo. Gugusan karang yang berada di sekitar bibir pantai
mencegah terjadinya abrasi dini serta menjaga para pengunjung dari ombak besar.
Pulau-pulau kecil yang tersebar di Laut Peh Pulo menjadi keunikan dan kelebihan
tersendiri sekaligus menjadi ciri khas yang dimiliki Pantai Peh Pulo. Seiring
dengan peningkatan kebutuhan wisata masyarakat seharusnya wisata Pantai Peh
Pulo seharusnya dimbangi dengan pempublikasian serta pengadaan sarana dan
prasarana yang mendukung.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik,
di antaranya sebagai berikut.
a. Observasi
Peneliti melaksanakan pengamatan langsung ke lokasi untuk melihat
secara nyata kondisi dan keberadaan Peh Pulo sebenarnya. Observasi dilakukan
untuk melihat Potensi alam, baik secara internal maupun eksternal serta sarana
dan prasana yang sudah maupun belum tersedia di sekitar Peh Pulo
b. Angket
Peneliti menyebarkan angket kepada masyarakat di sekitar Kabupaten
Blitar, Angket berisi pertanyaan mengenai pengetahuan masyarakat tentang
keberadaan pantai Peh Pulo serta saran berkaitan dengan pengembangan Pantai
Peh Pulo kedepannya.
c. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada pemerintah setempat, yaitu Kepala
Desa Sumbersih, Bapak Rois Basir. Data atau informasi yang diambil dalam
wawancara untuk mengetahui apa saja potensi yang ada di Peh Pulo. Strategi
pengembangan wisata Pantai Peh Pulo memerlukan peran pemerintah dan
masyarakat sekitar agar terwujudnya pengembangkan Peh Pulo sebagai tempat
wisata yang disegani oleh masyarakat lokal maupun manca negara.
d. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, pengambilan data juga diambil
melalui internet, jurnal, skripsi, dan tesis dan bahan lain yang berkaitan dengan
penelitian ini. Metode dokumentasi bertujuan untuk menjadi bukti bahwa
penyusun telah melakukan penelitian melalui media elektronik maupun cetak.
3.3 Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan merumuskan kata-kata
maupun kalimat yang telah diperoleh di lapangan sehingga dapat menjawab
permasalahan dengan bukti asli. Berdasarkan penelitian yang dikaji, penelitian ini
dilakukan penggambaran melalui diagram lingkaran dilengkapi deskripsi yang
berisi pemaparan, penggambaran, dan penceritaan keadaan sebenarnya dari objek
yang diteliti. Data kemudian diklasifikasi menurut fokus penelitian yang
menjawab semua pertanyaan dirumusan masalah.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Potensi Peh Pulo Sebagai Kawasan Wisata


A. Gambaran Umum
Potensi wisata merupakan segala sesuatu dan keadaan yang baik yang nyata
dan dapat diraba maupun yang tidak teraba yang digarap dan diatur serta
disediaan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau
diwujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan atau
menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa
suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa (Damardjati dalam
Dimas, 2011:21).
Berada di Jawa Timur, yang cukup berkontribusi dalam sektor pariwisata
Indonesia, Blitar tentu ingin berpartisipasi besar dalam pengembangan wisata di
Indonesia, khususnya Jawa Timur. Memiliki potensi wisata yang tidak kalah jauh
dari daerah lainnya. Blitar menawarkan objek wisata yang sangat beragam, mulai
dari wisata rohani, budaya, kuliner, situs sejarah, hingga wisata alam. Kabupaten
Blitar yang meliputi wilayah pegunungan hingga wilayah pantai, merupakan surga
wisata yang masih asri keberadaannya dan sangat menarik untuk dikaji lebih
lanjut.

Gambar 4.1 Bagian timur Pantai Peh Pulo Gambar 4.2 Bagian barat Pantai Peh Pulo
Sumber: Dokumen Pribadi
Pantai Peh Pulo adalah salah satu pantai dengan panorama indah yang dapat
ditemukan di Kabupaten Blitar (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2), Dusun Peh Pulo
terdiri dari RT. 1,2,3,4,5 RW.3 yang terletak di Desa Sumbersih, Kecamatan
Panggungrejo. Ditemukan sejak tahun 1918, Pantai Peh Pulo baru di-launching
pada tahun 2010 lalu. Asal mula nama Peh Pulo berasal dari gugusan pulau yang
berada di seberang pantai. Terdapat empat belas pulau dengan luas sekitar lima
hektar, salah satunya bernama Pulau Peh. Nama itu dikarenakan terdapatnya ikan
pe (ikan pari) di Pulau tersebut.
B. Analisis SWOT
Dalam upaya pengembangan Objek Wisata Pantai Peh Pulo, penyusun
melakukan kegiatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and
Threats) sebagai dasar untuk mengembangkan wisata Pantai Peh Pulo sesuai
dengan yang diinginkan.
Berikut beberapa hasil penelitian terhadap Pantai Peh Pulo ditinjau dari
analisis SWOT.
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, potensi atau keunggulan-keunggulan lain
yang berada di kawasan Objek Wisata Pantai Peh Pulo terhadap pesaing dan
kebutuhan yang ingin dilayani oleh suatu industri jasa Pariwisata. Kekuatan
adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi suatu
sistem dalam industri Pariwisata. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber
daya lingkungan, citra, kepemimpinan, informasi, hubungan dengan
stakeholder dan faktor-faktor lain (Saputro, 2008:33). Adapun faktor-faktor
kekuatan di objek wisata Pantai Peh Pulo tersebut sebagai berikut:
a. Kawasan Peh Pulo terdiri dari Pantai Peh Pulo, Pantai Pasir Putih Wedhi
Ombo, Pantai Rawa Gebang dan Pantai Segara Alas. Pantai-pantai ini
memiliki air jernih dengan karang-karang di sepanjang pantai, serta gugusan
pulau di tengah laut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dari masing-masing pantai.
b. Beragam ekosistem pantai dan biota laut, seperti rumput laut, ikan pari, dan
penyu. Bahkan salah satu pulau yang berada di Peh Pulo dinamakan Pantai
Penyu. Selain karena bentuknya yang mirip penyu, di sana memang terdapat
penyu-penyu yang berkembangbiak.

11
c. Jika wisatawan mendaki
semenanjung-semenanjung
yang terdapat di Pantai Peh
Pulo seperti pada Gambar
4.3, maka akan tampak
lautan luas dengan gugusan
pulau-pulau yang terhampar
Gambar 4.3 Pemandangan Peh Pulo dari
dan karang-karang yang semenanjung barat
terlihat di selatan Sumber: Dokumen Pribadi
semenanjung.
d. Pantai Ngleles yang juga berada di Desa Sumbersih, meskipun berbeda Dusun.
Terletak di Dusun Sumber Pucung, meskipun sulit untuk sampai tempat tujuan
tersebut, namun semua tidak akan sia-sia setelah menikmati pemandangan
yang tersaji. Bukan hanya pantai, disini terdapat goa yang diberi nama Goa
Codot.
2. Kelemahan ( Weakness )
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
ketrampilan dan kapabilitas yang secara serius dapat menghambat kinerja
efektif suatu sistem dalam industri Pariwisata (Saputro, 2008:34). Adapun
kelemahan-kelemahan tersebut yang berada di Objek Wisata Pantai Peh Pulo
sebagai berikut:
a. Akses jalan yang sulit menuju kawasan pantai.
b. Tidak terdapatnya fasilitas umum seperti kamar mandi umum, dan tempat
ibadah.
c. Belum ada atraksi wisata yang diadakan tiap bulan ataupun tiap tahunnya.
d. Belum maksimalnya pemanfaatan kawasan Objek Wisata Pantai Peh Pulo.
3. Peluang ( Opportunity)
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
sistem industri Pariwisata, kecenderungan-kecenderungan penting merupakan
salah satu sumber peluang, perubahan kebijakan, persaingan dan teknologi
merupakan beberapa peluang (Saputro, 2008:36). Adapun peluang yang ada di
kawasan Objek Wisata Pantai Peh Pulo sebagai berikut :

12
a. Objek wisata ini memiliki potensi sebagai tempat pariwisata yang menarik dan
nyaman untuk dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
b. Kawasan Peh Pulo ini memiliki potensi ekonomi besar sebagai objek wisata
andalan di Kabupaten Blitar yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Blitar ataupun devisa bagi Indonesia.
c. Kawasan Peh Pulo ini berpotensi memperluas lapangan kerja industri wisata
sebagai pembangun ekonomi masyarakat setempat.
4. Ancaman ( Threats )
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dan terjadi
dalam lingkungan ekosisitem wilayah Objek Wisata Pantai Peh Pulo. Ancaman
tarsebut menjadi penggangu utama bagi lingkungan wilayah Objek Wisata Pantai
Peh Pulo baik sekarang maupun yang akan datang (Saputro, 2008:37).
Beberapa situasi yang merupakan ancaman bagi wilayah objek wisata ini
antara lain:
a. Ancaman berbagai aktifitas yang berpotensi merusak lingkungan.
b. Ancaman bencana alam seperti tsunami.
Analisis yang penyusun gambarkan adalah hasil observasi secara langsung
dan wawancara narasumber yang terpercaya. Diharapkan kedepannya dapat
digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengembangan potensi wisata di
kawasan Peh pulo.
4.2 Pendapat Masyarakat dan Pengunjung Mengenai Pantai Peh Pulo
Dari survey yang kami lakukan terhadap masyarakat dan pengunjung
Pantai Peh Pulo, seluruhnya menyatakan Pantai Peh Pulo memiliki pemandangan
yang indah, asri dan alami. Beberapa pengunjung mengeluhkan masih terdapat
sampah yang berserakan di pinggir pantai dan menyarankan agar keindahan dan
kearifan Pantai Peh Pulo terjaga, perlunya peran baik dari masyarakat lokal,
pengunjung maupun pemerintah setempat.

13
Pendapat
pengunjung, akses jalan
menuju Pantai Peh Pulo
masih belum terjamah
tangan pemerintah, parah
dan sulit dilalui oleh
kendaraan. Akses jalan

yang ada berasal dari


Gambar 4.3 Jalan menuju Pantai Peh Pulo
upaya gotong royong Sumber: Dokumen Pribadi
masyarakat. Jalan yang
seadanya dibangun sebagai jalan menuju wisata dan jalur untuk mengangkut hasil
pertanian. Jalan yang sering dilalui truk ini memang belum layak dan licin bila
setelah hujan. Sehingga menyulitkan pengunjung yang hendak menuju pantai.
Namun, ada pendapat yang menyarankan agar jalan tetap off road.
Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta
dapatmemberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang beraneka ragam.
Sarana dan prasarana yang ada di Pantai Peh Pulo hanya sebuah gazebo
kecil untuk tempat istirahat sejenak dan sebuah bangku kayu. Tidak ada tempat
ibadah, kamar mandi umum, penginapan, maupun tempat makan (hanya seorang
pedagang bakso yang sering berjualan disana). Saran yang diberikan adalah
perbaikan dan pembangunan sarana prasarana yang nyaman dan baik sehingga
pengunjung akan lebih mudah melakukan berbagai kegiatan nantinya.
4.3 Faktor Penghambat Pengembangan Pantai Peh Pulo
Salah satu faktor penghambat pengembangan potensi Pantai Peh Pulo
adalah infrastruktur jalan yang belum memadai. Kondisi jalan saat ini yang masih
disemen merupakan hasil swadaya masyarakat setempat. Jalan yang berkelok-
kelok melewati perbukitan dan wilayah hutan Panggungrejo masih disemen
sebelah kanan dan kiri saja seperti jalur truk, sedangkan bagian tengahnya masih
berupa tanah yang sedikit tinggi sehingga menyulitkan kendaraan mobil yang
hendak kesana. Sekitar 5 km menuju pantai, jalan benar-benar menantang (jika

14
tidak ingin dikatakan rusak). Jalan yang cukup sempit mempersulit kendaraan
roda empat yang berpapasan di jalan.
Kurangnya bantuan atau dana untuk mengembangkan potensi wisata di
Pantai Peh Pulo adalah kendala utama. Dibutuhkan dana yang besar dalam
membangun sebuah objek wisata sebagai tujuan pariwisata yang menarik. Desa
yang belum mampu tidak bisa ikut andil besar dalam proses pembangunan
sehingga bantuan dari pemerintah setempat sangat dibutuhkan dalam
pengembangan objek wisata Pantai Peh Pulo.
4.4 Strategi Pengembangan Wisata Kawasan Peh Pulo
Berikut ini adalah rencana strategis yang dapat dilakukan Pemerindah
Daerah dan masyarakat lokal guna mengembangkan potensi wisata di kawasan
Peh Pulo menjadi kawasan yang memenuhi kriteria sebagai objek wisata yang
banyak diminati.
A. Zona Inti
1. Pembenahan Akses Jalan
Akses jalan menjadi pertimbangan penting dalam melakukan wisata.
Pembenahan akses jalan sangat diperlukan untuk mempermudah wisatawan yang
ingin berkunjung. Kondisi jalan yang belum memadai dan tempat wisata yang
terpencil bisa menjadi alasan mengapa Peh Pulo belum terlalu ramai pengunjung..
Perlunya perbaikan jalan menuju tempat wisata lain yang berdekatan seperti
Pantai Ngleles, Pemancingan, dan kawasan Pantai Peh Pulo yang lain tentu dapat
meningkatkan atensi para wisatawan sehingga tertarik untuk berkunjung ke
tempat wisata Peh Pulo yang lain.
2. Retribusi dan Parkir
Adanya retribusi tentu akan meningkatkan pendapatan daerah yang
merupakan tujuan utama bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan sebuah
objek wisata. Penambahan tempat parkir, selain dapat menertibkan kendaraan,
juga dapat menambah pendapatan lain bagi daerah.
3. Fasilitas Umum
Sarana dan prasarana seperti kamar mandi umum dapat dibilang sederhana,
tapi akan sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik untuk menambah
untung lebih besar dari pengunjung yang berekreasi ke pantai. Setelah beraktivitas

15
di pantai, sebagian besar pengunjung akan mencari kamar mandi untuk
membersihkan badan, atau sekedar buang air kecil atau besar. Agar dapat
mendapatkan keuntungan lebih besar, perlu dibangun kamar mandi yang nyaman
dan strategis untuk menunjang pariwisata yang lebih menarik sebagai upaya
memberikan pelayanan maksimal kepada pengunjung.
Lokasi yang sedikit jauh dari pemukiman mengakibatkan minimnya sarana
seperti tempat ibadah sehingga tempat ibadah juga perlu dibangun dengan letak
yang strategis dan tidak terlalu jauh dari tempat wisata. Hal ini akan memudahkan
para pengunjung untuk melakukan ibadah.
Tersedianya tempat-tempat peristirahatan (rest area) dapat menunjang
kebutuhan wisatawan untuk beristirahat. Tempat istirahat sederhana seperti
gazebo dapat digunakan untuk bersantai sambil menikmati panorama.
B. Zona Pendukung
1. Camping
Meningkatnya kebutuhan akan rekreasi dan makin banyak keluarga yang
mencoba untuk berlibur di alam terbuka, city tour yang sudah sering dilakukan
menjadi salah satu alasan menjanjikannya bisnis camping yang dapat dilakukan di
Pantai Peh Pulo ini. Lahan luas disekitar pantai juga mendukung didirikannya area
camping, kegiatan ini memungkinkan orang tua untuk mengajak anak-anak
mereka beraktivitas fisik, menghirup udara segar, dan juga mengenal keragaman
alam.
2. Sewa Sepeda
Penyewaan sepeda cukup diminati saat ini. Para pengunjung yang ingin
menikmati pemandangan alam dan berkunjung ke pantai-pantai lain di sekitar
Pantai Peh Pulo, tempat pemancingan, dan destinasi yang lain tidak perlu repot
memindahkan kendaraan mereka atau berjalan kaki. Menghirup udara segar serta
bersepeda mengelilingi Peh Pulo bisa jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
3. Sewa Perahu
Gugusan pulau di seberang pantai akan sangat menarik jika dikunjungi.
Penyewaan perahu mengelilingi pulau-pulau indah serta menawarkan ekosistem
laut di Peh Pulo menjadi pilihan kegiatan yang akan banyak diminati. Tour

16
keliling kawasan Pantai Peh Pulo akan menjadi sebuah travel experience yang
manyajikan pulau-pulau alami, lautan, dan biota laut yang menawan.
4. Olahraga Air
Olah raga air yang didukung oleh peralatan modern seperti speedboat,
diving, snorkling, berselancar dan lain-lain tentu meningkatkan minat wisatawan.
Akan tetapi kegiatan seperti berselancar harus disesuaikan dengan keadaan pantai
pada saat itu. Peh Pulo merupakan pantai selatan yang memiliki ombak cukup
besar, kegiatan ini tentu perlu pengawasan dari orang yang sudah professional.
5. Penangkaran Penyu
Penyu-penyu yang terdapat di Peh Pulo dapat dilestarikan dengan
dibangunnya penangkaran penyu. Selain dapat melestarikan penyu-penyu
tersebut, hal ini pun dapat menarik wisatawan asing maupun lokal. Para
pengunjung dapat mempelajari bagaimana mengembangbiakkan penyu, memberi
makan penyu, dan berinteraksi langsung dengan penyu-penyu tersebut. Pelepasan
penyu akan menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh wisatawan sehingga
wisatawan akan penasaran untuk menyaksikan dan melakukan sendiri untuk
kegiatan pelepasan penyu tersebut.
6. Penginapan
Untuk ke depannya dapat dibangun penginapan yang strategis dan
menguntungkan. Fasilitas akan menjadi acuan wisatawan dalam memilih
penginapan. Namun, penginapan dengan harga terjangkau dan fasilitas sederhana
justru lebih banyak diminati.
7. Kuliner Khas Setempat
Usaha kuliner selalu mempunyai peluang yang lebih , baik itu di kawasan
industri, pertambangan, bandara maupun di pemukiman kumuh. Jika di tempat-
tempat demikian mempunyai peluang, tentu di daerah wisata akan lebih
berpeluang. Masyarakat lokal dapat menjual aneka jajanan, akan lebih baik jika
usaha kuliner yang dibangun menyediakan berbagai makanan khas setempat
ataupun makanan yang bertemakan olahan hasil laut segar. Namun, hal tersebut
menjadi relatif, apa yang diperkirakan berpotensi laku. Bisnis kuliner seperti
makanan ringan khas daerah setempat juga lumayan diminati.
8. Cinderamata

17
Berwisata ke suatu tempat akan sangat percuma jika tidak membeli sesuatu
yang menjadi ciri khas daerah yang dikunjungi. Untuk itulah bisnis penjualan
oleh-oleh menjadi sangat lazim ditemui di daerah dekat tempat wisata. Beberapa
oleh-oleh yang cukup laris adalah souvenir, kerajinan khas daerah setempat, kaos
atau busana yang bercorak atau bergambar tempat wisata setempat. Dengan
adanya industri kreatif di pantai seperti Peh Pulo dapat meningkatkan ekonomi
dan tenaga kerja yang terpakai.
4.5 Aspek Promotif yang Perlu Dilakukan
Pantai Peh Pulo, namanya memang masih terdengar asing bagi
masayarakat Blitar sekalipun. Kami mensurvei enam puluh penduduk dari
sembilan kecamatan di Kabupaten Blitar mengenai pengetahuan terhadap Pantai
Peh Pulo. Hasil survei yang kami lakukan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Pengetahuan Masyarakat Kabupaten Blitar Mengenai Pantai Peh Pulo

Pernah Pernah
Responden Mengetahui Responden Mengetahui
mengunjungi mengunjungi
1 31 V
2 32
3 33
4 V V 34
5 35 V
6 36
7 37
8 V 38 V
9 39
10 V 40
11 41
12 42
13 V V 43 V V
14 V 44
15 45
16 46
17 47 V
18 V V 48
19 49
20 50 V V
21 51 V
22 V 52

18
23 53
24 54 V
25 V 55
26 V 56 V
27 57
28 58
29 59 V
30 V V 60
Jumlah 20 6

Jawaban

Mengetahui : 100% = 33%

Tidak Mengetahui : 100% = 67%

Pernah Mengunjungi : 100% = 10%

Belum Pernah Mengunjungi : 100% = 90%

Untuk memperjelas, dapat dilihat pada diagram di bawah :

Gambar 4.4 Presentase Pengetahuan Masyarakat Blitar Terhadap Pantai Peh Pulo

Dari hasil tersebut, empat puluh dari enam puluh orang atau 67% masih
belum tahu tentang keberadaan Pantai Peh Pulo.

19
Gambar 4.5 Presentase Masyarakat Blitar yang Pernah Berkunjung kepantai Peh
Pulo
Dari enam puluh orang tersebut, hanya enam orang yang pernah berkunjung
ke Pantai Peh Pulo atau hanya 10% dari keseluruhan. Masyarakat Blitar yang tahu
tentang Pantai Peh Pulo sebanyak 37%, hanya 30% dari itu yang pernah
berkunjung ke Pantai Peh Pulo.
Keindahan Pantai Peh Pulo yang dapat membangun ekonomi ini, boleh jadi
tidak ada artinya tanpa ada aspek promotif baik dari masyarakat lokal maupun
pemerintah daerah setempat. Pentingnya promosi, perlu dilakukan dengan baik
guna tercapainya kawasan wisata Peh Pulo yang ramai wisatawan.
Peran media digital tentu amat besar, iklan dapat menjadi salah satu contoh
upaya menarik wisatawan untuk berkunjung. Dewasa ini, media sosial juga telah
menjadi sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai promosi pariwisata,
mengingat rekreasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pada jaman serba
berkembang ini. Promosi yang optimal tentu berdampak terhadap meningkatnya
jumlah pengunjung.
Penunjuk jalan dapat dikatakan sederhana, namun sangat membantu dalam
meningkatkan kondisi kunjungan disebuah objek wisata. Ketidaktahuan
wisatawan terhadap lokasi tepatnya wisata tersebut berada dapat dihindari dengan
memasang penunjuk jalan menuju objek wisata. Adanya penunjuk jalan yang
jelas, dan terletak di tempat-tempat strategis tentunya mampu menarik perhatian
wisatawan, sehingga wisatawan yang penasaran akan mencoba berkunjung.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Potensi Pantai Peh Pulo yang menjadi faktor pendukung untuk
dikembangkan menjadi objek wisata pantai. Potensi tersebut antara lain adalah
kondisi alam yang masih alami, pantai-pantai lain yang berada di Kawasan Peh
Pulo, semenanjung yang terdapat dikanan-kiri pantai, biota laut yang beragam,
Pantai Ngleles yang juga berada di Desa sumbersih dan Gua Codot
Dari survei yang kami lakukan terhadap masyarakat dan pengunjung
Pantai Peh Pulo, seluruhnya menyatakan Pantai Peh Pulo memiliki pemandangan
yang indah, asri dan alami. Akses jalan menuju Pantai Peh Pulo masih belum
terjamah tangan pemerintah, parah dan sulit dilalui oleh kendaraan. Sarana dan
prasarana yang ada di Pantai Peh Pulo hanya sebuah gazebo kecil untuk tempat
istirahat sejenak dan sebuah bangku kayu.
Salah satu faktor penghambat pengembangan potensi Pantai Peh Pulo
adalah infrastruktur jalan yang belum memadai. Kondisi jalan saat ini yang masih
disemen merupakan hasil swadaya masyarakat setempat. Kurangnya bantuan atau
dana untuk mengembangkan potensi wisata di Pantai Peh Pulo adalah kendala
utama sehingga bantuan dari pemerintah setempat sangat dibutuhkan dalam
pengembangan objek wisata Pantai Peh Pulo.
Rencana strategis yang dapat dilakukan pemerintah daerah dan
masyarakat lokal guna mengembangkan potensi wisata di kawasan Peh Pulo yang
memenuhi kriteria sebagai objek wisata yang banyak diminati meliputi zona inti
dan zona pendukung. Zona Inti terdiri dari pembenahan akses jalan, retribusi dan
parkir, dan fasilitas umum. Zona pendukung terdiri dari camping, sewa perahu,
olahraga air, penangkaran penyu, penginapan, kuliner khas setempat, dan
cinderamata.
5.2 Saran
a. Akses jalan menuju Pantai Peh Pulo segera diperbaiki supaya memberikan
kenyamanan bagi masyarakat atau pengunjung yang melintasinya.
b. Membangun sarana prasarana yang menunjang pengembangan Pantai Peh
Pulo sebagai objek wisata, meliputi retribusi dan parkir, toilet umum, musala,
dan rest area.
c. Pemerintah membantu mempublikasikan objek wisata Pantai Peh Pulo supaya
meningkatkan atensi masyarakat untuk mengunjungi Pantai Peh Pulo.
Publikasi tersebut bisa dilakukan melalui website pemerintah, sosialisasi
masyarakat, serta penyebaran brosur atau pamflet.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kabupaten Blitar.2013. Kabupaten Blitar.


(http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-
kota-2013/kab-blitar-2013.pdf) diakses 9 Juli 2015

Aneka tempat wisata.com.2014.Pengertian Wisata Secara Umum


(http://anekatempatwisata.com/pengertian-wisata-secara-umum/.) diakses
11 Juli 2015

Hidayatsrf.2015.Wikipedia.( https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata).diakses 9
Juli 2015

Anggoro, Dimas Tri.2011.Potensi dan Pengembangan Pantai Drini Sebagai


Obyek Wisata Andalan di Kabupaten Gunung Kidul.Surakarta:Universitas
Sebelas Maret

Saputro, Eko.2008.Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Kampung Nelayan


Pantai Drini di Kabupaten Gunung Kidul.Surakarta:Universitas Sebelas
Maret

Nirwandar, S.2006.Pembangunan Sektor Pariwisata Di Era Otonomi Daerah.


(http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/440_1257-
PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1.pdf.), diakses 10 Juli 2015

Tim Peneliti PMB-LIPI, 2006:339. Sarana dan Prasarana Pariwisata.


(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242
001121BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_PARIWISATA/Kriteria_Prasara
na_dan_Sarana_Pariwisata.pdf) diakses 13 Juli 2015

23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Noor Habiba Kautsar


Tempat, tanggal lahir : Blitar, 7 Mei 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya ilmiah yang pernah dibuat : Sikap dan Perilaku
Birokrasi Menurut
Syariat Islam
Penghargaan ilmiah yang pernah diraih: -

Nama Lengkap : Nadia Rachmadiyanti


Tempat, tanggal lahir : Blitar, 28 Juni 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya ilmiah yang pernah dibuat :-
Penghargaan ilmiah yang pernah diraih: -

Nama Lengkap : Ardin Lirnawati


Tempat, tanggal lahir : Blitar, 2 Februari 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya ilmiah yang pernah dibuat :-
Penghargaan ilmiah yang pernah diraih: -

24
LAMPIRAN A
ANGKET PENGETAHUAN MASYARAKAT KABUPATEN BLITAR
TERHADAP KAWASAN WISATA PANTAI PEH PULO

Nama :
Asal kecamatan :
1. Apakah anda tau mengenai Pantai Peh Pulo?
Jawab : …………………………
2. Jika iya, apakah anda pernah mengunjunginya?
Jawab : …………………………
3. Menurut anda bagaimana keadaan alam di Pantai Peh Pulo?
Jawab :
………………………………………………………………………………………
……………………………….
4. Bagaimana usaha pemerintah dalam pengembangan wisata yang ada di Peh
Pulo?
Jawab :
………………………………………………………………………………………
………………………………........................………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………….
5. Apa saran anda untuk mengembangkan Pantai Peh Pulo menjadi objek wisata?
Jawab :
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….……………………………
………………………………………………………………………………………
………………………….

25
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Sumber: Dokumen Pribadi

26
Sumber: Dokumen Pribadi

27
Sumber: Dokumen Pribadi

28

Anda mungkin juga menyukai