i
SEKAPUR SIRIH
DESA DASAN GERIA MENUJU SISTEM YANG PROFITABLE, RESPONSIBLE, DAN SUSTAINABLE
Geger Genah Getar menjadi simbol semangat persatuan dan pembangunan Desa Dasan
Geria. Terdiri atas beberapa suku bangsa yang mendiami dan berkolaborasi selama
beberapa generasi. Perbedaan menjadi salah satu kekuatan serta potensi hingga
terbungkus dalam bingkai imajinasi dan aksi positif dalam menggerakkan sendi-sendi
agama, budaya, ekonomi, dan sosial.
Secara historis dapat digambarkan bahwa Desa Dasan Geria awalnya merupakan salah
satu wilayah yang menganut sistem pemusungan yang dapat ditafsirkan sebagai daerah
yang tidak pernah dijajah atau terdampak ekspansi suku ataupun bangsa lain. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa hal yaitu tidak ditemukan peninggalan atau sisa-sisa ekspansi
baik berupa materi fisik maupun tutur sejarah yang dipercayai menjadi road of history.
Menurut legal history goverment system sampai kini desa ini telah dipimpin oleh 14 ketua
adat atau kepala desa yang beberapa di antaranya bukan garis keturunan pendiri desa
Dasan Geria tetapi sebagian besar merupakan garis keturunan founder. Dengan luas
wilayah mencakup 4 dusun dengan 25 RT serta 1779 kepala keluarga dengan berbagai
varian usia kerja/profesi.
Perkembangan dari beberapa dasawarsa menunjukkan bahwa desa Dasan Geria yang
notabene menjadi wajah Kabupaten Lombok Barat cukup sensitif dengan invasi
moderenisasi sehingga dianggap perlu membangun suatu sistem pemerintahan dan
kemasyarakatan yang religius tanpa menepikan kearifan lokal sehingga pergeseran akhlak
dapat diarahkan pada koridor dan bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Di samping pembangunan mengarah pada profit standard yang menjadi pedoman usaha-
usaha ekonomi tetapi lebih diupayakan secara maksimal untuk mencapai 3in1 point yakni
kemandirian ekonomi yang bertanggung jawab serta berkelanjutan. Dengan penafsiran
sederhana bahwa perekonomian harus akuntabel sehingga memiliki prospek utuk
dikembangkan. Selanjutnya setiap gerak usaha harus memperhatikan aspek tanggung
jawab terhadap masyarakat sekitar dengan melibatkan pelaku usaha lokal secara langsung
dalam praktik-praktik ekonomi sehingga mereka akan merasa memiliki sehingga tumbuh
rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan usaha-usaha ekonomi tersebut. Selanjutnya
menciptakan prospek giat usaha yang berkelanjutan serta bermanfaat saat ini dan
seterusnya. Kondisi demikian dapat tercipta ketika ada kesepemahaman antara pemangku
kebijakan dengan masyarakat tentang arah pembangunan.
Selama beberapa periode pemerintahan, masyarakat merasa tidak dilibatkan dalam
perencanaan pembangunan sehingga sewajarnya sikap acuh tak acuh dan rasa diabaikan
selalu terlontar dari mereka. Dengan latar belakang tersebut maka pemerintahan desa
Dasan Geria melakukan suatu kajian yaitu Kajian Partisipatoris Pengembangan Desa
Wisata dengan goals menuju desa mandiri.
iv
KATA SAMBUTAN
CAMAT LINGSAR
Marzuki
v
KATA SAMBUTAN
DINAS PARIWISATA KABUPATEN LOMBOK BARAT
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan izin-Nya kita dapat
berkumpul bersiltaurrahim dalam acara Pleno Desa Rencana Strategis Perintisan dan
Pengembangan Desa Wisata Dasan Geria. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam pembawa tuntunan hidup kepada
kita semua.
Pleno desa ini merupakan tindak lanjut dari Program Pengembangan Desa Wisata yang telah
ditetapkan melalui Peraturan Bupati Lombok Barat No. 17 Tahun 2020. Dari 114 desa,
sebanyak 57 desa yang ditetapkan sebagai desa wisata di Kabupaten Lombok Barat termasuk
Desa Dasan Geria, dan insya Allah akan ditambah 3 desa lagi sehingga berjumlah 60 desa
wisata. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat ada 99 desa wisata yang ditetapkan oleh Gubenur
Nusa Tenggara Barat. Sampai saat ini desa wisata yang telah menyusun rencana strategis desa
wisata seperti yang dilakukan oleh Desa Dasan Geria baru 3 desa, yaitu Desa Lembar Selatan,
Desa Lembar dan Desa Dasan Geria. Penyusunannya dipandu oleh pak Faozan Maulad dan
kawan-kawan. Kami berharap dan memohon kepada bapak-bapak kepala desa yang desanya
telah ditetapkan sebagai desa wisata namun belum menyusun rencana strategis, dapat
mencontoh hal baik ini yang dilakukan Pemerintah Desa Dasan Geria besama masyarakat.
Masing-masing desa memiliki potensi yang berbeda atau tidak persis sama. Potensi desa
wisata perlu digali dan dituangkan secara tertulis menjadi dokumen rencana pengembangan
desa wisata untuk dilaksanakan oleh kepala desa berjalan maupun kepala desa berikutnya
secara berkelanjutan. Di samping itu dokumen ini diperlukan untuk mendapatkan dukungan
atau kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pemerintah Pusat dan/atau pihak
swasta sebagai investor. Membangun obyek wisata tidak mesti mencontoh desa wisata yang
sudah maju. Ada desa wisata yang maju dengan potensi alam, seni budaya atau maju dengan
ekonomi kreatif, sehingga antar desa wisata dapat berkolaborasi saling melengkapi
membangun konektifitas obyek wisata. Inilah yang menjadi harapan kami.
Semoga Dasan Geria menjadi desa wisata yang berkembang dan berkontribusi terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Erwin Rachman, SE
vi
DAFTAR ISI
PETA LOKASI i
BERITA ACARA PENGESAHAN ii
BERITA ACARA SERAH TERIMA iii
SEKAPUR SIRIH KEPALA DESA DASAN GERIA iv
SAMBUTAN CAMAT LINGSAR v
SAMBUTAN DINAS PARIWISATA KABUPATEN LOMBOK BARAT vi
PENGANTAR TIM KONSULTAN vii
DAFTAR ISI viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Maksud dan Tujuan 2
C Landasan Teori 2
D Metodologi 4
E Lingkup Kegiatan 6
F Peserta 6
G Tim Fasilitator 7
H Waktu dan Tempat 7
I Pelaporan 7
BAB II GAMBARAN UMUM DESA 8
A Profil Desa 8
B Kelembagaan Desa 14
BAB III POTENSI DAN MASALAH 16
A Penulisan Hasil Kajian Paritisipatoris 16
B Gambaran Potensi dan Masalah Menurut Tema Wisata 16
C Gambaran Potensi dan Masalah Menurut Domain Program 39
D Masalah dan Akibatnya 51
E Akar Penyebab Masalah 57
BAB IV RENCANA STRATEGIS PERINTISAAN DAN PENGEMBANGAN 64
DESA WISATA DASAN GERIA
A Gambaran Umum Hasil Perencanaan Partisipatoris 64
B Visi dan Misi 64
C Arah Strategis 65
D Garis Besar Program, Tujuan (Goal) dan Sasaran (Objective) 66
E Daftar Program, Tujuan (Goal) dan Sasaran (Objective) 67
F Rekomendasi dan Tindak Lanjut 88
BAB V PENUTUP 89
Lampiran 1: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria
Lampiran 1a: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria – Kawasan Utara
Lampiran 1b: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria – Kawasan Selatan
Lampiran 2: Potensi Kalender Tahunan Agenda Wisata Desa Dasan Geria
Lampiran 3: Foto-foto Proses Kajian dan Perencanaan Partisipatoris
Lampiran 4: Tim Fasilitator
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
terdiri dari 2.712 jiwa (49,91%) laki-laki dan 2.722 jiwa (50,09%) perempuan,
terhimpun dalam 1.670 KK. Sumber data / informasi:
https://kantordesageria.blogspot.com/2018/12/sejarah-singkat-desa-dasan-
geria.html
Di Desa Dasan Geria memiliki potensi wisata, sbb: wisata alam bukit Murpeji, view
bendungan Meninting, agrowisata gula aren dan gaharu, air terjun dan perkebunan
dan Usaha MIkro Kecil dan Menengah.
1. Maksud
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disiapkan sebagai panduan Kajian dan Perencanaan
Partisipatoris Perintisan dan Pengembangan Desa Wisata Dasan Geria (P2DW-DG)
dengan maksud untuk memastikan para pemangku kepentingan terutama semua
unsur masyarakat setempat berpartisipasi aktif dalam musyawarah tersebut sesuai
pendekatan partisipatif yang diatur dalam KAK ini.
2. Tujuan
Kajian dan Perencanaan Partisipatoris ini bertujuan menghasilkan:
a. Potret atau gambaran kondisi terkini Desa Wisata Dasan Geria (DWDG) yang
mencakup informasi sejumlah aspek penentu berhasil dan gagalnya kegiatan
ekowisata;
b. Rencana Strategis P2DW-DG (Renstra P2DW-DG) yang berbasis masyarakat dan
berwawasan lingkungan yang akan berkontribusi siginfikan terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat setempat secara berkelanjutan.
C. Landasan Teori
2
Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip pengorganisasian untuk memenuhi
tujuan pembangunan manusia sekaligus mempertahankan kemampuan sistem
alam untuk menyediakan sumber daya alam dan jasa ekosistem berdasarkan pada
dimana ekonomi dan masyarakat bergantung. Hasil yang diinginkan adalah
keadaan masyarakat di mana kondisi kehidupan dan sumber daya digunakan untuk
terus memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak integritas dan stabilitas
sistem alami. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Wikipedia
2020).
Program akan berkelanjutan apabila di dalamnya terdapat unsur pemberdayaan
yang memadai. Karena itu aspek pemberdayaan merupakan keharusan dalam
Renstra DWDG ini untuk menciptakan keberlanjutan perubahan yang dicapai pasca
pelaksanaan program. Seberapa strategisnya dan apa bentuk kegiatan
pemberdayaan itu tergantung pada Hasil Kajian.
2. Pendekatan Top-Down
Seringkali kegiatan pembangunan di suatu kawasan gagal menjawab masalah
(kebutuhan) masyarakat setempat dan berakhir dengan meninggalkan masalah baru.
Kegagalan ini terjadi karena berbagai faktor termasuk karena hal yang mendasar yaitu
cara pandang pembuat kebijakan (policy maker) pembangunan dan lembaga
penyelenggara pembangunan yang keliru. Mereka menempatkan setempat
masyarakat sebagai obyek (sasaran) pembangunan. Akibatnya, masyarakat tidak
diberikan peran penting dalam proses pembangunan dirinya, baik pada tingkat
pengambilan keputusan maupun pada tingkat pengelolaan pembangunan.
Pengelolaan program (proyek-proyek) pembangunan lebih banyak diserahkan kepada
lembaga-lembaga penyelenggara tanpa melibatkan secara langsung masyarakat
setempat. Asesmen masalah (kebutuhan) diserahkan kepada lembaga peneliti dan
perguruan tinggi sehingga hasil asesmennya terlalu akademis berdasarkan pemikiran
dan pandangan penelitinya. Mereka lebih mementingkan sisi ilmiah dan seringkali
mengabaikan pikiran dan pandangan masyarakat. Proyek-proyek pembangunan pun
didesain oleh lembaga-lembaga perencana berdasarkan hasil asesmen tersebut.
Proyek-proyek tersebut tidak menjawab masalah (kebutuhan) praktis masyarakat
setempat. Kemudian, proyek-proyek tersebut dilaksanakan oleh lembaga/kontraktor
pelaksana dan dimonitor dan dievaluasi oleh lembaga/kontraktor pengawas. Kalaupun
masyarakat dilibatkan, biasanya pada tahap pelaksanaan sebagai buruh dan/atau sub-
kontraktor, tetapi mereka tidak merasa memiliki dan tidak bertanggung-jawab atas
hasil dan keberlanjutannya. Inilah yang disebut ‘program dari atas ke bawah’ (top-
down).
3. Pendekatan Bottom-Up
Para pembuat kebijakan menempatkan masyarakat setempat sebagai subyek (pelaku
aktif) pembangunan. Mereka meyakini bahwa masyarakat setempat merupakan
sumber daya manusia yang punya pemikiran, cara pandang dan wawasan untuk
berperan aktif dalam pengambilan keputusan dan mengelola program (proyek-proyek)
pembangunan dirinya, mulai dari tahap asesmen masalah (kebutuhan), desain
program (proyek-proyek) dan pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. Mereka
3
memiliki kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri dalam semua tahapan
pembangunan dirinya, sehingga proses transfer pengetahuan, keterampilan/keahlian
dari pihak luar ke masyarakat setempat dapat terjadi. Mereka adalah modal sosial,
modal spiritual dan bahkan sumber modal materials bagi pembangunan. Para
pembuat kebijakan pembangunan yang menganut cara pandang ini biasanya
menerapkan perencanaan program pembangunan dari bawah ke atas (bottom-up)
melibatkan para pemangku kepentingan terutama unsur-unsur masyarakat setempat,
dengan menerapkan pendekatan perencanaan program pembangunan yang
partisipatoris. Inilah yang disebut ‘program dari bawah ke atas’ (bottom-up).
Dalam pembangunan yang partisipatoris, berikut dua hal penting yang mendasari
mengapa masyarakat setempat lebih tepat disebut peserta/pelaku pembangunan dan
bukan penerima bantuan pembangunan, dan disisi lain diperlukan partisipasi pejabat
pemerintah, yakni:
Poin kesatu adalah istilah penerima kedengarannya ideologis dan syarat nilai. Istilah
itu pada dirinya merupakan sebuah kontradiksi, karena tidak memungkinkan
masyarakat merumuskan sendiri apakah mereka melihat dirinya sebagai penerima
atau bukan, dan bagi seseorang yang berasal dari luar masyarakat penerima itu – yakni
penyandang dana dan pemerintah – memberikan predikat ‘penerima’ tentu tidak
cocok bagi mereka yang mungkin justru menentang proyek pembangunan itu sendiri
(Mikkelsen, 1999).
Poin kedua adalah bahwa partisipasi hendaknya tidak terbatas pada ‘calon pengguna’
jasa proyek itu saja. Memang agar partisipasi masyarakat menjadi efisien dan berhasil,
dalam banyak hal disyaratkan agar “para pejabat” yang terlibat harus berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada upaya-upaya melibatkan masyarakat.
Terdapat banyak bukti bahwa dukungan pejabat sangat diperlukan dalam kegiatan
pembangunan parisipatoris supaya dapat berhasil (Cernea, 1992).
Pendekatan top-down maupun bottom-up, masing-masing memiliki kekuatan dan
kelemahan baik pada tataran konsep maupun penerapan, tergantung pada situasi dan
kondisi di mana dan kapan diterapkan serta tingkat kemahiran pelaku dan fasilitatornya.
Karenanya kedua pendekatan tersebut sifatnya saling melengkapi. Namun demikian,
berdasarkan pengalaman empiris bahwa penerapan pendekatan bottop-up
(partisipatoris) secara utuh ataupun dominan telah banyak menghasilkan rancangan
program pembangunan yang berhasil dilaksanakan dan mecapai tujuan dan sasarannya
serta berdampak berkelanjutan.
Ada berbagai pendekatan dan metodologi perencanaan pembangunan yang menerapkan
pendekatan partisipatoris yang sudah lama diperkenalkan dan diterapkan dalam dunia
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, a.l: Participatory Rural Appraisal (PRA),
Participatory Assessment and Planning (PAP), Ziel Orientierte Projekt Planung (ZOPP)
termasuk Logical Framework Approach (LFA).
D. Metodologi
Metode yang digunakan dalam Kajian dan Perencanaan Partisipatoris yaitu metode yang
ada dalam pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Logical Framework
Approach (LFA), Wawancara Mendalam Tidak Terstruktur dan Studi Dokumen.
4
1. Participatory Rural Appraisal (PRA)
PRA atau Penilaian Keadaan Desa yaitu pendekatan yang mengharuskan pelibatan
masyarakat setempat secara aktif dalam setiap proses penilaian (assessment) untuk
memahami masalah (kebutuhan) dan potensi serta kondisi lainnya. Pendekatan ini
memiliki setidaknya 11 (sebelas) prinsip, yaitu: mengutamakan mereka yang
terabaikan (keberpihakan), pemberdayaan masyarakat, masyarakat setempat sebagai
pelaku dan orang luar sebagai fasilitator, saling belajar dan menghargai perbedaan,
santai dan informal, triangulasi (periksa ulang), orientasi praktis, optimalkan hasil,
keberlanjutan, belajar dari kesalahan, dan terbuka. Setidaknya ada 6 (enam) teknik
yang diterapkan yaitu pemetaan fasilitas dan obyek wisata, tranksek (lintas kawasan),
kalender musim dan bagan alur proses.
2. Logical Framework Approach (LFA)
LFA atau Pendekatan Kerangka Logis yaitu pendekatan perencanaan program atau
proyek yang berorientasi pada tujuan. Pendekatan ini juga menerapkan metode-
metode yang melibatkan masyarakat setempat dalam setiap prosesnya. Metode-
metodenya mengutamakan kerja tim, meningkatkan partisipasi, peragaan
membangun teranparansi, dan moderasi (fasilitasi) menuju mufakat. LFA digunakan
untuk membangun visi, misi, arah strategis dan garis besar program dan tujuan (goal)
masing-masing program.
3. Wawancara Mendalam – Tidak Terstruktur
Wawancara mendalam tidak terstruktur ini menerapkan pertanyaan terbuka. Semua
isu terkait dengan kondisi desa dan kawasan DWDG dianggap relevan. Informasi
kuantitatif dan kualitatif yang lebih atau sangat relevan seperti masalah, penyebab dan
akar masalah, dan potensi desa dan kawasan DWDG diikuti dengan pertanyaan
lanjutan untuk menggali lebih tajam. Yang diwawancarai adalah orang-orang yang
dipandang sebagai tokoh kunci, yang memiliki wawasan atau pendapat tentang
masalah dan potensi pengembangan DWDG, baik itu tokoh formal atau pejabat
pemerintah maupun tokoh informal atau tokoh masyarakat, tidak harus memiliki
spesialisasi atau pendidikan yang tinggi atau jabatan tinggi dan kewenangan. Tokoh-
tokoh kunci ini akan diidentifikasi melalui berbagai sumber yang tepat. Sehingga
informasi, pendapat dan pandangan yang berkaitan erat dan penting bagi Kajian dan
Perencanaan Partisipatoris ini dapat digali secara optimal. Jumlah responden 10
(sepuluh) orang.
4. Studi Dokumen
Studi Dokumen mencakup pengumpulan data-data sekunder saat ini yang berkaitan
dengan program yang disusun, yaitu data kondisi ekonomi, kesehatan, sosial-budaya
dan pariwisata. Data-data tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
Desa Wisata Dasan Geria. Data-data sekunder yang lebih detail dan fokus untuk
menetapkan indikator keberhasilan masing-masing program kegiatan dapat digali dan
dipetakan kemudian – dalam kerja sama berikutnya - pada saat menjabarkan setiap
program ke dalam recana teknis dan operasional pelaksanaan program.
5
E. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan terdiri dari Kajian Penilaian Keadaan Kawasan DWDG dan Penyusunan
Rencana Strategis Pengembangan DWDG.
F. Peserta
Peserta Kajian dan Perencanaan Partisipatoris adalah warga masyarakat Desa Dasan Geria
secara sukarela. Mereka terbagi dalam peserta diskusi-diskusi kelompok dan peserta
dialog/obrolan perorangan dan responden wawancara bebas tidak terstruktur. Peserta
diskusi-diskusi kelompok, antara lain: kelompok petani dan pengerajin gula aren dan
gaharu, kelompok usaha mikro dan kecil makan dan kuliner, Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Karang Taruna, sanggar seni budaya,
tokoh agama, aparat desa termasuk Kepala Desa dan Kepala-kepala Dusun dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Mereka cukup memenuhi keterwakilan strata sosial, mata
pencaharian, usia, jenis kelamin. Jumlah akumlasi peserta dalam seluruh tahapan kegiatan
Kajian dan Perencanaan Partisipatoris sekitar 125 orang.
Catatan penting, bahwa kehadiran peserta dalam kegiatan ini murni sukarela tanpa
mengharapkan imbalan uang transportasi atau “uang duduk”. Ini merupakan salah satu
perubahan positif yang dapat dilakukan dalam proses Kajian dan Perencanaan
Partisipatoris ini.
6
G. Tim Fasilitator
1. Waktu
Kajian dan Perencanaan Strategis dilaksanakan selama 30 hari efektif. Hari / tanggal
dan jamnya disesuaikan dengan keluasan waktu dan kesepakatan dengan peserta, bisa
pagi - siang, siang - sore, dan / atau malam hari. Keluwesan jadwal ini menjadi rentang
waktunya menjadi sekitar 90 (enam puluh) 1 Maret s/d 31 Mei 2021.
2. Tempat
Kajian dan Perencanaan Partisipatoris dilaksanakan berbagai tempat sesuai metode
dan teknik yang digunakan, yaitu di kawasan DWDG, Kantor Desa Dasan Geria dan luar
Desa Dasan Geria.
I. Pelaporan
Laporan tertulis berupa Laporan Hasil menyajikan rangkuman hasil Kajian dan
Perencanaan Partisipatoris termasuk di dalamnya adalah rekomendasi Rencana Strategis
P2DW-DG Januari 2022 – Desember 2024. Laporan ini disusun oleh Tim Fasilitator.
--------
7
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA
A. Profil Desa
1. Sejarah Desa
Desa Desa Dasan Geria merupakan salah satu Desa dari 15 Desa yang berada di
wilayah Kecamatan Lingsar yang sudah berusia 133 Tahun Desa Dasan Geria
yang awalnya bernama Pedusunan Gersik Montong Tangar, dibawah
kekusaaan Karang Asem Bali Anak Agung Ketut Jelantik, yang juga
kekuasaanya sampai pulau Lombok, Pedusunan Gersik Montong Tangar
merupakan tempat peristirahatan menuju ke pesanggrahan tempat beliau
melakukan semedi atau bertapa. Sebelum sampai di tempat semedi beliau
beristirahat dan mendirikan pondok sederhana di Pedusunan Gersik Montong
Tangar.
Untuk mengenang tempat beliau singgah tempat ini dinamakan Desa Dasan
Geria yang artinya Rumah Sederhana di Pedusunan atau Pedesaan maka sejak
itu Gersik Montong Tangar disebut oleh masyarakat Desa Dasan Geria. Sejak
berdirinya Desa Dasan Geria sudah dipimpin oleh beberapa kepala Desa yaitu :
1. Suraji Bin Sure Alias Haji Syukur dengan jabatan pemusungan sejak tahun
1882 sampai tahun 1912
2. Bapak Bahrudin Alias Baloq Bah dengan jabatan pemusungan sejak tahun
1912 sampai dengan tahun1927.
3. Bapak Wiradarma Alias Haji Bahrudin dari tahun 1927 sampai dengan tahun
1963
4. H. M. Yusuf Muhibullah dari tahun 1963 sampai dengan tahun 1967.
5. Jema’il Alias Haji Muhammad Syahid dari tahun 1967 sampai dengan 1990
6. H. Burhan Hudiawan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1999.
7. Jumarti dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2012.
8. Supriyadi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
9. Mawar Diasih dengan jabatan Pelaksana Tugas (PLT) dari tahun 2016
sampai dengan tahun 2017.
10. Muh. Nawa Komtaresa, S.S dari tahun 2017 sampai dengan sekarang.
Pada tahun 1999 terjadi pemekaran Desa Dasan Geria menjadi 2 (dua) desa
yaitu Desa Gegerung dan Desa Dasan Geria dimana pada awalnya Desa Dasan
Geria terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Gegutu Reban, Dusun Geria Selatan,
Dusun Geria Utara, selanjutya Dusun Dasan Geria Selatan dikembangkan
menjadi 2 (dua) dusun yaitu Dusun Dasan Geria Selatan dan Dusun Murpeji yang
terletak paling utara dan melewati Desa Gegerung.
8
2. Demografi
a. Geografi
Secara geografis wilayah Desa Dasan Geria terletak di bagian selatan barat
wilayah Kecamatan Lingsar dengan batas-batas sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Hutan Tutupan
• Sebelah Selatan : Kelurahan Sayang – Sayang, Kecamatan
Cakranegara, Kota Mataram
• Sebelah Barat : Desa Kekeri, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten
Lombok Barat
• Sebelah Timur : Desa Duman, Kecamatan Lingsar, Kabupaten
Lombok Barat
Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Geria Selatan sekaligus sebagai
pusat pemerintahan. Luas wilayah Desa Dasan Geria ± 359,95 ha, terdiri dari
area pemukiman + 99,99 ha, pekarangan + 40,525 ha, persawahan ± 30,305
ha, perkebunan + 173,93 ha, perkantoran + 0,30 ha, kuburan + 0,094 ha dan
sarana prasarana umum ± 14,806 ha.
b. Geohidrologi
Wilayah Desa Dasan Geria memiliki batas alam yang sangat kaya akan
potensi-potensi dan sumber daya alam, sehingga Desa Dasan Geria dapat
dikatakan sebagai salah satu sumber mata air di Kabupaten Lombok Barat.
Wilayah Desa Dasan Geria yang berbatasan langsung dengan Hutan Tutupan
dan batas alam berupa aliran sungai Meninting dan anak kali Memakak.
Secara geohidrologi wilayah Desa Dasan Geria hampir 75% merupakan
wilayah hutan dan perkebunan masyarakat yang menjadi primadona bagi
warga masyarakat Desa Dasan Geria.
c. Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar Desa Dasan Geria tidak jauh beda dengan
kondisi iklim wilayah Kecamatan Lingsar dan bahkan Desa Dasan Geria
secara umum dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung
antara bulan Juni hingga Agustus dan musim hujan antara bulan September
hingga Mei dengan temperatur / suhu udara pada tahun 2015 rata - rata
berkisar antara 22,22 ºc sampai 30,46 ºc dan suhu maksimum terjadi pada
bulan Oktober dengan suhu 32,10 ºc serta suhu minimum 20,70 ºc terjadi
pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar antara 81,58 %, kelembaban
udara maksimum terjadi pada bulan Maret dan November sebesar 86,00 %
sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September dan
Agustus sebesar 77,00 %.
Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2015 rata - rata
68,67 %, lamanya penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Juli
sebesar 86,00 % dan lamanya penyinaran matahari minimum terjadi pada
bulan Februari, November dan Desember sebesar 49,00 %. Kecepatan angin
9
rata-rata yang terjadi selama tahun 2008 sebesar 207/8 knot, kecepatan
maksimun terjadi pada bulan Februari yaitu 270/10 knot, sedangkan
kecepatan minimum terjadi pada bulan Mei sebesar 135/8 knot. Tekanan
udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Tekanan udara berkisar antara 1.001,60 mbs – 1.006,60 mbs.
Sedangkan keadaan curah hujan pada tahun 2008 sebesar 144,29 mm
dengan curah hujan terendah bulan Juli sebesar 0,00 mm dan curah hujan
tertinggi pada bulan November sebesar 448,90 mm.
10
dan 1.356 jiwa atau sekitar 32% bukan angkatan kerja karena masih
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Berikut tabel data penduduk
menurut golongan usia dan angkatan kerja (sumber: Profil Desa Dasan Geria,
2021)
Tabel 2: Penduduk Menurut Golongan Usia dan Angkatan Kerja
Jumlah
No Golongan Usia %
(jiwa)
1 Usia Non Kerja (Usia 0 - 14 Thn) 1.327 23,9%
2 Usia Kerja (15 - 60 Thn) 3.534 63,6%
3 Usia Kerja ( > 60 Thn ) 698 12,6%
Jumlah 5.559 100%
c. Mata Pencaharian Menurut Sektor
Sebanyak 2.760 orang anggota masyarakat Desa Dasan Geria tahun 2019.
Ada 3 (tiga) besar sektor mata pencaharian di mana masyarakat banyak
bekerja yaitu sektor pertanian, perdagangan dan jasa, dan perkebunan.
Sebanyak 972 orang atau 35,2% bekerja di sektor pertanian sebagai petani,
buruh tani dan pemilik usaha pertanian; 734 orang atau 26,6% bekerja di
sektor jasa sebagai kontraktor, pemilik usaha jasa hiburan dan pariwisata,
pemilik usaha warung, rumah makan dan restoran, Pegawai Negeri Sipil,
TNI, POLRI, buruh usaha jasa hiburan dan pariwisata, dukun/paranormal/
supranatural, dosen swasta, guru swasta, pensiunan TNI/POLRI, pensiunan
PNS, seniman/artis, pembantu rumah tangga, sopir, buruh migran
perempuan, buruh migran laki-laki, usaha jasa pengerah tenaga kerja,
wiraswasta lainnya, tidak mempunyai mata pencaharian tetap, dan jasa
penyewaan peralatan pesta; dan 704 orang bekerja di sektor perkebunan
sebagai buruh perkebunan, karyawan perusahaan perkebunan dan pemilik
usaha perkebunan. Selebihnya mereka bekerja di 5 (lima) sektor lainnya dan
tidak ada yang bekerja di sektor kehutanan. Berikut table data mata
pencaharian masyarakat menurut sektor (sumber: Profil Desa Dasan Geria,
2021).
Tabel 3: Mata Pencaharian Menurut Sektor
Jumlah
No Sektor Mata Pencaharian %
(Orang)
1 Pertanian 972 35,2%
2 Perkebunan 704 25,5%
3 Peternakan 48 1,7%
4 Perikanan 14 0,5%
5 Kehutanan - 0,0%
6 Pertambangan dan Bahan Galian C 7 0,3%
7 Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga
155 5,6%
8 Industri Menengah dan Besar 126 4,6%
9 Perdagangan & Jasa 734 26,6%
Jumlah 2.760 100%
11
4. Kependudukan, Sosial Dan Budaya
a. Kependudukan
Penduduk Desa Dasan Geria, terdiri dari suku Sasak dan satu agama yaitu
agama Islam yang tersebar di 4 (empat) dusun di bawah pemerintahan Desa
Dasan Geri. Jumlah penduduk berdasarkan buku rekapitulasi jumlah
penduduk Desa Dasan Geria per akhir Desember 2020 adalah 1.795 keluarga
atau 5.629 jiwa terdiri dari 2.829 laki-laki dan 2.800 perempuan 1.795 KK.
Data jumlah penduduk per dusun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4: Penduduk Desa Dasan Geria per Desember 2020
Jumlah Jumlah Jenis Kelamin
No Nama Dusun
KK Jiwa L P
1 Gegutu Reban 748 2.510 1.247 1.263
2 Geria Selatan 321 1.035 514 521
3 Geria Utara 528 1.493 758 735
4 Murpeji 198 591 310 281
Jumlah 1.795 5.629 2.829 2.800
b. Pendidikan
Hampir sebagian atau sebanyak 2.476 orang, masing-masing berusia 12 s/d
56 tahun sebanyak 1.598 dan berusia 18 s/d 56 tahun sebanyak 878 orang
atau 44,5% dari 5.559 orang jumlah penduduk Desa Dasan Geria tahun 2019
tamat dan pernah menempuh namun tidak tamat sekolah menengah
(SLTP/SLTA). Sebanyak 920 orang usia 18 s/d 56 tahun atau 16,6% hanya
tamat SD bahan ada yang tidak tamat SD. Sebanyak 920 orang usia 18 s/d 56
tahun atau 16,6% hanya tamat SD bahkan hanya pernah menempuh namun
tidak tamat SD. Sebanyak 230 orang atau 4,1% tamat S1 s/d S2. Sebanyak
995 orang yang berusia 7 s/d 18 tahun atau 17,9% sedang menempuh
pendidikan dasar dan menengah. Sebanyak 533 orang usia 7 s/d 56 tahun
tidak pernah bersekolah. Berikut tabel data tingkat pendidikan masyarakat
Desa Dasan Geria (sumber: Profil Desa Dasan Geria, 2021).
Tabel 5: Tingkat Pendidikan Masyarakat Tahun 2019.
Jumlah Laki-Laki Perempuan
No Tingkat Pendidikan %
(orang) (orang) (orang)
1 Usia 1-6 Thn Belum & Sedang TK/KB 384 191 193 6,9%
2 Usia 7- 56 Thn Tidak Pernah Sekolah 533 256 277 9,6%
3 Usia 7-18 Thn Sedang Sekolah 995 497 498 17,9%
4 Tamat & Usia 18 -56 Thn Tidak Tamat SD 920 473 447 16,5%
5 Tamat & Usia 12 - 56 Thn Tidak Tamat SLTP 1598 718 880 28,7%
6 Tamat & Usia 18 - 56 Thn Tidak Tamat SLTA 878 511 367 15,8%
7 Tamat D-1 s/d D-3/Sederajat 10 7 3 0,2%
8 Tamat S-1 s/d S3/Sederajat 230 125 105 4,1%
9 Tamat SLB A s/d C 11 6 5 0,2%
Jumlah 5.559 2.784 2.775 100%
12
Fasilitas pendidikan yang tersedia di Desa Dasan Geria, sebagai berikut:
1 (satu) SMK Negeri dengan 34 orang tenaga pendidik, 2 (dua) SMP Negeri
dengan 28 orang tenaga pendidik, 2 (dua) SD Negeri dengan 39 orang tanaga
pendidik, 3 (tiga) TK/PAUD dengan 12 orang tenaga pendidik, 1 (satu)
Madrasah MTs dengan 15 orang tenaga pendidik , 1 (satu) SLB dengan 25
orang tanaga pendidik, dan 1 (satu) Perpustakaan Desa (sumber: Profil Desa
Dasan Geria, 2021).
c. Kesehatan
Hasil survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
tahun 2020, bahwa pencapaian penerapan PHBS di Desa Dasan Geria,
sebagai berikut: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Nakes)
100%, pemberian ASI ekseklusif 100%, tidak merokok di dalam rumah 90%,
melakukan aktifitas fisik setiap hari 100%, konsumsi buah dan sayur 100%,
menimbang bayi dan balita secara berkala 100%, menggunakan jamban
sehat 57%, menggunakan air bersih 100%, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih 100%, dan memberantas jentik nyamuk 100% (sumber: PUB
Puskesmas Sigerongan, 2020). Kematian ibu melahirkan dan kematian bayi
tidak ada sejak 20-an tahun yang lalu (sumber: Bidan Desa Dasan Geria,
2021).
Tanaman apotik hidup yang dilakukan oleh masyarakat seluas 2,09 ha
tersebar di kebun perseorangan, terdiri dari jahe 0,65 ha, kunyit 0,53 ha,
lengkuas 0,34 ha dan daun sirih 0,57 ha. Ini merupakan partisipasi
masyarakat dalam menyediakan sumber bahan baku obat herbal tradisional.
Fasilitas kesehatan di Desa Dasan Geria, terdiri dari: 1 (satu) Puskesmas
Pembantu dengan 1 (satu) orang perawat, 5 (lima) Posyandu, 1 (satu) Rumah
Bersalin dengan 1 (satu) orang bidan.
13
o Mata air : 5 lokasi
Sumber daya air di Desa Dasan Geria terdiri dari air tanah (akifer) termasuk
mata air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan pertahun,
hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air
meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan (sumber: RPJM Desa
Dasan Geria 2017 – 2023 dan disesuaikan dengan Profil Desa Dasan Geria 2021).
B. Kelembagaan Desa
14
Dalam pembentukan kelembagaan desa di Desa Dasan Geria melalui musyawarah
desa melibatkan kelompok-kelompok perempuan di dalam pengambilan keputusan.
Adapun kelembagaan desa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
3. Karang Taruna
4. Babinsa dan Babinkamtibmas
5. PKK
6. BUMDes
Berikut adalah bagan struktur organisasi Pemerintahan Desa Dasan Geria.
Bagan 1: Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Dasan Geria
15
BAB III
POTENSI DAN MASALAH
Hasil kajian paritisipatoris dituangkan ke dalam laporan ini menurut tema wisata
dan domain program. Tema wisata terdiri dari 6 tema, yaitu desa sehat, usaha
mikro kecil (UMK) & pusat souvenir - ekonomi kreatif, wisata bukit Murpeji, seni
budaya dan religi, wisata air dan wisata sawah. Domain atau bidang program
perintisan dan pengembangan kepariwisataan terdiri dari 6 domain, yaitu sistem
pengelolaan wisata desa, hubungan antar stakehoder (pemangku kepentingan),
perilaku sapta pesona stakeholder, fasilitas publik - obyek dan agenda wisata,
ekonomi kreatif masyarakat, dan promosi dan pemasaran. Gambaran hasil kajian
ke dalam tema-tema wisata ditulis secara detail tentang potensi dan masalah per
tema, sedangkan penulisannya ke dalam domain-domain program dituangkan
dengan kalimat yang singkat item per item potensi dan masalah untuk
memudahkan proses lebih lanjut yaitu identfikasi dan analisis akibat masalah,
penyebab masalah dan akar penyebab masalah serta memudahkan pemetaan
potensi.
Secara umum hasil kajian partisipatoris telah dapat mengidentifikasi 6 tema wisata
dan 1 tema gambaran singkat hubungan dan peran kelembagaan desa terhadap
desa wisata Dasan Geria. Dalam setiap tema teridentifikasi sejumlah potensi dan
masalah, sub-potensi dan sub-masalah
yang berkaitan dengan perencanaan POTENSI VS MASALAH
pengembangan desa wisata Dasan Geria. POTENSI MASALAH
Secara umum jumlah potensi yang
teridentifikasi lebih banyak (baca: lebih
besar) dari pada masalah. Ada 53 potensi
terurai menjadi 142 sub-potensi dan 30
masalah terurai menjadi 74 sub-masalah. 36%
Dengan kondisi tersebut maka
diperkirakan tingkat keberhasilan untuk 64%
merintis dan mengembangkan desa
wisata Dasan Geria tinggi. Tema Wisata
Bukit Murpeji memiliki potensi wisata Grafik 1
yang paling banyak (baca: besar) yaitu 13
potensi terurai menjadi 35 sub-potensi dan 5 masalah terurai menjadi 10 sub-
masalah. Wisata Air (Kolam Renang dan Water Park) memiliki potensi yang kecil
(baca: kecil) yaitu 3 potensi terurai menjadi 8 sub-potensi dan 3 masalah terurai
menjadi 9 sub-masalah.
16
Tema Hubungan dan Peran Kelembagaan memiliki 3 potensi terurai menjadi 9
potensi dan 2 masalah terurai menjadi 6 sub-masalah. Hubungan dan peran
kelembagaan desa dan tokoh-tokoh masyarakat terhadap pengembangan wisata
desa akan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan merintis dan
mengembangkan desa wisata Dasan Geria.
Bagan 2: Potensi Pengembangan Desa Wisata Dasan Geria
Potensi dan masalah setiap tema ditampilkan pada grafik dan dipetakan pada tabel
sebagaimana berikut ini:
Grafik 2: Potensi dan Masalah per Tema
POTENSI MASALAH
17
Tabel 6: Pemetaan Potensi dan Masalah Per Tema Wisata:
SUB- SUB-
TEMA WISATA POTENSI MASALAH
POTENSI MASALAH
Desa Sehat 9 8 19 21
UMK dan Pusat Souvenir – Ekonomi Kreatif 12 4 34 11
Wisata Bukit Murpeji 13 5 35 10
Seni Budaya dan Religi 5 4 20 11
Wisata Air (Kolam Renang dan Water Park ) 3 3 8 9
Wisata Sawah 5 3 12 5
Hubungan dan Peran Kelembagaan 6 3 14 7
JUMLAH 53 30 142 74
1. Desa Sehat
Kajian Desa Sehat mencakup identifikasi kondisi air bersih, sanitasi dan rumah
tangga, difokuskan pada aspek promosi prilaku hidup bersih dan sehat dan
pengelolaan fasilitas sanitasi dan air bersih yang mandiri serta kearifan-lokal
yang menarik kunjungan wisata.
Menelusuri kondisi kesehatan masyarakat dan penyakit yang pernah diidap
masyarakat di Dasan Geria di masa lalu, bahwa desa ini pernah meraih juara
satu Desa Siaga tingkat Nasional dan menyandang predikat sebagai “Desa
Sayang Ibu” pada tahun 2008, karena keberhasilannya menginisiasi dan
melaksanakan program Kesehatan Ibu dan Anak dengan menginisiasi antara lain
kegiatan Ambulance Desa dan Tabungan Ibu Bersalin, yang secara konsisten
dapat mempertahankan pencapaian angka persalinan oleh tenaga kesehatan
(LInakes) 100%, angka kematian ibu melahirkan 0% dan angka kematian bayi 0
dan bertahan s/d saat ini. Gerakan Jumat Bersih, sebagaimana yang diterapkan
di seruruh desa di Nusa Tenggara Barat pada masa itu, juga diterapkan di desa
ini sebagai bagian dari gerakan promosi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Di sisi lain, sejumlah penyakit yang diidap masyarakat, yaitu:
Tahun 1970-an: Geria Utara kebakaran yang berdampak terhadap relokasi dan
sanitasi warga yang terdampak terganggu.
Tahun 1970-an: Banyak warga Gegutu Reban yang mengidap TBC.
Tahun 1982: Sejumlah warga mengidap Kolera, bukan Kejadian Luar Biasa.
Tahun 1987: Sejumlah warga mengidap DBD, bukan KLB
Tahun 2014: Sejumlah warga mengidap Cikungunya, bukan KLB.
Selain itu ada bencana yang pernah terjadi yang berakibat menurunnya kondisi
rumah dan sanitasi warga terdampak yaitu kebakaran di Geria Utara pada tahun
1970-an/2002) dan Gempa Lombok pada tahun 2018.
Hasil diskusi dengan warga masyarakat di Gegutu Reban, Geria Selatan
(Penyangkaran) dan Geria Utara bahwa mereka berharap agar sistem
18
pengelolaan dan pengolahan (treatment) air bersih diharapkan mengikuti
standar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pengelolaan dan pengolahan
sampah dengan sistem 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace = Mengurangi,
Menggunakan, Daur Ulang, Ganti). Ciri-ciri rumah sehat yang mereka jadikan
acuan yaitu tidak lembab, cukup ventilasi, cukup jendela, cukup cahaya di
dalamnya, bebas dari binatang berbahaya dan penyebab penyakit, luas hunian
standar 8 m2/jiwa, memiliki fasilitas sanitasi (WC, air bersih, penanganan
sampah RT), jauh dari kandang ternak – minimal 10 m, sekitar rumah ada
pepohonan.
Berdasarkan hasil asesmen transek (lintas kawasan fasilitas air bersih),
pemetaan rumah sehat, maka secara umum dapat digambarkan kondisi
pengelolaan air besih, sampah dan rumah warga masyarakat sebagaimana
berikut:
a. Pengelolaan Air Bersih
Air bersih yang dikonsumsi masyarakat Dasan Geria untuk mandi-cuci-kakus
bersumber dari jaringan distribusi air bersih PDAM untuk masyarakat
Gegutu Reban dan Geria Selatan, sejumlah mata air di hutan tutupan yang
mengalir melalui sungai Memakak yang ditampung dalam bak-bak air
(reservoir) dan disalurkan melalui jaringan pipa distribusi ke masyarakat
Murpeji, Geria Utara dan Penyangkaran (termasuk wilayah Geria Selatan).
Instalasi reservoir dan pipa distribusinya sub-standar. Jumlah pengguna air
bersih tersebut yaitu 189 KK (591 jiwa) di Murpeji, 528 KK (1.493 jiwa) di
Geria Utara dan 50 KK (161 jiwa) di Penyangkaran Geria Selatan. Hanya
beberapa warga Dasan Geria yang memiliki sumur dalam (sumur bor).
Berdasarkan hasil sketsa dan transek (lintas kawasan) lokasi fasilitas air
bersih serta diskusi dengan sejumlah warga masyarakat di Murpeji,
Penyangkaran dan Geria Utara, dapat digambar kondisi air bersih, fasilitas
dan pengelolaannya, sebagai berikut:
1) Air bersih dari Hutan Tutupan tersedia dan mengalir sepanjang tahun;
debit tinggi di musim hujan dan rendah di musim panas. Masyarakat
menggunakan air tersebut untuk mandi, mencuci dan untuk bilas buang
air (MCK). Sejumlah warga di Penyangkaran dan di Geria Utara mengaku
merasa gatal-gatal setelah mandi.
2) Fasiitas air bersih yang tersedia dibangun oleh proyek WESLIK tahun 2012
dan PANSIMAS tahun 2018. Kondisinya saat ini sub-standar, yaitu hanya
Reservoir 1 (R1) di Batu Santek dan Dayen Rejeng yang masih berfungsi
sebagai bak penampung air bersih yang kemudian disalurkan ke
masyarakat Murpeji, sedangkan Reservoir 2 (R2) sudah tidak difungsikan.
Pipa water-intake untuk air bersih yang didistribusikan ke Geria Utara
dan Penyangkaran dipasang langsung di sungai Memakak, tanpa
perlakuan (treatment) saringan air bersih; bila musim hujan air sungai
berlimpah dan berlumpur masuk ke pipa water-intake dan menyebabkan
19
kemacetan air, pengelola melakukan perbaikan berulang, kondisi ini
terjadi 3 s/d 4 x sebulan. Kebocoran pipa distribusi kadang terjadi karena
dilubangi oleh pemilik lahan yang dijaluri pipa distribusi utama dan
karena pipa jaringan yang ada di pemukiman dipasang sub-standar baik
kedalamannya maupun sambungan pipanya.
3) Pengelolaan fasilitas dan dana iuran air bersih dilakukan oleh pengelola
setempat dengan berbagai keterbatasan kemampuan teknis, managerial
dan tanpa kebijakan dan prosedur tertulis yang disepakati bersama
antara pengelola dan warga pengguna air. Di Murpeji, dana iuran air
Rp5.000,-/bulan/KK, dikelola oleh Kepala Dusun dengan sistem bagi hasil,
yaitu 1 (satu) bagian untuk kas, 2 bagian untuk honor petugas 2 orang,
kecuali dana iuran yang di RT02 dikelola tersendiri oleh Ketua RT
setempat, semua KK membayar dana iuran, namun biaya operasional
Rp500.000,-/bulan, lebih besar dan dana iuran yang terkumpul. Di
Penyangkaran Geria Selatan dana iuran air Rp5.000,-/bulan/KK, dikelola
oleh Ketua RT04 dan 1 orang petugas, sistem pengelolaannya tidak ada,
pengeluaran dilakukan kapan saja untuk keperluan operasional seperti
beli material untuk perbaikan, biaya bensin sepeda motor petugas untuk
pengecekan dan perawatan dan uang rokok. Hanya 80% dana iuran yang
terkumpul per bulan yaitu Rp200.000,-/bulan, biaya operasional 200%
dari dana iuran yang terkumpul; untuk menutupi kekurangan biaya,
pengelola meminta subsidi dari Pemerintah Desa; masyarakat berharap
besaran dana iuran air berdasarkan volume pemakaian air masing-
masing KK. Di Geria Utara RT06, jumlah pemakai air yang didistribusikan
melalui fasilitas yang dibangun proyek PANSIMAS sebanyak 65 KK; dana
iuran air disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan jumlah anggota
keluarga, sbb: 40 KK dikenakan Rp20.000,-/KK/bulan, 15 KK dikenakan
Rp15.000,-/KK/bulan dan 10 KK bayar Rp5.000,-/KK/bulan. Total
perolehan dana iuran dari pelanggan yaitu Rp10.320.000,- dengan
pengeluaran lebih kecil dari perolehan yaitu Rp9.125.000,- sehingga
surplus per tahun Rp1.195.000,-, pengeluaran terbesar yaitu honor 5
orang petugas total Rp6.000.000,- per tahun (perkiraan dari hasil
simulasi hitung bersama pengelola).
4) Pengelola dan pelanggan air bersih Penyangkaran, Geria Utara dan
Murpeji mendukung rencana pengelolaan air bersih di bawah Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Dasan Geria dengan ketentuan bahwa
tenaga pengelola di masing-masing lokasi adalah pengelola yang sudah
ada dan besaran iuran per m3 lebih rendah dari besaran iuran yang
diterapkan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).
5) BUMDes akan dapat berperan mengelola fasilitas dan keuangan air
bersih, apabila pengelolaannya diperbaiki, pengurus dan karyawan
dibekali dengan kompetensi yang sesuai fungsi dan peran masing-masing
dan semua mereka berperan dengan efektif. Dengan demikian, tidak
20
hanya akan berhasil pada pengelolaan fasilitas dan keuangan air bersih
tetapi juga pada unit-unit usahanya yang lain.
b. Pengelolaan Sampah
Dasan Geria merupakan desa yang berbatasan dengan pinggir kota
Mataram; kondisi sampah dan pengelolaannya, khususnya di dusun Gegutu
Reban, Geria Selatan dan Geria Utara, tidak jauh beda dengan kondisi
umunya di kelurahan-kelurahan di Mataram. Pengelolaan sampah dilakukan
beragam skala dan cara sesuai dengan ketersediaan fasilitas dan kesadaran
warga. Upaya penerapkan sistem 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) yaitu
mendaur ulang sampah plastik kemasan menjadi isi bantal pernah dicobakan
akan tetapi belum bisa berlanjut. Ada keluarga yang buang sampah dengan
cara sampahnya dibakar, ditimbun atau dibuang sembarang di lahan kosong
atau ke kali Gegutu. Keluarga-keluarga berada dekat dengan jalan raya
Gegutu membuang sampah melalui jasa truck dump pengakut sampah ke
TPA Banyumulek setiap hari Jumat jam 14:00 dengan membayar Rp5.000,-
s/d Rp10,000,- per karung kecil. Warga RT02 – RT 03 Gegutu Reban
membuang sampah melalui jasa angkutan sampah setempat dengan
membayar Rp3.000.- per karung kecil. Cara pengelolaan terpisah-pisah
seperti ini, apalagi dengan pengelolaan dana iuran sampah yang bersifat
pribadi dan tidak terbuka, menjadikan tingkat kebersihan dan kekotoran di
masing-masing lokasi pemukiman di Dasan Geria berbeda-beda.
Dari hasil pengamatan kami di lapangan, spot-spot lokasi yang perlu
penanganan, sbb:
1) Banyak sampah plastik kemasan tercecer di pinggir jalan termasuk di
kawasan pertigaan Dasan Geria, gang-gang dalam kampung Gegutu
Reban, Geria Utara dan Geria Selatan.
2) Sebagian warga masyarakat Gegutu Reban buang sampah ke sungai dan
di sekitar Taman Gegutu Reban.
3) Taman dan kali Gegutu Reban banyak sampah dan tidak dikelola dengan
baik; banyak tumpukan dedak di panggung dan tempat parkiran huller
(penggilingan) padi keliling 10 unit dan gubuk pande besi kumuh.
4) Saluran air Perigi kotor karena sampah dan akibat pembangunan
bendung Meninting.
5) Rumput di pinggir jalan di Gegutu Reban, Geria Selatan, Geria Utara,
Murpeji menutupi bahu jalan, tinggi dan tidak rapi.
6) Pembuatan pupuk organik dari sampah dedaunan di Geria Utara.
c. Rumah Warga
Jumlah KK di Desa Dasan Geria 1.795 KK per akhir Desember 2020 (Profil
Desa 2020). Jumlah rumah yang dapat diidentifikasi dalam pemetaan yang
dilakukan bersama sejumlah warga yaitu 1.422 rumah atau 79,62% dari
jumlah KK. Lebih rendahnya jumlah rumah yang teridentifikasi dibandingkan
21
dengan jumlah KK disebabkan oleh keterbatasan pemetaan dan ada
sejumlah rumah yang ditempati 2 KK. Merujuk pada ciri-ciri rumah sehat
yang disebutkan terdahulu, hasil pemetaan menunjukkan, bahwa dari 1.422
rumah, lebih dari 72% masuk kategori rumah sehat, 21% rumah kurang sehat
dan sekitar 7% rumah tidak sehat.
Grafik 3 dan Tabel 7: Rumah Sehat di Dasan Geria
Rumah Sehat Desa Dasan Geria - 2021 Kondisi Rumah % Unit
6,8%
Rumah Sehat 72,2% 1.026
21,0% Rumah Kurang Sehat 21,0% 298
Rumah Tidak Sehat 6,8% 98
72,2%
Jumlah 100% 1.422
Sumber: Hasil pemetaan partisipatoris.
Penjelasan lebih detail hasil pemetaan rumah secara partisipatoris, baik berupa
potensi maupun masalah, sebagai berikut:
1) Di Gegutu Reban, sekitar 60% atau 335 rumah sehat dari 591 unit yang
dinilai. Semakin ke timur terutama di blok perluasan dan kompleks
perumahan kondisi rumah lebih longgar, tertata, ventilasi dan cahaya masuk
ke rumah memadai, halaman relative memadai; rumah sehat sekitar 70%.
Di kawasan ini masih terdapat hamparan sawah dan pemandangan ke arah
pebukitan dan Gunung Rinjani di bagian utara pulau Lombok. Potensi
penyediaan homestay wisatawan memadai.
2) Di Geria Selatan, sekitar 78% atau 213 rumah sehat dari 272 unit yang dinilai.
belum termasuk 2 kompleks perumahan dan 1 villa, merupakan potensi
obyek wisata dan homestay wisatawan.
3) Di Geria Utara, sekitar 74% atau 276 rumah sehat dari 374 unit yang dinilai,
merupakan potensi obyek wisata dan homestay wisatawan.
4) Di Murpeji, sekitar 98% atau 182 rumah sehat dari 185 unit yang dinilai,
merupakan potensi penyediaan homestay wisatawan. Sebagian besar
rumah di dusun ini merupakan rumah bantuan akibat gempa Lombok tahun
2018 lalu.
5) Di Gegutu Reban ada sekitar 40% rumah kurang dan tidak sehat. Di
perkampungan penduduk asli yaitu di bagian barat kondisi rumah padat
berhimpitan sehingga kurang ventilasi, cahaya, sebagian buang air besar dan
buang sampah ke kali Gegutu.
6) Di Geria Selatan ada sekitar 18% atau 48 rumah kurang sehat dan dan 4%
atau 11 rumah tidak sehat. Kondisi kurang sehat sebagian besar disebabkan
oleh rumah dekat dengan kandang ternak sapi dan kurang ventilasi dan
22
cahaya; dan rumah tidak tidak sehat disebabkan oleh tidak punya WC dan
kamar mandi dan/atau limbah buang air bersar (BAB) ke kali.
7) Di Geria Utara ada sekitar 19% atau 70 rumah kurang sehat dan 7% atau 28
rumah tidak sehat dengan alasan yang sama dengan di Geria Selatan,
penghuni rumah melebihi standar hunian dan ada yang kamar mandi, dapur
dan kamar tidur jadi satu.
8) Di Geria Utara dan Geria Selatan masing-masing peternak sapi membangun
kandang ternaknya di dekat rumah masing-masing dengan alasan
keamanan; belum ada kandang kolektif.
9) Di Geria Utara banyak warga masyarakat yang menggunakan bahu jalan
untuk menumpuk bahan bangunan/materials.
Jumlah rumah yang tercatat dalam Profil Desa Dasan Geria, 2021 yaitu 1.340
unit, angka ini lebih rendah dari angka yang dihasilkan dari pemetaan
partisipatoris. Kondisi lantainya 65,6% berlantai keramik, 32,4% berlantai
semen, 2% berlantai kayu.
23
Grafik 4: Perkiraan Omset 11 Jenis UMK di Dasan Geria Tahun 2020
Kue Tradisional;
PERKIRAAN OMSET UMK DASAN GERIA 2020 (xRp1.000)
1.237.500 Jasa Gilingan /
Mobile Rice Milling Kopi; 180.000 Jasa Traktor; 145.800
Pertukangan ( Kayu + ; 630.000
Bangunan ); 1.317.480
Warung / Kedai
makan; 1.350.480
Gaharu;
1.495.739
Gabah Kering
Panen; 1.697.360
Pandai Besi;
16.606.800
Aneka Kacang;
7.924.800
Total HOK: 73.833 Total Omset: Rp36.733.159
Rerata HOK/bulan: 6.153 Net Profit: Rp8.625.766 (23,45%)
Total Naker: 308 orang Total Pengusaha: 226 orang
Hari Kerja/ bulan: 20 hari Income/orang/bulan: Rp3.181
Income/Naker/bulan: Rp2.228
24
Tabel 8: Data Perkiraan Nilai Omset 11 Jenis UMK di Dasan Geria Tahun 2020.
Jumlah Jumlah
Marjin Untung Porsi
Omset / Pengusaha Jumlah Upah Naker Hari Orang
Untung Bersih / Upah
No Jenis Usaha atau Produk Tahun atau Naker /Tahun Kerja /
Bersih Tahun Naker
(xRp1.000) Pengerajin (Orang) (xRp1.000) Tahun
(%) (xRp1.000) (%)
(Orang) (HOK)
Yang menarik adalah bahwa sebagian besar bahan utama produk-produk UMK
berasal dari desa Dasan Geria, kecuali bahan utama produk pande besi. Begitu
juga dengan tenaga kerjanya dapat dipastikan semua berasal dari Desa Dasan
Geria dan proses produksi barang dan penyediaan jasa dilakukan di desa ini,
yang berarti bahwa proses penambahan nilai atas barang terjadi di desa ini juga.
Lalu pemasarannya dilakukan di dalam dan ke luar desa bahkan sepulau
Lombok. Ada satu produk dan kami yakin nilai omsetnya besar namun belum
dapat ditampilkan di tabel ini yaitu buah-buahan; tahun 2020 kebun masyarakat
tidak menghasilkan durian, manggis dan ceruring (duku) karena faktor cuaca,
menurut masyarakat, dimana pada tahun 2020 setiap bulan hujan turun dan
curah hujan tinggi pada masa-masa dimana pohon buah-buahan tersebut mulai
berbuah.
Hampir semua jenis UMK di atas berpotensi menjadi ekonomi kreatif dan
berpotensi menembus pasar wisata desa serta menjadi atraksi wisata, antara
lain: proses dan produk pande besi, proses dan produk gula aren, proses
budidaya padi, proses produksi gubal dan minyak gaharu, jasa layanan
warung/kedai makan, proses dan kuliner kue tradisional, proses budidaya dan
pengolahan pasca panen kopi, dan wisata kebun dan panen buah. Semua ini
memerlukan pengemasan dengan “kaedah” sapta pesona.
Potensi ekonomi kreatif lainnya, sebagai berikut:
1) Banyak rumah dapat dijadikan homestay dari rumah sehat di Dasan Geria.
2) Taman Gegutu Reban sebagai Pusat UMK, Souvenir dan Gerbang Desa
Wisata Dasan Geria: a) Jembatan Gegutu arsitektur lama dan menarik untuk
dipoles; b) kali Gegutu tempat pemancingan, tanaman kangkung dan kuliner
25
pelecing kangkung; c) Lahan parkir tersedia di Taman Gegutu Reban; d) di
Taman Gegutu Reban tersedia sejumlah bangunan untuk lapak, bangunan
tempat musyawarah sekaligus sebagai panggung atraksi dan hiburan; e)
Akan ada rehabilitasi daerah aliran sungai sekitar Taman Gegutu Reban.
3) Spot-spot tempat penjualan souvenir di sepanjang jalan Gegutu Reban,
Geria Selatan dan Geria Utara yang pintu masuk dan keluar kawasan wisata
Bukit Murpeji dan view Bendung Meninting.
4) Kuliner Makanan Tradisional: a) Atraksi membuat dan menikmati jajanan
tradisional seperti: serabi, lupis, singkong gula, kerupuk beras dan singkong
sekitar jam 06:00 s/d 07:30 di Gegutu Reban dan Geria Utara; b) Olahan
makanan dari kolang-kaling, air nira (tuak), kelapa, nangka, pepaya dan
pisang; bahannya tersedia sepanjang tahun di Murpeji dan Penyangkaran; c)
Sayuran (daun singkong, pakis, rebung, jantung pisang, keladi) dan umbi-
umbian (singkong, jahe, talas) potensi kuliner vegetarian di Murpeji; d)
Sumber bahan baku olahan makanan berbahan gula aren, ubi, nangka, dan
kelapa di Penyangkaran.
5) Kerajinan Tangan: a) Gegutu Reban, Geria Selatan dan Geria Utara potensi
bahan daur ulang sampah plastik botol dan plastik kemasan menjadi
bantalan, eko-break dll; b) Pembuatan tali ijuk di Murpeji dan Penyangkaran;
c) Sumber bahan baku kerajinan bambu, ilalang dan sapulidi di
Penyangkaran.
6) Atraksi Kelompok Penggiling Gabah Keliling (Mobile Rice Milling Unit)
Gegutu Reban (21 unit) di HUT RI dan hari besar lainnya; Sebanyak 21 MRH
sebagai fasilitas produksi UM masyarakat Gegutu Reban. Mereka melayani
penggilingan gabah setiap bulan, terutama setelah musim panen padi
(Maret, April, Juli, Agustus dan November), di dalam desa dan luar desa.
Mereka juga melayani pengupasan kulit ceri kopi, giling nasi kering dan
angkut pasir. Sebagai sumber pendapatan utama bertahan di masa pandemi
Covid19.
7) Usaha Mikro Baru: a) Usaha mikro baru penyewaan fasilitas olah-raga air dan
pemancingan.
8) Penguatan Modal Mandiri UM: Setidaknya ada 6 kelompok arisan yang
beroperasi dengan total jumlah anggota lebih adri 300 orang di Dasan Geria
yang teridentifikasi. Arisan ini sangat membantu mengatasi kebutuhan
keluarga dan modal usaha.
Masalah-masalah yang perlu dipecahkan, sebagai berikut:
1) Sumber Daya Manusia: a) pengetahuan dan keterampilan sebagian besar
warga pemilik rumah sehat untuk mengelola homestay dan menjadi tuan
rumah bagi wisatawan belum ada; b) pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) di
Murpeji, Penyangkaran, Geria Utara kurang terampil mengolah hasil kebun;
c) kreatifitas pengerajin produk olahan makanan berbahan buah dan umbi-
umbian sangat terbatas; d) sebanyak 21 unit penggilingan padi keliling
26
(MRMU = Mobile Rice-Milling Unit) kurang terawat karena tidak tersedia
tenaga tehnisi di Gegutu Reban, rem bisa blong di musim hujan.
2) Pengelolaan UMK: a) pengelolaan UM yang diterapkan masih tradisional
“seadanya”; b) belum ada pengelolaan kegiatan pemancingan di sungai di
Taman Gegutu Reban; c) Identitas dan branding produk olahan makanan
belum dikenal; d) sebagian pelaku usaha MRMU meminjam modal dari bank
Non KUR (Kredit usaha Rakyat) dengan bunga 18% per tahun selama 3 tahun
membebani biaya operasional mereka; e) “bank rontok” dan “koperasi”
meminjamkan dana modal usaha ke pelaku UM di 4 dusun di Dasan Geria
dengan bunga tinggi; f) durian, manggis dan ceruring tidak berbuah tahun
2020 dan awal 2021 diduga karena siklus musim hujan sepanjang tahun dan
yang relatif tinggi pada musim berbunga.
3) Pengelolaan Taman Gegutu Reban dan Pusat Souvenir: a) Pemanfaatan dan
perawatan lapak-lapak dan aula Taman Geger belum maksimal; b) tanaman
kangkung di sungai Gegutu Reban kurang terawat dan kurang teratur.
4) Sarana & Prasarana: a) Bangunan aula panggung Taman Geger belum
sempurna dan tidak tersedia toilet umum; b) Taman Geger kurang lampu
penerangan; c) gubung tempat parkir MRMU di Taman Geger kumuh dan
dedak prolehan dari residu giling gabah berkarung-karung disimpan di aula
panggung Teman Geger.
27
Dusun Murpeji bagian dari wilayah Desa Dasan Geria. Lahannya subur, lepung
dan pasiran apung, dengan tata guna lahan sebagai kebun, pemukiman, base-
camp proyek bendung Meninting, lokasi wisata, sekretariat Pokdarwis, masjid
An-Nur Muperji dan sejumlah mushalla, kuburan, PAUD dan Posyandu dan
fasilitas umum lainnya. Status lahan adalah hak milik perorangan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama transek (melintas kawasan) dan diskusi
dengan sejumlah warga masyarakat dusun Murpeji, yang tertuang dalam
penampang dusun, bagan kecenderungan alam dan masyarakat, dan kalender
musim pekerjaan, dapat dilihat kecenderungan alam dan masyarakat di bukit
Murpeji, 40-an tahun terakhir, sejak tahun 1986 s/d 2020, sbb:
1) Jumlah pedagang sembilan kebutuhan pokok (Sembako) di sepanjang jalan
bukit Murpeji meningkat dari hanya 4 orang pedagang menjadi 50-an orang.
Hal ini didukung oleh kondisi jalan semakin bagus, mode transportasi,
fasilitas air bersih, pendatang dan perkawinan, serta perkembangan
wawasan penduduk;
2) Jumlah KK yang memiliki alat transportasi sepeda motor di dusun Murpeji
saja meningkat dari hanya 2 KK menjadi 150-an KK dengan jumlah unit
sepeda motor yang dimiliki 1 s/d 2 unit di tahun 2020, didukung oleh kondisi
jalan semakin bagus terutama jalan hotmix pada tahun 2013, peningkatan
pendapatan, dana panjar kredit sepeda motor rendah, kebutuhan antar
anak sekolah dan mobilitas lainnya.
3) Jenis pekerjaan warga masyarakat meningkat dari hanya 5 jenis pekerjaan
yaitu berkebun, beternak, bertani, perambah hutan dan berdagang di kios
meningkat menjadi 19 jenis pekerjaan, yaitu berkebun, beternak, bertani,
perambah hutan, pengerajin gula aren (penarep), pengerajin gaharu,
berdagang di kios, tukang kayu, tukang batu, tukang bangunan, pramuniaga,
pedagang bakulan, guru honor, ojek, sopir angkutan umum, makelar,
penjahit, pemandu wisata, TKI imigran, dan aparatur sipin negara (ASN).
4) Angin puting beliung biasa terjadi pada musim hujan. Tanah longsor skala
kecil kadang-kadang terjadi karena curah hujan yang tinggi diatas 200 mm,
di atas normal. Gempa besar yang terjadi tahun 2018 mengakibatkan
sebagian besar rumah di sepanjang punggung bukit Murpeji rusak.
5) Buah-buahan yang dominan di kebun dan hutan yaitu durian, manggis dan
ceruring (duku). Hasil panen meningkat dari tahun ke tahun s/d 2019. Masa
panen durian hanya 2 bulan per tahun. Pada tahun 2020 panen ketiga buah
tersebut dapat dikatakan tidak ada, diduga karena curah hujan yang selalu
ada sepanjang tahun dan curah hujan tinggi pada bulan-bulan dimana durian
dan manggis akan berbunga; selain itu juga karena berkurangnya luasan
kebun dan hutan mencapai 40% di bukit Murpeji akibat pembangunan
bendungan Meninting. Nota-bene ada satu pohon durian yang diameter
sekitar 1,5 meter juga ditebang di kawasan bendungan tersebut.
Sebelumnya, hasil panen durian hanya untuk dikonsumsi keluarga sendiri
28
dan sejak 1993 warga menjual sekitar 30% durian hasil panen, kemudian
porsi penjualannya meningkat menjadi sekitar 90% sejak 2016.
6) Kendatipun tidak mendominasi hasil panen, pohon kelapa, enau (aren),
nangka, pepaya dan pisang stabil berbuah setiap tahun.
7) Tahun 2020, warga dusun Murpeji berkebun menggarap kebunnya
sepanjang tahun. Kegiatan mereka berburuh bangunan jauh berkurang
karena curah hujan sepanjang tahun dan isu global pandemi Covid19. Hasil
kebun mereka yaitu buah-buahan (kelapa, nangka, papaya dan pisang) dan
sayuran (daun singkong, pakis, rebung, jantung pisang, keladi), umbi-umbian
(singkong, jahe, talas) dan tuak manis (air nira) dari pohon enau. Selain tuak
manis, pohon enau juga menghasilkan kolang-kaling berlimpah namun
karena proses panen dan pengolahannya yang susah – menurut mereka –
buah enau yang dapat diolah menjadi kolang-kaling dibiarkan begitu saja.
8) Jumlah penduduk dusun Murpeji tahun 1986 sekitar 50 jiwa. Kondisi
pendidikan formal masyarakat kecenderungan meningkat dari sebagian
besar (99%) warga masyarakat tidak sekolah pada tahun 1980-an menjadi
sebagian besar (sekitar 90%) lulus SLTA dan SLTP bahkan ada yang sudah
tamat Perguruan Tinggi (S1 dan S2) dan sedang melanjutkan ke S2 dan S3.
Rendahnya kondisi pendidikan pada tahun 1980-an disebabkan oleh sulitnya
akses ke sekolah dan berbiaya tinggi untuk menuju ke fasilitas pendidikan di
luar dusun Murpeji termasuk di luar desa Dasan Geria.
Penyangkaran merupakan wisayah dusun Geria Selatan, namun karena
topografi permukaan tanahnya mirip dengan dusun Murpeji, maka dalam kajian
ini dimasukkan ke dalam bagian dari Wisata Bukit Murpeji. Berdasarkan hasil
pengamatan selama transek dari jembatan perbatasan Penyangkaran s/d
mushalla RT04 Penyangkaran dan diskusi dengan sejumlah warga masyarakat,
dapat digali informasi, bahwa kondisi lahan subur, tanah lepung berpasir dan
bebatuan. Status lahan adalah hak milik perorangan. Sebagian besar lahan
digunakan untuk berkebun, pemukiman dan beternak. Di lokasi ini terdapat
ragam jenis pohon, yaitu bambu (petung, tali, dan galah), mangga, pisang,
singkong (ubi kayu),alang-alang, asam jawa, rambutan, jambu mente, jambu
batu, kakao, banten, joet, beringin, pinang, sengon, durian (lokal dan Bangkok),
manggis, ceruring (duku), bajur, gamal, jati, kelapa, enau (aren), kopi, ceri,
melinjo, nangka, bune, oyom, labu.
Potensi obyek wisata di dusun Murpeji, sebagai berikut:
1) Atraksi Wisata: a) proses narep dan pembuatan gula aren; b) wisata air
(arum jeram), air terjun dan kuliner di sungai Petété – hutan tutupan; c)
atraksi agrowisata panen dan olahan buah-buahan, kopi dan panjat kelapa;
d) adventure (tracking, trabas, sepedaan); e) olahraga air dan pemancingan
di bendungan Meninting; f) atraksi pembuatan gubal dan minyak gaharu –
Murpeji; g) pembuatan pupuk organik dari dedaunan;
29
2) Viewing Point (Gardu Pandang) Panorama dan Kuliner: a) di pertengahan as
bendungan Meninting; b) di pertigaan as bendungan Meninting; c) di Gubug
20; d) Dayen Réjéng.
3) Homestay dan Villa: a) Homestay di rumah tradisional lumbung; b)Homestay
Gubug 20; c) Villa Murpeji.
4) Camping Ground: a) Secretariat Pokdarwis Geria Bersahabat; b) Camping
ground di Batu Santek; c) Camping ground di sekitar air terjun sungai Petété
Hutan Tutupan.
5) Kuliner dan Restoran: a) Kuliner di sungai Memakak; b) Kuliner di sungai
Meninting – Murpeji; c) Kuliner sepanjang jalan di kawasan RT01 – Murpeji;
d) Sekretariat Pokdarwis Geria Bersahabat.
6) Ojek Wisata: jumlah sepeda motor warga dusun Murpeji 150-an unit, dapat
berperan sebagai sarana transportasi lokal untuk wisatawan.
Masalah yang perlu dipecahkan, sebagai berikut:
1) Sumber Daya Manusia: a) sebagian besar warga belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengelola homestay; b) hospitality (perllaku
sapta pesona) masyarakat kawasan wisata belum terbangun; c)
keterampilan menjadi pemandu wisata, peramu kuliner; d) belum punya
pengalaman mengelola kawasan wisata.
2) Fasilitas Kepariwisataan: a) Emergensi Respon Team (Tim Tanggap Darurat)
bagi masyarakat dan wisatawan belum tersedia; b) pusat inforamsi wisata
belum tersedia; c) fasilitas sanitasi umum (MCK) standar sapta pesona belum
tersedia; d) jaringan transportasi internal kawasan wisata belum ada; e) jalan
utama dusun Murpeji kurang lebar untuk armada bis dan tidak lengkap
dengan rambu-rambu jalan dan rambu hospitality wisatawan belum ada; f)
bahu jalan penuh dengan rumput dan sampah; g) gardu pandang (out look
atau viewing point) belum tersedia; h) tempat parkir resmi kendaraan
wisatawan belum tersdia; i) Lapak dan resto yang memadai untuk wisatawan
bukit Murpeji belum tersedia.
3) Agrowisata Buah dan Gula Aren: a) durian buah yang dominan di Murpeji
tetapi kurang disukai oleh wisatawan mancanegara jadi perlu kreatifitas
untuk menjadikan mereka suka memakannya; b) pohon penghasil buah
favorit yaitu durian, manggis, rambutan dan ceruring (duku) tidak berbuah
tahun 2020; c) kreatifitas pengerajin produk olahan makanan berbahan
buah-buahan dan umbi-umbian sangat terbatas; d) buah enau berlimpah di
Murpeji tetapi yang tidak diolah menjadi kolang-kaling dan tidak
dimanfaatkan sebagai atraksi wisata sebagaimana halnya proses pembuatan
gula aren.
4) Sistem Pengelolaan Wisata Bukit Murpeji: a) Jalan utama dusun Murpeji
merupakan jalan umum transporatasi masyarakat setempat, kesulitan untuk
memasang portal berkarcis masuk ke kawasan bukit Murpeji, belum ada
kawasan khusus wisata bukit Murpeji yang dikelola secara berbayar karcis
masuk; b) belum ada peraturan Desa yang menjadi rujukan untuk menyusun
30
kebijakan dan prosedur pengelolaan kawasan wisata bukit Murpeji; c) model
kerja sama pengelolaan wisata bukit Murpeji antara Pemdes dan pihak
pengelola bendungan Meninting belum ada.
5) Wisata Adavantur dan Air Terjun: a) pemberian nama air 3 air terjun di hutan
tutupan tidak bernilai sejarah; b) fasilitas keselamatan wisata adventure
(petualangan) belum tersedia.
6) Rawan jalur gempa bumi seluas 224 hektar.
31
Tabel 9: Kalender Potensi Agenda Wisata Seni Budaya dan Religi
PERIODE 1443 H / 2021 - 2022 M
TEMA & ATRAKSI MUHARRAM SAFAR RABI'UL AWAL RABI'UL AKHIR JUMADIL AWAL JUMADIL AKHIR RAJAB SYA'BAN RAMADHAN SYAWAL DZULQA'DAH DZULHIJJAH
AGU - SEPT SEPT - OKT OKT - NOV NOV - DES DES - JAN JAN - FEB FEB - MAR MAR - APR APR - MEI MEI - JUN JUN - JUL JUL - AGU
SENI UDAYA & RELIGI
1 Muharram: Tahun
Baru Hijriah:
Perayaan Tahun Baru Islam: 1) Pawai, Tablik Akbar
Tablik Akbar, Sholawat dan Sholawat Badar
2) Baca Hikayat dan
Badar Berzanji - Hijrah Nabi
12 Rabi'ul Awal:
Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Muhammad SAW: Sunatan 2) Sebelum 12 Rabi'ul
Awal: Sunatan Massal,
Massal, Hikayat, Berzanji, 3) Baca Hikayat dan
Rudat, Sikir Saman dan Berzanji - Maulid Nabi
4) Khataman Al-Qur'an
Khataman Al-Qur'an 5. Fstival Rudat dan
Sikir Zaman
27 Rajab:
Peringatan Isro' Mi'raj: Peringatan Isro' Mi'raj:
Lomba Masjid Bersih dan 1. Lomba Masjid Bersih
dan Sehat.
Baca Hikayat 2. Lomba Baca HIkayat
1) Ta'jilan Bersama.
Pesona Ramadhan: 2) Tarawih & Tadarus.
3) 17 Ramadhan:
Experiencing: Ta'jil,
Peringatan Nuzulul
Tadarrus, Nuzulul Qu'ran Qur'an.
4) 10 malam terakhir
dan I'tiqaf. Qiyamullail
1 Syawal: 1) Pawai
Malam Takbiran
Lebaran Idul Fitri: Pawai (tradisi).
Malam Takbiran, Shalat 'Ied 2) Shalat "Ied, Hari
Raya Indul Fitri.
dan Halal bi Halal. 3) Halal Bil Halal
(tradisi)
1) 17 Agustus: Upacara
HUT Kemerdekaan RI: Kemerdekaan.
2) Atraksi Panjat Kelapa
Panjat Kelapa, Presean, 18 - 25 Agust: Lomba
Nembang Sasak Presean & Nembang
Sasak - HUT RI
Selain yang tertuang pada kalender musim di atas, sejarah kehadiran Anak
Agung Ketut Jelantik dari Kerajaan Karang Asem Bali di Pedusunan Gersik
Montong Tangar untuk bersemedi di pesanggrahannya hingga masyarakat
menyebut (memberi nama) pedusunan ini menjadi Desa Dasan Geria dan
bersepakat dengan sang raja pada akhir abad 18 bahwa tidak boleh ada
penganut Hindu berdomisi di Dasan Geria, merupakan potensi yang juga
menarik dituangkan sebagai bahan cerita (story-telling) untuk konsumsi
wisatawan.
Desa Dasan Geria memiliki 3 masjid, 13 mushalla dan 1 madrasah serta sejumlah
tokoh perorangan (tuan guru dan ustazd, budayawan dan seniman) serta pelaku
usaha wisata yang dapat berperan secara teknis melakukan pembinaan atraksi
dan produksi seni yang berbasis budaya dan Islami. Banyak lembaga pendidikan
formal mulai dari SD s/d SLTA yang potensial diajak bekerja sama untuk
32
menyelenggarakan pembinaan atraksi dan produksi seni budaya Islami di Dasan
Geria. Pokdarwis yang baru terbentuk beberapa bulan dapat mengambil peran
menggerakan dan mengorganisir pembinaan tersebut.
Masalah yang perlu dipecahkan agar potensi agenda wisata di atas dapat
dikembangkan dan terwujud, sebagai berikut:
1) Sanggar Atraksi dan Produksi Seni Budaya Islami belum ada: a) Masjid belum
berfungsi sebagai pusat pembinaan atraksi dan produk seni budaya Islami;
b) pengurus masjid, pondok pesantren, Pokdarwis dan kelembagaan desa
lainnya belum menyatukan langkah dan tujuan untuk menyelenggarakan
pembinaan sanggar seni budaya berbasis Islam; c) tuan guru, ustazd,
budayawan dan seniman serta pelaku usaha wisata setempat belum banyak
berperan dalam pembinaan atraksi dan produksi seni budaya Islami; d)
fasilitas bina atraksi dan produksi seni budaya Islami sangat terbatas; e)
sistem, pendekatan dan silabus pembinaan atraksi dan produksi seni budaya
Islami belum ada; f) animo masyarakat khususnya generasi mudah terhadap
sanggar seni budaya Islami masih rendah.
2) Dukungan instansi pemerintah terkait, seperti Dinas Pariwisata, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama baik di tingkat
Kabupaten, Provinsi dan Pusat sangat kurang terhadap sanggar seni budaya
Islami.
33
Rp15.000/orang untuk group minimal 25 orang, dan Rp25.000/orang untuk
regular pada hari biasa dan Rp35.000/orang untuk regular pada hari libur.
Sejak beroperasinya, DAWP melayani renang dalam rangka rekreasi, Pekan
Olahraga Nasional (PON) tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat, antar jemput
pengunjung khususnya untuk murid-murid Taman Kanak-Kanak, dan
penyewaan convention hall untuk pertemuan dan resepsi. Kondisi alur kas
secara umum, biaya operasional lebih besar dari pendapatan yang diperoleh
dari pengunjung umum. Biaya operasionalnya Rp76 juta/bulan, sedangkan
pendapatannya antara Rp25-an juta s/d Rp60-an juta/bulan dari tahun 2013
s/d 2018, kecuali pada tahun 2016 pernah mencapai Rp100-an juta. Kondisi
ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Pengelolaan DAWP masih belum profesional, masih mengandalkan
subsidi biaya operasional dari Yayasan.
2) Jaringan promosi dan pemasaran masih terbatas kepada sekolah-
sekolah, belum menjangkau pasar umum dan pasar pariwisata, belum
ada kerja sama dengan pelaku usaha wisata.
3) Kalah bersaing dengan kolam renang “lima ribuan” yang banyak
bermunculan di berbagai tempat dan karena pandemic Covid19.
4) Fasilitas rekreasi pendukung restoran dan lapak kuliner di DAWP tidak
tersedia; hanya 1 dari 3 kolam yang dirawat yaitu kolam renang standar
olimpiade sedangkan 2 kolam lainnya masing-masing kolam permainan
diameter + 10 m memiliki wahana bermain sangat terbatas dan kolam
renang ukuran 10 m x 25 m kurang terawat karena tidak ada biaya.
5) Pengunjung DAWP banyak yang tidak disiplin mengenakan baju renang,
berdampak pada meningkatnya biaya perawatan air kolam renang.
6) Sebagian besar masyarakat sekitar masih beranggapan bahwa DAWP
milik Pemerintah, sehingga mereka cenderung mau menggunakan
fasilitas DAWP dengan biaya sewa murah, bahkan masih ada warga yang
minta berenang gratis.
7) Sering terjadi “pungutan liar” oleh oknum Polisi ke DAWP ketika ada
acara di DAWP.
b. Kolam Renang Syafaat.
Kolam Renang Syafaat (KRS) milik Yayasan Syafaat yang didanai oleh bapak
Edward dan ibu Arche, suami-istri berkebangsaan Belanda. Fasilitas KRS
terdiri dari 1 kolam orang dewasa berukuran 10 m x 8 m, 1 kolam anak-anak
berukuran 8 m x 3 m, 1 bangunan untuk kamar-kamar anak-anak asuh, 1
mushalla dan tempat parkir, dibangun tahun 2000-an di atas tanah seluas +
0,5 hektar (5000 m2) Sertifikat Hak Milik (SHM) a.n H. Ahmad Saufi sekaligus
sebagai pengelolanya.
KRS mulai beroperasi tahun 2007 dengan kegiatan usaha, sebagai berikut:
1) Jasa Kolam Renang: harga karcis mandi Rp15.000/orang usia 3 tahun atau
lebih, Rp10.000/orang untuk anak sekolah, sedangkan anak usia di
34
bawah 3 tahun gratis mandi. Kegiatan usaha ini masih berjalan s/d
sekarang dengan pasang-surutnya. Sebelum terjadinya pandemi Covid19
kolam renang dioperasikan pada hari Selasa s/d Ahad jam 08:00 – 17:30
wita dan Jumat buka jam 14:00 – 17:30, dengan pendapatan kotor Rp3
juta s/d Rp4 juta/hari rerata Rp3,5jt/hari atau Rp84juta/bulan atau
Rp924juta/tahun. Setelah pandemi Covid19 kolam dioperasikan hanya
pada hari Sabtu dan Ahad karena itu pendapatan menurun tajam
menjadi dibawah Rp1jt/hari atau Rp7,2juta/bulan atau Rp79,2
juta/tahun atau 8,6% dari pendapatan sebelum pandemi Covid19.
2) Restoran: hanya berjalan beberapa tahun, namun karena sepi
pengunjung maka restoran ditutup.
3) Program Anak Asuh: Pada tahun 2007 jumlah anak asuh 17 orang
ditampung di asrama yang telah disediakan oleh Yayasan Syafa’at.
Manfaatnya menjadi anak asuh yaitu ditanggung biaya pendidikan, biaya
hidup, uang saku Rp60ribu/minggu/orang, les private untuk semua
bidang studi yang diperlukan anak asuh; mendapat pembinaan seni tari
Bali, music tradisional gendang beléq, bela diri, rekreasi bersama orang
asuh. Orangtua mereka berasal dari berbagai negara yakni Belanda,
Singapore dan dari negara-negara Timur Tengah. Sebagian besar anak
asuh berasal dari luar Dasan Geria. Kriteria untuk bisa menjadi anak asuh
yaitu anak usia sekolah di bawah 12 tahun dan bersedia tinggal di asrama.
Tidak banyak anak yang dari Dasan Geria mau menjadi anak asuh karena
usia anak mereka terlalu dini untuk dilepas pengasuhannya ke orang lain.
Sumber biaya progam anak asuh dari hasil usaha Yayasan dan donator
atau orangtua asuh.
Kegiatan usaha tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 9 orang terdiri
dari 3 orang penjaga malam, 1 orang tukang karcis, 2 orang petugas jaga
gerbang pintu masuk dan 3 orang petugas kantin termasuk istri pengelola
KRS; di antaranya ada 4 orang pekerja berasal dari Dasan Geria. Mereka
bekerja secara rolling dan gotong-royong kekeluargaan.
DAWP dan KRS merupakan fasilitas rekreasi yang dapat menambah pilihan bagi
wisatawan untuk berkunjung ke Dasan Geria. Kedua fasilitas wisata air ini akan
bisa berkembang dan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan lebih baik bagi
masyarakat sekitar, bahkan dapat menjadi sumber tambahan PADes, apabila
masalah-masalah mereka dapat dipecahkan
6. Wisata Sawah
Luas sawah di Desa Dasan Geria 30,30 ha, seluruhnya tanah irigasi teknis dengan
tingkat kesuburan tanah kelas satu Seluas 18,98 ha terhampar di dusun Gegutu
Reban dan sisanya 11,32 ha di Geria Selatan. Pemandangan sawah yang hijau
berbatas pemandangan bukit-bukit berjejer di bagian utara pulau Lombok,
udara yang segar, merupakan potensi obyek wisata. Sayangnya, dibanding
dengan cara bertani di tahun 1970-an, suasana kegiatan bertani sudah jauh
35
berubah. Di masa itu dan tahun-tahun sebelumnya puluhan buruh tani laki-
perempuan bekerja di sawah dengan peralatan manual sederhana non-mesin
ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi sepanjang alur proses budidaya
padi mulai dari tabur benih atau ngampar sampai dengan panen atau matak
atau ngerampek. Laki-laki dan perempuan berbagi tugas dalam setiap tahap
proses.
Laki-laki mengambil peran
membajak lahan (nenggale
dan begau) menggunakan alat
bajak manual ditarik oleh
sepasang sapi atau kerbau dan
menyemai biji padi (ngampar),
kemudian perempuan berjejer
menanam padi (lowong),
menyulam tanaman padi yang
mati dengan bibit pengganti
(nyisip) dan menyiangi rumput
di sela-sela padi (ngome). Kemudian, laki-laki dan perempuan bersama-sama
panen padi dengan pembagian tugas masing-masing tergantung tehnik panen
dan alat yang digunakan.
Ada dua tehnik panen yaitu matak dan ngerampék.
1) Matak yaitu panen dengan cara memotong tangkai padi
sekitar 20 cm di bawah bulirnya satu per satu
menggunakan aniani, alat potong manual. tugas ini
biasanya dilakukan sekitar 5 – 7 orang perempuan;
kemudian tangkai-tangkai beserta bulir-bulirnya
digabung menjadi satu ikat (secekel) yang beratnya 10 s/d
20 kg per ikat untuk kemudian angkut ke lahan yang lebih tinggi dan disusun
menjadi satu s/d dua tumpukan untuk dijemur pada hari-hari berikutnya
atau dibawa pulang ke rumah dan dilakukan hal yang sama. Tugas ini
biasanya dilakukan oleh laki-laki.
2) Sedangkan ngerampek yaitu panen padi dengan cara memotong pohon padi
di posisi sekitar 15 s/d 20 cm di atas pangkalnya, tugas ini dilakukan oleh laki
dan perempuan 5 – 7 orang. Kemudian laki-laki melakukan tugas
merontokkan bulir-bulir padi tersebut dengan cara membanting batang padi
sehingga bulir-bulir terhempas hingga rontok dari tangkainya pada papan
yang telah disiapkan sedemikian rupa, dan berjatuhan ke alas yang telah
disiapkan (telepar) di bawah alat perontok tersebut. Bulir-bulir padi yang
telah terkumpul atau gabah kemudian ditampi untuk dibersihkan dari bulir
hampa dan sampah daun padi dan lainnya, kegiatan ini biasanya dilakukan
perempuan, kecuali kalau membersihkannya dengan alat sejenis ayakan
(kawat kasa) maka laki-laki juga melakukannya.
36
Bagan 3: Alur Proses Budidaya Padi Secara Manual
37
2) Pemandangan Sawah: a) Panorama sawah hijau dan luas dengan
pemandangan bukit dan matahari terbit.
3) Ketersediaan Sawah dan Sapi Bertani Secara Tradisional: a) lahan sawah
milik Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Provinsi) yang dapat diatur
menjadi area budidaya padi secara tradisional khusus untuk konsumsi
atraksi wisata sawah; b) perkiraan jumlah ternak sapi 270 ekor di Dasan
Geria, cukup tersedia untuk dilatih menarik bajak; c) orang yang bisa
nenggale dan begau masih ada.
4) Fasilitas Pendukung: a) ada Balai Bibit Unggul (BBU) di Gegutu Reban yang
memproduksi dan menyediakan berbagai varitas bibit padi, seperti Ciliwung,
Cigelis (Ampera 32), Ceherang, Mikongga dalam jumlah yang cukup dengan
harga normal, sekitar 15 ton bibit padi untuk Dasan Geria; b) kawasan
persawahan di Gegutu Reban dan Geria Selatan dekat dengan kota Mataram
dan mudah diakses.
5) Kelembagaan Petani: a) Kelompok Tani (Poktan) di masing-masing kawasan
masih berperan.
Masalah yang perlu dipecahkan:
1) Ketersediaan Bibit Padi: Kendatipun BBU menyediakan 15 ton bibit padi
untuk petani Dasan Geria, sejumlah petani mengaku merasakan sulit
mendapatkan bibit padi tepat waktu, sehingga sering mereka membeli bibit
padi ke luar desa Dasan Geria dengan harga lebih dari Rp10.000/kg, di atas
harga normal.
2) Ketersediaan dan Harga Pupuk: a) Kelompok Tani (Poktan) “Bareng Gawek
Satu” Gegutu Reban hanya memperoleh 24% dari 17,4 ton total pupuk (urea,
poska, SP36) untuk kebutuhan 24 hektar lahan padi, kondisi ini disebabkan
oleh dua kemungkinan, yaitu ada oknum-oknum yang “bermain” pada
proses tertentu dari alur distribusi penebusan pupuk bersubsidi ini yang
menjualnya dengan harga jual normal pupuk non-subsidi Rp600.000/kwintal
atau terbatasnya suplai pupuk dari pabrik pupuk; b) jumlah pupuk bersubsidi
yang boleh ditebus (baca: dibeli) petani hanya 125 kg atau 21% dari 600 kg
kebutuhan pupuk/hektar, harganya Rp300.000/kwintal. Bila petani
menebus pupuk bersubsidi dengan cara berhutang, maka mereka harus
menebusnya Rp350.000/kwintal. Harga pupuk non-subsidi yaitu Rp600.000
s/d Rp750.000/kwintal.
3) Pengolahan Tanah dan Panen: a) Membajak sawah secara tradisional
(neggale dan begau) tidak ada; b) panen secara tradisional (matak dan
gerampek) sudah tidak ada.
38
C. Gambaran Potensi dan Masalah Menurut Domain Program
15
10
5
0
Sistem Hubungan Perilaku Sapta Fasilitas Publik, Ekonomi Kreatif Promosi dan
Pengelolaan Antar Pesona Obyek dan Masayarakat Pemasaran
Desa Wisata Stak ehoders Stak eholders Agenda Wisata
POTENSI MASALAH
39
Tabel 11: Sistem Pengelolaan Desa Wisata
SUB-MASALAH
SUB-POTENSI
MASALAH
POTENSI
NO DOMAIN PROGRAM
40
Tabel 12: Hubungan Antar Pemangku Kepentingan
SUB-MASALAH
SUB-POTENSI
MASALAH
POTENSI
NO DOMAIN PROGRAM
41
6 Sejumlah Tokoh Masyarkat Memiliki Jaringan yang Dapat 1 4
Menguntungkan Pengembangan Wisata Desa
a Ketua Pokdarwis praktisi usaha pariwisata dan memiliki 1
jaringan dalam dan luar negeri.
b Budayawan-budayawan yang menguasai atraksi seni budaya 1
dan Sasak memiliki jaringan dengan berbagai pihak.
c Ustazd, tuan guru yang bijaksana dan karismatik memiliki 1
jaringan dengan pondok-pondok pesantren dan Pemerintah.
d Anggota DPRD asal Dasan Geria memiliki akses dalam 1
penentuan kebijakan pembangunan di daerah
7 Masing-masing Personil Kelembagaan Desa dan Tokoh 1 5
Masyarakat memiliki Jaringan yang Dapat Menguntungkan
Pengembangan
a Kepala Wisata
Desa sebagai Desa AKAD Lombok Barat, sastrawan
pengurus 1
dan seniman punya jaringan dengan lembaga-lembaga
pendidikan, potensi atraksi dan konektifitas wisata dengan
desa-desa lain.
b Ketua BPD pengusaha yang berkembang berpikir kompetitif 1
dan selektif memiliki jaringan usaha.
c Wakil Ketua BPD pengusaha dan berpengalaman memimpin 1
perbangkan syari'ah dan punya keilmuan agama Islam yang
mempuni berpikir kompetitif dan selektif memiliki jaringan
usahaH. Sanusi, sekaligus budayawan memiliki kemampuan
d Ustd 1
memadu-selaraskan adat Sasak ke dalam ajaran Islam.
e TGH. Muhammad Sidiq menguasai ilmu agama Islam, da'I 1
karismatik dan bijaksana, perekat masyarakat Dasan Geria
NO DOMAIN PROGRAM
42
2 Kesiapan Masyarakat Menjadi Pelaku Usaha Wisata Kurang 1 2
a Sikap hospitality sapta pesona masyarkat kurang 1
b Jumlah dan keterampilan pemandu wisata kurang 1
Pesona Aman, Tertib, Sejuk, Indah, Ramah, Kenangan 3 1 3 1
3 Perilaku Menjaga Keamanan Masayarakat 1 1
4 Perilaku Menjaga Ketertiban Masyarakat 1 1
5 Perilaku Menjaga Kesejukan Masyarakat 1 1
6 Perilaku Menjaga Keindahan Masyarakat 1 1
7 Perilaku Meninggalkan Kenangan Masyarakat bagi Pengunjung
SUB-MASALAH
SUB-POTENSI
MASALAH
POTENSI
NO DOMAIN PROGRAM
43
Fasilitas Pengelolaan Sampah 1 1 2 3
5 Fasilitas Pengelolaan Sampah 1 1 2 3
a Fasilitas (armada dan peralatan) pengangkut sampah terbatas, 1
sehingga tidak semua pemukiman dapat dilayani
b Fasilitas (armada dan peralatan) pengangkut sampah kurang 1
terawat, sehingga sering rusak
c Di taman Gegutu Reban dan kali Gegutu banyak sampah tidak 1
terurus
d Kendati dengan kondisi terbatas, masih ada jasa layanan 1
angkut sampah yang dilakukan oleh masyarakat secara
e mandiridilakukan uji coba daur ulang sampah menjadi jadi isi
Pernah 1
bantalan kursi
Rumah Sehat 2 2 5 2
6 Kondisi Rumah Sehat 1 1 1 1
a Hasil PRA: 72,2% rumah sehat 1
b Hasil PRA: 21% kurang sehat dan 6.8% tidak sehat 1
7 Kondisi Lingkungan Rumah 1 1 4 1
a Posisi rumah-rumah di Gegutu Reban bagian timur tertata 1
longgar dan halamannya memadai
b Masih ada (sebagian kecil) rumah yang berdekatan bahkan 1
berdampingan dengan kandang ternak di Geria Utara, Geria
Selatan dan Murpeji
c Sebagian besar rumah dilengkapi dengan kamar mandi dan 1
WC
d Sebagian besar halaman rumah di Murpeji, dan bebepara RT di 1
Geria Utara, Geria Selatan dan Gegutu Reban banyak
pepohonannya
e Ada 2 komplek rumah "Rumah Lumbung" di Murpeji 1
Wisata Bukit Murpeji 6 3 22 6
8 Atraksi Wisata 1 7
a Narep (pengambilan air tuak (nira) dan pembuatan gula aren 1
b Wisata arum jeram di sungai Petéte - hutan tutupan 1
c Agrowisata panen buah dan panjat kelapa 1
d Sepeda, (soft ) tracking dan trabas 1
e Pemancingan dan olahraga air di bendung Meninting 1
f Pembersihan gubal dan penyulingan minyak gaharu 1
g Pembuatan pupuk organik dari sampah dedaunan sepanjang 1
pinggir jalan utama Murpeji dan pekarangan rumah
9 Viewing Point Panorama dan Kuliner 1 4
a VPPK di pertengahan as bendung Meninting (perlu ijin) 1
b VPPK di pertigaan menuju as bendung Meninting 1
c VPPK di Gubung 20 1
d VPPK di Dayen Rejeng 1
44
10 Homestay dan Villa 1 3
a Homestay di rumah lumbung masyarakat RT01 1
b Homestay di pemukiman masyarakat Gubug 20 1
c Villa Murpeji 1
11 Camping Ground & Air Terjun 1 3
a Camping ground di Sekretariat Pokdarwis Geria Bersahabat 1
b Camping ground di Batu Santek 1
c Camping ground di sekitar 3 air terjun di hutan tutupan 1
12 Kuliner & Restoran 1 4
a Kuliner di tengah sungai Memakak 1
b Kuliner di tengah sungai Meninting 1
c Restoran di Skretariat Pokdarwis Geria Bersahabat 1
d Lapak-lapak kulineran di sepanjang jalan menghadap bendung 1
Meninting di RT01 Murpeji
13 Ojek Wisata 1 1
a Sekitar 150 unit sepeda motor masyarakat untuk ojek wisata 1
14 Agrowisata Buah dan Gula Aren 1 3
a Durian tidak disukai bule-bule, perlu kreatifitas olahan 1
b Durian, mangis, duku tidak berbuah 2020 1
c Buah enau berlimpah tidak diolah jadi koalng-kaling 1
15 Wisata Petualangan dan Air Terjun 1 2
a Ada 3 air terjun di hutan tutupan yang belum diberi nama 1
yang bernilai sejarah
b Belum ada fasilitas keselamatan petualangan 1
16 Jalur Rawan Gempa 1 1
a Luas jalur rawan gempa 224 hektar 1
Seni Budaya dan Religi 5 3 20 9
17 Atraksi Seni berbasis Agama Islam 1 2
a Pembacaan Hikayat dan Berzanji (tradisi) 1
b Festival Rudat dan Sikir Saman (tradisi) 1
18 Terapan Ibadah dan Tradisi berbasis Agama Islam 1 10
a Perayaan Tahun Baru Hijriah 1
b Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1
c Sunatan (Khitanan) Massal 1
d Khataman Al-Qur'an 1
e Peringatan Isro' Mi'raj 1
f Pesona Ramadhan 1
g Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1
h Lebaran Ketupat (tradisi) 1
i Persiapan Ibadah Haji, dan Acara Syukuran ( tradisi) 1
j Lebaran Hari Raya Idul Qurban 1
45
19 Atraksi pada Perayaan Hari Besar Nasional 1 3
a Presean dan Nembang Sasak pada HUT RI 1
b Lomba Panjat Pohon Kelapa pada HUT RI 1
c Parade Penggilingan Padi Keliling (MRMU) pada HUT RI 1
20 HUT Desa Dasan Geria 1 2
a Presean dan Nembang Sasak pada Ultah Desa Dasan Geria 1
b Wayang Kreasi dan Opera tentang Sejarah Desa Dasan Geria 1
21 Fasilitas Pembinaan Seni dan Ibadah Berbasis Islam 1 3
a Ada 3 masjid megah dan artisitik di Dasan Geria 1
b Ada 13 mushalla tersebar di seluruh dusun di Dasan Geria 1
c Ada 1 pondok pesantren (lembaga pendidikan berbasis Islam) 1
di Geria Selatan
22 Peralatan dan Kostum Atraksi Seni Berbasis Islam Terbatas 1 3
a Peralatan musik dan kostum rudat tidak tersedia 1
b Peralatan musik dan kostum sikir zaman tidak tersedia 1
c Peralatan dan kostum pembacaan hikayat dan berzanji 1
terbatas
23 Sanggar Atraksi dan Produksi Seni Berbasis Islam Tidak Langgeng 1 3
a Ada 3 masjid, 13 mushalla dan 1 pondok pesantren tidak 1
difungsikan sebagai sanggar pembinaan atraksi dan produksi
seni berbasis Islam
b Pengurus masjid, pondok pensantren, Pokdarwis dan 1
Pemerintah Desa belum menyatukan langkah dan tujuan
untuk pembinaan seni berbasis Islam
c Tokoh masyarakat (tuan guru, ustd, budayawan), pelaku usaha 1
wisata, Pokdarwis belum banyak berperan dalam pembinaan
seni berbasis Islam
24 Dukungan Instansi Pemerintah & Masyarakat Kurang 1 3
a Dukungan instansi pemerintah terkait sangat kurang terhadap 1
pembinaan dan pengembangan seni berbasis Islami.
b Dukungan sebagian masyarakat angat kurang terhadap 1
pembinaan dan pengembangan seni berbasis Islami.
c Sebagian besar generasi muda kurang berminat 1
mengembangkan seni berbasis Islam
Dewi Anjani Water Park 1 1 5 6
25 Dewi Anjani Water Park 1 1 5 6
a Luas kawasan DAWP 3,5 hektar 1
b Fasilitas kolam renang standar olimpiade dan water park tersedia 1
c Convention center memadai 1
d Tempat parkir luas dan memadai 1
e Fasilitas pendukung seperti restoran, lapak kuliner belum ada 1
f Subsidi biaya operasional dari yayasan ada 1
g Pengelolaan fasilitas belum profesional 1
h Jaringan promosi dan pemasaran terbatas 1
46
i Harga karcis kalah bersaing dengan kolam renang lima ribuan 1
j Sebagian masyarakat menganggap DWAP milik Pemerintah 1
k Banyak pengunjung kurang disiplin gunakan pakaian renang 1
Kolam Renang Syafaat 2 2 3 3
26 Jasa Kolam Renang 1 1 1 2
a Pendapatan dari karcis kolam renang menurun sejak Covid19 1
b Sebagian pemasukan digunakan untuk biaya program anak asuh 1
c Fasilitas dan luas kawasan terbatas 1
27 Usaha Restoran 1 1
a Restoran sudah lama ditutup karena sepi pelanggan 1
28 Program Anak Asuh 1 2
a Ada anak asuh dari Dasan Geria 1
b Sumber dana untuk anak asuh juga dari donatur luar negeri 1
Wisata Sawah 5 3 12 5
29 Kondisi Musim dan Irigasi Tehnis Memadai 1 3
a MT300 (pad-padi-palawija), peluang memilih musim wisata 1
sawah lebih leluasa
b Irigasi teknis untuk pertanian tersedia sepanjang tahun 1
c Terdapat 2 mata air yang dapat menjadi pelengkap 1
obyek/fasilitas wisata sawah
30 Penorama Sawah Indah dan Suhu Segar Bersahabat 1 2
a Panorama sawah hijau, luas berbatas bukit dan suasana 1
matahari terbit pagi hari
b Suhu udara di sawah bersahabat (tidakpanas) dan segar 1
31 Sawah dan Sapi untuk Bertani Secara Tradisional Tersedia 1 3
a Lebih dari 8 hekar lahan sawah milik Pemerintah Daerah 1
b Diperkirakan jumlah sapi di Dasan Geria 270 ekor 1
c Buruh tani yang bisa neggale dan begau masih ada 1
32 Fasilitas Pendukung 1 2
a Balai Bibit Unggul Lombok Barat ada di Gegutu Reban 1
b Kawasan persawahan dekat dengan kota Mataram , mudah 1
diakses
33 Kelembagaan Petani 1 2
a Kelompok Petani (Poktan) masih berperan 1
b Potensi jaringan usaha Poktan dengan Koperasi Unit Desa 1
34 Ketersediaan Bibit di Tingkat Petani Terbatas 1 1
a Bibit terbatas, harga meningkat, beli diluar desa 1
35 Pupuk Bersubsidi Terbatas 1 2
a Pupuk bersubsidi 24% dari jumlah yang butuhkan petani 1
b Pupuk bersubsidi hanya 125 kg 21% dari kebutuhan yang boleh ditebus 1
36 Pengolahan Tanah dan Panen Secara Tradisional Tidak Ada Lagi 1 2
a Penerapan nenggale dan begau sudah tidak ada 1
b Matak dan Nengerampek sudah tidak ada 1
47
Tabel 15: Ekonomi Kreatif Masyarakat
SUB-MASALAH
SUB-POTENSI
MASALAH
POTENSI
NO DOMAIN PROGRAM
48
10 Penyewaan Fasilitas Olah Raga Air di Murpeji 1 1
a Penyewaan fasilitas olahraga air di Murpeji 1
11 Arisan Mengatasi Kesulitan Modal Usaha Mandiri UMK 1 6
a Kolompok arisan, anggota 10 orang, ketua Uyun 1
b Kelompok arisan, anggota 10 orang, ketua Wati 1
c Kelompok arisan, anggota 20 orang, ketua Inaq Ipan 1
d Kelompok arisan, anggota 250 orang Ketua Bu Kades 1
e Kelompok arisan , ketua Adawiyah (Geria Selatan) 1
f Kelompok arisan , ketua Diyah (Geria Selatan) 1
12 Kesiapan Pelaku UMK Masuk ke Usaha Wisata Kurang 1 2
a Pengetahuan keterampilan mengelola homestay belum ada 1
b Keterampilan dan kreatifitas pelaku UMK mengolah makanan 1
berbasis buah-buahan di Murpeji dan Penyangkaran kurang
13 Pengelolaan UMK di Dasan Geria Belum Memadai 1 2
a Proses pembuatan dan pengemasan produk berbiaya tinggi 1
b Banyak pengusaha/pengerajin meminjam dana modal dari 1
bank, koperasi dan bank rontok
14 Kecenderungan jumlah pedagang sembako, kios meningkat 1 1
15 Kecenderungan jumlah jenis mata pencaharian meningkat 1 1
SUB-MASALAH
SUB-POTENSI
MASALAH
POTENSI
NO DOMAIN PROGRAM
49
3 Promosi dan Pemasaran Melalui Jaringan Yang Sudah Ada 1 5 0
a Pemasaran melalui jaringan yang dimiliki Ketua dan pengurus 1
Pokdarwis
b Agen wisata setempat Wisata Bukit Murpeji berjalan 1
c Dewi Anjani Water Park berjalan 1
d Kolam Renang Syafaat berjalan 1
Promosi dan Pemasaran melalui jaringan pasar UMK 1
4 Agenda Wisata Tahunan Belum Tersusun 1 2
a Tim Penyusun dan organizernya belum terbentuk 1
b Belum ada kesepakatan dengan pihak-pihak terkait kegiatan 1
dan lokasi
5 Tema Besar (Branding ) Wisata Dasan Geria Potensial 1 2
a Personil potensial untuk branding wisata Dasan Geria tersedia 1
b Jalur branding wisata Dasan Geria ada 1
50
D. Masalah dan Akibatnya
1) Sistem Pengelolaan Desa Wisata
NO MASALAH NO AKIBAT
1 Pengelolaan fasilitas & keuangan air bersih: tenaga 1 Adanya rasa kurang percaya pada masyarakat. Tidak
manajerial dan teknis, kurang terbuka, sistem kontrol menarik untuk dikunjungi wisatawan.
keuangan, besar iuran sama / bulan.
2 Pengelola dan pengelolaan sampah: petugas 2 Belum bisa dijadikan obyek wisata Desa Bersih.
kurang disiplin, TPA tidak jelas, kurang terbuka.
3 Fasilitas Taman Gegutu Reban & pengelolaannya: 3 Belum bisa dijadikan tempat kunjungan untuk
kurang pemanfaatan dan perawatan, bangunan wisatawan dan kegiatan seni budaya dan religi.
belum selesai dan kurang lengkap.
4 Sistem pengelolaan wisata Bukit Murpeji dan obyek 4 Payung hukum pengelolaan obyek wisata belum ada.
lain: Perdes dan sistem pengelolaan wisata belum ada Obyek dan paket wisata belum bisa diandalkan sebagai
penggerak ekonomi masyarakat.
51
2) Hubungan Antar Stakeholders (Pemangku Kepentingan)
NO MASALAH NO AKIBAT
1 Hubungan antar kelembagaan desa belum solid: 1 Akan terjadi monopoli dalam melayani wisatawan serta
kurang terbuka dan unsur saling curiga, perbedaan akan menghambat proses pengembangan desa wisata.
kepentingan, dan kerja sama masih kurang, intensitas
komunikasi kelembagaan dan personil kurang.
2 Persatuan masyarakat Dasan Geria belum optimal: 2 Akan terjadi cerita negative terhadap wisatawan yang
Gegutu Reban dan Geria beda rumpun komunitas, berkunjung. Wisatawan tidak nyaman berkunjung.
perbedaan sudut pandang antar sejumlah tokoh
masyarakat terhadap adat Sasak, ada friksi politis.
NO MASALAH NO AKIBAT
1 Upaya dan kesadaran masyarakat terhadap 1 Akan mengganggu kenyamanan wisatawan dan
kebersihan: banyak masyarakat buang sampah ke masyarakat pecinta lingkungan.
kali Gegutu, di jalanan, gang dan pekarangan.
2 Kesiapan masyarakat menjadi pelaku usaha wisata 2 Belum bisa dikategorikan sebagai desa wisata.
kurang: menjaga hospitality kebersihan dan Wisatawan tidak nyaman berkunjung ke Dasan Geria.
keindahan kurang. Jumlah dan keterampilan
pemandu wisata kurang.
3 Penerapan protokol covid 19 di kantor Desa 3 Berpeluang terjadinya penularan covid19 baik bagi
Dasan Geria kurang aparat desa maupun pengunjung. Wisatawan khawatir
berkunjung.
52
4) Fasilitas Publik, Obyek dan Agenda Wisata
NO MASALAH NO AKIBAT
Desa Sehat
1 Fasilitas dan kondisi air bersih sub-standar: tanpa 1 Bisa menimbulkan penyakit kulit atau sakit perut bagi
treatment standar air, pipa bocor, lumpur dan masyarakat dan wisatawan yang ber-homestay
sampah di water-intake, tanpa meteran per sekaligus mengganggu kenyamanan wisatawan.
rumah, kandungan air belum dicek-lab, ada warga
gatal sehabis mandi.
2 Fasilitas pengelolaan sampah: armada dan 2 Tampak kumuh, mengganggu keindahan lingkungan
peralatan terbatas, sampah di Taman Gegutu sekitar, tidak menarik untuk dikunjungi wisatawan atau
Reban dan kali Gegutu. wisatawan tidak nyaman.
3 Kondisi rumah: 21% kurang sehat dan 6.8% tidak 3 Belum bisa dijadikan homestay untuk wisatawan, pada
sehat. Kondisi lingkungan rumah: sebagian kecil saat musim hujan kotoran ternak mengganggu jalan
rumah tanpa kamar mandi dan WC, rumah dekat dusun. Wisatawan tidak menarik untuk dikunjungi.
kandang.
Wisata Bukit Murpeji
1 Agrowisata buah dan gula aren: durian tidak 1 Belum bisa dijadikan alternatif untuk menarik
disukai bule-bule, perlu kreatifitas olahan; durian, kunjungan.
manggis, duku tidak berbuah 2020; buah enau
berlimpah tidak diolah jadi koling-kaling.
2 Wisata petualangan dan air terjun: 3 air terjun di 2 Wisatawan khawatir akan keselamatan bertualang ke
Hutan Tutupan, namanya tidak bernilai sejarah air terjun.
atau identitas; belum ada fasilitas keselamatan
petualangan; jalur rawan gempa luas 224 hektar.
53
Seni Budaya dan Religi:
1 Peralatan dan kostum atraksi seni berbasis Islam 1 Pentas seni yang baik tidak bisa dilakukan untuk
terbatas: peralatan musik dan kostum rudat, sikir menarik kunjungan wisatawan dan belum bisa dijual
zaman, dan baca hikayat dan berzanji tidak sebagai atraksi seni di acara setempat (kawinan ,
memadai sunatan, dll)
2 Sanggar atraksi dan produksi seni berbasis Islam 2 Seni budaya dan religi tidak akan bisa berkembang dan
tidak langgeng. Ada 3 masjid, 13 mushalla dan 1 tampil sebagai atraksi wisata menarik.
pondok pesantren tidak difungsikan sebagai
sanggar pembinaan; pengurus masjid, pondok
pensantren, kelembagaan desa belum
menyatukan langkah dan tujuan, serta belum
banyak berperan dalam pembinaan sanggar.
3 Dukungan instansi pemerintah dan masyarakat 3 Lambat laun budaya tersebut akan hilang karena tidak
kurang: dukungan instansi pemerintah terkait, terjadi regenerasi. Atraksi wisata yang sesuai basis
masyarakat dan generasi muda sangat kurang masyarakat akan tergeser oleh atraksi wisata popular
terhadap pembinaan dan pengembangan seni yang tidak berbasis masyarakat.
berbasis Islam.
Wisata Air dan Kolam Renang
1 Dewi Anjani Water Park – Yayasan IKIP Mataram: 1 Wisatawan tidak tertarik berwisata air. Akan memilih
fasilitas pendukung kurang, promosi dan water park atau kolam renang yang lebih lengkap
pemasaran kurang, pengunjung kurang disiplin, fasilitasnya.
dianggap milik pemerintah.
2 Kolam Renang Syafaat – Yayasan Syafaat: luas 2 Tidak menarik buat wisatawan untuk berkunjung.
terbatas + 0,5 ha, fasitas terbatas, restoran tutup,
program anak asuh berkurang.
54
Wisata Sawah
1 Ketersediaan bibit di tingkat petani terbatas: bibit 1 Hasil panen tidak maksimal, biaya produksi lebih besar.
terbatas, harga meningkat, sebagian petani beli Wisatawan masih tetap bisa hadir selama menggunakan
bibit di luar desa. sistem tradisional.
2 Pupuk bersubsidi terbatas: pupuk bersubsidi 2 Hasil panen tidak maksimal, biaya produksi lebih besar.
hanya + 24% sampai ke petani dari yang Wisatawan masih tetap bisa hadir selama menggunakan
butuhkan, pupuk bersubsidi hanya 125 kg /ha sistem tradisional.
atau + 21% dari kebutuhan.
3 Pengolahan tanah dan panen secara tradisional 3 Hilangnya obyek wisata sawah yang seharusnya bisa
hampir tidak ada lagi: penerapan nenggale, menjadi andalan desa wisata. Tidak ada kunjungan
begau, matak dan nengerampek sudah hampir wisatawan ke sawah.
tidak ada.
NO MASALAH NO AKIBAT
1 Kesiapan pelaku UMK masuk ke pasar wisata dan 1 Cinderamata yang seharusnya menjadi penunjang
pelayanannya kurang: pengetahuan keterampilan wisata belum bisa tersedia dan dipasarkan.
mengelola homestay belum ada; keterampilan dan
kreatifitas pelaku UMK mengolah makanan berbasis
buah-buahan di Murpeji dan Penyangkaran kurang
sekali.
2 Pengelolaan UMK di Dasan Geria belum memadai: 2 UMK belum bisa diandalkan sebagai produk ekonomi
proses pembuatan dan pengemasan produk berbiaya kreatif dengan harga yang bersaing.
55
tinggi; masih ada pengusaha/pengerajin meminjam
dana modal dari bank, koperasi dan “bank rontok”.
NO MASALAH NO AKIBAT
1 Identitas dan branding sebagian besar produk olahan 1 Daya jual dan daya saing produk rendah, belum mampu
makanan belum dikenal. masuk pasar wisata.
2 Agenda wisata tahunan belum tersusun: tim 2 Sulit mengharapkan kunjungan wisatawan secara
penyusun dan organizer belum terbentuk; belum ada terjadwal.
kesepakatan dengan pihak-pihak terkait.
56
E. Akar Penyebab Masalah
1) Sistem Pengelolaan Obyek DWDG
1 Lembaga pengelola resmi tidak ada. Pengelola dan 1 Pengelolaan fasilitas & keuangan air bersih di Murpeji,
petugas teknis bersifat sukarela, diseleksi tidak Geria Utara dan Penyangkaran-Geria Selatan belum
berdasarkan kemampuan dan motivasi, dan tidak memadai.
dibekali petunjuk-teknis. Pengelolaan keuangan
kurang terbuka termasuk sistem control keuangan
belum ada, besar iuran sama per bulan.
2 Lembaga pengelola resmi sampah tidak ada. Petugas 2 Pengelolaan sampah masih belum memadai:
diseleksi tidak berdasarkan kemampuan dan motivasi, petugas kurang disiplin, TPA tidak jelas, kurang
dan tidak dibekali petunjuk-teknis. terbuka.
3 Pengelola Taman Gegutu Reban belum ada. 3 Pengelolaan Taman Gegutu Reban tidak ada fasilitas
Masyarakat sekitar tidak memahami tujuan dan tidak terawat dan tidak lengkap.
target yang mau dicapai dari adanya Taman.
Perlengkapan untuk merawat Taman belum ada.
4 Pemdes dan BPD belum mendalami hal-hal yang 4 Sistem pengelolaan wisata Bukit Murpeji dan obyek
diatur dalam Perdes Pengelolaan Desa Wisata lain: Perdes dan sistem pengelolaan wisata belum ada
termasuk wisata Bukit Murpeji.
57
2) Hubungan Antar Stakeholders (Pemangku Kepentingan)
1 Interaksi antar lembaga kurang terbuka. Intensitas 1 Hubungan antar kelembagaan desa belum solid dan
komunikasi kelembagaan dan personil kurang. Unsur kurang kerja sama.
saling curiga dan kurang percaya beberapa personil.
Ada perbedaan kepentingan.
2 Masih ada unsur fanatisme perbedaan rumpun 2 Persatuan masyarakat Dasan Geria belum optimal.
komunitas Gegutu Reban dan Geria. Perbedaan sudut
pandang antar sebagian tokoh masyarakat terhadap
adat Sasak. Ada friksi politis antar sebagian tokoh
masyarakat dan antar masyarakat.
1 Promosi hidup bersih dan sehat berbagai pihak 1 Upaya dan kesadaran masyarakat terhadap
(petugas kesehatan, lembaga-lembaga desa, masjid, kebersihan kurang: banyak masyarakat buang
madrasah dan sekolah) sangat kurang. Pengelolaan sampah ke kali Gegutu, di jalanan, gang dan
sampah sistem 4R belum ada. Sistem pengawalan dan pekarangan.
penegakan pembuang sampah sembarangan belum
ada.
2 Promosi hidup bersih dan sehat oleh berbagai pihak 2 Kesiapan masyarakat menjadi pelaku usaha wisata
(petugas kesehatan, lembaga-lembaga desa, masjid, kurang: hospitality kurang, menjaga kebersihan dan
madrasah dan sekolah) kurang. Pengeloaan sampah
58
sistem 4R belum jalan. Sistem penegakan disiplin keindahan kurang. Jumlah dan keterampilan pemandu
terhadap pembuang sampah sembarangan belum wisata kurang.
ada.
3 Masih banyak masyarakat tidak percaya terhadap ada 3 Penerapan protokol covid 19 di kantor Desa Dasan
dan bahayanya Covid19. Pengawalan terhadap Geria kurang
penerapan protokol Covid19 tidak kontinu.
59
masuk ke saluran air dalam dusun, drainase tidak
berfungsi dan rabat jalan sekitar tidak sempurna.
Wisata Bukit Murpeji Wisata Bukit Murpeji
1 Keterampilan berkebun dan rekayasa buah-buahan 1 Agrowisata buah dan gula aren: durian tidak disukai
yang dimiliki warga kurang. Tidak ada tenaga ahli bule-bule, perlu kreatifitas olahan; durian, manggis,
tanaman keras dan buah-buahan yang khusus di duku tidak berbuah 2020; buah enau berlimpah
Murpeji. Bagi warga Murpeji, berkebun hanya tidak diolah jadi koling-kaling.
pekerjaan bukan profesi membanggakan. Tidak mau
“ribet” mengolah buah enau jadi kolang-kaling.
Fasilitas teknologi tepat guna untuk berkebun
termasuk mengolah kolang-kaling belum ada.
2 3 air terjun di Hutan Tutupan namanya belum bernilai 2 Wisata petualangan dan air terjun kurang aman dan
sejarah desa dan belum dilengkapi dengan story- menarik.
telling yang menarik. Belum ada fasilitas keselamatan
petualangan dan rambu-rambu jalan dan hospitality
wisata. Jalur rawan gempa luas 224 hektar.
Seni Budaya dan Religi: Seni Budaya dan Religi:
1 Pemasukan dana dari hasil pentas kecil. Orderan 1 Peralatan dan kostum atraksi seni berbasis Islam
pementasan sangat jarang. Tingkat kemahiran pemain (peralatan musik dan kostum rudat, sikir zaman, dan
seni masih belum mengagumkan. Perhatin dan baca hikayat dan berzanji) terbatas.
dukungan instansi terkait dan pihak swasta terhadap
pengembangan seni berbasis Islam kurang.
2 Tidak ada tenaga pengelola dan pembina sanggar 2 Sanggar atraksi dan produksi seni berbasis Islam
yang fokus. Lomba dan pementasan atraksi seni tidak langgeng. Ada 3 masjid, 13 mushalla dan 1
berbasis Islam jarang dilakukan di masyarakat. pondok pesantren tidak difungsikan sebagai sanggar
pembinaan.
60
Pengurus masjid, pondok pensantren, kelembagaan
desa belum menyatukan langkah dan tujuan, serta
belum banyak berperan dalam pembinaan.
1 Minat generasi muda sangat kurang terhadap 3 Dukungan dari Kementerian Agama Lombok Barat
pembinaan dan pengembangan seni berbasis Islam. dan Nusa Tenggara Barat terhadap seni berbasis
Nomenklatur program Kemenag untuk pembinaan Islam tidak ada.
seni berbasis Islam (dulu: Siaran Tamaddun 2004)
tidak ada, hanya menjadi bagaian dari kegiatan
dakwah melalui Pondok Pesantren.
Wisata Air (Water Park dan Kolam Renang) Wisata Air (Water Park dan Kolam Renang)
1 Fasilitas pendukung kurang, promosi dan pemasaran 1 Pengunjung Dewi Anjani Water Park tidak
kurang, pengunjung kurang disiplin, dianggap milik memenuhi target. Pengeluaran lebih besar dari
pemerintah. Adanya pandemic Covid19. pemasukan.
2 Pengelolaan fasilitas dan bisnis belum profesional 2 Pengunjung Kolam Renang Syafaat kurang, restoran
(sistem kekeluargaan). Luas terbatas + 0,5 ha, fasitas tutup.
terbatas. Adanya pandemic Covid19.
Wisata Sawah Wisata Sawah
1 Pengawasan terhadap jalur supply bibit mulai dari 1 Ketersediaan bibit di tingkat petani terbatas harga
BBU ke petani kurang, baik terkait ketepatan meningkat, beli di luar desa. Bibit geratis hanya 15
pengguna akhir (end-user) dan harga. Penyusunan kg/ha atau 30% dari 50 kg kebutuhan per ha, sisanya
dan penetapan RDKK kurang melibatkan petani. 45kg/ha beli harus beli s/d ke luar desa dengan
harga diatas Rp10.000,-
2 Pengawasan terhadap jalur pasokan pupuk subsidi 2 Pupuk bersubsidi terbatas: pupuk bersubsidi hanya +
dari Gudang ke KUD ke Poktan ke Petani BBU kurang, 24% sampai ke petani dari yang butuhkan, pupuk
baik terkait ketepatan pengguna akhir dan harga.
61
Penyusunan dan penetapan RDKK kurang melibatkan bersubsidi hanya 125 kg /ha atau + 21% dari
petani. kebutuhan.
3 Kurang praktis. Orientasi petani yaitu proses hanya 3 Pengolahan tanah dan panen secara tradisional tidak
pada efektivitas produksi, bukan pada nilai jual proses ada lagi: penerapan nenggale, begau, matak dan
sebagai atraksi wisata, interaksi sosial dan nengerampek sudah hampir tidak ada.
pemerataan pendapatan. Saprotan tradisional,
khususnya sarana produksi padi, sudah tidak tersedia
kecuali sapi.
1 Pengetahuan dan keterampilan mengelola homestay 1 Sebagian besar pelaku UMK belum siap masuk ke pasar
belum ada. Kurangnya keterampilan dan kreatifitas wisata khususnya pada layanan homestay, varian produk
mengolah dan mengemas makanan berbasis buah di olahan berbasis buah dan jajan tradisional
Murpeji dan Penyangkaran dan jajan tradisional di
Geria Utara. Orientasi proses produksi sebatas
menghasil produk, belum berfikir untuk menjadi
layanan (hospitality) dan atraksi wisata. Fasilitas
pengolahan produk dan pengemasan terbatas.
2 Masih ada pengusaha/pengerajin meminjam dana 2 Pengelolaan sebagian besar UMK di Dasan Geria belum
modal dari “bank rontok” dan “koperasi”. Jiwa memadai: biaya proses pengolahan dan pengemasan
hospitality pelaku UMK kurang terhadap pelanggan. produk masih tinggi; tampilan lapak, warung atau kios
Keterampilan produksi dan layanan kurang. Review belum menarik dan kurang nyaman.
terhadap proses produksi dan layanan jarang
dilakukan oleh pelaku usaha.
62
6) Promosi dan Pemasaran
1 Bimbingan teknis khusus pembentukan dan branding 1 Identitas dan branding sebagian besar produk olahan
produk belum pernah dilakukan. Pembimbing belum makanan belum dikenal.
ada. Ekpose produk ke luar baik secara langsung
maupun online jarang dan bahkan tidak pernah
dilakukan untuk jajanan tertentu. Jiwa kompetitif
pelaku UMK dalam mengenalkan produk kurang.
2 Tim penyusun dan organizer belum terbentuk; belum 2 Agenda wisata tahunan Dasan Geria belum tersusun.
ada kesepakatan dengan pihak-pihak terkait. Tidak
ada pembibing.
63
BAB IV
RENCANA STRATEGIS
PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DASAN GERIA
1. Visi
Dasan Geria menjadi destinasi wisata bersahabat, indah penuh kenangan,
penggerak ekonomi masyarakat berkelanjutan.
64
2. Misi
Mengangkat dan mengembangkan berbagai potensi desa sebagai destinasi
wisata yang berwawasan lingkungan dan menjunjung tinggi nilai dan norma
setempat, melalui edukasi bagi wisatawan dan pemberdayaan masyarakat
berlandaskan hubungan dan kerja sama harmonis dan saling mempercayai
antar pemangku kepentingan.
C. Arah Strategis
1. Membangun sistem pengelolaan desa wisata yang trasnparan dan terpadu dan
berkelanjutan melibatkan tokoh masyarakat, kelembagaan desa, instansi
pemerintah terkait dan pihak swasta.
2. Meningkatkan hubungan kerja kelembagaan dan personal yang harmonis
terutama antar pemangku kepentingan internal Desa Dasan Geria melalui
forum formal dan informal.
3. Membangun perilaku Sapta Pesona masyarakat dan wisatawan melalui edukasi
jangka pendek dan jangka panjang melalui pemanfaatan teknologi media sosial
dan visualisasi informasi berkerja sama Pemdes, lembaga-lembaga desa,
sekolah-sekolah dan instansi pemerintah.
4. Membangun dan mengembangkan fasilitas publik dan obyek wisata desa sehat,
UMK, bukit Murpeji, seni dan budaya berbasis religi, kolam renang dan water
park dan wisata sawah bekerja sama dengan Pemdes, lembaga-meaga desa,
masyarakat setempat, Pemerintah Daerah, perusahaan dan oranganisasi
nirlaba non-pemerintah (NGO= Non-Government Oraganization).
5. Mengembangkan proses produksi dan pengemasan, pengelolaan etalase dan
lokasi usaha mikro kecil dan pelayanan pelanggan yang bersih, sehat, nyaman
dan menarik (atractive).
6. Membangun jaringan promosi dan pemasaran secara oline dan offline dengan
memanfaatkan media sosial, website Pemerintah dan kerja sama dengan agen-
agen perjalanan wisata di Lombok dan luar Lombok, serta menjadikan setiap
warga Dasan Geria di rantuan sebagai “Duta Geria Bersahabat”, menyediakan
informasi Desa Wisata Dasan Geria yang update dan terpercaya.
65
Wisata Dasan Geria yang menyeluruh dan berkelanjutan direkomendasikan 27
(dua puluh tujuh) program dengan tujuan (goal) masing-masing, 110 (seratus
sepuluh) sasaran (objective) atau tujuan perantara yang harus dicapai. Sebanyak
27 program tersebut dikelompokkan ke dalam 6 (enam) domain, sebagai
barikut:
1. Sistem Pengelolaan Desa Wisata
2. Hubungan Antar Stakeholders
3. Perilaku Sapta Pesona Stakeholders
4. Fasilitas Publik, Obyek dan Agenda Wisata
5. Ekonomi Kreatif Masyarakat
6. Promosi dan Pemasaran
50
40
30
20
10
0
Sistem Hubungan Antar Perilaku Sapta Fasilitas Publik, Ekonomi Kreatif Promosi dan
Pengelolaan Stakehoders Pesona Obyek dan Masayarakat Pemasaran
Desa Wisata Stakeholders Agenda Wisata
Keterangan: setiap program memiliki 1 (satu) tujuan (goal), dan ada 2 (dua)
s/d 7 (tujuh) sasaran (objective) per tujuan.
66
E. Daftar Program, Tujuan (Goal) dan Sasaran (Objective)
1. Sistem Pengelolaan Desa Wisata
1 Membangun sistem pengelolaan Desa Wisata Dasan 1 Tujuan (Goal): Pengelolaan desa wisata berbasis obyek
Geria berbasis obyek dan agenda wisata yang dan agenda wisata di Dasan Geria berjalan transparan,
transparan, terpadu dan berkelanjutan. terpadu dan berkelanjutan sesuai kebijakan dan
1.1 Penyusunan Peraturan Desa tentang Pengelolaan prosedur yang ditetapkan dan merujuk pada Perdes.
Desa Wisata Dasan Geria melalui mekanisme yang Sasaran (Objective): (1) Perdes Pengelolaan Desa
sah, melibatkan kelembagaan desa yang berwenang Wisata diterbitkan. (2) Kebijakan dan Prosedur
dan bertanggung-jawab. Pengelolaan Obyek dan Agenda (Event) Wisata
1.2 Penyusunan kebijakan dan prosedur pengelolaan diterbitkan; kebijakan dan prosedur ini mencakup
obyek dan agenda (event) wisata merujuk pada ketentuan umum, standard operational procedure
Perdes, oleh Pokdarwis dan BUMDes berkonsultasi (SOP) dan standard task procedure (STP) masing-
dengan Pemerintah Desa dan BPD. Penyusunan arus masing obyek dan agenda wisata yang ada di Dasan
kas (cashflow) usaha untuk penerapan kebijakan dan Geria. (3) Struktur Pengelola Harian Desa Wisata yang
prosedur tersebut. rasional dan realistis tersusun lengkap dengan personil
yang telah lulus seleksi. Catatan: pelibatan kaum
1.3 Penyusunan Struktur Pengelola Harian Desa difabel dapat menjadi menjadi daya tarik tersendiri
Wisata yang rasional sesuai kebutuhan arus kas usaha bagi wisatawan. (4) Pengelola Harian Desa Wisata
pengelolaan desa wisata dan realistis sesuai kondisi kompeten mengelola obyek-obyek dan atraksi-atraksi
lapangan obyek dan agenda wisata dan SDM, dan wisata secara terpadu, transparan dan berkelanjutan.
rekruitmen personil oleh Pokdarwis dan BUMDes (5) Fasilitas perangkat keras dan lunak untuk
secara independen di bawah tanggung-jawab Pengelolaan Desa Wisata Dasan Geria memadai.
Pemeritah Desa dan pengawasan BPD.
1.4 Pelatihan dan bimbingan bagi Pengelola Harian
Desa Wisata, meliputi: pengelolaan obyek dan atraksi
67
wisata (Kampung Sehat, Bukit Murpeji, Pusat UMK
dan Souvenir, Sawah, dan Seni Budaya dan Religi),
kerja sama dengan pihak swasta termasuk pelaku
usaha wisata dan instansi pemerintah (Dinas
Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMK, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
1.5 Menyiapkan fasilitas perangkat keras dan lunak
untuk kelancaran penerapan Pengelolaan Desa
Wisata Dasan Geria, meliputi: Pusat informasi dan
komunikasi wisata, rambu-rambu hospitaliti,
perangkat sekuriti dan tanggap darurat (emergency
respon), tiketing, dan pengelolaan keuangan.
2 Memaksimalkan peran Satgas Covid19, Pemerintah 2 Tujuan: Penerapan protokol Covid19 dan penegahan
Desa dan kelembagaan desa lainnya serta tokoh penyakit menular lainnya dipatuhi oleh pengunjung,
masyarakat dalam meyakinkan pengunjung, pengelola pengelola obyek dan agenda wisata, pelaku usaha
obyek dan agenda wisata, pelaku usaha terkait dan terkait dan masyarakat di kawasan wisata.
masyarakat di kawasan dan mengawal penerapan Sasaran: (1) fasilitas protoKol Covid19, masker,
protokol Covid19 di Dasan Geria. sanitizer atau air bersih dan sabun untuk cuci tangan
tersedia.(2) Tim relawan pemantau protokol Covid19
dari Desa terbentuk dan berperan. (3) Sanksi sosial atas
pelanggaran protokol Covid19 diterapkan.
68
2. Hubungan Antar Stakeholders (Pemangku Kepentingan)
1 Memkasimalkan mekanisme pengelolaan 1 Tujuan (Goal): Hubungan kerja sama Pemdes dan
pembangunan yang sudah ada di Desa Dasan Geria lembaga-lembaga desa solid.
sebagai forum yang interaksi antar lembaga desa dan Sasaran (Objective): 1) Pemerintah Desa dan Lembaga-
personal transparan, terpadu dan bertanggung-jawab. lembaga desa berpartisipasi aktif sampai tuntas dalam
1.1 Memaksimalkan Musrenbang Desa sebagai forum setiap Musrenbang Desa dengan keikutsertaan minimal
interaksi dan diskusi perencanaan pembangunan 75% jumlah pengurus. 2) Pemerintah Desa dan
desa, termasuk penjabaran P2DW-DG, yang lembaga-lembaga desa berpartisipasi aktif sampai
demokratis dan partisipatoris antara Pemdes dan tuntas dalam setiap monitoring dan evaluasi progress
lembaga-lembaga desa dan unsur masyarakat. P2DW-DG dengan keikutsertaan personil minimal 75%
1.2 Menerapkan pendekatan monitoring dan evaluasi dari jumlah pengurus. 3) Aparat Pemdes dan pengurus
partisipatoris dalam mereview progres P2DW-DG inti lembaga-lembaga desa panduan teknis penanganan
secara berkala. keluh-kesah pemangku kepentingan dengan tuntas.
1.3. Lokakarya dan bimbingan penanganan keluh- 4)Pemdes dan setiap lembaga desa memiliki daftar
kesah pemangku kepentingan (stakeholder complain- keluh-kesah pemangku kepentingan dan pemecahan
greaven and solusion) bagi aparat Pemdes dan tuntas.
pengurus-pengurus lembaga desa.
1.4 Memaksimalkan peran lembaga-lembaga desa
dalam membangun hubungan dan kerja sama dengan
dinas/Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak
swasta sesuai tugas pokok dan fungsinya.
2 Membangun kerja sama antar desa di wilayah 2 Tujuan: Kerja sama dengan desa-desa tetangga dan
Kecamatan Lingsar dan Narmada melibatkan konektifitas obyek-obyek wisata di wilayah Kecamatan
Pemerintah Desa, BPD, Pokdawis dan BUMDes dalam Lingsar dan Narmada terbangun.
69
perintisan dan pengembangan desa wisata dan Sasaran: 1) Kerja sama konektifitas itinerary paket
konektifitasnya. wisata berjalan dan saling menguntungkan dan
2.1 Kerja sama membangun konektifitas itinerary berkelanjutan. 2) Kerja sama promosi dan pemasaran
(rencana perjalanan) paket wisata antar desa. produk-produk UMK berjalan saling menguntungkan
2.2 Kerja sama promosi dan pemasaran produk- dan berkelanjutan.
produk UMK antar desa.
3 Optimalisasi persatuan masyarakat Desa Dasan Geria 3 Tujuan: Persatuan masyarakat Dasan Geria kuat dalam
dalam mendukung P2WD-DG. mendukung P2WD-DG.
3.1 Memaksimalkan kegiatan majlis ta’lim dan Sasaran: 1) Perbedaan rumpun komunitas Gegutu
pengajian di masjid, perayaan hari besar Islam, Reban dan Geria dan perbedaan sudut pandang
olahraga dan rekreasi bersama dan kegiatan sosial terhadap seni budaya dan adat Sasak tidak menggangu
lainnya serta temu kelompok-kelompok arisan persatuan tokoh dan warga masyarakat dalam
sebagai ajang silaturrahim dan pemersatu pengurus- mendukung P2WD-DG. 2) Kerja tim dan komunikasi
pengurus lembaga desa, tokoh-tokoh masyarakat dan antar aparat Pemdes dan pengurus-pngurus lembaga
warga masyarakat Desa Dasan Geria. desa efektif. 3) Hubungan dan komunikasi antar
3.2 Sesi Membangun Tim (Team Building Session) dan orangtua/walimurid di lembaga-lembaga pendidikan
Sesi Komunikasi Efektif (Effective Communication yang ada di Dasan Geria efektif. 4) Perbedaan pilihan
Session) secara berkala bagi aparat Pemdes dan politik tidak mengganggu persatuan tokoh dan warga
pengurus-pengurus lembaga desa. masyarakat Desa Dasan Geri dalam mendukung P2WD-
3.3 Sesi Membangun Tim dan Sesi Komunikasi Efektif DG.
secara berkala bagi orangtua/walimurid di sekolah-
sekolah di Desa Dasan Geria.
3.4 Promosi “Politik Damai dan Harmonis” kepada
masyarakat Desa Dasan Geria, kerja sama dengan
KPU, politisi dan tokoh masyarakat.
70
4 Sosialisasi dan Promosi Desa Wisata Dasan Geria 4 Tujuan: Masyarakat Desa Dasan Geria dan publik
Bersahabat kepada masyarakat Desa Dasan Geria dan mengenal dan mendukung P2DW-DG.
Publik. Sasaran: 1) Aparat Pemdes, pengurus-pengurus
4.1 Lokakarya membangun pemahaman dan cara lembaga desa dan tokoh masyarakat memahami dan
pandang yang sama tentang P2DW-DG bagi aparat memiliki cara pandang yang sama terhadap P2WD-DG.
Pemdes dan pengurus-pengurus lembaga desa Dasan 2) Warga masyarakat Desa Dasan Geria memahami
Geria dan tokoh masyarakat. pentingnya hubungan yang harimonis antar stakeholder
4.2 Promosi “pentingnya hubungan yang harmonis internal dan eksternal bagi suksesnya P2WD-DG.
antar stakeholder internal dan eksternal bagi
suksesnya P2DW-DG” kepada masyarakat Desa Dasan
Geria.
1 “Bukit Berbunga Murpeji”: pembibitan, penanaman 1 Tujuan (Goal): Kawasan obyek wisata Bukit Murpeji
dan perawatan bunga secara massive di sepanjang dihiasi dengan bunga warna-warni secara masif
jalan dan di kawasan obyek wisata Bukit Murpeji desa terpelihar secara berkelanjutan.
Dasan Geria. Sasaran (Objective): 1)Pusat pembibitan bunga
1.1 Menjadikan Sekretariat dan lahan masyarakat Pokdarwis Geria Bersahabat memproduksi pupuk
sekitar sebagai pusat promosi keindahan, pembuatan kompos dan pupuk organik cair lokal, 5 (lima) jenis
pupuk kompos dan organik cair lokal dan pembibitan bunga tropis, masing-masing dengan warna yang
bunga tropis kerja sama dengan pembibit bunga berbeda setiap bulan sesuai kebutuhan. 2)
pinggir jalan seputar Mataram dan/atau Dinas Masyarakat Dusun Murpeji, Geria Utara dan Geria
Kebersihan dan Pertanaman Lombok Barat. Selatan menanam dan merawat bunga tropis di
pinggir jalan dan halaman rumah sesuai warna
71
1.2 Promosi tanam dan rawat bunga massal bagi bunga yang disepakati warga. 3) Produktifitas madu
masyarakat dusun Murpeji, Geria Utara dan Geria dari lebah Trigona yang dibudidayakan meningkat.
Selatan Pemdes dan Pokdarwis kerja sama dengan 4) Setiap pengunjung obyek wisata memahami hal-
sekolah-sekolah. hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
berwisata untuk mendukung penerapan Sapta
1.3 Memadukan pengembangan budidaya lebah Pesona di Dasan Geria.
Trigona Kepala Dusun Murpeji dan sejumlah warga Catatan: setiap pengunjung kawasan bertanggung-
dengan promosi tanam dan rawat bunga di Murpeji. jawab atas sampahnya masing-masing. Mereka
1.4 Edukasi Sapta Pesona bagi pengunjung obyek dibagikan kantong sampah untuk menampung
wisata dengan media "video induction", WA flyer dan sampah.
baleho pinggir jalan.
2 Promosi PHBS dan Protokol Covid19 di Desa Dasan 2 Tujuan: Penerapan PHBS dan protokol Covid 19 di
Geria. Desa Dasan Geria meningkat.
2.1 Promosi PHBS melalui medsos dengan visualisasi Sasaran: 1) Penyebaran informasi secara visual
informasi yang menarik. (video, flyer atau foto) tentang PHBS Rumah Tangga
2.2 Merubah pendekatan promosi protokol Covid19 dan Sekolah melalui WA, FB dan Instagram secara
dari cara kurang simpatik menjadi cara simpatik dan rutin. 2) Warga masyarakat yang menerapkan
biasa dilakukan, yaitu PHBS (rajin cuci tangan pakai protokol Covid19 dengan benar meningkat.
sabun dan pendekatan keagamaan ( jaga wudu').
72
4. Fasilitas Publik, Obyek dan Agenda Wisata
73
1.5 Advokasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi
sejak awal agar sebagian air sungai Petete dan
Meninting tetap menjadi sumber air bersih bagi
masyarakat.
2 Pengelolaan dan pengolahan sampah dengan sistem 2 Tujuan: Tidak ada sampah domistik (rumah tangga)
4R dan Bank Sampah di Desa Dasan Geria. dan UMK yang dibuang sembarangan termasuk ke
2.1 Penerbitan dan penerapan Perdes Sampah, kerja kali Gegutu, di jalanan, gang dan pekarangan.
sama dengan Bhabinkamtibmas dan lembaga- Sebagian besar diolah menjadi barang bernilai dan
lembaga desa dan sekolah-sekolah. dapat dimanfaatkan.
Sasaran: 1) Perdes Sampah Dasan Geria diterbitkan dan
2.2 Penerapan 4R dan bank dampah dalam diterapkan. 2) Sistem penegakan disiplin terhadap
pengelolaan sampah di Dasan Geria, kerja sama pembuang sampah sembarangan belum ada. 3) Fasiltas
dengan NGO dan bank sampah yang sudah ada di pengolahan sampah termasuk daur ulang plastik,
Mataram. pencair logam tersedia. 4) Pengelola dan petugas teknis
2.3 Pengadaan fasilitas pengelohan sampah sistem 4R perawatan fasilitas 4R dan bank sampah kompeten
dan fasilitas bank sampah (mampu secara teknis) menjalankan tugas pokok dan
fungsinya. 5) Kerja sama antar desa di Kecamatan
2.4 Pelatihan, bimbingan teknis dan magang
Lingsar untuk menerima hasil olahan sampah sistem 4R
pengelolaan dan perawatan fasilitas 4R dan Bank
di TPA Lingsar terwujud. 6) Perusahan industri makanan
Sampah, sebagai berikut:
kemasan dan binatu ikut membiayai kegiatan 4R dan
2.4.1 Teknis 4R (reduce-reuse-recycle-replace = bank sampah.
kurangi-gunakan kembali-daurulang-ganti) dan Bank
Sampah bagi petugas teknis Pokdarwis dan BUMDes
di Dasan Geria, kerja sama dengan Dinas Kebersihan
Lombok Barat, pihak swasta dan/atau LSM.
2.4.2 Magang tenaga teknis 4R dan pengelolaan Bank
Sampah di Mataram dan pendapingan start-up.
74
2.4.3 Pelatihan pembukuan keuangan bagi petugas
pembukuan pengelolaan 4R dan Bank Sampah, dan
Taman Gegutu Reban.
2.5 Mendorong kerja sama desa-desa di wilayah
Kecamatan Lingsar untuk membangun TPA 4R.
2.6 Advoksi ke perusahaan industri makanan kemasan
dan binatu agar berpartisipasi dalam penerapan 4R
dan Bank Sampah sebagai bagian dari tanggung-jawab
sosial dan bina lingkungan.
3 Perintisan dan Pengembangan Homestay-Pondok 3 Tujuan: Tersedianya homestay standar usaha
Wisata dan Homestay-Rumah Wisata - KBLI No. 55130 dengan produk, pelayanan dan pengelolaan yang
dan No.55199. Sumber: Panduan Pengembangan memuaskan bagi pelanggan, dengan arus kas positif
Homestay Desa Wisata, Kementerian Pariwisata secara berkelanjutan.
Republik Indonesia, 2018. Sasaran: 1) Semua homestay-pondok wisata dan rumah
3.1 Peningkatan fasilitas homestay-pondok wisata dan wisata memenuhi kriteria standar usaha Homestay
rumah wisata melalui berbagai alternatif sumber Kemenpar 2018, mencakup lokasi, bangunan, kamar,
pembiayaan oleh pemilik homestay dan dana hibah kamar mandi, dapur, kebersihan dan sanitasi, keamanan
Kementerian Desa & PDT dana/atau sumber lain. dan keselamatan, dan pelayanan umum. 2) Pokdarwis,
3.2 Pelatihan, bimbingan dan magang penyediaan dan BUMDes dan pemilik homestay menyediakan dan
pengembangan produk homestay-pondok wisata dan mengembangkan produk mencakup bangunan ruah
rumah wisata di Lombok dan luar Lombok. tinggal, kamar tidur, fasilitas penunjang dan dapur.
3)Pokdarwis, BUMDes dan pemilik homestay mampu
3.3 Pelatihan, bimbingan dan magang pelayanan menerapkan tata cara pelayanan sederhana.
homestay-pondok wisata dan rumah wisata di 4)Pokdarwis, BUMDes dan pemilik homestay kompeten
Lombok dan luar Lombok. mengelola homestay mencakup tata usaha, keamanan
dan keselamatan, sumber daya manusia. 5)Pokdarwis,
75
3.4 Pelatihan, bimbingan dan magang pengelolaan BUMDes dan pemilik homestay siaga menerapkan
homestay-pondok wisata dan rumah wisata di sistem pengelolaan resiko dan bencana di lingkungan
Lombok dan di luar Lombok. homestay. 6) Semua homestay memiliki legalitas usaha
homestay. 7) Warga masyarakat sekitar homestay
3.5 Pelatihan dan bimbingan pengelolaan resiko dan menerapkan kriteria rumah sehat secara berkelanjutan.
bencana di lokasi homestay.
3.6 Bimbingan legalitas usaha homestay-pondok
wisata dan rumah wisata.
3.7 Promosi rumah sehat memanfaatkan homestay
sebagai pemicu secara berkala.
Wisata Bukit Murpeji Wisata Bukit Murpeji
4 Perintisan dan pengembangan wisata atraksi: 4 Tujuan: Atraksi wisata: Narep, agrowisata panen
Narep (pengambilan air tuak dan pembuatan gula buah, sepeda-tracking-trabas, pemancingan dan
aren), agrowisata panen buah, sepeda-tracking- olahraga air di Bendung Meninting, pembersihan
trabas, pemancingan dan olahraga air di Bendung gubal dan penyulingan minyak gaharu berjalan
Meninting, pembersihan gubal dan penyulingan sesuai jadwal agenda wisata tahunan.
minyak gaharu. Sasaran: 1) Sarana dan prasarana masing-masing
4.1 Peningkatan sarana dan prasarana masing- atraksi wisata termasuk perlengkapan teknis atraksi
masing wisata atraksi. tersedia lengkap. 2) Sub-pengelolaan masing-masing
4.2 Pelatihan dan bimbingan sub-pengelolaan atraksi wisata berjalan berdasarkan standar
masing-masing atraksi wisata operasional dan prosedur (SOP) atau prosedur
standar pelaksanaan tugas (STP) yang telah tetapkan
4.3 Bimbingan teknis peningkatan kemampuan untuk masing-masing atraksi wisata. 3) Tim masing-
teknis masing-masing tim atraksi wisata. masing atraksi wisata terampil melakukan tugas
atraksi masing-masing.
76
5 Pembangunan dan pengelolaan sarana dan 5 Tujuan: Wahana wisata bukit Murpeji tersedia dan
prasarana wahana wisata Bukit Murpeji dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.
5.1 Pembangunan dan pengelolaan sarana dan Sasaran: 1) Wahana Viewing Point Panorama dan
prasarana Viewing Point Panorama dan Kuliner Kuliner (VPPK) tersedia 8 (delapan) lokasi sebagai
(VPPK) di 8 (delapan) lokasi. berikut: As Bendung Meninting, pertigaan as sebelah
5.2 Pembangunan dan pengelolaan wahana timur Bendung Meninting, Gubug 20, Sekretariat
wisata: transportasi kereta gantung dan sepeda Pokdarwis Geria Bersahabat, Dayen Rejeng dan di 3
layang (sky-bikecycle) di atas taman bunga (tiga) titik di pinggir jalan utama di RT01 Murpeji
Murpeji. menghadap Bendung Meninting. 2) Wahana
transportasi kereta gantung sebelum masjid An-Nur
5.3 Penyediaan sarana dan prasarana dan (masjid puncak) Murpeji – Gubug 20 (500 m) dan
pengelolaan camping ground dan air terjun Sebelum masjid An-Nur – Penyangkaran (1,5 km)
Peronjok. dan sepeda layang (sky-bikecycle) di atas tanam
5.4 Penyediaan tim tanggap darurat (emergency bunga lengkap dan dikelola secara terpadu dan
respon) Wisata Bukit Murpeji. berekelanjutan. 3) Fasilitas camping ground di
Sekretariat Pokdarwis Geria Bersahabat, Batu Santek
dan sekitar air terjun Peronjok, dan fasilitas air
terjun tersedia lengkap dan dikelola secara terpadu
dan berkelanjutan. Jalur menuju lokasi air terjun
Peronjok aman (safe) dilengkapi dengan rambu-
rambu jalan dan rambu-rambu hospitality. 4) Tim
tanggap darurat Wisata Bukit Murpeji berfungsi
sebagai sistem pencegahan dan siaga menangani
keadaan darurat di kawasan wisata.
Note: Lomba Narep sebagai event wisata.
77
Seni Budaya dan Religi: Seni Budaya dan Religi:
6 Menyelenggarakan kalender tahunan atraksi wisata 6 Tujuan: Kalender tahunan atraksi wisata seni dan
seni dan budaya berbasis religi. budaya berbasis religi berjalan sesuai jadwal yang
6.1 Atraksi seni berbasis Islam pada perayaan hari- sudah tetapkan minimal 6 bulan sebelumnya.
hari besar Islam dan kegiatan ibadah magdah umat Sasaran: 1) Atraksi seni berbasis Islam dan ibadah
Islam. magdah umat Islam berjalan sesuai jadwal, meliputi:
6.2 Atraksi seni dan budaya pada acara HUT Perayaan Tahun Baru Hijriah, Peringatan Maulid Nabi
Kemerdekaan RI dan HUT Lahirnya Desa Dasan Geria. Muhammad SAW & Sunatan Massal, Peringatan Isro'
Mi'raj, Pesona Ramadhan, Lebaran Idul Fitri, Lebaran
Ketupat (tradisi), Persiapan Ibadah Haji, Lebaran Idul
Qurban, Pembacaan Hikayat dan Berzanji (tradisi),
Festival Rudat dan Sikir Saman (tradisi). 2) Atraksi
sebudaya pada acara HUT Kemerdekaan RI dan HUT
Lahirnya Desa Dasan Geria berjalan sesuai jadwal,
meliputi: Presean & Nembang Sasak, Wayang Kreasi,
Lomba Malèan Sampi, dan Opera sejarah Desa Dasan
Geria.
Catatan: Draft kalender tahunan atraksi seni dan budaya
berbasis religi terlapir.
7. Pembinaan dan pengembangan sanggar seni dan 7 Tujuan: Atraksi seni dan budaya berbasis religi yang
budaya berbasis religi. sesuai identitas desa Dasan Geria tumbuh dan
7.1 Menjadikan kalender tahunan atraksi seni dan berkembang dan lebih menarik (attractive).
budaya berbasis religi sebagai puncak penilaian Sasaran: 1) Sanggar-sanggar seni dan budaya
kemahiran pelaku atraksi setiap tahun. berbasis religi terdorong untuk tumbuh dan
berkembang mencapai penilaian tertinggi
2)Kemahiran pelaku atraksi seni dan budaya
78
7.2 Peningkatan keterampilan dan keahlian pelaku- berbasis religi mengagumkan penonton. 3) Fasilitas
pelaku atraksi secara berkala di sanggar-sanggar seni utama (peralatan kesenian, kostum atraksi dan
dan budaya berbasis religi. sound system) rudat, sikir zaman, hikayat dan
berzanji, tembang sasak, presean memadai). 4) Kerja
7.3 Peningkatan fasilitas utama dan fasilitas sama internal antara tokoh dan warga masyarakat,
pendukung kegiatan seni dan budaya berbasis religi. Pemdes, lembaga-lembaga desa meningkat; dan
7.4 Membangun dan/atau meningkatkan kerja sama kerja sama eksternal dengan Pemkab Lombok Barat,
internal dan eksternal Desa Dasan Geria. Pemprov NTB, perusahaan-perusahaan, yayasan dan
sponsor/donator lain terbangun. 5) Sebanyak 3 (tiga)
7.5 Memfungsikan masjid, mushalla, madrasah
masjid dan sebagian besar mushalla-mushalla dan
dan/atau sekolah sebagai sanggar-sanggar pembinaan
madrasah di Dasan Geria menjadi pusat-pusat
seni berbasis Islam.
pembinaan seni dan budaya berbasis Islam. 6)
7.6 Memfungsikan sekolah-sekolah sebagai sanggar Sekolah-sekolah mengaktifkan sanggar-sanggar seni
seni dan budaya daerah dan nasional. dan budaya daerah dan nasional sebagai kegiatan
7.7 Mendorong setiap acara walimatul’ursy ekstra-kurikuler. 7) Atraksi seni dan budaya berbasis
mementaskan seni dan budaya berbasis Islam sebagai Islam terpromosi dan memiliki sumber pemasukan
acara hiburan di samping musik dan lagu popular. rutin untuk operasional sanggar.
Wisata Air (Water Park dan Kolam Renang) Wisata Air (Water Park dan Kolam Renang)
8 Menerapkan pengelolaan wisata air Dewi Anjani 8 Tujuan: Pengelolaan wsata air DAWP dan KRS
Water Park (DAWP) dan Kolam Renang Syafaat (KRS) menghasilkan arus kas (cashflow) positif dan
yang efektif. berkelanjutan.
8.1 Merieview dan menyempurnakan kebijakan dan Sasaran: 1) Kebijakan dan SOP pengelolaan wisata air
standar operasional dan prosedur (SOP) pengelolaan masing-masing DAWP dan KRS lebih realistis dan
wisata air masing-masing DAWP dan KRS. proaktif. 2) Struktur organisasi pengelola wisata air lebih
8.2 Rasionalisasi struktur organisasi pengelola dan rasional dan karyawan lebih kompeten melaksanakan
peningkatan kompetensi atau penggantian karyawan tugas pokok dan fungsinya. 3) Kesepakatan standar
pelayanan dan harga jasa sejenis yang kompetitif antara
79
masing-masing DAWP dan KRS sesuai tugas pokok dan DAWP dan KRS terbangun dan berjalan. 4) Kerja sama
fungsinya. sosialisasi, promosi dan pemasaran atas dasar saling
8.3 Membangun kerja sama dan kesepakatan standar menguntungkan antara DAWP, KRS dan Pemdes
pelayanan (hospitality) dan harga jasa sejenis antara terbangun dan berjalan. 5) Kerja sama sistem keamanan
DAWP dan KRS. dan penerapan protokol Covid19 antara DAWP dan KRS
dengan Siskamling dan Bhinkamtibmas Desa Dasan Geria
8.4 Mebangun kerja sama sosialisasi, promosi dan terbangun dan berjalan.
pemasaran antara DAWP, KRS dan Pemdes Dasan
Geria dengan Pokdarwis dan BUMDes sebagai
pelaksana harian.
8.5 Kerja sama sistem keamanan dan penerapan
protokol Covid19 antara DAWP dan KRS dengan
sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dan
Bhinkamtibmas Desa Dasan Geria.
9. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pelayanan wisata 9 Tujuan: Fasilitas pelayanan wisata air dan fasilitas
air dan fasilitas pendukung DAWP dan KRS. pendukung DAWP dan KRS memenuhi kebutuhan
9.1 Memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak akibat rekreatif pengunjung.
gempa dan kurang perawatan di DAWP dan KRS. Sasaran: 1)Fasilitas DAWP meliputi convetion room,
9.2 Membangun fasiltas-fasilitas yang belum ada wahana bermain air, kolam renang anak-anak dan
namun dibutuhkan pengunjung. kereta “odong-odong” berfungsi kembali; Fasilitas
9.3 Memaksimalkan fasilitas-fasilitas yang masih KRS meliputi restoran, kolam ikan, tempat parkir
berfungsi untuk start-up (memulai) kembali berfungsi kembali. 2) Fasilitas kuliner (lapak
pelayanan. dan/atau restoran) tersedia di DAWP. 3) Kolam
renang standar olimpiade, tempat parkiran, halaman
DAWP yang luas berfungsi maksimal; kolam renang
dan rumah pembinaan anak asuh di KRS berfungsi
maksimal.
80
Wisata Sawah Wisata Sawah
10 Menyelenggarakan kalender tahunan atraksi wisata 10 Tujuan: Kalender tahunan atraksi wisata sawah
sawah - budidaya padi. berjalan sesuai jadwal yang sudah tetapkan minimal
10.1 Ngampar (pembibitan), Nenggale dan Begau 6 bulan sebelumnya.
(persiapan lahan), Memanok – Begaléng (makan Sasaran: 1) Ngampar, Neggale dan Begau berjalan
siang). mencapai target dan menyenang melibatkan
10.2 Lowong (penanaman padi), Ngome dan Nyisip pengunjung. 2) Lowong (penanaman padi), Ngome dan
(penyiangan rumput), Memanok – Begaléng (makan Nyisip (penyiangan rumput), Memanok – Begaléng
siang). (makan siang) berjalan sesuai target dan menyenang
10.3 Matak dan Ngerampek (panen padi), Ikat dan melibatkan pengunjung. 3) Matak dan Ngerampek
Susun Padi, Memanok – Begaléng (makan siang). (panen padi), Ikat dan Susun Padi, Memanok – Begaléng
10.4 Pembuatan perlengkapan tradisional budidaya (makan siang) berjalan sesuai target dan menyenang
padi. melibatkan pengunjung. 4) Peralatan tradisional
10.5 Pelatihan dan pengenalan kembali peralatan dan budidaya padi tersedia, meliputi peralatan ngampar,
penggunaan peralatan tradisional budidaya padi olah tanah, lowong, ngemo-nyisip, matak dan
secara rutin. ngerampek. 5) Petani dan buruh tani terampil
menggunakan peralatan tradisional budidaya padi.
11 Pengelolaan dan pelayanan museum sawah dan 11 Tujuan: Pengelolaan museum sawah dan bungalow
bungalow sawah (repuq atau bebaléq). sawah dan pelayanan pengunjung memuaskan.
11.1 Pembangunan museum sawah dan bungalow Sasaran: 1) Fasilitas museum sawah dan bungalow
sawah di kawasan sawah di Gegutu Reban. (repuq atau bebaléq) tersedia di kawasan
11.2 Pelatihan dan bimbingan pengelolaan museum persawahan. 2) Tenaga pengelola musium sawah
sawah dan bungalow sawah (bebaléq dan repuq) di dan bungalow sawah kompeten menjalan tugas
Gegutu Reban. pokok dan fungsinya.
81
12 Penyediaan sarana produksi padi (Saprodi) sesuai 12 Tujuan: Sarana produksi padi (Saprodi) sesuai
kebutuhan atraksi wisata sawah. kebutuhan dengan harga standar di tingkat petani
12.1 Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan pada pada waktu yang tepat.
Kelompok (RDKK) secara partisipatoris. Sasaran: 1) RDKK yang tersusun di Kelompok Tani
12.2 Pengawasan proses penebusan dan distribusi (Poktan) sesuai kebutuhan petani (jenis pupuk dan
Saprodi (pupuk dan bibit) secara partisipatoris. kuantitas) dengan harga standar. 2) Pupuk dan bibit
12.3 Kapitalisasi Poktan baik secara mandiri dari yang diterima petani sesuai kebutuhan dengan
tabungan anggota dan pembiayaan bagi hasil dari harga standar. 3) Poktan mampu membiayai
Lumbung Desa. pengadaan Saprodi bagi anggotanya secara mandiri,
sebagai bagaian dari usaha produktif Poktan (bukan
perorangan).
13 Pengelolaan peternakan sapi secara tradisional 13 Tujuan: Peternakan sapi secara tradisional menjadi
sebagai obyek wisata di Penyangkaran – Geria obyek wisata yang menarik bagi pengunjung.
Selatan. Sasaran: 1)Peternak mengelola kendang sapinya
13.1 Pelatihan, bimbingan dan promosi pengelolaan secara sehat. 2) Kandang ternak sapi menghasil
kendang sehat bagi peternak sapi. biogas untuk memasak dan kompos untuk
13.2 Pengolahan kotoran sapi sebagai biogas dan perkebunan sekitar. 3) Daun-daun dari pepohonan
pupuk kompos bagi keluarga peternak dan peminat. di kebun sekitar dan rumput gajah mencukupi
13.3 Pengembangan sumber dan pengolahan pakan kebutuhan pakan bernutrisi bagi sapi. 4)Peternak
ternak baik dari kebun dan budidaya rumput gajah di dan keluarganya terbiasa melayani pengunjung
sekitar kandang. dengan ramah dan menyenangkan. 5) Fasilitas
13.4 Pelatihan dan bimbingan layanan pengunjung kendang sehat dan peralatannya lengkap untuk
(hospitality) bagi peternak dan keluarganya. menjadi obyek wisata.
13.5 Pengadaan dan peningkatan fasilitas peternakan
sapi secara tradisional.
82
5. Ekonomi Kreatif Masyarakat
1 Penyelenggaraan kalender tahunan atraksi proses 1 Tujuan: Kalender tahunan atraksi proses produksi
produksi Usaha Mikro Kecil (UMK) pande besi, aneka UMK berjalan sesuai jadwal yang sudah tetapkan
kacang, narep pembuatan gula aren, gubal dan minimal 6 bulan sebelumnya.
minyak gaharu. Sasaran: 1) Proses produksi pande besi dengan aat
1.1 Proses produksi pande besi di Gegutu Reban. tradisional berjalan mencapai target dan menyenang
1.2 Proses produksi aneka kacang di Gegutu Reban. melibatkan pengunjung. 2) Proses produksi aneka
1.3 Proses narep – produksi gula aren di Murpeji. kacang berjalan sesuai target dan menyenang
1.4 Proses produksi gubal, minyak gaharu di Murpeji. melibatkan pengunjung. 3) Proses Narep dan produksi
1.5 Peningkatan fasilitas produksi pande besi, aneka gula aren berjalan sesuai target dan menyenang
kacang, narep – pembuatan gula aren, dan gubal – melibatkan pengunjung. 4) Proses produksi gubal,
minyak gaharu. minyak gaharu di Murpeji berjalan sesuai target dan
1.6 Pelatihan dan bimbingan peningkatan mutu menyenangkan dan melibatkan pengunjung. 5)
proses produksi dengan menggunakan model proses Peralatan produksi pande besi, aneka kacang, narep –
dari gugus kendali mutu (total quality management). pembuatan gula aren, dan gubal – minyak gaharu
lengkap dan memenuhi standar kesehatan, keamanan
dan keselamatan kerja. 6) Pelaku produksi UMK terampil
menggunakan peralatan produksi.
2 Pemberdayaan UMK sebagai produsen makanan, 2 Tujuan: Produk-produk makanan, minuman dan
minuman serta kerajinan tangan di kawasan obyek kerajinan tangan dari UMK setempat siap bersaing
wisata. masuk ke pasar desa wisata.
2.1 Peningkatan pengelolaan dan pelayanan lapak Sasaran: 1) Lapak kuliner, kios dan warung memenuhi
kuliner, kios dan warung. bersih, sehat dan nyaman dan memuaskan pelanggan. 2)
Promosi dan pemasaran produk-produk UMK santun,
83
2.2 Peningkatan keterampilan promosi dan menarik (attractive), menumbuhkan keinginan. 3) Proses
pemasaran produk UMK. produksi olahan anreka kacang, kue tradisional, aneka
kacang dan gula aren dan hasilnya memenuhi
2.3 Peningkatan keterampilan dan kreatifitas proses persyaratan pelanggan. 4) Produk-produk kerajinan
produksi dan pengemasan produk olahan aneka buah, tangan berbahan ijuk, daun kelapa, pande besi, kayu,
kue tradisional, aneka kacang dan gula aren. plastik dan bahan anyaman lainnya tersedia. 5) Pelaku
2.4 Pelatihan dan pembinaan kerajinan tangan pande UMK tidak terjerat rentenir atau “bank rontok”, memiliki
besi sebagai oleh-oleh (souvenir). sumber modal mandiri.
2.5 Pengembangan kelompok-kelompok arisan
sebagai sumber modal mandiri UMK.
3 Pengelolaan Taman Gegutu Reban sebagai Pusat UMK 3 Tujuan: Taman Gegutu Reban sebagai Pusat UMK dan
dan Oleh-oleh Desa Dasan Geria. Souvenir bersih dan tertib sepanjang tahun dengan alur
3.1 Penyusunan dan sosialisasi sistem pengelolaan kas (cashflow) minimal seimbang (balance).
TGR oleh BUMDes Dasan Geria. Sasaran: 1) Kebijakan dan petunjuk teknis pengelolaan
3.2 Peningkatan fasilitas dan penataan kembali TGR TGR diterbitkan dan siap diterapkan. 2) Fasilitas dan
dengan sumber anggaran gotong-royong dari Dana kawasan TGR menarik: jemabatan lama berarsitektur
Desa, dana Aspirasi (Reses) anggota DPRD tsb dan CSR Belanda telah dipugar, sungai bebas sampah dan
perusahaan sekitar. pinggirnya tertata rapi, bangunan panggung telah
disempurnakan 100%, halaman rapi bebas sampah,
3.3 Pelatihan, bimbingan dan magang teknis tempat parkir MRMU rapi bersih dan menarik, toilet
pengelolaan dan perawatan fasilitas TGR secara umum tersedia dan bersih, etalasi dan demo pande besi
terpadu dan pembukuan keuangan bagi petugas tradisional menarik. 3) Pengelola dan tenaga teknis
teknis TGR, di bawah BUMDes, kerja sama dengan perawatan TGR kompeten menjalankan tugas pokok
Dinas Koperasi dan UMK Lombok Barat dan PUPR danfungsinya. 4) Pembukuan keuangan TGR tetap update
Pemprov NTB dan/atau pihak swasta di bidangnya. dan transarant.
84
3.4 Pelatihan pembukuan keuangan bagi petugas
pembukuan pengelolaan 4R dan Bank Sampah, dan
Taman Gegutu Reban.
1 Membentuk dan memberdayakan tim promosi dan 1 Tujuan: TP2DW terbentuk dan siap melakasanakan
pemasaran desa wisata (TP2DW) Dasan Geria dari tugas promosi dan pemasaran desa wisata Dasan Geria
unsur Pokdarwis dan BUMDes. selama periode 2 (dua) tahun dan bertanggung-jawab
1.1 Menyusun garis besar panduan promosi dan kepada Pokdarwis dan BUMDes.
pemasaran desa wisata oleh Pokdarwis dan BUMDes. Sasaran: 1) Garis besar panduan promosi dan
1.2 Seleksi dan menetapkan personil TP2WD terdiri pemasaran desa wisata telah ditetapkan. 2) Personil
dari 3 (tiga) orang yang kompeten dan/atau TP2DW yang kompeten dan/atau yang potensial telah
berpotensi efektif melakukan promosi dan dipilih dan ditetapkan. 3) Pokdarwis, BUMDes dan
pemasaran. TP2DW memahami 4 (empat) prinsip pemasaran
1.3 Pelatihan dan bimbingan memahami prinsip- destinasi wisata yaitu mengenal konsep pemasaran dan
prinsip pemasaran destinasi wisata bagi Pokdarwis, daur hidup destinasi, segementasi pasar dan bauran
BUMDes dan/atau TP3DW. pemasaran. 4) TP2DW kompeten menjalankan strategi
1.4 Pelatihan dan bimbingan strategi dan teknik dan teknik promosi dan pemasaran desa wisata.
promosi dan pemasaran bagi Pokdarwis, BUMDes
dan/atau TP2DW.
2 Membangun jaringan promosi dan pemasaran online 2 Tujuan: Jaringan promosi dan pemasaran online dan
dan offline Desa Wisata Dasan Geria. offline terbangun luas dan berjalan berkelanjutan.
85
2.1 Mengoptimalkan website Desa Dasan Geria Sasaran: 1) Website “Geria Bersahabat” menyajikan
sebagai jendela informasi obyek dan agenda wisata informasi obyek dan wisata Dasan Geria yang lengkap
Dasan Geria, Lombok, Indonesia dan International. dipercaya, menarik dan update secara berkala dan
2.2 Memanfaatkan media sosial, kerja sama dengan memasukkan informasi tambahan obyek-obyek wisata
berbagai website dan blog jaringan promosi dan Lombok, Indonesia dan International untuk memancing
pemasaran obyek dan agenda Dasan Geria. pengunjung website signifikan. 2) Media sosial (Youtobe,
2.3 Bekerja sama dengan agen perjalanan wisata, WhatsApp, Facebook, Instagram, Line, Linkedin, Tiktok)
penyedia akomodasi. dan website Pemerintah (Dinas Pariwisata Lombok
2.4 Promosi dan pemasaran obyek dan agenda wisata Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kementrian Pariwisata
oleh setiap warga Dasan Geria sebagai “Duta Wisata dan Ekonomi Kreatif) berhasil menjadi media promosi
Geria Bersahabat” Desa Wisata Dasan Geria. 3) Sejumlah agen perjalanan
2.5 Monitoring dan evaluasi proses dan pencapaian wisata dan penyedia akomodasi di Lombok dan luar
promosi dan pemasaran Desa Wisata Dasan Geria. Lombok menjadi jaringan promosi dan pemasaran Desa
Wisata Dasan Geria secara berkelanjutan. 4) Duta
Wisata Geria Bersahabat berjalan. 5) Progres proses dan
pencapaian promosi dan pemasaran dan kendala segera
diketahui dan dipecahkan.
3 Memproduksi media informasi obyek dan agenda 3 Tujuan: Media informasi obyek dan agenda wisata Desa
wisata Desa Dasan Geria. Dasan Geria tersedia memadai bagi calon pengunjung
3.1 Pengemasan informasi obyek dan agenda wisata dan pengunjung sepanjang tahun.
tertulis dan visualisasi yang menarik, komunikatif dan Sasaran: 1) Informasi obyek dan agenda wisata tertulis
mudah diakses secara online dan offline segment dan divisualisasikan dengan menarik, komunikatif dan
pasar yang tepat dan update secara berkala. mudah diakses secara online dan offline dan update
3.2 Membangun identitas dan branding produk secara berkala. 2) Identitas dan branding produk
unggulan UMK Dasan Geria yang memiliki nilai unggulan UMK Dasan Geria yang memiliki nilai sejarah
sejarah dan manfaat. dan manfaat dikenal publik, a.l: pande besi, gula aren,
makanan berbahan aneka buah. 3) Peta lokasi obyek-
86
3.3 Membuat peta lokasi obyek-obyek wisata dan obyek wisata dan kalender tahunan agenda atau atraksi
kalender tahunan agenda atau atraksi wisata yang wisata yang ada di Dasan Geria hard-copy dan soft-copy
ada di Dasan Geria hardcopy dan soft-copy dan tersedia bagi pengunjung di agen-agen perjalanan
didistribusikan ke agen-agen perjalanan wisata di wisata di Lombok dan Luar Lombok.
Lombok dan luar Lombok.
87
F. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
88
BAB V
PENUTUP
Lebih dari 3 bulan lamanya kami berinteraksi dengan berbagai unsur masyarakat di
Desa Dasan Geria bersama-sama mempelajari kondisi Desa Wisata Dasan Geria mulai
dari Taman Gegutu Reban s/d Bukit Murpeji. Mengikuti ritme kerja dan/atau kegaitan
Pemdes, BUMDes, Pokdarwis dan masyarakat, kami menyusun jadwal kajian dan
perencanaan partisipatoris ini sehingga pertemuan dan diskusi dengan berbagai pihak
berkepentingan terhadap Desa Wisata Dasan Geria terutama unsur-unsur masyarakat.
Suasana interaksi kami dengan berbagai pihak selama memandu kegiatan ini hampir
tidak ada kendala yang berarti. Suasana yang terbangun santai, akrab dan
kekeluargaan namun diskusi dan obrolan kami tetap fokus pada 6 (enam) tema potensi
wisata tersebut di atas.
Rekomendasi Rencana Strategis Perintisan dan Pengembangan Desa Wisata Dasan
Geria ini tentu bukanlah merupakan sesuatu yang tidak boleh diubah, karena itu dalam
proses selanjutnya, sebagaimana yang kami rekomendasikan dalam BAB IV huruf F,
tetap ada ruang untuk penyempurnaan. Yang terpenting adalah kita telah berupaya
mengajak dan memandu masyarakat terlibat dalam menghasilkan karya ini.
Sesungguhnya rekomendasi ini diramu dari infromasi yang digali, dipetakan dan
dianalisa bersama perwakilan dari unsur-unsur masyarakat, lembaga-lembaga desa
dan Pemdes Dasan Geria, sedangkan tim konsultan lebih banyak berperan sebagai
pemandu dan fasilitator.
Semoga karya ini dapat memenuhi harapan semua pihak di Pemerintah dan
masyarakat Desa Dasan Geria untuk memulai merintis dan mengembangkan Desa
Wisata Dasan Geria menjadi destinasi wisata bersahabat, penuh kenangan, penggerak
ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Amiin Ya Rabbal Aalamiin.
-------
89
Lampiran 1: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria
Lampiran 1a: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria – Kawasan Utara
Lampiran 1b: Potensi Obyek Wisata Dasan Geria – Kawasan Selatan
Lampiran 2: Potensi Kalender Tahunan Agenda Wisata Dasan Geria
PERIODE 1443 H / 2021 - 2022 M
TEMA & ATRAKSI MUHARRAM SAFAR RABI'UL AWAL RABI'UL AKHIR JUMADIL AWAL JUMADIL AKHIR RAJAB SYA'BAN RAMADHAN SYAWAL DZULQA'DAH DZULHIJJAH
AGU - SEPT SEPT - OKT OKT - NOV NOV - DES DES - JAN JAN - FEB FEB - MAR MAR - APR APR - MEI MEI - JUN JUN - JUL JUL - AGU
A. DESA SEHAT
17 April: 19 September
Bank Sampah dan 4R HUT Lombok Barat: (World Clean up Day )
1). Festival Bersih Olah 1.: Dasan Geria Zero
(Reduce, Reuse, Recycle, Sampah - Teknik 4R. Waste - Teknik 4R .
Replace) )2. Start Up Bank 2. Layanan Bank
Sampah Sampah
12 - 17 Desember: HUT
Puncak Penilaian Gerakan NTB
Jum'at Bersih Rukun Puncak Penilaian
Gerakan Jumat Bersih
Tetangga Antar Rukun Tetangga
Atraksi ( Belajar )
Atraksi Gubal dan Minyak Proses Pengambilan
Gubal dan Penyulingan
Gaharu (Bibit Parfum) Minyak Gaharu
C. BUKIT MURPEJI
Narep - Produksi Gula Aren Lomba Narep - Produksi
dan Kuliner Olahan Gula Gula Aren dan Kuliner
Olahan Gula Aren
Aren
27 September:
Festival Panen Buah dan Hari Pariwisata Sedunia:
Olahan Makanan dari Festival Panen Buah
Pisang dan Kelapa dan
Aneka Buah. Olahan Makanan
12 Rabi'ul Awal:
Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Muhammad SAW: Sunatan 2) Sebelum 12 Rabi'ul
Awal: Sunatan Massal,
Massal, Hikayat, Berzanji, 3) Baca Hikayat dan
Rudat, Sikir Saman dan Berzanji - Maulid Nabi
4) Khataman Al-Qur'an
Khataman Al-Qur'an 5. Fstival Rudat dan
Sikir Zaman
27 Rajab:
Peringatan Isro' Mi'raj: Peringatan Isro' Mi'raj:
Lomba Masjid Bersih dan 1. Lomba Masjid Bersih
dan Sehat.
Baca Hikayat 2. Lomba Baca HIkayat
1) Ta'jilan Bersama.
Pesona Ramadhan: 2) Tarawih & Tadarus.
Experiencing: Ta'jil, 3) 17 Ramadhan:
Peringatan Nuzulul
Tadarrus, Nuzulul Qu'ran Qur'an.
4) 10 malam terakhir
dan I'tiqaf. Qiyamullail
1 Syawal: 1) Pawai
Malam Takbiran
Lebaran Idul Fitri: Pawai (tradisi).
Malam Takbiran, Shalat 'Ied 2) Shalat "Ied, Hari
Raya Indul Fitri.
dan Halal bi Halal. 3) Halal Bil Halal
(tradisi)
1) 17 Agustus: Upacara
HUT Kemerdekaan RI: Kemerdekaan.
2) Atraksi Panjat Kelapa
Panjat Kelapa, Presean, 18 - 25 Agust: Lomba
Nembang Sasak Presean & Nembang
Sasak - HUT RI
E. WISATA SAWAH
Musim Tanam II Musim Tanam I: Musim Tanam II
Experiencing : Bertani Padi 1. Persiapan Tanam:
Panen Padi Tradisional:
1. Persiapan Tanam:
Panen Padi Tradisional:
1. Persiapan Tanam:
Panen Padi Tradisional:
Perawatan Padi: Matak atau Ngerampek Perawatan Padi: Matak atau Ngerampek Perawatan Padi: Matak atau Ngerampek
Tradisional, "Berepuq" dan Ngampar, Neggale dan
Ngome dan Nyisip di Geria Selatan dan
Ngampar, Neggale dan
Ngome dan Nyisip di Geria Selatan dan
Ngampar, Neggale dan
Ngome dan Nyisip di Geria Selatan dan
Begau Begau Begau
Musium Sawah 2. Tanam Padi: Lowong
Gegutu Reban
2. Tanam Padi: Lowong
Gegutu Reban
2. Tanam Padi: Lowong
Gegutu Reban
Sosialisasi
Sosialisasi kepada masyarakat Desa Dasan Geria tentang bagaimana merintis dan
membangun desa wisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan
Participatoris Rural Appraisal (PRA) dan Logical Framework Approach (LFA)(Taman
Gegutu Reban, 08/10/2020)
Pembentukan Pokdarwis
Pembentukan
Pokdarwis “Geria
Bershabat” dilakukan
secara musyawarah
yang melibat
Pemerintah Desa dan
unsur lembaga-
lembaga desa,
pemuda, sejumlah
tokoh masyarakat,
(Murpeji, 12/01/2021)
Sosialisasi 2 dan Musyawarah Pemdes, BPD dan LMD 3-2
Sosialisasi 2: Pemaparan tentang maksud dan tujuan
dilakukannya Kajian dan Perencanaan Partisipatoris
Desa Wisata Dasan Geria, dilanjutkan dengan
musyawarah penentuan jadwal pelaksanaan kajian
dan perencanaan tersebut. Musyawarah melibatkan
unsur Pemdes, BPD dan LPM dan tim konsultan.
Pada kesempatan ini peserta menuliskan harapan
dan cita-cita peserta 10 tahun mendatang, (Aula
Desa Dasan Geria, 13 Maret 2021).
Pleno Desa
Pleno Desa bertujuan untuk memaparkan hasil Kajian dan Perencanaan Partisipatoris
Perintisan dan Pengembangan Desa Wisata Dasan Geria kepada berbagai pemangku
kepentingan (stakeholders) yang hadir sekaligus mendapatkan masukan dari mereka.
Masukan-masukan dari peserta kemudian dijadikan bahan penyempurnaan
rekomendasi Rencana Strategis Perintisan dan Pengembangan Desa Wisata Dasan
Geria Tahun 2022 – 2024.
3-6
Kegiatan ini dilaksankan pada Rabu 23 Juni 2021 di SMKN 2 LIngsar di Dasan Geria,
dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat dan kelembagaan, antara lain pelaku UMK,
seniman dan budayawan, ustazd, guru dan siswa, Kepala-Kepala Dusun di wilayah
Desa Dasan Geria, Pemerintah Desa Dasan Geria, Badan Permusyawaratan Desa
Dasan Geria, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Dasan Geria, Badan Usaha
Milik Desa Dasan Geria, Kelompok Sadar Wisata Geria Bersahabat, Pengurus PKK
Desa Dasan Geria, perwakilan Satgas Covid19, Bidan dan Petugas Kesehatan
Masyarakat Desa Dasan Geria. Selain itu hadir juga undangan dari luar Desa, yaitu
sejumlah Kepala Desa di wilayah Kecamatan Lingsar, perwakilan dari Pemerintah
Kecamatan Lingsar, Kepala Polsek Lingsar, Kepala Bidang SDM dan Ekonomi Kreatif
Dinas Pariwisata Lombok Barat dan perwakilan dari Dinas Pariwisata Nusa Tenggara
Barat.
3-7
Kegiatan ini dimeriahkan oleh stand Usaha Mikro Kecil, pertunjukan cilokaq, hikayat
kreasi, rudat dan pencak. Mereka semua berasal dari Desa Dasan Geria.
Lampiran 4:
TIM FASILITATOR
KAJIAN DAN PERENCANAAN PARTISIPATORIS
PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DASAN GERIA
1 Mei – 30 Juni 2021
PENANGGUNG JAWAB
RIZAL AMIR
SUHIRMAN
Pemandu Wakil Ketua