Anda di halaman 1dari 494

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawei Selatan

Tahun 2018

Dokumen Informasi Kinerja


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
daerah provinsi sulawesi selatan

DIKPLHD-SULSEL 2018

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Pemerintah Daerah Provinsi Sulawei Selatan
Tahun 2018

Dokumen Informasi Kinerja


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
daerah provinsi sulawesi selatan

DIKPLHD-SULSEL 2018

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


GUBERNUR SULAWESI SELATAN

Konsisten dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang


diintrodusir dari hasil kesepatakan dunia dalam Konfrensi PBB tantang Lingkungan
hidup yang diadakan di Stockholm Tahun1972 dan Deklarasi Lingkungan Hidup
pada KTT Bumi di Rio de Jeneiro Tahun 1992, yakni : ekologi (lingkungan hidup)
sebagai pilar pertama, ekonomi (pembangunan) sebagai pilar kedua, dan sosial
(kelembagaan) sebagai pilar ketiga, maka penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi Selatan menggunakan pendekatan
konseptual yang juga diintrodusir dari tiga pilar pembangunan yang dimaksud, yaitu :
kondisi lingkungan hidup dan kecenderungan perubahannya (state-ekologi),
tekanan pada lingkungan hidup (pressure-ekonomi), dan upaya pengelolaan
lingkungan (respons-sosial).

Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun


2018 ini disusun untuk memberikan pemahaman tentang kondisi lingkungan hidup di
Sulawesi Selatan dan bagaimana para pemangku kepentingan (stakeholders)
berupaya melindungi dan mengelolanya. Laporan ini secara lengkap menyajikan
tentang : pendekatan dan isu-isu prioritas lingkungan hidup yang menuntut untuk
dikelola di masa datang, kondisi lingkungan hidup dan kecenderungan perubahannya,
tekanan pada lingkungan, upaya dan inovasi dalam pengelolaan lingkungan hidup di
Sulawesi Selatan saat ini. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah disusun dalam dua buku (Buku Ringkasan Eksekutif dan Buku Laporan
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Dearah) merupakan sarana
penyediaan data dan informasi lingkungan hidup untuk menjadi acuan Kebijakan dan

i
Perencanaan Pemerintah Sulawesi Selatan dalam mengarahkan pembangunan sesuai
dengan prinsip-prinsip atau pilar-pilar pembangunan berkelanjutan.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi secara konstruktif dalam
penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018. Mudah-mudahan kedua buku ini dapat
bermanfaat bagi para pemangku kepentingan, yakni pembuat kebijakan, dunia
akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, media massa, dan masyarakat
luas.

Makassar, 2018

ii
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan 2018

Diterbitkan oleh :
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Provinsi Sulawesi Selatan
Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Gedung H Lantai 3
Jl. Urip Sumoharjo Nomor 269 MAKASSAR
Telepon (Fax) : 0411 450 478
E~mail : sekretariat@dplh.sulselprov.go.id
Website : http://dplh.sulselprov.go.id

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah


Provinsi Sulawesi Selatan

Isi dan materi yang ada dalam buku ini boleh digandakan dan
disebarluaskan dengan tidak mengurangi isi dan arti dari dokumen ini.
Diperbolehkan mengutip isi buku ini dengan menyebut sumbernya.

Pelindung :
Prof. Dr. Ir.H.M Nurdin Abdullah, M.Agr, Gubernur Sulawesi Selatan

Pembina :
Dr. H. Ashari Fakhsirie Radjamilo, M.Si, P.J. Sekretaris Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan

Ketua :
Ir. Andi Hasbi, M.T, Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan.

Wakil Ketua :
Ir. Andi Sarrafah,M.Si, Sekretaris Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan
Penulis/Editor :
Dr. Syamsu Arif, M.Si , Dr. Rijal M. Idrus, H. Muhammad Nuhrahim, S.H,
Hj.Indiani Ismu,S.E.,M.M, Ir. A. Sarrafah, M.Si, , Naskah Filaillah,
Pg.Dip.Sc,M.Si, dan Muhammad Ridwan, S.E, M.Si., Sri Hidayat, S.Si, M.Si,

iii
La Ode Sir Muhammad Iqbal, ST, La Idris Hadi Kumala, S.PWK, Asriani
Anhsar, ST, Minarsi Paramita M.Rasay, S.KM, A.Asrayadi Pramita, S.Hut,
Nurul Anugrah Waty, S.Hut

Sekretariat :
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) DPLH Prov.Sulsel., Pejabat
Fungsional Perencana DPLH Prov.Sulsel., Muhammad Nur Salam S.H.,M,Si,
Kartini A.R., S.E., Maidawati, S.Hut.,M.Si., Sumarni,M.Si., Darmayanti,
S.Hut.,M.Si., Rosmah., S.ST.,Fransiskus Jeharu, S.E., Husnul
Khatimah,S.Sos, Herman Rachman, S.Hut., Herdayanti Patandean, S.T.,
Myrza Syahrianti, Akhmad Supriadi., S.T., T.P Mahas Harsel, S.T.,M.T., Andi
Panguriseng, Asis.

Pendukung :
Mila Karmelia Faisal, Mujtahidah, dan Lani.

Ucapan Terima Kasih


Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DPLH) Provinsi Sulawesi
Selatan Mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan Laporan Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi Selatan
2017.

Kontributor :

BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan,
Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi
Selatan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Sulawesi
Selatan, Stasiun Klimatologi BMKG Maros, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas
Ketahanan Pangan, Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi
Selatan, Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Pengelolaan DAS
Jeneberang Sa’dan, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang,
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII, Dinas Kesehatan, Dinas
Perdagangan, dan lain-lain.

iv
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................. I-1
1.1. Latar Belakang ....................................................... I-2
1.2. Profil dan Kondisi Umum ........................................ I-3
1.2.1. Kondisi Wilayah ............................................................ I-3
1.2.2. Kondisi Biofisik.............................................................. I-5
1.3. Proses Penyusunan DIKPLHD ................................ I-18
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah ................................................. I-18
1.3.2. Ruang Lingkup Substansi .............................................. I-18
1.3.3. Pendekatan dan Metodologi........................................... I-19
1.3.3.1. Metode Dialog dan Konsultasi Publik ............................................... I-20
1.3.3.2. Metode Analisis Data ...................................................................... I-23
1.4. Maksud dan Tujuan Penyusuan DIKPLHD .............. I-24
1.5. Ruang Lingkup Penulisan DIKPLHD ....................... I-25
BAB II ANALISIS DPSIR ......................................................... II-1
2.1. Tata Guna Lahan .................................................... II-2
2.1.1. Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan (Lahan Utama) ......... II-3
2.1.2. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian ....................... II-7
2.1.3. Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status .......................... II-11

v
2.1.4. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan
Lahan .......................................................................... II-11
2.1.5. Lahan Kritis .................................................................. II-15
2.1.6. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ......................................... II-20
2.1.6.1. Mangrove .......................................................................... II-20
2.1.6.2. Padang Lamun ................................................................... II-22
2.1.6.3. Terumbu Karang ................................................................ II-24
2.1.7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering .................................. II-27
2.1.8. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air II-29
2.1.9. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah ..................... II-31
2.1.10. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis
Bahan Galian ............................................................... II-32
2.1.11. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi ............... II-35
2.1.12. Keadaan Flora dan Fauna .............................................. II-39
2.1.13. Penangkaran Satwa dan tumbuhan Liar ......................... II-42
2.2. Kualitas Air ............................................................. II-43
2.2.1. Kualitas Air Sumur ........................................................ II-43
2.2.2. Kualitas Air Laut ........................................................... II-46
2.2.3. Kualitas Air Sungai ........................................................ II-48
2.2.4. Curah Hujan dan Rata-Rata Bulanan .............................. II-51
2.2.5. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ............... II-53
2.2.6. Kualitas Air Hujan ......................................................... II-54
2.2.7. Kondisi Sungai .............................................................. II-56
2.2.8. Kondisi Danau/Waduk/Embung ...................................... II-58
2.2.9. Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung ......................... II-60
2.3. Kualitas Udara ........................................................ II-62
2.3.1. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ...................................... II-62
2.3.2. Kualitas Udara Ambien .................................................. II-65
2.3.3. Penggunaan Bahan Industri dan Rumah Tangga ............. II-66
2.3.4. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang
di gunakan ................................................................... II-69

vi
2.3.5. Perubahan Penambahan Ruas Jalan .............................. II-70
2.4. Resiko Bencana ...................................................... II-71
2.4.1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian ........................... II-73
2.4.2. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan .................... II-75
2.4.3. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian .... II-76
2.4.4. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban,
Kerugian ...................................................................... II-79
2.5. Isu Perkotaan......................................................... II-80
2.5.1. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar ...... II-81
2.5.2. Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber
Pencemaran ................................................................. II-84
2.5.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk
dan Kepadatan Penduduk .............................................. II-89
2.5.4. Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah ............. II-93
2.5.5. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari ................. II-97
2.5.6 Jumlah Bank Sampah .................................................... II-100
2.5.7. Kegiatan Fisik Lainnya Oleh Instansi .............................. II-108
2.6. Tata Kelola ............................................................ II-109
2.6.1. Pelestarian Kearifan Lokal ............................................. II-109
2.6.2. Peran Serta Masyarakat ................................................ II-113
2.6.2.1. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan....... II-113
2.6.2.2. Penerimaan Penghargaan Lingkungan Hidup ......................... II-116
2.6.2.3. Program yang Diinisiasi Masyarakat ...................................... II-127
2.6.3. Kelembagaan ............................................................... II-129
2.6.3.1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ........................................................................ II-129
2.6.3.2. Jumlah Personil Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................... II-130
2.6.4. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pendapatan
Asli Daerah ................................................................... II-132
2.6.4.1. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup .............................. II-132
2.6.4.2. Pendapatan Asli Daerah ...................................................... II-138

vii
2.6.4.3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku .................. II-140
2.6.4.4. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan ................. II-142
2.6.5. Izin Usaha Pemanfaan Hasil Hutan ................................ II-143
2.6.1.1. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu .... II-145
2.6.1.2. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu........................................................................ II-146
2.6.6. Jumlah dan Izin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
dan Wisata Alam ........................................................... II-149
2.6.7. Perdagangan Satwa dan Tumbuhan ............................... II-153
2.6.8. Dokumen Izin Lingkungan Provinsi Sulawesi Selatan ....... II-154
2.6.9. Status Pengaduan Masyarakat ....................................... II-157
2.7. Kondisi Demografi ................................................. II-165
2.7.1. Jumlah Pendidikan laki-laki dan perempuan menurut
tingkat pendidikan ........................................................ II-165
2.7.2. Jenis Penyakit uutama yang diderita penduduk ............... II-170
2.7.3. Jumlah Rumah Tangga Miskin ....................................... II-171
BAB III ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP ...................... III-1
3.1. Mekanisme Penggalian Isu Perioritas ................... III-2
3.2. Permasalahan dan Isu Strategis Lingkungan
Hidup..................................................................... III-3
3.2.1 Permasalahan dan Isu Strategis ................................... III-3
3.2.2 Analisis DPSIR ............................................................ III-5
3.3. Isu-Isu Perioritas Lingkungan Hidup Sulawesi
Selatan .................................................................. III-15
BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP ................................................ IV-1
4.1. Inovasi Daerah Dalam Urusan Lingkungan Hidup . IV-2
4.2. Inovasi Daerah Dalam Urusan Kehutanan ............ IV-11
BAB V PENUTUP ..................................................................... V-1
Daftar Pustaka
Lampiran

viii
Halaman

1.1 Luas wilayah, nama Ibukota di Provinsi Sulawesi


Selatan ........................................................................ I-4
1.2 Luas Tutupan Lahan Sulawesi Selatan ............................ I – 14
1.3 Identifikasi masyarakat dan pemangku .......................... I – 21
2.1.1. Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-18
2.1.2. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kabupaten
Bantaeng ..................................................................... II-27
2.1.3. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kepulauan
Selayar......................................................................... II-27
2.1.4. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering Kepulauan
Selayar......................................................................... II-28
2.1.5. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kabupaten
Pangkep ....................................................................... II-28
2.1.6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat
Erosi Air Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .............. II-30
2.1.7. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Basah di Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-31

ix
2.1.8. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut
Jenis Bahan Galian yang ada Di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-32
2.1.9. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-35
2.1.10. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-37
2.1.11. Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-42
2.2.1. Data beberapa parameter kualitas air sumur di Provinsi
Sulawesi Selatan periode tahun 2016 – 2018 .................. II-44
2.2.2. Kualitas Air Laut Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ... II-46
2.2.3. Kualitas Air Laut Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ... II-47
2.2.4. Kualitas Air Sungai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 II-49
2.2.5. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum
Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........ II-54
2.2.6. Kualitas Air Hujan di Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......... II-55
2.2.7. Kondisi Sungai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018.. II-57
2.2.8. Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II-60
2.2.9. Data hasil pengukuran kualitas air Danau Matano dan
Danau Towuti di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .. II-61
2.3.1. Suhu Udara rata-rata Bulanan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2018................................................................... II-64
2.3.2. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Indeks
Status Mutu (ISM) Provinsi Sulawesi Selatan .................. II-66
2.3.3. Penggunaan Bahan Industri dan Rumah Tangga Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II-67
2.3.4. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar
yang di gunakan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .. II-69

x
2.3.5. Perubahan Penambahan Ruas Jalan Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-71
2.4.1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-75
2.4.2. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-79
2.4.3. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi,Korban,
Kerugian Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .............. II-81
2.5.1. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-83
2.5.2. Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber
Pencemaran di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ..... II-86
2.5.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan
Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II-92
2.5.4. Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2018 ......................................... II-96
2.5.5. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II-100
2.5.6. Jumlah Bank Sampah di Kota Makassar
Tahun 2018................................................................ II-105
2.5.7. Kegiatan Fisik Lainnya Oleh Instansi di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II-112
2.6.1. Pelestarian Kearifan Lokal Lingkungan Hidup di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II-115
2.6.2. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan
Hidup di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .............. II-118
2.6.3. Penerima Penghargaan Tingkat Provinsi dan
Nasional di Lingkungan Hidup di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ....................................... II-122

xi
2.6.4. Penerima Penghargaan ADIPURA Lingkungan Hidup di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II-129
2.6.5. Program yang diinisiasi masyarakat di Provinsi Sulawesi
Selatan ........................................................................ II-132
2.6.6. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ....... II – 130
2.6.7. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup
menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 .................................................................. II – 130
2.6.8. Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan Hidup dan
Staf yang Telah Mengikuti Diklat di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II – 132
2.6.9. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II – 132
2.6.10. Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan....... II – 139
2.6.11. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ............................ II – 141
2.6.12. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................ II – 142
2.6.13. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ................ II – 145
2.6.14 Jumlah dan Izin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
dan Wisata Alam Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .. II – 150
2.6.15 Perdagangan Satwa dan Tumbuhan di Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................................... II - 153
2.6.16 Dokumen Izin Lingkungan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2018................................................................... II - 154
2.6.17 Status Pengaduan Masyarakat ....................................... II - 157
2.7.1 Jumlah Pendidikan laki-laki dan perempuan menurut
tingkat pendidikan ........................................................ II - 167

xii
2.7.2 Jenis Penyakit Utama yang di derita Penduduk Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ........................................ II - 170
2.7.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ................................................................. II - 171
3.1 Permasalahan utama dan potensi permasalahan
lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Selatan ................ IV - 6

xiii
Halaman

Gambar 1.1 Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi


selatan .......................................................... I-5
Gambar 1.2 Peta Geologi Sulawesi .................................... I-7
Gambar 1.3 Kenampakan Karts Maros-Pangkep ................. I-8
Gambar 1.4 Peta Sistem lahan Sulawesi selatan ................. I - 11
Gambar 1.5 Peta Iklim Sulawesi Selatan ............................ I - 12
Gambar 1.6 Peta Penutupan Lahan Sulawesi Selatan .......... I - 14
Gambar 2.1.1 Persentase Penggunaan lahan/Tutupan lahan
di Provinsi Sulawesi selatan ............................ II - 5
Gambar 2.1.2 Peta Penggunaan Lahan Utama di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......................... II - 6
Gambar 2.1.3 Presentase Perubahan Penggunaan Lahan
Utama di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ................................................... II - 9
Gambar 2.1.4 Peta Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......................... II - 10
Gambar 2.1.5 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi dan
Statusnya di Provinsi Sulawesi Selatan tahun
2018 ............................................................. II - 11

xiv
Gambar 2.1.6 Persentase Luas Kawasan Lindung Berdasarkan
RTRW di provinsi Sulawesi Selatan .................. II - 12
Gambar 2.1.7 Persentase Penutupan Lahan Untuk setiap
Kawasan Lindung di Provinsi Sulawesi Selatan . II - 13
Gambar 2.1.8 peta Penutupan di setiap kawasan lindung di
provinsi Sulawesi Selatan................................ II - 14
Gambar 2.1.9 Persentase Lahan Kritis dan sangat Kritis di
Provinsi Sulawesi selatan ................................ II - 16
Gambar 2.1.10 Peta lahan kritis di Dalam dan luar kawasan
Hutan di Provinsi Sulaweesi Selatan Tahun
2018 ............................................................. II - 19
Gambar 2.1.11 Luas Mangrove di provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ................................................... II - 22
Gambar 2.1.12 Luas Padang Lamun di provinsi Selatan ........... II - 23
Gambar 2.1.13 Persentase kerusakan Padang Lamun di
Provinsi Selatan tahun 2018 ........................... II - 24
Gambar 2.1.14 Luas Tutupan terumbu karang di provinsi
Sulawesi Selatan ............................................ II - 26
Gambar 2.1.15 Persentase Kondisi Terumbu karang di Provinsi
Sulawesi Selatan ............................................ II - 26
Gambar 2.1.16 Grafik evaluasi kerusakan tanah di Lahan
kering Akibat Erosi Air provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ................................................... II - 30
Gambar 2.1.17 Diagram Evaluasi Kerusakan tanah di lahan
kering akibat Erosi Air Provinsi Sulawesi Selatan
................................................................. II - 30
Gambar 2.1.18 Produksi (Ton/Tahun) Bahan Galian Tambang
di Sulawesi Selatan ........................................ II - 34
Gambar 2.1.19 Luas Ijin Usaha Penambahan (Ha) Bahan
Galian Tambang di Sulawesi Selatan ............... II - 34

xv
Gambar 2.1.20 Realisasi Penghijauan di Sulawesi Selatan
Tahun 2016-2018 .......................................... II - 38
Gambar 2.1.21 Realisasi Reboisasi di Sulawesi Selatan tahun
2016-2018 ..................................................... II - 38
Gambar 2.1.22 Perbandingan perubahan Luas Areal
penghijauan dan Reboisasi di Sulawesi Selatan
tahun 2016-2018 ........................................... II - 38
Gambar 2.1.23 Jumlah Spesiaes Hewan (Fauna) yang
dilindungi Berdasarkan Golongan di Sulsel
tahun 2018 .................................................... II - 39
Gambar 2.1.24 Jumlah Spesiaes Hewan (Fauna) yang
dilindungi Berdasarkan Golongan di Sulsel
tahun 2018 .................................................... II - 40
Gambar 2.2.1 Kandungan TDS dan TSS air sumur dalam
wilayah Provinsi ............................................. II - 44
Gambar 2.2.2 Nilai Parameter DO, BODS, dan COD dalam air
sumur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2018 .................................................... II - 45
Gambar 2.2.3 Kandungan detergen serta minyak dan lemak
air sumur di wilayah Sulawesi selatan tahun
2018 ............................................................. II - 45
Gambar 2.2.4 Rata-rata curah Hujan per bulan disulawesi
Selatan Tahun 2018 ...................................... II - 52
Gambar 2.2.5 Jumlah tangga dan sumber air minum di
Sulawesi tahun 2018 ...................................... II - 53
Gambar 2.2.6 Kualitas Air Hujan di Sulawesi Selatan tahun
2018 ............................................................. II - 55
Gambar 2.2.7 Grafik Jumlah Danau, Waduk, Embung di
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......................... II - 58

xvi
Gambar 2.2.8 Gambar, kondisi sedimentasi di waduk Bili-bil,
Sungai Jenebarang di Sulawesi Selatan tahun
2018 ............................................................. II - 59
Gambar 2.3.1 Grafik Jumlah Kendaraan Bermotor ................. II - 70
Gambar 2.3.2 Grafik Jenis bahan bakar yang digunakan ........ II - 70
Gambar 2.3.3 perubahan Penambahan Ruas Jalan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......................... II - 71
Gambar 2.4.1 Grafik Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 .............. II - 74
Gambar 2.4.2 Grafik Bencana kekeringan Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2018 ........................................ II - 75
Gambar 2.4.3 Bencana Kekerinngan, Luas, dan kekeringan
yang berdasarkan perkiraan kerugiann di
masing-masing kabupaten .............................. II - 76
Gambar 2.4.4 Bencana banjir, Korban, dan Kerugian Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ....................................... II - 78
Gambar 2.5.1 Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan
Jumlah KK ..................................................... II - 82
Gambar 2.5.2 Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang
digunakan sendiri ........................................... II - 82
Gambar 2.5.3 Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di
gunakan sendir ............................................. II - 83
Gambar 2.5.4 Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di
gunakan Umum ............................................ II - 83
Gambar 2.5.5 Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di yang
langsung ke sungai ........................................ II - 83
Gambar 2.5.6 Luas Wilayah Limbah Padat dan Cair
berdasarkan Sumber Pencemaran yang
bergerak Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2018 ............................................................. II - 88

xvii
Gambar 2.5.7 Jumlah Limbah Padat berdasarkan Sumber
Pencemaran yang bergerak Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ....................................... II - 89
Gambar 2.5.8 Jumlah Penduduk menurut dalam angka
Sulawesi Selatan Tahun 2018 ......................... II - 91
Gambar 2.5.9 grafik terkait Pertumbuhan Penduduk di
masing-masing Kabupaten di Sulawesi Selatan
Tahun 201 ..................................................... II - 91
Gambar 2.5.10 Peta Penutupan Lahan Sulawesi Selatan .......... II - 92
Gambar 2.5.11 Hasil Dari Kepadatan Penduduk Menurut BPS
Tahun 2018 ................................................... II - 92
Gambar 2.5.12. Kapasitas (M3) di Sulawesi Selatan Tahun 2018 .... II - 96
Gambar 2.5.13. Perkiraan Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ........................................... II - 99
Gambar 2.5.14. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .................. II - 99
Gambar 2.5.15. Jumlah Bank Sampah di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ....................................................... II - 106
Gambar 2.5.15. Jumlah Bank Sampah Menurut Status di Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ........................................ II - 106
Gambar 2.5.16. Jumlah Karyawan Bank Sampah di Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ....................................................... II - 107
Gambar 2.5.17. Omset Bank Sampah di Sulawesi Selatan Tahun
2018 ................................................................. II - 107
Gambar 2.6.1. Tradisi Mappadendang Tanah Bugis Sulawesi
Selatan ............................................................. II - 110
Gambar 2.6.2. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan
Hidup menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 .............................. II - 131
Gambar 2.6.3. Jumlah Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .................. II - 137
Gambar 2.6.4. Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018 ....................................................... II – 140

xviii
Gambar 2.6.5. Jumlah Izin Usaha Pemanfaatn Hasil Hutan Bukan
Kayu di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 ...... II - 147
Gambar 2.7.1 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi selatan yang tidak sekolah (tidak
mengenyam pendidikan) ..................................... II - 168
Gambar 2.7.2 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Tingkat SD........................ II - 168
Gambar 2.7.3 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Tingkat SLTP .................... II - 168
Gambar 2.7.4 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Tingkat SLTA .................... II - 169
Gambar 2.7.5 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Tingkat Diploma ................ II - 169
Gambar 2.7.6 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Tingkat S1/S2/S3 .............. II - 169
Gambar 2.7.7 Jenis Penyakit Utama yang di derita Penduduk
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018 .................. II - 171
Gambar 2.7.8 Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018 .............................. II - 173
Gambar 4.1 Penanaman Mangrove Serentak di Pesisir Sulawesi
Selatan ............................................................. IV - 4
Gambar 4.2 Pembinaan Sekolah Adiwiyata ............................. IV - 5
Gambar 4.3 Lauching Gerbang Sulsel Bersatu Tahun 2018 ....... IV - 6
Gambar 4.4 Kegiatan Kerja Bakti Membersihan Lingkungan
Tahun 2018 ....................................................... IV - 7
Gambar 4.5 Pemberian Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik
ke Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan....... IV - 9
Gambar 4.6 Program Hutan Kemasyarakatan di Sulawesi
Selatan Tahun 2018 ........................................... IV - 17
Gambar 4.7 Kawasan Hutan Adat Ammatoa di Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan ................... IV - 18
Gambar 4.8 Bintek Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Terhadap Bahaya Merkuri di Sulawesi Selatan ....... IV - 18

xix
Gambar 4.9 Sosialisasi Pengelolaan Ramah Lingkungan Skala
Rumah Tangga .................................................. IV - 19
Gambar 4.10 FGD Pengelolaan Sampah di Wilayah Pesisir dan
Penyerahan Alat Biopori ...................................... IV - 19

xx
1
1.1 Latar Belakang
Keterbukaan informasi merupakan salah satu sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara.
Hak memperoleh informasi adalah hak asasi manusia, yang dijamin oleh
UUD 1945. Keterbukaan informasi akan melahirkan negara yang
demokratis, dimana peran serta masyarakat dalam pembangunan
diakomodir melalui keterbukaan informasi, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun oleh badan publik lainnya. Dalam kaitannya dengan
keterbukaan informasi di sektor lingkungan hidup, akses masyarakat untuk
mendapatkan informasi lingkungan hidup masih dirasakan sangat rendah.
Dalam UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dijamin bahwa setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi,
akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan
suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan. Hak atas informasi
lingkungan hidup akan meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam
pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka peluang bagi

2
masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup dapat berupa data, keterangan,
atau informasi lain yang berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk
diketahui masyarakat. Pada pasal 62 ayat 1 dan 3 UU 32/2019 telah
mengamanatkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk mendukung
pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat
informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup,
dan informasi lingkungan hidup lain.
Informasi lingkungan hidup memiliki fungsi yang strategis sebagai
dasar dalam pengambilan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan di
daerah, khusus pada upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Informasi lingkungan hidup diharapkan dapat memberikan
gambaran kondisi daerah secara periodik, perkembangan isu lingkungan
perioritas dan ketepatan kebijakan yang dilaksanakan sebagai respon
terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai sarana penyediaan data dan informasi
lingkungan hidup di Sulsel, serta menjadi alat yang berguna dalam menilai,
menentukan prioritas masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan
kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan penerapan mandat pembangunan
berkelanjutan.

1.2 Profil dan Kondisi Umum Sulawesi Selatan


1.2.1 Kondisi Wilayah

Secara geografis, Provinsi Sulawesi Selatan terletak pada 1 o51’


sampai 8o00’ Lintang Selatan dan 116o48’ sampai 122o36’ Bujur Timur. Luas
daratan Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah 45.764,53 Km². Wilayah

3
daratan dikelilingi oleh laut yang cukup luas: di sebelah selatan terdapat
laut Flores, di sebelah barat terdapat selat Makassar dan di sebelah Timur
terdapat teluk Bone. Batas-batas geografis wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan secara lengkap adalah sebagai berikut:
 di sebelah utara dengan Provinsi Sulawesi Barat
 di sebelah timur dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara
 di sebelah barat dengan Selat Makassar
 di sebelah selatan dengan Laut Flores.
Secara Administrasi, wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terbagi
menjadi 21 Kabupaten dan 3 Kota, yang terdiri dari 304 Kecamatan
(Gambar 2), dan beribukota di Makassar. Kabupaten Luwu Utara
merupakan kabupaten terluas yaitu 7.502,58 km2 atau 32,45%, sedangkan
Kabupaten Bantaeng adalah yang terkecil yakni 395,83 km2 (Tabel 1).

Tabel 1.1. Luas wilayah, nama Ibukota di Provinsi Sulawesi Selatan


Luas Wilayah
No. Kabupaten/ Kota Ibukota
(km2)
1. Selayar Benteng 903,50
2. Bulukumba Bulukumba 1.154,67
3. Bantaeng Bantaeng 395,83
4. Janeponto Bontosunggu 903,35
5. Takalar Pattalasang 566,51
6. Gowa Sungguminasa 1.883,32
7. Sinjai Sinjai 819,96
8. Maros Maros 1.619,12
9. Pangkep Pangkajene 1.112,29
10. Barru Barru 1.174,71
11. Bone Watampone 4.559,00
12. Soppeng Watansoppeng 1.359,44
13. Wajo Sengkang 2.506,20
14. Sidrap Sidenreng 1.883,25
15. Pinrang Pinrang 1.961,17
16. Enrekang Enrekang 1.786,01
17. Luwu Belopa 3.000,25
18. Tana Toraja Makale 2.054,30
19. Luwu Utara Masamba 7.502,68
20. Luwu Timur Malili 6.944,88
21. Makassar Makassar 175,77
22. Parepare Parepare 99,33

4
Luas Wilayah
No. Kabupaten/ Kota Ibukota
(km2)
23. Palopo Palopo 247,52
24 Toraja Utara Rantepao 1.151,47
Total 45.764,53
Sumber: Analisis Spasial, 2017

Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan

1.2.2 Kondisi Biofisik


a. Geologi
Secara regional, geologi Pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk
kompleks, yang disebabkan oleh proses divergensi dari tiga lempeng
litosfer, yaitu : Lempeng Australia yang bergerak ke utara, Lempeng Pasifik
yang bergerak ke barat, dan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan-
tenggara.
Selat Makassar yang memisahkan platform Sunda (bagian Lempeng
Eurasia) dari Lengan Selatan dan Tengah, terbentuk dari proses pemekaran
lantai samudera pada Miosen. Bagian utara Pulau Sulawesi adalah Palung
Sulawesi Utara yang terbentuk akibat proses subduksi kerak samudera Laut
Sulawesi. Di Lengan tenggara, proses konvergensi terjadi antara Lengan

5
Tenggara dengan bagian utara Laut Banda sepanjang Tunjaman Tolo
(Silver et al., 1983a,b). Kedua struktur mayor tersebut (Palung Sulawesi
Utara dan Tunjaman Tolo) dihubungkan oleh Sistem Sesar Palu-Koro-
Matano.
Daerah Sulawesi Selatan termasuk ke dalam provinsi Busur Volkanik
Tersier Sulawesi Barat, yang memanjang dari Lengan Selatan sampai ke
Lengan Utara. Secara umum, busur ini tersusun oleh batuan-batuan
plutonik-volkanik berumur Paleogen-Kuarter serta batuan-batuan metamorf
dan sedimen berumur Tersier. Geologi Sulawesi Selatan bagian timur dan
barat sangat berbeda, di mana keduanya dipisahkan oleh Depresi Walanae
yang berarah UUB-SST. Secara struktural, Sulawesi Selatan terpisah dari
anggota Busur Barat Sulawesi lainnya oleh suatu depresi berarah UB-ST
yang melintas di sepanjang Danau Tempe.
Struktur geologi batuan di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki
karakteristik geologi yang dicirikan oleh adanya berbagai jenis satuan
batuan yang bervariasi. Struktur dan formasi geologi wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan terdiri dari volkan tersier, Sebaran formasi volkan tersier
ini relatif luas mulai dari Cenrana sampai perbatasan Mamuju, daerah
Pegunungan Salapati (Quarles) sampai Pegunungan Molegraf, Pegunungan
Perombengan sampai Palopo, dari Makale sampai utara Enrekang, di sekitar
Sungai Mamasa, Sinjai sampai Tanjung Pattiro, di deretan pegunungan
sebelah barat dan timur Ujung Lamuru sampai Bukit Matinggi. Batuan
volkan kwarter, Formasi batuan ini ditemukan di sekitar Limbong (Luwu
Utara), sekitar Gunung Karua (Tana Toraja) dan di Gunung Lompobatang
(Gowa) (lihat Gambar 3).
Sebaran formasi geologi di 24 kabupaten/kota Provinsi Sulawesi
Selatan bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Total terdapat 48
formasi geologi yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu aluvium,
anggauta taccipi dari formasi walanae, anggota batugamping formasi
toraja, anggota batugamping formasi walanae, anggota rantepao, formasi
toraja, batuan gunungapi, batuan gunungapi baturape-cindako, batuan

6
gunungapi formasi camba, batuan gunungapi kalamiseng, batuan
gunungapi lamasi, batuan gunungapi lompobatang, batuan gunungapi
lompobattang, batuan gunungapi masamba, batuan gunungapi pare-pare,
batuan gunungapi soppeng, batuan gunungapi terpropilitkan, batuan
gunungapi tineba, batuan malihan, batuan serpentinit, batuan terobosan,
batugamping formasi camba, batugamping meta, endapan aluvium dan
pantai, endapan danau, formasi bone-bone, formasi camba, formasi date,
formasi larona, formasi latimojong, formasi loka, formasi makale, formasi
matano, formasi salo kalupang, formasi sekala, formasi tomata, formasi
tonasa, formasi toraja, formasi walanae, granit kambuno, granit palopo,
kompleks melange, kompleks pompangeo, kompleks tektonik bantimala,
komplex ultrabasa, mamuju, melange wasuponda, tuf rampi, dan tuff
barupu. Didominasi oleh formasi geologi endapan aluvium dan pantai
seluas 529,480.17 ha, disusul formasi walanae seluas 411,145.23 ha,
batuan gunungapi lompobatang seluas 364,553.08 ha, dan batuan
gunungapi formasi camba seluas 352,201.35 ha. Gambar 3. menampilkan
peta sebaran formasi geologi di Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 1.2. Peta Geologi Sulawesi Selatan

7
b. Landform
Wilayah Sulawesi Selatan membentang mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi. Wilayah daratan terluas berada pada 100 hingga 400
meter DPL, dan sebagian merupakan dataran yang berada pada 400 hingga
1000 meter dpl. Geografi wilayah mencakup pesisir dan pulau, dataran
rendah dan dataran tinggi, dengan 67 aliran sungai dan tiga danau.
Terdapat Gunung Bawakaraeng di selatan, serta Gunung Lompobattang
dan Rante Mario di Utara, pada bagian tengah membentang bukit karst
sepanjang Maros dan Pangkep, dengan klimatologi yang terbedakan antar
musim pada pantai Barat dan Timur.
Keunikan landform di Provinsi Sulawesi Selatan adalah terdapatnya
kawasan karst di wilayah Maros-Pangkep. Kawasan karst merupakan
bentang alam yang unik dan langka dan terbentuk dengan proses yang
berlangsung lama dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu. Karst
Maros di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan tipe karst menara di
Indonesia. Batugamping pembentuknya adalah anggota Formasi Tonasa
yang mengalami tektonik, dan penerobosan oleh batuan beku. Karst Maros
dicirikan oleh bentukan morfologi karst menara, dan disebelahnya
terhampar dataran fluvial pantai Maros - Pangkajene, lereng bukit karst
layaknya menara yang membentuk sudut lereng hampir vertikal dengan
ketinggian bukit mencapai 200 meter (lihat Gambar 4.).

Gambar 1.3. Kenampakan Karst Maros-Pangkep

8
Keberadaan karst Maros - Pangkep dapat dengan mudah diamati
ketika melintas di jalan prorokol antara Maros dan Pangkep, hamparan
perbukitan mempunyai luas ± 43.750 Ha. Kawasan karst terindah di Maros
berada di dalam Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,
dimana karst ini dikelilingi dengan hutan lindung dengan luas ± 43 ribu Ha,
dan sebanyak 20 ribu Ha merupakan kawasan karst. Menurut beberapa
penelitian menyebutkan kawasan karst Maros merupakan habitat bagi
sekitar 270 jenis kupu- kupu dan hewan langka seperti halnya burung
Enggang Sulawesi (Penelopides exarhartus), kera tanpa ekor (Macaca
maura), Tersius (Tarsius sp), Kuskus (Phalanger ursius), Musang Sulawesi
(Macrogilidia mussen braecki), Rusa (Carvus timorensis), dan aneka satwa
liar lainnya. Dalam sejarahnya, kawasan pegunungan karst ini menjadi satu-
satunya kawasan yang ditetapkan sebagai taman nasional di Indonesia
dengan luas ± 40 ribu hektare. Padahal lazimnya, kawasan karst lain di
Indonesia mendapat pengakuan hanya dengan luas areal sekitar 5 ribu Ha.
Inilah yang antara lain menjadi alasan mengapa pemerintah berobsesi
menjadikan karst ini menjadi kawasan world heritage atau warisan dunia.
Area karst Maros-Pangkep dinominasikan ke status World Heritage
(kategori alam) atas dasar pertimbangan bahwa wilayah tersebut bisa
menjadi sampel yang mewakili perkembangan manusia, khususnya di
Sulawesi. Di kawasan tersebut memang terdapat berbagai gua, yang
menjadi tempat tinggal manusia pra sejarah. Beberapa yang terkenal di
antaranya adalah gua Leang-Leang, Pettae dan Pettakere. Gambar 5.
menampilkan peta sebaran formasi geologi di Provinsi Sulawesi Selatan.

c. System Lahan dan Kemampuan Lahan


Sistem lahan yang mengindikasikan karakteristik lahan di 24
kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Selatan bervariasi dari satu wilayah ke
wilayah lainnya. Total terdapat 73 tipe system lahan yang terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu ACG, AHK, AMI, APA, BBG, BBR, BDG, BGA,
BKN, BMS, BOM, BPD, BRA, BRI, BRU, BTG, BTK, BTS, BUU, BYN, DKP, DLU,

9
GBJ, GBT, GDG, GJO, GPI, GSM, HBU, KAS, KHY, KJP, KLG, KLR, KNJ, KPR,
KTT, LBS, LME, LNG, LTG, LWW, MDO, MDW, MKO, MKS, MNA, MPT, MTL,
NODA, OKI, PDH, PGA, PLB, PLU, PRT, PTG, SAR, SBG, SFO, SMA, SMD,
SMI, SST, TBO, TDO, TGM, TRO, TTG, TWH, TWI, UPG, dan WTE (RePProT,
1988). Tipe system lahan terluas yaitu BBG dengan luas 874,244.41 ha,
disusul KHY dengan luas 364,355.52 ha, dan BPD dengan luas 333,753.60
ha. Gambar 5. menampilkan peta sebaran sistem lahan di Provinsi Sulawesi
Selatan.
Dengan sistem lahan yang bervariasi tersebut memberikan kelas
kemampuan lahan yang juga bervariasi. Klasifikasi kemampuan lahan
adalah merupakan klasifikasi interpretatif yang berdasarkan pada kualitas
dan karakteristik lahan yang permanen. Kelas dinyatakan dengan angka
Romawi dan terdiri dari 8 kategori, yakni kelas I hingga VIII. Kelas
kemampuan I hingga IV disebut juga sebagai kelas arable karena
kemampuannya untuk mendukung berbagai usaha pertanian intensif
(arable) sedangkan V hingga VIII disebut non-arable yakni hanya untuk
usaha non-pertanian, meskipun dapat juga digunakan untuk usaha
pertanian yang dibarengi dengan teknik-teknik pengelolaan lahan yang
seksama. Lahan dalam kelas yang sama memiliki derajat pembatas yang
sama, akan tetapi tidak harus memiliki kesamaan dalam hal jenis pembatas
atau pengelolaan yang diperlukan, misalnya dalam satu kelas mungkin
terdapat beberapa jenis tanah yang berbeda.
Kemampuan lahan, menurut Permen LH No 17 Tahun 2009
merupakan indikator daya dukung lahan. Semakin tinggi kelas (kelas VI,
VII, dan VIII), semakin rendah daya dukung lahan, sehingga peruntukan
lahan hanya dibatasi pada upaya perlindungan. Sebaran kemampuan lahan
setiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan berturut-turut mulai dari kelas
kemampuan lahan terendah yaitu kelas II dominan terdapat di Kabupaten
Wajo, kelas III dominan di Luwu Timur, kelas IV dominan di Bone, kelas V
dominan di Luwu Utara, kelas VI dominan di Luwu Utara, kelas VII dominan
di Luwu Timur, kelas VIII dominan di Luwu Timur.

10
Luas setiap kelas kemampuan lahan di wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu kelas kemampuan lahan II seluas 308.802,38 ha, kelas III
seluas 13.613,119 ha, kelas IV seluas 233.343,67 ha, kelas V seluas
1.025.774,00 ha, kelas VI seluas 1.439.539,60 ha, kelas VII seluas
348.906,42 ha, dan kelas VIII seluas 901.693,79 ha. Jadi kelas kemampuan
lahan yang paling dominan di Sulawesi Selatan adalah kelas VI seluas
1.439.539,60 ha, dikuti oleh kelas kemampuan V dan VII. Sebaran
kemampuan lahan pada setiap kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi
Selatan disajikan pada Gambar 5. Tampak dalam angka-angka tersebut
bahwa kelas lahan menengah V dan VI menempati areal hampir setengah
dari keseluruhan luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 1.4. Peta Sistem Lahan Sulawesi Selatan

d. Iklim
Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain
yang ada di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang
terjadi pada bulan Juni sampai September dan musim penghujan yang
terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret. Berdasarkan
pengamatan di tiga Stasiun Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan Maritim
Paotere) selama Tahun 2010 rata-rata suhu udara 27,4 C di Kota Makassar

11
dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara
maksimum di Stasiun Klimatologi Hasanuddin 32,1°C dan suhu minimum
24,0°C.
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut oldeman, Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki 5 jenis iklim, yaitu Tipe iklim A termasuk kategori iklim
sangat basah dimana curah hujan rata-rata 3500-4000 mm/Tahun. Wilayah
yang termasuk ke dalam tipe ini adalah Kabupaten Enrekang, Luwu, Luwu
Utara dan Luwu Timur. Tipe Iklim B, termasuk iklim basah dimana Curah
hujan rata-rata 3000 - 3500 mm/Tahun (Gambar 6.). Wilayah tipe ini
terbagi 2 tipe yaitu (B1) meliputi Kabupaten Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu
Timur, Tipe B2 meliputi Gowa, Bulukumba, dan Bantaeng. Tipe iklim C
termasuk iklim agak basah dimana Curah hujan rata-rata 2500 - 3000
mm/Tahun. Tipe iklim C terbagi 3 yaitu Iklim tipe C1 meliputi Kabupaten
Wajo, Luwu, dan Tana Toraja. Iklim C2 meliputi Kabupaten Bulukumba,
Bantaeng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros dan Jeneponto. Sedangkan
tipe iklim C3 terdiri dari Makassar, Bulukumba, Jeneponto, Pangkep, Barru,
Maros, Sinjai, Gowa, Enrekang, Tana Toraja, Parepare, Selayar.

Gambar 1.5. Peta Iklim Sulawesi Selatan

12
Selanjutnya, tipe iklim D dengan Curah hujan rata-rata 2000 - 2500
mm/Tahun. Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu Wilayah yang masuk ke dalam iklim
D1 meliputi Kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Luwu, Tana Toraja, dan
Enrekang. Wilayah yang termasuk ke dalam iklim D2 terdiri dari Kabupaten
Wajo, Bone, Soppeng, Sinjai, Luwu, Enrekang, dan Maros. Wilayah yang
termasuk iklim D3 meliputi Kabupaten Bulukumba, Gowa, Pangkep,
Jeneponto, Takalar, Sinjai dan Kota Makassar. Tipe iklim E dengan Curah
hujan rata-rata antara 1500 - 2000 mm/Tahun dimana tipe iklim ini disebut
sebagai tipe iklim kering. Tipe iklim E1 terdapat di Kabupaten Maros, Bone
dan Enrekang. Tipe iklim E2 terdapat di Kabupaten Maros, Bantaeng, dan
Selayar.

e. Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan

Penggunaan lahan/tutupan lahan merupakan parameter lingkungan


hidup yang dinamis. Perubahan cepat terjadi pada wilayah-wilayah yang
berkembang. Sebaran penggunaan lahan Provinsi Sulawesi Selatan
ditampilkan pada Gambar 7. dan Tabel 2. Penggunaan lahan didominasi
oleh pertanian lahan kering bercampur semak seluas 1,565,894.28 ha,
disusul hutan lahan kering sekunder (765,380.40 ha), sawah (605,871.23
ha), hutan lahan kering primer (587,853.85 ha), dan semak/belukar
(507,798.62 ha).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baja et al. (2011), perubahan
penggunaan lahan di Provinsi Sulawesi Selatan yang cukup besar terjadi
untuk 2 dekade yang lalu adalah dari semak dan kebun menjadi
persawahan, dan hanya sebahagian kecil untuk permukiman dan industri.
Namun, akhir-akhir ini perubahan penggunaan lahan kebun dan semak
termasuk persawahan telah banyak terjadi, dan umumnya menjadi kawasan
perkotaan, khususnya permukiman dan industri. Berdasarkan penelitian
tersebut dinamika tersebut sangat ditentukan oleh beberapa faktor
pendorong (driving faktor), diantaranya (i) factor aktor, (ii) faktor fisik, (iii)

13
faktor ekonomi, (iv) faktor social budaya, dan (v) factor institusional dan
kebijakan.

Gambar 1.6. Peta Penutupan Lahan Sulawesi Selatan

Tabel 1.2 Luas Tutupan Lahan Sulawesi Selatan


Tutupan Lahan Luas (ha)
Airport 789.15
Belukar Rawa 14,990.47
Danau 111,574.58
Hutan Lahan Kering Primer 587,853.85
Hutan Lahan Kering Sekunder 765,380.40
Hutan Mangrove Primer 1,219.88
Hutan Mangrove Sekunder 20,437.72
Hutan Rawa Sekunder 53.83
Hutan Tanaman 14,173.54
Perkebunan 40,049.99
Permukiman 21,888.49
Pertambangan 2,377.99
Pertanian Lahan Kering 41,399.82
Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 1,565,894.28
Rawa 758.06
Savana 87,920.62
Sawah 605,871.23
Semak/Belukar 507,798.62
Tambak 110,181.65
Tanah Terbuka 10,276.47
Transmigrasi 1,872.29
Sumber: Analisis Spasial, 2017

14
f. Oseanografi
Kondisi oseanografi di perairan laut Sulawesi Selatan dapat
digambarkan dari tiga wilayah laut, yaitu Selat Makassar, Laut Flores dan
Teluk Bone. Ketiga perairan laut ini memiliki kondisi oseanografi yang
berbeda. Perbeaannya terutama dalam hal pergerakan dan pola arus.
Selain itu, kondisi suhu dan salintas serta kesuburan dan produktifitas juga
bervariasi secara musiman.
Di Selat Makassar, pergerakan massa air umumnya berasal dari
Samudera Pasifik melalui selat Makassar ke Samudera Hindia dengan debit
sekitar 12 Sv, (1 Sverdrup) = 10 6 m3 /det). Perlintasan Pasifik-Hindia
merupakan salah satu Arus Laut Lintas Indonesia (Arlindo) terpenting.
Tetapi, pada bulan Mei-Juni massa air cenderung bergerak dari selatan ke
utara (Pasaribu dkk., 2013). Pergerakan massa air Utara-selatan mengalami
fluktuasi, terjadi penurunan nilai transpor pada peride musim dingin di
benua Asia. Nilai transpor relatif kecil sebesar 0,5 hingga 0,7 Sv pada bulan
Mei-Juni 1989 dan 0,3 Sv pada bulan Oktober tahun 1997. Nilai transpor
maksimum ke arah selatan terjadi pada bulan November 1988 sebesar 14,5
Sv, dan bulan Juni 1997 sebesar 11,8 Sv. Nilai transpor berfluktuasi sesuai
dengan fase yang terjadi di Samudera Pasifik ekuatorial, yaitu fasa El Niño
atau La Niña (Sudjono dkk., 2004). Massa air selat Makassar memiliki
karakteristik Massa Air Subtropis Pasifik Utara (North Pacific Subtropical
Water) dan Massa Air Lapisan Pertengahan Pasifik Utara (North Pacific
Intermediate Water). Pergerakan massa air ini juga mempengaruhi pasang
surut. Dari hasil pengamatan pasut dapat diketahui tipe atau jenis pasut
yang (Stasiun di Pulau Dutungan, Kab.Barru ) adalah pasang surut tipe
campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dalam
satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut tetapi kadang -
kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda (Hasriyanti, 2015).
Suhu rata-rata lapisan permukaan perairan Selat Makassar yaitu
29,5oC. Rata-rata lapisan permukaan tercampur berada (mixed layer)
sampai kedalaman 40 m. Menurut Illahude (1970), pada musim barat

15
lapisan homogen dapat mencapai kedalaman 100 meter yang dimulai dari
permukaan suhu berkisar antara 27-28oC, salinitas berkisar antara 32,5-
33,5 ‰. Lapisan termoklin spesifik memiliki dua lapisan, Pada lapisan
termoklin atas gradian suhu menurun lebih cepat dibandingkan lapisan
termoklin bawah (Iskandar dkk., 2013). Variasi Suhu Permukaan Laut (SPL)
dapat menggambarkan, selain stratifikasi horizontal untuk alur
ruaya/migrasi ikan-ikan pelagis, juga mengindikasikan adanya penaikan
massa air dari bawah (up welling).
Up welling menjadikan kawasan perairan sangat produktif karena
massa air dari laut dalam yang mengandung nutrient terangkat ke
permukaan kemudian selanjutnya digunakan oleh phytoplankton untuk
berkembang-biak. Pola penyebaran upwelling pada musim timur dimulai
pada bulan Juni (tahun 2009 dan 2010) dan memuncak di bulan Agustus
serta berakhir pada bulan Oktober. Hasil pola distribusi spasial SPL dan
konsentrasi klorofil-a di selatan perairan Selat Makassar pada musim timur
juga nunjukkan bahwa pola penyebarannya bergerak ke arah barat daya
dengan total stimasi luasan mencapai ± 46.000 km2 (Inaku, 2015).
Illahude (1970) menjelaskan bahwa selama angin musim tenggara
(Agustus) upwelling terjadi secara rutin di Selat Makassar bagian Selatan.
Pada periode yang hampir bersamaan, Di Selat Makassar, spot-spot
penangkapan ikan pelagis terjadi umumnya pada bulan Jun, Juli, Agustus
dan September (Dokumen Rencana Zonasi, 2017).
Di laut Flores, pergerakan massa air melewati sebelau utara dan
selatan Pulau Selayat. Pola pergerakan arus lebh bervariasi pada bulan
Januari, arus bergerak dari arah barat ke timur. Pada bulan Februari- April
terjadi perbedaan arah pergerakan arus antara bagian utara Pulau Selayar
yang bergerak ke barat, sedangkan bagian selatan P. Selayar bergerak ke
arah timur. Pada bulan Mei - Desember arus seluruhnya bergerak dari arah
barat ke timur. Pola arus global di Kawasan Taka Bone Rate umumnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Saat musim Barat, arus permukaan
di kawasan mengalir ke arah Timur dengan kecepatan 33 - 50 cm /det. Pada

16
awal musim Timur (April), arus permukaan mengalir ke arah Barat dengan
kecepatan lemah, 12 - 38 cm/det (RPTN, 1997).
Suhu permukaan bulan Mei ratarata 28,4°C dan salinitas 33,6 ‰.
Suhu dan salinitas perairan Pulau Selayar pada musim timur berturut-turut
lebih rendah 2°C dan lebih tinggi 0,5 ‰ dibandingkan pada musim
peralihan 1. Perbedaan nilai kecepatan arus rata-rata cenderung lebih
dipengaruhi oleh kondisi pasang surut lokal, sedangkan kondisi suhu dan
salinitas yang berbeda diduga dipengaruhi oleh fenomena upwelling dan
faktor klimatik lokal seperti curah hujan, angin, dan debit aliran sungai
(Bayhaqy dkk., 2017).
Di Teluk Bone, pada bulan Januari sampai April, arus bergerak dari
arah tenggara masuk ke pesisir timur dengan kecepatan 25-40 cm/s
berputar menyusur pinggiran teluk ke bagian barat dengan kepatan yang
melemah menjadi 5 cm/s. Sementara pada bulan Mei sampai Desember,
arah arus dari tenggara langsung menuju bagian barat Teluk kemudian
berputar ke arah timur di dalam teluk dan menyusur pinggirana barat ke
timur.
Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut di Sulawesi Selatan
diindikasikan dengan kenaikan tinggi muka laut (TML), kenaikan suhu dan
asidfikasi. dan Estimasi kenaikan tinggi muka laut (TML) dilakukan dengan
menggunakan data altimeter dan model. Hasil analisa dengan
menggunakan tren analysis menunjukkan bahwa kenaikan TML di
Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan berkisar antara 0,2 cm/tahun
sampai 1 cm/tahun. Kenaikan TML tertinggi terjadi di Samudera Pasifik,
sebelah utara Pulau Papua, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan TML
di Samudera Hindia pola arus geostrofik akan lebih mendominasi
dibandingkan dengan kondisi sekarang. Sementara itu, kenaikan TML
mempengaruhi pola arus dan kerentanan bahaya erosi, perubahan garis
pantai dan mereduksi daerah wetland (lahan basah) di sepanjang pantai.
Ekosistem lahan basah di daerah pantai mungkin akan mengalami
kerusakan jika tingkat kenaikan tinggi dan suhu muka air laut melebihi batas

17
maksimal dari kapasitas adaptasi biota pantai. (Sofian dan Nahib, 2010).
Perubahan iklim ternyata telah mengubah dinamika upwelling di pantai. Jika
pada tahun 1950-1999 jarang ditemukan adanya hipoksia dan
anoksia (berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut dalam kolom air), maka
sejak tahun 2000 hingga 2005 telah terjadi peningkatan jumlah kejadian
hipoksia. Bahkan di tahun 2006 ditemukan terjadinya anoksia di inner-shelf
(Levitus et. al., 2000).

1.3 Proses Penyusunan DIKPLHD Provinsi Sulawesi Selatan


1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data dan informasi yang
melibatkan 21 Kabupaten dan 3 Kota yang ada dalam wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan. Kabupaten yang terlimbat dalam penyusunan dokumen
ini adalah Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Sidrap, Pinrang, Luwu, Wajo,
Bone, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Selayar, Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Gowa, Luwu Utara, Luwu Timur, Enrekang, Tana Toraja dan Toraja Utara.
Sementara 3 Kota yang terlibat adalah Kota Makassar, Pare-Pare dan
Palopo. Pengumpulan data dan informasi pada lingkup wilayah tersebut
dilakukan secara bottom up dan juga top down. Data dan informasi yang
berasal dari bottom up dilakukan pengumpulan dari 24 kab/kota tersebut
diatas, sedangan yang berasal dari top down dilakukan pengumpulan
melalui perangkat daerah dan instansi vertikal yang ada ditingkat provinsi.

1.3.2 Ruang Lingkup Substansi


Lingkup kegiatan pada penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya
terbagi atas 5 tahap utama yaitu tahap persiapan, tahap pengkajian
(analisis data), tahap perumusan isu-isu perioritas; tahap analisis kinerja,
pengembangan inovasi dan perumusan rekomendasi, dan tahap
pendokumentasian. Adapun uraian secara rinci dari keseluruhan tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :

18
a. Tahap Persiapan
- Menyusun kerangka acuan kerja
- Membentu Pokja Penyusunan DIKPLHD Sulsel
- Identifikasi Pemangku Kepentingan
b. Tahap Pengkajian (Analisis Data)
- Pengumpulan Data
- Penginputan tabel dan pengisian aplikasi SIKLHD
- Analisis Data Tabel
- Studi Literatur.
c. Tahap Perumusan Isu-Isu Perioritas
- Pengumpulan Isu-Isu Lingkungan dari Kab/Kota, Perangkat Daerah
Tingkat Provinsi dan Pokja penyusunan DIKPLHD.
- Pemusatan Isu-Isu Lingkungan
- Penetapan Isu-Isu Perioritas dengan DPISR.
d. Tahap Analisis Kinerja Pengelolaan Lingkungan, Pengembangan Inovasi
dan Rekomendasi.
- Analisis keberhasilan pengelolaan lingkungan
- Identifikasi Inovasi dalam Pengelolaan LH
- Perumusan Rekomendasi
e. Pendokumentasi
- Penyusunan Laporan
- Pemaparan Hasil

1.3.3 Pendekatan dan Metodologi


Pada penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan pendekatan yang digunakan
tidak hanya berupa kajian teknokratik namun juga lebih bersifat partisipatif
dan kolaboratif. Pendekatan teknoratik dilakukan melalui analisis data oleh
para pakar atau ahli sesui disiplin ilmu berdasarkan data yang telah
dikumpulkan oleh pokja. Sementara pendekatan partisipatif dan kolaboratif
dilakukan pada tahap persiapan, pengumpulan data, perumusan isu-isu
perioritas dan perumusan rekomendasi. Melalui pendekatan yang

19
partisipatif dan kolabortaif ini dipercaya akan menghasilkan dokumen yang
lebih baik, dikarenakan data dan informasi yang disajikan lebih akuntabel.
Selain itu pelibatan multipihak dalam proses penyusunan DIKPLHD akan
meningkatkan kapasitas dan kepedulian para pihak dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun metodologi yang
digunakan untuk melaksanakan tahapan-tahapan penyusunan DIKPLHD ini,
secara umum dibagi dua yaitu metode dialog melalui konsultasi publik
(FGD) dan analisis data.

1.3.3.1 Metode Dialog dan Konsultasi Publik


DIKPLHD bukanlah kajian teknokratik/ilmiah semata, melainkan juga
proses partisipatif yang mengutamakan keterlibatan masyarakat. Dengan
demikian, proses penyusunan DIKPLHD sarat dengan proses negosiasi
untuk mengelola komunikasi. Menjadi penting bagi siapapun yang akan
terlibat untuk mempunyai kemampuan mengembangkan dialog, diskusi,
konsultasi publik, dan bahkan konflik. Pada prakteknya, pengembangan
teknik dialog/komunikasi harus dirancang prosesnya dengan sangat cermat.
Mekanisme dialog dan pengambilan keputusan menjadi sangat penting jika
prosesnya menyangkut perwakilan institusi. Cara pelaksanaan DIKPLHD
yang tepat sangat dipengaruhi bagaimana masyarakat dan pemangku
kepentingan diidentifikasi. Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan adalah:
1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan penyusunan DIKPLHD;
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
PPLH;
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh
publik;
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan

20
tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyusunan
DIKPLHD.
Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan yang
representatif dapat diawali dengan pemetaan pemangku kepentingan
(stakeholder analysis). Pemetaan ini untuk membantu pemilihan pemangku
kepentingan yang tidak saja berpengaruh, tetapi juga mempunyai tingkat
kepentingan yang tinggi terhadap kebijakan, rencana, dan/atau program
yang akan dirumuskan serta peduli terhadap lingkungan hidup. Selain itu
pemangku kepentingan juga berbeperan dalam penyediaan data DIKPLHD.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, pada pelaksanaan dan
penyusunan penyusunan DIKPLHD dilakukan identifikasi masyarakat dan
pemangku kepentingan yang dilibatkan. Hasil identifikasi tersebut
diperlihatkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.3. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan yang dilibatkan
Masyarakat/Lembaga/Instansi/Pem
Posisi dan Peran
angku Kepentingan
Pembuat keputusan a. Gubernur Sulawesi Selatan
dan/atau penyusunan
b. Wakil Gubernur Sulawesi Selatan
kebijakan, rencana
dan/atau program
Lembaga/instansi terkait a. DPRD Sulsel
b. Dinas Tata Ruang dan Pemukiman
c. Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup
d. Bappeda
e. BPS
f. Dinas Kehutanan
g. BKSDA
h. Badan Penanggulangan Bencana
i. BMKG
j. Dinas Kesehatan
k. BPN
l. Dinas ESDM
m. Dinas Perkebunan
n. Balitbangda
o. Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah
p. Dinas PU
q. Dinas Pertanian dan Perkebunan
r. Dinas Perhubungan

21
Masyarakat/Lembaga/Instansi/Pem
Posisi dan Peran
angku Kepentingan
s. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
t. Dinas Kelautan dan Perikanan
Masyarakat yang memiliki a. LSM Lingkungan
informasi dan/atau b. Tokoh Masyarakat
keahlian perorangan c. Perguruan Tinggi
informasi dan/atau d. Tenaga ahli perguruan tinggi
keahlian
(perorangan/tokoh/kelom
pok)
Masyarakat yang terkena a. Asosiasi Pedagang
dampak b. Nelayan
c. Petani
d. Tokoh Masyarakat
e. Lembaga Adat

Berdasarkan hasil identifikasi masyarakat dan pemangku


kepentingan, ditentukan teknik konsultasi publik atau teknik komunikasi
yang sesuai dalam pelaksanaan penyusunan DIKPLHD ini. Teknik
komunikasi yang dipilih untuk melibatkan masyarakat dalam penyusunan
DIKPLHD ini adalah konsultasi publik. Konsultasi publik dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi, menjaring masukan dan merumuskan
kesepakatan bersama. Untuk membangun komunikasi dan dialog agar
proses penyusunan DIKPLHD berjalan efektif, maka dipersiapkan dan
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan tertulis secara ringkas, lengkap dan jelas;
2. Menentukan waktu dan tempat secara tepat;
3. Melakukan presentasi secara jelas dan tegas; tidak berkesan
menggurui; dan
4. Menyediakan moderator atau fasilitator yang handal dan efektif serta
dapat diterima oleh para pemangku kepentingan.
Untuk mempermudah dalam membangun keterlibatan para pihak
dalam proses konsultasi publik maka digunakan beberapa media fasilitasi
seperti penggunaan kertas meta plan, kertas flip chard, dan papan flip
chard. Selain itu dilakukan diskusi dalam bentuk kelompok yang terfokus

22
(focus group discussion) untuk membahas beberapa isu secara khusus
dengan anggota yang terbatas daripada model diskusi publik terbuka
(public hearing). Kelebihan metode ini agar diskusi mengenai beberapa isu
spesifik dapat dilakukan secara khusus dan tajam dengan peserta yang
terbatas, sehingga dialog dan pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan lebih efektif. Dengan cara ini, keberatan publik atas hasil
penyusunan diharapkan dapat ditanggapi melalui dialog yang konstruktif.

1.3.3.2 Metode Analisis Data


Proses Analisa dilakukan dilakukan pada beberapa tahap, khususnya
pada tahap analisis data tabel DIKPLHD dan penentuan isu-isu perioritas,
dimana teknik analisa yang digunakan antara lain :
a. Analisis skoring dengan skala likert
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi,
sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa
atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang
biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering digunakan untuk riset
yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif. Skala likert
digunakan pada proses penentuan isu perioritas.
b. Analisis DPSIR (Driver - Pressure-State -Impact-Response)
Analisa DPISR digunakan guna mengidentifikasi dampak dan resiko
terhadap lingkungan di Provinsi Sulawesi Selatan. DPSR merupakan metode
dalam melakukan analisis sistem untuk mengamati masalah lingkungan dan
menemukan akar permasalahan beserta mengidentifikasi resiko dari
dampak yang telah ditimbulkan. DPSIR secara terminologi merupakan cara
penilaian terhadap perkembangan sosial & ekonomi (Driver) dalam
mengendalikan tekanan (Pressure) terhadap lingkungan dan, sebagai
konsekuensinya, adalah bentuk (State) dari perubahan lingkungan. Hal ini
akan menyebabkan dampak (Impact) pada sistem sosial yang pada

23
akhirnya menimbulkan respon (Response) masyarakat sebagai umpan balik
terhadap Driver/Pressure/State/Impact.
c. Analisis kualitatif (deskriptif comparatif)
Analisa kualitatif digunakan dalam analisis kinerja untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan dan perumusan alternative rekomendasi
penyempurnaan kebijakan kedepannya. Secara umum analisa kualitatif
yang digunakan pada kajian ini adalah teknik analisa deskriptif comparative
dengan membandingkan teori-teori mengenai pembangunan berkelanjutan
yang ada dikaitkan dengan kondisi wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam analisa
kualitatif. Landasan teori yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan
dimanfaatkan sebagai pilar topangan dalam bahasan Analisa yang disusun.
Landasan teori bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang
latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Analisa
kualitatif berawal dari dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu deskripsi berdasarkan hasil
komparasi sumber – sumber yang menjadi landasan.

1.4 Maksud dan Tujuan Penyusuan DIKPLHD


Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan
kecenderungan kondisi lingkungan dimana pelaporan yang rutin dan akurat
akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat secara
ilmiah bagi publik, masyarakat umum termasuk juga beberapa kelompok
masyarakat. dengan kepentingan tertentu, sekolah dari tingkat dasar
sampai tingkat lanjut, kelompok industri, pengambil keputusan, perencana
dan pengelola sumber daya alam, media cetak, dan elektronik, serta
lembaga Internasional.
Adapun tujuan secara umum yang diperoleh dari penyusunan
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah :
a. Telah tersedianya referensi dan data dasar, tentang kondisi dan
kecenderungan perubahan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi

24
Selatan, sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan
pada semua tingkat dalam rangka mempertahankan proses ekologis
serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
b. Meningkatnya mutu informasi lingkungan hidup sebagai bagian dari
sistem pelaporan publik dan bentuk akuntabilitas yang merupakan
amanah dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
c. Telah tersedianya media peningkatan kesadaran dan pemahaman akan
kecenderungan kondisi lingkungan bagi setiap pihak, baik dari
masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah, untuk senantiasa
memelihara dan menjaga kualitas lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi
Selatan serta mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan.
d. Memfasilitasi pengukuran kemajuan kinerja pengelolaan lingkungan
sehingga pelaporan keadaan lingkungan yang berhasil, telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan antara lain :
 Merumuskan kebijakan dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018-2023 dan Rencana Strategis Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023.
 Sumber analisis data base pada tahapan penyusunan KLHS dan
Dokumen Lingkungan lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.5 Ruang Lingkup Penulisan DIKPLHD


Adapun ruang lingkup penulisan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ini meliputi 5 bab,
antara lain :
BAB I Mengemukakan secara umum latar belakang, profil Sulawesi
Selatan, gambaran singkat penyusunan dan perumusan isu
prioritas, maksud dan tujuan penulisan serta ruang lingkup
penulisan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah.

25
BAB II Memuat informasi analisis Driver, Pressure, State, Impact dan
Response isu lingkungan hidup daerah yang meliputi tata guna
lahan, kualitas air, kualitas udara, resiko bencana, dan perkotaan
BAB III Memuat informasi isu prioritas lingkungan hidup daerah, termasuk
perumusan isu prioritas yang prosesnya dimulai dari tahapan
penyaringan isu hingga proses analisis untuk menetapkan isu
prioritas.
BAB IV Mengemukakan inovasi daerah dalam pengelolaan lingkungan
hidup muatan yang ada berisi inisiatif – inisiatif yang dilakukan
oleh kepala daerah dalam meningkatkan kualitas lingkungan
hidup.
BAB V Memuat simpulan dan saran tindak lanjut termasuk implikasi
kepada kebijakan kepala daerah.

26
1
BAB II

(Analisis Driving Force, Pressure, State, Impact, dan Response


Isu Lingkungan Hidup Daerah)

Kondisi Lingkungan Hidup Sulawesi Selatan yang dikaji dalam Status


Lingkungan Hidup Daerah ini adalah mencakup kondisi komponen
lingkungan sumberdaya alam: Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati,
Air, Udara, Pesisir Pantai dan Laut, Iklim, dan Bencana Alam. Perubahan
kondisi komponen lingkungan hidup tersebut akan ditinjau dalam kurun
waktu tertentu (sesuai data yang tersedia) sehingga dapat diketahui secara
aktual kondisi terkini dan kecenderungan perubahannya.

2.1. Tata Guna Lahan


Kawasan hutan di Sulawesi Selatan lebih kurang 58,30 % dari total
luas provinsi seluas 2.725.796 Ha. Isu utama terkait dengan lahan dan
hutan Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak
mengalami perubahan, yaitu:

1. Alih fungsi lahan (okupasi)/pemanfaatan kawasan hutan untuk kegiatan


non kehutanan serta kaitannya dengan penurunan Gas Rumah Kaca
(GRK).
2. Lahan kritis yang cukup luas di beberapa daerah yang belum diikuti upaya
rehabilitasi yang signifikan yaitu Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara,
Gowa.
3. Kerusakan hutan pada kabupaten/kota.

2
2.1.1. Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan (Lahan Utama).
Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik
secara permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok
sumberdaya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan
disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya
baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya. Dalam
rangka pembangunan nasional dan sektoral pengelolaan sumber daya lahan
dan aspek pendukungnya menempati posisi yang semakin penting.
Kenyataan ini ditunjukkan dengan makin tingginya kegiatan pemerintah dan
masyarakat yang langsung berhubungan dengan fungsi lahan. Penggunaan
lahan berubah menurut ruang dan waktu,hal ini disebabkan karena lahan
sebagai salah satu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Bertambahnya jumlah manusia yang
mendiami permukaan bumi diikuti perkembangan kegiatan usaha dan
budayanya maka semakin bertambah pula tuntutan kehidupan yang
dikehendaki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin
meningkatnya kebutuhan manusia akan persediaan lahan yang cukup untuk
menopang kehidupan manusia diatasnya, maka diperlukan usaha –usaha
pengelolaan penggunaan lahan.
Analisis perubahan penggunaan lahan sangat penting karena
penggunaan lahan tersebut bersifat dinamis. Secara berkala cepat atau
lambatnya aspek penggunaan lahan akan dipengaruhi oleh faktor alam dan
karakter manusia didalamya. Pinggiran kota adalah daerah yang
mempunyai sifat dualistik, yaitu mempunyai sifat kekotaan dan sifat
kedesaan. Pada umumnya daerah piggiran kota akan mengalami
perkembangan fisik cukup signifikan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Perkembangan kota adalah suatu proses perubahan keadaan
perkotaan dari suatu keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda.
Penggunaan lahan utama yang paling dominan di Sulawesi Selatan
berupa lahan kering (2.101.105,59 Ha), hutan (1.333.799,57 Ha), sawah
(665.445,51 Ha), badan air (238.068,16 Ha), non pertanian (104.767,32

3
Ha), dan Perkebunan (59.711,39 Ha). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Baja et al. (2011), perubahan penggunaan lahan di Provinsi Sulawesi
Selatan yang cukup besar terjadi untuk 2 dekade yang lalu adalah dari
semak dan kebun menjadi persawahan, dan hanya sebahagian kecil untuk
permukiman dan industri. Namun, akhir-akhir ini perubahan penggunaan
lahan kebun dan semak termasuk persawahan telah banyak terjadi, dan
umumnya menjadi kawasan perkotaan, khususnya permukiman dan
industri. Berdasarkan penelitian tersebut dinamika tersebut sangat
ditentukan oleh beberapa faktor pendorong (driving faktor), diantaranya (i)
factor aktor, (ii) faktor fisik, (iii) faktor ekonomi, (iv) faktor social budaya,
dan (v) factor institusional dan kebijakan.
Kabupaten Bone merupakan daerah yang memiliki lahan kering
terluas (296.318,98 Ha), kemudian disusul Kabupaten Luwu Utara
(493.215,69 Ha) dan Luwu Timur (360.434,04 Ha). Bukan hanya itu,
Kabupaten Luwu Utara (493.215,69 Ha) dan Luwu Timur (360.434,04 Ha)
juga merupakan Kabupaten yang memiliki luas kawasan hutan yang
terbesar di Sulawesi Selatan, serta Luwu Timur yang mendominasi luas
lahan badan air (92.172,19 Ha) dan luas lahan non pertanian (18.044,64
Ha). Sementara untuk persawahan yang memiliki potensi penghasil padi
terbesar yaitu Kabupaten Wajo (111.882,92 Ha) dan Kabupaten Bone
(97.436,47 Ha).

4
Persentase Menurut Penggunaan Lahan Utama

90,00

80,00

70,00

60,00
Persentase (%)

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

Persentase Lahan Non Pertanian (%) Persentase Lahan Sawah (%) Persentase Lahan Kering (%)
Persentase Lahan Perkebunan (%) Persentase Lahan Hutan (%) Persentase Lahan Badan Air (%)

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-2 (a) DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.1.1. Persentase Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

5
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makassar
Gambar 2.1.2. Peta Penggunaan Lahan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

6
2.1.2. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian
Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia,
baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan
disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material
maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya. Pola penggunaan
lahan mencerminkan kegiatan manusia dari wilayah yang mendukungnya.
Semakin tinggi kegiatan masyarakat maka semakin cepat pula terjadinya
perubahan-perubahan penggunaan lahan. Evolusi penggunaan lahan di
Indonesia selalu dimulai dari wilayah lahan yang lingkungan fisiknya
alamnya paling baik. Setelah wilayah dengan lingkungan fisik alamnya
paling baik itu habis dimanfaatkan, lalu bergerak ke lahan yang marjinal.
Dalam prosesnya, perubahan bentuk penggunaan lahan pertanian
senantiasa berkaitan erat dengan ekspansi atau perluasan kawasan
perkotaan sebagai wujud fisik dari proses urbanisasi. Faktor non fisik yang
memberikan pengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di wilayah
pinggiran kota, yaitu faktor sosial, faktor kultural, faktor sarana dan
prasarana, dan faktor kebijakan pemerintah
Klasifikasi kelas penggunaan lahan dilakukan berdasarkan hasil
interpretasi citra secara visual .Hasil interpretasi data citra satelit tersebut
adalah penutup/penggunaan lahan yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tubuh air merupakan semua kenampakan perairan, termasuk dalam
klas ini adalahsungai, danau dan empang.
2. Hutan, seluruh hutan yang tumbuh dan berkembang pada habitat
lahan kering maupun lahan basah/ payau.
3. Tegalan/ladang, merupakan area yang digunakan untuk kegiatan
pertanian dengan jenis tanaman semusim di lahan kering.
4. Perkebunan/kebun, lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian
tanpa pergantian tanaman selama dua tahun.
5. Pemukiman dan tempat kegiatan, areal atau lahan yang digunakan
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

7
tempat kegiatan yang mendukung kehidupan, dicirikan oleh adanya
substitusi penutup lahan yang bersifat alamaiah atau semialami oleh
penutup lahan yang bersifat artifisial dan sering kedap air.
6. Sawah, areal pertanian yang digenangi air atau diberi air, baik
dengan teknologi pengairan, tadah hujan, maupun pasang surut.
Areal pertanian dicirikan oleh pola pematang, dengan ditanami jenis
tanaman berumur pendek (padi).
7. Lainnya termasuk dalam klas ini adalah penutup lahan berupa
semak/belukar, padang rumput, dan tanah terbuka.
Setiap daerah mempunyai aturan masing-masing yang menetapkan
suatu kawasan. Dilhat pada gambar di bawah ini, pada tahun 2016 yang
mengalami peningkatan perubahan lahan yaitu pada sawah dan pada tahun
2017 yaitu pemukiman. Sementara yang mengalami penurunan yaitu pada
tahun 2016 pertanian lahan kering campur semak, dan pada tahun 2017
yaitu tanah terbuka. Luas sawah pada tahun 2016 (454.946,06 Ha) dan
pada tahun 2017 (502.008,93 Ha). Selain itu pemukiman juga mengalami
peningkatan yaitu dari 20.691,82 Ha pada tahun 2016 menjadi 28.245,05
Ha pada tahun 2017. Selanjutnya untuk yang mengalami penurunan yaitu
lahan kering campur semak 486.087,80 Ha (2016) menjadi 442.077,58 Ha
(2017), juga untuk tanah terbuka pada tahun 2016 seluas 1.723,77 Ha
menjadi 738,31 pada tahun 2017.

8
-60.000,00
-40.000,00
-20.000,00
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
Badan Air
Bandara/Pelabuhan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Mangrove Primer
Hutan Mangrove Sekunder
Hutan Tanaman
Pemukiman
Perkebunan
Pertambangan
Pertanian

Pertanian Lahan Kering


Pertanian Lahan Kering Campur…
Rawa
Savana
Sawah
Semak Belukar
Luas Perubahan Penggunaan di Lahan

Semak Belukar Rawa


Tambak

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-13 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Tanah Terbuka
Transmigrasi
20,00
40,00
60,00

-80,00
-60,00
-40,00
-20,00
0,00

Badan Air
Bandara/Pelabuhan
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Mangrove Primer
Hutan Mangrove Sekunder
Hutan Tanaman
Pemukiman
Perkebunan
Pertambangan
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur…
Lahan Pertanian

Rawa
Gambar 2.1.3. Persentase Perubahan Penggunaan Lahan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Savana
Sawah
Semak Belukar
Semak Belukar Rawa
Persentase Perubahan Penggunaan di

Tambak
Tanah Terbuka
Transmigrasi
9
Sumber: Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makassar
Gambar 2.1.4. Peta Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2018

10
2.1.3. Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya
Luas kawasan hutan di Sulawesi Selatan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No.SK.434/Menhut-II/2009 Tanggal 23 Juli 2009 dan
Perda No.9 Tahun 2009 Tentang RTRWP Sulsel seluas ±2.610.803,92 Ha
atau sekitar 58,32 % dari Total Wilayah Sulsel, yang Berdasarkan Fungsinya
terdiri atas 8 yaitu Hutan Produksi (640.577,03 Ha), Hutan Lindung
(1.219.934,74 Ha), Hutan Nasional (43,556.72 Ha), Hutan Wisata Alam
(22,837.20 Ha), Hutan Buru (4.159,37 Ha), Cagar Alam (91.228,59 Ha),
Suaka Margasatwa (2.673,21 Ha), Taman Hutan Raya (4.203,01 Ha).
Berdasarkan Status Hutan terdiri atas 5 yaitu Hutan Negara/Kawasan Hutan,
Hutan Hak/Hutan Rakyat, Hutan Kota, Taman Hutan Raya (4.203,01 Ha),
Taman Keanekaragaman Hayati.

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-3 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.5. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi dan Statusnya di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018

2.1.4. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan


Lahannya
Luas kawasan lindung di Sulsel berdasarkan RTRW baik yang
didaratan maupun di perairan adalah 1.872.503,16 Ha(sumber : Tabel-1
(a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018). Dari total kawasan lindung
tersebut, luas hutan lindung adalah kawasan lindung terluas yaitu
1.219.934,74 Ha. Kemudian diikuti kawasan Taman Nasional dan Taman

11
Nasional Laut Seluas 472.553,95 Ha. Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam
Laut seluas 91.228,59 Ha. Kawasan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata
Alam Laut seluas 66.279,71 Ha. Kawasan Rawan Banjir seluas 15.673,59
Ha. Kawasan Taman Buru seluas 4.159,37 Ha. Dan kasawan yang terkecil
adalah Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut yaitu seluas
2.673,21 Ha.

Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRWP

Kawasan Hutan Lindung

Suaka Margasatwa dan Suaka


Margasatwa Laut
Cagar Alam dan Cagar Alam
Laut
Taman Nasional dan Taman
Nasional Laut
Taman Wisata Alam dan
Taman Wisata Alam Laut
Kawasan Rawan Banjir

Taman Buru

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-1 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.6. Persentase Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

Tutupan lahan pada setiap kawasan lindung diperlihatkan pada


Tabel-1 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018, umumnya penutupan lahan
berupa lahan vegetasi sekitar 70,40%, kemudian area terbangun 0,22%,
tanah terbuka 2,63%, dan badan air 26,75%. Pada kawasan hutan lindung
93,55% tutupan lahannya berupa lahan vegetasi dan sisanya area
terbangun 0,26%, tanah terbuka 3,94%, dan badan air 2,25%. Hal ini
menggambarkan bahwa pada kawasan hutan lindung telah terdapat
berbagai aktivitas masyarakat baik berupa penambangan, dan pemukiman.
Meningkatnya aktivitas masyarakat disekitar kawasan lindung didorong oleh
kegiatan perambahan hutan atau alih fungsi lahan yang dilakukan
masyarakat di sekitar kawasan hutan.

12
Persentase Tutupan Lahan Kawasan Lindung

Taman Buru
Kawasan Rawan Banjir
Taman Wisata Alam dan Taman Wisata…
Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa…
Kawasan Hutan Lindung

- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Vegetasi Area Terbangun Tanah Terbuka Badan Air

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-1 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.7. Persentase Penutupan Lahan untuk Setiap Kawasan Lindung di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

Untuk kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut,


Cagar Alam dan Cagar Alam Laut, Kawasan Rawan Banjir, dan Kawasan
Taman Buru masing-masing persentase luas penutupannya didominasi oleh
tutupan vegetasi yaitu 100%, 99,16%, 89,11% dan 99,99%. Hal ini
menggambarkan bahwa kawasan tersebut diatas masih memiliki penutupan
lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Berbeda halnya dengan kawasan
Taman Nasional dan Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam dan Taman
Wisata Alam Laut yang memang kawasannya sebagian besar di perairan
jadi tutupan lahannya didominasi badan air.
Untuk luas kawasan budidaya berdasarkan RTRW di Sulawesi selatan
sekitar 2,011,293.17 Ha. Bila dibandingkan dengan kawasan lindung maka
luas kawasan budidaya lebih besar dibandingkan kawasan lindung. Tutupan
lahan di Kawasan budidaya masih didominasi oleh lahan vegetasi yaitu
mencapai 90,59%, kemudian diikuti Badan Air 5,47% dari luas total
kawasan Budidaya (sumber : sumber : Tabel-1 (b) DIKPLH Provinsi Sulsel
Tahun 2018). Tutupan lahan vegetasi pada kawasan budidaya umumnya
berupa perkebunan, perkebunan campuran, sawah, dan hutan.

13
Sumber: - Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makassar
- RTRWP Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019
Gambar 2.1.8. Peta Penutupan di Setiap Kawasan Lindung Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

14
2.1.5. Lahan Kritis
Istilah lahan kritis dipakai untuk menyebut kondisi suatu lahan yang
telah mengalami degradasi sehingga lahan tersebut tidak bisa menjalankan
fungsinya. Suatu lahan dinilai sebagai lahan kritis bila usaha untuk
mengambil manfaat dari produktivitasnya tidak sebanding dengan hasil
produksinya. Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah,
bahkan dapat terjadi hasil produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada
biaya produksinya. Lahan kritis bersifat tandus, gundul, dan tidak dapat
digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat
rendah. Lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi
lingkungan sebagai akibat dari berbagai jenis pemanfaatan sumber daya
lahan yang kurang bijaksana. Dampak lahan kritis sesungguhnya tidak
hanya pemunduran sifat-sifat tanah, namun juga mengakibatkan
penurunan fungsi konservasi, fungsi produksi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan
kritis, adalah sebagai berikut.
1. Genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai dan rawa-
rawa.
2. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah bayangan hujan.
3. Erosi tanah atau masswasting yang biasanya terjadi di daerah
dataran tinggi, pegunungan, dan daerah miring lainnya.
4. Pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi baik di dataran
tinggi, pegunungan, daerah yang miring maupun di dataran rendah.
5. Masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian,
misalnya plastik. Plastik dapat bertahan 200 tahun di dalam tanah
sehingga sangat mengganggu kelestarian lahan pertanian.
6. Terjadinya pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau
pegunungan yang sangat tinggi.
7. Masuknya zat pencemar (misal pestisida dan limbah pabrik) ke dalam
tanah sehingga tanah menjadi tidak subur.

15
Pemetaan lahan kritis sangat penting untuk dilakukan agar
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi bisa dilaksanakan secara optimal dan
permasalahan yang ditimbulkan dari keberadaan lahan kritis bisa teratasi.
Lahan yang dianalisis tingkat kekritisannya di bagi menjadi dua, yaitu lahan
yang ada di dalam kawasan hutan maupun lahan yang berada di luar
kawasan hutan. Kawasan hutan yang dimaksud adalah kawasan hutan
produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Sedangkan untuk kelas lahan
kritis dianalisis berdasarkan kelas kategori kritis dan sangat kritis.
Untuk Provinsi Sulawesi Selatan luas lahan yang berada dalam
kategori kelas kritis di dominasi oleh lahan yang berada diluar kawasan
hutan dengan total luas 375.949,05 ha. Sedangkan lahan yang berada
didalam kawasan hutan seluas 23.445,91 ha. Namun berbeda halnya
dengan kelas kategori yang sangat kritis, luas lahan pada kategori ini di
dominasi oleh lahan yang berada didalam kawasan hutan dengan luas
393.548,29 ha. Hal ini perlu perhatian menjadi perhatian khusus oleh
Provinsi Sulawesi Selatan kepada daerah yang memiliki lahan kritis dan
melakukan upaya-upaya perbaikan agar luas lahan kritis tersebut bisa
berkurang. Berikut ini adalah persentase lahan kritis yang ada didalam
kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan.

Luas Lahan Kritis di Dalam Luas Lahan Sangat Kritis di


dan Luar Kawasan Hutan Dalam dan Luar Kawasan
Hutan

Hutan Produksi Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Lindung


Hutan Konservasi Luar Kawasan Hutan Hutan Konservasi Luar Kawasan Hutan

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-6 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.9. Persentase Lahan Kritis dan Sangat Kritis di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

16
Untuk Kabupaten/Kota yang tergolong kritis diperoleh 5
kabupaten/kota yang paling luas dibanding daerah lainnya yaitu Kabupaten
Luwu Timur (7.319,08 Ha), Kabupaten Bone (3.016,34 Ha), Kabupaten
Bulukumba (2.777,35 Ha), Kabupaten Gowa (2.593,12 Ha) dan Kabupaten
Pinrang (2.095,92 Ha). Selain dari yang telah disebutkan di atas, juga
terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang tergolong dalam kerusakan
kawasan hutan yang sangat kritis, diantaranya Kabupaten Tana Toraja
(55.920,46 Ha), Kabupaten Bone (46.711,53 Ha), dan Kabupaten Gowa
(40.790,58 Ha). Tabel di bawah ini menunjukkan luas lahan kritis di dalam
dan luar kawasan hutan Provinsi Sulawesei Selatan.

17
Tabel 2.1.1. Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
No Kabupaten/ Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Penyebab
Kota Hutan Hutan Hutan Luar Hutan Hutan Hutan Luar Lahan Kritis
Produksi Lindung Konservasi Kawasan Produksi Lindung Konservasi Kawasan
Hutan Hutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Bantaeng - - - 11.130,59 3.044,67 317,81 - 64,04 N/A
2 Barru 6,95 - - 15.116,19 6.462,84 19.520,99 - 6.291,26 N/A
3 Bone 1.423,35 1.592,99 - 24.611,08 33.342,98 13.320,67 47,87 22.042,27 N/A
4 Bulukumba - 2.777,35 - 25.559,86 1.376,23 1.207,60 - 4.370,98 N/A
5 Enrekang 125,90 273,20 - 29.336,46 4.240,10 21.135,93 - 16.696,66 N/A
6 Gowa 862,85 166,58 1.563,69 9.329,67 30.956,91 8.653,00 1.180,68 2.622,54 N/A
7 Jeneponto 14,86 124,80 - 5.879,87 324,77 3.886,42 60,16 9.380,32 N/A
8 Luwu - 32,65 - 46.583,56 6.870,35 12.002,12 - 14.787,18 N/A
9 Luwu Timur 6.951,57 343,38 24,13 5.502,15 17.576,86 11.823,17 635,81 9.353,40 N/A
10 Luwu Utara 434,95 209,81 - 25.820,78 15.790,34 8.129,63 - 5.751,29 N/A
11 Makassar - - - 463,96 - - - 353,66 N/A
12 Maros 91,15 4,00 37,19 15.037,98 15.070,65 4.782,37 4.703,53 2.753,58 N/A
13 Palopo - 98,59 - 4.876,85 70,01 836,60 459,23 58,97 N/A
14 Pangkep 182,37 61,29 33,47 4.768,41 3.354,07 4.741,51 6.454,62 3.778,99 N/A
15 Parepare 60,73 61,49 - 1.091,66 200,74 1.436,11 - 34,25 N/A
16 Pinrang 2.095,92 - - 5.879,90 10.699,56 20.098,24 - 10.987,28 N/A
17 Selayar - - - 10.564,96 1,46 421,26 - 4.001,63 N/A
18 Sidrap 904,69 207,86 231,53 12.018,99 8.967,15 2.976,62 - 2.271,56 N/A
19 Sinjai - 693,54 - 26.154,13 2.693,40 6.183,11 222,77 1.226,04 N/A
20 Soppeng 1,59 670,79 - 15.039,44 3.802,63 5.803,08 697,13 5.441,66 N/A
21 Takalar - 3,51 - 1.700,90 2.918,34 387,11 - 5.198,20 N/A
22 Tana Toraja 837,41 5,14 - 42.394,78 12.241,80 43.678,65 - 14.442,97 N/A
23 Toraja Utara - - - 24.943,50 - 4.625,30 - 8.596,96 N/A
24 Wajo 123,19 121,44 - 12.144,29 2.628,45 484,86 - 434,48 N/A
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-6 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

18
Sumber: Olahan Data Lahan Kritis Tahun 2018 dan Arahan Ruang Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.1.10. Peta Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

19
2.1.6. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Sebagai provinsi maritim (pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), Sulawesi
Selatan memiliki pesisir dan pantai yang cukup panjang mulai dari pantai
Barat, Selatan, hingga pantai Timur atau dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi
Selatan, 18 kabupaten/kota diantaranya ditetapkan sebagai kabupaten/kota
pesisir pantai dan laut. Sebagai provinsi pesisir pantai dan laut, Sulawesi
Selatan memiliki kekayaan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang
dengan segala keanekaragaman hayati yang hidup pada ketiga tipe
ekosistem pesisir pantai dan laut yang dimaksud. Kelangsungan hidup
kekayaan alam mangrove, padang lamun, dan terumbu karang banyak
bergantung pada kualitas air perairan yang pada umumnya tercemar baik
oleh limbah domestik, limbah industri, maupun karena peralihan fungsi dan
pengelolaan lahan pertanian yang tidak sesuai dengan persyaratan
pengelolaan lingkungan.
2.1.6.1. Mangrove
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumberdaya
alam pesisir yang potensial, baik sumberdaya alam hayati maupun non
hayati. Diantara sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove,
perikanan, terumbu karang dan lain sebagainya. Sedangkan sumberdaya
non hayati di antaranya adalah mineral dan bahan tambang. Wilayah pesisir
merupakan daerah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan yang
memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Potensi tersebut disertai dengan
kemudahan aksesibilitas, sehingga wilayah pesisir dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan. Sumberdaya pesisir memiliki peran penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk
meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan
penduduk. Salah satu wilayah pesisir yang berperan penting dalam
pembangunan adalah hutan mangrove. Keberadaan hutan mangrove ini
merupakan ciri khas dari wilayah pesisir yang ada di daerah tropis dan sub
tropis. Dari sekitar 16.9 juta hektar hutan mangrove yang ada di dunia,
sekitar 27 persen berada di Indonesia. Hutan mangrove tersebut

20
memberikan manfaat dan fungsi yang penting bagi kelangsungan hidup
manusia sebagai pengguna sumberdaya. Keberadaan hutan mangrove
memberikan kontribusi yang besar bagi manusia dan pembangunan serta
keberlangsungan hewan yang hidup di dalamnya atau sekitarnya, bahkan
bagi mahluk hidup yang hanya tinggal untuk sementara waktu. Secara
ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik,
seperti penahan ombak, angin dan intrusi air laut, serta merupakan tempat
perkembangbiakan bagi berbagai jenis kehidupan laut seperti ikan, udang,
kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lainnya. Arti penting hutan
mangrove dari aspek sosial ekonominya dapat dibuktikan dengan kegiatan
masyarakat memanfaatkan hutan mangrove untuk mencari kayu dan juga
sebagai tempat wisata alam. Selain itu, hutan mangrove dapat menjadi
sumber pendapatan masyarakat nelayan dan petani tepian pantai yang
kehidupannya sangat tergantung kepada sumberdaya alam dari hutan
mangrove (Harahab, 2010).
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa Kabupaten Luwu Timur
kemudian Kabupaten Luwu Utara yang masing masing seluas 18.922,00 Ha
dan 16. 538,00 Ha yang memiliki luas dan kerapatan tutupan mangrove
yang terbesar. Untuk luasan wilayah dan kerapatan mangrove terkecil yaitu
pada Kabupaten Pare-pare (22,00 Ha) dan Kabupaten Bantaeng (58,00).
Dampak menurunan luasan kawasan mangrove terututama adalah
menurunnya secara drastis produktifitas perikanan, terutama jenis kepiting
dan krustaceae lainnya. Selain itu, degradasi mangrove juga mengurangi
fungsi proteksi terhadap kekuatan hidro-oseanografi sehingga sebagian
besar kawasan pesisi daratan mengalami abrasi dan intrusi air laut.

21
Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove

20.000,00
18.000,00
16.000,00
14.000,00
Luas (ha)

12.000,00
10.000,00
8.000,00
6.000,00
4.000,00
2.000,00
-
Bantaeng

Makassar
Barru
Selayar

Jeneponto

Luwu Timur
Sinjai
Takalar

Wajo

Luwu

Palopo
Bone

Maros
Pinrang
Bulukumba

Parepare
Luwu Utara
Pangkep
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-10 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.11. Luas Mangrove di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.1.6.2. Padang Lamun


Lamun adalah tumbuhan berbunga (spermatophyte) yang telah
beradaaptasi sepenuhnya untuk hidup di laut. Lamun tumbuh di perairan
dangkal zona intertidal hingga daerah subtidal dengan kedalaman 40 m.
Sekitar 60 jenis lamun,saat ini, diketahui tersebar di seluruh dunia. Jenis
lamun tersebut dikelompokkan ke dalam enam familia dan 12 genus. Tujuh
genus diantaranya tersebar di daerah tropis. Di Indonesia, lamun tumbuh
membentuk tegakan monospesifik yang didominasi oleh satu spesies
tunggal atau membentuk komunitas campuran (mixed meadows) dengan
jumlah jenis lamun berkisar antara 2 spesies hingga 8 spesies.
Total keseluruhan jenis lamun yang ditemukan di Indonesia saat ini
berjumlah 12-13 spesies. Komunitas lamun berkembang di perairan
dangkal, membentuk suatu habitat yang disebut Padang Lamun. Habitat ini
menjadi tempat tinggal bagi berbagai jenis organisme laut. Struktur tiga
dimensi yang dibentuk oleh kanopi, rhizoma dan akar lamun menjadi
tempat menetap, berlindung, mencari makan, kawin, bertelur, memijah,
membesarkan anak dan bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut.
Secara fisik, lamun mampu menstabilkan substrat (sedimen), menahan
ombak dan menyerap bahan pencemar. Namun pada kenyataanya saat ini
kerusakan lamun sudah sangat banyak terjadi yang dapat menyebabkan

22
tidak seimbangnya ekosistem di lautan.
Kerusakan terbesar terlihat di Kabupaten Pangkep (1.813,00 Ha),
Luwu Timur (64,88 Ha), Bulukumba (22,51 Ha), Takalar (5,00 Ha) dan
Pinrang (2,20 Ha). Penyebab utama kerusakan kawasan padang lamun
adalah kegiatan reklamasi, penggalian pasir, sedimentasi, abrasi,
tumpukan sampah padat, dan limbah cair. Secara agregat peningkatan
kegiatan antropogenik yang menyebabkan tingginya kekeruhan (TSS) yang
secara langsung menggangu kesehatan padang lamun (Amri dkk., 2007).
Pengaruh sampah laut terhadap kondisi padang lamun di P2K Sulawesi
Selatan sudah mencapai pada tahap mengkhawatirkan (Mandasari, 2014).
Hasil Penelitian Mandasari (2017) menunjukkan bahwa sampah laut yang
yang menutupi lamun mengakibatkan penurunan penutupan lamun,
kerapatan lamun, perubahan warna daun lamun, serta menghambat
pertumbuhan lamun khususnya jenis Halodule uninervis.

Luas Padang Lamun Provinsi Sulawesi Selatan

4.000,00

3.500,00

3.000,00

2.500,00
Luas (ha)

2.000,00

1.500,00

1.000,00

500,00

-
Barru
Bantaeng

Luwu Timur
Jeneponto
Selayar

Luwu

Sinjai
Bone
Wajo
Takalar

Pinrang

Maros

Parepare
Palopo

Makassar
Bulukumba

Luwu Utara
Pangkep

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-11 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.12. Luas Padang Lamun di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

23
Persentase Kerusakan Padang Lamun Provinsi
Sulawesi Selatan

100,00
90,00
Persentase (%)
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
Selayar

Barru

Luwu Timur
Bantaeng

Sinjai
Jeneponto

Wajo

Luwu

Maros
Takalar

Bone

Pinrang

Makassar
Parepare
Palopo
Bulukumba

Luwu Utara
Pangkep

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-11 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.13. Persentase Kerusakan Padang Lamun di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

2.1.6.3. Terumbu Karang


Terumbu karang adalah batuan sedimen kapur yang terbentuk dari
kalsium karbonat yang dihasilkan oleh biota laut penghasil kalsium
karbonat yang kemudian tersedimentasikan. Sedimentasi yang terjadi pada
terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Didalam dan sekitar
terumbu karang hidup beraneka ragam biota yang umumnya merupakan
hewan avertebrata. Hewan – hewan tersebut adalah seperti crustacea, siput
dan kerang-kerangan, bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut dan
leli laut, ikan – ikan kecil, ular laut, penyu laut, ganggang dan juga
alga. Berbagai manfaat dapat dihasilkan oleh terumbu karang tetapi perlu
diatur pengelolaannya karena terumbu karang merupakan ekosistem laut
dangkal yang ada pada iklim tropis yang paling kompleks dan produktif
tetapi juga merupakan ekosistem yang paling rentan terhadap perubahan
lingkungan dan juga daya dukung yang terbatas.
Terumbu karang banyak memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan dan lingkungan biota yang hidup di sekitarnya dan juga bagi
kehidupan manusia. Nerdasarkan manfaat yang diberikan, manfaat
terumbu karang dibagi menjadi tiga kategori. Diantaranya adalah:

24
1. Manfaat terumbu karang secara ekologi dapat diartikan sebagai
manfaat terumbu karang dalam hal hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya.
2. Secara sosial terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai
penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian agar ekosistem di
dalamnya dan sekitarnya, serta tumbuhan dan hewan laut yang ada
dalam ekosistem terumbu karang tersebut dapat lebih dikenal
sehingga mudah untuk dipelajari. Hal ini akan sangat bermanfaat
sebagai pengetahuan agar tindakan pengelolaan dan pelestarian
yang dilakukan terumbu karang lebih tepat sehingga kerusakan
terumbu karang dapat diatasi dengan mudah.
3. Terumbu karang secara ekonomi, yaitu terumbu karang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi masyarakat, baik masyarakat
lokal maupun masyarakat asing yang ingin melihat keindahan yang
dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Selain itu, manfaat secara
ekonomi juga dapat dilihat dari terumbu karang merupakan tempat
hidup dan berkembangbiaknya berbagai jenis ikan yang dapat
ditangkap untuk kebutuhan pangan manusia.
Luas kawasan terumbu karang di Provinsi Sulawesi Selatan seluas
lebih dari 128.881,12 Ha. Terumbu karang khususnya di Sulawesi Selatan
juga terdapat di beberapa daerah pesisir, yang terluas tutupan lahan
dengan kondisi terumbu karang yang paling baik yaitu pada Kabupaten
Selayar (74.722,00 Ha dengan persentase tutupan sebesar 79,64% dan
dengan luas kerusakan 13.146,20 Ha), kemudian Kabupaten Pangkep
(22.664,00 Ha dengan persentase 0,50% dan dengan luas kerusakan
sebesar 187,00 Ha). Umum kerusakan terumbu karang disebabkan oleh
destructive fishing, utamanya penggunaan bom ikan dan bius ikan.
Penggunaan bom ikan sudah digunakan nelayan di Sulewesi Selatan sejak
tahun 1948 (Pet-Soede, 1998). Menurut Ditjen Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan (2016),
pelanggaran destructive fishing tertinggi terjadi di Perairan Sulawesi

25
Selatan. Hasil penelitian Asri (2017) dalam Satria (2017) menyebutkan
bahwa bahan peledak bom ikan (Pupuk Cap Matahari) dipasok dari Malaysia
melalui Belitung, Kep. Kangean, P. Sabalana dan kemudian tiba di
Takabonerate (Kab. Selayar). Selanjutnya, Koordinator Nasional Destuctive
Fishing Watch Indonesia, Moh. Abdi menyebutkan bahwa 64% nelayan di
Kepulauan Spermonde mengangkap ikan dengan merusak lingkungan, 68%
di antaranya menggunakan bom, 27% bius dan 5% pelaku keduanya
(Berita-Sulsel.Com, 2016). Secara umum, kondisi terumbu karang yang
tergolong baik sebesar 62,07%; sedang sebesar 23,77%; dan dalam kondisi
rusak sebesar 15,15%.

Luas Tutupan Terumbu Karang Provinsi Sulawesi


Selatan

100.000,00
80.000,00
Luas (ha)

60.000,00
40.000,00
20.000,00
-
Barru

Luwu Timur
Bantaeng
Jeneponto

Sinjai
Selayar

Wajo
Takalar

Luwu
Bone

Maros
Pinrang

Palopo

Parepare
Bulukumba

Makassar
Luwu Utara
Pangkep

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-11 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.14. Luas Tutupan Terumbu Karang
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Persentase Kondisi Terumbu Karang di Provinsi


Sulawesi Selatan

Rusak ; 15,15

Sedang ; 23,77
Baik ; 61,07

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-11 (a) DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.1.15. Persentase Kondisi Terumbu Karang
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

26
2.1.7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering

Hasil evaluasi kerusakan tanah di lahan kering di 11 (sebelas) lokasi


kabupaten Pangkep secara umum hasil pemantauan masih dapat
digolongkan sebagai status tidak melebihi baku mutu kecuali 2 parameter
yaitu ketebalan solum dan derajat pelulusan air. Secara umum disemua
lokasi pemantauan memiliki status kerusakan tanah rusak ringan. Jenis
tanah dan sistem pengelolaan lahan mempunyai dampak pada kerusakan
lahan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan dan analisis tanah
menunjukkan beberapa parameter melewati ambang baku kerusakan
tanah, yaitu: parameter ketebalan solum dan derajad pelulusan air.

Tabel 2.1.2 Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kabupaten Bantaeng


Ambang kritis erosi Besaran Erosi Status
No parameter
(PP 150/2000) (mm/ 10 tahun) Melebihi/tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 25 cm Tidak
2 kebatuan permukaan > 40% 25% Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid 10% Tidak
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 75% Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,09 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 40% Tidak
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 6 cm/Jam Tidak
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 7,6 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 3,4 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV - Tidak
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - Tidak

Tabel 2.1.3. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kepulauan Selayar


Ambang kritis erosi Besaran Erosi Status
No parameter
(PP 150/2000) (mm/ 10 tahun) Melebihi/tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 30 cm Melebihi
2 kebatuan permukaan > 40% 0,20% Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid - -
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,914 Melebihi
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,04 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,9811 Melebihi
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 5 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,1033 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV 286 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - -

27
Tabel 2.1.4. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering Kepulauan Selayar
Ambang kritis erosi Besaran Erosi Status
No parameter
(PP 150/2000) (mm/ 10 tahun) Melebihi/tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 26 cm Melebihi
2 kebatuan permukaan > 40% 0,024 Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid - -
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,7805 Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,13 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,9286 Melebihi
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 6,77 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,1434 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV 349 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - -

Tabel 2.1.5. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Kering di Kabupaten Pangkep


Ambang kritis erosi Besaran Erosi Status
No parameter
(PP 150/2000) (mm/ 10 tahun) Melebihi/tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm - -
2 kebatuan permukaan > 40% - -
3.A komposisi fraksi < 18% koloid 0,32 Tidak
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,37 Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 1,48 gr/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,64 Tidak
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 6,04 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,506 Tidak
9 Redoks < 200 mV 37 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah 2,7 x 10⁵ Tidak
Keterangan: (-) Tidak di lakukan pengukuran
Sumber: Lampiran Tabel DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Provinsi Sulawesi Selatan, sesuai hasil pengukuran yang dilakukan,


maka di peroleh data yang dapat kita lihat pada tabel 2.1.2 s/d 2.1.5 di
atas. Data di atas menjelaskan bahwa ada beberapa wilayah yang tercatat
terjadi kerusakan tanah pada lahan kering di antaranya adalah Kabupaten
Bantaeng, Kabupaten Selayar dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep).
Ketebalan solum kemungkinan besar disebabkan karena kondisi
tanah yang kering, sehingga menyebabkan solum tanah menjadi tipis.
Langkah untuk memperdalam solum tanah dapat dilakukan dengan
membuat terasering atau menanam tanaman keras dan tanaman penutup
tanah.

28
Parameter permeabilitas tanah atau derajad pelulusan air
dipengaruhi oleh tingkat ruang pori tanah dan kemampatan tanah. Derajad
pelulusan air yang di luar ambang baku kerusakan adalah tanah yang
mempunyai nilai di bawah ambang baku. Hal ini menunjukkan bahwa
derajad pelulusan airnya rendah sehingga air limpasan permukaan (run off)
akan meningkat yang akan meningkatkan erosi. Jika erosi berlangsung
besar maka akan berakibat pada kerusakan tanah. Langkah untuk
memperbaiki permeabilitas tanah atau infiltrasi tanah dapat dilakukan
dengan cara pengolahan tanah dan pemberian bahan organik.

2.1.8. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air.


Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut di Sulawesi Selatan
diindikasikan dengan kenaikan tinggi muka laut (TML), kenaikan suhu dan
asidfikasi. dan Estimasi kenaikan tinggi muka laut (TML) dilakukan dengan
menggunakan data altimeter dan model. Hasil analisa dengan
menggunakan tren analysis menunjukkan bahwa kenaikan TML di
Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan berkisar antara 0,2 cm/tahun
sampai 1 cm/tahun. Kenaikan TML tertinggi terjadi di Samudera Pasifik,
sebelah utara Pulau Papua, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan TML
di Samudera Hindia pola arus geostrofik akan lebih mendominasi
dibandingkan dengan kondisi sekarang. Sementara itu, kenaikan TML
mempengaruhi pola arus dan kerentanan bahaya erosi, perubahan garis
pantai dan mereduksi daerah wetland (lahan basah) di sepanjang pantai.
Ekosistem lahan basah di daerah pantai mungkin akan mengalami
kerusakan jika tingkat kenaikan tinggi dan suhu muka air laut melebihi batas
maksimal dari kapasitas adaptasi biota pantai. (Sofian dan Nahib, 2010).
Perubahan iklim ternyata telah mengubah dinamika upwelling di pantai. Jika
pada tahun 1950-1999 jarang ditemukan adanya hipoksia dan anoksia
(berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut dalam kolom air), maka sejak
tahun 2000 hingga 2005 telah terjadi peningkatan jumlah kejadian hipoksia.
Bahkan di tahun 2006 ditemukan terjadinya anoksia di inner-shelf (Levitus
et. al., 2000).

29
Tabel 2.1.6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018
Besaran
Ambang Kritis Erosi Status
No. erosi
Tebal Tanah (PP 150/2000) Melebihi/
(mm/10
(mm/10 tahun) Tidak
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 < 20 cm 0,2 – 1,3 0,5 Tidak
2 20 - < 50 cm 1,3 - < 4 3 Tidak
3 50 - < 100 cm 4,0 - < 9,0 5 Tidak
4 100 – 150 cm 9,0 – 12 10,5 Tidak
5 > 150 cm > 12 10 Tidak
Sumber : Lampiran Tabel 7 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

BE SAR AN E R OSI
(M M / 10 T AH UN)
10,5 10
5
3
0,5

< 20 CM 20 - < 50 CM 50 - < 100 CM 100 – 150 CM > 150 CM

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 7 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.1.16. Grafik Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 7 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.1.17. Diagram Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Berdasarkan grafik dan diagram diatas, dapat dilihat bahwa tanah


yang mengalami erosi paling besar adalah pada tanah dengan ketebalan

30
100-150 cm, sedangkan tanah dengan tebal <20 cm adalah adalah tanah
yan mengalami erosi palig kecil. Kerusakan tanah di lahan kering akibat
erosi air tahun 2018 untuk Provinsi Sulawesi Selatan dapat digambarkan
berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2017 hingga pada tahun 2018,
dimana berdasakan hasil uji laboratorium, menunjukan pada tebal tanah <
20 cm besaran erosi mencapai 0,5 mm/10 tahun, pada tebal tanah 20 - <
50 cm besaran erosi mencapai 3 mm/10 tahun, pada tebal tanah 50 - <
100 cm besaran erosi 5 mencapai mm/10 tahun, dan pada tebal tanah 100-
150 cm besaran erosi mencapai 10,5 mm/10 tahun, serta pada tebal tanah
> 150 cm besaran erosi mencapai 10 mm/10 tahun. Secara umum hasil
menunjukkan bahwa besaran erosi tidak melebihi ambang kritis erosi untuk
semua tebal tanah. Hal tersebut juga sudah berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 150 Tahun 2000.

2.1.9. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah


Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini, namun
merupakan sistem yang sangat penting bagi alam seperti pembuluh darah
bagi seluruh bentang alam. Kekayaan alamnya sangat besar dan penting
untuk kehidupan manusia. Lahan basah berfungsi sebagai sumber dan
pemurni air, pelinding pantai dan penyimpan karbon terbesar di planet ini.
Lahan basah juga sangat penting untuk pertanian dan perikanan. Oleh
karenanya dunia tanpa lahan basah seperti dunia tanpa air.

Tabel 2.1.7. Evaluasi Kerusakan Tanah Lahan Basah di Sulawesi Selatan Tahun 2018
Ambang kritis Hasil Status
No Parameter
(PP 150/2000) Pengamatan Melebihi/tid
(1) (2) (3) (4) (5)
> 35 cm/ tahun untuk ketebalan gambut ≥ 3 m atau
1 Subsidensi gambut di atas pasir kuarsa - -
10%/ 5 tahun untuk ketebalan gambut< 3 m
20 cm dengan
2 Kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah < 25 cm dengan pH ≤ 2,5 Tidak
pH 2.0
3 Kedalaman air tanah dangkal > 25 cm 20 cm Tidak
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Pemantauan kerusakan tanah di lahan basah pada Tahun 2018


mengambil lokasi di Kabupaten Pangkep. Hasil pemantauan menunjukkan

31
untuk parameter kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah adalah
20 cm dengan pH 2,0, dan kedalaman air tanah dangkal adalah 20 cm.
Secara umum hasil pemantauan tersebut masih berada dibawah ambang
kritis baku mutu kerusakan tanah di lahan basah sesuai Peraturan
Pemerintah No. 150 Tahun 2000, sementara parameter subsidensi gambut
atau pasir kuarsa tidak ada data karena di Provinsi Sulawesi Selatan tidak
memiliki Lahan Gambut.

2.1.10. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis


Bahan Galian yang ada.
Ancaman utama terhadap ekosistem estuaria di Sulawesi Selatan
adalah pencemaran dan pendangkalan. Ancaman pencemaran di ekosistem
estuaria Sulawesi Selatan umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga,
indutri tepi sungai dan pertanian di kawasan hulu sungai. Menurut UNEP
(1990), lebih dari 80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir
dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat. Pencemran di kasawan
estuaria Teluk Laikang, Kab. Takalar akibat industri PLTU (Fatma, 2014).
Sementara ancaman pendangkalan dari sedimentasi umumya disebabkan
oleh kegiatan penambangan (galian-C) dan kerusakan sempadan sungai.

Tabel 2.1.8. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian yang ada Di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Luas Ijin Usaha Luas Produksi


Jenis Bahan Nama Lokasi
No. Penamba-ngan Areal (Ton/
Galian Perusahaan Penambangan
(Ha) (Ha) Tahun)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PT. Indokal 21,00 554,04 Kabupaten Maros
1 Marmer N/A
Prima Jaya
PT. Dayacayo 35,00 84.214,00 Kabupaten
2 Marmer N/A
Astritama Pangkep
PT. Celebes 14,30 18,41 Kabupaten
3 Marmer N/A
Marmerindo Pangkep
PT. Graha
Kabupaten
4 Marmer Tunggal Tata 32,81 N/A 1.073,34 Pangkep
Persada
PT.
Kabupaten
5 Marmer Marmerindo 25,00 N/A 49,13 Pangkep
Kuari Abadi
PT. Makmur
6 Marmer Agung 13,00 N/A 84,99 Kabupaten Maros
Perkasa

32
Luas Ijin Usaha Luas Produksi
Jenis Bahan Nama Lokasi
No. Penamba-ngan Areal (Ton/
Galian Perusahaan Penambangan
(Ha) (Ha) Tahun)
PT. Wutama 46,00 1.354,58 Kabupaten
7 Marmer N/A
Tri Makmur Pangkep
PT. Muliya 41,70 3.637,08 Kabupaten
8 Marmer N/A
Visindo Pangkep
CV. 40,15 40.435,29 Kabupaten Gowa
9 Tanah Urug N/A
Pa'Bentengan
CV. Bulu 17,03 7.014,38 Kabupaten Maros
10 Tanah Urug N/A
Tamangura
CV. Sudarman 5,00 812,24 Kabupaten
11 Tanah Urug N/A
Putra Sidrap
Sdr. Hj.
Kabupaten
12 Sirtu Nurhaeda Dg. 16,92 N/A 23.837,40 Takalar
Nonang
CV. Usaha 1,00 2.803,98 Kabupaten
13 Sirtu N/A
Maju Enrekang
PT. Vale 70,98 3.490.659 Kab. Luwu Timur
14 Nikel Matte N/A
Indonesia
Biji Nikel PT. Prima 535,60 35.538,00 Kab. Luwu Timur
15 N/A
(Ore) Utama Lestari
PT. Citra
Biji Nikel
16 Lampia 2660,00 N/A 168.503,00 Kab. Luwu Timur
(Ore)
Mandiri
CV. Sudarman 5,00 282,52 Kabupaten
17 Batu Gunung N/A
Putra Sidrap
5,33 9.799,82 Kabupaten
18 Batu Gunung CV. Irwan N/A
Sidrap
5,12 2.688,33 Kabupaten
19 Batu Gunung CV. Wander N/A
Sidrap
9,60 4.440,82 Kabupaten
20 Batu Gunung CV. Wander N/A
Sidrap
Sdr. H. Lasibe 5,00 6.224,21 Kabupaten
21 Batu Gunung N/A
Salihi Sidrap
5,50 9.199,47 Kabupaten
22 Batu Gunung CV. Armin N/A
Sidrap
PT. Semen 280,00 653.806,00 Kabupaten
23 Tanah Liat N/A
Tonasa Pangkep
PT. Semen 22,10 255.537,00 Kabupaten
24 Tanah Liat N/A
Tonasa Pangkep
PT. Semen 269,00 204.496,00 Kabupaten Maros
25 Tanah Liat N/A
Bosowa
PT. Pasir 199,00 46.120,18 Kabupaten Bone
26 Batubara N/A
Walanae
Batu PT. Semen 694,00 2.005.927 Kabupaten Maros
27 N/A
Gamping Bosowa
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 15.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Berdasarkan penjabaran pada tabel diatas, bahwa jenis bahan galin


berupa Marmer banyak ditemukan pada wilayah Kabupaten Pangkep dan
Maros dengan produksi terbesar dilakukan oleh PT. Mulyo Visindo dengan

33
luas ijin usaha sebesar 41,7 Ha dengan produksi Ton/Tahunnya mencapai
3.637,08 Ton/Tahun, sedangkan untuk produksi paling sedikit untuk jenis
bahan galian Marmer dilakukan oleh PT. Celebes Marmerindo dengan luas
ijin usaha penambangan 14,3 Ha dengan jumlah produksi 18,41 Ton/Tahun.
Adapun untuk jenis bahan galian Nikel Matte menjadi jenis bahan galian
tambang dengan nilai produksi terbesar yang ada di Provinsi Sulawesi
Selatan yakni sebesar 3.490.659 Ton/Tahun dengan luas ijin usaha
penambangan seluas 70,98 Ha. Untuk jenis bahan galian tambang berupa
Batu Gunung banyak ditemukan pada Kabupaten Sidrap dengan nilai
prouksi terbesar sebanyak 9.799,82 Ton/Tahun dengan luas ijin usah
penambangan 5,33 Ha yang dilakukan oleh CV. Irwan. Adapun untuk jenis
bahan galian Tanah Liat juga banyak ditemukn pada Kabupaten Pangkep
dan Kabupaten Maros dengan nilai produksi terbesar masing-masing
653.806 Ton/Tahun (Kab. Pangkep) oleh PT. Semen Tonasa dan 204.496
Ton/Tahun (Kab. Maros) oleh PT. Semen Bosowa.

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 15.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.1.18. Produksi (Ton/Tahun) Bahan Galian Tambang di Sulawesi Selatan
Tahun 2018

34
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 15.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.1.19. Luas Ijin Usaha Panambangan (Ha) Bahan Galian Tambang di Sulawesi
Selatan Tahun 2018

2.1.11. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi.


Berdasarkan data yang dikumpulkan dari olahan data Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018, luas areal yang
mengalami penghijaun dan reboisasi tidak mengalami perubahan yang
signifikan pada data tahun 2017. Sehingga data tahun 2017 masih menjadi
data yang digunakan dalam mengukur realisasi Kegiatan penghijauan dan
reboisasi di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018. Berikut tabel
jabaran data realisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi di Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2018
Tabel 2.1.9. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Penghijauan Reboisasi
Realisasi Realisasi
Luas Luas
No. Kabupaten Target Jumlah Target Jumlah
Realisas Realisas
(Ha) Pohon (Ha) Pohon
(Ha) (Ha)
(batang) (batang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kepulauan Selayar N/A 20.000 N/A N/A 0 N/A
2 Bulukumba N/A 20.000 N/A N/A 390.500 N/A
3 Bantaeng N/A 48.000 N/A N/A 176.000 N/A
4 Jeneponto N/A 20.000 N/A N/A 220.000 N/A
5 Takalar N/A 60.000 N/A N/A 51.700 N/A
6 Gowa N/A 22.000 N/A N/A 440.000 N/A
7 Sinjai N/A 0 N/A N/A 192.500 N/A
8 Maros N/A 60.000 N/A N/A 495.000 N/A

35
Penghijauan Reboisasi
Realisasi Realisasi
Luas Luas
No. Kabupaten Target Jumlah Target Jumlah
Realisas Realisas
(Ha) Pohon (Ha) Pohon
(Ha) (Ha)
(batang) (batang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
9 Pangkep N/A 0 N/A N/A 0 N/A
10 Barru N/A 200.000 N/A N/A 280.500 N/A
11 Bone N/A 20.000 N/A N/A 581.900 N/A
12 Soppeng N/A 127.400 N/A N/A 220.000 N/A
13 Wajo N/A 18.800 N/A N/A 0 N/A
14 Sidrap N/A 536 N/A N/A 0,00 N/A
15 Pinrang N/A 20.000 N/A N/A 82.500 N/A
16 Enrekang N/A 140.400 N/A N/A 0 N/A
17 Luwu N/A 65.200 N/A N/A 0 N/A
18 Tana Toraja N/A 48.000 N/A N/A 121.000 N/A
19 Luwu Utara N/A 80.000 N/A N/A 203.500 N/A
20 Luwu Timur N/A 20.000 N/A N/A 33.000 N/A
21 Toraja Utara N/A 0 N/A N/A 0 N/A
22 Makassar N/A 0 N/A N/A 0 N/A
23 Pare-pare N/A 22 N/A N/A 0 N/A
24 Palopo N/A 0 N/A N/A 0 N/A
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Lampiran Tabel 16 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Tabel 2.1.10. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Luas Areal Penghijauan (Ha) Luas Areal Reboisasi (Ha)
No Kabupaten
2016 2018 2016 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kepulauan Selayar 50,00 20.000,00 0,00 0,00
2 Bulukumba 50,00 20.000,00 355,00 390.500,00
3 Bantaeng 120,00 48.000,00 160,00 176.000,00
4 Jeneponto 50,00 20.000,00 200,00 220.000,00
5 Takalar 150,00 60.000,00 47,00 51.700,00
6 Gowa 55,00 22.000,00 400,00 440.000,00
7 Sinjai 0,00 0,00 175,00 192.500,00
8 Maros 150,00 60.000,00 450,00 495.000,00
9 Pangkep 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Barru 500,00 200.000,00 255,00 280.500,00
11 Bone 50,00 20.000,00 529,00 581.900,00
12 Soppeng 318,50 127.400,00 200,00 220.000,00
13 Wajo 47,00 18.800,00 0,00 0,00
14 Sidrap 250,00 535,60 490,00 0,00
15 Pinrang 50,00 20.000,00 75,00 82.500,00
16 Enrekang 351,00 140.400,00 0,00 0,00
17 Luwu 163,00 65.200,00 0,00 0,00

36
Luas Areal Penghijauan (Ha) Luas Areal Reboisasi (Ha)
No Kabupaten
2016 2018 2016 2018
18 Tana Toraja 120,00 48.000,00 110,00 121.000,00
19 Luwu Utara 200,00 80.000,00 185,00 203.500,00
20 Luwu Timur 50,00 20.000,00 30,00 33.000,00
21 Toraja Utara 0,00 0,00 0,00 0,00
22 Makassar - 0,00 0,00 0,00
23 Pare-pare 0,00 22,10 0,00 0,00
24 Palopo 0,00 0,00 0,00 0,00
2.724,50 990.357,70 3.661,00 3.488.100,00
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 16.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Berdasarkan uraian data pada tabel diatas, bahwa kabupaten yang


mengalami perubahan luas areal penghijauan terbesar terdapat pada
Kabupaten Barru dengan luas penghijauan dari 500 Ha ditahun 2016
menjadi 200.000 Ha ditahun 2018. Data tersebut menandakan bahwa
terjadi perubahan hingga mencapai 199.500 Ha pada Kabupten Barru untuk
areal penghijauannya. Sementara untuk areal reboisasinya juga mengalami
peningkatan yang cukup besar dari 255 Ha menjadi 280.500 Ha, sehingga
besaran penambahan luas areal reboisasinya mencapai 280.245 Ha. Namun
untuk kabupaten dengan perubahan luas areal reboisasi terbesar terjadi di
Kabupaten Bone yakni dari 529 Ha ditahun 2016 berubah menjadi 581.900
Ha pada tahun 2018. Sedangkan untuk Kabupaten Bone, perubahan areal
reboisasi yang besar tidak disertai dengan perubahan areal
penghijauannya, Kabupaten Bone hanya mengalami perubahan areal
penghijauan sebesar 19.950 Ha dari tahun 2016 hingga tahun 2018. Dan
untuk kabupaten yang tidak mengalami perubahan signifikan atau
perbuahan luas yang kecil terhadap areal penghijauan terdapat di Kota
Parepare dan Kabupaten Sidrap yang masing-masingnya mengalami
perubahan/bertambah seluas 22 Ha (Kota Parepare) dan 285,6 Ha
(Kab.Sidrap). Khusus pada Kabupaten Sidrap mengalami penurunan areal
reboisasi mencapai 490 Ha dan menjadi satu-satunya wilayah yang
mengalami penurunan areal reboisasi di Sulawesi Selatan pada tahun 2018.

37
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 16.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.1.20. Realisasi Penghijauan di Sulawesi Selatan Tahun 2016-2018

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 16.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.1.21. Realisasi Reboisasi di Sulawesi Selatan Tahun 2016-2018

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 16.1 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.1.22. Perbandingan Perubahan Luas Areal Penghijauan dan Reboisasi di


Sulawesi Selatan Tahun 2016-2018

38
2.1.12. Keadaan Flora dan Fauna
Sulawesi Selatan memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) tipe
ekosistem yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati, yakni : (1)
Tipe Ekosistem Dataran Tinggi-Pegunungan, (2) Tipe Ekosistem Dataran
Rendah-Pedalaman, dan (3) Tipe Ekosistem Pesisir Pantai dan Laut. Dari
dua tipe ekosistem yang disebutkan pertama ditemukan tidak kurang dari
64 spesies fauna dan 149 spesies flora dilindungi.
Data yang bersumber dari Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam
Provinsi Sulawesi Selatan (2015 - 2018) tidak terdapat perubahan jumlah
spesies flora dan fauna dilindungi, kecuali jumlah spesies dalam status
dilindungi atau endemik yang mengalami perubahan. Ada spesies yang
berstatus dilindungi atau endemik ditemukan menurun (khususnya dari
golongan hewan menyusui, burung, serangga, dan keong), tetapi ada juga
spesies yang berstatus dilindungi atau endemik yang ditemukan meningkat
(khususnya ari golongan : reptil, ikan, dan tumbuh-tumbuhan).
a. Fauna

16

14

12

10

0
Mamalia Burung Reptil Ikan Serangga
Terancam 7 7 0 0 0
Dilindungi 8 15 7 0 4

Sumber: Di olah dari lampiran tabel 4 DIKPLH Sulsel tahun 2018


Gambar 2.1.23. Jumlah Spesies Hewan (Fauna) yang Dilindungi Berdasarkan Golongan
di Sulsel Tahun 2018

39
Pada jenis Fauna golongan: (1)
Mamalia ditemukan 8 (delapan) spesies yang
berstatus dilindungi, termasuk tiga
diantaranya berstatus endemik berurut dari
yang pertama, yakni: Anoa depressicomis,
Anoa quariesi, Babyrousa babyrussa dan di
temukan 7 hewan yang berstatus terancam.
(2) Burung ditemukan 15 (lima belas)
spesies yang berstatus dilindungi, termasuk
Gambar: Cacatua Sulphurea satu diantaranya berstatus endemik-berurut
dari yang pertama, yakni: Aramidopsis platen dan 7 hewan yang berstatus
terancam. (3) Reptil ditemukan 7 (tujuh) spesies yang berstatus dilindungi
dan tidak ditemukan hewan yang berstatus terancam. (4) Ikan tidak
ditemukan spesies yang berstatus dilindungi, dan juga tidak di temukan
hewan yang terancam. Kemudian (5) Serangga ditemukan 4 (empat)
spesies dilindungi, yakni: Cethosia myrina, Troides haliphron, Troides
Helena, dan Troides hypolitus dan tidak di temukan hewan yang berstatus
terancam. Visualisasi jumlah dan persentase fauna tersebut di atas dapat
dilihat pada Grafik. Di atas.
b. Flora

7
6
5
4
3
2
1
0
Tanaman Keras Palem dan Orchidaceae Nephentaceae
Paku-pakuan
Dilindungi 1 0 0 3
Terancam 7 2 1 3

Sumber: Di olah dari lampiran tabel 4 DIKPLH Sulsel tahun 2018


Gambar 2.1.24. Jumlah Spesies Tumbuhan (Flora) yang Dilindungi Berdasarkan
Golongan di Sulsel Tahun 2018

40
Selanjutnya pada jenis Flora (tumbuhan)
juga dapat dikelompokkan berdasarkan
golongan (lihat Grafik) : (1) Tanaman Keras dari
44 spesies, tidak ditemukan spesies dilindungi
dengan 7 (tujuh) spesies terancam termasuk
empat diantaranya berstatus endemik-berurut
dari yang pertama, yaitu : Diosypros celebica,
Colona celebica, Macademia hildebrandill
Gambar: Acriopsis odorata Steenis, Ficus minahasea Miq, Agathis sp.,
Diosypros macrophylla, Diosypros buxifolia, Durio, Shorea spp., Palaquium
spp., Anthocephallus spp., Syzigium spp., Cananga spp., Spondias spp.,
Terminalia spp., Aquilaria filarial, Tectona grandis, Ceiba pentandra, Ficus
benjamina, Ficus geacarpa, Gracinia balica, Gracinia dulculis,
Gymnacranthera bancana, Lithocarpus celebius, Manikara fasciculate,
Ormosia calavensis, Pometia pinnata, Alstonia scholaris, Delphacea glabra,
Tabernaemontana sphaerocarpa, Chionanthus ramifora, Colona celebica,
Gynnostoma sumatrana, Macademia hildebrandill Steenis, Lagestroemia
speciosa, Gronophyllum microcarpum, Callophyllum inophyllum,
Callophyllum soulattria, Dillenia pteropada, Harpullia arborea, Vatica rassak
Pinus spp., Elmerilla spp., Swietenia macrophylla, Mimosops elengi , dan
Samanea saman, (2) Palem dan Paku-pakuan dari 9 (sembilan) spesies
tidak ditemukan spesies yang dilindungi dengan
2 (dua) spesies yang terancam termasuk satu
diantaranya berstatus endemik-urutan
pertama, yaitu : Areca vestiara, Pinanga caesia,
Pinanga celebica, Cyanthea celebica, Cyanthea
contaminans, Cycas rumphii, Borassus
flabellifer, Calamus, dan Arenga piñata, (3)
Orchidaceae dari 6 (enam) spesies tidak
ditemukan spesies yang dilindungi diantaranya
Gambar: Aerides inflexum terdapat 1 (satu) spesies yang terancam.

41
Nama spesies tumbuhan itu yaitu : Abdominea minimiflora, Acanthephipium
splendidum, Acriopsis lilifolia, Aerides inflexum, Acriopsis odorata,
Agrostophyllum bicuspidatum, dan (4) Nephentanceae ditemukan 3 (tiga)
sepsies yang dilindungi dan berstatus terancam yaitu : Nephentes maxima
Ness, Nephentes mirabilis Druce, dan Nephentes tomoiana Dans. Seluruh
spesies fauna dan flora tersebut di atas kondisinya tergolong terancam
seiring dengan semakin rusaknya ekosistem hutan yang merupakan habitat
atau tempat keberlangsungan hidup mereka.

2.1.13. Penangkaran Satwa dan tumbuhan Liar.


Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-
II/2005 tanggal 19 Juli 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa
Liar, penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan
dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan
kemurnian jenisnya.
Tabel 2.1.11. Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Jenis Satwa Yang
No. Nama Perusahaan SK Penangkar
Ditangkar
(1) (2) (5) (7)
1 Ir. H. Muh. Yusuf Gau, MM.MBA SK.1506/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
2 UD. Kopi Luwak Malino SK.273/IV-SET/2013 Binturong
PT. Dinar Darum Lestari
3 SK.53/IV-SET/2015 Kima
Perwakilan Makassar
4 Andi Muh Gian Gilland SK.271/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor

5 H. Sairing Jafar SK.272/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor


6 Baco Ahmad SK. 1262/BBKSDASS-23/2/PF/2015 Rusa timor
7 Kol. Purn. H.A.Asmidin SK. 2033/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
8 H. Mustari, S.P SK.129/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Rusa timor
9 Drs. Insmerda Lebang SK. 802/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
10 Erlin Harry SK. 865/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Rusa timor
Koperasi Pegawai Negeri
11 SK. 391/BBKSDASS-23/2/PF/8/2017 Rusa totol
UNHAS
12 CV. Mitra Hasil Bahari Badi SK. 926/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Kuda laut
13 CV. Paraikatte Abadi SK. 319/K.8/BIDTEK/KSA/7/2018 Kuda laut
14 CV. Kafinnur Assagaf Badi SK. 1563/BBKSDASS-19/2/PF/2013 Kuda laut
15 drg. Danny Permadi, M.Sc SK. 358/BBKSDASS-23/2/PF/2016 Musang Luwak
16 PT. Dinar Darum Lestari SK. 2154/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Kuda laut
17 PT. Dinar Darum Lestari SK. 66/BBKSDASS-23/2/PF/2016 Koral/karang hias
18 CV Rezky Bahari SK.271/BBKSDASS-23/2/PF/5/2017 Koral/karang hias
19 Abdul Hayyi, S.Pd, SH SK. 512/BBKSDASS-23/2/PF/10/2017 Kuda laut
20 Kani SK. 513/BBKSDASS-23/2/PF/10/2018 Kuda laut
21 Ali Butterfly SK.574/BBKSDASS-23/2/PF/12/2017 Kupu-Kupu
Lembaga Budidaya Ikan Nemo
22 SK.130/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Kuda laut
& Kuda Laut Bahari Lestari
23 Tajuddin SK.181/K.8/BIDTEK/KSA/4/2018 Kupu-Kupu
24 PT. Sulotco Jaya Abadi SK. 406/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Musang Luwak
25 PT. Dirga Mega Cipta SK. 131/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Koral/karang hias
Koperasi Tani Ternak SPR
26 SK.439/BBKSDASS-23/2/PF/9/2017 Rusa totol
Karya Sejahterah
Komunitas Tondok Bakaru Anggrek tidak dilindungi
27 SK.299/K.8/BIDTEK/KSA/7/2018
Orchid UU
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 5 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

42
Di Sulawesi Selatan penangkaran satwa dan tumbuhan liar tercatat
27 perusahaan yang melakukan penangkaran dan memiliki surat keputusan
yang sah. Jenis satwadan tumbuhan yang di tangkar antara lain: rusa timor,
rusa totol, binturong, kima, kuda laut, kupu-kupu, musang luwak,
koral/karang hias, dan anggrek yang tidak dilindungi UU.

2.2 Kualitas Air


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, indeks kualitas lingkungan
hidup diukur dari tiga indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas udara,
kualitas air, dan persentase tutupan hutan. Tingkat kualitas masing-masing
parameter diukur dari indeks pencemaran air (IPA), indeks pencemaran
udara (IPU), dan indeks tutupan hutan (ITH). Jika dikaji dari sisi sistem
lingkungan, tiga parameter tersebut saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya, dan bahkan komponen lingkungan airpun berkaitan
dengan tiga komponen tersebut.
Untuk itu berdasarkan analisis DPSIR, maka kualitas air yang ada di
Provinsi Sulawesi Selatan dibagi berdasarkan di Provinsi Sulawesi Selatan
yang sumberdaya airnya cukup luas, meliputi sungai, danau, waduk,
embung dan lainnya.

2.2.1 Kualitas Air Sumur

Kualitas air tanah atau air sumur di Provinsi Sulawesi Selatan secara
umum masih tergolong baik berdasarkan data hasil pemantauan Tahun
2018, namun masih terdapat diantaranya yang tergolong tercemar,
berdasarkan beberapa parameter uji. Secara fisik, kandungan TDS ratarata
masih dibawah baku mutu namun masih terdapat yang nilainya di atas baku
mutu sementara dan TSS ratarata sedikit diatas baku mutu. Kandungan TSS
yang tinggi tersebut diduga karena sebagian sumur penduduk merupakan
sumur dangkal dan secara alamiah bahan tersuspensi mudah merembes ke
dalam badan air, terutama pada musim hujan.

43
Tabel. 2.2.1. Data beberapa parameter kualitas air sumur di Provinsi
Sulawesi Selatan periode tahun 2016 – 2018

Sumber : Diolah dari Tabel SD-14 Buku 2 SLHD Provinsi Sulsel

Kualitas air tanah atau air sumur di Provinsi Sulawesi Selatan secara
umum masih tergolong baik berdasarkan data hasil pemantauan Tahun
2015, namun masih terdapat diantaranya yang tergolong tercemar,
berdasarkan beberapa parameter uji. Secara fisik, kandungan TDS ratarata
masih dibawah baku mutu namun masih terdapat yang nilainya di atas baku
mutu sementara dan TSS ratarata sedikit diatas baku mutu. Kandungan TSS
yang tinggi tersebut diduga karena sebagian sumur penduduk merupakan
sumur dangkal dan secara alamiah bahan tersuspensi mudah merembes ke
dalam badan air, terutama pada musim hujan.

Sumber : Diolah dari Tabel SD-16 Buku 2 SLHD Provinsi Sulsel

Gambar 2.2.1 Kandungan TDS dan TSS air sumur dalam wilayah Provinsi
Walaupun DO masih normal, namun parameter kebutuhan oksigen
(BOD5 dan COD) dalam bebrapa sampel air tampak telah melampaui baku
mutu yang ditetapkan (Gambar 2.19). Hal ini menggambarkan bahwa
limbah domestik atau limbah pertanian/perkebunan masih merupakan
sumber utama pencemaran air tanah terutama bila tidak didukung oleh
sistem drainase yang baik.

44
Sumber : Diolah dari Tabel SD-16 Buku Data SLHD Provinsi Sulsel

Gambar 2.2.2 Nilai parameter DO, BOD5 dan COD dalam air sumur di wialayah
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Kualitas sampel air tanah juga digambarkan oleh kandungan


detergen, minyak dan lemak serta senyawa nitrogen (Gambar 2.20). Dua
parameter pertama tersebut nilainya relatif tinggi dalam beberapa sampel
air yang diuji. Disamping itu, amonia ditemukan pada perariran tertentu
melampau baku mutu sementara nitrat dan nitrit masih relatif rendah.
Limbah domestik tampaknya masih berpengaruh signifikan terhadap
kualitas beberapa sampel air sumur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
disamping adanya sumber lainnya.

Sumber : Diolah dari Tabel SD-16 Buku Data SLHD Provinsi Sulsel

Gambar 2.2.3 Kandungan detergen serta minyak dan lemak air


sumur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

45
2.2.2. Kualitas Air Laut

Hasil pengkajian AMDAL Pelabuhan Makassar, PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dan Status Lingkungan Hidup
Daerah tahun 2016 - 2018 dengan mengambil sampel pada sejumlah titik di pantai Barat Sulawesi Selatan (Muara Kanal
Pannampu, Laut Sekitar PT. IKI, Muara Sungai Jeneberang, Gussung Tallang, dan Pantai Losari), Lihat Tabel 2.2.4, menunjukkan
beberapa variable kualitas air laut memiliki kecenderungan meningkat bahkan ada yang telah melampaui Baku Mutu Nasional
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut,
baik : (1) yang bersifat fisika yakni : kecerahan, kekeruhan, dan residu tersuspensi (TSS), (2) yang bersifat kimia, yakni : fosfat
(PO4-P), amonia total, tembaga (Cu), dan timbal (Pb), maupun (3) yang bersifat microbiologi, yakni coliform.
Tabel. 2.2.2. Kualitas Air Laut Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Amonia Sulfida Minyak
waktu smpling lokasi sampling kecerahan Kekeruhan TSS lapisan temperatur Salinitas BOD COD NO2 NO3 PO4-P (CN- Sianida(C Klor Phenol Pestisida PCB
No nama lokasi Warna bau sampah pH DO (mg/L) total (H2S)(mg/L Bumi
(tgl/bln/thn) (Mt) (M) (NTU) (mg/L) minyak (°c) (%'') (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) )(mg/L) N-)(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L) ) (mg/L)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
Pantai
1 Biota Laut 04-Mei-16 Alami Alami 3 1,56 Tidak ada Tidak ada 30,9 7,85 24,5 7,04 26,4 64,52 0,05 0,01 (-) 0,12 ‹0,01 ‹0,01 (-) (-) ‹0,002 (-) (-)
Pelelangan Ikan
2 Pelabuhan 13-Jul-17 Pantai PT.IKI (-) Normal 2 2,18 6 (-) (-) 29,5 7,73 23,2 7 31,5 76,92 ‹0,05 ‹0,01 0,02 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22490,39 (-) ‹0,002 (-) (-)
3 Pelabuhan 13-Jul-17 PT.KIMA (-) Normal 1 6,09 26 (-) (-) 29,7 7,25 25,1 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21234,38 (-) ‹0,002 (-) (-)
Pabrik Terigu
4 Pelabuhan 13-Jul-17 (-) Normal 3 2,16 10 (-) (-) 30,1 7,72 2,6 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 0,02 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22961,39 (-) ‹0,002 (-) (-)
(PT.Eastern)
Pantai Peti
Kemas (Belakang
5 Pelabuhan 13-Jul-17 (-) Normal 3,5 0 6 (-) (-) 27,9 7,93 24,6 7,2 28,16 68,96 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 19911,36 (-) 3,114 (-) (-)
Pelabuhan
Soeta)
Pantai
6 Wisata Bahari 13-Jul-17 Gapura/Belakang (-) Normal 2 1,38 6 (-) (-) 28 7,92 24,4 7,2 28,16 68,96 ‹0,05 ‹0,01 0,13 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22943,95 (-) 1,844 (-) (-)
MGH
Pantai Arya
7 Wisata Bahari 09-Mei-17 (-) Normal 4 1,13 16 (-) (-) 27,9 7,95 24,7 7,04 35,2 86,21 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 20908,82 (-) 2,256 (-) (-)
Duta(CPI)
Belakang Trans
8 Wisata Bahari 09-Mei-17 (-) Normal 4 1,48 14 (-) (-) 28 7,88 24,7 7,2 28,16 86,96 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22904,05 (-) 1,48 (-) (-)
Maal
9 Wisata Bahari 15-Agu-17 Pantai Akarena 5 Normal (-) (-) 46 (-) (-) 30,8 8,15 26,2 7,04 28,8 (-) ‹0,05 (-) 0,01 ‹0,01 (-) ‹0,01 (-) (-) 0,33 (-) (-)
Pantai Tanjung
10 Wisata Bahari 09-Mei-17 5 Normal 3,5 1,99 14 (-) (-) 28 7,9 24,5 7,04 35,2 86,21 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22586,83 (-) 0,829 (-) (-)
Bayang
11 Wisata Bahari 13-Jul-17
Muara Sungai
5 Normal 1 12,3 18 (-) (-) 29,4 7,56 25,3 7 31,5 76,92 ‹0,05 0,01 0,01 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21675,95 (-)
46
‹0,002 (-) (-)
Tallo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
Pantai
1 Biota Laut 04-Mei-16 Alami Alami 3 1,56 Tidak ada Tidak ada 30,9 7,85 24,5 7,04 26,4 64,52 0,05 0,01 (-) 0,12 ‹0,01 ‹0,01 (-) (-) ‹0,002 (-) (-)
Pelelangan Ikan
2 Pelabuhan 13-Jul-17 Pantai PT.IKI (-) Normal 2 2,18 6 (-) (-) 29,5 7,73 23,2 7 31,5 76,92 ‹0,05 ‹0,01 0,02 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22490,39 (-) ‹0,002 (-) (-)
3 Pelabuhan 13-Jul-17 PT.KIMA (-) Normal 1 6,09 26 (-) (-) 29,7 7,25 25,1 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21234,38 (-) ‹0,002 (-) (-)
Pabrik Terigu
4 Pelabuhan 13-Jul-17 (-) Normal 3 2,16 10 (-) (-) 30,1 7,72 2,6 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 0,02 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22961,39 (-) ‹0,002 (-) (-)
(PT.Eastern)
Pantai Peti
Kemas (Belakang
5 Pelabuhan 13-Jul-17 (-) Normal 3,5 0 6 (-) (-) 27,9 7,93 24,6 7,2 28,16 68,96 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 19911,36 (-) 3,114 (-) (-)
Pelabuhan
Soeta)
Pantai
Amonia Sulfida Minyak
6 Wisata waktu smpling Gapura/Belakang
lokasi sampling kecerahan Kekeruhan TSS lapisan temperatur Salinitas BOD COD NO2 NO3 PO4-P
‹0,01(CN- Sianida(C Klor Phenol Pestisida PCB
No nama Bahari
lokasi 13-Jul-17 (-)
Warna Normal
bau 2 1,38 6 (-)
sampah (-) 28 7,92
pH 24,4 DO (mg/L)
7,2 28,16 68,96 ‹0,05
total ‹0,01 0,13 ‹0,01 (H2S)(mg/L
‹0,01 22943,95 (-)
Bumi 1,844 (-) (-)
(tgl/bln/thn) MGH (Mt) (M) (NTU) (mg/L) minyak (°c) (%'') (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) )(mg/L) N-)(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L) ) (mg/L)
Pantai Arya
(1)7 Wisata(2)Bahari 09-Mei-17
(3) (4)
Duta(CPI)
(-)
(5) Normal
(6) 4
(7) 1,13
(8) 16
(9) (-)
(10) (-)
(11) 27,9
(12) 7,95
(13) 24,7
(14) 7,04
(15) 35,2
(16) 86,21
(17) ‹0,05
(18) ‹0,01
(19) ‹0,05
(20) ‹0,01
(21) ‹0,01
(22) ‹0,01
(23) 20908,82
(24) (-)
(25) 2,256
(26) (-)
(27) (-)
(28)
Pantai
Belakang Trans
81 Wisata
Biota Bahari
Laut 04-Mei-16
09-Mei-17
Pelelangan Ikan
Alami
(-) Alami
Normal 43 1,56
1,48 14 Tidak
(-)ada Tidak
(-) ada 30,9
28 7,85
7,88 24,5
24,7 7,04
7,2 26,4
28,16 64,52
86,96 0,05
‹0,05 0,01
‹0,01 (-)
‹0,05 0,12
‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 (-)
22904,05 (-) ‹0,002
1,48 (-) (-)
Maal
92 Wisata
Pelabuhan
Bahari 13-Jul-17
15-Agu-17 PT.IKI
Pantai Akarena (-)
5 Normal 2
(-) 2,18
(-) 6
46 (-) (-) 29,5
30,8 7,73
8,15 23,2
26,2 7
7,04 31,5
28,8 76,92
(-) ‹0,05 ‹0,01
(-) 0,02
0,01 ‹0,01 ‹0,01
(-) ‹0,01 22490,39
(-) (-) ‹0,002
0,33 (-) (-)
3 Pelabuhan 13-Jul-17 Pantai
PT.KIMATanjung (-) Normal 1 6,09 26 (-) (-) 29,7 7,25 25,1 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21234,38 (-) ‹0,002 (-) (-)
10 Wisata Bahari 09-Mei-17 5 Normal 3,5 1,99 14 (-) (-) 28 7,9 24,5 7,04 35,2 86,21 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22586,83 (-) 0,829 (-) (-)
Bayang
Pabrik Terigu
4 Pelabuhan 13-Jul-17
Muara Sungai
(-) Normal 3 2,16 10 (-) (-) 30,1 7,72 2,6 7,2 31,5 76,92 ‹0,05 0,02 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22961,39 (-) ‹0,002 (-) (-)
(PT.Eastern)
11 Wisata Bahari 13-Jul-17
Tallo
5 Normal 1 12,3 18 (-) (-) 29,4 7,56 25,3 7 31,5 76,92 ‹0,05 0,01 0,01 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21675,95 (-) ‹0,002 (-) (-)
Pantai Peti
Kemas (Belakang
Keterangan
5 Pelabuhan : 1. (-) Parameter
13-Jul-17
Pelabuhan tidak(-) diukur
Normal 3,5 0 6 (-) (-) 27,9 7,93 24,6 7,2 28,16 68,96 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 19911,36 (-) 3,114 (-) (-)
2. Parameter
Soeta) uji yang digunakan berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
Sumber : 1. Kajian Kualitas Air Laut, Sedimen dan Biota Laut Tahun 2017 Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
Pantai
6 Wisata Bahari 2. Laporan
13-Jul-17 Kegiatan(-)Pemantauan
Gapura/Belakang Normal 2 Kualitas
1,38 Lingkungan
6 (-) tahun
(-) 2017
28 Dinas
7,92 Lingkungan
24,4 7,2 Hidup
28,16Kota68,96
Makassar
‹0,05 ‹0,01 0,13 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 22943,95 (-) 1,844 (-) (-)
3. Lampiran
MGH Tabel 23 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Pantai Arya
7 Wisata Bahari 09-Mei-17 (-) Normal 4 1,13 16 (-) (-) 27,9 7,95 24,7 7,04 35,2 86,21 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 20908,82 (-) 2,256 (-) (-)
Duta(CPI)
8 Wisata Bahari 09-Mei-17
Belakang Trans
Maal
(-) Normal 4 Tabel.
1,48 14 2.2.3.
(-) (-)Kualitas
28 Air
7,88 Laut
24,7 Provinsi
7,2 Sulawesi
28,16 86,96 Selatan
‹0,05 ‹0,01 Tahun
‹0,05 2018‹0,01
‹0,01 ‹0,01 22904,05 (-) 1,48 (-) (-)

9 Wisata Bahari 15-Agu-17 Pantai Akarena 5 Normal (-) (-) 46 (-) (-) 30,8 8,15 26,2 7,04 28,8 (-) ‹0,05
Amonia
(-) 0,01 ‹0,01
PO4-P
(-) ‹0,01
Sianida( Sulfida
(-) (-)
Minyak
0,33 (-) (-)
waktu smpling lokasi kecerahan Kekeruhan TSS lapisan temperatur Salinitas DO BOD COD NO2 NO3 Klor Phenol Pestisida PCB
No nama lokasi Pantai Tanjung Warna bau sampah pH total (CN- CN- (H2S)( Bumi
10 Wisata Bahari (tgl/bln/thn)
09-Mei-17 sampling (Mt) 5 Normal (M)
3,5 1,99(NTU) 14 (mg/L)
(-) (-) minyak 28 (°c) 7,9 24,5 (%'')7,04(mg/L)35,2(mg/L)86,21(mg/L)‹0,05 (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L) ‹0,01 ‹0,05 ‹0,01
)(mg/L) ‹0,01
)(mg/L) ‹0,01
mg/L) 22586,83 (-)
(mg/L) 0,829 (-) (-)
Bayang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
Muara Sungai 2,51
11 Wisata Bahari 13-Jul-17
Tallo
5 Normal 12,3 18 (-) (-) 29,4 7,56 25,3 7 31,5 76,92 ‹0,05 0,01 0,01 ‹0,01 ‹0,01 ‹0,01 21675,95 (-) ‹0,002 (-) (-)
Dermaga
Baru Cappa
1 (-) (-) (-) (-) (-) 18 (-) (-) (-) 7,84 29,9 (-) (-) (-) 0,09 (-) (-) (-) (-) 0,012 (-) (-) (-) (-) (-)
Ujung Kota
Pare-pare

Keterangan : (-) Parameter tidak diukur


Sumber : Uji Lab. DPLH Provinsi Sulawesi Selatan & Lampiran Tabel 23 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

47
2.2.3 Kualitas Air Sungai

Kulitas air di Sulawesi Selatan cukup beragam, dan beberapa sungai


tergolong cemar berat. Berdasarkan hasil Pemantauan Kualitas air sungai
untuk 20 dari 27 sungai lintas kabupaten/kota yang merupakan
kewenangan provinsi, 2 danau prioritas di Sulawesi Selatan berada pada
tingkat cemar ringan hingga cemar sedang dengan menggunakan standar
baku mutu Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2010 (DPLH Provinsi
Sulawesi Selatan, 2018).

Kemudian, berdasarkan hasil analisis status mutu air pada 20 sungai


dan 2 danau yang dipantau hampir semuanya termasuk kategori cemar
ringan. Cemar sedang hanya terdapat di beberapa titik yaitu Sungai Awo,
Sungai Walanae, Sungai Pangkajene pada titik hilir sungai dan sungai
karajae pada titik tengah dan hilir sungai. Sedangkan untuk kualitas air
Danau Matano dan Danau Towuti telah memenuhi stastus baku mutu air
danau sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010
tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan.

Secara umum, pencemaran air berasal dari: limbah cair domestik dan
limbah cair industri yang tidak dikelola dengan baik, sampah domestik,
pemakaian air berlebihan, dan penataan fungsi lahan yang tidak baik. Hal
ini diperparah dengan masih banyaknya penduduk yang membuang hajat
sembarangan di badan air (sungai, danau, dan rawa). Peristiwa tersebut
dapat mengakibatkan kualitas air menurun. Bukan hanya itu, ketersediaan
air juga dapat terganggu akibat alih fungsi lahan yang berakibat pada
peningkatan aliran permukaan (run-off) di kawasan hilir yang pada akhirnya
berpotensi menimbulkan banjir. Kondisi tersebut yang menyebabkan
kualitas air pada badan air dalam wilayah provinsi Sulawesi Selatan
berfluktuasi sebagaimana data hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun 2015 - 2018) terhadap air sungai
(Sungai Jeneberang dan Sungai Saddang), air danau (Danau Tempe) dan
air tanah.

48
Di antara parameter fisik yang dilaporkan hasil pemantauan tahun
2015 - 2018, hanya TSS telah melampaui baku mutu nasional (50 mg/l)
untuk beberapa air sungai di Sulawesi Selatan. TSS yang tinggi tersebut
hanya terjadi pada lokasi sampling dan periode tertentu, terutama pada
musim hujan pada air Sungai Jene Berang maupun Sungai Sa’dang. Kondisi
fisik ini sesunguhnya secara fluktuatif telah terjadi sejak tahun-tahun
sebelumnya, namun pada tahun terakhir tampak lebih tinggi. Faktor utama
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TSS dalam badan air ini adalah
erosi pada lahan-lahan penduduk di sepanjang bantaran sungai dan
peritiwa ini cenderung lebih intensif terjadi pada aliran sungai Sa’dang
dibanding pada aliran Sungai Jeneberang
Tabel. 2.2.4. Kualitas Air Sungai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Status Mutu Air Tahun
Sungai Lokasi
2016
Kec. Sa’dang Cemar Ringan
Kab. Toraja Utara
Kec. Makale Cemar Ringan
Kab. Tana Toraja
Kec. Enrekang Kab. Enrekang (Anak Cemar Ringan
Sa’dang
Sungai)
Kec. Enrekang Kab. Enrekang Cemar Ringan
Kec. Cendana Kab. Enrekang Cemar Ringan
Kec. Duampanua, Kab. Pinrang Cemar Ringan
Kec. Duampanua Kab. Enrekang Cemar Ringan
Desa Bontolero, Kec. Tinggi Moncong
Cemar Ringan
Kab. Gowa/Jembatan Merah
Anak Sungai Lonjoboko, Kec. Parangloe,
Cemar Ringan
Kab. Gowa
Desa Parangloe, Kab. Gowa Cemar Ringan
DAM Bili bili, Desa Bili Bili Kab. Gowa Cemar Ringan
Jeneberang
Jembatan Kembar Kec. Pallangga/Desa
Cemar Ringan
Moncongloe Kec. Manuju, Kab. Gowa
Desa Bontomarannu, Kec.
Cemar Sedang
Bontomarannu, Kab. Gowa
Bendungan Karet, Benteng Somba Opu
Cemar Sedang
Kec. Tamalate Makassar
Jembatan Leppangeng, Desa Cenrana, Cemar Sedang
Kec. Lappariaja, Kab. Bone
Sungai Walanae – Cenranae, Jembatan
Walanae- Cabbenge/Macanre, Desa Ujung, Kec. Cemar Berat
Cenranae Lilirialu, Kab. Soppeng
Sungai Walanae – Cenranae, Jembatan
Allimbangeng, Kec. Sabbangparu, Kab. Cemar Berat
Wajo

49
Status Mutu Air Tahun
Sungai Lokasi
2016
Sungai Walanae – Cenranae, Jembatan
Tapangeng, Kel. Tampae, Kec. Tempe, Cemar Berat
Kab. Wajo
Sungai Walanae - Cenranae, Jembatan
Paduppa, Kel. Paduppa, Kec. Tempe, Cemar Berat
Kab. Wajo
Sungai Cenranae, Dermaga Uloe
(pertemuan Sungai Unyi – Cenranae) Cemar Berat
Desa Uloe, Kec. Dua Boccoe, Kab. Bone
Sungai Cenranae, Muara Ujung Tana –
Pallimekel. Cenrana, Kec. Cenrana, Kab. Cemar Berat
Bone
Hulu Sungai, Tangka (Air Terjun) Desa
Cemar Berat
Pao Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa
Jembatan Desa Bontosalama Kec. Sinjai
Cemar Berat
Barat, Kab. Sinjai
Sungai Tangka Desa Tompobulu, Kec.
Cemar Ringan
Bulupodo, Kab. Sinjai
Sungai Tangka dusun Mattirodeceng,
Tangka Cemar Ringan
Desa Duampanua, Kab. Sinjai
Sungai Tangka Desa Abbumpungeng
Cemar Berat
Kec. Kajuara, Kab. Bone
Sungai Tangka Desa Massangke, Kec.
Cemar Berat
Kajuaran Kab. Bone
Sungai Bontosunggu desa Bontosalama
Cemar Berat
Kec. Sinjai Barat Kab. Sinjai
Inlet PLTA Larona, Desa Balambano,
Cemar Ringan
Kec. Wasuponda, Kab. Luwu Timur
Jembatan pintu Larona, Desa
Balambano, Kec. Wasuponda, Kab. Luwu Cemar Ringan
Larona
Timur
Sungai Balambano, Jembatan
Balambano, Desa Balambano, Kec. Cemar Berat
Wasuponda, Kab. Luwu Timur
Sumber : Dokumen RPPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dari Tabel 2.2.6. dapat diartikan bahwa kualitas air Sungai Saddang
rendah atau berada pada keadaan yang cukup memprihatinkan, hal ini
ditunjukkan dengan status mutu air yang umumnya dari semua titik
pemantauan berada pada tingkat cemar ringan, untuk kualitas air Sungai
Jeneberang bervariasi dari cemar ringan pada titik hulu dan cemar sedang
sebelum tengah aliran sungai dan cemar berat pada daerah hilir.

Hasil analisis menunjukkan bahwa, kualitas air Sungai Walanae-


Cenranae mengalami penurunan kualitas pada Tahun 2018 dibandingkan
Tahun 2015 ini dibuktikan semua titik dengan status mutu adalah cemar
berat, untuk kualitas air Sungai Larona mengalami peningkatan kualitas air

50
dibandingkan Tahun 2015, dimana semua titik berstatus cemar berat
sedangkan pada Tahun 2016 pada daerah hulu berstatus cemar ringan dan
pada daerah tengah sungai berstatus memenuhi baku mutu. Untuk Sungai
Tangka baru pertama kali dipantau dan kualitas air Sungai Tangka status
mutunya bervariasi dari cemar ringan sampai semar berat. Satu parameter
dengan persentase yang cukup besar melewati baku mutu, ini menunjukkan
tingginya tingkat sedimentasi pada Sungai Sadang dan Jeneberang,
sedimentasi ini disebabkan lumpur yang terbawah oleh aliran air sungai
disebabkan pada daerah hulu terjadi erosi akibat pembukaan lahan untuk
kegiatan pertanian, pengolahan kayu dan penambangan galian C di
pinggiran Sungai Saddang dan Jeneberang.

Parameter BOD, COD, NO2, PO4 dan Fecal Coli yang melewati baku
mutu pada beberapa titik pemantauan, merupakan indikator akan tingginya
buangan limbah kegiatan domestik, untuk parameter Total Coli juga
merupakan parameter yang cukup besar persenrase melewati baku mutu
sangat berkaitan dengan pertumbuhan penduduk dan peternakan di sekitar
sungai.

2.2.4 Curah Hujan dan Rata-Rata Bulanan


Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain
yang ada di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang
terjadi pada bulan Juni sampai September dan musim penghujan yang
terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret. Berdasarkan
pengamatan di tiga Stasiun Klimatologi (Maros, Hasanuddin dan Maritim
Paotere) selama Tahun 2015 rata-rata suhu udara 27,4 C di Kota Makassar
dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara
maksimum di Stasiun Klimatologi Hasanuddin 32,1°C dan suhu minimum
24,0°C.
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut oldeman, Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki 5 jenis iklim, yaitu Tipe iklim A termasuk kategori iklim
sangat basah dimana curah hujan rata-rata 3500-4000 mm/Tahun. Wilayah
yang termasuk ke dalam tipe ini adalah Kabupaten Enrekang, Luwu, Luwu

51
Utara dan Luwu Timur. Tipe Iklim B, termasuk iklim basah dimana Curah
hujan rata-rata 3000 - 3500 mm/Tahun (Gambar 6.). Wilayah tipe ini
terbagi 2 tipe yaitu (B1) meliputi Kabupaten Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu
Timur, Tipe B2 meliputi Gowa, Bulukumba, dan Bantaeng. Tipe iklim C
termasuk iklim agak basah dimana Curah hujan rata-rata 2500 - 3000
mm/Tahun. Tipe iklim C terbagi 3 yaitu Iklim tipe C1 meliputi Kabupaten
Wajo, Luwu, dan Tana Toraja. Iklim C2 meliputi Kabupaten Bulukumba,
Bantaeng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros dan Jeneponto. Sedangkan
tipe iklim C3 terdiri dari Makassar, Bulukumba, Jeneponto, Pangkep, Barru,
Maros, Sinjai, Gowa, Enrekang, Tana Toraja, Parepare, Selayar.
Selanjutnya, tipe iklim D dengan Curah hujan rata-rata 2000 - 2500
mm/Tahun. Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu Wilayah yang masuk ke dalam iklim
D1 meliputi Kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Luwu, Tana Toraja, dan
Enrekang. Wilayah yang termasuk ke dalam iklim D2 terdiri dari Kabupaten
Wajo, Bone, Soppeng, Sinjai, Luwu, Enrekang, dan Maros. Wilayah yang
termasuk iklim D3 meliputi Kabupaten Bulukumba, Gowa, Pangkep,
Jeneponto, Takalar, Sinjai dan Kota Makassar. Tipe iklim E dengan Curah
hujan rata-rata antara 1500 - 2000 mm/Tahun dimana tipe iklim ini disebut
sebagai tipe iklim kering. Tipe iklim E1 terdapat di Kabupaten Maros, Bone
dan Enrekang. Tipe iklim E2 terdapat di Kabupaten Maros, Bantaeng, dan
Selayar.

1000
800
mm/bulan

600
400
200
0
Selayar
Palopo

Toraja Utara
Soppeng
Luwu

Pare-pare

Tana Toraja
Bone

Luwu Utara
Makassar

Sidrap
Bulukumba

Jeneponto

Sinjai
Pinrang

Takalar

Wajo
Gowa

Pangkep
Bantaeng
Barru

Enrekang

Luwu Timur

Maros

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 24 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.2.4. Rata-rata Curah Hujan per bulan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

52
Rata- rata curah hujan tertinggi di Sulawesi Selatan terjadi di Kabupaten
Pangkep pada bulan desember yaitu sebanyak 952 mm/bulan yang di
lakukan pada stasiun pemantauan Minasa Tene. Sementara rata-rata curah
hujan terendah terjadi di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan dengan
nilai 0 mm/bulan.

2.2.5 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum

Sumber air minum penduduk Sulawsi Selatan juga dapat menjadi


gambaran kualitas hidup masyarakatnya. Dalam hal ini berkaitan dengan
jumlah penduduk yang dapat mengakses air bersih untuk air minum.
Sumber air minum yang digunakan oleh penduduk Sulawesi Selatan
meliputi air ledeng, air sumur, air sungai, air hujan, air kemasan dan sumber
air lainnya, seperti mata air dan air isi ulang.

250.000

Ledeng/
200.000 PAM
Sumur
150.000
Sungai

100.000 Hujan

Kemasan
50.000

Lainnya
-
Soppeng

Parepare
Pinrang
Sidrap

Enrekang

Tana Toraja
Takalar

Sinjai

Wajo
Maros

Luwu Utara
Barru

Luwu

Palopo
Bantaeng

Bone

Luwu Timur
Bulukumba

Makassar
Toraja Utara
Pangkep
Selayar

Gowa
Jeneponto

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 24 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.2.5. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum

di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Pengguanaan sumber air lain/isi ulang cukup tinggi, terutama di


beberapa kota seperti Makassar dan Kabupaten Gowa. Data ini
menunjukkan masih perlunya program-program berkelanjutan agar secara
umum penduduk Provinsi Sulawsi Selatan bisa mendapatkan sumber air
minum yang bersih. Sumber air minium rumah tangga di berbagai

53
kota/kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat dalam
Tabel berikut :
Tabel 2.2.5. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Penduduk di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Ledeng/
No. Kabupaten/Kota Mata Air Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya
PAM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Selayar N/A 12.705 15.808 676 997 7.444 0
2 Bulukumba N/A 31.337 67.065 0 0 20.448 0
3 Bantaeng N/A 32.414 15.163 0 0 4.198 0
4 Jeneponto N/A 35.767 44.654 102 229 12.275 0
5 Takalar N/A 29.952 48.476 238 939 9.528 0
6 Gowa N/A 46.269 111.338 0 0 53.936 0
7 Sinjai N/A 22.131 26.769 211 1.093 7.385 0
8 Maros N/A 42.082 110.549 1.229 8.239 27.399 276
9 Pangkep N/A 28.432 42.104 126 5.110 27.912 0
10 Barru N/A 28338 39.979 297 378 8.700 0
11 Bone N/A 16.690 27.945 1.996 5.089 16.047 0
12 Soppeng N/A 16.020 38.012 2.489 0 6.363 0
13 Wajo N/A 29.444 72.272 6.522 1.245 16.370 0
14 Sidrap N/A 12.284 50.031 2.679 23 0 30.449
15 Pinrang N/A 14.700 62.387 294 199 22.961 0
16 Enrekang N/A 12.971 20.466 2.288 66 2.814 0
17 Luwu N/A 12.074 50.995 2.661 602 15.643 0
18 Tana Toraja N/A 11.129 27.854 1.696 126 2.930 0
19 Luwu Utara N/A 11.456 52.338 1.896 0 11.606 0
20 Luwu Timur N/A 12.227 32.335 639 962 19.725 852
21 Toraja Utara N/A 13.222 33.682 148 0 2.845 0
22 Makassar N/A 202.437 47.580 405 101 208.013 0
23 Parepare N/A 20.363 8.697 0 0 17.626 0
24 Palopo N/A 24.798 7.393 0 0 15.606 0
Sumber: Lampiran Tabel 25 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.2.6 Kualitas Air Hujan


Hujan merupakan masukan dalam sistem hidrologi. Ditinjau
dari kualitasnya dibandingkan dengan air alami lainnya, air hujan
merupakan air paling murni dalam arti komposisinya hampir
mendekati H2O. Namun demikian, pada hakekatnya tidak pernah
dijumpai air hujan yang betul-betul hanya tersusun atas H2O
saja, berbagai faktor lingkungan telah mempengaruhi kualitas air
hujan tersebut. Pencemaran udara yang terjadi di kota -kota
besar, baik yang berupa buangan gas maupun emisi dari

54
kendaraan bermotor. Serta buangan gas dari pabrik telah
mempengaruhi kualitas air hujan yang jatuh di daerah kota. Air
hujan di daerah pantai juga terpengaruh oleh laut dengan segala
aktifitas dan komposisi airnya. Di daerah gunung api yang masih
aktif air hujan juga dipengaruhi oleh akti fitas tersebut. Masing-
masing lingkungan tersebut di atas mempengaruhi komposisi air
hujan.

Tabel 2.2.6. Kualitas Air Hujan di Sulawesi Selatan Tahun 2018


Waktu
pH DHL SO 4 NO 3 Cr NH4 Na Ca2 + Mg2 +
Pemantauan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jan 5,74 5,4 0,462 0,595 N/A 0,203 0,265 0,481 0,056
Feb 5,21 5,9 0,617 0,717 N/A 0,123 0,388 0,198 0,063
Mar 6,14 5,1 0,441 0,213 N/A 0,197 0,345 0,552 0,053
Apr 5,53 8,6 0,808 0,595 N/A 0,556 0,267 0,86 0,077
Mei 5,87 9,8 0,399 0,415 N/A 0,868 0,134 1,191 0,063
Jun 6,04 5,7 0,172 0,084 N/A 0,36 0,202 0,623 0,045
Jul 5,8 7,1 0,429 0,274 N/A 0,158 0,318 0,699 0,033
Ags X X X X N/A X X X X
Sep X X X X N/A X X X X
Okt 5,23 23,6 1,726 1,579 N/A 0,512 1,116 1,958 0,25
Nop 5,09 10,1 0,725 0,776 N/A 0,136 0,262 0,687 0,058
Des 5,49 5,1 0,313 0,089 N/A 0,011 0,202 0,5 0,043
Sumber: Lampiran Tabel 26 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Kajian kualitas air hujan di lakukan dengan Melihat olah data yang
dilakukan berdasarkan hasil pemantauan yang di lakukan dengan
menggunakan analisis KAH di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
berikut:
Keterangan : satuan Derajat Keasaman = pH, Daya Hantar (DH) = mho/cm
Kalsium (Ca), Magnesiun (Mg), Natrium (Na), Amonium
(NH4), Klorida (Cl), Sulphat (SO4), Nitrat (NO3) = mg/l

(X) Tidak dilakukan pengukuran (N/A) Data tidak Valid

55
25

20

15
Axis Title

10

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Axis Title

pH DHL SO4 NO3 NH4 Na Ca2+ Mg2+

Sumber: Di olah dari Lampiran Tabel 26 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.2.6. Kualitas Air Hujan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Pada bulan agustus dan bulan september tidak dilakukan analisis


KAH dikarenakan sample air hujan tidak mencukupi. Dan pada data Cr tidak
memiliki data yang valid sehingga tidak dilanjutkan analisis KAH.

2.2.7 Kondisi Sungai


Selama dua dekade terakhir, kinerja sungai-sungai utama di masing-
masing wilayah sungai telah mengalami penurunan yang signifikan,
terutama terkait dengan kriteria lahan dan tata air. Kriteria lahan meliputi
Persentase Lahan Kritis (PLK), Persentase Penutupan Vegetasi (PPV) dan
Indeks Erosi (IE), sedangkan kriteria meliputi Koefisien Regim Aliran (KRA),
Koefisien Aliran Tahunan (KAT), Muatan Sedimen (MS), Banjir, dan Indeks
Penggunaan Air (IPA). Faktor penyebabnya adalah tuntutan pembangunan
yang membutuhkan alihfungsi lahan, bencana alam, dan implementasi
peraturan perundang-undangan yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya, seperti Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.
61/Menhut/II/2014 tentang Monitoring dan Evaluasi Daerah Pengelolaan
DAS.

56
Penurunan kinerja DAS sangat nyata ditunjukkan oleh kondisi Sungai
Jeneberang sebagai sungai utama di wilayah selatan dan Sungai Walanae-
Cenranae di wilayah utara Sulawesi Selatan. Sungai Jeneberang dimana
terletak Waduk Multifungsi Bili-Bili (penggenangan tahun 1991) telah
mengalami pendangkalan akibat sedimentasi yang luar biasa (sejak 2004)
akibat bencana longsor atau runtuhnya caldera Gunung Bawakaraeng.
Dead Storage Sediment (DSS) waduk yang dirancang 50 tahun menjadi
lebih singkat dengan level sedimen yang sudah mencapai intake air baku
pada tahun 2007. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan bagi
keberlangsungan fungsi waduk sebagai sumber air baku, irigasi, dan
pengendali banjir di Kawasan Mamminasata. Kondisi sedimentasi di Waduk
Bili-Bili tahun disajikan pada Gambar.

Tabel 2.2.7. Kondisi Sungai di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018


Lebar Lebar Debit
Kedalaman
No. Nama Sungai Kabupaten Panjang Permukaan Dasar Maks Debit Min
(km) (m) (m) (m) (M3/dtk) (M3/dtk)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Kariango Pinrang, Enrekang, Sidrap 64,00 40,00 32,00 3,20 195 0,005
2 Karajae Pare-pare, Sidrap 34,50 20,00 14,00 1,00 - -
3 Kalibone Maros, Pangkep 41,30 50,00 44,00 3,21 27,70 0,010
4 Pangkajene Pangkep, Barru, Bone 52,00 50,00 42,00 4,00 222,00 -
5 Segeri Pangkep, Barru 29,00 30,00 22,00 2,30 245,22 0,230
6 Maros Maros, Gowa 65,00 75,00 67,00 2,17 104,00 1,700
7 Rongkong Luwu, Luwu Utara 108,00 125,00 117,00 3,20 1450,00 35,100
8 Lamasi Luwu, Luwu Utara 42,00 35,00 2,70 - -
9 Pareman Luwu, Tator 73,00 25,00 19,00 2,50 463,00 4,500
10 Siwa Wajo, Sidrap 55,00 20,00 16,00 3,10 350,00 6,120
11 Awo Wajo, Sidrap 70,00 40,00 19,00 3,68 1.000,00 2,120
12 Tarumpakkae Wajo 64,00 40,00 - 2,50 - -
13 Walanae-Cenranae Wajo, Bone 64,00 40,00 92,00 8,00 1.170,00 13,030
14 Bila Wajo, Sidrap 64,00 50,00 - 6,50 273,00 14,900
15 Tangka Gowa, Sinjai 64,00 70,00 - 14,00
16 Bua (Sungai Lolisang) Luwu 79,70 25,00 - 5,00 - -
17 Balantiyeng Bulukumba 53,00 40,00 20,00 3,56
18 Bialo Bantaeng, Bulukumba 64,00 40,00 24,00 3,10 - -
19 Tino Bantaeng, Jeneponto 64,00 40,00 3,56
20 Jeneponto(Sungai Kelara) Jeneponto, Gowa 64,00 40,00 49,00 4,25 104,68 0,930
21 Binanga Allu Jeneponto, Gowa 64,00 40,00 24,00 3,20
Pappa(Sungai
22 Takalar 64,00 40,00 45,00 3,25 34,00 0,040
Pamukkulu)
23 Jeneberang Gowa, Makassar 64,00 40,00 92,00 3,76
24 Tallo Gowa, Makassar, Maros 64,00 40,00 42,00 4,00
25 Gilireng Sidrap, wajo 64,00 40,00 26,00 3,00 967,00 0,100
27 Saddang Tator, Enrekang, Pinrang 64,00 40,00 105,00 4,25 2.332,00 0,022

57
2.2.8 Kondisi Danau/Waduk/Embung

Danau adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang


kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia.
Ketersediaan sumberdaya air sangat mendasar untuk menunjang
pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu
wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas
dan pada akhirnya kegiatan ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran
rakyat makin lama tercapai. Air danau/waduk dapat digunakan untuk
berbagai pemanfaatan antara lain sumber baku air minum air irigasi,
pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dsb.

Grafik. Jumlah Danau, Waduk, Embung di Sulawesi Selatan


Tahun 2018
30

25

20

15

10

0
Danau Waduk Embung
Jumlah 24 8 8

Sumber: Di olah dari Lampiran Tabel 26 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.2.7. Grafik Jumlah Danau, Waduk, Embung di Sulawesi Selatan Tahun 2018

58
Di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 24 danau yaitu: danau taparang
masapi, danau sukoyo, danau lapompaka/buaya, danau lawuloi/wawontoa,
danau lapapolo, danau lapapolo, danau mahalona, danau taparang palisu,
danau taparang alicopenge, danau taparang lasepang, danau wawontoa,
danau mangappa, danau kalappa, danau limbo pendonge, danau limbo
panawumpada, danau limbo kasimbo, danau matano, danau penrangriawa,
danau sidenreng, danau sido, danau tana malea, danau tempe, danau
towuti, dan danau wiring tasi. Sementara waduk yang terdapat di Sulawesi
Selatan ada 8 yakni: Waduk Kalola, Waduk Bili-Bili, Waduk Bakaru, Waduk
B.Larona, Waduk B.Salomekko, Waduk Pantai(Long storeage)jeneberang,
Waduk Lurah, Waduk Tunggu Pampang. Kemudian untuk 8 embung yang
terdapat di Sulawesi Selatan yaitu: Embung Bontomanai, Embung
Matajang, Embung Garing, Embung Lassang, Embung Pattiro, Embung
Maero, Embung Tabuakang, Embung Pabentengang.

Sumber: Di olah dari Lampiran Tabel 26 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.2.8. Gambar. Kondisi sedimentasi di Waduk Bili-Bili, Sungai Jenebarang
di Sulawesi Selatan Tahun 2018

59
2.2.9 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung.
Danau yang memiliki volume tertinggi adalah Danau Matano (24.600 juta m3) dan danau yang memiliki volume tertendah
adalah Danau Dori (0,27 juta m3). Secara fisik danau terluas adalah Danau Towuti (56,108 Ha) dan tersempit adalah Danau
Bori (6 Ha). Untuk itu berdasarkan pemantauan kualitas air danau yang ada di sulawesi selatan, memberikan informasi nilai pH
pada danau Tempe berada dikisaran 7,3-7,4.
Tabel 2.2.8. Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

(mg/

Sianida (mg/L)
colifo rm (jmlh

(jmlh/ 100 ml)


Terlarut (mg/

Lemak (µg/L)

Total coliform
BOD (mg/ L)

NO3 (mg/ L)
COD (mg/ L)

NH3 (mg/ L)

Klorin bebas
Tersuspensi

TDS (mg/ L)

TSS (mg/ L)
Temperatur

H2S (mg/L)
T-P (mg/ L)
DO (mg/ L)
Waktu Titik Koordinat

Detergen

/ 100 ml)
Minyak &
(mg/L)
(mg/L)
Residu

Residu

(µg/L)
(µg/L)
Fenol

Fecal
sampling

(ºC)

DHL
pH
No Nama

L)

L)
(tgl/bln/
thn) Lintang Bujur

NO2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)

Air danau yang diambil dari danau


Tempe 1 (soppeng) Jl. Annitute Kel.
1 20-Des-18 - - - - - 7,3 401 160 556 - 2,6 9,2 0,06 0,7 - - - - - - - - - -
Kaca Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng
kedalam 110 Cm

Air danau yang diambil dari air danau


tempe 1 (sidrap) Jl. Lajonga Kel.
2 20-Des-18 - - - - - 7,4 361 352 4748 - 2,8 25 0,14 0,8 - - - - - - - - - -
Wette Kec. Panca Lautan Kab. Sidrap
kedalaman 150 cm

Air danau yang diambil dari air danau


tempe 3 (wajo) Jl. Ambo Ewang Kel.
3 20-Des-18 - - - - - 7,3 331 488 678 - 2,5 16 0,19 0,1 - - - - - - - - - -
Assorajang Kec. Tana Silolo Kab.
Wajo. Kedalaman 150 cm

Keterangan : (-) tidak ada data


Sumber : Lampiran Tabel 30 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

60
Kulitas air di Sulawesi Selatan cukup beragam, dan berdasarkan hasil
analisis terakhir status mutu air pada Danau Matano dan Danau Towuti
telah memenuhi stastus baku mutu air danau sesuai Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan Lingkungan.

Kualitas air danau yang ada diprovinsi Sulawesi Selatan tahun terakhir
(2018) dapat digambarkan dari hasil pemantauan kualitas air Danau Matano
dan Danau Towuti dalam dua periode pemantauan. Selama dua periode
pemantauan tidak ada paramater yang mengalami perubahan yang tajam,
baik fisik kimai maupun mikrobiologi. Hanya saja, Danau Towuti terindikasi
tercemar oleh bahan organik maupun anorganik berdasarkan dua
parameter kebutuhan oksigen (BOD5 dan COD) dalam periode
pemantauan. Sebaliknya, Danau Matano tampak mengandung kandungan
bakteri coli relatif tinggi bahkan telah melampau baku mutu yang
ditetapkan. Tampaknya dengan tiga parameter uji tersebut menjadi
warning terhadap buruknya pengelolaan sistem drainase dan sanitasi
lingkungan pada pemukiman di sekitar danau.

Tabel. 2.2.9. Data hasil pengukuran kualitas air Danau Matano dan
Tabel 2.6. Data hasil pengukuran kualitas air Danau Matano dan Danau Towuti
Danau Towuti di Provinsi Sulawesi
di Provinsi Selatan Tahun 2018
Sulawesi Selatan
Danau Matano Danau Towuti
Parameter Satuan Baku mutu
Minium Maksimum Ratarata Minium Maksimum Ratarata
TDS mg/L 42 168 118,5 48 118 83,5 1000
TSS mg/L >3 >3 >3 >3 >3 >3 50
pH - 7,8 8,2 8,1 8 8,3 8,1 6,0 - 8,5
DO mg/L 6,6 7,3 7 6,8 7,1 6,9 4
BOD5 mg/L 1,7 2,1 1,9 1,3 2,9 2 3
COD mg/L 16 16 16 8 48 22 25
NO3-N mg/L <0,002 1,3 1,3 <0,002 0,9 0,85 10
NO2-N mg/L <0,0026 <0,0026 <0,0026 <0,0026 <0,0026 <0,0026 0,02
NH3 mg/L 0,02 0,08 0,055 0,02 0,08 0,065 (-)
Minyak dan Lemak µg/L <494 800 597 <494 467 647 800
Fecal Coli NPM/100 mL 120 390 218 91 400 3975 1000
Total Coliform NPM/100 mL 1700 9200 2725 1200 5400 3075 5000
Sumber : Diolah dari Tabel SD-15 Buku Data SLHD Provinsi Sulse

61
2.3. Kualitas Udara.
Provinsi Sulawesi Selatan hingga tahun 2018 ini belum memiliki
stasiun pemantau kualitas udara yang aktif, seperti di beberapa kota besar
di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Kota Makassar adalah lokasi
direncanakan untuk pemasangan 1 (satu) unit stasiun pemantau kualitas
udara (belum terpasang). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 12 Tahun 2010, perangkat alat pemantauan kualitas udara
ambien secara otomatis dan kontinyu disebut dengan Stasiun Pemantau
Kualitas Udara (SPKU). Kodifikasi penamaan stasiun bergantung kepada
nama propinsi, nama kabupaten/kota, lokasi stasiun yang diambil dalam
cluster kecamatan, dan lokasinya. Dengan demikian SPKU di Sulawesi
Selatan baru memiliki kode provinsi dan kota (7371).

Di Sulawesi Selatan, sumber pencemaran udara yang utama adalah


dari kegiatan transportasi, dan sebahagian kecil dari industri. Pencemaran
udara yang ditimbulkan dari kegiatan transportasi disebabkan oleh emisi
gas buang kendaraan yang mengandung berbagai polutan. Disamping itu,
resuspensi material jalan juga merupakan sumber polutan debu di wilayah
perkotaan. Jenis polutan dalam gas buang kendaraan bermotor adalah
nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2),
partikel berupa total partikel (TSP), parikel berdiameter 10 mikron dan 2,5
mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5), hidrokarbon (HC), logam berat, dan
ozon (O3). Selain dari kegiatan transportasi, polutan udara yang lain dapat
sebagai hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3) yang bersumber dari hasil
peruraian bahan organik sampah.
2.3.1 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan
Berdasarkan data yang didapat dari BMKG Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2018, dari lokasi titik yang di ambil yaitu Stamet Andi Jemma
Masamba, BAWIL4 Makassar, Stamar Paotere, Stamet Hasanuddin, Stasiun
Klimatologi Klas I Maros, Stamet Pongtiku Toraja. Lokasi yang terendah

62
suhu udaranya adalah Statmet Pongtiku Toraja dengan nilai rata-rata 22oC.
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.3.1 berikut:

63
Tabel 2.3.1. Suhu Udara rata-rata Bulanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018
Kabupaten Stasiun Lintang Bujur Tinggi Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
STAMET ANDI 2017 27,2 27,5 26,9 27,2 27,1 26,3 26,4 26,1 27,0 27,7 27,9 27,7
LUWU 02o 33' 120o 19'
JEMMA 50 m
UTARA 16.0" LS 27.0" BT
MASAMBA 2018 27,3 27,2 27,1 27,1 27,3 26,6 26,2 26,6 27,1 27,9 27,9 27,4
o o
BAWIL4 05 00' 119 00' 2017 26,5 27,3 27,2 27,8 28,3 X 27,8 28,2 28,6 28,8 27,6 27,3
5 m
MAKASSAR 57.0" LS 08.0" BT 2018 27,0 26,5 26,9 28,3 28,6 27,7 27,6 28,4 28,5 28,9 28,3 26,9
MAKASSAR
STAMAR 05o 06' 119o 25' 1.75 2017 27,0 27,6 27,6 28,1 28,6 28,0 28,0 27,8 28,6 29,0 28,2 27,7
PAOTERE 49.5" LS 11.4" BT m 2018 27,4 26,8 27,3 28,4 28,7 27,7 27,6 28,1 28,3 29,2 28,8 27,4
o o
STAMET 05 04' 119 33' 2017 26,5 26,8 26,8 26,7 27,2 26,4 26,4 27,2 28,0 27,8 27,1 27,0
17 m
HASANUDDIN 00.0" LS 00.0" BT 2018 26,6 26,1 26,5 27,2 27,8 27,0 26,6 27,3 27,6 27,9 27,6 26,6
MAROS STASIUN
04o 55' 119o 34' 2017 26,5 26,7 26,8 27,3 28,1 26,7 26,8 27,6 28,3 27,8 27,2 27,1
KLIMATOLOGI 13 m
51.0" LS 19.0" BT
KLAS I MAROS 2018 26,8 26,1 26,6 27,6 28,1 26,9 26,6 27,2 27,9 28,1 27,8 26,8
STAMET 2017 22,5 22,8 22,7 22,9 22,8 22,2 22,0 21,7 22,4 22,8 23,0 22,7
TANA 03o 02' 119o 49'
PONGTIKU 821 m
TORAJA 40.0" LS 09.0" BT
TORAJA 2018 22,9 22,5 22,5 22,9 22,8 22,2 22,0 22,1 21,6 23,0 23,2 22,8
Sumber : Lampiran tabel 36 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selata 2018

64
2.3.2. Kualitas Udara Ambien
Pada Tahun 2018 Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan melakukan pemantauan kualitas udara ambien pada 24
Kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Untuk setiap kabupaten kota dilakukan
pada 4 lokasi yang mewakili transportasi, Industri, Pemukiman dan
Perkantoran/komersial, selanjutnya data hasil pemantauan ditentukan
status mutunya dengan dua pendekatan yaitu Indeks standar Pencemar
Udara (ISPU) dan Indeks Status Mutu (ISM).
Berdasarkan dari data diatas umumnya status ISPU kabupaten/kota
yang dipantau umumnya terkategori sedang yang berati nilai ISPU tertinggi
dari 4 parameter umum yang diuji berada pada nilai 51-100. Nilai ISPU
kategori sedang ini disebabkan karena yang dipantau hanya 2 parameter
yaitu NO2 dan SO2 untuk TSP dan Ozon tidak dilakukan pemantauan,
pengaruh Indeks Standar Pencemar udara untuk setiap parameter
pencemar sangat bergantung pada lokasi pengambil sampel, kategori
sedang umunya diperoleh pada daerah pemukiman dikarenakan tidak
terdapat kepadatan kendaraan yang berarti sedangkan kategori berbahaya
umumnya berada pada daerah terminal dan pasar, hal ini dipahami karena
emisi dari kendaraan umumnya sebagai sumber utama pencemar di udara.
Sedangkan berdasarkan status ISM kategori kualitas udara pada
kabupaten/kota yang dipantau berada pada posisi tidak tercemar, ini
diperoleh berdasarkan perbandingan nilai hasil uji tiap parameter denga
baku mutu dan dikalihkan dengan bobot masing-masing parameter,
selanjutnya hasil dari perkalian bobot seluruh pparameter ditotal sebagi nilai
ISM <0,1 maka dikategorikan tidak tercemar.
Kualitas udara ambien umumnya tercemar atau berbahaya dari tiga
lokasi yang dipantau yaitu Transportasi, Industri/Agroindustri, dan
Pemukiman. Pencemaran tertinggi umumnya terdapat pada lokasi terminal
dan roadside. Hal ini dikarenakan padatnya aktivitas dan kendaraan sebagai
sumber pencemar yang terdapat pada suatu lokasi.

65
Tabel 2.3.2. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Indeks Status
Mutu (ISM) Provinsi Sulawesi Selatan
No Kab/Kota Status ISPU Status ISM
(1) (2) (3) (4)
1 Selayar Sedang Tercemar
2 Bulukumba Sedang Tercemar
3 Bantaeng Sedang Tercemar
4 Jeneponto Sedang Tercemar
5 Takalar Sedang Tercemar
6 Gowa Sedang Tercemar
7 Sinjai Sedang Tercemar
8 Maros Sedang Tercemar
9 Pangkep Sedang Tercemar
10 Barru Sedang Tercemar
11 Bone Sedang Tercemar
12 Soppeng Sedang Tercemar
13 Wajo Sedang Tercemar
14 Sidrap Sedang Tercemar
15 Pinrag Sedang Tercemar
16 Enrekang Sedang Tercemar
17 Luwu Sedang Tercemar
18 Toraja Sedang Tercemar
19 Luwu Utara Sedang Tercemar
20 Luwu Timur Sedang Tercemar
21 Toraja Utara Sedang Tercemar
22 Kota Makassar Sedang Tercemar
23 Kota Parepare Sedang Tercemar
24 Kota Palopo Sedang Tercemar
Sumber: Lampiran tabel 37 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.3.3. Penggunaan Bahan Industri dan Rumah Tangga


Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Pendapatan Provinsi
Sulawesi Selatan, PT.Pertamina Regional VII, dan sulsel Dalam angka
Tahun 2016, dari data yang di dapat, rata-rata untuk rumah tagga
menggunakan LPG sebagai Bahan Bakar, dan untuk kendaraan lebih banyak
menggunakan Bensin dan Solar.

66
Tabel 2.3.3. Penggunaan Bahan Industri dan Rumah Tangga Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

Biomassa
Batubara
Minyak

Minyak

Minyak

Bensin
Tanah
Diesel

Briket
Bakar

Bakar

Solar
Kayu
LPG
Gas
No. Penggunaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
A Industri : - - - - - - - - - - -

1 Kimia dasar - - 579,51 - - - - - - - 90.086


Mesin dan
2 - - - - - - - - - - -
logam dasar
3 Industri Kecil - - - - - - - - - - -
Aneka
4 2320 N/A 35 - - - - - - - -
Industri

Rumah
B - - - - - - - - - - -
Tangga :
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 4218,96 N/A N/A N/A N/A N/A
Bantaeng
Kabupaten
N/A N/A 11204 N/A N/A 932,288 249 355874 N/A N/A N/A
Barru
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Bone
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 9361,61 N/A N/A N/A N/A N/A
Bulukumba
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Enrekang
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 17567 N/A N/A N/A N/A N/A
Gowa
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 5577,48 N/A N/A N/A N/A N/A
Jeneponto
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu
Kabupaten
N/A N/A 19795 N/A N/A 36273 N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu Timur
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 1686,28 N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu Utara
Kabupaten
N/A N/A 7301 N/A N/A 124,432 N/A N/A N/A N/A N/A
Maros
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 8815,78 N/A N/A N/A N/A N/A
Pangkep
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 9385,75 N/A N/A N/A N/A N/A
Pinrang
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 1994 N/A N/A N/A N/A N/A
Selayar
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 8380,63 N/A N/A N/A N/A N/A
Sidrap
Kabupaten
N/A N/A 754716 N/A N/A 4528,29 N/A 1509432 N/A N/A N/A
Sinjai
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 5227,82 N/A N/A N/A N/A N/A
Soppeng
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 7639,34 N/A N/A N/A N/A N/A
Takalar

67
Biomassa
Batubara
Minyak

Minyak

Minyak

Bensin
Tanah
Diesel

Briket
Bakar

Bakar

Solar
Kayu
LPG
Gas
No. Penggunaan

Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 80391 N/A N/A N/A N/A N/A
Tanatoraja
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 2709,84 N/A N/A N/A N/A N/A
Toraja Utara
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A 8328,14 N/A N/A N/A N/A N/A
Wajo
Kodya
N/A N/A N/A N/A N/A 62170,8 N/A N/A N/A N/A N/A
Makassar
Kodya Palopo N/A N/A N/A N/A N/A 44776 N/A 7119 N/A N/A N/A
Kodya
N/A N/A N/A N/A N/A 5184,85 N/A N/A N/A N/A N/A
Parepare
Total - - 793016 - - 287616 249 1872425 - - -
C Kendaraan 0 88472
1 Mobil beban 0 0 0 0 0 0 0 0 0 63789 16322
penumpang
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 272692 12381
pribadi
penumpang
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27556 3263
umum
bus besar
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 79
pribadi
bus besar
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 994
umum
bus kecil
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 295 743
pribadi
bus kecil
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 994
umum
8 truk besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 701 17511
9 truk kecil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1138 36183
10 roda tiga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 341 0
11 roda dua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2721184 2
Sumber : Lampiran Tabel 38 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.3.4. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang di


gunakan
Pemakaian energi bahan bakar minyak (BBM) dari waktu ke waktu
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat di seluruh sektor,
baik di sektor domestik dan terutama di sektor industri dan transportasi.
Transportasi (darat, laut dan udara) merupakan salah sektor yang paling
banyak menggunakan bahan bakar minyak yang menunjukkan
kecenderungan terus meningkat. Peningkatan yang terpesat adalah pada
transportasi darat.

68
Tabel 2.3.4. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang di
gunakan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Jenis Kendaraan Jumlah (Unit)
No
Bermotor Jumlah Bensin Solar Gas
1 Mobil Beban 162.873 81.107 16.725 0
2 Penumpang pribadi 25.482 0 0 0
3 Penumpang umum 75.686 255.802 15.395 0
4 Bus besar pribadi 10.551 0 0 0
5 Bus besar umum 24.434 390 2.379 0
6 Bus kecil pribadi 219.654 0 0 0
7 Bus kecil umum 13.873 0 0 0
8 Truk besar 61.605 1.632 46.432 0
9 Truk kecil 90.584 0 0 0
10 Roda tiga 9.891 0 0 0
11 Roda dua 3.049.724 2.534.607 0 0
Sumber : Lampiran Tabel 39. DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Tabel 2.3.4 menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang paling banyak


menggunakan bahan bakar minyak di Sulawesi Selatan adalah kendaraan
roda dua menyusul jenis kendaraan lainnya. Pada tahun terakhir
penggunaan bahan bakar bensin kendaraan roda dua sebanyak 2.534.607,
menyusul jenis kendaraan penumpang 255.802, kendaraan pengangkut
beban : container dan sejenisnya 81.107, truk besar 1.632, serta bus besar
dan kecil 390. Tabel tersebut juga menunjukkan bahan bakar yang
digunakan bahan bakar solar. Dominasi pemakaian solar yaitu pada
kendaraan truk besar sebanyak 46.432, disusul pengangkut beban 16.726,
kendaraan penumpang 15.395 dan bus besar 2.397.

69
Sumber : Di olah dari Lampiran Tabel 39. DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.3.1 Grafik Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber : Di olah dari Lampiran Tabel 39. DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.3.2 Grafik Jenis bahan bakar yang digunakan

2.3.5. Perubahan Penambahan Ruas Jalan


Berdasarkan data PU Dalam Angka 2017 Provinsi Sulawesi Selatan,
pada tahun 2014 telah di perpanjanjang Ruas jalan raya yang sebelumnya
1722,86 km menjadi 1745.92 km pada tahun 2015-2017. Dan untuk jalan
sedang terjadi perubahan atau penambahan ruas jalan dari tahun 2015
1147,51 km menjadi 1500.15.

70
Tabel 2.3.5. Perubahan Penambahan Ruas Jalan Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018
No Kelas Jalan Panjang Jalan dua tahun terakhir(km)
2013 2014 2015 2016 2017
1 Jalan Bebas Hambatan 0 0 0 0 0
2 Jalan Raya 35,638 1722,86 1745,92 1745,92 1745,92
3 Jalan Sedang 1147,51 1147,51 1147,51 1500,15 1500,15
4 Jalan Kecil 0 0 0 0 0
Sumber : Lampiran tabel 40 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

1745,92
1745,92
1745,92 1500,15
1800 1722,86 1500,15
1600
1400 1147,51
1147,51 2013
1200
1147,51 2014
1000
800 0 2015
600 0 0 2017
0 0 2016 2016
400
0 0 2015 2017
200
0 0 35,638 0 2014
0 2013
Jalan Bebas
Jalan Raya
Hambatan Jalan
Sedang Jalan Kecil

Sumber : Dilolah dari Lampiran tabel 40 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.3.3 Perubahan Penambahan Ruas Jalan Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2018

2.4. Resiko Bencana Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018


Sebagai wilayah kepualuan dan merupakan zona pertemuan
lempeng tektonik dan iklim tropis, maka Sulawesi Selatan termasuk wilayah
yang rawan bencana. Gambar 15. menampilkan peta kerawanan bencana
Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam beberapa dekade ini, Sulawesi Selatan
telah mengalami berbagai kejadian bencana, antara lain yaitu:
1. Tahun 1976 terjadi banjir besar di Kota Makassar, sehingga 2/3 bagian
kota terendam air.

71
2. Longsor Kaldera Gunung Bawakaraeng (Jum’at, 26 Maret 2004). 32
orang penduduk yang hilang dan meninggal dunia, 635 ekor ternak sapi,
beberapa rumah dan satu sekolah dasar dan sekitar 1.500 ha lahan
pertanian tertimbun longsoran. Kerugian ditaksir sekitar Rp. 22 milyar.
Terbentuk kubangan dan alur, serta aliran sedimen telah masuk ke dalam
waduk Bili-Bili.
3. Bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Biring Ere, Kecamatan Sinjai
Tengah Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan (Sungai Mangottong)
terjadi pada tanggal 20 Juni 2006 pada pukul 01.00-03.00 Wita yang
mengakibatkan sedikitnya 189 orang meninggal dunia (detiknews.com,
23/06/2006) dan 531 unit bangunan dan infrastruktur yang rusak
(http://ciptakarya.pu.go.id,).
4. Bencana angin puting beliung menerjang 11 kecamatan di Kabupaten
Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan pada Januari 2013, pukul 21.00 WITA.
Satu orang tewas dan lebih dari 650 rumah mengalami kerusakan.
Korban tewas diidentifikasi sebagai seorang wanita berusia 40 tahun
warga Kecamatan Tempa. Ia meninggal akibat tertimpa pohon yang
tumbang.
5. Longsor di anak Sungai Budong-Budong yang disebut sebagai Salulebo
memicu kejadian banjir bandang. Banjir tersebut menerjang Desa
Salolebo dan Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju
Tengah, Sulawesi Barat pada September 2013 pukul 18.30 WIB. Banjir
bandang tersebut menyebabkan 4 orang meninggal, satu orang hilang,
dan satu orang patah kaki. Jumlah rumah yang rusak berat adalah 71
unit dan 316 unit rumah rusak ringan, korban lainnya adalah kerusakan
fasilitas umum seperti masjid, jembatan dan saluran irigasi.
6. Tanah longsor menyapu belasan rumah di Dusun Harapan Makmur, Desa
Maliwowo, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bencana tersebut
terjadi sekitar pukul 06.00 Wita, Jumat 12/5/2017. Peristiwa ini
menyebabkan tujuh warga Angkona meninggal dunia. Mereka yang

72
tewas adalah Darwis, Oga, Nanni, Erna, Sri, Zul, dan Haerul. Tujuh warga
lainnya dievakuasi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
penanganan medis.
7. Bencana banjir di Sengkang, Kabupaten Wajo (21 Juni 2017) ratusan
hektar sawah gagal panen.
2.4.1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir
sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak
terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti
masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan
air seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan
sehingga air keluar dari sungai itu. Ukuran danau atau badan air terus
berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman.
Dengan demikian terjadinya bencana banjir mengakibatkan adanya jumlah
area yang terendam di tiap Kecamatan, serta terdapat korban yang
ditimbulkan oleh musibah tersebut, serta diperkirakan adanya kerugian
karena dampak banjir yang terjadi.

Tabel 2.4.1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun 2018
Total Area Jumlah Korban Perkiraan
No
Kecamatan Terendam Kerugian
(Ha)
Mengungsi Meninggal (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Bantaeng N/A 0 0 N/A
2 Barru N/A 148 0 N/A
3 Bone N/A 200 0 N/A
4 Bulukumba N/A 0 0 N/A
5 Enrekang N/A - - N/A
6 Gowa N/A 2.131 48 N/A
7 Jeneponto N/A 3,276 18 N/A
8 Luwu N/A 0 0 N/A
9 Luwu Timur N/A 31 0 N/A
10 Luwu Utara N/A 0 0 N/A
11 Makassar N/A 10,328 1 N/A
12 Maros N/A 1,626 4 N/A
13 Palopo N/A 0 0 N/A
14 Pangkep N/A 95 1 N/A
15 Parepare N/A 0 0 N/A
16 Pinrang N/A - - N/A
17 Selayar N/A 2 109 N/A

73
Total Area Jumlah Korban Perkiraan
No
Kecamatan Terendam Kerugian
(Ha)
Mengungsi Meninggal (Rp.)
18 Sidrap N/A 0 0 N/A
19 Sinjai N/A 0 0 N/A
20 Soppeng N/A 0 0 N/A
21 Takalar N/A 7,98 2 525,500.000
22 Tana Toraja N/A 0 0 N/A
23 Toraja Utara N/A 0 0 N/A
24 Wajo N/A 2,705 0 N/A
Keterangan : (n/a) not available atau data tidak dapat disajikan
Sumber: Lampiran Tabel 44 DIKPLH Sulawesi Selatan tahun 2018

Terlihat bahwa dari tabel 44 mengenai banjir,korban dan kerugian di Prov.


Sulawesi Selatan, tidak semua data dalam tabel terisi sepenuhnya. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Bantaeng Bantaeng
Meninggal Barru Mengungsi
Barru
Bone
Bulukumba
Bone Enrekang
Gowa
0,00 Bulukumba
Jeneponto
0,00
0,002,00 95,00 0,00
10,33
0,00
1,63
0,00 0,00
2,00
7,98
2,71
0,00 148,00
Enrekang 31,00
0,00
3,28 Luwu
200,00
0,000,00
0,00 0,00 Luwu Timur
48,00
0,000,00 Gowa Luwu Utara
Makassar
109,00 18,00 Jeneponto Maros
1,00
0,00
4,00
1,00
0,00
0,00 Palopo
Luwu
Pangkep
Luwu Timur Parepare
Pinrang
Luwu Utara Selayar
Sidrap
Makassar Sinjai
2.131,00 Soppeng
Maros
Takalar
Palopo Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 44 DIKPLH Sulawesi Selatan tahun 2018

Gambar 2.4.1. Grafik Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018

74
Pada tahun 2018 terlihat bahwa jumlah penduduk korban yang
mengungsi di beberapa Kecamatan terdapat salah satu tempat yang paling
banyak dampak dari bencana banjir, Gowa adalah salah satu persentase
terbanyak dengan jumlah 2.131 penduduk yang mengungsi, dan korban
meninggal terbanyak terdapat di Kecamatan Selayar dengan jumlah 109
penduduk.
2.4.2. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga
bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau
yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah
akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan
lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada
pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan
ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan
dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang
singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
BANTAENG
3889; 3% BARRU
Total Area (ha) BONE
378; 0% BULUKUMBA
2075; 1% 3294; 2% ENREKANG
708; 0% 20; GOWA
0% JENEPONTO
24430; 17% 1949; 1% KOTA MAKASSAR
76; 0% KOTA PALOPO
1173; 1% LUWU
83809; 59% 0; 0% LUWU TIMUR
LUWU UTARA
2250; 2% 76;
MAROS
337; 0% 0%
PANGKAJENE KEPULAUAN
PINRANG
1567; 1%
2097; 1% SELAYAR
2; 0% SIDENRENG RAPPANG
8735; 6%
249; 0% SINJAI
5608; 4% SOPPENG
TAKALAR
21; 0%
TANA TORAJA
WAJO

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 45 DIKPLH Sulawesi Selatan tahun 2018

Gambar 2.4.2. Grafik Bencana Kekeringan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun


2018

75
Rp60.000.000.000
Perkiraan Kerugian

Rp50.000.000.000

Rp40.000.000.000

Rp30.000.000.000

Rp20.000.000.000

Rp10.000.000.000

Rp-

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 45 DIKPLH Sulawesi Selatan tahun 2018

Gambar 2.4.3. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan yang berdasarkan


perkiraan kerugian di masing-masing Kabupaten

Dari data diatas terdapat grafik yang menjelaskan total area (ha) di
masing-masing Kabupaten, dan yang memiliki jumlah terbesar adalah Kab.
Wajo yang mempunyai nilai area sebesar 83.809 ha. Dan total kerugian
yang terbesar terdapat di Kab. Sidenreng Rappang dengan total kerugian
sebesar Rp. 52.410.000.00
2.4.3. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian
Kebakaran hutan adalah peristiwa dimana wilayah yang terdapat
banyak pohon, semak, paku-pakuan, dan rumput mengalami perubahan
bentuk yang disebabkan pembakaran yang besar-besaran. Kebakaran
hutan menyebabkan hutan dilanda api sehingga membuat hutan lenyap
dimakan api. Dampak yang disebabkan kebakaran hutan dapat berupa
positif dan negatif tetapi dampak negatif melebihi dampak pofitif.
Penyebab terjadinya kebakaran hutan ada dua macam yaitu faktor
alam dan faktor ulah manusia. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh
faktor alam bisa berupa kekeringan, musim panas yang berkepajangan, dan
sambaran petir. Terjadinya angin yang kencang juga bisa menyebabkan
kebakaran hutan. Apabila dua batang pohon bergesekan karena tertiup
angin kencang maka bisa menyulut api kecil yang menajadi besar.

76
Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor ulah manusia yaitu
pembakaran hutan secara sengaja untuk membuka lahan baru, membuang
sembarangan putung rokok, dan membakar sampah di dekat hutan. Faktor
ulah manusia sebagai penyebab kebakaran hutan melebihi dari pada faktor
alam. Sebagai contoh 95 persen kebakaran hutan di Indonesia disebabkan
oleh ulah manusia.
Akibat dari terjadinya kebakaran hutan memberikan dampak yang
besar untuk lingkungan yaitu kabut asap, matinya pepohonan, binatang
tidak mempunyai tempat tinggal, dan menjadi penyebab dari terjadinya
banjir dan tanah longsor. Dan untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel
dibawah ini.
Tabel 2.4.2. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

Perkiraan Luas
Perkiraan
No Kabupaten/Kota Hutan/Lahan
Kerugian (Rp.)
Terbakar (Ha)
(1) (2) (3) (4)
1 Bantaeng 15 tad
2 Barru 10 tad
3 Bone 23,35 tad
4 Bulukumba 10,5 tad
5 Enrekang N/A tad
6 Gowa N/A tad
7 Jeneponto 31 tad
8 Luwu 140 tad
9 Luwu Timur 11,9 tad
10 Luwu Utara N/A tad
11 Makassar 5 tad
12 Maros 18 tad
13 Palopo 2 tad
14 Pangkep N/A tad
15 Parepare N/A tad
16 Pinrang 23,5 tad
17 Selayar N/A tad
18 Sidrap N/A tad
19 Sinjai 4,6 tad
20 Soppeng 39 tad
21 Takalar N/A tad

77
Perkiraan Luas
Perkiraan
No Kabupaten/Kota Hutan/Lahan
Kerugian (Rp.)
Terbakar (Ha)
22 Tana Toraja N/A tad
23 Toraja Utara N/A tad
24 Wajo N/A tad
Keterangan : (n/a) : not available atau data tidak dapat disajikan
tad : tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 46 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dapat anda lihat pada tabel 46 yang telah disajikan mengenai


bencana banjir,korban dan kerugian di Kab. Kota yang terlihat bahwa dari
24 Kabupaten tidak semua mengalami lahan terbakar dan jumlah perkiraan
kerugian di Kabupaten tersebut tidak dapat di sajikan atau tidak adanya
data. Dan lebih jelasnya perhatikan ambar grafik dibawah ini.

150
14000%

100

Perkiraan Luas
50 Hutan/Lahan
2335% 3100%
Terbakar (Ha)
1500%
0 1000%
0 0 1050% 3900%
0 0 0 0
0% 0% 0 0
1190%
0 0
1800% 2350% Perkiraan
0
0% 500% 0 0
200% 0 0
0% 0% 0 0 0 460%
0
Kerugian (Rp.)
0% 0% 0 0 0
0% 0% 0 0
0% 0%

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel 46 DIKPLH Sulawesi Selatan tahun 2018
Gambar 2.4.4. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dari gambar grafik diatas menjelaskan bahwa dari perkiraan luas


hutan/lahan terbakar (Ha) terdapat hasil dari perhitungan bahwa di
Kabupaten Luwu salah satu yang mempunyai nilai tertinggi sebesar 140
(Ha) lahan terbakar, dan di Kabupaten Sinjai mengalami nilai terendah
sebesar 4,6 (Ha).

78
2.4.4. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban,
Kerugian
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan
dampak besar bagi populasi manusia Peristiwa alam dapat berupa banjir,
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju,
kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun,
tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam
terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan
bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor
manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang diakibatkan oleh peristiwa
di luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai
matahari.
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu
peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan
besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua factor
yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan factor pemicu .
Tabel 2.4.3. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi,Korban,
Kerugian Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Jumlah Korban
Perkiraan
No Kabupaten/Kota Jenis Bencana Meninggal
Kerugian (Rp.)
(jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bantaeng N/A N/A N/A
2 Barru Tanah longsor - N/A
3 Bone N/A N/A N/A
4 Bulukumba N/A N/A N/A
5 Enrekang N/A N/A N/A
6 Gowa N/A N/A N/A
7 jeneponto N/A N/A N/A
8 Luwu Tanah longsor N/A N/A
9 Luwu Timur Tanah longsor N/A N/A
10 Luwu Utara Tanah longsor N/A N/A
11 Makassar N/A N/A N/A
12 Maros N/A N/A N/A
13 Palopo Tanah longsor N/A N/A
14 Pangkep Tanah longsor N/A N/A
15 Parepare N/A N/A N/A
16 Pinrang Tanah longsor N/A N/A
17 Selayar N/A N/A N/A

79
Jumlah Korban
Perkiraan
No Kabupaten/Kota Jenis Bencana Meninggal
Kerugian (Rp.)
(jiwa)
18 Sidrap Tanah Longsor N/A N/A
19 Sinjai Tanah longsor N/A N/A
20 Soppeng N/A N/A N/A
21 Takalar N/A N/A N/A
22 Tana Toraja Tanah longsor - N/A
23 Toraja Utara Tanah longsor 2 orang N/A
24 Wajo Tanah longsor N/A N/A
Keterangan : (n/a) : not available atau data tidak dapat disajikan
Sumber : Lampiran Tabel 47 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari bencana alam
tanah longsor dan gempa bumi tidak semua Kabupaten terkena dari
dampak yang terjadi. Tetapi ada beberapa Kabupaten terkena, yaitu Barru,
Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Palopo, Pangkep, Pinrang, Sidrap, Sinjai,
Tana Toraja, Toraja Utara, Wajo. Dan dari data tersebut ada satu
Kabupaten yang memiliki korban dari dampak tersebut, salah satunya ialah
Toraja Utara.

2.5. Isu Perkotaan


Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari
perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan
kecenderungannya semakin sulit dikontrol sehingga seringkali menimbulkan
persoalan yang menyangkut persoalan lingkungan (fasilitas, sistem dan
area). Kemunduran lingkungan perkotaan telah terjadi di berbagai daerah,
yang indikasinya dapat dilihat dari aspek fisik (pencemaran air, udara,
kerusakan lahan, dan timbulan sampah) dan aspek sosial ekonomi (dampak
dari manusia yang membuat kehidupan kurang nyaman).
Data aspek fisik dan aspek sosial ekonomi yang merupakan kondisi
eksis yang mutlak dituangkan dalam analisis, selanjutnya dijelaskan
pressure dalam perkotaan yang didukung dengan data, dan response-nya
adalah berbagai kebijakan dan program yang dikembangkan untuk
mengatasi persoalan lingkungan perkotaan tersebut. Salah satu
permasalahan perkotaan adalah sampah, yang meliputi sampah domestik

80
(sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga), dan sampah
spesifik.

2.5.1 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar


Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas tempat Buang air Besar untuk
Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat di gambarkan menurut hasil
pemantauan pada tahun 2017 hingga pada tahun 2018, terdapat jumlah
keala keluarga terbanyak adalah di kota Makassar yaitu sebanyak 331.214
kepala keluarga. dan untuk fasilitas Buang Air Besar berdasarkan data yang
di ambil dari dinas kesehatan Provisi Sulawesi Selatan menunjukan Fasilitas
Buang air Besar tertinggi yang dipakai sendiri ada pada kota Makassar
sebanyak 259.384 kepala keluarga, dan untuk fasililitas Buang Air Besar
yang dipakai bersama yang tertinggi ada pada kota Pinrang, sebanyak
13.097 kepala keluarga, Fasilitas Buang air besar yang dipakai umum yang
tertinggi ada pada kabupaten Selayar, sebanyak 4.393 Kepala Keluarga, dan
fasilitas Buang air Besar Yang langsung kesungai dengan jumlah tertinggi
ada pada kota Bone, sebanyak 46.496 Kepala Keluarga
Tabel 2.5.1. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Wilayah Fasilitas Tempat BAB
No. Jumlah
Administrasi
KK
Kab/Kota Sendiri Bersama Umum Sungai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Selayar 35.130 18.091 930 4.393 10.044
2 Bulukumba 113.730 1.033 6.611 1.517 13.335
3 Bantaeng 52.609 27.009 3.713 2.523 12.884
4 Jeneponto 93.301 40.713 8.920 2.397 32.682
5 Takalar 68.703 43.243 8.003 3.001 13.809
6 Gowa 159.927 166821 8620 1.473 18.592
7 Sinjai 58.747 41.563 1.727 946 8.595
8 Maros 76.396 48.287 6.682 968 18.556
9 Pangkep 84.942 47.973 7.724 3.021 15.337
10 Barru 45.074 28.639 4.458 85 7.496
11 Bone 180.103 108.074 10.743 981 46.496
12 Soppeng 62.348 53230 5285 269 4181
13 Wajo 94.325 91.073 4.736 623 3.617
14 Sidrap 71.806 56.613 7.314 0 0

81
Wilayah Fasilitas Tempat BAB
No. Jumlah
Administrasi
KK
Kab/Kota Sendiri Bersama Umum Sungai
15 Pinrang 83.794 71981 13.097 190 13.676
16 Enrekang 53.178 29.124 8.522 832 8.504
17 Luwu 81.126 42.315 5.338 625 28.855
18 Tana Toraja 54.356 48.374 2410 782 2557
19 Luwu Utara 72.744 49.576 7.754 353 15.817
20 Luwu Timur 64.565 46.371 7.302 710 10.182
21 Toraja Utara 54.214 45.435 4.007 720 2.161
22 Makassar 331.405 259.384 8.526 4.357 5.332
23 Parepare 31.642 30.955 3.154 953 0
24 Palopo 35.273 29.737 4.090 1.468 2.928
Sumber : Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018

350.000
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0

Toraja…
Pinrang
Bantaeng

Bone
Bulukumba

Maros

Sidrap
Takalar

Soppeng

Luwu

Palopo
Pangkep

Parepare
Sinjai

Makassar
Selayar

Tana Toraja
Barru

Luwu Utara
Enrekang
Gowa

Wajo

Luwu Timur
Jeneponto

Jumlah KK

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018


Gambar 2.5.1. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah KK

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000
Sendiri
-

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018


Gambar 2.5.2. Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di gunakan sendiri

82
14.000

12.000

10.000

8.000

6.000
Bersama
4.000

2.000

Sidrap

Toraja Utara

Parepare
Enrekang

Luwu Utara
Selayar

Bantaeng

Bone

Pinrang
Gowa

Pangkep
Barru

Makassar

Palopo
Bulukumba

Tana Toraja
Sinjai

Luwu Timur
Takalar

Maros

Wajo

Luwu
Soppeng
Jeneponto

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018


Gambar 2.5.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di gunakan sendiri

5.000
4.000
3.000
2.000
1.000 Umum

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018


Gambar 2.5.4. Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di gunakan Umum

50.000
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000 Sungai
10.000
5.000
-
Selayar

Sidrap

Luwu Utara
Bone

Enrekang
Pangkep

Toraja Utara

Parepare
Gowa

Maros

Barru

Pinrang
Bulukumba

Palopo
Luwu Timur

Makassar
Takalar

Sinjai

Wajo

Tana Toraja
Soppeng
Bantaeng

Luwu
Jeneponto

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 31 DIKPLH Sulsel Tahun 2018


Gambar 2.5.5. Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang di yang langsung ke
sungai

83
2.5.2 Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber
Pencemaran Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Sumber pencemaran dari limbah pada dan cair berdasarkan luas
wilayah paling besar adalah Bandara Sultan Hasanuddin Makassar yaitu
428,98 Ha, kemudian disusul oleh tempat wisata Kab. Sidrap dengan luas
wilayah 386,25 Ha, dan kemudian terluas ketiga pada Bandara Udara Seko
dengan luas wilayah 154,60 Ha, selebihnya untuk sumber pencemaran
berdasarkan luas wilayah berkisar 81-1 Ha saja. Namun tidak serta merta
bahwa luas wilayah berbanding lurus pada jumlah limbah yang dihasilkan.
Adapun rincian data dari jumlah limbah pada dan cair berdasarkan sumber
pencemaran yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018,
merupakan perpaduan data yang tersebar ditiap kabupaten yang ada di
Sulawesi Selatan berdasarkan sumber pencemarannya.
Tabel 2.5.2 Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan
SumbePencemaran di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ luas limbah limbah limbah B3 limbah B3
No
pencemaran klasifikasi (Ha) padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

a. Bergerak
Terminal Angkutan
1 Terminal 0,15 0,30 0,00 0,00 0,00
darat Benteng
Terminal Induk kab.
2 Terminal 4,47 3,00 0,00 0,00 0,00
bulukumba
3 Terminal Bantaeng Terminal 0,96 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Terminal Karisa Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Angkutan
5 Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Darat Pattallasang
Terminal
6 Sunggu/Cappa Terminal 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Bungaya
Terminal Pembantu
7 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Malino
Terminal Pembantu
8 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Malakaji
Terminal Pembantu
9 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sapaya
Terminal Pembantu
10 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Limbung
Terminal Pembantu
11 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Samata

84
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ luas limbah limbah limbah B3 limbah B3
No
pencemaran klasifikasi (Ha) padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

12 Terminal Tellulimpoe Terminal 0,20 0,00 0,00 0,00 0,00


13 Terminal Marusu Terminal 2,49 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Angkutan
14 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Darat
Terminal
15 Terminal 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Mattirowalie
16 Terminal Pekkae Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Pembantu
17 Terminal 0,55 0,00 0,00 0,00 0,00
Ralla
Terminal Pembantu
18 Terminal 0,75 0,00 0,00 0,00 0,00
Bojo
Terminal Petta
19 Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Punggawae
Terminal
20 Terminal 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00
Watansoppeng
Sub Terminal
21 Sub Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Takalala
Sub Terminal
22 Sub Terminal 0,70 0,00 0,00 0,00 0,00
Cabenge
Sub Terminal Batu-
23 Sub Terminal 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00
batu
Sub Terminal
24 Sub Terminal 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Tajuncu
Sub Terminal
25 Sub Terminal 0,25 0,00 0,00 0,00 0,00
Pacongkang
Terminal Regional
26 Terminal 1,50 2,30 0 0,00 0,00
Callacu
27 Terminal Lawawoi Terminal 0,23 - 0,00 0,00 0,00
28 Terminal Pangkejene Terminal 0,90 5,00 0,00 0,00 0,00
29 Terminal Paleteang Terminal 2,01 - 0,00 0,00 0,00
Terminal Sentral
30 Terminal 0,43 - 0,00 0,00 0,00
Pinrang
31 Terminal Enrekang Terminal 1,40 5,00 0,00 0,00 0,00
32 Terminal Belopa Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
33 Terminal Masamba Terminal 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00
34 Terminal Malili Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
35 Terminal Tomoni Terminal 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal
36 Terminal 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00
Wawondula
37 Terminal Makale Terminal 1,21 3,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Bolu
38 Terminal 1,07 0,00 0,00 0,00 0,00
Rantepao
Terminal Regional
39 Terminal 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Daya
40 Terminal mallengkeri Terminal 2,62 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Induk
41 Terminal 7,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Lumpue

85
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ luas limbah limbah limbah B3 limbah B3
No
pencemaran klasifikasi (Ha) padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

42 Terminal Lapa'de Terminal 2,46 0,00 0,00 0,00 0,00


43 Terminal Soreang Terminal 0,76 0,00 0,00 0,00 0,00
44 Terminal Lakassi Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal
45 Terminal 0,25 23386,84 0,00 0,00 0,00
Danggerakko
Pelabuhan
Penyeberangan
46 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Garongkong Batu
Licin
Pelabuhan
47 Pelabuhan 0,42 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan Siwa
Pelabuhan
48 Pelabuhan 3,50 2,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan Bira
Pelabuhan
49 Penyeberangan Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pamatata
Pelabuhan
50 Penyeberangan Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pattumbukang
Pelabuhan
51 Penyeberangan Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bajoe
52 Pelabuhan Makassar Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
53 Pelabuhan Paotere Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
54 Pelabuhan Galesong Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
55 Pelabuhan Bunging Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
56 Pelabuhan Bantaeng Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
57 Pelabuhan Leppe Pelabuhan 0,03 1,00 0,00 0,00 0,00
58 Pelabuhan Selayar Pelabuhan 0,06 0,11 0,00 0,00 0,00
59 Pelabuhan Jampea Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
60 Pelabuhan Bonerate Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
61 Pelabuhan Kayuadi Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
62 Pelabuhan Larea-rea Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
63 Pelabuhan Bajoe Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
64 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pattirobajo
Pelabuhan
65 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Biringkassi
66 Pelabuhan Awerange Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
67 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Garongkong
0,54783
(DLKR 0,00 0,00 0,00 0,00
daratan)
68 Pelabuhan Pare-pare Pelabuhan 0,2778
(DLKR
0,00 0,00 0,00 0,00
Perairan
)

86
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ luas limbah limbah limbah B3 limbah B3
No
pencemaran klasifikasi (Ha) padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)
0,03984
0 0,00 0,00 0,00 0,00
(DLKP)
69 Pelabuhan Siwa Pelabuhan 3,50 2,75 0,00 0,00 0,00
70 Pelabuhan Palopo Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
71 Pelabuhan Malili Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
72 Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
Marabombang
Bandara Sultan
73 Hasanuddin Bandara 428,98 58,80 0,00 0,00 0,00
Makassar
Bandara H.Aroepala
74 Bandara 81,98 16,39 0,00 0,00 0,00
Selayar
Bandara Andi
75 Bandara 21,25 0,10 0,00 0,00 0,00
Jemma Masamba
76 Bandar Udara seko Bandara 154,60 0,08 0,00 0,00 0,00
77 Bandar Udara Rampi Bandara 11,03 0,09 0,00 0,00 0,00
Bandara Slaga Ligo
78 Bandara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(Bua)
79 Bandar Udara Bone Bandara 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00
Bandar Udara
80 Bandara 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00
Pongtiku
b. Tidak Bergerak
1 RS. Labuang Baji Rumah Sakit 0,00 5,00 8,00 50,00 10,00
2 RS Stella Maris Rumah Sakit 0,00 1,00 - 60,00 56,00
3 RS Awal Bros Rumah Sakit 0,00 3,30 110,17 0,11 110,17
4 RS Bhayangkara Rumah Sakit 0,00 0,70 105,00 0,20
5 RS. Tadjuddin Halid Rumah Sakit 0,00 4,00 20,00 1,90 -
6 RS. Wahidin Rumah Sakit 0,00 9,75 359,40 0,81 0,02
RSUD Sayang
7 Rumah Sakit 0,00 3,00 5,00 0,20 0,30
Rakyat
8 RSUD Kota Makassar Rumah Sakit 0,00 1,60 - 0,05 -
9 RS Haji Rumah Sakit 0,00 8,00 2,90 0,01 0,20
10 RS. Siloam Rumah Sakit 0,00 2,00 85,00 0,35 0,01
11 RS. Ibnu Sina Rumah Sakit 0,00 0,63 144,10 0,05 144,10
12 RS. Nene Mallomo Tipe C 2,46 7,44 161,25 2,48 0,37
13 RS. Arifin Nu'mang Tipe D 1,00 3,00 65,00 1,00 0,15
14 RS. Anugrah Tipe D 0,19 1,56 33,75 0,52 0,08
Wisata
Tempat Wisata
15 alam/Wisata 386,25 320,44 - - -
(Kab. Sidrap)
Sejarah
Hotel/Wisma (Kab.
16 Melati 29,68 8904,00
Sidrap)
17 RS. Ibnu Sina Rumah Sakit 0,00 0,63 144,10 0,05 144,10
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 35 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

87
Untuk kategori limbah padat yang dihasilkan tempat wisata yang berada di
Kab. Sidrap menghasilkan jumlah limbah padat yang cukup besar
dibandingkan sumber lain yaitu sebesar 320,44 m3/hari walaupun hanya
memiliki luas wilayah 386,25 Ha lebih kecil dibandingkan luas wilayah
Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, namun penghasil limbah padat
dengan jumlah terbesar adalah Terminal Danggerakko yakni sebesar
23.386,84 m3/hari dengan luas yang cukup kecil yaitu 0,25 Ha. Sedangkan
untuk kategori limbah cair, Hotel/Wisma yang berada di Kab. Sidrap
menghasilkan limbah cair yang cukup besar dibandingkan sumber lain yaitu
sebesar 8.904 m3/hari. Untuk Kategori limba B3 padat rumah sakit adalah
sumber menghasilkan limbah cukup besar yakni RS. Stella Maris 60 m3/hari
disusul RS. Labuang Baji sebesar 50 m3/hari. Untuk Limbah B3 cair, RS.
Awal Bros dan RS. Ibnu Sina memiliki volume limbah cair masing-masing
sebesar 110,17 m3/hari dan 144,10 m3/hari.
Untuk lebih sederhanya, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini ;

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 35 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar2.5.6. Luas Wilayah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber


Pencemaran yang bergerak Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

88
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 35 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.5.7 Jumlah Limbah Padat berdasarkan Sumber Pencemaran yang


bergerak Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.5.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk


dan Kepadatan Penduduk
Penduduk merupakan unsur terpenting dalam proses pembangunan.
Keseluruhan hasil pembangunan diprioritaskan untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Kebijakan pembangunan juga harus diarahkan
untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kependukan, jumlah,
kepadatan serta dinamika pergerakannya merupakan faktor penting yang
mendorong terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup. Pertumbuhan
dan penyebaran penduduk, baik sebagai akibat perpindahan atau migrasi
maupun murni pertambahan angka kelahiran yang pada gilirannya
mengakumulasi daya tekan terhadap keadaan sumber daya setempat dan
pada saatnya menjadi daya dorong terhadap terjadinya degradasi
lingkungan. Kualitas kependudukan merupakan suatu keadaan yang
menunjukan nilai yang menunjukan nilai suatu penduduk yaitu suatu
penduduk dikatakan bernilai tinggi atau atau memiliki kualitas tidak hanya
dipandang dari segi jumlah tetapi ada komponen lain yang menyertainya.

89
Pengertian kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk
dengan luas wilayahnya. Kepadatan penduduk menunjukkan jumlah rata-
rata penduduk pada setiap km2.
Tabel 2.5.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan
Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2018
Kepadatan
Jumlah Pertumbuhan
No. Kabupaten/Kota Luas (km2) Penduduk
Penduduk Penduduk (%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kepulauan Selayar 903.50 133 003 1.07 1.53
2 Bulukumba 1.154.67 415 713 0.63 4.78
3 Bantaeng 395.83 185 581 0.60 2.14
4 Jeneponto 903.35 359 787 0.59 4.14
5 Takalar 566.51 292 983 1.05 3.37
6 Gowa 1.883.32 748 200 1.75 8.61
7 Sinjai 819.96 241 208 0.65 2.78
8 Maros 1.619.12 346 383 1.04 3.99
9 Pangkep 1.112.29 329 791 0.95 3.79
10 Barru 1.174.71 172 767 0.45 1.99
11 Bone 4.559.00 751 026 0.54 8.64
12 Soppeng 1.359.44 226 466 0.08 2.61
13 Wajo 2.506.20 395 583 0.30 4.55
14 Sidrap 1.883.25 296 125 1.09 3.41
15 Pinrang 1.961.17 372 230 0.74 4.28
16 Enrekang 1.786.01 203 320 0.83 2.34
17 Luwu 3.000.25 356 305 0.87 4.10
18 Tana Toraja 2.054.30 231 519 0.55 2.66
19 Luwu Utara 7.502.68 308 001 0.87 3.54
20 Luwu Timur 6.944.88 287 874 2.20 3.31
21 Toraja Utara 1.151.47 228 414 0.64 2.63
21 Makassar 175.77 1 489 011 1.36 17.13
22 Pare Pare 99.33 142 097 1.22 1.64
23 Palopo 247.52 168 894 2.34 2.04
Sumber : Lampiran Tabel 48 DIKPLH Sulsel Tahun 2018

Berdasarkan data dari BPS Tahun 2018 Sulawesi Selatan adalah


sebuah Provinsi yang terletak dibagian Sulawesi Selatan dan Ibukota dari
Sulawesi Selatan Adalah Makassar yang mencapai nilai 8.771.970 jiwa dan
Kota Makassar adalah salah satu penduduk yang tertinggi dengan jumlah
sebesar 1.489.011 jiwa. Dan Kabupaten yang memiliki Penduduk yang
terendah seperti Palopo, Pare-pare, Enrekang, Soppeng, Barru, Sinjai,
Bantaeng dan Kepulauan Selayar dengan penduduk rendah.

90
1.600.000 1.489.011
1.400.000

1.200.000

1.000.000

748.200 751.026
800.000

600.000
415.713 395.583 372.230
359.787 346.383
329.791 356.305
400.000 292.983 296.125 308.001
287.874
241.208
185.581 172.767
226.466 203.320 231.519 228.414
168.894
142.097
200.000 133.003

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 48 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.5.8 Jumlah Penduduk menurut dalam angka Sulawesi Selatan Tahun
2018
Dimana dari grafik diatas menunjukan bahwa terdapat jumlah
penduduk mulai dari yang terendah sampai dengan penduduk yang
tertinggi. Dan dari data yang didaptkan dapat dilihat bahwa Makassar yang
mempunyai persentase yang terbesar diantara lainnya.

Luas (km₂)
800.000 750268

694488
700.000

600.000

500.000 455900

395830
400.000

300025
300.000 250620
196117 205430
188332 188325 178601
200.000 161912
135944
115.467 117471
111229 115147
90335 81996
100.000 56651
17577 9933 24752

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 48 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.5.9. Persentase mengenai luas yang ada di Sulawesi Selatan Tahun
2018

Perhatikan grafik yang ada diatas, dimana bisa dilihat bahwa dari
semua Luas terdapat hasil persentase terendah yang di isi oleh Pare-pare,
Palopo, dan Makassar.

91
Pertumbuhan
Penduduk (%)
250 234
220

200 175

150 136
122
107 105 104 95 109
87 87
100
63 60 59 65 74 83 64
45 54 55
50 30
8
0
Bantaeng

Soppeng

Pare Pare
Jeneponto

Bone

Luwu

Luwu Utara
Kepulauan Selayar

Sidrap

Tana Toraja

Palopo
Sinjai
Maros
Bulukumba

Gowa

Pinrang
Pangkep

Luwu Timur
Wajo
Takalar

Enrekang

Toraja Utara
Barru

Makassar
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 48 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.5.10. grafik terkait Pertumbuhan Penduduk di masing-masing
Kabupaten di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dari hasil data terdapat pertumbuhan penduduk yang mengalami


hasil bahwa Palopo salah satu Pertumbuhan Penduduknya yang mengalami
peningkatan yang tertinggi.

Kepadatan
Penduduk (%)
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
0
Soppeng

Luwu Timur
Bantaeng
Jeneponto

Bone

Pare Pare
Sidrap

Luwu Utara
Kepulauan Selayar

Luwu

Palopo
Sinjai
Maros
Bulukumba

Tana Toraja
Gowa

Pangkep

Pinrang
Takalar

Barru

Wajo

Enrekang

Toraja Utara
Makassar

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 48 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.5.11. Hasil Dari Kepadatan Penduduk Menurut BPS Tahun 2018
Hasil dari grafik diatas berasal dari data dalam angka Tahun 2018
yang menunjukkan hasil Kepadatan penduduk dengan persentase tertinggi
dicapai kepada Ibukota dari Sulawesi Selatan adalah Makassar.

92
2.5.4. Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Tempat pembuangan akhir (disingkat TPA) adalah tempat untuk


menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. TPA
dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah
membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan
oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum untuk limbah
buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA.
Dampak tersebut bisa beragam: musibah fatal (misalnya, burung bangkai
yang terkubur di bawah timbunan sampah); kerusakan infrastruktur
(misalnya, kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat); pencemaran
lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah
penutupan TPA); pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan
sampah organik (metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih
potensial daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk
suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat,
khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia
Ketiga; jelas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (misalnya, debu,
bau busuk, kutu, atau polusi suara).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul
di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara
aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar
keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

93
Tabel 2.5.4. Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Luas Volume
Nama Jenis Kapasitas
No. Kabupaten TPA Eksisting
TPA TPA (M3)
(Ha) (M3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
TPA Mancani, Bangunan TPS
1 Palopo N/A 72 Ton N/A
Kec. Tellu Wanua 60, Kontainer 3
TPA Alloppoe TPS(Container) 31
Kel.Lappade Kec. Unit ,
2 Pare-Pare N/A 401 Ton N/A
Ujung Kota Pare- (Pasangan Batu)
Pare 277 Unit
TPA Passipo
Bak 22 coutiner
3 Watampone Desa Passipo N/A 50 Ton N/A
7
Kec. Talakka
TPA Batu Terang
Desa Bonto
Jumlah TPS (Bak)
4 Bantaeng Salluang Kec. N/A 103 Ton N/A
67 , (Continer)9
Bisappu Kab.
Bantaeng
TPA Padangloang
Jln. Sultan
Jumlah TPS Bak
5 Barru Hasanuddin Kel. N/A 54 Ton N/A
30 Container 6
Coppo Kec.barru
Kab. Barru
TPA Borong
Manempa Dusun
Jumlah TPS 24
6 Bulukumba Borong Manempa N/A 96 Ton N/A
Unit
Desa Taccorong
Kec. Gantarang
TPA Parak
Kaburu Jln. Poros
Kep. Parak Kaburu Jumlah TPS 30
7 N/A 90 Ton N/A
Selayar Desa Parak Dan Buah
desa Kaburu Kec.
Bonto Manai
TPA
Tallangbulawang
Countiner 25
8 Luwu Desa N/A 115 Ton N/A
Tersebar 15
Tallangbulawang
Kec. Bajo
TPA Matang Jln.
Desa Batu mila 49 Bangunan TPS
9 Enrekang N/A 61 Ton N/A
Kec .Maiwa Kab. 3 Kontainer
Enrekang
TPA Ussu Desa
Jumlah TPS 27
10 Luwu Timur Ussu Kec. Malili N/A 65 Ton N/A
Coutiner 9
Kab. Luwu Timur
TPA Malea
Kel.Padangiring
11 Tana Toraja N/A N/A 36 Ton N/A
Kec. Rantetayo
Kab. Tana Toraja

94
Luas Volume
Nama Jenis Kapasitas
No. Kabupaten TPA Eksisting
TPA TPA (M3)
(Ha) (M3)
TPA Meli Jln.
Panampuang TPS 40 Kountiner
12 Luwu Utara N/A 85 Ton N/A
Desa Meli Kec. 15
Baebunta
TPA Malimpung
Jln. Benteng
13 Pinrang Desa Malimpung Jumlah TPS 59 N/A 118 Ton N/A
Kec.Patangpanua
Kab. Pinrang
TPA Bontoa Jln. TPS 47 Countiner
14 Pangkep N/A 67 Ton N/A
Poros Tonasa II 5 Buah
TPA Tondong
Jumlah TPS 30
15 Sinjai Desa Kampala N/A 54 Ton N/A
Kontainer 6
Kec.Sinjai timur
TPA Cempalagi Kontainer 11 dan
16 Wajo Jln. Kejaksaan Bangkunan Batu N/A 111 Ton N/A
timur 67
Jumlah TPS 35
(coutiner)
TPS 90 (Pasangan
Batu) TPS
TPA Patommo
25(Motor
Jln.TPA Kel.
17 Sidrap Sampah) N/A 138 Ton N/A
Batulappa Kec.
TPS 11(Truk
Watangpulu
terbuka)
TPS 4 Dump
Truck
TPS 7 arm roll
TPA Bonto
Ramba Jln. Poros
25 Kontainer 109
18 Maros Kariango Kec. N/A 209 Ton N/A
Pasang Batu
Mandai Kab.
Maros
TPA Lempa
6 kontainer 53
19 Soppeng Kel.Lalabata N/A 77 Ton N/A
pasang batu
Rilau Kec.Labata
Jumlah TPS
15(coutiner)
TPS 40 (Pasangan
TPA Bonto -
Batu)
20 Jeneponto Bonto Kab. N/A 100 Ton N/A
TPS 15(Motor
Jeneponto
Sampah)
Rumah Kompos 5
Unit
TPA
Kontainer 9 dan
21 Gowa Pa'bettengang N/A 61 Ton N/A
Pasang Batu 25
Desa
TPA Balang, Kontaner 11 + 6
22 Takalar N/A 50 Ton N/A
Takalar pasang batu
TPA Tamangapa 82 Arm Roll, 36
23 Makassar N/A 847 Ton N/A
Jln. Tamangapa Kontainer, 125

95
Luas Volume
Nama Jenis Kapasitas
No. Kabupaten TPA Eksisting
TPA TPA (M3)
(Ha) (M3)
Raya Kel. Antang
Truk, 136
Kec. Manggala Tangkasaki
11 container
TPA Buntu
berupa truk, Bank
Kambuno
Toraja Sampah Pasar
24 Lembang Karua N/A 48 Ton N/A
Utara Pagi Jln.Tagari,
Kec. Saddan
TPA dalam Proses
Balusu
Pembangunan
Keterangan : N/A (not available) tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 49 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dalam uraian tabel diatas terlihat jelas bahwa dari Kabupaten


masing-masing mempunyai nama TPA, jenis TPA, luas TPA, kapasitas dan
volume eksisting. Dari uraian hasil tersebut dijelaskan bahwa tiap
Kabupaten mempunyai jenis TPA yang berbeda-beda sesuai tempatnya.
Sehingga jenis TPA yang terdapat di dalamnya terbagi TPS, bak sampah
hingga container. Hasil dari data kapasitas mengalami jumlah tertinggi
berada di Kota Makassar, dengan nilai 847 Ton. Yang dimana penumpukan
sampah terbanyak dihasilkan oleh suatu Kota Makassar dengan jumlah
penduduk sebesar 1.489.001 jiwa.
Palopo
Kapasitas Pare-Pare

(M3) Watampone
Bantaeng
Barru
48 72 Bulukumba
401 Kep. Selayar
Luwu
847 50 Enrekang
103 Luwu Timur
54 Tana Toraja
96 Luwu Utara
Pinrang
Pangkep
90 Sinjai
Wajo
50 115 Sidrap
61
61 Maros
100 65 Soppeng
77 36 Jeneponto
85
Gowa
209 118 Takalar
138 111 54 67 Makassar
Toraja Utara

Sumber : Lampiran Tabel 48 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018


Gambar 2.5.12. Kapasitas (M3) di Sulawesi Selatan Tahun 2018
grafik diatas menunjukkan hasil bahwa kapasitas suatu TPA terbagi
dari nilai yang berbeda dan dimana Kota Makassar yang menduduki hasil

96
yang tertinggi dengan nilai 847 Ton. Dan dari beberapa hasil terdapat pula
nilai yang terendah sebesar 36 Ton dan 50 Ton yang ditempati oleh Tana
Toraja dan Takalar.
2.5.5. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari
Menurut Tchobanoglus, Theisen dan Vigil (1993), dalam Sulistyowen
(2002) mendefinisikan sampah adalah bahan buangan dari aktifitas
manusia dan hewan yang umumnya dalam bentuk padat dan sudah tidak
terpakai atau dibutuhkan lagi. Menurut SNI 19-2452-2002 sampah adalah
limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sedangkan menurut
UU RI No.18 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan /
atau proses alam yang berbentuk padat. Menurut SNI 19-2452-2002 definisi
dari timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun per kapita perhari, atau perluas
bangunan, atau perpanjang jalan.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di
masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan
pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan
sampah merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan
persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai
satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya.
Rata- rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan
daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya.
Tabel 2.5.5. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018
Timbulan
Jumah
No Kabupaten/Kota Sampah
Penduduk
kg/org/hari
(1) (2) (3) (4)
1 Selayar 128.744 51.498
2 Bulukumba 407.775 163.110
3 Bantaeng 182.283 72.913
4 Jeneponto 355.287 142.115

97
Timbulan
Jumah
No Kabupaten/Kota Sampah
Penduduk
kg/org/hari
(1) (2) (3) (4)
5 Takalar 283.762 113.505
6 Gowa 709.386 283.754
7 Sinjai 236.497 94.599
8 Maros 335.596 134.238
9 Pangkep 320.293 128.117
10 Barru 170.316 68.126
11 Bone 738.515 295.406
12 Soppeng 225.709 90.284
13 Wajo 391.980 156.792
14 Sidrap 286.610 114.644
15 Pinrang 364.087 145.635
16 Enrekang 198.194 79.278
17 Luwu 347.096 138.838
18 Tana Toraja 227.588 91.035
19 Luwu Utara 299.989 119.996
20 Luwu Timur 269.405 107.762
21 Toraja Utara 224.003 89.601
22 Makassar 1.429.242 714.621
23 Parepare 136.903 54.761
24 Palopo 164.903 65.961
TOTAL 8.434.163 3.516.589
Sumber: Lampiran Tabel 50 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Uraian data tabel diatas menunjukan hasil dari kepadatan penduduk


per Kabupaten dan timbulan sampah kg/org/hari. Data diatas adalah hasil
dari laporan DIKPLH yang dimana terdapat total dari kepadatan penduduk
diduduki oleh Kota Makassar dengan kata lain Kota Makassar pula yang
mengalami nilai tinggi dari timbungann sampah tersebut.

98
Jumah Penduduk
1.600.000 1.429.242

1.400.000
1.200.000
1.000.000
738.515
800.000 709.386

600.000
407.775 391.980
355.287 335.596 364.087 347.096
320.293
400.000 283.762
236.497
286.610 299.989
269.405
182.283 170.316
225.709 198.194 227.588 224.003
164.903
136.903
128.744
200.000
-

Sumber : Laporan DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.5.13. Perkiraan Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2018
Hasil dari Jumlah Penduduk yang terbanyak adalah Makassar dengan
tingkat jumlah Penduduk menurut data BPS ± 1. 429.242 Jiwa.

Timbulan Sampah kg/org/hari


800.000
714.621

700.000

600.000

500.000

400.000
283.754 295.406
300.000

163.110
200.000 142.115 134.238
128.117
156.792 145.635
138.838
113.505 114.644 119.996
107.762
94.599
72.913 68.126
90.284 79.278 91.035 89.601
65.961
100.000 51.498 54.761

Sumber : Laporan DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018


Gambar 2.5.14. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah per Hari Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

Makassar dengan hasil Jumlah Penduduk yang tertinggi maka


Timbulan sampah yang berdampak jatuh ke Kota tersebut dengan
persentase 714.621.

99
2.5.6 Jumlah Bank Sampah
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk
mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan
sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan
dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola
menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas
sukarelawan . Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank
serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank. Bank sampah
memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti
membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang
ekonomis. Manfaat bank sampah untuk masyarakat adalah dapat
menambah penghasilan masyarakat karena saat mereka menukarkan
sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang
dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat
sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya
sudah terkumpul banyak. bank sampah di Kota Makassar tak bisa dipungkiri
lagi sebagai percontohan nasional.
Terbukti, dalam ajang Pekan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Walikota Makassar,
Mohammad Ramdhan Pomanto dan koordinator bank sampah Makassar,
Saharuddin Ridwan akan tampil bareng dalam talkshow yang juga dihadiri
Oleh menteri KLHK Sitti Nurbaya Bakar. Talkshowa dengan tema, Circular
Economy dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah ini, Kota
Makassar diminta untuk memaparkan strategi dan kiat pemerintah kota
Makassar dalam mengembangkan program bank sampah. Selain itu,
Makassar juga diharapkan memberikan solusi pengelolaan bank sampah
melalui intervensi pemerintah kota selama ini dengan membantuk Unit
Pelaksana Teknis Bank Sampah pusat yang melayani kurang lebih 1000
bank sampah di Kota Makassar.

100
Tabel 2.5.6. Jumlah Bank Sampah di Kota Makassar
Tahun 2018

Jumlah
Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan Nama Bank Sampah SK Sampah Status Omset (Rp)
Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 RESTU BUMI Tad 9.761 1 BSU Kec.Tallo 600 Tad 26.599.500
2 SEHATI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
3 LA'LATANG 063/KBL/XII/2015 4.371 1 BSU Kec.Tallo 165 11 8.148.550
4 TUNAS HARAPAN Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
5 CAHAYA SUWANGGA Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
6 MUTIARA Tad 1.985 1 BSU Kec.Tallo 607 Tad 5.443.400
7 STAR Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
8 SUWANGGA 4 Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
9 RAKYAT TALLO 140/02/SK/TL/II/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 8 0
10 BERLIAN 15/S.KEP/-RPK/VII2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 11 0
11 PERMATA BUNDA 15/KRK/VIII/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 11 0
TALLO
12 PERMATA 03/07.1005/S.KEP/LKB/X/2013 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
13 MARBO BAHARI 140/15/TL/VI/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
14 LESTARI 140/18/TL/X/2015 135 1 BSU Kec.Tallo 285 9 280.950
15 SIPORENNU 063/KBL/XII/2015 10.649 1 BSU Kec.Tallo 380 10 26.189.450
16 BERSINAR Tad 0 1 BSU Kec.Tallo 100 Tad 0
17 RAJATA Tad 6.815 1 BSU Kec.Tallo 100 Tad 15.299.500
18 REMPONG 140/01/S.KEP/TL/XI/2015 2.970 1 BSU Kec.Tallo 450 8 7.786.000
19 SIPAKAINGA 15/S.KEP/-RPK/VII2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
20 ASRI 140/097/S.KEP/RJ/IX/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
21 SIPAKALEBBI 000/09/KTM/II/2016 451 1 BSU Kec.Tallo Tad 18 989.000
22 SIKATUTUI 12/KBL/XI/2014 2.304 1 BSU Kec.Tallo Tad 8 7.278.400

101
Jumlah
Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan Nama Bank Sampah SK Sampah Status Omset (Rp)
Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
23 KEBUN RAYA 13/S.KEP/KP/XI/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
24 MATANGKASA 76/07/LKG/XII/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
25 BEROANGING 12/SK/PNP/X/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
26 GAMBUS 10/07.1005/S.KEP/LBK/XI/2015 3.117 1 BSU Kec.Tallo 30 9 5.873.200
27 HARAPAN 140/050/S.KEP/RJ/V/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
28 AR DG. NGUNJUNG 90/S.KEP/RPK/XII/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 14 0
29 SIPAKATAU Tad 577 1 BSU Kec.Tallo Tad Tad 1.127.200
30 SIPAKALEBBIRI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
31 ASRI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
32 HARAPAN Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
33 ARIF ILHAM 600/12/S.KEP/KLM/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 10 0
34 MAWAR 600/10/KBL/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo 30 10 0
35 JULUATIA Tad 3.320 1 BSU Kec.Tallo 30 Tad 6.644.800
36 SIPAKAINGE Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
37 MALANNYING Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
38 IDOLA Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
39 NUSA INDAH 2 14/S.KEP/VII/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
40 TANGKASAKI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
41 SENGKABATU PARK 600/019/KBI/IV/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
42 SAMBORI 09/S.KEP-LLT/VIII/2016 2.947 1 BSU Kec.Tallo 30 9 10.004.250
43 SIKATUTUI Tad 2.304 1 BSU Kec.Tallo Tad Tad 7.278.400
44 SIPAKATAU Tad 577 1 BSU Kec.Tallo Tad Tad 1.127.200
45 FITRIAH Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
46 ANGGREK Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
47 SALING MENDUKUNG 082/KBL/IV/2017 666 1 BSU Kec.Tallo Tad 10 1.486.700

102
Jumlah
Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan Nama Bank Sampah SK Sampah Status Omset (Rp)
Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
48 KETAPANG 06/600/02/002/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 18 0
49 ROSMAWAR 07/S.KEP/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo 30 9 0
50 MONUMEN 40.000 42/S.KEP/LLT/V/2017 0 0 BSU Kec.Tallo 30 8 0
51 SIPAKAINGA 50/S.KEP/RPK/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 14 0
52 MADANI 5 900/13/S.KEP/BEB/V/2016 1.758 1 BSU Kec.Tallo 10 7 4.976.500
53 TUNAS JAYA 38/S.KEP/LLT/IV/2017 304 1 BSU Kec.Tallo Tad 8 826.900
54 LOSARI NQ 361 900/50/S.KEP/BEB/VII/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 7 0
55 SEHATI ORW 01 02/S.KEP/KUPB/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo 31 10 0
56 JPL ORW 004 41/S.KEP/K.UPB/VIII/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 10 0
57 BIRING TAMPARANG 421.2/011/SDNTT69/VII/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 13 0
58 RUBAHRONG 421.2/047/KLK-II/VII/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 16 0
59 ASAM INDAH 421.2/59/SDI.CAMB.II/TI/IX/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
60 RENSIK 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
IV/2016
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
61 SMA NEGERI 17 0 0 BS.Sekolah Tad 19 0
IV/2017
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
62 SUNU 162 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
IV/2018
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
63 A'BULO SIBATANG 0 0 BS.Sekolah Tad 13 0
IV/2019
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
64 BASSIJAYA 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
IV/2020
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
65 SIKAMASEANG 0 0 BS.Sekolah Tad 15 0
IV/2021
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
66 CAPOA 0 0 BS.Sekolah Tad 14 0
IV/2022
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
67 MACORAE 0 0 BS.Sekolah Tad 15 0
IV/2023

103
Jumlah
Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan Nama Bank Sampah SK Sampah Status Omset (Rp)
Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
ZAMRUD 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
68 0 0 BS.Sekolah Tad 15 0
KHATULISTIWA IV/2024
MOTHIE MEGA 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
69 0 0 BS.Sekolah Tad 20 0
PANTHREE IV/2025
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
70 SIPATOKKONG 0 0 BS.Sekolah Tad 17 0
IV/2026
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
71 SAMATURU 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
IV/2027
72 RUBAHRONG Tad 0 0 BS.Sekolah Tad Tad 0

73 TANGKASA Tad 3.650 1 BS.Sekolah 180 Tad 13.439.300


SD INP MALIMONGAN
74 421.2/041/SDINP-MD/TL/VI/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 6 0
BARU
SD INP
75 421.2/SDI.RK/UPTD/TALLO/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 8 0
RAPPOKALLING
SD INP BRT.
76 Tad 0 0 BS.Sekolah Tad Tad 0
BEROANGING
77 SIKARANNUANG 421.2/021/GALKAP I/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 14 0

78 LESTARI JAYA 421.2/17/SDI.CBY III/TL/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 12 0

79 SDN BEROANGING 421.041/SD.BR/TL/VII/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 35 0

80 MAKKEGUNAI 421.2/048/SDI.BTT II/TL/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 12 0

81 LISMAR 421'2/028/SDLLT.I/BTL/VII/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 23 0

421.2/06/UPTD-
82 TONGKA 0 0 BS.Sekolah Tad 12 0
SDI.BRY.II/TL/VIII/16

104
Jumlah
Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan Nama Bank Sampah SK Sampah Status Omset (Rp)
Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)

83 SIPURENNU 421.2/22/SD.KB/III/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 7 0

84 TANDZIF 424/024/LDP-TL-SDIT/IX/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 10 0

85 PELANGI BAROKAH 424/068/LDP.TL.SDIT.I/V/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 8 0

86 SD INP BARAYA I 421.2/IB.I.TL/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad Tad 0

87 BS. SEKTORAL 600/01/S.KEP/KTUS/2016 0 0 BS.SKPD Tad Tad 0

88 MADECENG 009/S.KEP/TBR/KUT/XI/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0

89 MELATI 4 17/S.KEP/KMB/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0

90 SIKAPAMASE 10/S.KEP/KWL/IV/2018 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0

Jumlah 58.661 20 3088 87 150.799.200


Sumber : Lampiran Tabel 51 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

105
0
1

0,2
0,4
0,6
0,8
1,2
RESTU BUMI
LA'LATANG
CAHAYA SUWANGGA
10.000
12.000

-
2.000
4.000
6.000
8.000
STAR
RAKYAT TALLO
PERMATA BUNDA RESTU BUMI

Per bulannya.
MARBO BAHARI LA'LATANG
CAHAYA SUWANGGA
SIPORENNU
STAR
RAJATA
RAKYAT TALLO
SIPAKAINGA PERMATA BUNDA
SIPAKALEBBI MARBO BAHARI
KEBUN RAYA SIPORENNU
BEROANGING RAJATA
HARAPAN SIPAKAINGA
SIPAKATAU SIPAKALEBBI
ASRI KEBUN RAYA
ARIF ILHAM BEROANGING
JULUATIA HARAPAN
MALANNYING SIPAKATAU
ASRI
NUSA INDAH 2
ARIF ILHAM
SENGKABATU PARK
JULUATIA
SIKATUTUI
MALANNYING
FITRIAH NUSA INDAH 2
SALING MENDUKUNG SENGKABATU PARK

2018
ROSMAWAR SIKATUTUI
SIPAKAINGA FITRIAH
TUNAS JAYA SALING MENDUKUNG
SEHATI ORW 01 ROSMAWAR
BIRING TAMPARANG SIPAKAINGA

Sumber : Diolah dari Tabel 51 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018


Sumber : Diolah dari Tabel 51 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

ASAM INDAH TUNAS JAYA

dalam bank sampah di Kota Makassar Tahun 2018.


SMA NEGERI 17 SEHATI ORW 01
BIRING TAMPARANG
A'BULO SIBATANG
ASAM INDAH
SIKAMASEANG
SMA NEGERI 17
MACORAE
A'BULO SIBATANG
MOTHIE MEGA PANTHREE SIKAMASEANG
SAMATURU MACORAE
TANGKASA MOTHIE MEGA PANTHREE
SD INP RAPPOKALLING SAMATURU
SIKARANNUANG TANGKASA
SDN BEROANGING SD INP RAPPOKALLING
LISMAR SIKARANNUANG
SIPURENNU SDN BEROANGING
PELANGI BAROKAH LISMAR
BS. SEKTORAL SIPURENNU
PELANGI BAROKAH
MELATI 4
BS. SEKTORAL
bank sampah yang ada di Kecamatan Tallo, dengan jumlah sampah 10,649

MELATI 4
Gambar 2.5.15. Jumlah Bank Sampah di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Siporennu salah satu yang menghasilkan nilai tertinggi diantara semua

Gambar 2.5.15. Jumlah Bank Sampah Menurut Status di Sulawesi Selatan Tahun

Hampir semua mengalami hasil yang sama dalam data status yang ada

106
Jumlah Karyawan
35
30
25
20
15
10
5
0
AR DG.…

SD INP BRT.…
SDN…

PELANGI…
ROSMAWAR

MADECENG
BASSIJAYA
SIPAKAINGA

MACORAE
BERSINAR

MADANI 5
RESTU BUMI

SMA NEGERI 17
STAR

MARBO BAHARI

SEHATI ORW 01
SIKATUTUI

SIKATUTUI
BEROANGING

RUBAHRONG
ASRI

SIPATOKKONG
TANGKASA

TONGKA
TUNAS HARAPAN

BERLIAN

ANGGREK
MAWAR
MALANNYING
TANGKASAKI

Sumber : Laporan DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.5.16. Jumlah Karyawan Bank Sampah di Sulawesi Selatan Tahun


2018

Dalam jumlah karyawan yang ada di Kecamatan Tallo yang menduduki hasil yang
unggul ialah SDN Beroanging dari semua Bank sampah yang ada.

Omset (Rp)
26.599.500
30.000.000 26.189.450

25.000.000
20.000.000
15.299.500
13.439.300
15.000.000
10.004.250
8.148.550 7.786.000
10.000.000 7.278.400
5.873.200 6.644.800 7.278.400
5.443.400 4.976.500
5.000.000 989.000 1.127.200 1.486.700 826.900
1.127.200
0 00 0 0 0 0 0 0280.950
0 0 00 000 00 00000 000000 00 0000 0000000000000000000 00000000000000000
0

Sumber : Laporan DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

Gambar 2.5.17. Omset Bank Sampah di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dari tiap data yang ada disimpulkan bahwa omset dari bank sampah yang
terbanyak di Kecamatan Tallo ialah Resutu Bumi dengan persentase paling atas
diantara bank sampah lainnya.

107
2.5.7. Kegiatan Fisik Lainnya Oleh Instansi
Yang dimaksud dari kegiatan fisik lainnya adalah kegiatan utama bisnid
dari sebuah perusahaan, yang dihitung berdasarkan hasil yang sesuai dengan
sebuah kegiatan disebuah instansi tersebut.
Tabel 2.5.7. Kegiatan Fisik Lainnya Oleh Instansi di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018

No Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan


(1) (2) (3) (4)
Bimbingan Teknis Makassar Dinas Pengelolaan
Adaptasi dan Lingkungan Hidup
1
Mitigasi Perubahan
Iklim
Pembibitan Kota Makassar, Dinas Pengelolaan
tanaman di Kabupaten Bantaeng, Lingkungan Hidup
Sekolah Adiwiyata Kabupaten Bone,
Kabupaten Barru,
Kabupaten
Bulukumba,
Kabupaten Enrekang,
Kabupaten Gowa,
Kabupaten
2
Jeneponto,
Kabupaten Maros,
Kabupaten Pangkep,
Kabupaten Sidrap,
Kabupaten Selayar,
Kabupaten Wajo,
Kabupaten Toraja
Utara, Kabupaten
Pinrang
Penanaman Kab.Bantaeng, Bone, Dinas Pengelolaan
Mangrove Bulukumba, Luwu Lingkungan Hidup
3
Timur, Maros,
Pangkep, Takalar
Penanaman Pohon Kab.Barru, Bone, Dinas Pengelolaan
Endemik untuk Bulukumba, Luwu, Lingkungan Hidup
4 Penghijauan Palopo, Pinrang,
Sinjai, Soppeng, dan
Wajo

108
No Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan
Pelatihan dan Kota Makassar Dinas Pengelolaan
Penerapan Lingkungan Hidup
Teknologi Ramah
5 Lingkungan Bagi
Peserta
Didik (Tingkat
SMP)
Training Of Trainer Kota Makassar Dinas Pengelolaan
6 (TOT) Bagi Lingkungan Hidup
Pembina Adiwiyata
Sumber : Lampiran Tabel 52 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kegiatan yang ada serta lokasi
dan pelaksanaan kegiatan semuanya berasal dari Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2018

2.6. Tata Kelola


Tata Kelola yang dikaji dalam Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan ini adalah Pelestarian Kearifan lokal lingkungan hidup,
perijinan, Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pendapatan Asli Daerah
merupakan kondisi eksisting atau driving force (pendorong/pemicu) yang
ditampilkan di dalam data. Pressure seperti pengaduan masyarakat yang timbul
dalam pengelolaan LH, sedangkan jumlah personil lembaga pengelolaan
lingkungan hidup dan jumlah staff fungsional yang ada dalam pengelolaan
lingkungan hidup bisa merupakan kondisi eksisting atau state.

2.6.1. Pelestarian Kearifan Lokal


Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat pedesaan merupakan
hasil dari kebiasaaan masyarakat setempat atau kebudayaan masyarakat
sebagai bentuk adaptasi terhadap alam dan lingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat menggunakan cara-cara tersendiri untuk mengelola alam dan
lingkungan. Kebiasaan-kebiasaaan itu kemudian membentuk dengan apa yang
disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lokal mengandung nilai, kepercayaan,

109
dan sistem religi yang dianut masyarakat setempat. Kearifan lokal pada intinya
kegiatan yang melindungi dan melestarikan alam dan lingkungan. Kearifan lokal
masih sangat banyak dianut oleh masyarakat pedesaan.

Gambar 2.6.1. Tradisi Mappadendang Tanah Bugis Sulawesi Selatan

Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat pedesaan bukan hanya


sekedar kebudayaan yang dianggap primitif oleh masyarakat luas. Kearifan lokal
juga memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangan alam dan mengelola
sumberdaya alam dan lingkungan secara bijaksana. Dengan mengetahui
bagaimana kearifan lokal, kita dapat mengetahui bagaimana mengelola dan
melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman ini menjadi
landasan penting untuk mengelola sumberdaya alam dan lingkungan secara arif
dan bijaksana. Di era globalisasi saat ini, banyak ditemui berbagai krisis ekologi
yang muncul akibat keseimbangan alam terganggu. Tanpa kita sadari berbagai
tindakan dan sikap kita telah merusak ekologi. Penggunaan teknologi yang tidak
tepat guna salah satunya dapat mengganggu keseimbangan alam seperti
perubahan iklim, krisis air bersih, pencemaran udara, dan berbagai krisis ekologi
lainnya. Oleh sebab itu, kita perlu kembali mengembangkan dan melestarikan
kearifan lokal yang berkembang di masyarakat pedesaan. Tabel di bawah ini
memperlihatkan beberapa kearifan lokal dan kebiasaan-kebiasaan yang masih
dianut di Sulawesi Selatan pada khususnya, dimana tiap daerah masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah lainnya.
Tabel 2.6.1. Pelestarian Kearifan Lokal Lingkungan Hidup di Provinsi Sulawesi

110
Selatan Tahun 2018
No Kabupaten Bentuk Kearifan Nama Kearifan
Lokal Lokal
(1) (2) (3) (4)
1 Maros Perayaan Pesta Panen Dengka Ase Lolo
2 Pangkep Upacara Adat Untuk Memulai Musim Mappalili
Tanam Padi
3 Barru Perayaan Pesta Panen Mappadendang
4 Pare-Pare Memakai Sarung Mallipa
5 Pinrang Hikmah Pertanian Mattammu Bulung
6 Sidenreng Rappang Ahli Mengolah Emas Panre Ulaweng
7 Sidenreng Rappang Pembuat Kerajinan Batu Panre Batu
8 Sidenreng Rappang Pembuat Kerajinan Kayu Panre Aju
9 Sidenreng Rappang Ahli Agama dan Sosial Panre Guru
10 Sidenreng Rappang Panre Bessi Panre Bessi
11 Sidenreng Rappang Panre Ada Panre Ada
12 Sidenreng Rappang Panre Tana Panre Tana
13 Enrekang Pesan-Pesan Leluhur Panggadaran
14 Enrekang Larangan Melakukan Penebangan Mappemmali
Kayu
15 Enrekang Saling Mengingatkan Ketika Terjadi Peppasang
Pelanggaran Adat
16 Enrekang Penyelesaian Konflik dikomunikasi Sipulung Wanua
Adat, Penetapan Waktu Pertanian,
Upacara.
17 Tana Toraja Upacara Pengucapan Syukur Rambu Tuka
18 Tana Toraja Upacara Pemakaman Rambu Solo
19 Tana Toraja Adu Kerbau Ma` Pasilaga
Tedong
20 Tana Toraja Pertunjukan Si Semba`
21 Tana Toraja Pembantaian Kerbau Mattinggoro`
Tedong
22 Toraja Utara Mempertahankan Bambu yang Pa` Tallang
Tumbuh Pada Lokasi Tongkonan
23 Palopo Orang Asli Palopo Tomakaka
24 Palopo Mempertahankan Sumberdaya Air di Sumberdaya Air
Latuppa Terjaga
25 Luwu Utara Memelihara Keharmonisan Tudang Sipulung
Masyarakat
26 Luwu Utara Mengharung Hasrat dan Keinginan Mappaenre Ota
Manusia
27 Soppeng Saat Kekeringan Melanda Daerah Pattaungeng
28 Soppeng Menanam Benih Maddoja Bine
29 Soppeng Adat Memohon Padi Melimpah Maccera Ase

111
No Kabupaten Bentuk Kearifan Nama Kearifan
Lokal Lokal
Mappadendang
30 Wajo Festifal Danau Tempe Maccera'
Tappareng
31 Bone Untuk Menghormati dan Mengrimkan Mattampung
Doa-doa Keselamatan Kepada Orang Parewa Bissi
yang Meninggal
32 Bone Membersihkan Benda-benda Pustaka Mattompang
Arajang
33 Sinjai Pesta Kampung Upaca Adat
Mappogau Hanua
34 Selayar Alat Tangkap Bila/Sero Sumberdaya Laut
35 Selayar Tenun
36 Bulukumba Melestarikan Alam Suku Kajang
37 Bantaeng Hutan Rakyat Borong Inara
38 Jeneponto Upacara Adat Untuk Merayakan Je'ne-Je'ne
Kemenangan Kerajaan Tarowang Sampara
39 Takalar Nelayan Pencari Telur Ikan Terbang Nelayan Torani
40 Gowa Masyarakat Adat Patalassang Menjaga N/A
Wilayah dan Hutan Mereka
41 Makassar Tanam Ari-ari Bayi Bersama Pohon N/A
Kelapa
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-65 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

Namun seiring berjalannya waktu keberadaan kearifan lokal semakin


tersingkirkan dengan masuknya berbagai teknologi dan berbagai masalah sosial
yang dihadapi masyarakat seperti pertambahan penduduk yang semakin
meningkat. Keadaan demikian membuat masyarakat meninggalkan kearifan
lokal yang telah diturunkan secara turun-temurun. Pola pikir masyarakat mulai
berubah seiring dengan memudarnya kearifan lokal yakni dari pola pikir holistik
ke pola pikir mekanik. Masyarakat tidak lagi memikirkan keseimbangan alam
dan lingkungan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan.

Prospek kearifan lokal sangat bergantung kepada bagaimana masyarakat


melestarikan kembali kearifan lokal yang ada dan bagaimana masyarakat
mengubah pola pikirnya kembali ke pola pikir holistik. Sehingga sumberdaya
alam dan lingkungan alam yang dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan dan
dilestarikan dengan tanpa menganggu keseimbangannya.

112
2.6.2. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat amat penting untuk meningkatkan daya guna


dan hasil guna sistem pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Mutu
peran serta masyarakat tergantung kepada wawasan lingkungan, tingkat
kesadaran, kekuatan dan kemampuan lembaga, pranata sosial serta
kesempatan dan ruang gerak yang memadai bagi prakarsa masyarakat. Tingkat
kesadaran dan peran serta masyarakat, baik di kota maupun di desa, dalam
bidang lingkungan semakin meningkat. Hal ini terlihat dengan makin banyaknya
kegiatan dan prakarsa masyarakat dalam segala bentuk, termasuk aksi nyata
yang dilakukan perorangan, kelompok/organisasi, maupun instansi pemerintah
dan swasta. Tetapi, kesadaran tersebut masih perlu ditingkatkan sehingga
dapat mempengaruhi perilaku secara terus menerus (konsisten) dan
mendorong tindakan nyata secara meluas dalam usaha perbaikan kualitas
lingkungan hidup. Usaha yang telah dilakukan dalam upaya memaksimalkan
pelibatan stakeholders yang ada melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Penghargaan Lingkungan Hidup dan Kegiatan Sosialisasi Lingkungan.

2.6.2.1. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan


Gerakan swadaya masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan
hidup masih belum cukup kuat karena belum didukung sepenuhnya oleh
kekuatan organisasi, pranata sosial, pengetahuan serta kondisi yang memadai.
Untuk itu masih diperlukan usaha peningkatan kesadaran akan pentingnya
menumbuhkan keswadayaan masyarakat dalam pelestarian dan perbaikan
lingkungan hidup melalui organisasi maupun jalur-jalur informal. Sementara itu,
organisasi dan masyarakat kota masih belum efektif untuk memecahkan
masalah pencemaran lingkungan hidup di daerah perkotaan, sehingga
pemecahan masalah sampah kota dan kerawanan sosial masih perlu
ditingkatkan untuk itu dibuatlah organisasi yang didirikan oleh perorangan
ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan

113
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya.
Di Sulawesi Selatan pada Tahun 2018 tercatat ada 66 LSM bidang
lingkungan yang turut berkontribusi dan aktif untuk menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup, meskipun laju kerusakan masih lebih cepat dibandingkan
dengan upaya yang telah dilakukan. Pada umumnya LSM yang terdaftar
tersebut berkantor di Kota Makassar. Jumlah LSM yang tersebut tidak
bertambah dari tahun 2017 yaitu masih 66 LSM. Adapun LSM yang terdaftar
tersebut diperlihatkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.6.2. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Akta
No Nama LSM Alamat
Pendirian
(1) (2) (3) (4)
1 Lembaga Peduli Pendidikan dan - Jl. Griya Alam Permai 1/9 Makassar
Lingkungan Hidup
2 LSM Mitra Peduli dan Pemerhati - Jl. A.P. Pettarani II No. 45 Makassar
Lingkungan (MPPL) Tlp 0411-2447487 Hp.
081242300045
3 Lembaga Lingkungan Hijau - Jl. Anggrek Raya Ruko H 1/20 Kec.
Panakkukang (0411-5602277)
4 LSM Pilhi Indonesia - Jl. Landak Baru Lr V No.19
Makassar
5 Yayasan Benua Biru Indonesia - Jl. Harimau No.78 Tlp. 0411-
(Yabindo) 5769506
6 Lembaga Celebes Center (LCC) - Jl. Bonto Duri No. 20 Tlp. 0411-
5036363
7 Barisan Muda Pemerhati - Jl. Sibula Dalam Lr I Kel. Layang
Lingkungan Kec. Bontoala Kota Makassar
8 Yayasan Peduli Pemulung - Jl. Batua Raya XIV No.12 Makassar
Tlp. 0411-5795045
9 Lembaga Pusat Jaringan Informasi - Jl. Pemuda No. 29 Makassar, HP.
dan Komunikasi Pemerintahan 0811410873
10 Yayasan Lingkungan Hidup - Jl. Serigala No.122 Makassar, HP.
“Patando” 081242961880
11 Pusat Informasi Cinta Lingkungan - Komp. Perum Griya Mandiri Blok
Indonesia (Portal Indonesia) B3 Minasa Upa Makassar Hp.
0811464389
12 LSM Sinta Laras - Jl. Muhajirin I No. 25 A, Makassar
13 Yayasan Samudera Indonesia - Jl. A.P. Pettarani Blok E No. 22/43
(Yasindo) Makassar, Tlp. 0411-5288328
14 Lembaga Bumi Indonesia - Komp. Griya Melati Kel. Bonto-
bontoa Kab. Gowa, Hp.
081241234544

114
Akta
No Nama LSM Alamat
Pendirian
15 Yayasan Konservasi Sumberdaya - Jl. Racing Center Perum. Mutiara
Laut Indah Blok A6 No. 6 Makassar Tlp.
0411-420359
16 Lembaga Optimalisasi Potensi - Jl. Duta Patimang No. 1 Makassar
Manusia dan Alam Indonesia Tlp. 0411-442154
(Lompa Indonesia)
17 Institute Sosial Ekonomi dan - Jl. Tipai Lr. 16 No. 7 Makassar
Lingkungan (ISEL)
18 Makassar Berkebun - Jl.Rajawali No. 7 Makassar
19 Satuan Konservasi Maritim - Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Universitas Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea,
Makassar
20 Jurnal Celebes (Perkumpulan - Jl. Damar No.48, Panakkukang,
Jurnalis Advokasi Lingkungan) Makassar
21 Yayasan Rumah Energi - Jl. Todopuli Raya Timur, Kompleks
Villa Surya Mas Blok E/03
22 Sulawesi Community Foundation - Jl. Taman Gosyeng Raya I Aroepala,
(SCF) Kassi-Kassi – Rappocini, Makassar
23 Aliansi Masyarakat Hukum Adat - Makassar
(AMAN)
24 Mangrove Action Project (MAP) - Makassar
Indonesia
25 Komunitas Sepeda Mamminasata - Makassar
26 Koalisi Pemuda Hijau Indonesia - Makassar
(KOPHI) Regional Sulawesi
Selatan
27 Wahana Lingkungan Hidup - Makassar
(WALHI) Sulawesi Selatan
28 Pusat Pendidikan Lingkungan - Makassar
Hidup (PPLH) Puntondo
29 Active Society Institute (AcSI) - Makassar
Makassar
30 Trees Life - Makassar
31 Hilo Green Community Makassar - Makassar
32 Sobat Bumi Makassar - Makassar
33 Lembaga Pengembangan - Makassar
Pemberdayaan Masyarakat (LPPM)
34 Lembaga Hijau Celebes - Makassar
35 YKL - Makassar
36 Solidaritas Perempuan - Makassar
37 Ritma Green - Makassar
38 FPMP - Makassar
39 Kader Pemerhati Lingkungan - Makassar
40 Yayasan Peduli Lingkungan (YPL) - Jl. Poros Malino Bili-bili
41 Lembaga Peduli Pendidikan, - Jl. Pelita, Bonto-Bontoa
Kesehatan dan Lingkungan Hidup Sungguminasa Kab. Gowa Hp.
(LP2KL) 081343991141

115
Akta
No Nama LSM Alamat
Pendirian
42 Rumah Hijau Denassa - Jl. Borongtala No. 58 A Kel.
Tamallayang, Kec. Bontonompo,
Kab. Gowa
43 Masyarakat Pelestari Lingkungan - Jl. Pendidikan No. Cilallang Kab.
dan Hutan Indonesia Takalar, Hp. 085242422711
44 Yayasan Lingkungan Hidup - Jl. Tisi Efendi No. 5 Kel. Sabintang,
Indonesia (YLHI) Kab. Takalar
45 Lembaga Bangunan Masyarakat - Cilallang Kel. Takalar Kec.
Desa Pantai (Bangunan Masa Mappakasunggu, Kab. Takalar, Hp.
Depan) 085242554466
46 Lembaga Interaksi Lingkungan dan - Desa Bangunbangaria Banyuara
Masyarakat Kec. Sanrobone, Kab. Takalar
47 Lembaga Konversi Lingkungan - Jl. Malewang RW 1/No. 8 Kab.
Hidup (LKLH) Polut Takalar
48 Yayasan Bumi Lestari - Perumahan Cahaya Jakarta
Lingkungan Kassi Kebo No. 18,
Kelurahan Bajubodoa, Kecamatan
Maros Baru, Kabupaten Maros
49 Green Salewangan - Jl. Poros Bantimurung, Maros
50 Lembaga Pecinta Alam HPPMI - Jl. Cempaka, Kabupaten, Maros
51 Lembaga Peduli Pendidikan dan - Kabupaten Bone
Lingkungan Hidup (LP2LH)
52 Forum Komunitas Hijau - Kota Parepare
53 Bumi Lestari - Kota Parepare
54 LSM Menuju Indonesia Hijau - Kabupaten Wajo
55 LSM Lestari 45 - Kabupaten Bantaeng
56 LSM Yajalindo - Kabupaten Bantaeng
57 LSM MAPELU - Kota Palopo
58 LSM Wahana Lestari - Kabupaten Pangkep
59 LSM Masyarakat Peduli - Kabupaten Pangkep
Lingkungan
60 Komunitas Hijau - Kabupaten Luwu Timur
61 MAHAMERU - Kabupaten Luwu Timur
62 LSM LKIN - Kabupaten Soppeng
63 LSM Gempa - Kabupaten Enrekang
64 LSM Rumah Fasilitas - Kabupaten Jeneponto
65 LSM Makaritutu - Kabupaten Luwu Utara
66 LSM Walda - Kabupaten Toraja Utara
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-54 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

2.6.2.2. Penerimaan Penghargaan Lingkungan Hidup


Permasalahan lingkungan hidup dalam pembangunan di Provinsi
Sulawesi Selatan telah berkembang semakin kompleks sejalan dengan
perubahan era reformasi dan pengaruh global yang kian laju. Masalah

116
lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan
biofisik. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian integral dari upaya
perwujudan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup diarahkan pada terciptanya keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan hidup.
Pembangunan dapat terlaksana dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang tersedia. Menyimak Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana kewenangan pengelolaan
lingkungan hidup menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah, maka
Pemerintah Daerah perlu mengambil kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
yang sesuai dengan potensi, karakteristik dan daya tampung lingkungan hidup
daerah guna menjamin pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi dilaksanakannyaa beberapa
program dan kegiatan, bahwasanya perbaikan lingkungan pada aspek
pelestarian lingkungan menjadi hal yang perlu dilakukan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, sehingga peran serta seluruh stakeholders menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembangunan di Bidang Lingkungan
Hidup.
Lingkungan pada dasarnya adalah barang publik, yang keberadaan dan
kualitasnya tergantung dari perilaku masyarakat. Jika aktifitas masyarakat lebih
banyak yang bersifat merusak dari pada memperbaiki lingkungan, otomatis
kondisi lingkungan semakin hari akan mengalami degradasi dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa program dan kegiatan yang
mampu meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan. Salah satunya yaitu
untuk “Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan
Kegiatan Pembinaan Sul-Sel Go Green Jalur Sekolah”.
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan pada
Tahun 2018 bekerjasama dengan organisasi non-pemerintah (NGO) dan
komunitas-komunitas yang peduli terhadap masalah lingkungan sebagai upaya
mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin membawa kekhawatiran

117
bagi masyarakat dunia. Tindakan nyata jelas merupakan hal yang mendesak
untuk dilakukan.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau
pemimpin Negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi. Setiap
orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di
sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha
yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak
huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Salah satu program yang berhasil
dicapai yaitu Pembinaan Sekolah Adiwiyata.
Hasil Pembinaan Sekolah Adiwiyata yang dicapai Tahun 2018 di Provinsi
Sulawesi Selatan baik yang tingkat Provinsi maupun Tingkat Nasional dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.6.3. Penerima Penghargaan Tingkat Provinsi dan Nasional di


Lingkungan Hidup di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
(1) (2) (3) (4) (5)
SD Negeri 73 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
1 Sudu Prandean Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab. Enrekang Sulawesi Selatan
SD Negeri 94 Balla Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
2 Kab. Enrekang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 27 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
3 Penja Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SD Negeri 118 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
4 Kotu Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SD Negeri 116 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
5 Enrekang Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SD Negeri 53 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
6 Malalin Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
7 Palungeng Gellang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab. Barru Sulawesi Selatan

118
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SD Negeri Madello Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
8 Kab. Barru Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri Sangir Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
9 Kota Makassar Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Unggulan Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
10
Puritamansari Sulawesi Selatan
Kota Makassar
SD Hang Tuah Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
11 Kota Makassar Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
12 Kalukuang III Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
13 Gaddong II Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Gunung Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
14 Sari I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
15 Sudirman I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
16 Sambung Jawa I Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
17 Perumnas Antang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
III Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
18 Mangasa I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
19 Sambung jawa II Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres maccini Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
20 I/I Kota Makassar Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Bertingkat Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
21
labuang Baji Kota Sulawesi Selatan
Makassar
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
22 Kalukuang II Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
23 Sudirman II Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan

119
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
24 Pampang Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Tello Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
25 Baru II Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
26 Monginsidi Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
27 Toddopuli I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
28 Malimongan Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri KIP Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
29 Bara Baraya II Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Kampus Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
30 IKIP Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
31 Tamalanrea I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
32 Parinring Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
33 Pongtiku I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
34 Perumnas Antang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
I Kota Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
35 Komp.IKIP I Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Negeri 90 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
36 Pakkasalo Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bone Sulawesi Selatan
SD Negeri 23 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
37 Jeppe'e Kab. Bone Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 91 Uloe Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
38 Kab. Bone Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 92 Uloe Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
39 Kab. Bone Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan

120
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SD Inpres 12/79 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
40 Jeppe'e Kab.Bone Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Inpres 10/73 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
41 Unyi Kab.Bone Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
42 Pangkajene Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sidrap Sulawesi Selatan
SD Negeri 5 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
43 Tanrutedong Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sidrap Sulawesi Selatan
SD Negeri 12 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
44 Pangkajene Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sidrap Sulawesi Selatan
SD Negeri 1 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
45 Arawa Kab. Sidrap Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 1 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
46 Lembangcina Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bantaeng Sulawesi Selatan
SD Negeri 10 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
47 Pasorongi Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bantaeng Sulawesi Selatan
SD Negeri 40 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
48 Lumpangang Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bantaeng Sulawesi Selatan
SD Inpres Lonrong Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
49 Kab. Bantaeng Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Angkasa 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
50 Kab. Maros Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 60 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
51 Moncongloe Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Maros Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Paccinongan Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
52
Unggulan Kab. Sulawesi Selatan
Gowa
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
53 Lambengi Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Gowa Sulawesi Selatan
SD Negeri Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
54 CENTRE Mangalli Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab. Gowa Sulawesi Selatan
SD Negeri 38 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
55 Bonto Perak Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pangkep Sulawesi Selatan

121
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SD Negeri 25 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
56 Taraweang Kabba Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pangkep Sulawesi Selatan
SD Negeri 32 Sela Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
57 Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 5 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
58 Bowong Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pangkep Sulawesi Selatan
SD Negeri 21 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
59 Maleleng Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pangkep Sulawesi Selatan
SD Negeri 6 Bulu- Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
60 Bulu Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SD Negeri 18 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
61 Lempangeng Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pangkep Sulawesi Selatan
SD Negeri 9 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
62 Tanah Kongkong Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan
SD Negeri 293 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
63 Bulukumba Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bulukumba Sulawesi Selatan
SD Negeri 11 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
64 Kalumene Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bulukumba Sulawesi Selatan
SD Center Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
65 Benteng Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Selayar Sulawesi Selatan
SD Negeri 62 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
66 Lanrisang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Pinrang Sulawesi Selatan
Madrasah Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Ibtidaiyah DDI Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
67
Pinrang Sulawesi Selatan
Kab.Pinrang
SMP Negeri 3 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
68 Enrekang Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SMP Negeri 1 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
69 Anggeraja Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
MTs Negeri 3 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
70 Enrekang Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Enrekang Sulawesi Selatan
SMP Negeri 1 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
71 Bulukumba Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan

122
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SMP Negeri 25 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
72 Bulukumba Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan
SMP Negeri 30 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
73 Bulukumba Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
74 Pangkajene Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan
SMP Negeri 5 Dua Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
75 Pitue Kabupaten Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Sidrap Sulawesi Selatan
SMP Negeri 3 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
76 Majauleng Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Wajo Sulawesi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
77 Binamu Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Jeneponto Sulawesi Selatan
MTs Negeri 3 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
78 Jeneponto Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Jeneponto Sulawesi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
79 Makassar Kota Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SMP Negeri 1 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
80 Tinggimoncong Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
81 Barombong Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
82 Pattallasang Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
SMA Negeri 10 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
83 Bulukumba Kab. Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Bulukumba Sulawesi Selatan
SMANegeri 8 Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Bulukumba Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
84
Kabupaten Sulawesi Selatan
Bulukumba
SMA Kristen Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
85 Barana Kabupaten Tingkat Provinsi Lingkungan Hidup Provinsi
Toraja Utara Sulawesi Selatan
SDN 6 Kasuara Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
86 Kabupaten Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Bulukumba Sulawesi Selatan
SDN 3 Lainungan Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Kabupaten Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
87
Sidenreng Sulawesi Selatan
Rappang

123
No. Kelompok/ Nama Pemberi Tahun
Organisasi Penghargaan Penghargaan Penghargaan
SDN Unggulan Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
88 Monginsidi I Kota Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Makassar Sulawesi Selatan
SD Inpres Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
Unggulan BTN Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
89
Pemda Kota Sulawesi Selatan
Makassar
SD Inpres Antang Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
90 I Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SDN Mangkura I Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
91 Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SDN Mangkura II Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
92 Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SDN Mangkura III Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
93 Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SDN Mangkura IV Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
94 Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SDN Mangkura V Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
95 Kota Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
SMPN 40 Kota Sekolah Adiwiyata Dinas Pengelolaan 2018
96 Makassar Tingkat Nasional Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-57 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

Selain dengan dilaksanakannya Pembinaan Sekolah Adiwiyata, Dinas


Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan juga melaksanakan
kegiatan Pembinaan ADIPURA. Pada kegiatan ini target secara fisik tercapai
100%. Dimana pembinaan 24 Kab/Kota di Sulawesi Selatan dilakukan dalam
bentuk rapat koordinasi, sosialisasi dan pelatihan, serta 24 kab/kota dilakukan
pembinaan Penyusunan non fisik adipura secara online dan pembinaan kriteria
penilian adipura.
Selain itu untuk memantau titik pantau adipura dilakukan pemantauan
langsung ke lokasi titik pantau dan pembinaan dalam bentuk perjalanan dinas
ke daerah. Pembinaan Adipura di Kabupaten/Kota merupakan salah satu prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yaitu pentingnya

124
mekanisme insentif dalam pengelolaan lingkungan hidup. Sejalan dengan itu,
pasal 63 poin w Undang- Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan, pemerintah bertugas dan berwenang memberikan
penghargaan. Penghargaan lingkungan hidup nasional yang diberikan
pemerintah pada hari Lingkungan Hidup Sedunia, setiap tanggal 5 Juni antara
lain ADIPURA. Kegiatan Pembinaan Adipura bertujuan untuk mendorong
pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam pelaksanaan program
kegiatan Kota Adipura untuk mencapai sasaran secara efisien dan efektif dalam
mewujudkan Provinsi Sulawesi Selatan yang berwawasan Lingkungan dan
memfasilitasi pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka program penghijauan
yang sejalan dengan program Provinsi Sulawesi Selatan Hijau. Hasil Pembinaan
ADIPURA yang dicapai Tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 24
Kab/Kota dan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia tentang Penetapan Kabupaten dan Kota Peraih
Penghargaan Adipura Tahun 2018 yang mendapatkan penghargaan Adipura
sebanyak 16 (Enam Belas) Kab/Kota, terdiri dari:

Tabel 2.6.4. Penerima Penghargaan ADIPURA Lingkungan Hidup di Provinsi


Sulawesi Selatan Tahun 2018
Kelompok/ Nama Tahun
No. Pemberi Penghargaan
Organisasi Penghargaan Penghargaan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kota Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Makassar ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
2 Kota Palopo Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
3 Kota Pare- Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
pare ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
4 Turikale, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. Maros ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
5 Bantaeng, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Bantaeng Selatan

125
Kelompok/ Nama Tahun
No. Pemberi Penghargaan
Organisasi Penghargaan Penghargaan
6 Pinrang, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. Pinrang ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
7 Malili, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Luwu Timur ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
8 Sidenreng, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. Sidrap ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
9 Pangkajene, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Pangkep Selatan
10 Bulukumba, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Bulukumba Selatan
11 Barru, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Barru ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
12 Enrekang, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Enrekang Selatan
13 Sengkang, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. Wajo ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
14 Soppeng, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Soppeng Selatan
15 Sinjai, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
Sinjai ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
16 Jeneponto, Penghargaan Dinas Pengelolaan Lingkungan 2018
kab. ADIPURA Hidup Provinsi Sulawesi
Jeneponto Selatan
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-57 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

Perolehan penghargaan Adipura untuk kabupaten/kota di Sulawesi


Selatan terdapat 16 Kabupaten/Kota yang sudah memperoleh penghargaan
adipura baik Sertifikat adipura maupun piala adipura, kabupaten kota yang
belum memperoleh penghargaan adipura adalah Kabupaten Luwu, Jeneponto,
Tana Troaja, Toraja Utara dan Kabuapten Gowa, salah satu penyebab kelima
kabuapten tersebut belum mendapatkan Penghargaan Adipura disebabkan
karena pengelolaan sampah belum maksimal, dan pengelolaan TPA masih perlu
dilakukan perbaikan.

126
2.6.2.3. Program yang Diinisiasi Masyarakat
Pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup serta proses
pembangunan berkelanjutan pada umumnya merupakan suatu proses
pembaharuan. Pembaharuan memerlukan wawasan, sikap dan perilaku yang
baru dan didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang baru pula. Dalam
hubungan ini penyuluhan, penyebaran informasi dan pendidikan lingkungan
hidup serta peningkatan komunikasi pada umumnya akan memperkaya
wawasan masyarakat sehingga dapat ditingkatkan kesadaran lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan. Wawasan ini dapat diperkaya lagi dengan
kearifan tradisional mengenai lingkungan hidup dan keserasian lingkungan
hidup dengan kependudukan. Kearifan tersebut perlu digali untuk disesuaikan
dengan keadaan masa kini agar mampu menghadapi dampak pembangunan
yang kian meningkat.
Melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi lingkungan, proses
penyadaran dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap perbaikan
lingkungan diharapkan mampu berjalan maksimal, sehinggga berkorelasi
dengan penghargaan lingkungan yang diperoleh. Secara keseluruhan jumlah
kegiatan sosialisasi lingkungan hidup pada Tahun 2015 dan 2016 sebanyak 7
kegiatan. Jumlah ini sama dengan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
sebelumnya. Oleh karena itu, diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini
diharapkan agar masyarakat lebih perhatian lagi terhadap lingkungan sekitar.
Tabel di bawah ini memperlihatkan beberapa kegiatan yang diselenggarakan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan di beberapa kabupaten.
Tabel 2.6.5. Program yang Diinisiasi Masyarakat di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018
Waktu
Instansi Kelompok
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan
Penyelenggara Sasaran
(bulan/tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
Sosialisasi Sanitasi Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015
1
Berorientasi Masyarakat Kab. Bulukumba Bulukumba
2 Pertemuan Forum Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015

127
Kabupaten Kesehatan Kab. Bulukumba Bulukumba
dan Pembinaan
Kabupaten Sehat
Pembinaan Pokja Desa Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015
3
dan Kelurahan Sehat Kab. Bulukumba Bulukumba
Orientasi Hygiene dan Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015
4
Sanitasi Pasar Kab. Bulukumba Bulukumba
Orientasi STBM Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015
5
Kab. Bulukumba Bulukumba
Orientasi Hygiene dan Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2015
6
Sanitasi Sekolah Kab. Bulukumba Bulukumba
Sosialisasi Enrekang Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. 2016
7
Sehat Kab. Enrekang Enrekang
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-58 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

128
2.6.3. Kelembagaan

2.6.3.1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan


Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan

Dalam pelaksanaan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup,


seringkali aparatur terkendala masalah payung hukum yang akan menjadi
acuan bagi penegakan hukum di lapangan. Hal ini terkait dengan banyaknya
masyarakat yang belum mengerti hukum khususnya hukum lingkungan. Untuk
itulah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu disiapkan produk
hukum dalam melakukan penegakan hukum lingkungan di lapangan. Produk
hukum bidang lingkungan yang diterbitkan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2014 adalah Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Keberadaan Perda ini juga merupakan perda pengelolaan lingkungan
hidup pertama yang ada di Indonesia, sekaligus sebagai pelengkap instrumen
lingkungan yang sudah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di Sulawesi Selatan.
Secara umum produk hukum lingkungan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2018 terdapat 3 produk
hukum. Adapun produk hukum tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

129
Tabel 2.6.6. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
No. Provinisi/ Nama Inovasi Deskripsi Inovasi Dasar Hukum Inovasi
Kabupaten/Kota
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Provinsi Sistim Informasi Menyediakan layanan sistem Peraturan Gubernur No.
Sulawesi Selatan Lingkungan Hidup - informasi lingkungan yang 111 Tahun 2017 Tentang
Online (SIMAS LH - mengintegrasikan berbagai Penyelenggaraan Sistem
Online) urusan lingkungan hidup. Informasi Lingkungan
Seperti perizinan, pemantauan, Hidup Provinsi Sulawesi
pengawasan dan pengaduan Selatan
2 Kabupaten BUAH SABAT Upaya Pengelolaan lingkungan N/A
Takalar (Pembuangan Air melalui pemanfaatan bahan-
Limbah, Sederhana dan bahan alam untuk mengelolah
Bermanfaat Solusi limbah Tinja
Lingkungan Sehat)
3 Kota Makassar LongSet (Lorong Sehat) Upaya Pengelolaan Lingkungan N/A
dengan Memberdayakan
masyarakat yang tinggal di
lorong
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-61 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

2.6.3.2. Jumlah Personil Pengelolaan Lingkungan Hidup


Dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan di Provinsi Sulawesi
Selatan telah didukung oleh dana dan jumlah personil, disamping itu juga
didukung dengan jabatan fungsional sehingga peningkatan pengawasan
terhadap lingkungan dapat dijalankan menurut fungsinya. Pegawai Badan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulsel terhitung sampai dengan 31
Desember 2014 berjumlah 84 Orang, dengan rincian 38 pegawai laki-laki dan
61 pegawai perempuan. Apabila dibandingkan dengan jumlah pegawai BLHD
Provinsi Sulsel pada Tahun 2013 mengalami peningkatan dari jumlah yang pada
saat itu berjumlah 77 orang. Adapun jumlah pegawai BLHD Provinsi Sulsel untuk
setiap bagian adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6.7. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut
Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
No. Tingkat Pendidikan Laki -laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Doktor (S3) 0 1 1
2 Master (S2) 11 14 25
3 Sarjana (S1) 21 37 58
4 Diploma (D3/D4) 0 2 2

130
No. Tingkat Pendidikan Laki -laki Perempuan Jumlah
5 SLTA 5 7 12
6 SMP 1 0 1
Jumlah 38 61 99
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-55 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa kualifikasi terbanyak


pendidikan pengawai di Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulsel adalah
Sarjana (S1), sehingga dari sisi pendidikan sudah cukup memadai untuk
melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Akan tetapi sarjana
yang ada tersebut pada umumnya tidak spesifik ilmu lingkungan, basic sciens
atau teknis. Untuk itu terus dilakukan peningkatan kapasitas SDM yang ada
dengan mengikut sertakan sejumlah pegawai dalam diklat-diklat teknis
lingkungan seperti kursus AMDAL, Audit Lingkungan, Pengendalian Pencemaran
Air, Pengendalian Pencemaran Udara, Pengelolaan Limbah B3, PPNS, dan PPLH.

Jumlah Personil DPLH Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
25 21
20
15 11
10
5
5 1
0 0
0

Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma (D3/D4) SLTA SMP

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-55 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.6.2. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Tingkat
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Selain itu juga telah diikutkan pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah
dalam diklat-diklat khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan di
BLHD Provinsi Sulsel seperti Diklat Fungsional Perencana Pertama yang telah
diikuti oleh 5 staf BLHD, Pelatihan Implementasi ISO 9001 dan ISO 17025;2008
untuk seluruh personil di UPTB Laboratorium Lingkungan Hidup. Sementara

131
berdasarkan kualifikasi pendidikan tersebut, pegawai yang menduduki jabatan
sebagai Kepala Instansi, Sekretaris, Kepala Bidang/Ka Subbidang, Ka
Subbagian, rata-rata memiliki pendidikan S1 dan S2. Kondisi tersebut dilihat dari
kualitasnya sudah cukup memadai. Selai itu dalam staf Personil Lembaga
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan terdapat staf yang
telah mengikuti diklat Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.6.8. Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan Hidup dan Staf yang
Telah Mengikuti Diklat di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Staf Fungsional Staf Yang Sudah Diklat
Nama Jabatan
No. Laki - Perempuan Laki – laki Perempuan
Instansi Fungsional
laki
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Dinas Pengelolaan PPLH 1 4
Lingkungan Hidup
2 Dinas Pengelolaan Diklat 3 2
Lingkungan Hidup Perencanaan
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-56 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

2.6.4. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pendapatan Asli


Daerah

2.6.4.1. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan


lingkungan hidup adalah tersedianya alokasi dana yang memadai, baik yang
bersumber dari APBD maupun APBN. Pada Tahun 2018, dana yang digunakan
untuk menunjang kegiatan lingkungan hidup BLHD Provinsi Sulawesi Selatan
bersumber dari dana APBD.

Tabel 2.6.9. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun 2018
Jumlah Anggaran Jumlah Anggaran
Sumber
No. Peruntukan Anggaran Tahun Sebelumnya Tahun Berjalan
Anggaran
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 APBD Pemantauan Kualitas Air 424.905.105,00 1.473.381.560,00
2 APBD Pembinaan Adipura dan 115.512.314,00 179.500.280,00
Kalpataru

132
Jumlah Anggaran Jumlah Anggaran
Sumber
No. Peruntukan Anggaran Tahun Sebelumnya Tahun Berjalan
Anggaran
(Rp) (Rp)
3 APBD Pembinaan Pengelolaan 1.685.810.000,00 167.112.496,00
Limbah B3
4 APBD Pembinaan dan 330.935.000,00 125.642.840,00
Pengawasan Ketaatan
Pemrakarsa Usaha dan/atau
Kegiatan
5 APBD Penilaian Dokumen 448.025.000,00 68.224.524,00
Lingkungan Hidup
6 APBD Penyusunan dan 1.141.124.750,00 1.226.868.893,00
Pengawasan Pelaksanaan
KLHS dan RPPLH
Provinsi Kab/Kota di
Sulsel
7 APBD Penyusunan dan 241.790.000,00 57.418.360,00
Pengawasan Komisi Penilai
AMDAL, UKL dan UPL.
8 APBD Pelayanan Pengujian 442.240.000,00 176.919.288,00
Laboratorium Lingkungan
Hidup.
9 APBD Pengelolaan Persampahan 1.849.085.000,00 469.596.600,00
10 APBD Pemantauan Kualitas 117.525.000,00 11.556.400,00
Tanah
11 APBD Pengembangan Fasilitas 4.298.575.000,00 1.485.784.480,00
Teknis Pengelolaan
Sampah dan Limbah B3
12 APBD Pemulihan Kualitas 205.100.000,00 158.271.160,00
Lingkungan Hidup
13 APBD Pengelolaan Kawasan 125.689.100,00 87.166.720,00
Pesisir, Laut, dan Pulau-
Pulau Kecil
14 APBD Pengembangan dan 813.250.000,00 100.281.108,00
Pemantapan Kawasan
Konservasi/Esensial
15 APBD Pembinaan dan Koordinasi 1.405.200.000,00 82.268.000,00
Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim
16 APBD Pengelolaan 1.252.250.000,00 357.968.277,00
Keanekaragaman Hayati
dan Plasma Nutfah.
17 APBD Pembinaan Sulsel Go 707.650.000,00 524.833.651,00
Green Jalur Sekolah
18 APBD Pembinaan Penerapan 139.100.000,00 387.517.000,00
Sistem Manajemen
Lingkungan Ekolabel,

133
Jumlah Anggaran Jumlah Anggaran
Sumber
No. Peruntukan Anggaran Tahun Sebelumnya Tahun Berjalan
Anggaran
(Rp) (Rp)
Produksi Bersih dan
Teknologi Berwawasan
Lingkungan
19 APBD Pembinaan Laboratorium 119.944.250,00 25.341.400,00
Lingkungan Hidup
20 APBD Pembinaan dan Kerjasama 195.675.000,00 94.038.000,00
dengan Organisasi Peduli
Lingkungan
21 APBD Identifikasi, Investigasi, 426.125.000,00 307.077.726,00
dan Pelayanan Pengaduan
Masyarakat terhadap
Lingkungan Hidup
22 APBD Penegakan Hukum dan 436.125.000,00 264.853.208,00
Penanganan Kasus
Lingkungan Hidup
23 APBD Koordinasi dan 286.522.000,00 191.257.805,00
Penyusunan Produk
Hukum Lingkungan Hidup
24 APBD Penyusunan Rencana - 75.734.500,00
Kegiatan Anggaran dan
Pelaporan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
25 APBD Monitoring, Evaluasi dan - 56.375.080,00
Pelaporan Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan
26 APBD Penatausahaan 413.605.000,00 2.523.840.000,00
Administrasi Laboratorium
Lingkungan Hidup
27 APBD Pengembangan Mutu dan 583.548.100,00 87.439.000,00
Kapasitas Laboratorium
Lingkungan Hidup
28 APBD Pengelolaan dan 2.256.913.144,00 435.566.725,00
Penyebarluasan Informasi
Lingkungan Hidup
29 APBD Pembinaan dan 190.000.000,00 58.462.500,00
Peningkatan Kompetensi
dan Kualitas Aparatur
30 APBD Penyelenggaraan - 255.121.550,00
Ketatausahaan UPTD
Pengelolaan Limbah B3
31 APBD Pengelolaan dan Pelayanan 1.070.325.374,00 276.397.862,00
Administrasi Perkantoran
32 APBD Penatausahaan 394.800.000,00 90.818.144,00
Administrasi Keuangan

134
Jumlah Anggaran Jumlah Anggaran
Sumber
No. Peruntukan Anggaran Tahun Sebelumnya Tahun Berjalan
Anggaran
(Rp) (Rp)
33 APBD Pembinaan dan 741.880.000,00 680.200.050,00
Pengelolaan Kepegawaian
34 APBD Penyediaan dan 863.950.000,00 173.599.076,00
Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
35 APBD Rapat-rapat koordinasi dan 625.885.867,00 627.508.770,00
konsultasi ke luar daerah
36 APBD Penatausahaan dan - 17.000.000,00
Pengelolaan Aset Tetap
dan Persediaan
TOTAL 24.349.065.004,00 13.380.943.033,00

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-62 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Jumlah anggaran tahun


sebelumnya sebesar Rp 24.349.065.004,00 dan jumlah anggaran tahun
berjalan sebesar Rp 13.380.943.033,00. Hal ini dapat dilihat bahwa adanya
penurunan anggaran dari tahun sebelumnya untuk Rencana Kerja DPLH
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2018.
Untuk belanja langsung urusan SKPD terdapat 3 poin utama yaitu
Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran; Program
Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD; Peningkatan Pengembangan Sistem
Perencanaan dan Sistem Evaluasi Kinerja. Untuk Belanja langsung urusan wajib
dan pilihan terdapat 4 poin utama yaitu Program Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup; Program Perlindungan dan Konservasi Sumber
Daya Alam; Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Program Penaatan Hukum Lingkungan Hidup. Tidak semua anggaran menurun,
ada beberapa kegiatan yang mengalami kenaikan anggaran dari tahun
sebelumnya, seperti Pemantauan Kualitas Air (Rp 424.905.105,00 menjadi Rp
1.473.381.560,00); Penyusunan dan Pengawasan Pelaksanaan KLHS dan
RPPLH Provinsi Kab/Kota di Sulsel (Rp 1.141.124.750,00 menjadi
1.226.868.893,00); Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
Ekolabel, Produksi Bersih dan Teknologi Berwawasan Lingkungan (Rp

135
139.100.000,00 menjadi 387.517.000,00); Penatausahaan Administrasi
Laboratorium Lingkungan Hidup (Rp 413.605.000,00 menjadi
2.523.840.000,00).
Adapun beberapa kegiatan yang tidak dianggarkan tahun lalu dan
dilaksanakan pada tahun ini yaitu Penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran dan
Pelaporan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan; Penyelenggaraan Ketatausahaan UPTD
Pengelolaan Limbah B3; Penatausahaan dan Pengelolaan Aset Tetap d an
Persediaan.

136
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
5.000.000.000,00
4.500.000.000,00
4.000.000.000,00
3.500.000.000,00
3.000.000.000,00
Rupiah

2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00
-

Jumlah Anggaran Tahun 2017 (Rp)


Jumlah Anggaran Tahun 2018 (Rp)

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-62 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.6.3. Jumlah Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

137
2.6.4.2. Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Juga dapat
diartikan sebagai Pendapatan Asli Daerah yaitu Pendapatan asli daerah
(PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi
daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli
daerah lainnya yang sah. Selain dua pengertian di atas, juga jdapat
diartikan sebagai Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan daerah
yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang
dapat dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan
pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas
(subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah
seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan
segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan
perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri
khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan

138
tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan
daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana
pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan
pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah
terutama sumber pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. Untuk
Provinsi Sulawesi Selatan khusunya, sumber PADnya bermacam2, yaitu
pajak, retribusi, laba BUMD dan pendapatan lainnya yang sah. Tetapi pada
tahun ini, untuk laba BUMD belum dapat dipastikan nominalnya secara jelas
dan terperinci. Hal ini juga tidak dapat diartikan bahwa tidak ada sumber
pendapatan dari laba BUMD. Untuk secara jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.6.10. Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan
No. Sumber Jumlah (Rp)

(1) (2) (3)


1 Pajak 5.409.780.000.000,00

2 Retribusi 616.860.000.000,00

3 Laba BUMD -

4 Pendapatan lainya yang Sah 5.557.950.000.000,00

Jumlah 11.584.590.000.000,00
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-63 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

139
Pendapatan Asli Daerah

6.000,00
5.000,00
Milliar Rupiah

4.000,00
3.000,00
2.000,00
1.000,00
-
Pajak Retribusi Laba BUMD Pendapatan
lainya yang Sah

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-63 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.6.4. Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

2.6.4.3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik
Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan staruktur ekonomi,
sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. Tabel di bawah ini akan memperlihatkan
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi
Sulawesi Selatan.

140
Tabel 2.6.11. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018
No Uraian *Tahun 2016 **Tahun 2017
(dalam milliar) (dalam milliar)
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 88.328,46 95.895,43
a. Pertanian, Peternakan, Perburuan
57.156,41 60.735,86
dan Jasa Pertanian
- Tanaman Pangan 29.661,83 31.512,94
- Tanaman Hortikultura 4.927,31 5.162,11
- Tanaman Perkebunan 16.907,44 17.844,51
- Peternakan 4.198,43 4.582,58
- Jasa Pertanian dan Perburuan 1.461,39 1.633,72
b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 257,34 272,68
c. Perikanan 30.914,72 34.886,88
2 Pertambangan dan Penggalian 21.231,33 22.474,98
3 Industri Pengolahan 53.017,47 57.449,33
4 Pengadaan Listrik dan Gas 219,86 268,71
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
394,00 430,77
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 47.501,80 53.386,35
7 Perdagangan Besar dan Eceran;
50.836,85 58.381,45
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 16.170,46 17.514,08
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
4.991,42 5.696,25
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 17.573,80 19.933,01
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 14.363,09 15.797,24
12 Real Estat 15.093,51 16.151,29
13 Jasa Perusahaan 1.652,58 1.845,25
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
16.841,81 18.194,82
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 19.130,90 21.756,45
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.329,54 8.188,61
17 Jasa lainnya 4.956,08 5.567,57
PRODUK DOMESTIK BRUTO 379.632,26 418.931,58
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 358.400,93 396.456,60
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-59 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Keterangan:*Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Pada tabel keterangan dilihat bahwa ada pada tahun 2016 berlaku
angka sementara, sedangkan pada tahun 2017 berlaku angka sangat
sementara yang artinya data harga yang tertera pada tabel di atas tidak
akan berlaku selamanya tetapi ada jangka waktu sesuai dengan yang telah

141
ditetapkan. Bukan hanya itu, harga yang tertera pada tabel juga dapat
tidak berlaku di beberapa daerah tergantung medan yang akan ditempuh,
hasil komoditi daerah tersebut dan masih banyak lagi. Harga diatas hanya
dijadikan sebagai dasar harga acuan untuk menetapkan harga dipasaran
yang akan beredar di masyarakat. Produk domestic bruto mengalami
peningkatan pada tahun 2017 yaitu menjadi Rp 396.456,60 M yang
sebelumnya pada tahun 2016 sebesar Rp 358.400,93 M yang artinya
mengalami peningkatan sebesar Rp 38.055,67 M.
2.6.4.4. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Pada tabel 2.6.12. juga terlihat adanya persamaan dengan tabel
sebelumnya yaitu pada keterangan dimana berlaku harga sementara dan
juga harga sangat sementara. Juga dilihat pada tahun sebelumnya dan
tahun kedepannya mengelami peningkatan yaitu pada tahun 2016 sebesar
Rp 269.423,09 M dan pada tahun 2017 sebesar Rp 288.908,62 yang artinya
peningkatannya sebesar Rp 19.485,53,00 M. Dari harga yang tertera di
atas, tidak ada yang mengalami penurunan satu pun. Yang paling tinggi
mengalami kenaikan yaitu pada Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp. 4.118,54 M. sementara untuk yang
paling rendah kenaikan harganya yaitu pada Kehutanan dan Penebangan
Kayu sebesar Rp 7,70 M.
Tabel 2.6.12. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018
No Uraian *Tahun 2016 **Tahun 2017
(dalam milliar) (dalam milliar)
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 58.350,62 61.468,51
a. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan 38.790,89 40.298,68
Jasa Pertanian
- Tanaman Pangan 20.022,37 20.984,97
- Tanaman Hortikultura 3.314,38 3.452,99
- Tanaman Perkebunan 11.600,40 11.748,26
- Peternakan 2.860,44 3.035,60
- Jasa Pertanian dan Perburuan 993,31 1.076,86
b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 171,85 179,55
c. Perikanan 19.387,88 20.990,28
2 Pertambangan dan Penggalian 15.996,26 16.718,89
3 Industri Pengolahan 38.473,77 40.407,19

142
No Uraian *Tahun 2016 **Tahun 2017
(dalam milliar) (dalam milliar)
4 Pengadaan Listrik dan Gas 256,98 272,65
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 319,33 344,53
5
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 31.989,28 34.758,35
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 38.360,68 42.479,22
7
Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 9.851,28 10.675,51
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.655,58 4.081,80
10 Informasi dan Komunikasi 16.989,31 18.776,94
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 9.842,96 10.275,00
12 Real Estat 9.783,67 10.222,29
13 Jasa Perusahaan 1.142,99 1.239,45
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 11.337,29 11.926,34
14
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 14.295,97 15.685,09
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.254,63 5.717,08
17 Jasa lainnya 3.522,50 3.859,79
PRODUK DOMESTIK BRUTO 269.423,09 288.908,62
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 268.846,79 288.291,45
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-59 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Keterangan:*Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Pada tabel diatas juga terlihat adanya persamaan dengan tabel


sebelumnya yaitu pada keterangan dimana berlaku harga sementara dan
juga harga sangat sementara. Juga dilihat pada tahun sebelumnya dan
tahun kedepannya mengelami peningkatan yaitu pada tahun 2016 sebesar
Rp 269.423,09 M dan pada tahun 2017 sebesar Rp 288.908,62 yang artinya
peningkatannya sebesar Rp 19.485,53,00 M. Dari harga yang tertera di
atas, tidak ada yang mengalami penurunan satu pun. Yang paling tinggi
mengalami kenaikan yaitu pada Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp. 4.118,54 M. sementara untuk yang
paling rendah kenaikan harganya yaitu pada Kehutanan dan Penebangan
Kayu sebesar Rp 7,70 M.

2.6.7. Izin Usaha Pemanfaan Hasil Hutan


Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat
berwenang untuk memanfaatkan hutan di areal tertentu. Pemanfaatan
dapat mencakup pemungutan hasil hutan kayu dan/atau non-kayu,
pemanfaatan kawasan, dan pemafaatan jasa lingkungan. Di Indonesia, izin

143
pemanfaatan hutan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007
dan UU No.41 tahun 1999 Tentang Kehutanan.
Hutan dan kawasan hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi
dan penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan
dunia internasional menjadi sangat penting dengan tetap mengutamakan
kepentingan nasional. Untuk itu hutan harus dikelola secara
berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan
pemanfaatan hutan dan kawasan hutan, diperlukan izin pemanfaatan
hutan. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin
usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau
bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan. Disebutkan bahwa
pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan yaitu
hutan konservasi (kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam
taman nasional), kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Pada
hutan produksi, pemanfaatan hutan wajib dilengkapi dengan izin
pemanfaatan hutan yang meliputi beberapa jenis yaitu:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Merupakan izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau
hutan produksi.
2. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL) Merupakan izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung
dan/atau hutan produksi.
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Merupakan izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau
penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.
4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) Merupakan
izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa bukan

144
kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan
pemasaran.
5. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Merupakan izin untuk
mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui
kegiatan pemanenan, pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka
waktu dan volume tertentu.
6. Izin Pemungutan hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) Merupakan izin untuk
mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau
hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-
getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume
tertentu. Selain izin yang disebutkan di atas, ada 2 jenis izin lain yaitu:
Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) Merupakan izin untuk memanfaatkan hasil
hutan kayu dan atau bukan kayu dari kawasan hutan produksi yang
dikonversi, penggunaan kawasan dengan status pinjam pakai, tukar
menukar dan dari Areal Penggunaan Lain (APL) atau Kawasan Budidaya
Non Kehutanan (KBNK) dan Izin Pinjam Pakai kawasan Hutan (IPPKH)
2.6.7.1. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu
Provinsi Sulawesi Selatan untuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu (IUPHHK) mengeluarkan SD Definitif sebanyak 1, yang luasannya
6.500 Ha yang terletak di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Gowa, Takalar,
dan Jeneponto. Izinnya berupa IUPHHK berada dalam satu KPH INHUTANI
I yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.6.13. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018
No. Provinsi/Kab/Kota SK Definitif Keterangan
Jumlah Unit Luas (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Gowa, Takalar 1 6.500 IUPHHK berada dalam satu
dan Jeneponto KPH (Kesatuan Pengelolaan
Hutan) INHUTANI I
Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-18 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018

145
2.6.7.2. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu
Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan produk hutan, beberapa
kebijakan dan peraturan perundangan telah dibuat, antara lain : UU No.
41 tahun 1999 pasal 26 tentang pemungutan HHBK pada hutan lindung,
pasal 28 tentang Pemanfaatan HHBK pada hutan produksi, PP No.6 tahun
2007 tentang Optimalisasi HHBK, pasal 28 tentang Pemungutan HHBK pada
hutan lindung, pasal 43 tentang Pemanfaatan HHBK dalam hutan tanaman
pada hutan produksi. Meskipun demikian, upaya pemanfaatan hasil hutan
kayu dan non-kayu, serta pengembangan kemampuan pengolahan di dalam
negeri untuk memberi nilai tambah dipandang masih jauh dari optimal
untuk pencapaian kemakmuran bagi masyarakat desa hutan. Sampai saat
ini kontribusi produk hasil hutan masih belum layak bagi penanggulangan
kemiskinan, pembangunan ekonomi dan sosial, serta keberlanjutan
lingkungan hidup, padahal bagi sebagian masyarakat pemanfaatan produk
hutan bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari namun juga
untuk tujuan komersial. Hasil hutan bukan kayu adalah bahan-bahan atau
komoditas yang didapatkan dari hutan tanpa harus menebang pohon.
Mencakup hewan buruan, rambut hewan, kacang-kacangan, biji, buah beri,
jamur, minyak, daun, rempah-rempah, rempah daun, gambut, ranting
untuk kayu bakar, pakan hewan ternak, dan madu. Selain itu, tumbuhan
paku, kayu manis, lumut, karet, resin, getah, dan ginseng juga masuk ke
dalam kategori hasil hutan bukan kayu. Sedang menurut Peraturan Menteri
Kehutanan No. 35 Tahun 2007 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil
hutan hayati, baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari
hutan kecuali kayu. Intinya HHBK adalah segala hasil hutan, kecuali kayu
yang karena kepentingannya ini banyak masyarakat yang secara tidak
sengaja memanfaatkan hasil hutan ini dengan tidak maksimal dan untuk
itulah untuk dapat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu ini, telah
dibuatkan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu.

146
Izin Pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat
IPHHBK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada
hutan lindung dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu,
buahbuahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu
dan volume tertentu. Lokasi yang dapat digunakan untuk IPHHBK dalam
Hutan Alam (IPHHBK-HA) atau IPHHBK Dalam Hutan Tanaman (IPHHBK-
HT) atau IPHHBK Dalam Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (IPHHBK-HTR)
pada Hutan Produksi adalah:
a. Hutan produksi yang tidak dibebani izin; dan atau
b. Apabila lokasi yang dimohon telah dibebani izin, harus mendapat
persetujuan tertulis dari pemegang izin yang bersangkutan;
c. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi;
d. Lokasi tersebut huruf b dapat berada dalam kawasan lindung, dan
Hutan Produksi dengan Tujuan Khusus (HPTK).
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan,
memberikan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu sebanyak 134 unit
yag tersebar di beberapa Kabupaten/Kota, yang secara jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Jumlah Izin Usaha Pemanfaatn Hasil Hutan Bukan


Kayu

40 36
35
30
Jumlah Unit

25 19
18 18
20 14
15 9
10 5 4
3 2 2 2
5 1 1
0

Sumber: Diolah dari Lampiran Tabel-19 DIKPLH Provinsi Sulsel Tahun 2018
Gambar 2.6.5. Jumlah Izin Usaha Pemanfaatn Hasil Hutan Bukan Kayu di Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

147
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita lihat Kabupaten/Kota yang
memiliki unit izin terbanyak yaitu Tana Toraja sebanyak 36 unit, Sinjai
sebanyak 19 unit, Enrekang dan Bone masing-masing sebanyak 18 unit,
dan Soppeng 14 unit izin. Tercatat untuk Kabupaten Tana Toraja luas
pemanfaatannya 1.987,00 Ha, Kabupaten Bantaeng seluas 314,34 Ha, dan
Kabupaten Sinjai 4.099,00 Ha. Yang paling luas wilayah pemanfaatannya
yaitu Kabupaten Sinjai, tetapi hanya memiliki 19 unit izin (Tabel-19 DIKPLH
Provinsi Sulsel Tahun 2018). Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru terletak
di dalam KPH yang sama yaitu KPH Bulusaraung dengan izin pemanfaatan
getah pinus. Begitu juga dengan Kabupaten Gowa, Jeneponto, Bantaeng,
dan Kabupaten Sinjai yang berada pada KPH Jeneberang dengan izin
pemnafaatan getah pinus. Berdasarkan data di atas, semua izin
pemnafaatan hasil hutan bukan kayu berada pada pemanfaatan getah
pinus.

2.6.8. Jumlah dan Izin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan


Wisata Alam Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Untuk kategori jenis usaha pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam terdiri dari pemberian izin ke perorangan, pemberian izin ke pihak
swasta, dan pemberian izin ke perusahaan daerah pemerintah kabupaten.
Pemberian izin juga dibagikan dalam bentuk surat keputusan yang ditanda
tangani oleh penanggung jawab dalam urusan pemanfaatan jasa
lingkungan dan wisata alam.
Ditahun 2018, daerah yang terdata memiliki ijin usaha pemanfaatan
jasa lingkungan dan wisata alam terbanyak terdapat pada Kabupaten Barru,
sebanyak 5 unit wisata alam dengan total luas wilayah mencapai 41 Ha,
sedangkan untuk Kabupaten lain masih dalam proses pendataan. Berikut
adalah jenis wisata alam yang berada di Kabupaten Barru;
• Lokasi potensi destinasi wisata hutan pinus, masih dalam proses
pengurusan izin (seiring pengesahan RPHJP)

148
• Lokasi potensi wisata air terjun, masih dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan RPHJP)
• Lokasi potensi destinasi wisata air panas, masih dalam proses
pengurusan izin (seiring pengesahan RPHJP) Izin masih dalam
proses, (Ladoma).

149
Tabel. 2.6.14. Jumlah dan Izin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Jenis IUPJLWA
Luas
Luas Luas Luas Penyelamatan
Luas Perlindungan Luas
No. Nama Pemanfaatan Pemanfaatan Wisata dan SK
Keanekaragaman Penyerapan
Perusahaan Jasa Aliran Air Air Alam Perlindungan
Hayati (Ha) Karbon (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha) Lingkungan
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Abdul Hakim, SK Kepala BBKSDASS Nomor :
S.Pd.I - - - - - 0 SK.88/K.8/BIDTEK/KSA/4/2018
(Perorangan)
2 Perusahaan Masih Izin prinsip
Daerah
Pemerintah - 50,00 - - - -
Kabupaten
Soppeng
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 21 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

150
Tabel. 2.6.15. Jumlah dan Ijin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
No. Kabupaten KPH / CDK Jenis IUPJLWA Keterangan
/Kota Pemanfaatan Pemanfaatan Wisata Perlindungan Penyelamatan Penyerapan
Jasa Aliran Air Air Alam Keanekaragaman & Perlindungan Karbon
Hayati Lingkungan
Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Maros - - - - - - - - - - - - -
Bulusaraung
2 Pangkep - - - - - - - - - - - - -
Lokasi potensi
destinasi wisata hutan
pinus, masih dalam
3 Barru Ajatappareng - - - - 2 30 - - - - - -
proses pengurusan
izin (seiring
pengesahan RPHJP)
Lokasi potensi wisata
air terjun, masih
dalam proses
- - - - 2 6 - - - - - -
pengurusan izin
(seiring pengesahan
RPHJP)
Lokasi potensi
destinasi wisata air
panas, masih dalam
- - - - 1 5 - - - - - -
proses pengurusan
izin (seiring
pengesahan RPHJP)
Izin masih dalam
4 Pere-Pare - - - - 1 2,5 - - - - - -
Bila proses, (Ladoma)
5 Sidrap - - - - - - - - - - - - -

151
No. Kabupaten KPH / CDK Jenis IUPJLWA Keterangan
/Kota Pemanfaatan Pemanfaatan Wisata Perlindungan Penyelamatan Penyerapan
Jasa Aliran Air Air Alam Keanekaragaman & Perlindungan Karbon
Hayati Lingkungan
Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
6 Pinrang Sawitto - - - - - - - - - - - - -
7 Enrekang Mata Allo - - - - - - - - - - - - -
8 Tana Toraja Saddang I - - - - - - - - - - - - -
9 Toraja Utara Saddang II - - - - - - - - - - - - -
10 Luwu - - - - - - - - - - - - -
Latimojong
11 Palopo - - - - - - - - - - - - -
12 Luwu Utara Rongkong - - - - - - - - - - - - -
13 Luwu Utara - - - - - - - - - - - - -
Kalaena
14 Luwu Timur - - - - - - - - - - - - -
15 Luwu Timur Larona Malilil - - - - - - - - - - - - -
16 Wajo - - - - - - - - - - - - -
Walanae
17 Soppeng - - - - 4 80 - - - - - - -
18 Bone Cenrana - - - - - - - - - - - - -
19 Gowa - - - - - - - - - - - - -
20 Takalar Jeneberang I - - - - - - - - - - - - -
21 Jeneponto - - - - - - - - - - - - -
22 Bantaeng - - - - - - - - - - - - -
Jeneberang
23 Bulukumba - - - - - - - - - - - - -
II
24 Sinjai - - 0 - - - - - - - - - -
25 Selayar Selayar - - - - - - - - - - - - -
Jumlah - - - - 10 - - - - - - - -
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : Lampiran Tabel 21 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

152
2.6.1. Perdagangan Satwa dan Tumbuhan
Indonesia dengan wilayahnya yang luas, merupakan surganya
beragam satwa liar untuk hidup. Saat ini, terdapat 566 kawasan lindung
yang sudah ditetapkan untuk menjaga sejumlah spesies dilindungi.
Sayangnya, tak hanya satwa dilindungi yang terus terancam kepunahan
karena aktivitas manusia, terutama perburuan dan perdagangan ilegal.
Tetapi juga, satwa liar yang tidak dilindungi turut diburu dengan kuantitas
berlebihan. Saat ini, perdagangan satwa tak hanya marak untuk hewan
yang dilindungi seperti gajah, harimau, burung rangkong, atau trenggiling.
Tetapi juga, hewan yang diperbolehkan seperti ular, kura-kura air tawar,
dan koral. “Koral dan phyton juga besar, pemburu dan penampung
mengikuti pasar jual apa saja, mereka menyiasati,” ujarnya lagi.
Perdagangan satwa dan tumbuhan liar itu juga terjadi di Provinsi
Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang di peroleh dari Balai Besar
Konservasi dan Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan, perdagangan satwa
dan tumbuhan liar di Provinsi Sulawesi Selatan dirincikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.6.15. Perdagangan Satwa dan Tumbuhan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Bagian-bagian yang Status menurut


No. Nama Spesies
diperdagangkan CITES
(1) (2) (3) (4)
1 Ular sanca kembang (Phyton reticulatus ) kulit Appendix 2
2 biawak air (Varanus salvator kulit Appendix 2
3 Kura-kura ambon (Coura amboinensis) Utuh (hidup) Appendix 2
4 gaharu (Aquilaria filaria) Utuh (Mati) Appendix 2
5 pakis (Cyathea contaminans) Utuh (Mati) Appendix 2
6 koral Utuh (hidup) Appendix 2
7 ikan napoleon (Cheilinus undulatus) Utuh (hidup) Appendix 2
8 ikan hiu (Spyrina lewini) Utuh (hidup) Appendix 2
9 lola merah (Tronchus niloticus) cangkang Appendix 2
Sumber: Lampiran Tabel 20 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Perdagangan satwa dan tumbuhan liar seperti yang di rincikan pada


tabel diatas bahwa terdapat 9 spesies yang di perdagangkan. Masing-
masing memiliki status cites Appendix 2 di antaranya bagian-bagian yang
di perdagangkan yaitu Kulit: Ular sanca kembang, dan biawak air. Kemudian
bagian cangkang: Lola merah. Dan yang di jual secara utuh: kura-kura
ambon, gaharu, pakis, koral, ikan napoleon, ikan hiu.

153
2.6.2. Dokumen Izin Lingkungan Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 2.6.16. Dokumen Izin Lingkungan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2018
No. Jenis Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
(1) (2) (3) (4)
1 DPLH Laboratorium Lingkungan Dinas Dinas Lingkungan Hidup dan
lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba
Kehutanan Kabupaten
Bulukumba
2 AMDAL Adendum ANDAL dan RKL-RPL PT. UPC Sidrap Bayu Energi (Erwin
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Jahja/ Direktur Utama)
(PLTB) Sidrap 75 MW
3 DPLH Budidaya Tiram Mutiara di PT. Timor Otsuki Mutiara (Tony Z.
Kabupaten Barru Sumanti/General Manager
4 DPLH Sistem Jaringan Distribusi Area PT PLN (PERSERO) Area Makassar
Makassar Utara Utara (H. Hariyadi, ST)
5 DPLH Sistem Jaringan Distribusi Area PT PLN (PERSERO) Area Makassar
Makassar Selatan Selatan (Khairullah)
6 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Perhubungan Provinsi
Pelabuhan Laut di Pulau Sulawesi Selatan (Drs. H. M. Ilyas
Kambuno Kabupaten Sinjai Iskandar,M.Si)
Provinsi Sulawesi Selatan
7 AMDAL Adendun ANDAL dan RKL-RPL PT. Semen Bosowa Maros
Pengembangan Industri Semen
Bosowa Maros Dalam Rangka
Pemanfaatan Limbah B3 dan
Non B3 Sebagai Substitusi
Bahan Baku dan Bahan Bakar
Untuk Produksi Semen
8 UKL-UPL Rencana Pembangunan Saluran PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Pembangunan Sulawesi Bagian
150 kV Soppeng- GI Kajuara di Selatan (Hening Kyat
Kabupaten Soppeng dan Bone Pamungkas/General Manager)
Provinsi Sulawesi Selatan
9 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Perhubungan Provinsi
Pelabuhan Laut Tanakeke sulawesi Selatan (Drs. H. M. Ilyas
Kabupaten Takalar Provinsi Iskandar,M.Si)
Sulawesi Selatan
10 UKL-UPL Rencana Pembangunan dan Dinas Perhubungan Provinsi
Operasional Pelabuhan Laut di Sulawesi Selatan
Pulau Madu Kabupaten
Kepulauan Selayar Provinsi
Sulawesi Selatan
11 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. Semen Bosowa Maros
Pengembangan Industri Semen (Rachmat Kaimuddin/Wakil Direktur
Bosowa Maros Dalam Rangka Utama)
Pemanfaatan limbah B3 dan
Non B3 sebagai Substitusi
bahan baku dan bahan bakar
untuk produksi semen

154
No. Jenis Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
12 AMDAL Rencana Pelebaran Jalan Satker Perencanaan dan
Sungguminasa-Takalar Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Sepanjang 29,895 Km Sulawesi Selatan, Balai Besar
Kabupaten Gowa dan Pelaksanaan Jalan Nasional XIII
Kabupaten Takalar Provinsi Makassar, Direktorat Jenderal Bina
Sulawesi Selatan Marga Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
13 AMDAL Rencana Pengembangan Rumah Rumah Sakit Umum Daerah La
Sakit Umum Daerah La Temmamala Kabupaten Soppeng
Temmamala Kabupaten
Soppeng
14 AMDAL Rencana Pembangunan PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
Transmission Line (T/L) 275 kV Pembangunan Sulawesi Bagian
Punagaya- Daya baru dan Gitet Selatan (Hening Kyat
Terkait Pamungkas/General Manager)
15 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan
Kegiatan PLTU Barru Kapasitas dan Penyaluran Sulawesi Sektor
200 MW menjadi 243,4 MW dan Pembangkitan Tello Unit PLTU
Pemanfaatan Limbah B3 Barru (Fatahuddin Yogi
Amiwibowo/Manager)
16 SPPL Pembangunan Tanggul Dinas Pekerjaan Umum dan
Pengaman Abrasi Pantai Penataan Ruang Kabupaten Barru
Sumpang Binangae Kab. Barru
17 AMDAL Pembangunan Perkebunan dan PT. Borneo Cemerlang Plantations (
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Muh. Yakub Abbas/Direktur)
di Kabupaten Enrekang Provinsi
Sulawesi Selatan
18 AMDAL Rencana Peningkatan Ruas Satker Perencanaan dan
Jalan Makaasar - Malino - Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Tondong (Sinjai) Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Besar
Sulawesi Selatan Pelaksanaan Jalan Nasional XIII
Makassar, Direktorat Jenderal Bina
Marga Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
(Yudho Dwi Hardiarti, ST, MT)
19 UKL-UPL Kegiatan Pembangunan Balai Besar Wilayah Sungai
Pengaman Abrasi Pantai Pompengan Jeneberang Direktorat
Kabupaten Jeneponto Jenderal sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Ir. T. Iskandar.
MT)
20 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya
Kegiatan Pengembangan Sistem dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi
Penyediaan Air Minum Regional Selatan (Ir. A. Darmawan Bintang,
Mamminasata M.Devplg)
21 AMDAL Rencana Pembangunan PLTA PT Amera Terrasys Energi ( M.
Buntu Batu Kapasitas 2 × 100 Fuad Asrori)
MW di Kabupaten Tana Toraja
dan Toraja Utara
22 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Pariwisata Kabupaten
Anjungan Dermaga Wisata Bulukumba (Muh. Ali Saleng, SH,
Msi)

155
No. Jenis Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
Tanjung Bira Kabupaten
Bulukumba
23 UKL-UPL Rencana Pembangunan Taman Distrik Navigasi Kelas I Makassar (
Pelampung Distrik Navigasi Adi Karsyaf, SH,MH)
Kelas I Makassar
24 UKL-UPL Rencana Pembangunan Teras Dinas Pariwisata Kabupaten
Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba (Muh. Ali Saleng, SH,
Kabupaten Bulukumba Msi)
25 AMDAL Rencana Pembangunan PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
Transmission Line (T/L) 275 kV Pembangunan Sulawesi Bagian
Punagaya- Daya baru dan Gitet Selatan (Hening Kyat
Terkait Pamungkas/General Manager)
26 AMDAL Rencana Pengembangan Bandar Kantor Unit Penyelenggaraan
Udara Andi Jemma Masamba Bandar Udara Andi Jemma
Masamba
27 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
PLTU Punagaya Jeneponto Pembangkitan dan Penyaluran
Sulawesi Unit Pembangkitan
Punagaya (Dimas Satria N)
28 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Pariwisata Kabupaten
Restoran Terapung Kabupaten Kepulauan Selayar (Andi
Kepulauan Selayar Abdurrahman, SE,M.Si)
29 UKL-UPL Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Unit Penyelenggara Pelabuhan
Palopo Kelas II Palopo
30 UKL-UPL Pembangunan Stasiun Pengisian CV. Agung Mas
Bahan Bakar (SPBN) di Pulau
Balang Lompo Kabupaten
Pangkep
Sumber: Laporan DIKPLH 2018

Berdasarkan tabel diatas di jelaskan ada beberapa Dokumen izin


diantaranya DPLH, AMDAL, UKL-UPL, SPPL. Untuk DPLH dengan Kegiatan
Laboratorium Lingkungan Dinas lingkungan Hidup dan kehutanan
kabupaten Bulukumba yang diprakarsai Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Kabupaten Bulukumba. AMDAL dengan kegiatan addendum
AMDAL dan RKL-RPL pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap 75 MW
yang di prakarsai PT. UPC Sidrap Bayu Energi (Erwin Jahja/Direktur Utama).
UKL-UPL dengan kegiatan Rencana Pembangunan Pekabuhan Laut di Pulau
Kambuno kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan yang di prakarsai
Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan (Drs. H. M.Ilyas
ISkandar,M.Si). dan SPPL Pembangunan Tanggul Pengamanan Abrasi

156
Pantai Sumpang Binangae kab. Barru yang di prakarsai Dinas pekerjaan
umum dan penetaan ruang Kabupaten Barru.

2.6.3. Status Pengaduan Masyarakat


Berdasarkan data yang ada pada tabel ada 11 pihak yang melakukan
pengaduan, ada Respon yang diberikan kepada pelapor berupa respon awal
(ucapan terima kasih telah melakukan Pengaduan) dan Status/tindak lanjut
Pengaduan paling akhir sesuai dengan respon yang telah diberikan oleh
pihak penerima Pengaduan. Respon terkait dengan Status/tindak lanjut
Pengaduan dapat dilihat dalam history Pengaduan.
Tabel 2.6.17. Status Pengaduan Masyarakat
Masalah
Pihak yang
No. Yang Progres Pengaduan
Mengadukan
Diadukan
1 2 3 4
1 Peternakan peternakan direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup
ayam potong ayam potong Kab. Tana Toraja untuk :
yg ada di Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
kampung kami ketaatan Malea Energy (PLTA Malea) untuk
sangat banyak memenuhi kewajiban TPS LB3 sebagaimana
yg jaraknya Peraturan yang berlaku.
10m - 300m Melakukan pengawasan terhadap ketaatan Melea
dari Energy untuk melaksanakan kewajiban bina
pemukiman lingkungan melalui Corporate Social Responsibility
warga, efek (CSR) dan melakukan penanaman pohon pada
dari lokasi tapak proyek dan sekitarnya.
peternakan tsb Melaporkan pelaksanaan pengawasan, pengelolaan
adalah bau yg pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
tdk sedap dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
lalat sangat Selatan.
banyak Demikian disampaikan untuk dilaksanakan, atas
kermh2 warga. perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
2 PT. Malea pengaduan direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Energy terkait Kab. Tana Toraja untuk :
berkurangnya Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
kebutuhan air ketaatan Malea Energy (PLTA Malea) untuk
di dusun memenuhi kewajiban TPS LB3 sebagaimana
tendan akibat Peraturan yang berlaku.
adanya Melakukan pengawasan terhadap ketaatan Melea
aktifitas usaha Energy untuk melaksanakan kewajiban bina
dan/atau lingkungan melalui Corporate Social Responsibility
kegiatan PLTA (CSR) dan melakukan penanaman pohon pada
Malea Tana lokasi tapak proyek dan sekitarnya.
Toraja. Melaporkan pelaksanaan pengawasan, pengelolaan
pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi

157
Selatan.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan, atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
3 Tambang Gol. pengaduan Menindaklanjuti pengaduan dari DPP Lira
C Milik terkait Kabupaten Selayar Sulawesi Selatan Nomor :
MEENG/alias penambangan 10/DPD LIRA/SLY/V/2018 tanggal 14 Mei 2018
Ilyas golongan C perihal diduga tidak ada izin tambang golongan
diduga tidak C/Amdal dan berdasarkan hasil telaahan terhadap
memiliki izin pengaduan tersebut, maka bersama ini
Amdal yang disampaikan kepada Saudara sebagai
berlokasi berikut:Pengaduan tersebut merupakan
dijalan poros kewenangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten
paleba Selayar, untuk itu agar Dinas terkait dalam hal ini
lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Selayar untuk
kampung beru menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan tetap
Kel. mengacu pada Permen LHK Nomor :
Bontobangun 22/MENLHK/SETJEN/SET.1/ 3/2017 tentang Tata
Kec. Cara Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Bontoharu Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Kep. Selayar Perusakan Hutan;Melaporkan pelaksanaan
pengelolaan pengaduan lingkungan hidup kepada
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan.Demikian disampaikan, atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
4 PT. Jas Mulia Permohonan Menindaklanjuti Surat Ketua DPRD Kab. Luwu Utara
konsultasi Nomor 170/18/DPRD-LU/I/2018 Tanggal 04 Januari
mengenai 2018 Perihal Permohonan Konsultasi dan hasil rapat
pemanfaatan yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Lingkungan
air permukaan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan pada Tanggal 12
oleh PT. Jas Januari 2018, maka bersama ini disampaikan
Mulia terkait kepada Saudara untuk :
dengan pajak melakukan pengawasan lingkungan hidup terhadap
air permukaan pabrik kelapa sawit milik Jas Mulia di Desa Minanga
Tallu Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara, karena
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
UPL), Izin Lingkungan, Izin Pembungan Limbah Cair
(IPLC) serta Izin Tempat Penyimpanan Sementara
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS LB3)
usaha dan/atau kegiatan dimaksud merupakan
kewenangan Pemerintah Kab. Luwu Utara,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Jo. Peraturan
Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan;
merencanakan penyusunan Peraturan Daerah
terkait pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air berdasarkan Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

158
Pencemaran Air, Peraturan Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Nomor 7 Tahun 2003 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air di Provinsi Sulawesi Selatan, serta
peraturan perundang-undangan lainnya;
selanjutnya terkait izin dan retribusi pengambilan
dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan, agar mengkonsultasikan lebih lanjut ke
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Sulawesi Selatan serta Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih
5 PT. Barry Keluhan Menindaklanjuti hasil penanganan pengaduan
Callebaut masyarakat lingkungan oleh Tim terpadu antara DLH Kota
Comextra Perumahan Makassar, DPLH Prov. Sul Sel dan Balai
Indonesia Villa Mutiara Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan
Indah berupa Hidup dan Kehutanan KLHK RI Wil Sulawesi, maka
bau tidak ditemukan fakta-fakta pada PT. Barry Callebaut
sedap, gatal- Comextra Indonesia sebagai berikut : Tidak
gatal, serbuk memiliki izin pembuangan air limbah, berdasarkan
putih halus, air hal tersebut MELANGGAR Pasal 20 ayat (3) huruf b
sumur berubah Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang
warna dan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
tidak bisa dan pasal 40 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 82
digunakan. 29 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Oktober Pengendalian Pencemaran Air.Tidak melakukan
2018DetailTela pencatatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan dalam
h DibacaLihat bentuk logbook dan neraca limbah B3, tidak
Klarifikasi memasang simbol dan label pada setiap kemasan
limbah B3 serta tidak melaporkan hasil pengelolaan
limbah B3, berdasarkan hal tersebut MELANGGAR
Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 26 huruf a – e,
Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan
Beracun. Sehubungan dengan tersebut di atas,
maka direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan
Hidup Kota Makassar untuk :Memberikan sanksi
administrasi berupa paksaan pemerintah Kepada
PT. Barry Callebaut Comextra untuk : a. Mengolah
air limbah domestik dan air limbah dari proses
produksi sebelum dibuang ke lingkungan serta
memiliki izin pembuangan air limbah (IPLC). b.
Melakukan pencatatan jumlah limbah B3 yang
dihasilkan dalam bentuk logbook dan neraca limbah
B3, memasang simbol dan label pada setiap
kemasan limbah B3 serta melaporkan hasil
pengelolaan limbah B3.Melaporkan pelaksanaan
pengelolaan pengaduan lingkungan hidup kepada
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan terkait pemberian sanksi dan
tindak lanjut yang diambi Demikian disampaikan
untuk dilaksanakan, atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih.

159
6 PT. Comextra Keluhan Menindaklanjuti hasil penanganan pengaduan
Majora masyarakat lingkungan oleh Tim terpadu antara DLH Kota
Perumahan Makassar, DPLH Prov. Sul Sel dan Balai
Villa Mutiara Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan
Indah berupa Hidup dan Kehutanan KLHK RI Wil Sulawesi, maka
bau tidak ditemukan fakta-fakta pada PT. Comextra Majora
sedap, gatal- sebagai berikut :Terdapat penambahan kegiatan
gatal, serbuk diluar Izin Lingkungan berupa produksi minyak
putih halus, air CNSL (cashew nut shell liquid) dari kulit mete sejak
sumur berubah tahun 2015 dan penggilingan gabah sejak Maret
warna dan 2017 dan tanpa melalui proses perubahan Izin
tidak bisa Lingkungan, berdasarkan hal tersebut MELANGGAR
digunakan Izin Lingkungan yang dikeluarkan oleh BLHD Kota
Makassar Nomor 2/912/Kep/BLHD/XII/2012
Tanggal 27 Desember 2012 Diktum kedelapan yang
mengatakan “penangung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib mengajukan permohonan
perubahan izin lingkungan apabila terjadi
perubahan atas rencana usaha dan/atau kegiatan”
sesuai dengan kriteria perubahan yang tercantum
dalam pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.Tidak
mentaati persyaratan yang termaktub dalam izin
lingkungan Nomor 660.2/912/Kep/BLHD/XII/2012
Tanggal 27 Desember 2012 Diktum ketiga huruf a
yang berbunyi memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu izin
pembuangan limbah cair sebagaimana yang diatur
dalam pasal 20 ayat (3) uruf b Undang-undang RI
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.Tidak melakukan
pengelolaan lanjutan limbah B3 yang dihasilkan
sesuai yang dipersyaratkan (tidak memiliki logbook,
neraca limbah B3 dan bukti manifes Limbah B3 dan
tidak melaporkan hasil pengelolaan limbah B3),
berdasarkan hal tersebut MELANGGAR Pasal 26 ,
huruf a – e, Peraturan Pemerintah No. 101 tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Sehubungan dengan
tersebut di atas, maka direkomendasikan Kepada
Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar untuk
:Memberikan sanksi administrasi paksaan
pemerintah Kepada PT. Comextra
Majora.Melaporkan pelaksanaan pengelolaan
pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan terkait pemberian sanksi dan tindak lanjut
yang diambiDemikian disampaikan untuk
dilaksanakan, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih
7 PT. Wutama Kegiatan Menindaklanjuti Surat Kepala Dinas Lingkungan
Trimakmur pertambangan Hidup Kab. Pangkajene dan Kepulauan Nomor
batuan 660/368/DLH Tanggal 21 Agustus 2017 Perihal
marmer Hasil Verifikasi Pengaduan Masyarakat terhadap
diduga usaha dan/atau kegiatan pertambangan batuan

160
berdampak marmer oleh PT. Wutama Trimakmur di Kel.
terhadap Kalabbirang Kec. Minasatene Kab. Pangkajene dan
kerusakan Kepulauan, maka disampaikan kepada Dinas
tanah Lingkungan Hidup Kab. Pangkajene dan Kepulauan
untuk :Melakukan pengelolaan pengaduan secara
komprehensif (keseluruhan) di dalam dan di luar
perusahaan berkaitan dengan pelaksanaan
Dokumen Lingkungan dan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor
22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2017 Tentang Tata
Cara Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Perusakan Hutan;Mengidentifikasi dampak usaha
dan/atau kegiatan Wutama Trimakmur, khususnya
dampak kerusakan tanah dan batuan karst melalui
pengujian;Melakukan evaluasi terhadap Dokumen
Lingkungan dan melakukan koordinasi dengan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Sulawesi Selatan, apabila kuat dugaan pengrusakan
lingkungan akibat kegiatan Wutama
Trimakmur;Melaporkan pelaksanaan pengelolaan
pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan
8 PT. Bumi Jaya Dugaan Menindaklanjuti Surat Kepala Dinas Lingkungan
Mulia pencemaran Hidup Kab. Pangkajene dan Kepulauan Nomor
udara dan 660/368/DLH Tanggal 21 Agustus 2017 Perihal
gangguan Hasil Verifikasi Pengaduan Masyarakat terhadap
kesehatan usaha dan/atau kegiatan pertambangan batuan
masyarakat marmer oleh PT. Wutama Trimakmur di Kel.
Kalabbirang Kec. Minasatene Kab. Pangkajene dan
Kepulauan, maka disampaikan kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kab. Pangkajene dan Kepulauan
untuk :
Melakukan pengelolaan pengaduan secara
komprehensif (keseluruhan) di dalam dan di luar
perusahaan berkaitan dengan pelaksanaan
Dokumen Lingkungan dan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor
22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2017 Tentang Tata
Cara Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Perusakan Hutan;
Mengidentifikasi dampak usaha dan/atau kegiatan
Wutama Trimakmur, khususnya dampak kerusakan
tanah dan batuan karst melalui pengujian;
Melakukan evaluasi terhadap Dokumen Lingkungan
dan melakukan koordinasi dengan Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan,

161
apabila kuat dugaan pengrusakan lingkungan
akibat kegiatan Wutama Trimakmur;
Melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan
lingkungan hidup kepada Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan.
9 PLTGU Binaga Pengaduan Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan
Sangkara terkait rencana ke Pengadu.
pembangunan
PLTGU Binaga
Sangkara di
Kab. Maros
ditolak oleh
masyarakat
karena daerah
pesisir yang
ditumbuhi
mangrove dan
daerah padat
penduduk.
10 PT. Dugaan PT. Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan
Bintangmas Bintangmas ke Pengadu dan ditembuskan ke Ombudsman
Cahaya Cahaya
Internasional Internasional
tidak memiliki
kendaraan
lanjutan yang
mengangkut
LB3 dari
pelabuhan
syahbandar
Surabaya-
Jakarta
menuju
pengolah LB3
11 PT. Mitra Hijau Dugaan Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan
Asia adanya limbah ke Pengadu dan ditembuskan ke Ombudsman.
medis dan
limbah bahan
berbahaya dan
beracun (LB3)
pada lokasi
Gudang
Penampungan/
Pengumpulan
Sementara
Limbah B3 PT.
Mitra Hijau
Asia di Kab.
Gowa
12 CV. Askarindo Pengaduan Penghentian kegiatan
Mandiri terkait usaha
penambangan
CV. Askarindo
Mandiri Kab.

162
Bulukumba
yang tidak
sesuai dengan
luasan yang
tercantum
dalam Izin
Usaha
Penambangan
13 Pemrakarsa Pengaduan N/A
tambang pasir keberadaan
laut tambang pasir
laut di Kab.
Takalar akan
berdampak
pada
keberlanjutan
ekosistem dan
mata
pencaharian
warga nelayan
setempat
14 Otoritas Pengaduan Rekomendasi penanganan limbah oli oleh Otoritas
Pelabuhan terkait Pelabuhan.
pencemaran
limbah oli di
perairan Pulau
Lae-Lae dan
Samalona Kota
Makassar
15 PT. Makassar Dugaan Penghentian kegiatan
Phinisi Seaside aktivitas
Hotel (The kegiatan
Rinra penimbunan/r
Makassar) eklamasi
peruntukan
taman dan
lahan parkir
PT. Makassar
Phinisi Seaside
Hotel (The
Rinra
Makassar)
tidak memiliki
izin lingkungan
dan izin
pelaksanaan
reklamasi.
16 BLUD RSUD H. BLUD RSUD H. Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi
Padjonga Dg. Padjonga Dg. Paksaan Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Ngalle Ngalle Kab. Kab. Takalar.
Takalar tidak
taat dalam
pengelolaan
limbah B3,

163
emisi udara
dan limbah
cair
17 Rumah Sakit Rumah Sakit Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi
Ajjappangnge Ajjappangnge Paksaan Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kab. Soppeng Kab. Soppeng.
tidak taat
dalam
pengelolaan
limbah B3 dan
limbah cair.
18 PT. Basis PT. Basis Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi
Indah Indah Kec. Paksaan Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Cina Kab. Kab. Bone.
Bone tidak taat
dalam
pengelolaan
limbah B3 dan
limbah cair.
19 Hotel Swiss- Hotel Swiss- Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi
Bellin Bellin Paksaan Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Makassar tidak Kota Makassar.
taat dalam
pengelolaan
limbah B3 dan
limbah cair.
20 PT. Jakarta PT. Jakarta Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi
Intiland (Mall Intiland (Mall Paksaan Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Makassar Makassar Kota Makassar.
Town Square Town Square)
tidak taat
dalam
pengelolaan
limbah B3
21 PT. Tirai Terjadi abrasi Penghentian kegiatan PT. Tirai Sulawesi dan CV.
Sulawesi dan pantai Putra Pratama, serta rekomendasi pencabutan izin
CV. Putra terutama di kegiatan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pratama sekitar pesisir Daerah Prov. Sul Sel.
Pulau
Kayangan
yang kuat
dugaan
disebabkan
oleh
pengambilan
pasir laut
tanpa
mempertimban
gkan arus air
laut
Sumber : Siitus SIMAS pengelolahan lingkungan hidup provinsi Sulawesi Selatan

164
Laporan pengaduan masyarakat berdasarkan mekanisme dan
prosedur yang jelas, Pengaduan masyarakat adalah bentuk penerapan dari
pengawasan masyarakat yang disampaikan oleh masyarakat kepada
aparatur pemerintahan terkait berupa sumbangan pikiran suara, gagasan,
keluhan, pengaduan, yang bersifat membangun.

2.7. Kondisi Demografi


2.7.1. Jumlah Pendidikan laki-laki dan perempuan menurut
tingkat pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata pendidikan itu sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan,
atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti
kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang

Berdasakan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2018 Provinsi


Sulawesi Selatan, jumlah tingkat pendidikan pada penduduk Provinsi
Sulawesi selatan yang tidak sekolah ( tidak mengenyam pendidikan)
terdapat pada kabupaten Bone yaitu dengan jumlah perempuan sebanyak
139.782.62 dan jumlah laki-laki sebanyak 116.785.27. jumlah tingkatan
pendidikan pada tingkat SD tertinggi terdapat pada kota Makassar dengan
jumlah perempuan sebanyak 164.641.34 dan jumlah laki-laki sebanyak
131.114.00. jumlah tingkatan pendidikan pada tingkat SLTP tertinggi
terdapat pada kota mkassar dengan jumlah perempuan sebanyak
121.801.36 dan jumlah laki-laki sebanyak 114.857.28. jumlah tingkatan

165
pendidikan pada tingkat SLTA tertinggi terdapat pada kota makassar
dengan jumlah perempuan sebanyak 220.846.24 dan jumlah laki-laki
sebanyak 236.853.37. Jumlah tingkatan pendidikan pada tingkat Diploma
tertinggi terdapat pada kota mkassar dengan jumlah perempuan sebanyak
22.900.97 dan jumlah laki-laki sebanyak 13.076.06. dan Jumlah tingkatan
pendidikan pada tingkat S1/S2/S3 tertinggi terdapat pada kota makassar
dengan jumlah perempuan sebanyak 22.900.97 dan jumlah laki-laki
sebanyak 13.076.06. secara umum pendidikan yang paling tertinggi yang
kebanyakan di kenyam oleh penduduk adalah pada tingkat SLTA.

166
Tabel 2.7.1. Jumlah Pendidikan laki-laki dan perempuan menurut tingkat pendidikan

Kabupaten Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma S1/S2/S3


No.
Kabupaten Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Kepulauan Selayar 19.112,58 21.417,71 18.123,57 19.215,89 7.973,88 8.962,06 12.690,21 11.324,73 1.378,43 1.994,54 2.534,33 3.259,54
2 Bulukumba 63.836,21 74.828,81 51.292,48 61.171,88 31.600,18 34.070,41 33.912,38 30.026,70 2.350,74 3.807,11 9.711,27 10.281,35
3 Bantaeng 44.930,13 49.635,98 18.799,36 25.340,04 9.980,56 11.746,17 10.922,29 10.341,53 193,63 1.206,67 3.194,84 4.741,83
4 Jeneponto 71.732,49 74.220,61 39.676,71 45.256,91 28.433,27 33.053,42 24.725,32 22.582,85 734,75 2.261,93 5.536,29 5.490,66

5 Takalar 41.954,90 45.574,70 35.246,48 32.430,64 25.170,21 27.064,84 27.133,65 26.799,50 1.172,61 1.945,84 5.672,16 6.117,60
6 Gowa 105.344,08 121.363,62 85.607,32 90.206,07 62.383,50 67.122,55 73.786,19 68.457,06 5.056,24 8.764,52 16.528,66 15.797,78
7 Sinjai 37.323,17 42.303,25 39.210,49 36.646,41 15.681,91 20.014,48 16.253,82 13.640,13 1.155,27 2.820,83 4.758,33 7.644,34
8 Maros 51.203,30 59.294,45 44.380,56 48.954,06 21.468,65 26.287,28 38.640,28 30.611,30 1.246,46 2.831,20 7.052,34 5.576,61

9 Pangkep 39.146,75 47.729,25 44.898,16 50.335,10 25.309,33 28.696,64 34.910,49 24.372,26 2.179,97 4.092,42 8.163,30 10.222,76
10 Barru 25.737,08 29.074,57 24.454,31 26.282,02 13.089,14 15.701,87 13.342,43 11.953,62 915,10 1.338,03 4.166,96 6.433,16
11 Bone 116.785,27 139.782,62 119.461,08 137.956,94 43.974,92 44.555,84 59.079,19 50.506,92 1.795,61 6.105,66 11.020,14 16.887,17
12 Soppeng 33.306,20 36.762,49 30.937,81 35.862,85 17.534,61 18.738,07 16.950,48 17.065,03 754,06 2.617,12 6.722,84 7.923,05

13 Wajo 59.740,31 76.537,97 68.052,65 79.387,39 26.565,81 29.342,82 24.375,39 18.899,81 2.321,47 3.706,25 6.159,37 4.914,36
14 Sidrap 5.903,00 13.092,00 45.462,00 44.478,00 25.475,00 26.004,00 23.755,00 20.600,00 1.649,71 4.257,32 8.206,61 8.822,92
15 Pinrang 48.815,47 55.658,75 55.257,14 61.571,30 32.490,70 31.930,03 29.702,26 28.196,73 1.094,20 3.808,34 9.088,93 8.367,09
16 Enrekang 25.738,06 32.005,90 27.618,42 22.208,40 19.639,33 19.642,10 21.559,48 16.049,27 975,00 2.003,69 3.949,75 7.126,43

17 Luwu 45.184,55 49.166,73 47.198,83 49.725,75 31.886,95 34.979,13 38.237,02 33.867,84 2.799,50 4.304,04 5.377,08 8.943,23
18 Tana Toraja 35.769,16 41.192,33 28.008,80 28.754,40 19.325,96 19.300,59 25.322,08 21.153,18 795,64 3.031,51 6.099,90 4.794,27
19 Luwu Utara 40.177,15 44.538,95 45.873,69 50.011,15 28.603,24 28.558,60 27.668,89 19.392,38 2.411,23 2.418,45 5.952,73 6.195,41
20 Luwu Timur 36.101,48 38.642,21 35.852,21 37.471,02 24.386,15 24.810,48 35.312,15 23.514,31 1.246,31 2.461,41 5.594,55 5.682,19

21 Toraja Utara 33.939,22 40.250,86 25.645,97 25.403,91 20.485,22 18.312,63 23.324,76 21.251,56 1.509,91 1.959,28 7.763,65 6.356,54
22 Makassar 95.490,57 101.715,11 131.114,00 164.641,34 114.857,28 121.801,36 236.853,37 220.846,24 13.076,06 22.900,97 115.422,73 98.611,42
23 Pare-pare 11.453,78 12.844,31 12.798,12 12.877,97 12.885,50 13.665,42 23.102,48 22.069,56 947,76 1.860,62 6.029,36 7.623,65
24 Palopo 14.859,77 17.357,59 17.376,60 17.844,92 13.549,09 13.316,10 24.750,20 25.626,73 201,03 3.041,75 9.673,32 8.094,43

Sumber : Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018

167
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.1 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi selatan
yang tidak sekolah (tidak mengenyam pendidikan)

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.2 Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan
pada Tingkat SD

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.3. Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan pada Tingkat SLTP

168
Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.4. Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan pada Tingkat SLTA

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.5. Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan pada Tingkat Diploma

Sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 32 DIKPLH Sulawesi Selatan Tahun 2018
Gambar 2.7.6. Jumlah Penduduk di tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan pada Tingkat S1/S2/S3

169
2.7.2. Jenis Penyakit uutama yang diderita penduduk
Setiap Orang Pasti pernah mengalami yang namanya sakit, di
Indonesia sendiri ada beberapa nama penyakit yang sering diderita oleh
penduduknya, dari ringan hingga parah. Berdasarkan data Provinsi Sulawesi
Selatan dalam angka 2018, ada berapa penyakit utama yang diderita
penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan, di antaranya Hipertensi dengan
jumlah penderita sebanyak 81.642 jiwa, Kecelakaan lalu lintas sebanyak
22.843 jiwa, DM sebanyak 17.843 jiwa, PKD sebanyak 12.417 jiwa, kanker
sebanyak 5.920 jiwa, kanker payudara sebanyak 3.036 jiwa, obesitas
sebanyak 2.671 jiwa, struma sebanyak 2.442 jiwa, osteoporosis sebanyak
1.737 jiwa, dan penyakit ginjal kronik sebanyak 726 jiwa. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa penyakit tertinggi yang ada di Provisi Sulawesi
selatan adalah Hipertensi yaitu sebanyak 81.462 jiwa dan yang paling
terendah adalah penyakit ginjal kronik yaitu sebanyak 726 jiwa.

Tabel 2.7.2. Jenis Penyakit Utama yang di derita Penduduk Provinsi


Sulawesi Selatan Tahun 2018.
No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1 Hipertensi 81.462
2 kecelakaan lalu lintas 22.905
3 DM 17.843
4 PKD 12.417
5 kanker 5.920
6 kanker payudara 3.036
7 Obesitas 2.671
8 Struma 2.442
9 Osteoporosis 1.737
10 Penyakit ginjal kronik 726
Sumber : Lampiran Tabel 34 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan 2018

170
Sumber : Lampiran Tabel 34 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan 2018

Gambar 2.7.7. Jenis Penyakit Utama yang di derita Penduduk


Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018.
2.7.3. Jumlah Rumah Tangga Miskin
Disamping jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kemiskinan
merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan tekan terhadap
lingkungan. Dari total rumah tangga di Provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 2.097.233, terdapat 28% (813.080 rumah tangga) diantaranya
merupakan keluarga miskin Angka kemiskinan ini masih cukup besar
sehingga menjadi salah satu faktor terjadi tekanan terhadap lingkungan
hidup. Kemiskinan dapat mendorong penduduk untuk memanfaatkan
sumber daya yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kehidupan seperti
pemanfaatan hasil hutan, melakukan perladangan berpindah yang
semuanya akan menimbulkan pengrusakan hutan.

Tabel 2.7.3. Jumlah Rumah Tangga Miskin Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2018
Jumlah Rumah Jumlah Rumah
No. Kabupaten/Kota
Tangga Tangga Miskin

(1) (2) (3) (4)


1 Kepulauan Selayar 37.658 17.620
2 Bulukumba 115.150 33.100
3 Bantaeng 62.281 17.910
4 Jeneponto 90.878 55.350

171
Jumlah Rumah Jumlah Rumah
No. Kabupaten/Kota
Tangga Tangga Miskin

(1) (2) (3) (4)


5 Takalar 81.991 26.990
6 Gowa 179.193 62.770
7 Sinjai 61.063 22.250
8 Maros 190.060 38.500
9 Pangkep 85.673 53.380
10 Barru 85074 16.760
11 Bone 52.877 77.130
12 Soppeng 70.314 18.760
13 Wajo 120.809 29.190
14 Sidrap 71.364 15.720
15 Pinrang 91.937 31.430
16 Enrekang 51.406 26.710
17 Luwu 80.232 49.800
18 Tana Toraja 50.920 29.180
19 Luwu Utara 73.002 44.040
20 Luwu Timur 50.599 21.940
21 Toraja Utara 51.686 32.850
22 Makassar 275.728 68.190
23 Pare-pare 32.604 8.070
24 Palopo 34.734 15.440
TOTAL 2.097.233 813.080
Sumber : Lampiran Tabel 34 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan 2018

Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan tersebar di seluruh kota dan


kabupatan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel. Jumlah keluarga
miskin terbesar berada di tiga kota/kabupaten, yaitu Kabupaten Bone
sebanyak 77.130 rumah tangga, kota Makassar sebanyak 68.190 rumah
tangga, Kabupaten Gowa sebanyak 62.770 rumah tangga.

172
sumber : Diolah dari Lampiran Tabel 34 DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan 2018
Gambar 2.7.8 Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018

173
1
3.1 Mekanisme Penggalian Isu Perioritas

Permasalahan lingkungan hidup di Sulawesi Selatan telah dibahas


secara mendalam pada Bab 2, yang analisisnya dihasilkan melalui studi awal
dengan menggunakan beberapa metode oleh Tim Pakar, antara lain desk
study, penyelarasan data, pegolahan data spasial dengan GIS (geographic
information system), dan diskusi dengan beberapa stakeholders. Hasilnya
adalah daftar panjang isu strategis yang disajikan di bawah ini. Isu strategis
hasil analisis tersebut kemudian dibawa dalam Focus Group Discussion
(FGD) yang meibatkan banyak pihak (seluruh dinas/badan yang menangani
lingkungan hidup se Provinsi Sulawesi Selatan, Bappeda, instansi vertikal
lingkungan hidup, LSM, dll), dengan tujuan utama untuk mendapatkan isu
strategis pada masing-masing wilayah, terkait perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Selatan.
Penentu/kriteria isu strategis didasarkan pada faktor
penentu/kriteria isu strategis adalah sebagai berikut:
 Menyangkut hajat hidup orang banyak
 Lintas sektor
 Lintas wilayah

2
 Sedang berlangsung atau dipercaya akan terjadi
 Berdampak negatif jangka panjang jika tidak diselesaikan
 Potensi mengganggu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
 Potensi dampak kumulatif dan efek berganda.
Kemudian hasil FGD tersebut diramu dalam suatu forum pakar
melalui pendekatan experst judgement yang menghasilkan daftar pendek
isu strategis. Analisis selanjutnya dilakukan untuk menetapkan isu pokok
untuk nantinya menjadi dasar dalam pembahasan dan penyusunan
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan

3.2 Permasalahan dan Isu Strategis Lingkungan Hidup

3.2.1 Permasalahan dan Isu Strategis

Permasalahan utama lingkungan hidup selalu berkaitan dengan tiga


komponen utama lingkungan hidup yakni tanah, air, dan udara. Dari hasil
analisis yang telah dilakukan dan diskusi intensif dengan berbagai pihak,
maka dihasilkan enam kelompok komponen lingkungan yang perlu dibahas
secara seksama, yakni: (i) lahan dan hutan; (ii) air; (iii) udara; (iv) pesisir
dan lautan; (v) kebencanaan dan perubahan iklim, dan (vi) pangan. Berikut
ini daftar panjang isu strategis terkait dengan masing-masing komponen
tersebut.

a. Isu strategis terkait lahan dan hutan

 Semakin meluasnya lahan kritis di dalam maupun diluar kawasan


hutan
 Menurunnya luasan lahan pertanian berkualitas
 Menurunnya tutupan vegetasi/tutupan hutan pada lahan di kawasan
hutan
 Konflik potensil penggunaan lahan: hutan vs pertambangan,
perkebunan, dan lain sebagainya.

3
b. Isu strategis terkait air

 Banjir di musim hujan dan kelangkaan air di musim kemarau (hampir


semua kabupaten).
 Meningkatnya laju sedimentasi di beberapa sungai besar, danau,
waduk/ bendungan (DAS Jeneberang, DAS Walanae-Cenranae,
Danau Tempe, Dam Bili-Bili).
 Menurunnya kuantitas/debit badan air (sungai/air tanah).
 Menurunnya kualitas sumber air baku (pencemaran pestisida dan
tingginya TSS dan TDS).
 Terjadinya eutrofikasi (eutrophication) akibat limbah domestik pada
badan air (sungai dan danau).
 Pencemaran BBM, pelumas, dan limbah B3 diperairan pantai, sungai
dan danau.
 Timbulnya beberapa kasus pencemaran logam berat di sungai dan
pantai/laut (kasus Kerang Jeneponto, sungai Pangkejene, Selat
Makassar).
c. Isu strategis terkait udara dan perubahan iklim

 Meningkatnya emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan


industri.
 Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (CO, CO2, CH4, N2O,
HCFC, CFC serta uap air).
d. Isu strategis terkait pesisir dan lautan

 Kerusakan ekosistem terumbu karang di Perairan Pesisir Sulsel,


terutama di Perairan Spermonde dan Teluk Bone, kerusakan
mencapai 55%
 Deforetasi mangrove di sepanjang Pesisir Sulawesi Selatan (Sulsel),
kerusakan mencapai 70%
 Kerusakan ekosistem padang lamun di Perairan Pesisir (Sulsel)

4
 Laju pencemaran (TSS, DO, BOD, COD, Total Fosfat, Fecal-Coli, Total
coliform, logam berat serta plastik/mikroplastik) di Perairan Pesisir
Sulawesi Selatan
 Kerusakan ekosistem benthik pada wilayah perairan pesisir
 Abrasi dan intrusi air laut pada kawasan pantai

e. Isu terkait kebencanaan dan perubahan iklim


 Meningkatnya frekuensi kejadian Banjir
 Meningkatnya frekuensi kejadian tanah longsor
 Meningkatnya frekuensi kejadian kebakaran hutan dan lahan
kekeringan
 Perubahan iklim (mulai terasa di beberapa kabupaten).
 Potensi terjadinya hujan asam (Sorowako-Malili dan Maros).
f. Isu strategis terkait pangan

 Peningkatan produksi pangan rendah pada 5 tahun terakhir,


melambat dibanding pertumbuhan penduduk.
 Meningkatnya konversi lahan pertanian ke non-pertanian.

3.2.2 Analisis DPSIR


Dalam kajian ini isu strategis dianalisis menggunakan pendekatan
DPSIR (Driver, Pressure, State, Impact, Response), yakni pendorong,
tekanan, status, dampak, dan upaya pengelolaan lingkungan). Analisis
DPSIR dilakukan secara komprehensif melalui suatu forum diskusi (FGD)
yang melibatkan perwakilan seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan
ditambah dengan instansi terkait di tingkat provinsi. Analisis DPSIR
dilakukan terhadap isu strategis yang menonjol dan hasilnya
disederhanakan dalam bentuk matriks, sebagaimana disajikan pada Tabel
23 berikut. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagai berikut:
 Kolom D (driver) diisi dengan pernyataan“apa penyebab/pendorong
terjadinya masalah ini.”

5
 Kolom P (pressure) diisi dengan pernyataan “karena tekanan apa, yang didorong oleh faktor pendorong D, sehingga terjadi
masalah ini.”
 Kolom S (state) diisi dengan pernyataan “keadaan obyektif lingkungan hidup yang saat ini sedang terjadi.”
 Kolom I (impact) diisi dengan pernyataan “dampak apa saja yang akan terjadi akibat dari terjadinya masalah ini.”
 Kolom R (response) diisi dengan pernyataan “apa yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan.”

Tabel 3.1. Permasalahan utama dan potensi permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Selatan
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
1 Isu Strategis terkait Lahan dan Hutan
Semakin meluasnya  Kebijakan pemerintah tentang  Perambah hutan Semakin meluasnya  Terjadinya banjir di  Pembangunan infrastruktur
lahan kritis di dalam pengelolaan lahan  Ijin pengelolaan lahan lahan kritis di dalam musim hujan dan sesuai RTRW
maupun diluar  Pertumbuhan penduduk di (HPH, pertambangan, maupun diluar kekeringan di musim  Monitoring kawasan hutan
kawasan hutan perkotaan perkebunan, dll) kawasan hutan kemarau  Perbaikan sistem perijinan
 Pembangunan infrastruktur dan  Meningkatnya  Menurunnya sumber  Perumusan kebijakan yang
area permukiman konversi dan alih air baku relevan
 Pembangunan infrastruktur fungsi lahan  Perubahan iklim lokal  Law enforcement
konektivitas antar daerah  Pemekaran perkotaan
 Pengembangan kawasan  Hadirnya
ekonomi khusus usaha/kegiatan baru
 Pengembangan kawasan (perkebunan kelapa
industri sawit, kopi, kakao,
dll)

Menurunnya luasan  Degradasi lahan akibat  Meningkatnya Menurunnya luasan  Penurunan  Pembangunan
lahan pertanian kebijakan pertanian intensifikasi konversi dan alih lahan pertanian produktivitas lahan infrastruktur sesuai
berkualitas  Target swasembada pangan fungsi lahan berkualitas  Penurunan produksi RTRW
memicu eksploitasi lahan besar-  Pemekaran perkotaan pangan  Perlindungan lahan
besaran pertanian pangan

6
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
 Pengembangan kawasan  Hadirnya  Penurunan berkelanjutan sesuai UU
industri usaha/kegiatan baru penghasilan petani No. 41 tahun 2009
 Pembangunan infrastruktur dan (perkebunan kelapa  Penurunan kualitas  Perbaikan sistem
area permukiman sawit, kopi, kakao, tanah dan air akibat perijinan
 Pembangunan infrastruktur dll) pestisida  Perumusan kebijakan
konektivitas antar daerah  Akumulasi residu yang relevan
 Pengembangan kawasan bahan kimia yang  Law enforcement
ekonomi khusus berasal dari pupuk
dan pestisida
Menurunnya tutupan  Lemahnya kontrol pengawasan  Perambah hutan Menurunnya tutupan  Terjadinya banjir di  Pembangunan
vegetasi/tutupan terhadap kawasan hutan  Ijin pengelolaan lahan vegetasi/tutupan musim hujan dan infrastruktur sesuai
lahan di kawasan  Kejadian bencana alam (HPH, pertambangan, lahan di kawasan kekeringan di musim RTRW
hutan  Kebijakan pembukaan lahan perkebunan, dll) hutan kemarau  Perlindungan lahan
 Pengaruh iklim  Kebakaran hutan  Menurunnya sumber pertanian pangan
 Bencana alam air baku berkelanjutan sesuai UU
(longsor, banjir,  Perubahan iklim lokal No. 41 tahun 2009
gempa bumi, angin  Perbaikan sistem
putting beliung, perijinan
kekeringan)  Perumusan kebijakan
 Meningkatnya yang relevan
konversi dan alih  Law enforcement
fungsi lahan

Konflik potensil  Regulasi perijinan yang  Keinginan kelompok Konflik potensil  Kesemrawutan
penggunaan lahan: tumpang tindih penguasa-penguasa penggunaan lahan: penggunaan lahan
hutan vs  Kurangnya data dan informasi lokal hutan vs
pertambangan, terkait batas-batas pengelolaan  Kenakalan petugas pertambangan,
perkebunan, dll masing-masing sektor perijinan perkebunan, dll
 Kebijakan mengundang investor
untuk berinvestasi

2 Isu Strategis Terkait AIR

7
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
Banjir di musim  Pertumbuhan penduduk di  Meningkatnya Banjir di musim  Menurunnya sanitasi  Kajian ketersediaan dan
hujan dan perkotaan konversi dan alih hujan, di beberapa lingkungan kebutuhan air
kelangkaan air di  Pembangunan infrastruktur dan fungsi lahan wilayah hilir DAS,  Gangguan kesehatan  Perumusan kebijakan tata
musim kemarau. area permukiman  Hilang/berkurang nya dan kelangkaan air masyarakat (wabah ruang, area resapan dan
area resapan air di musim kemarau penyakit) RTH
(hampir semua  Memicu konflik  Law enforcement
kabupaten).

Meningkatnya laju  Pertumbuhan penduduk  Meningkatnya Meningkatnya laju  Pendangkalan  Monitoring kondisi sungai,
sedimentasi di  Meningkatnya limbah domestik konversi dan alih sedimentasi di sungai, danau, danau, waduk/bendungan
beberapa sungai yang masuk ke badan air fungsi lahan beberapa sungai waduk/bendungan  Perumusan kebijakan area
besar, danau,  Rendahnya kesadaran  Meningkatnya erosi besar, danau,  Menurunnya fungsi sempadan sungai, danau,
waduk/ bendungan lingkungan masyarakat  Eutrifikasi pada badan waduk/ bendungan sungai, danau, waduk/ bendungan
air (DAS Jeneberang, waduk/bendungan  Law enforcement
DAS Walanae-
Cenranae, Danau
Tempe, Dam Bili-
Bili).

Menurunnya  Pertumbuhan penduduk  Meningkatnya Menurunnya  Menurunnya sumber  Monitoring kondisi/ kinerja
kuantitas/debit  Meningkatnya area permukiman kebutuhan air kuantitas/debit air baku sungai
badan air (sungai/air dan industri domestik dan industri badan air  Meningkatnya intrusi  Perumusan kebijakan
tanah).  Rendahnya kesadaran  Menurunnya kinerja (sungai/air tanah), air laut pemanfaatan air sungai
lingkungan masyarakat DAS khususnya sungai-  Law enforcement
sungai besar antara
lain Jeneberang,
dan Walanae-
Cenranae.

Menurunnya kualitas  Pencemaran air  Aktifitas pertanian di Menurunnya kualitas  Gangguan kesehatan  Monitoring kualitas air baku
sumber air baku.  Penggunaan B3 wilayah hulu DAS sumber air baku, masyarakat  Perumusan kebijakan yang
karena pencemaran relevan

8
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
 Erosi dan masuknya limbah  Kebutuhan lahan pestisida dan  Biaya pengolahan air  Law enforcement
domestik pertanian yang tingginya TSS dan lebih tinggi
 Rendahnya kesadaran meningkat TDS.  Dampak terhadap
lingkungan masyarakat  Meningkatnya spesies sosial ekonomi
hama dan penyakit masyarakat
tanaman pertanian

Terjadinya  Pertumbuhan penduduk  Meningkatnya limbah Terjadinya  Menurunnya kualitas  Monitoring kualitas air
eutrofikasi  Pencemaran air (limbah domestik eutrofikasi badan air  Perbaikan sistem
(eutrophication). domestik)  Sistem persampahan (eutrophication)  Memicu tumbuhnya persampahan
 Rendahnya kesadaran belum memadai akibat limbah gulma air  Perumusan kebijakan yang
lingkungan masyarakat domestik pada  Meningkatnya relevan
badan air (sungai sedimentasi  Law enforcement
dan danau) di
sekitar wilayah
padat penduduk/
perkotaan.

Pencemaran limbah  Meningkatnya kebutuhan akan  Akses akan B3 relatif Pencemaran limbah  Ancaman pada biota  Monitoring kualitas air
B3 dan logam berat B3 pada berbagai sektor mudah B3 dan logam berat perairan dan (sungai/ danau dan pantai)
di badan air (sungai/  Rendahnya kesadaran  Sosialisasi kebijakan di badan air (sungai/ ekosistemnya  Sosialisasi intensif kebijakan
danau dan pantai). lingkungan masyarakat dan SOP tidak danau dan pantai).  Gangguan kesehatan yang ada
memadai khususnya di masyarakat  Perumusan kebijakan yang
wilayah dekat relevan
perkotaan dan/atau  Law enforcement
kawasan industri
(kasus tercemarnya
Kerang Jeneponto,
sungai Pangkejene,
dan Selat
Makassar).

9
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
Timbulnya beberapa  Meningkatnya kebutuhan akan  Akses akan B3 relatif Timbulnya beberapa  Ancaman pada biota  Monitoring kualitas air
kasus pencemaran B3 pada berbagai sektor mudah kasus pencemaran perairan dan (sungai/ danau dan pantai)
logam berat di  Rendahnya kesadaran  Sosialisasi kebijakan logam berat di ekosistemnya  Sosialisasi intensif kebijakan
sungai dan lingkungan masyarakat dan SOP tidak sungai dan  Gangguan kesehatan yang ada
pantai/laut memadai pantai/laut (kasus masyarakat  Perumusan kebijakan yang
Kerang Jeneponto, relevan
sungai Pangkejene,  Law enforcement
Selat Makassar).
3 Isu Strategis Terkait Udara
Meningkatnya emisi  Pertumbuhan penduduk di  Tuntutan/kebutuhan  Meningkatnya emisi  Pencemaran udara  Mengembangkan kawasan
gas buang dari perkotaan transportasi untuk gas buang dari dan meningkatnya perkotaan dengan konsep
kendaraan bermotor  Pembangunan infrastruktur dan bekerja kendaraan kebisingan green cities
dan industri. industri  Rendahnya kesadaran bermotor dan  Gangguan kesehatan  Pengembangan sistem
 Kemudahan akses lingkungan industri, khususnya masyarakat transportasi massal yang
perekonomian masyarakat sekitar kawasan  Potensi hujan asam ramah lingkungan
industri dan wilayah  Perumusan kebijakan
perkotaan. bakumutu emisi gas buang
kendaraan bermotor dan
industri.
 Law enforcement

Meningkatnya  Pertumbuhan penduduk di  Meningkatnya Meningkatnya  Meningkatnya suhu  Mengembangkan kawasan


konsentrasi gas perkotaan penggunaan konsentrasi gas udara diperkotaan perkotaan dengan konsep
rumah kaca (CO,  Pembangunan infrastruktur, kendaraan bermotor rumah kaca (CO, atau green house green cities
CO2, CH4, N2O, permukiman dan industri  Meningkatnya CO2, CH4, N2O, effect  Pengembangan sistem
HCFC, CFC, dan Uap  Kemudahan akses penggunaan air HCFC, CFC, dan Uap  Pencemaran udara transportasi massal yang
Air). perekonomian conditioner (AC) Air) di wilayah dan meningkatnya ramah lingkungan
 Kurangnya kesadaran sekitar kawasan kebisingan  Perumusan kebijakan
lingkungan perkotaan dan  Gangguan kesehatan bakumutu emisi gas buang
masyarakat indutri. kendaraan bermotor dan
industri.
 Law enforcement

10
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
4 Isu Strategis terkait Pesisir dan Lautan
Kerusakan  Tingginya laju peningkatan  Pengeboman dalam Kerusakan  Penurunan fungsi  Perbaikan sistem
ekosistem/terumbu permintaan ikan-ikan karang penangkapan ikan, ekosistem/terumbu ekologis (spawning pengawasan destructive
karang di Perairan (ikan konsumsi dan ikan hias);  Penggunaan karang di Perairan ground,…noursery fishing secara terintegrasi
Pesisir Sulsel  Kemudahan akses (tanpa potasium sianida Pesisir Sulsel, ground,) (penegak hukum,
pengendalian) terhadap stok dalam penangkapan terutama di Perairan  Produktivitas masyarakat lokal dan
urea dan potasium sinida; ikan-ikan karang; Spermonde dan perairan (primer dan nelayan);
 Kerusakan ekosistem hulu  Tingginya laju Teluk Bone, sekunder) pesisir  Penerapan sistem sertifikasi
(deforestasi DAS, penambangan sedimentasi di kerusakan mencapai menurun, terhadap pemasaran hasil
pasir, dll) wilayah pesisir; 55%  Kematian spesies perikanan;
kunci (flora dan  Pengendalian pasokan urea
fauna) dan sianida

Deforetasi mangrove  Peningkatan jumlah kebutuhan  Konversi kawasan Deforetasi mangrove  Penurunan fungsi  Penerapan perizinan
di sepanjang Pesisir lahan di wilayah pesisir; kawasan mangrove di sepanjang Pesisir ekologis ekosistem (pemanfaatan green belt)
Sulawesi Selatan  Ketidak berdayaan /kemiskinan menjadi Sulawesi Selatan mangrove(spawning berbasis asesmen
(Sulsel) masyarakat dalam kepemilikan pertambakan, (Sulsel), kerusakan ground, nursery lingkungan;
lahan; perumahan; mencapai 70% ground, dan feeding  Merestorasi kawasan
 Sikap permesif dari pemerintah  Reklamasi untuk ground…), mangrove yang mengalami
daerah dalam pengawasan pembangunan  Penurunan fungsi deforestasi (penanaman
terhadap pelanggaran infrastruktur jalan proteksi terhadap mangrove);
sempadan pantai (terutama laut (misalnya akibat  Mengembangkan sistem
bagi penduduk miskin) sedimentasi) dan partisipatif dalam
daratan), dan memelihara dan
terhadap daratan mempertahankan kawasan
(intrusi air laut, mangrove (misalnya
banjir rob,..) memberikan insentif
 Produktivitas memadai bagi
perairan (primer dan masyarakat/kelompok
sekunder) pesisir pengawas)
menurun

11
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
Kerusakan ekosistem  Pertumbuhan kota tepi air  Reklamasi pantai; Kerusakan ekosistem  Penurunan fungsi  Pemberian porsi signifikan
padang lamun di (waterfron city);  Sedimentasi sampah padang lamun di ekologis (nursery preservasi/konservasi lamun
Perairan Pesisir  Meningkatnya bangunan- padat (plastik); Perairan Pesisir ground, spawning dalam kriteria penilaian
(Sulsel) bangunan ‘di atas’air  Penutupan ruang (Sulsel) ground,…), perizinan dalam
penetrasi cahaya  Produktivitas pemanfaatan wilayah laut
matahari akibat perairan (primer dan dangkal (reklamasi,
kegiatan marikultur. sekunder) pesisir marikultur, bagunan diatas
menurun air);
 Penyedian Tempat
Pembuangan Sementara
sampah di Pulau-pulau
Kecil;
Meningkatnya laju  Peningkatan aktifitas ekonomi  Penerapan IPAL Meningkatnya laju  Gangguan ekosistem  Penerapan penggunaan
pencemaran di produktif (pasar, pelabuhan, dalam pengendalian pencemaran di perairan (misalnya IPAL bagi permukiman di
Perairan Pesisir hotel, restoran dan sarana pembuangan limbah Perairan Pesisir blooming kawasan pesisir;
Sulawesi Selatan wisata, dll); belum efektif Sulawesi Selatan, fitoplankton  Penerapan penggunaan
 Peningkatan penggunaan (terutama khususnya TSS, DO, beracun), MCK-terkontrol (MCK
plastik untuk kemasan pembiayaan BOD, COD, Total  Pemicu penyakit komunal) di kawasan pesisir
berkelanjutan); Fosfat, Fecal-Coli, masif pada biota laut dan pulau-pulau kecil
 Sebagian masyarakat Total coliform, dan  Penerapan sistem tax
di kawasan kumuh logam berat serta  Kematian biota laut environmental bagi industri
dan pulau-pulau kecil plastik/mikroplastik dan usaha (perhotelan dan
belum memiliki restoran) yang bermukim di
jamban; wilayah pesisir;
 Banyak Sungai dan  Penerapan sistem-
kanal bermuara ke pengendali penggunaan
laut plastik di kawasan pulau-
pulau kecil
Kerusakan ekosistem  Pertumbuhan kota tepi air  Reklamasi pantai, Kerusakan ekosistem  Produktifitas hayati  Pengawasan perizinan
benthik pada wilayah (waterfron city);  Penambangan pasir benthik pada wilayah sekunder menurun pemanfaatan
perairan pesisir (Kab. Takalar), dan perairan pesisir, (ikan demersal , bahan/material reklamasi;
infauna laut;

12
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
 Peningkatan kebutuhan pasir  Penggunaan alat khususnya wilayah-  Terganggunya fungsi  Penerapan perizinan
laut untuk material bangunan tangkap ikan yang wilayah ekologi penting, (pemanfaatan pasir laut)
dan reklamasi; meyeret dasar misalnya setlement berbasis asesmen ekosistem
(misalnya mini-trawl) dan rekruitment, perairan;
habitat organisme  Fasilitasi (pemberdayaan)
decomposer,… alat tangkap ikan yang
ramah-lingkungan bagi
nelayan pukat tarik (mini-
trawl)
Abrasi dan intrusi air  Pertumbuhan kota tepi air  Pertumbuhan Abrasi dan intrusi air  Penurunan luas  Restorasi dan reforestasi
laut pada kawasan (waterfron city); permukiman di laut pada kawasan daratan, kawasan green belt;
pantai kawasan sempadan pantai, khususnya  Gangguan cadangan  Pengendalian perizinan
pantai (konversi/alih wilayah pesisir air tawar (aquifer) di pemanfaatan air tanah
fungsi), wilayah pesisir dan (misalnya pemberlakuan
 Penggunaan air tanah pulau pulau kecil. Perda)
pesisir (bor) secara
berlebihan
5 Isu terkait Kebencanaan dan Perubahan Iklim
Meningkatnya  Semakin meluasnya lahan kritis Pembalakan hutan di Meningkatnya  Gagal panen  Meningkatkan penutupan
frekuensi kejadian di dalam maupun diluar hulu DAS frekuensi kejadian  Penurunan produksi lahan (hutan) di hulu DAS
Banjir kawasan hutan Banjir pangan  Penataan pemukiman
 Menurunnya tutupan Pemanfaatan lahan  Penghasilan petani (pusat pemukiman tidak di
vegetasi/tutupan lahan di berlereng (>40%) menurun alokasikan pada dataran
kawasan hutan sebagai lahan  Korban jiwa dan flood plain
pertanian harta benda  Meningkatkan saluran
drinase baik pada lahan
pertanian maupun
pemukiman
Meningkatnya  Semakin meluasnya lahan kritis Pemotongan lereng, Meningkatnya  Gagal panen  Meningkatkan penutupan
frekuensi kejadian di dalam maupun diluar penggundulan hutan frekuensi kejadian  Penurunan produksi lahan (hutan) pada wilayah
tanah longsor kawasan hutan (shallow landslide), tanah longsor pangan berlereng terjal.

13
No Isu Strategis Driver Pressure State Impact Response
 Menurunnya tutupan  Penghasilan petani  2.Peningkatan/ drainase
vegetasi/tutupan lahan di menurun dan pengutan tebing pada
kawasan hutan  Penurunan kualitas trase jalan yang memotong
air lereng
 Kerugian harta  Penataan pemukiman
benda (pusat pemukiman tidak di
 Korban jiwa alokasikan pada zona
rentan bahaya tanah
longsor
Perubahan iklim Pola global Pola global Perubahan iklim  Gagal panen  Peningkatan upaya
khususnya pola khususnya pola  Penurunan produksi adaptasi
hujan hujan (mulai terasa pangan
di beberapa  Penghasilan petani
kabupaten). menurun

Potensi terjadinya Pola global Pola global Potensi terjadinya Kerusakan tanaman Peningkatan upaya adaptasi
hujan asam hujan asam Penurunan kualitas air
(Sorowako-Malili
dan Maros).
Sumber : Analisis DPSIR Tahun 2018 Provinsi Sulawesi Selatan

14
3.3 Isu-Isu Perioritas Lingkungan Hidup Sulawesi Selatan

Berdasarkan daftar panjang isu strategis lingkungan hidup Provinsi


Sulawesi Selatan sebagai mana dijelaskan di atas, dan berdasarkan kondisi
obyektif, data, FGD, analisis DPSIR dan panel pakar, maka dirangkum
beberapa isu strategis menjadi 5 isu dan ditetapkan sebagai isu -isu
perioritas lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Selatan. Lima isu perioritas
tersebut adalah sebagai berikut:
 Berkurangnya luasan dan kualitas tutupan vegetasi atau tutupan hutan
 Menurunnya kualitas air dan udara
 Meningkatnya pencemaran akibat aktivitas industri dan perkotaan ,
khusus diakibatkan produksi sampah dan limbah.
 Menurunnya kualitas ekosistem di wilayah pesisir dan laut
 Meningkatnya resiko terjadinya bencana dan perubahan iklim.

15
1
4.1 Inovasi Daerah Dalam Urusan Lingkungan Hidup
Dalam urusan lingkungan hidup, pemerintah provinsi Sulawesi
Selatan melalui Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan terus mengupayakan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sehubungan dengan upaya tersebut DPLH Provinsi
Sulawesi Selatan melaksanakan 4 program perioritas yaitu Program
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Program
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Program Pengembangan
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Program Penaatan Hukum
Lingkungan. Adapun capaian atau kemajuan yang telah dicapai pada
pelaksanaan program/kegiatan tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut :
Pada program pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan pada tahun 2018 telah dilaksanakan upaya penanganan dampak
lingkungan hidup dari pembangunan dan aktifitas sehari-hari. Pada media
air melalui pemantauan dan penentuan status mutu pada 27 sungai dan 2
danau lintas Kab/Kota, ini menunjukkan adanya peningkatan cakupan
sungai yang dipantau, dimana sebelumnya pada tahun 2017 hanya 20
sungai. Hasil pemantauan pada tahun 2018, menunjukkan bahwa
presentase jumlah lokasi pemantauan air yang status mutu airnya

2
memenuhi baku mutu mencapai 13,68%. Hasil ini meningkat dibandingkan
tahun 2017 yaitu 11,57%. Pada media udara melalui pemantauan dan
penentuan status kualitas udara ambien pada 24 Kab/Kota, ini
menunjukkan adanya peningkatan cakupan Kab/Kota yang dipantau status
mutu udara ambiennya, dimana sebelumnya pada tahun 2017 hanya 15
Kab/Kota yang dipantau. Untuk mengurangi dampak lingkungan dari
kegiatan pemrakarsa usaha pada tahun 2018 telah dilakukan pengawasan
dan pembinaan ketaatan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan pada 30
pemrakarsa usaha melalui PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan) dan 46 pemrakarsa usaha melalui kegiatan PROPERDA
(Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Daerah). PROPERDA
merupakan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan untuk meningkatkan ketaatan pemrakarsa usaha dalam
pengelolaan LH di Sulsel. Hasilnya 53,94% kategori tidak taat dan 46,06%
pada kategori taat pada upaya pengelolaan lingkungan dari jumlah
pemrakarsa usaha yang diawasi tersebut. Sebagai perbandingan pada
tahun 2017 dari 83 pemrakarsa usaha, 58,57% kategori tidak taat dan
41,43% kategori taat. Ditargetkan ditahun yang akan datang persentase
pemrakarsa usaha yang taat terus meningkat. Berdasarkan hasil
perhitungan beban pencemaran yang diturunkan dari ketaatan pemrakarsa
usaha pada tahun 2018 sebesar 24,34 juta ton atau meningkat bila
dibandingkan pada tahun 2017 yang hanya 18,28 juta ton. Untuk
mengurangi dampak lingkungan dari aktifitas sehari-hari berupa timbulan
sampah maka diupayakan melalui sosialisasi pengelolaan persampahan
pada 5 Kab/Kota dan pembinaan penilaian adipura pada 24 Kab/Kota. Untuk
mendukung upaya pengelolaan persampahan pemerintah Provinsi Sulsel
mengeluarkan surat edaran Gubernur Nomor 660/8648/DPLH Tentang
Pengurangan dan Penanganan Sampah. Surat edaran dimasukkan untuk
mengerangi sampah dari kegiatan perkantoran, industri dan sekolah. Surat
edaran ini disosialisasikan secara berkala pada setiap kegiatan-kegiatan.
Dampaknya makan dan minum untuk kegiatan di kompleks kantor gubernur

3
Sulsel tidak lagi menggunakan kemasan sekali pakai, namun menggunakan
kemasan atau wadah yang dapat dipakai berulangkali. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi produksi sampah bekas makanan. Pada tahun 2018
terdapat 6 Kab/Kota yang menerima penghargaan adipura. Sebagai
perbandingan pada tahun 2017, 6 Kab/Kota menerima piala adipura.
Berkurngnya jumlah Kab/Kota yang menerima piala adipura dikarenakan
meningkatnya kriteria penilaian untuk meraih piala adipura pada tahun
2018.
Pada program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
pada tahun 2017 telah dilaksanakan upaya perlindungan dan konservasi
sumber daya alam melalui pengelolaan Kawasan pesisir penanaman 2.000
bibit pohon mangrove pada 2 lokasi yaitu di Kabupaten Pinrang dan Kota
Makassar. Untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dilaksanakan
melalui pembinaan kampung iklim pada 41 lokasi yang berasal dari 7
Kabupaten/Kota, jumlah lokasi ini mengalami peningkatan bila
dibandingkan pada tahun 2015 yaitu 24 lokasi dari 7 Kabupaten. Hasil
penilaian KLHK Sulsel tahun 2017 mendapatkan trophi proklim utama pada
4 lokasi, dan mendapatkan sertifikat proklim pada 5 lokasi. Selain itu
sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim, dilakukan pembuatan 1.000
lubang biopori, pembuatan pilot project pengembangan pusat pembibitan
tanaman adaptif perubahan iklim, pembuatan pilot project pengembangan
ex-situ KEHATI burung hias dan pembuatan masterplant taman KEHATI di
Gowa.

Gambar 4.1 Penanaman Mangrove Serentak


di Pesisir Sulawesi Selatan

4
Pada program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada tahun 2017 telah dilaksanakan upaya peningkatan kapasitas
pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi
kelembagaan, penganggaran, peraturan daerah, sumber daya manusia dan
sarana prasarana. Berdasarkan perhitung bobot kapasitas pengelolaan
lingkungan hidup provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 berada pada nilai
3,17. Nilai ini berada pada rata-rata nasional dan meningkat 5,32% dari
nilai tahun 2015 yaitu 3,01. Peningkatan ini dasarkan pada bertambahnya
alokasi anggaran pengelolaan LH, jumlah SDM yang mengikuti diklat
AMDAL, sistem informasi lingkungan, laboratorium lingkungan hidup, dan
sarana-prasarana pengelolaan persampahan. Untuk mendukung
pengelolaan lingkungan UPTB Laboratorium Lingkungan Hidup hingga
tahun 2017 telah berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 17025:2008 untuk
62 Parameter, dan sertifikasi ISO 9001:2008 serta sertifikasi laboratorium
lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk penilaian sekolah
adiwiyata di Sulsel terdapat 149 sekolah menerima penghargaan adiwiyata
nasional dan 38 sekolah menerima penghargaan adiwiyata mandiri.

Gambar 4.2 Pembinaan Sekolah Adiwiyata

Pada tahun 2017 DPLH Sulsel berhasil meraih 20 top Inovasi


Pelayanan Publik pada kompetisi inovasi pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI melalui inovasi Sistem Informasi Lingkungan Hidup.
Pengembangan sistem ini dimaksudkan untuk menyediakan sistem data
base yang terpadu dan terintegrasi sebagai bahan proses perencanaan dan

5
monev, selain itu juga dimaksudkan untuk mengoptimal pelayanan
kemasyarakat dalam upaya perlindungan dan pengelolaan LH.
Pada program Penaatan Hukum Lingkungan pada tahun 2017 telah
dilakukan upaya peningkatan penegakan hukum dan regulasi lingkungan
melalui identifikasi, investigasi dan tindaklanjut pengaduan pada 9
kasus/pengaduan yang diterima oleh DPLH serta telah mengeluarakan
rekomendasi pemberian sanksi administrasi kepada kab/kota sebanyak 9
rekomendasi.

Gambar 4.3 Lauching Gerbang Sulsel Bersatu Tahun 2018

Salah satu inovasi yang dikembangkan provinsi Sulsel adalah


Gerbang Sulsel Bersatu (Gerakan Bangga Sulawesi Selatan Bersih, Sehat
dan Hijau). Untuk mendukung pelaksanaan Gerbang Sulsel Bersatu
diterbitkan Peraturan Gubernur No 140 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Bangga Sulawesi Selatan Bersih, Sehat dan Hijau.
Pedoman ini sebagai dasar pedoman bagi perangkat daerah, pemangku
kepentingan, dan masyarakat dalam melaksanakan gerbang sulsel secara
sinergis, terorganisir dan terpadu. Adapun tujuan dari peraturan gubernur
ini ditetapkan adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan hijau.
b. Mendorong kepedulian masyaraka untuk berpartisipasi aktif terhadap
pelestarian lingkungan
c. Meningkatkan kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup
d. Meningkatkan mutu/kualitas lingkungan hidup

6
e. Melestarikan dan meningkatkan potensi keanekaragaman hayati
f. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika, dan fungsi resapan
air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan.

Pelaksanaan Gerbang Sulsel Bersatu ini melibatkan seluruh


komponen masyarakat, meliputi :
a. Pemerintah daerah, pemerintah kab/kota, kecamatan, desa, kelurahan,
tetangga, rukun warga dan rukun tetangga.
b. Instansi pemerintah
c. Dunia pendidikan
d. Swasta dan dunia usaha
e. Organisasi kemasyarakatan
f. Individu, keluarga dan masyarakat.

Gambar 4.4 Kegiatan Kerja Bakti Membersihan Lingkungan


Tahun 2018

7
Pelaksanaan Gerbang Sulsel Bersatu oleh seluruh pemangku
kepentingan dilakukan secara sinergi dan terpadu dan dikembangkan
dengan upaya mewujudkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menjaga kelestarian
fungsi lingkungan. Bentuk Gerbang Sulsel Bersatu adalah :
a. Pelaksanaan kerja bakti yaitu membersihkan diareal kantornya masing-
masing, membersihkan saluran air, membersihkan lingkungan sekolah
dan sekitarnya.
b. Kegiatan penghijauan melalui penanaman keras dan tanaman hias dalam
pot sekurang-kurangnya 10 pohon pada setiap kawasan pemukiman,
perkantoran, perdagangan, industri, pendidikan dan fasilitas, umum
lainnya serta lingkungan terdekatnya.
c. Kegiatan pemilahan sampah organik dan anorganik pengolahan sampah
organik menjadi kompos, serta kegiata lainnya yang sejenis.
d. Pelaksanaan program green office guna mewujudkan lingkungan kantor
yang bernuansa hijau dan bersih.
e. Pelaksanaan program green school guna mewujudkan lingkungan
pendidikan (sekolah/pesantren) yang bernuansa hijau dan bersih.
f. Pelaksanaan program green city guna mewujudkan lingkungan RT/RW,
Kampung, Kelurahan, Desa, Kecamatan, dan Kab/Kota yang bernuansa
hijau dan bersih.
g. Peningkatan program CSR yang melekat pada setiap pelaku usaha
melalui kegiatan kebersihan kota, peningkatan sarana dan prasarana,
kebersihan dan pelaksanaan penghijauan.
h. Kegiatan pengendalian perubahan iklim
Untuk lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan Gerbang Sulsel
Bersatu maka pemerintah provinsi daerah memberikan tropi gerbang sulsel
bersatu. Hasil laporan forum Gerbang Sulsel Bersatu Kab/Kota menjadi
dasar penilaian pemberian penghargaan tropi Gerbang Sulsel Bersatu.
Inovasi lain di Sulawesi Selatan yang telah mendapatkan
pengakuan secara nasional sebagai inovasi pelayanan publik adalah “Sistem

8
Informasi Lingkungan Hidup Berbasis Online” (SIMAS-LH Online). Inovasi
ini telah mendapatkan beberapa penghargaan secara nasional diantaranya
:
a. Kep.Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2017 Sistem Informasi Lingkungan
Hidup Online (SIMAS-LH) sebagai Top 90 Inovasi Pelayanan Publik

b. Kep.Menteri PANRB Nomor 40 Tahun 2017, SIMAS-LH sebagai Top 20


Inovasi Pelayanan Publik

c. Terpilih sebagai 20 inovasi yang mewakili Indonesia dalam EDGE of


Government Innovation Award 2018.

Gambar 4.5 Pemberian Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik ke Pada


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

9
Dasar pengembangan inovasi ini berangkat dari amanat Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup mengamanatkan pemerintah dan pemerintah daerah
mengembangkan Sistem Informasi Lingkungan Hidup untuk mendukung
pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sistem informasi tersebut dilaksanakan secara terpadu
dan terkoordinasi, serta wajib dipublikasikan kepada masyarakat
Pelayanan informasi lingkungan hidup yang dilakukan selama ini
secara manual menghadapi permasalahan, antara lain, terbatasnya
kemampuan pelayanan dan ases informasi perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup oleh publik. Pelayanan informasi secara manual juga
menyebabkan kesulitan dalam sistem dokumentasi data dan informasi.
Sistem manual juga menyebabkan pelaporan data dan informasi
pengelolaan lingkungan hidup oleh pemrakarsa tidak efektif dan tidak
efisien, serta memboroskan sumberdaya. Selain itu, tumpukan kertas
laporan menyulitkan proses evaluasi
Untuk mengatasi masalah tersebut, Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup menerapkan inovasi baru berupa “Sistem Informasi Lingkungan
Hidup Berbasis Online” (SIMAS-LH Online). Inovasi ini memungkinkan
publik mengakses layanan informasi lingkungan hidup online secara real
time. Inovasi ini memungkinkan pemrakarsa atau pengelola lingkungan
hidup untuk menyampaikan laporannya dengan mudah.
Strategi pengembangan Inovasi ini melalui beberapa tahapan.
Pertama adalah identifikasi masalah; kedua adalah penelusuran data dan
informasi yang dihasilkan oleh Instansi lingkungan hidup, serta penelusuran
data dan informasi yang dibutuhkan oleh publik; ketiga adalah penyusunan
grand desain sistem informasi yang akan dibangun; keempat adalah
penyusunan alokasi anggaran; kelima adalah pembuatan model sistem
informasi; keenam adalah implementasi sistem aplikasi, serta
pengembangan dan uji coba sistem. Peluncuran inovasi sistem informasi

10
telah dilakukan pada Mei 2016 oleh Gubernur Sulawesi Selatan; dan ketujuh
adalah pengawasan dan pengembangan berkelanjutan.
Sebelum implementasi sistem inovasi baru ini, pelayanan yang
dilakuan secara manual oleh Dinas Lingkungan Hidup berlangsung lambat.
Namun setelah implementasi dilakukan pelayanan menjadi secara online
dan realtime. Website dari sistem pelayanan data dan informasi lingkungan
hidup ini dapat diakses pada simaslh.sulselprov.go.id. Sistem ini
memungkinkan pengelolaan dan penyampaian data dan infomasi secara on
line sehingga pelayanan manual tidak diperlukan lagi. Sistem ini
menyebabkan penghematan dalam pemanfaatan sumberdaya karena
berbasis paperless.
Pelayanan informasi lingkungan hidup secara online dapat
membangun budaya pertukaran data dan sistem pengarsipan yang lebih
baik pada instansi pemerintah. Sistem ini menjadikan pelaporan data dan
informasi lingkungan hidup oleh pemrakarsa menjadi lebih mudah sehingga
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Sistem ini
dapat mengatasi masalah sebaran geografis yang luas dari pengguna jasa
dan pemrakarsa. Sistem ini juga dapat meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Keunggulan lainnya adalah, replikasi sistem inovasi ini di tempat lain
dapat dilakukan dengan. Inovasi ini merupakan bentuk respon terhadap
perkembangan teknologi informasi dan pemberian layanan publik yang
lebih baik.
Keberlanjutan dari inovasi ini didukung oleh regulasi secara
berjenjang, mulai dari UU No. 32 Tahun 2009, Peraturan Daerah Sulawesi
Selatan Nomor 3 Tahun 2014 dan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No
111 Tahun 2017.

4.2 Inovasi Daerah Dalam Urusan Kehutanan


Pembangunan kehutanan dewasa ini diarahkan pada pembangunan
kehutanan yang berkelanjutan dan lestari dan mesejahterakan masyarakat

11
di sekitar hutan. Arah dan kebijakan digambarkan sebagai upaya
pencapaian atas tuntutan masyarakat yang semakin meningkat baik
kebutuhan akan produk hutan, manfaat, pelestarian hutan dan
keanekaragaman hayati. Saat ini pendekatan pembangunan kehutanan
diarahkan pada pengelolaan hutan di tingkat tapak dengan tujuan untuk
mewujudkan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat melalui
efisiensi dan efektifitas pengelolaan hutan, kemantapan dan kepastian
kawasan hutan, distribusi manfaat sumber daya hutan bagi para pihak yang
berkepentingan dengan sektor kehutanan.
Kawasan hutan di Sulawesi Selatan sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan No. 434/Menhut-II/2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan
dan Konservasi Perairan di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan mencapai
2.145.031 ha (daratan) dan 580.765 ha (perairan) dengan luas total
2.725.796 ha atau 59,56 % dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
seluas 4.576.453 ha. Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan lindung
seluas 1.232.683 ha, hutan produksi terbatas seluas 494.846 ha, hutan
produksi seluas 124.024 ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi
seluas 22.976 ha, hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam seluas
851.267 ha.
Sesuai Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah, penyelenggaraan kehutanan dibagi atas penyelenggaraan
kehutanan pemerintah pusat dan daerah provinsi. Untuk daerah provinsi
sub urusan kehutanan terdiri atas pengelolaan hutan, konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, pengelolaan daerah aliran
sungai, Pendidikan dan Pelatihan, Penyuluhan dan Pemberdayaan
Masyarakat di bidang Kehutanan.
Pada tatanan pelaksanaan tata hutan, terdapat kawasan hutan lindung
dan hutan produksi seluas 1.874.529 ha atau 68,77 % dari luasan kawasan
hutan di provinsi sulawesi selatan seluas 2.725.796 ha yang menjadi urusan
pemerintahan konkuren daerah provinsi. Dan untuk mengoptimalkan
pengelolaannya dibentuk Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan

12
Hutan (KPH) sebanyak 16 unit dan Cabang Dinas Kehutanan (CDK)
sebanyak 8 (delapan) unit.
Fungsi kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan belum sepenuhnya
dalam kondisi yang optimal, masih terdapat polemik tenurial kawasan yang
masih didominasi prilaku manusia, sehingga hal ini menjadi tantangan
dalam pengelolaan hutan dan menjadikan arah kebijakan pengelolaan
hutan 2013-2018 sebagai Pengelolaan Hutan Berbasis Kerakyatan.
Melihat potensi sumberdaya hutan yang mencapai 59,56 % dari luas
Sulawesi Selatan, maka sasaran pembangunan kehutanan di Sulawesi
Selatan tahun 2013-2018 diarahkan pada :
a. Meningkatkan status fungsi kawasan dan terselesaikannya sengketa
kawasan hutan
b. Meningkatkan produksi kehutanan
c. Meningkatkan konservasi alam dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati
d. Meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Pencapaian kinerja pengelolaan hutan Sulawesi Selatan tahun 2018,
berdasarkan sasaran kinerja diuraikan sebagai berikut :
Sasaran meningkatnya status fungsi batas kawasan dan
terselesaikannya sengketa kawasan hutan diarahkan untuk
mewujudkan pengelolaan hutan yang optimal. Kawasan hutan yang telah
ditunjuk merupakan aset negara yang perlu dijaga dan dilestarikan, dan
dalam pengelolaannya perlu ditetapkan dan diperlihara batas-batas
kawasan hutan. Setelah adanya penunjukan kawasan hutan perlu dilakukan
penataan batas kawasan sebagai upaya pemantapan kawasan hutan yang
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan.
Penataan batas ini belum sepenuhnya temu gelang, baik batas luar, batas
fungsi, batas KHDTK. Sampai dengan tahun 2013 penataan batas mencapai
10.663,13 km, sedangkan pada tahun 2016 meningkat menjadi 11.143,25
km atau bertambah sepanjang 480,13 km. Selain penataan batas juga
dilakukan pemeliharaan batas kawasan sesuai peraturan Menteri Kehutanan

13
No. P.44/Kemenhut-II/2012. Pada tahun 2018 dilakukan pemeliharaan
batas sepanjang 484 km atau 25,69 % dari target RPJMD sepanjang 1.884
km. Pemeliharaan batas kawasan hutan dilaksanakan di Kabupaten
Pangkep sepanjang 174 km berupa kegiatan penyulaman, Kabupaten Barru
sepanjang 155 km, Kab. Bone sepanjang 155 km. Pemeliharaan batas
kawasan hutan dilaksanakan dengan penanaman pohon batas,
pemeliharaan pal batas dan penyulaman pohon batas yang telah ada
dengan tujuan agar batas-batas kawasan hutan tetap terpelihara dan jelas
di lapangan.
Sasaran meningkatnya produksi kehutanan diharapkan memberi
kontribusi terhadap pendapatan masyarakat sekitar hutan. Untuk mencapai
hal ini, diwujudkan melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan hasil
hutan kayu rakyat. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu diantaranya
pemungutan rotan, getah pinus, damar serta usaha perlebahan dan sutera
alam, sedangkan hasil hutan kayu rakyat melalui pengembangan hutan
rakyat.
Produksi hasil hutan bukan kayu tahun 2018 sebesar 28.351,1 ton
atau 962,03, % dari target sebesar 2.947 ton. atau mengalami peningkatan
sebesar 280,55 % dari tahun 2017. Produksi hasil hutan bukan kayu
diantaranya dari produksi getah pinus sebesar 28.051,1 ton, dan rotan 300
ton. Sedangkan hasil hutan kayu olahan pada tahun 2018 sebesar
1.023.650,00 m3 atau tercapai sebesar 362,52 % dari target sebesar
282.366,00 m3, dan jika dibandingkan dengan tahun 2017, produksi hasil
hutan kayu olahan mengalami peningkatan 170 % atau 644.626.7 m 3.
Selain produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu, juga terdapat
produksi pangan dalam hutan. Adapun produksi pangan dalam hutan pada
tahun 2018 mencapai 991.364,127 ton atau mengalami peningkatan
sebesar 16,9 ton atau naik sekitar sekitar 2.245.157,53 % dari tahun
produksi pangan hutan tahun 2017.
Target RPJMD pada sasaran produksi pangan dalam hutan telah
melampaui target sebesar 1.998.817,27% %, dengan total produksi

14
sebanyak 999.436,247 ton dari target 2018 sebesar 50 ton. Adapun
produksi pangan hutan pada tahun 2018 terdiri dari produksi jagung
sebanyak 604.938,24 ton, aren sebanyak 320.445,92 ton, jahe sebanyak
19.656,93 ton, kedelai sebanyak 16.307,30 ton, Madu sebanyak 6.600,27
ton, ubu kayu sebanyak 5.900,06 ton, produksi cabe sebanyak 4.793,82
ton, dan produksi kemiri sebanyak 4.035,60 ton, produksi kopi sebanyak
3.552,87 ton, dan lainnya sebanyak 13.182,23 ton.
Sasaran konservasi alam dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati dengan mengendalikan kerusakan hutan dan lahan serta
mempertahankan plasma nutfah hutan sebagai sumber daya genetik
pelestarian tumbuhan dan satwa. Capaian indikator kinerja ini adalah
indikator jumlah illegal logging. Persentase capaian kinerjanya pada tahun
2018 mencapai 148,11 % dengan kejadian illegal logging tahun 2017
mencapai 44,65 m3 terhadap batas toleransi illegal logging tahun 2018
sebesar 86,04 m3. selain itu indikator kejadian kebakaran hutan tahun
2018 mencapai 89,71 %, dengan kejadian kebakaran hutan sebesar 341,17
ha terhadap batas toleransi kebakaran hutan seluas 309,33 ha.
Perkembangan kejadian kebakaran hutan tahun dari tahun 2017 sampai
tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 179,06 %. Kerusakan hutan ini
pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan hutan non prosedural dan
kejadian kebakaran hutan. Kebakaran hutan hampir terjadi disetiap musim
kemarau, dimana masyarakat kerapkali membuka lahan baru di hutan untuk
berkebun, namun kebakaran hutan dan lahan di Sulawesi Selatan bersifat
kebakaran bawah/lantai bukan kebakaran tajuk.
Lahan kritis di Provinsi Sulawesi Selatan masih memerlukan
penanganan dari semua pihak, kondisi lahan kritis mulai dari sangat kritis,
kritis dan agak kritis. Kondisi ini tersebar pada 3 Daerah Aliran Sungai
(DAS), yaitu DAS Jeneberang, DAS Bila-Walanae, DAS Saddang. Upaya
meningkatkan fungsi hutan dan lahan dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan
melalui reboisasi dan penghijauan, serta pemberdayaan masyarakat
dengan skema Perhutanan Sosial melalui Hutan Desa (HD), Hutan

15
Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Adat dan
Kemitraan.
Sasaran meningkatnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis
diarahkan untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi hutan dan lahan
yang mengalami degradasi melalui perlibatan masyarakat sebagai mitra
pemerintah dalam perbaikan hutan dan lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan
tahun 2018 mencapai 154.187 batang atau equivalen 385,47 ha, atau
mencapai 192,29 % dari target tahun 2018 seluas 5.000 ha.
Meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan
dengan telah diberikan akses pemanfaatan kawasan hutan untuk mengolah,
memanfaatkan potensi hutan secara legal melalui skema perhutanan sosial.
Penekanan skema perhutanan sosial ini berdasarkan pada prinsip-
prinsipnya bahwa tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan, ada
keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan. Dengan demikian
melalui skema perhutanan sosial dapat meminimal kerusakan hutan dan
lingkungannya.
Kegiatan perhutanan sosial di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan dari tahun 2017 sampai tahun 2018. Luas kawasan hutan yang
diakses masyarakat/kelompok tani melalui skema perhutanan sosial pada
tahun 2017 kondisi perhutanan sosial adalah 32.288,05 ha dan untuk tahun
2018 kondisi perhutanan sosial menjadi 52.529,22 ha, atau meningkat
sebesar 62,68 %. Pada Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) telah
dicadangkan seluas 12,7 Juta Ha terdiri dari Hutan desa, Hutan
Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan
Kehutanan. Pada Tahun 2018 telah diberikan izin Hak Pengelolaan Hutan
Desa (HPHD) untuk 55 lokasi dengan luas perizinan seluas 20.856 ha. HPHD
ini mencakup kabupaten Enrekang sebanyak 4 lokasi, kab. Luwu sebanyak
15 lokasi, kabupaten Sidenreng Rappang sebanyak 3 lokasi, kab. Soppeng
sebanyak 4 lokasi, kab. Bone sebanyak 11 lokasi, kab. Jeneponto sebanyak
3 lokasi, kab. Bantaeng sebanyak 3 lokasi, kab. Luwu utara sebanyak 1
lokasi dank ab. Barru sebanyak 11 lokasi.

16
Pada Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) telah diberikan Izin
Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) seluas 23.727,071 ha
mencakup 151 Kelompok Tani Hutan di Kabupaten Toraja Utara, Toraja,
Luwu, Luwu Timur, Enrekang, Sidrap. Soppeng, Pare-pare, Barru, Maros,
Bulukumba, Bone, Luwu Utara, Gowa, Sinjai, Pangkep, Bantaeng dan
Jeneponto.

Gambar 4.6 Program Hutan Kemasyarakatan di Sulawesi Selatan


Tahun 2018

Program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) tahun 2018 seluas 7.396,16


ha dan telah diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu HTR
(IUPHHKHTR) sebanyak 236 izin kepada kelompok tani/perorangan di
Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Sidrap, Enrekang, Luwu Utara,
Takalar dan Pinrang.
Telah ditetapkan Hutan Adat di Provinsi Sulawesi Selatan, berada di
Desa Tana Toa, Desa Pattiroang, Desa Bonto Baji, dan Desa Malleleng,
Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba seluas ± 313,99 ha pada
Kawasan Hutan Produksi Tetap, dan menjadi Hutan Hak bagi Masyarakat
Hukum Adat Amatoa Kajang. Untuk tahun 2018 telah ditetapkan 2 Hutan
Adat yang berada di Kabupaten Enrekang yaitu Hutan Adat Marena, yang

17
berada di Desa Pekalobean dan Desa Singki Kecamatan Anggeraja seluas
±155 ha pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas ±150 ha dan pada Areal
Penggunaan Lain (APL) seluas ±5 ha, dan menjadi Hutan Adat bagi
Masyarakat Hukum Adat Marena. Selain Hutan Adat Marena, juga telah
ditetapkan Hutan Adat Orong, yang berada di Desa Rante Mario dan Desa
Buntu Batuan, Kecamatan Malua seluas ±81 ha, berada di kawasan Hutan
Lindung seluas ±33 ha dan pada Areal Penggunaan Lain (APL) seluas ±48
ha menjadi Hutan Adat bagi Masyarakat Hukum Adat Orong.

Gambar 4.7 Kawasan Hutan Adat Ammatoa di Kabupaten Bulukumba


Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 4.8 Bintek Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya


Merkuri di Sulawesi Selatan

18
Gambar 4.9 Sosialisasi Pengelolaan Ramah Lingkungan Skala Rumah
Tangga

Gambar 4.10 FGD Pengelolaan Sampah di Wilayah Pesisir dan


Penyerahan Alat Biopori

19
1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkugnan Hidup (DIKPLH)
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan dapat memberikan gambaran
kemajuan kinerja pengelolaan lingkungan hidup di Sulawesi Selatan.
Dengan mengkombinasikan kajian terkait elemen-elemen dalam
kinerja pengelolaan lingkugan hidup berupa 1) Tata Guna Lahan, 2) Kondisi
dan Kualitas Air, 3) Kondisi dan Kualitas Udara, 4) Resiko kejadian bencana,
5) Tekanan dinamika perkotaan 6) dan Tata Kelola pemerintahan serta
kearifan lokal yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode DPSIR memberikan kesimpulan
bahwa :
1) Untuk tata guna lahan yang ada di Provinsi Sulawesi selatan secara
signifikan mengalami perubahan. Hal tersebut terlihat dari tutupan lahan
yang mengalamai perubahan secara perlahan tiap tahunnya. Namun
disisi lain ketika melihat tata guna lahan dari dari sudut pandang fungsi
kawasan, tidak mengalami perubahan dan bahkan untuk kawasan hutan
masih mengacu pada SK MENHUT Tahun 2009 tentang penunjukan
kawasan hutan dan konservasi perairan sulawesi selatan. Perubahan
tata guna lahan tersebut tidak terlepas dari isu strategis lingkungan

2
hidup Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya, bahwa terdapat lima isu perioritas sebagai berikut:
 Berkurangnya luasan dan kualitas tutupan vegetasi atau tutupan
hutan
 Menurunnya kualitas air dan udara
 Meningkatnya pencemaran akibat aktivitas industri dan perkotaan ,
khusus diakibatkan produksi sampah dan limbah.
 Menurunnya kualitas ekosistem di wilayah pesisir dan laut
 Meningkatnya resiko terjadinya bencana dan perubahan iklim.

2) Untuk Indeks kualitas lingkungan hidup juga dapat diukur dari tiga
indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas udara, kualitas air, dan
persentase tutupan hutan. Tingkat kualitas masing-masing parameter
tersebut saling berkaitan (berpengaruh) dan diukur berdasarkan indeks
pencemaran air (IPA), indeks pencemaran udara (IPU), dan indeks
tutupan hutan (ITH). Sementara itu untuk kondisi dan kualitas air pada
beberapa sumber mata air (air sumur, sungai, hujan, laut, dan
danau/waduk) tengah melwati baku mutu dan mengalami pencemaran
ringan, begitupula pada kualitas udara yang pada beberapa daerah
tertentu (perkotaan khususnya) telah tercemar ringan.
3) Untuk kejadiaan bencana di Sulawesi Selatan cukup banyak pada 5
tahun terakhir yang didominansi bencana banjir, tanah Longsor dan
kekeringan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari perubahan tutupan lahan
(terutaman hutan) dan aktifitas manusia berupa penggundulan hutan
dan aktifitas pertambangan (galian) pada daerah aliran sungai.
4) Tekanan perkotaan juga memiliki andil terhadap kinerja dari
pengelolaan hidup. Peran pertumbuhan penduduk dan daya tarik pada
wilayah perkotaan memberikan pengaruh yang cukup besar dari kondisi
iklim, udara dan air, serta aktifitas masyarakat. Ketesediaan fasilitas,
sarana dan prasarana juga masih bertumpu pada daerah perkotaan,
walaupun demikian pemerintah terus meningkatkan pembangunan
infrastruktur secara merata

3
5) Sedangkan dari sudut pandang tata kelola pemerintahan dan kearifan
lokal, peningkatan SDM dan pengelolaan anggaran daerah masih perlu
dioptimalkan. Masih banyak pegawai pemerintah yang perlu diberi
pelatihan khusus guna memahami tupoksi dan bagaimana
mengimplentasikan program-program pemerintah secara tepat guna.
Kemajuan teknologi juga menjadi tantangan besar bagi pelestarian
kultur budaya sebagai ciri khas pembangunan suatu daerah.

Makan dari itu Indikator keberhasilan kinerja pengelolaan lingkungan


hidup sangatalah ditentukan oleh para pengambil keputusan (decision
maker) di tingkat pusat dan daerah tentang kondisi lingkungan agar dapat
dijadikan acuan dan bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam hal fungsinya sebagai
pendukung kebijakan, DIKPLHD Provinsi Sulawesi Selatan dapat
menentukan derajat permasalahan lingkungan dan sumber permasalahan
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Sehingga berdasarkan jabaran kondisi tersebut maka diperlukan
inovasi besar bagi pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan
lingkungan hidup yang ada, Rencana tindak lanjut dalam bentuk :
a) Menciptakan perencanaan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang yang
berkelanjutan
b) Peningkatan penegakan hukum dan regulasi lingkungan
c) Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang meliptui kelembagaan, penganggaran, peraturan
daerah, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sarana
prasarana wilayah.

4
 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 Dan Uu No.41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan.
 Satri, A. 2017. Destructive Fishing. Rakornas Satgas 115, Jakarta,
12 Juli 2017.
 Undang- Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
 Menurut (Silver Et Al., 1983a,B) Di Lengan Tenggara, Proses
Konvergensi Terjadi Antara Lengan Tenggara Dengan Bagian Utara
Laut Banda
 Menurut Permen Lh No 17 Tahun 2009 Merupakan Indikator Daya
Dukung Lahan
 Menurut Penelitian Yang Dilakukan Oleh Baja Et Al. (2011),
Perubahan Penggunaan Lahan Di Provinsi Sulawesi Selatan Yang
Dari Semak Dan Kebun Menjadi Persawahan
 Menurut Fasa El Niño Atau La Niña (Sudjono Dkk., 2004)
 Menurut (Hasriyanti, 2015) Dalam Satu Hari Terjadi Satu Kali Air
Pasang Dan Satu Kali Air Surut Tetapi Kadang-Kadang Terjadi Dua
Kali Pasang Dengan Tinggi Periode Yang Sangat Berbeda
 Berasal Dari (Dokumen Rencana Zonasi, 2017)
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik
 Rencana Strategis Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023
 Laporan Dari Dikplh Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
 Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000
 Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2010 (Dplh Provinsi Sulawesi
Selatan, 2018)
 Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat Dan Daerah Pasal 1 Angka 18
 Berdasarkan Pemungutan Hhbk Pada Hutan Lindung Uu No. 41
Tahun 1999 Pasal 26
 Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 Tahun 2007
 Amri, K., Dede, S., Ibnul, Q., Dan Djokosetiyanto, D. 2007. Dampak
Aktivitas Antropogenik Terhadap Kualitas Perairan Habitat Padang
Lamun Di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
 Baja, S., M. Mustafa, And S. Arief. 2011. Spatial Dynamics Of Land
Use/Land Cover In South Sulawesi, Indonesia. Proceedings Of 10th
Annualasian Conference And Exhibition On Geospatial Information,
Technology, And Application. Asia Geospatial Forum, Jakarta, 17-19
October 2011.
 Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan-
Kementerian Kelautan Dan Perikanan (2016).
 Dplh Provinsi Sulsel. 2016. Status Lingkungan Hidup Daerah.
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan, Makassar.
 Harahab N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove
Dan Aplikasinya Dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Yogyakarta
[Id]: Graha Ilmu.
 Lida Pet-Soede And Erdmann, M.V. 1998. Blast Fishing In South
Sulawesi.The Iclarm Quarterly Report.
 Mandasari, M. 2017. Hubungan Kondisi Padang Lamun Dengan
Sampah Laut Di Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
 Peraturan Gubernur No. 111 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Informasi Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
 Luas Wilayah, Nama Ibukota Berdasarkan Analisis Spasial Tahun
2017
 Simas Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018
 Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Dibi) Tahun 2018
 Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geoofisika (Bmkg) Tahun 2018
 Data Biro Pusat Statistik (Bps) Tahun 2018
 Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (Bbksda) Tahun 2018
 Dinas Energi Dan Sumberdaya Mineral
 Peraturan Gubernur No 140 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Bangga Sulawesi Selatan Bersih, Sehat Dan
Hijau
 Keputusan Menteri Panrb Nomor 20 Tahun 2017
 Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No 111 Tahun 2017
 Keputusan Menteri Kehutanan No. 434/Menhut-Ii/2009
 Keputusan Menteri Panrb Nomor 40 Tahun 2017
Lampiran Tabel-1.
Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Tutupan Lahan
Luas
Nama Kawasan Area Tanah Badan
Kawasan Vegetasi
Terbangun Terbuka Air
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kawasan Kawasan 1. Kawasan Hutan
1.219.934,74 1.141.265,88 3.137,10 48.105,88 27.425,88
Lindung Lindung Lindung
terhadap 2. Kawasan
0 0 0 0 0
Kawasan Bergambut
Bawahannya 3. Kawasan
0 0 0 0 0
Resapan Air
Kawasan 1. Sempadan
0 0 0 0 0
Perlindungan Pantai
Setempat 2. Sempadan
0 0 0 0 0
Sungai
3. Kawasan
0 0 0 0 0
Sekitar Danau
4. Ruang Terbuka
0 0 0 0 0
Hijau
Kawasan 1. Kawasan Suaka
0 0 0 0 0
Suaka Alam, Alam
Pelestarian 2. Kawasan Suaka Laut
0 0 0 0 0
Alam dan dan Perairannya
Cagar Budaya 3. Suaka Margasatwa dan
2.673,21 2.673,21 0 0 0
Suaka Margasatwa Laut
4. Cagar Alam dan
Cagar Alam 91.228,59 90.463,70 80,63 648,66 35,60
Laut
5. Kawasan Pantai
0 0 0 0 0
Berhutan Bakau
Tutupan Lahan
Luas
Nama Kawasan Area Tanah Badan
Kawasan Vegetasi
Terbangun Terbuka Air
6. Taman Nasional dan
472.553,95 43.321,48 0 319,80 428.912,67
Taman Nasional Laut
7. Taman Wisata Alam dan i. Kawasan Imbuhan
66.279,71 22.431,85 245,00 67,49 43.535,37
Taman Wisata Alam Laut AirTanah
8. Kawasan Cagar Budaya
dan Ilmu 0 0 0 0 0
Pengetahuan
Kawasan 1. Kawasan Rawan Tanah
0 0 0 0 0
Rawan Longsor
Bencana 2. Kawasan Rawan
0 0 0 0 0
Gelombang Pasang
3. Kawasan Rawan
15.673,59 13.967,52 699,87 71,34 934,86
Banjir
Kawasan i. Kawasan Keunikan Batuan
0 0 0 0 0
Lindung dan Fosil
Geologi 1. Kawasan Cagar ii. Kawasan Keunikan
0 0 0 0 0
Alam Bentang Alam
iii. Kawasan Keunikan
0 0 0 0 0
Proses Geologi
i. Kawasan Rawan Rawan
0 0 0 0 0
Letusan Gunung Berapi
ii. Kawasan Rawan Gempa
0 0 0 0 0
Bumi
iii. Kawasan Rawan Gerakan
0 0 0 0 0
Tanah
2. Kawasan
iv. Kawasan yang
Rawan Bencana
Terletak di Zona Patahan 0 0 0 0 0
Aktif
v. Kawasan
0 0 0 0 0
Rawan Tsunami
vi. Kawasan
0 0 0 0 0
Rawan Abrasi
Tutupan Lahan
Luas
Nama Kawasan Area Tanah Badan
Kawasan Vegetasi
Terbangun Terbuka Air
vii. Kawasan Rawan Gas
0 0 0 0 0
Beracun
3. Kawasan i. Kawasan Imbuhan
0 0 0 0 0
yangMemberikan AirTanah
Perlindungan Terhadap Air
ii. Sempadan Mata Air 0 0 0 0 0
Tanah
Kawasan 1. Cagar Biosfir 0 0 0 0 0
Lindung 2. Ramsar 0 0 0 0 0
Lainnya 3. Taman Buru 4.159,37 4.159,15 0 0 0
4. Kawasan Perlindungan
0 0 0 0 0
Plasma Nutfah
5. Kawasan
Pengungsian 0 0 0 0 0
Satwa
6. Terumbu
0 0 0 0 0
Karang
7. Kawasan
Koridor Bagi Jenis Satwa
0 0 0 0 0
atau Biota Laut
yang Dilindungi
Kawasan 1. Hutan Produksi Tetap 128.367 125.926,88 311,63 1.411,17 717,05
Peruntukan 2. Hutan Produksi Terbatas 486.781 469.792,49 311,29 8.603,70 8.073,40
Hutan 3. Hutan Produksi yang
Produksi 25.429 25.422 0 0 7,58
dapat Dikoversi
Kawasan 1. Pertanian i. Pertanian Lahan Kering
Kawasan 1.240.466,08 1.143.907,07 29.544,12 16.857,21 50.157,68
Peruntukan dan Basah
Budidaya
Pertanian ii. Rumput Laut 2.631,14 99,82 3,65 9.413,91 12.148,51
2. Peternakan i. Udang 42.205,99 5.619,43 194,06 6,06 36.386,43
Kawasan
Peruntukan 1. Pemukiman 85.412,93 51.275,86 31.305,83 371,75 2.459,49
Permukiman
Sumber Data: RTRWP Provinsi Sulawesei Selatan
Lampiran Tabel-1 (a). Luas dan Persentase Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Nama Kawasan Luas Kawasan (hektar) Persentase Kawasan (%)

Luas Total Vegetasi Area Tanah Tubuh Air Persentase Vegetasi Area Tanah Badan
Kawasan Terbangun Terbuka Total Terbangun Terbuka Air
Kawasan
Kawasan Hutan 1.219.934,74 1.141.265,88 3.137,10 48.105,88 27.425,88 65,15 93,55 0,26 3,94 2,25
Lindung
Suaka Margasatwa 2.673,21 2.673,21 0 0 0 0,14 100,00 0 0 0
dan Suaka
Margasatwa Laut
Cagar Alam dan 91.228,59 90.463,70 80,63 648,66 35,60 4,87 99,16 0,09 0,71 0,04
Cagar Alam Laut
Taman Nasional 472.553,95 43.321,48 0 319,80 25,24 9,17 0 0,07 90,76
dan Taman 428.912,67
Nasional Laut
Taman Wisata Alam 66.279,71 22.431,85 245,00 67,49 43.535,37 3,54 33,84 0,37 0,10 65,68
dan Taman Wisata
Alam Laut
Kawasan Rawan 15.673,59 13.967,52 699,87 71,34 934,86 0,84 89,11 4,47 0,46 5,96
Banjir
Taman Buru 4.159,37 4.159,15 0,22 0 0 0,22 99,99 0,01 0 0

Total
1.872.503,16 1.318.282,79 4.162,83 49.213,17 500.844,37 100,00 70,40 0,22 2,63 26,75
Sumber Data: RTRWP Provinsi Sulawesei Selatan
Lampiran Tabel-1 (b). Luas dan Persentase Kawasan Budidaya
Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Nama Kawasan Total Luas Vegetasi Area Tanah Badan
Kawasan (ha) Terbangun Terbuka Air (ha)
(ha) (ha) (ha)
Hutan Produksi 128.366,74 125.926,88 311,63 1.411,17 717,05
Tetap
Hutan Produksi 486.780,88 469.792,49 311,29 8.603,70 8.073,40
Terbatas
Hutan Produksi 25.429,41 25.421,84 0 0 7,58
yang dapat
Dikoversi
Pertanian Lahan 1.240.466,08 1.143.907,07 29.544,12 16.857,21 50.157,68
Kering dan Basah
Rumput Laut 2.631,14 99,82 3,65 9.413,91 12.148,51
Udang 42.205,99 5.619,43 194,06 6,06 36.386,43
Pemukiman 85.412,93 51.275,86 31.305,83 371,75 2.459,49
Total (Ha) 2.011.293,17 1.822.043,39 61.670,59 36.663,79 109.950,15
Persentase (%) 100,00 90,59 3,07 1,82 5,47
Lampiran Tabel-2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Kabupaten Luas Lahan Non Luas Lahan Sawah Luas Lahan Kering Luas Lahan Luas Lahan Hutan Luas Lahan Badan
Pertanian (Ha) (Ha) (Ha) Perkebunan (Ha) (Ha) Air (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Barru 3.006,20 24.392,60 49.176,50 0 39.006,17 3.958,23
2 Bone 2.568,59 97.436,47 296.318,98 14.336,77 32.132,51 15.596,88
3 Bulukumba 3.563,73 21.757,76 80.511,93 5.911,87 2.814,32 2.076,46
4 Enrekang 2.023,43 6.157,48 133.822,63 0 39.343,84 825,07
5 Gowa 3.402,28 37.777,37 104.208,81 0 31.493,11 3.096,38
6 Jeneponto 2.915,15 17.169,18 56.599,18 85,75 254,64 2.407,59
7 Bantaeng 1.313,84 6.369,23 28.616,02 0 3.219,05 155,60
8 Luwu 4.885,98 30.770,66 170.555,73 281,42 73.748,95 12.588,04
9 Luwu Timur 18.044,64 21.426,98 166.022,37 12.181,33 360.434,04 92.172,19
10 Luwu Utara 8.562,86 17.260,64 184.914,75 11.928,65 493.215,69 14.153,12
11 Makassar 11.239,34 2.617,48 492,59 0 220,85 2.676,49
12 Maros 2.721,79 18.457,48 77.057,30 0 35.653,51 11.217,83
13 Palopo 1.748,50 2.117,38 14.629,53 0 6.907,52 1.909,00
14 Pangkep 997,74 19.749,83 28.094,97 0 15.913,48 14.658,50
15 Parepare 1.392,22 819,81 5.852,14 0 647,63 159,63
16 Pinrang 4.240,85 51.252,27 90.997,15 2.984,73 23.305,59 16.056,67
17 Selayar 888,31 38,42 81.459,83 11.305,92 16.294,58 1.818,59
18 Sidrap 2.587,37 56.136,66 79.655,59 21,15 49.078,59 4.973,10
19 Sinjai 1.034,99 11.956,19 66.886,20 6,59 5.872,47 1.236,32
20 Soppeng 8.353,89 43.230,13 60.080,30 0 24.920,20 1.624,99
21 Takalar 2.209,66 23.367,01 23.147,67 0 801,38 5.771,41
22 Tana Toraja 368,90 13.788,64 155.973,55 0 40.635,68 616,31
23 Toraja Utara 988,87 29.512,93 52.798,18 727,21 36.375,91 92,32
24 Wajo 15.708,19 111.882,92 93.233,68 0 1.509,84 28.227,42
Sumber: Diolah dari Data Spasial Penutupan Lahan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII Tahun 2018
Lampiran Tabel-2 (a). Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Kabupaten Persentase Lahan Persentase Lahan Persentase Lahan Persentase Lahan Persentase Lahan Persentase Lahan
Non Pertanian (%) Sawah (%) Kering (%) Perkebunan (%) Hutan (%) Badan Air (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Barru 2,51 20,41 41,14 0,00 32,63 3,31
2 Bone 0,56 21,26 64,64 3,13 7,01 3,40
3 Bulukumba 3,06 18,65 69,03 5,07 2,41 1,78
4 Enrekang 1,11 3,38 73,46 0,00 21,60 0,45
5 Gowa 1,89 20,99 57,90 0,00 17,50 1,72
6 Jeneponto 3,67 21,62 71,26 0,11 0,32 3,03
7 Bantaeng 3,31 16,05 72,13 0,00 8,11 0,39
8 Luwu 1,67 10,51 58,24 0,10 25,18 4,30
9 Luwu Timur 2,69 3,20 24,77 1,82 53,77 13,75
10 Luwu Utara 1,17 2,36 25,33 1,63 67,56 1,94
11 Makassar 65,17 15,18 2,86 0,00 1,28 15,52
12 Maros 1,88 12,72 53,10 0,00 24,57 7,73
13 Palopo 6,40 7,75 53,56 0,00 25,29 6,99
14 Pangkep 1,26 24,87 35,38 0,00 20,04 18,46
15 Parepare 15,69 9,24 65,97 0,00 7,30 1,80
16 Pinrang 2,25 27,14 48,19 1,58 12,34 8,50
17 Selayar 0,79 0,03 72,86 10,11 14,57 1,63
18 Sidrap 1,34 29,17 41,39 0,01 25,50 2,58
19 Sinjai 1,19 13,74 76,89 0,01 6,75 1,42
20 Soppeng 6,04 31,28 43,47 0,00 18,03 1,18
21 Takalar 4,00 42,26 41,86 0,00 1,45 10,44
22 Tana Toraja 0,17 6,52 73,79 0,00 19,22 0,29
23 Toraja Utara 0,82 24,49 43,82 0,60 30,19 0,08
24 Wajo 6,27 44,65 37,21 0,00 0,60 11,27
Sumber: Diolah dari Data Spasial Penutupan Lahan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII Tahun 2018
Lampiran Tabel-3. Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Fungsi Hutan Luas (Ha)
(1) (2) (3)
A. Berdasarkan Fungsi hutan
1 Hutan Produksi 640.577,03
2 Hutan Lindung 1.219.934,74
3 Hutan nasional 43.556,72
4 Hutan Wisata Alam 22.837,20
5 Hutan Buru 4.159,37
6 Cagar Alam 91.228,59
7 Suaka Margasatwa 2.673,21
8 Taman Hutan Raya 4.203,01
B. Berdasarkan Status Hutan
1 Hutan Negara (Kawasan Hutan) N/A
2 Hutan Hak/ Hutan Rakyat N/A
3 Hutan Kota N/A
4 Taman Hutan Raya 4.203,01
5 Taman Keanekakaragaman
N/A
Hayati
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Diolah Dari Penetapan Kawasan Hutan di Sulsel Menurut Perda No.9 Tahun
2009 Tentang RTRWP Sulsel dan SK.Menhut No. 434/Menhut Tanggal 23 Juli 2009
Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Sulsel.
Lampiran Tabel-4.
Keadaan Flora dan Fauna
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Anoa Dataran
Anoa
1 1 Rendah, Kerbau YA YA YA TIDAK
Despressicornis
Pendek
2 Anoa Querlesi 2 Anoa Pegunungan YA YA YA TIDAK
Babyrousa
3 3 Babirusa YA YA YA TIDAK
Babyrussa
Menjangan, rusa,
4 Cervus Spp. 4 Sambar (semua jenis TIDAK TIDAK YA TIDAK
dari genus cervus)
1. Mamalia 5 Macaca Maura 5 Monyet Sulawesi TIDAK YA YA TIDAK
Kuskus (semua jenis
6 Phalanger Spp 6 dari genus TIDAK YA YA TIDAK
phalanger)
7 Pteropus Alecto 7 Beruk TIDAK TIDAK YA YA
Binatang Hantu
8 Tarsius Spp 8 (semua jenis dari TIDAK YA YA TIDAK
genus tersius)
9 Sus Celebensis 9 Babi Hutan Sulawesi TIDAK YA TIDAK YA
Burung Alap-alap,
Elang (semua jenis
1 Accipitridae 1 TIDAK YA YA TIDAK
dari family
accipitrudae)
Burung Udang/Raja
udang (semua jenis
2 Alcendinadae 2 TIDAK TIDAK YA TIDAK
dari family
Alcedinidae)
Anhunga
3 3 Pecuk Ular TIDAK YA YA TIDAK
Melanogaster
4 Aramidopsis platen 4 Mondar sulawesi YA YA YA TIDAK
2. Burung
5 Bubulcus Ibis 5 Kuntul, bangau putih TIDAK TIDAK YA TIDAK
Julang, Enggang,
Rangkong,
6 Buceratidoe 6 Kangkareng (semua TIDAK TIDAK YA TIDAK
jenis dari family
Bucerotidae)
Kakatua kecil jambul
7 Cacatua Sulphurea 7 TIDAK YA YA TIDAK
kuning
Kuntul, bangau putih
8 Egatta Spp. 8 (semua jenis dari TIDAK TIDAK YA TIDAK
genus egretta)
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

9 Lariculus exilis 9 Serendit Sulawesi TIDAK YA YA TIDAK

Macrocephalon
10 10 Burung Maleo TIDAK YA YA TIDAK
Maleo
Burung sesap madu,
pengisap madu
11 Meliphagidae 11 TIDAK TIDAK YA TIDAK
(semua jenis dari
family Meliphagidae)
Burung Peok, Burung
12 Pittidae 12 Cacing (Semua Jenis TIDAK TIDAK YA TIDAK
Family Pittidae)
13 Prioniturus Platutus 13 Kringking bukit TIDAK TIDAK TIDAK YA
Burung dara laut
14 Sternidae 14 (semua jenis dari TIDAK YA YA TIDAK
family steridae)
Tanygnathus
15 15 Nuri Sulawesi TIDAK TIDAK YA TIDAK
Sumatranus
Trichoglossis
16 16 Kasturi Sulawesi TIDAK TIDAK YA TIDAK
Ornatus
1 Caretta caretta 1 Penyu tempayan TIDAK TIDAK YA TIDAK
2 Chenolia Mydas 2 Penyu Hijau TIDAK TIDAK YA TIDAK
Dermochelys
3 3 Penyu Belimbing TIDAK TIDAK YA TIDAK
coriacea
Ertmochelys
4 4 Penyu Sisik TIDAK TIDAK YA TIDAK
imbricata
Lepidochelys
3. Reptil 5 5 Penyu Ridel TIDAK TIDAK YA TIDAK
olivacea
6 Natator Depressa 6 Penyu Pipih TIDAK TIDAK YA TIDAK
7 Varnus Salvator 7 Biawak TIDAK TIDAK TIDAK YA
Hydrosaurus
8 8 Soa-soa TIDAK TIDAK YA TIDAK
Amboinesis
9 Pyton r. Reticulatus 9 Ular sanca batik TIDAK TIDAK TIDAK YA
10 Cuora amboinesis 10 Kura-kura ambon TIDAK TIDAK TIDAK YA
4. Amphibi N/A N/A N/A N/A N/A N/A
1 Anabas Testudineus 1 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
2 Channa Striata 2 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
3 Clanas sp. 3 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
4 Cyprinus Carpio 4 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
5. Ikan 5 Dermogenys Weberi 5 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Dermogenys
6 6 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Megarrhampus
7 Dermogenys sp. 7 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Oreochromis
8 8 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Mossombicus
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
9 Oryzias Marmoratus 9 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Glossobius
10 10 Ikan Buttini YA TIDAK TIDAK YA
biocellatus
11 Glossobius Celebius 11 Ikan Buttini YA TIDAK TIDAK YA
Glossobius
12 12 Ikan Buttini YA TIDAK TIDAK YA
intermedius
Glossobius
13 13 Ikan Buttini YA TIDAK TIDAK YA
flavipinnis
Glossobius
14 14 Ikan Buttini YA TIDAK TIDAK YA
matanesis
15 Mugilogobius sp. 15 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Telmatherina
16 16 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Abendanoni
Telmatherina
17 17 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
antoniae
18 Telmatherina bonti 18 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Telmatherina
19 19 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Celebensis
20 Telmatherina opudi 20 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Telmatherina
21 21 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
prognatha
22 Telmatherina sp. 22 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Trichogaster
23 23 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Pectoralis
Tominanga
24 24 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Sanguicauda
25 Pantherina sp. 25 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
26 Synbrancus sp. 26 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
6. Keong N/A N/A N/A N/A N/A N/A
1 Cethosia Myrina 1 Kupu Bidadari TIDAK TIDAK YA TIDAK
7. 2 Troides Haliphron 2 Kupu raja TIDAK TIDAK YA TIDAK
Serangga 3 Troides Helena 3 Kupu raja TIDAK TIDAK YA TIDAK
4 Troides Hypolitus 4 Kupu raja TIDAK TIDAK YA TIDAK
A. TANAMAN KERAS
1 Agathis spp. 1 Agatis/Dama TIDAK TIDAK TIDAK YA
Eboni bergaris, kayu
2 Diospyros Celebica 2 YA YA TIDAK YA
8. hitam, kayu lotong
Tumbuh- kayu arang , kayu
tumbuhan malam, keling,
Diospyros
3 3 undringan, TIDAK TIDAK TIDAK YA
macrophylla
undungan, ajan
kelicung
4 Diospyros buxifolia 4 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
5 Durio 5 Durian TIDAK TIDAK TIDAK YA
6 Shorea spp. 6 Meranti TIDAK TIDAK TIDAK YA
7 Palaquium spp. 7 Nyantoh TIDAK TIDAK TIDAK YA
Anthocephaullus
8 8 Jabon TIDAK TIDAK TIDAK YA
spp.
9 Cananga sp. 9 Jambu-jambuan TIDAK TIDAK TIDAK YA
10 Spondias spp. 10 Kenanga TIDAK TIDAK TIDAK YA
11 Spondias spp. 11 Kedondong Hutan TIDAK TIDAK TIDAK YA
12 Terminallia spp. 12 Ketapang TIDAK TIDAK TIDAK YA
13 Aquilaria Filaria 13 Gaharu TIDAK TIDAK TIDAK YA
14 Tectona grandis 14 Jati TIDAK TIDAK TIDAK YA
15 Ceiba pentandra 15 Kapuk Randu TIDAK TIDAK TIDAK YA
Ficus minahasae
16 16 Langusei YA YA TIDAK YA
Miq
17 Ficus benjamina 17 Beringin TIDAK TIDAK TIDAK YA
18 Ficus geocarpa 18 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
19 Garciana balica 19 Manggis Hutan TIDAK N/A TIDAK YA

20 Garciana dulculis 20 Manggis Hutan TIDAK YA TIDAK YA

Gymnacranthera
21 21 Darah-darah TIDAK N/A TIDAK YA
Bancana
Lithocarpus
22 22 N/A TIDAK YA TIDAK YA
Celebicus
Manilkara
23 23 Kumea TIDAK YA TIDAK YA
fascicalata
24 Ormosia Calavemsis 24 Kanan TIDAK N/A TIDAK YA
25 Pometia pinnata 25 Matoa TIDAK YA TIDAK YA
26 Alstonia Scholaris 26 Pulai TIDAK TIDAK TIDAK YA
27 Deplachea Glabra 27 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Tabernaemontana
28 28 N/A TIDAK YA TIDAK YA
sphaerocarpa
Chionanthus
29 29 Kulipapa TIDAK N/A TIDAK YA
ramiflora
30 Colona Celebica 30 Aju Bune YA N/A TIDAK YA
Gymnostoma
Sumatrana
31 31 Cemara TIDAK TIDAK TIDAK YA
(Causarina
sumatrana)
Macadamia
32 32 Celebes nut YA TIDAK TIDAK YA
Hildebrandii Steenis
Lagestroemia
33 33 Bungur TIDAK TIDAK TIDAK YA
speciosa
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Gronophyllum
34 34 Oposi TIDAK N/A TIDAK YA
microcarpum
callopyllum
35 35 Nyamplung/Bintangur TIDAK TIDAK TIDAK YA
inophyllum
Callopyllum
36 36 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
soulattria
37 Dillenia pteropoda 37 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
38 Harpullia Arborea 38 N/A TIDAK TIDAK TIDAK YA
Resak danau, damar
39 Vatica rassak 39 TIDAK TIDAK TIDAK YA
hiru
40 Pinus spp. 40 Tusam/Pinus TIDAK TIDAK TIDAK YA
41 Elmerrilla spp. 41 Cempaka TIDAK TIDAK TIDAK YA
Swietenia
42 42 Mahoni TIDAK TIDAK TIDAK YA
macrophylla
43 Mimosops Elengi 43 Tanjung TIDAK TIDAK TIDAK YA
44 Samanea Saman 44 Trambesi, Ki hujan TIDAK TIDAK TIDAK YA
B. PALEM DAN PAKU-PAKUAN
Pinang merah,
1 Areca Vestiara 1 pinang monyet, YA N/A TIDAK YA
pinang yaki
2 Pinanga caesia 2 palem hitam TIDAK N/A TIDAK YA
3 Pinanga celebica 3 palem sulawesi TIDAK TIDAK TIDAK YA
4 Cyanthea celebica 4 pakis TIDAK YA TIDAK YA
Cyathea
5 5 pakis TIDAK TIDAK TIDAK YA
Contaminans
6 Cycas Rumphii 6 Patuhu/Paku-pakuan TIDAK YA TIDAK YA
7 Borassus Flabellifer 7 Lontar TIDAK TIDAK TIDAK YA
8 Calamus 8 Rotan TIDAK TIDAK TIDAK YA
9 Arenga Pinata 9 Aren TIDAK TIDAK TIDAK YA
C. ORCHIDACEAE
Abdominea
1 1 Anggrek TIDAK N/A TIDAK YA
Minimiflora
Acanthephiphippium
2 2 Anggrek TIDAK YA TIDAK YA
splendidum
3 Acriopsis lilifolia 3 Anggrek TIDAK TIDAK TIDAK YA
4 Aerides Inflexum 4 Anggrek TIDAK N/A TIDAK YA
5 Acriopsis odorata 5 Anggrek TIDAK TIDAK TIDAK YA
Agrostophyllum
6 6 Anggrek TIDAK TIDAK TIDAK YA
bicuspidatum
D. NEPHENTACEAE
Nephentes Maxima Kantung
1 1 TIDAK RAWAN YA TIDAK
nees. semar/telabaine,
Nama Spesies Status
Golongan Tidak
Nama latin Nama lokal Endemik Terancam Dilindungi
Lindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
care-care
Nephentes mirabilis
2 2 Kantung semar TIDAK RAWAN YA TIDAK
druce
Nephentes
3 3 Kantung semar YA RAWAN YA TIDAK
tomoriana dans.
Lampiran Tabel-5.
Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Jenis Satwa Yang
No. Nama Perusahaan SK Penangkar
Ditangkar
(1) (2) (5) (7)
Ir. H. Muh. Yusuf Gau,
1 SK.1506/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
MM.MBA
2 UD. Kopi Luwak Malino SK.273/IV-SET/2013 Binturong
PT. Dinar Darum Lestari
3 SK.53/IV-SET/2015 Kima
Perwakilan Makassar
4 Andi Muh Gian Gilland SK.271/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor

5 H. Sairing Jafar SK.272/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor

6 Baco Ahmad SK. 1262/BBKSDASS-23/2/PF/2015 Rusa timor


7 Kol. Purn. H.A.Asmidin SK. 2033/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
8 H. Mustari, S.P SK.129/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Rusa timor
9 Drs. Insmerda Lebang SK. 802/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Rusa timor
10 Erlin Harry SK. 865/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Rusa timor
Koperasi Pegawai Negeri
11 SK. 391/BBKSDASS-23/2/PF/8/2017 Rusa totol
UNHAS
12 CV. Mitra Hasil Bahari Badi SK. 926/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Kuda laut
13 CV. Paraikatte Abadi SK. 319/K.8/BIDTEK/KSA/7/2018 Kuda laut
14 CV. Kafinnur Assagaf Badi SK. 1563/BBKSDASS-19/2/PF/2013 Kuda laut
15 drg. Danny Permadi, M.Sc SK. 358/BBKSDASS-23/2/PF/2016 Musang Luwak
16 PT. Dinar Darum Lestari SK. 2154/BBKSDASS-19/2/PF/2014 Kuda laut
17 PT. Dinar Darum Lestari SK. 66/BBKSDASS-23/2/PF/2016 Koral/karang hias
18 CV Rezky Bahari SK.271/BBKSDASS-23/2/PF/5/2017 Koral/karang hias
19 Abdul Hayyi, S.Pd, SH SK. 512/BBKSDASS-23/2/PF/10/2017 Kuda laut
20 Kani SK. 513/BBKSDASS-23/2/PF/10/2018 Kuda laut
21 Ali Butterfly SK.574/BBKSDASS-23/2/PF/12/2017 Kupu-Kupu
Lembaga Budidaya Ikan
22 Nemo & Kuda Laut Bahari SK.130/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Kuda laut
Lestari
23 Tajuddin SK.181/K.8/BIDTEK/KSA/4/2018 Kupu-Kupu
24 PT. Sulotco Jaya Abadi SK. 406/BBKSDASS-19/2/PF/2015 Musang Luwak
25 PT. Dirga Mega Cipta SK. 131/K.8/BIDTEK/KSA/3/2018 Koral/karang hias
Koperasi Tani Ternak SPR
26 SK.439/BBKSDASS-23/2/PF/9/2017 Rusa totol
Karya Sejahterah
Komunitas Tondok Bakaru Anggrek tidak
27 SK.299/K.8/BIDTEK/KSA/7/2018
Orchid dilindungi UU
Sumber : Data Penangkaran BBKSDA Sulawesi Selatan 2018
Lampiran Tabel-5.1
Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Ir. H. Batumaccing Desa Batumaccing Desa SK.1506/ 11 Sept Rusa Cervus
Muh. Kalumpang Loe Kec. Kalumpang Loe BBKSDAS 2014 timor timorensis
Yusuf Arungkeke, Kab. Kec. Arungkeke, S-
Gau, Jeneponto Kab. Jeneponto 19/2/PF/2
MM.MB 014
A
2 UD. Jl. Sultan hasanuddin Jl. Sultan SK.273/IV 31 Des Binturong Arctictis
Kopi No. 88 Malino, kab. hasanuddin No. 88 - 2013 binturong
Luwak Gowa Malino, kab. Gowa SET/2013
Malino
3 PT. Jl. Cakalang V No. 21 Pulau Barrang SK.53/IV- 4 Maret Kima Tridacna
Dinar Makassar Lompo Kec. Ujung SET/2015 2015 maxima,
Darum Tanah, Makassar Tridacna
Lestari crocea,
Perwak T.derasa,
ilan T.squamos
Makass a
ar
4 Andi Jl Poros Palopo Jl Poros Palopo SK.271/B 17 Feb Rusa Cervus
Muh Lingkungan Alausalo Lingkungan BKSDASS- 2014 timor timorensis
Gian Desa Anabanua Kec. Alausalo Desa 19/2/PF/2
Gilland Maniangpajo, Kab. Anabanua Kec. 014
Wajo Maniangpajo, Kab.
Wajo
5 H. Bajoe,Kec. Arawa Kec. Bajoe,Kec. Arawa SK.272/B 17 Feb Rusa Cervus
Sairing Watangpulu Sidrap Kec. Watangpulu BKSDASS- 2014 timor timorensis
Jafar Sidrap 19/2/PF/2
014
6 Baco Jl. Lasiwala Jl. Lasiwala SK. 18 Nop Rusa Cervus
Ahmad Lingkungan 3 Lingkungan 3 1262/BBK 2015 timor timorensis
Kel.Ponrangae, Kel.Ponrangae, SDASS-
Kec.Puti Riawa, Kec.Puti Riawa, 23/2/PF/2
Kab.Sidrap Kab.Sidrap 015
7 Kol. Jl. Poros Palopo Jl. Poros Palopo SK. 24 Nov Rusa Cervus
Purn. Lingkungan Alausalo, Lingkungan 2033/BBK 2014 timor timorensis
H.A.As Kec. Anabanua, Kec. Alausalo, Kec. SDASS-
midin Maniangpajo, Kab. Anabanua, Kec. 19/2/PF/2
Wajo Maniangpajo, Kab. 014
Wajo
8 H. Jl. Pesantren Desa Jl. Pesantren Desa SK.129/K. 13 Rusa Cervus
Mustari Kaballangang, Kec. Kaballangang, 8/BIDTEK Maret timor timorensis
, S.P Duampanua Kab. Kec. Duampanua /KSA/3/20 2018
Pinrang Kab. Pinrang 18
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
9 Drs. Makula, Desa Tokesan Makula, Desa SK. 7 Mei Rusa Cervus
Insmer Kec. Sangalla' Selatan Tokesan Kec. 802/BBKS 2014 timor timorensis
da Kab. Tana Toraja Sangalla' Selatan DASS-
Lebang Kab. Tana Toraja 19/2/PF/2
014
10 Erlin Jl. Brojonegoro No.21 Jl. Brojonegoro SK. 4 Mei Rusa Cervus
Harry RT.003/RW.002 Kel. No.21 865/BBKS 2015 timor timorensis
Magani Kec. Nuha, RT.003/RW.002 DASS-
Kab.Luwu Timur Kel. Magani Kec. 19/2/PF/2
Nuha, Kab.Luwu 015
Timur
11 Kopera Kampus UNHAS, Jl. Kampus UNHAS, SK. 28 Rusa totol Axis axis
si Perintis Kemerdekaan Jl. Perintis 391/BBKS Agustus
Pegaw km 10, Kec. Kemerdekaan km DASS- 2017
ai Tamalanrea Jaya, 10, Kec. 23/2/PF/8
Negeri Makassar Tamalanrea Jaya, /2017
UNHAS Makassar
12 CV. Pulau Badi, Desa Pulau Badi, Desa SK. 22 Juni Kuda laut Hippocamp
Mitra Mattiro deceng, Kec. Mattiro deceng, 926/BBKS 2015 us barbouri
Hasil Liukang Tupabiring, Kec. Liukang DASS-
Bahari Kab. Pangkep Tupabiring, Kab. 19/2/PF/2
Badi Pangkep 015
13 CV. Pulau Badi, Desa Pulau Badi, Desa SK. 27 Juli Kuda laut Hippocamp
Paraika Mattiro deceng, Kec. Mattiro deceng, 319/K.8/B 2018 us barbouri
tte Liukang Tupabiring, Kec. Liukang IDTEK/KS
Abadi Kab. Pangkep Tupabiring, Kab. A/7/2018
Pangkep
14 CV. Pulau Badi, Desa Pulau Badi, Desa SK. 26 Agst Kuda laut Hippocamp
Kafinn Mattiro deceng, Kec. Mattiro deceng, 1563/BBK 2013 us barbouri
ur Liukang Tupabiring, Kec. Liukang SDASS-
Assaga Kab. Pangkep Tupabiring, Kab. 19/2/PF/2
f Badi Pangkep 013
15 drg. Jl. Sultan hasanuddin Jl. Sultan SK. 22 juni Musang Paradoxuru
Danny No. 88 Malino, kab. hasanuddin No. 88 358/BBKS 2016 Luwak s
Perma Gowa Malino, kab. Gowa DASS- hermaphro
di, 23/2/PF/2 ditus
M.Sc 016
16 PT. Jl. Cakalang V No. 21 Pulau Barrang SK. 9 Des Kuda laut Hippocamp
Dinar Makassar Lompo Kec. Ujung 2154/BBK 2014 us barbouri
Darum Tanah, Makassar SDASS-
Lestari 19/2/PF/2
014
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
17 PT. Jl. Cakalang V No. 21 Pulau Barrang SK. 27 Jan Koral/kara Achantastre
Dinar Makassar Lompo Kec. Ujung 66/BBKSD 2016 ng hias a echinata,
Darum Tanah, Makassar ASS- Achantastre
Lestari 23/2/PF/2 a spp,
016 Achantastre
a
lordowensis
,
Australomu
ssa
rowleyensis
,
Blastomuss
a wellsi,
Catalaphylli
a jardinei,
Euphylia
ancora,
Euphylia
glaberscens
, Favia sp,
Goniopora
minor,
Lobophylolli
a
hemprichii,
Lobophylolli
a
corimbosa,
Symphyllia
spp
18 CV Jl. Cakalang V No. 21 Pulau Barrang SK.271/B 17 Mei Koral/kara 73 jenis
Rezky Makassar Lompo Kec. Ujung BKSDASS- 2017 ng hias
Bahari Tanah, Makassar 23/2/PF/5
/2017
19 Abdul Pulau Sabutung, Desa Pulau Sabutung, SK. 30 Kuda laut Hippocamp
Hayyi, Mattiro Kanja Kec. Desa Mattiro 512/BBKS Oktober us barbouri
S.Pd, Liukang Tuppabiring, Kanja Kec. DASS- 2017
SH Kab. Pangkep Liukang 23/2/PF/1
Tuppabiring, Kab. 0/2017
Pangkep
20 Kani Pulau Sabangko, Desa Pulau Sabangko, SK. 30 Kuda laut Hippocamp
Mattiro Bombang, Desa Mattiro 513/BBKS Oktober us barbouri
Kec. Liukang Bombang, Kec. DASS- 2017
Tuppabiring, Kab. Liukang 23/2/PF/1
Pangkep Tuppabiring, Kab. 0/2018
Pangkep
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
21 Ali Jl. Poros Maros-Bone Jl. Poros Maros- SK.574/B 5 Kupu- Papilio
Butterfl KM.13, Dusun Bone KM.13, BKSDASS- Desemb Kupu peranthus,
y Bantimurung Dusun 23/2/PF/1 er 2017 Papilio
Kel.Jenetaesa, Bantimurung 2/2017 gigon,
Kec.Simbang, Kel.Jenetaesa, Papilio
Kab.Maros, Sulawesi Kec.Simbang, ascalaphus,
Selatan Kab.Maros, Pachiliopta
Sulawesi Selatan polyphonte
s, Papilio
sataspes,
Papilio
polytes,
Papilio
demolous,
Graphium
androcles,
Graphium
agamemno
n,
Graphium
milon,
Graphium
meyeri,
Euploea
algea, Idea
blanchardi,
Danaus
juventa
22 Lemba Puntondo, Desa Puntondo, Desa SK.130/K. 13 Kuda laut Hippocamp
ga Laikang, Laikang, 8/BIDTEK Maret us barbouri
Budida Kec.Mangngara' Kec.Mangngara' /KSA/3/20 2018
ya Bombang, Bombang, 18
Ikan Kab.Takalar Kab.Takalar
Nemo
& Kuda
Laut
Bahari
Lestari
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
23 Tajudd BTP Samanggi, Dusun BTP Samanggi, SK.181/K. 4 April Kupu- Catopsilia
in Samanggi, Desa Dusun Samanggi, 8/BIDTEK 2018 Kupu pamona,
Samangki, Kec. Desa Samangki, /KSA/4/20 Papilio
Simbang, Kab.Maros Kec. Simbang, 18 peranthus,
Kab.Maros Papilio
gigon,
Papilio
ascalaphus,
Pachiliopta
polyphonte
s, Papilio
sataspes,
Papilio
polytes,
Papilio
demolous,
Papilio
blumei,
Graphium
androcles,
Graphium
agamemno
n,
Graphium
milon,
Graphium
meyeri,
Graphium
rhesus,
Euploea
algea, Idea
blanchardi,
Danaus
juventa,
Eutalia
amanda,
Hebomoia
glaucippe,
Pareronia
valeria,
Parthenos
Sylvia
salentia,
Yoma
sabina.
24 PT. Bolokan Lembang Bolokan Lembang SK. 4 Maret Musang Paradoxuru
Sulotco Tiroan Kec. Bittuang, Tiroan Kec. 406/BBKS 2015 Luwak s
Jaya Kab Tana Toraja Bittuang, Kab DASS- hermaphro
Abadi Tana Toraja 19/2/PF/2 ditus
015
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
25 PT. Jl. GD MTH Square No Jl Husni Thamrin, SK. 13 Koral/kara
Dirga Office 02/06 Kec. Kab. Mamuju, 131/K.8/B Maret ng hias
Mega Jatinegara, Jakarta Sulawesi Barat IDTEK/KS 2018
Cipta Timur A/3/2018
26 Kopera Parenring Desa Jl. Pettarani Kel. SK.439/B 11 Sept. Rusa totol Axis axis
si Tani Mattirowalie Kec. Coppo Kec. Barru, BKSDASS- 2017
Ternak Tanete Riaja Kab. Kab. Barru 23/2/PF/9
SPR Barru /2017
Karya
Sejaht
erah
27 Komun Dusun Pa'kondo, Desa Dusun Pa'kondo, SK.299/K. 13 Juli Anggrek Bulbophyllo
itas Tondok Bakaru, Kab. Desa Tondok 8/BIDTEK 2018 tidak m
Tondo Mamasa, Sulawesi Bakaru, Kab. /KSA/7/20 dilindungi klabantese,
k Barat Mamasa, Sulawesi 18 UU Bulbophyllo
Bakaru Barat m
Orchid minahase,
Bulbophyllo
m
sulawesiens
e,
Bulbophyllo
m
inicisilabru
m,
Bulbophyllo
m
vanvureni,B
ulbophyllo
m
ortoglossu
m,Bulbophy
llom
laxiflorum,B
ulbophyllo
m rugosom,
Bulbophyllo
m
caruncalatu
m,
Dendrobiu
m
torajaense,
Dendrobiu
m
klabatense,
Dendrobiu
m
sulbulatum,
Dendrobiu
m
anosmum,D
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
endrobium
purpureum,
Dendrobiu
m
lancifolium,
Dendrobiu
m uncatum,
Dendrobiu
m
bicaudatum
,
Phalaenopsi
s amabilis,
Phalaenopsi
s delicius,
Phalaenopsi
s venosa,
Vanda
jennae,Van
da helvola,
Vanda
defoogt,Va
ndopsis
lissochilloid
e,
Ascosentru
m aoreum,
Scordya
apendicula,
Eria
ornata,Pha
piopidilum
bullenianun
celebica,
Phapiopidil
um
bulenianum
var
ayubianum,
Phapiopidil
um
superbiens,
Ceologyne
celebensis,
Ceologyne
rosusseni,C
eologyne
asperata,Ce
ologyne
multiflora,C
eologyne
dayana,Poli
Nama Jenis Yang
Nama SK Penangkar
Lokasi Ditangkarkan
No. Perus Alamat Penangkar
Penangkar Tangga Indonesi
ahaan No. Ilmiah
l a
dhota
imbricata,C
eologyne
ventricosa,
Gramatoph
yllum
stefelifloru
m,Gramato
phyllum
scriptum,Ci
mbidium
bicolour,Dip
locaulabium
utile,Calant
he
vestita,Aeri
des
inflexa,Pha
elonopsis
celebensis

Sumber : Data Penangkaran BBKSDA Sulawesi Selatan 2018


Lampiran Tabel-6. Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Kabupaten/ Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Penyebab
Kota Hutan Hutan Hutan Luar Hutan Hutan Hutan Luar Lahan
Produksi Lindung Konservasi Kawasan Produksi Lindung Konservasi Kawasan Kritis
Hutan Hutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Bantaeng - - - 11.130,59 3.044,67 317,81 - 64,04 N/A
2 Barru 6,95 - - 15.116,19 6.462,84 19.520,99 - 6.291,26 N/A
3 Bone 1.423,35 1.592,99 - 24.611,08 33.342,98 13.320,67 47,87 22.042,27 N/A
4 Bulukumba - 2.777,35 - 25.559,86 1.376,23 1.207,60 - 4.370,98 N/A
5 Enrekang 125,90 273,20 - 29.336,46 4.240,10 21.135,93 - 16.696,66 N/A
6 Gowa 862,85 166,58 1.563,69 9.329,67 30.956,91 8.653,00 1.180,68 2.622,54 N/A
7 Jeneponto 14,86 124,80 - 5.879,87 324,77 3.886,42 60,16 9.380,32 N/A
8 Luwu - 32,65 - 46.583,56 6.870,35 12.002,12 - 14.787,18 N/A
9 Luwu Timur 6.951,57 343,38 24,13 5.502,15 17.576,86 11.823,17 635,81 9.353,40 N/A
10 Luwu Utara 434,95 209,81 - 25.820,78 15.790,34 8.129,63 - 5.751,29 N/A
11 Makassar - - - 463,96 - - - 353,66 N/A
12 Maros 91,15 4,00 37,19 15.037,98 15.070,65 4.782,37 4.703,53 2.753,58 N/A
13 Palopo - 98,59 - 4.876,85 70,01 836,60 459,23 58,97 N/A
14 Pangkep 182,37 61,29 33,47 4.768,41 3.354,07 4.741,51 6.454,62 3.778,99 N/A
15 Parepare 60,73 61,49 - 1.091,66 200,74 1.436,11 - 34,25 N/A
16 Pinrang 2.095,92 - - 5.879,90 10.699,56 20.098,24 - 10.987,28 N/A
17 Selayar - - - 10.564,96 1,46 421,26 - 4.001,63 N/A
18 Sidrap 904,69 207,86 231,53 12.018,99 8.967,15 2.976,62 - 2.271,56 N/A
19 Sinjai - 693,54 - 26.154,13 2.693,40 6.183,11 222,77 1.226,04 N/A
20 Soppeng 1,59 670,79 - 15.039,44 3.802,63 5.803,08 697,13 5.441,66 N/A
21 Takalar - 3,51 - 1.700,90 2.918,34 387,11 - 5.198,20 N/A
No Kabupaten/ Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Penyebab
Kota Hutan Hutan Hutan Luar Hutan Hutan Hutan Luar Lahan
Produksi Lindung Konservasi Kawasan Produksi Lindung Konservasi Kawasan Kritis
Hutan Hutan
22 Tana Toraja 837,41 5,14 - 42.394,78 12.241,80 43.678,65 - 14.442,97 N/A
23 Toraja Utara - - - 24.943,50 - 4.625,30 - 8.596,96 N/A
24 Wajo 123,19 121,44 - 12.144,29 2.628,45 484,86 - 434,48 N/A
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber :
1. Olahan Data Lahan Kritis Tahun 2016 dan Arahan Ruang Provinsi Sulawesi Selatan
2. Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi
Lampiran Tabel-7.
Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Besaran
Ambang Kritis Erosi
erosi Status
No. Tebal Tanah (PP 150/2000)
(mm/10 Melebihi/Tidak
(mm/10 tahun)
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 < 20 cm 0,2 – 1,3 0,5 Tidak
2 20 - < 50 cm 1,3 - < 4 3 Tidak
3 50 - < 100 cm 4,0 - < 9,0 5 Tidak
4 100 – 150 cm 9,0 – 12 10,5 Tidak
5 > 150 cm > 12 10 Tidak
Keterangan : -
Sumber : Laporan Pemantauan Kerusakan Lahan Untuk Produksi Biomassa Laboratorium
Lingkungan Hidup Kab. Bantaeng, 2017

Lampiran Tabel-8.1
Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering
Provinsi Sulawesi Selatan
Lokasi Kab. bantaeng
Tahun Data 2018
Ambang kritis erosi Besaran Erosi
Status
No parameter (mm/ 10
(PP 150/2000) Melebihi/tidak
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 25 cm Tidak
2 kebatuan permukaan > 40% 25% Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid 10% Tidak
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 75% Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,09 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 40% Tidak
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 6 cm/Jam Tidak
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 7,6 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 3,4 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV - Tidak
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - Tidak
Keterangan : (-) tidak dilakukan pengukuran
Sumber : SLHD Kab Pangkep, 2017 diolah kembali di tahun 2018
Lampiran Tabel-8.2
Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering
Provinsi Sulawesi Selatan
Lokasi Desa Menara Indah, Kepulauan Selayar
Tahun Data 2018
Ambang kritis erosi Besaran Erosi
Status
No parameter (mm/ 10
(PP 150/2000) Melebihi/tidak
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 30 cm Melebihi
2 kebatuan permukaan > 40% 0,20% Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid - -
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,914 Melebihi
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,04 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,9811 Melebihi
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 5 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,1033 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV 286 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - -
Keterangan : (-) tidak dilakukan pengukuran
Sumber : SLHD Kab Pangkep, 2017 diolah kembali di tahun 2018

Lampiran Tabel-8.3
Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering
Provinsi Sulawesi Selatan
Lokasi Desa Kayuadi, Kepulauan Selayar
Tahun Data 2018
Ambang kritis erosi Besaran Erosi
Status
No parameter (mm/ 10
(PP 150/2000) Melebihi/tidak
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm 26 cm Melebihi
2 kebatuan permukaan > 40% 0,024 Tidak
3.A komposisi fraksi < 18% koloid - -
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,7805 Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 0,13 g/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,9286 Melebihi
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 6,77 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,1434 mS/cm Tidak
9 Redoks < 200 mV 349 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah - -
Keterangan : (-) tidak dilakukan pengukuran
Sumber : SLHD Kab Pangkep, 2017 diolah kembali di tahun 2018
Lampiran Tabel-8.4
Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering
Provinsi Sulawesi Selatan
Lokasi Kab. Pangkep
Tahun Data 2018
Ambang kritis erosi Besaran Erosi
Status
No parameter (mm/ 10
(PP 150/2000) Melebihi/tidak
tahun)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 ketebalan solum < 20 cm - -
2 kebatuan permukaan > 40% - -
3.A komposisi fraksi < 18% koloid 0,32 Tidak
3.B komposisi fraksi > 80% pasir kuarsitik 0,37 Tidak
4 berat isi > 1,4g/ cm3 1,48 gr/cm³ Tidak
5 forositas total < 30%; > 70% 0,64 Tidak
6 derajat pelulusan air <0,7 cm/jam;>8,0 - -
7 pH (H2O) 1 : 2,5 <4,5;> 8,5 6,04 Tidak
8 daya hantar listrik/ DHL > 4,0 mS/cm 0,506 Tidak
9 Redoks < 200 mV 37 mV Melebihi
10 jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah 2,7 x 10⁵ Tidak
Keterangan : (-) tidak dilakukan pengukuran
Sumber : SLHD Kab Pangkep, 2017 diolah kembali di tahun 2018

Lampiran Tabel-9.
Evaluasi Kerusakan Tanah di lahan Basah Akibat Erosi Air
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Ambang kritis Hasil Status
No Parameter
(PP 150/2000) Pengamatan Melebihi/tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
Subsidensi > 35 cm/ tahun untuk
gambut di ketebalan gambut ≥ 3 m atau
1 - -
atas pasir 10%/ 5 tahun untuk
kuarsa ketebalan gambut< 3 m
Kedalaman
lapisan
20 cm dengan
2 berpirit dari < 25 cm dengan pH ≤ 2,5 Tidak
pH 2.0
permukaan
tanah
Kedalaman
3 air tanah > 25 cm 20 cm Tidak
dangkal
Keterangan : (-) Tidak Dilakukan Pengukuran
Sumber : -
Lampiran Tabel-10. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Lokasi Luas Lokasi Persentase Kerapatan
(Ha) tutupan (%) (pohon/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Selayar 220,00 - -
2 Bulukumba 352,00 - -
3 Bantaeng 58,00 - -
4 Jeneponto 577,00 - -
5 Takalar 5.605,00 - -
6 Pangkep 1.230,00 - -
7 Barru 1.119,00 - -
8 Bone 8.367,00 - -
9 Wajo 5.933,00 - -
10 Pinrang 4.045,00 - -
11 Luwu 10.157,00 - -
12 Luwu Utara 16.538,00 - -
13 Palopo 133,62 - -
14 Sinjai 1.205,00 - -
15 Maros 733,00 - -
16 Luwu Timur 18.922,00 - -
17 Makassar 231,00 - -
18 Parepare 22,00 - -
Keterangan: (-) Tidak Ada Data
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2018
Lampiran Tabel-11. Luas dan Kerusakan Padang Lamun
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Kab/Kota Luas (Ha) Persentase Area
Kerusakan (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Selayar - -
2 Bulukumba 275,93 8,16
3 Bantaeng - -
4 Jeneponto 5,00 -
5 Takalar 50,02 10,00
6 Pangkep 3.857,00 47,01
7 Barru - -
8 Bone - -
9 Wajo - -
10 Pinrang 56,70 3,88
11 Luwu - -
12 Luwu Utara 55,00 -
13 Palopo 2,00 -
14 Sinjai 470,00 -
15 Maros - -
16 Luwu Timur 167,23 38,80
17 Makassar - -
18 Parepare - -
Keterangan: (-) Tidak Ada Data
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2018
Lampiran Tabel-11 (a). Luas Padang lamun dan Luas Kerusakan Padang
Lamun
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Kab/Kota Luas (Ha) Area Kerusakan
Luas (Ha) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Selayar - - -
2 Bulukumba 275,93 22,51 8,16
3 Bantaeng - - -
4 Jeneponto 5,00 - -
5 Takalar 50,02 5,00 10,00
6 Pangkep 3.857,00 1.813,00 47,01
7 Barru - - -
8 Bone - - -
9 Wajo - - -
10 Pinrang 56,70 2,20 3,88
11 Luwu - - -
12 Luwu Utara 55,00 - -
13 Palopo 2,00 - -
14 Sinjai 470,00 - -
15 Maros - - -
16 Luwu Timur 167,23 64,88 38,80
17 Makassar - - -
18 Parepare - - -
Keterangan: (-) Tidak Ada Data
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2018
Lampiran Tabel-12. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Kab/Kota Luas Sangat Baik Sedang Rusak
. Tutupan Baik (%) (%) (%)
(Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Selayar 93.820,00 - 79,64 6,34 14,01
2 Bulukumba 30,20 - 73,84 - 26,16
3 Bantaeng 0,80 - 37,50 - 62,50
4 Jeneponto 17,30 - 100,00 - -
5 Takalar 40,00 - 25,00 25,00 50,00
6 Pangkep 22.664,00 - 0,50 98,68 0,83
7 Barru 1.460,00 - 35,48 29,59 34,93
8 Bone 133,80 - 55,75 29,45 14,80
9 Wajo 258,00 - 72,09 7,36 20,54
10 Pinrang 20,60 - 90,29 - 9,71
11 Luwu 3.325,00 - 10,53 15,79 73,68
12 Luwu Utara 15,50 - 60,00 - 40,00
13 Palopo 31,78 - - - 100,00
14 Sinjai 3.819,89 - 45,53 32,97 21,49
15 Maros - - - - -
16 Luwu Timur 136,40 - - 26,32 73,68
17 Makassar 3.104,50 - 30,00 - 70,00
18 Parepare 3,40 - 35,29 23,53 41,18
Keterangan : (-) Tidak Ada Luasan Lahan dengan Penggunaan Tersebut
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2018
Lampiran Tabel-13. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018

No. Jenis Penggunaan Luas Tahun Luas Tahun


2016 (Ha) 2018 (Ha)
(1) (2) (3) (4)
1 Badan Air 15.119,51 15.196,35
2 Bandara/Pelabuhan 837,41 843,43
3 Hutan Lahan Kering Primer 205,72 232,56
4 Hutan Lahan Kering Sekunder 6.784,22 6.717,48
5 Hutan Mangrove Primer 741,15 693,40
6 Hutan Mangrove Sekunder 5.554,25 4.860,02
7 Hutan Tanaman 1.442,72 1.442,72
8 Pemukiman 20.691,82 28.245,05
9 Perkebunan 36.845,65 36.637,79
10 Pertambangan 251,78 244,68
11 Pertanian Lahan Kering 124.186,36 112.001,02
12 Pertanian Lahan Kering Campur 486.087,80 442.077,58
Semak
13 Rawa - 144,01
14 Savana 14.155,96 16.128,61
15 Sawah 454.946,06 502.008,93
16 Semak Belukar 35.373,60 33.415,84
17 Semak Belukar Rawa 11.381,61 12.070,30
18 Tambak 77.991,13 80.617,65
19 Tanah Terbuka 1.723,77 738,31
20 Transmigrasi 500,07 504,83
Keterangan: (-) Tidak Ada Luasan Lahan dengan Penggunaan Tersebut
Sumber: Diolah dari Data Spasial Penutupan Lahan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah VII Tahun 2018
Lampiran Tabel-13 (a). Luas dan Persentase Perubahan Penggunaan
Lahan Pertanian
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Jenis Penggunaan Luas Luas Tahun Perubahan Perubahan
Tahun 2018 (Ha) (ha) (%)
2016 (Ha)
(1) (2) (3) (4)
1 Badan Air 15.119,51 15.196,35 76,84 0,51
2 Bandara/Pelabuhan 837,41 843,43 6,02 0,72
3 Hutan Lahan Kering Primer 205,72 232,56 26,84 13,05
4 Hutan Lahan Kering 6.784,22 6.717,48 -66,74 -0,98
Sekunder
5 Hutan Mangrove Primer 741,15 693,40 -47,75 -6,44
6 Hutan Mangrove Sekunder 5.554,25 4.860,02 -694,23 -12,50
7 Hutan Tanaman 1.442,72 1.442,72 0,00 0,00
8 Pemukiman 20.691,82 28.245,05 7553,24 36,50
9 Perkebunan 36.845,65 36.637,79 -207,86 -0,56
10 Pertambangan 251,78 244,68 -7,09 -2,82
11 Pertanian Lahan Kering 124.186,36 112.001,02 -12185,34 -9,81
12 Pertanian Lahan Kering 486.087,80 442.077,58 -44010,22 -9,05
Campur Semak
13 Rawa - 144,01 144,01 100,00
14 Savana 14.155,96 16.128,61 1972,64 13,94
15 Sawah 454.946,06 502.008,93 47062,87 10,34
16 Semak Belukar 35.373,60 33.415,84 -1957,75 -5,53
17 Semak Belukar Rawa 11.381,61 12.070,30 688,69 6,05
18 Tambak 77.991,13 80.617,65 2626,53 3,37
19 Tanah Terbuka 1.723,77 738,31 -985,46 -57,17
20 Transmigrasi 500,07 504,83 4,76 0,95
Keterangan: (-) Tidak Ada Luasan Lahan dengan Penggunaan Tersebut
Sumber: Diolah dari Data Spasial Penutupan Lahan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah VII Tahun 2018

Lampiran Tabel-14.
Lampiran Tabel-15.
Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Luas Ijin
Luas
Jenis Bahan Nama Usaha Produksi
No. Areal
Galian Perusahaan Penambangan (Ton/Tahun)
(Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PT. Indokal
1 Marmer 21,00 N/A 554,04
Prima Jaya
PT. Dayacayo
2 Marmer 35,00 N/A 84.214,00
Astritama
PT. Celebes
3 Marmer 14,30 N/A 18,41
Marmerindo
PT. Graha
4 Marmer Tunggal Tata 32,81 N/A 1.073,34
Persada
PT. Marmerindo
5 Marmer 25,00 N/A 49,13
Kuari Abadi
PT. Makmur
6 Marmer 13,00 N/A 84,99
Agung Perkasa
PT. Wutama Tri
7 Marmer 46,00 N/A 1.354,58
Makmur
PT. Muliya
8 Marmer 41,70 N/A 3.637,08
Visindo
CV.
9 Tanah Urug 40,15 N/A 40.435,29
Pa'Bentengan
CV. Bulu
10 Tanah Urug 17,03 N/A 7.014,38
Tamangura
CV. Sudarman
11 Tanah Urug 5,00 N/A 812,24
Putra
Sdr. Hj.
12 Sirtu Nurhaeda Dg. 16,92 N/A 23.837,40
Nonang
13 Sirtu CV. Usaha Maju 1,00 N/A 2.803,98
PT. Vale
14 Nikel Matte 70,98 N/A 3.490.659,00
Indonesia
Biji Nikel PT. Prima
15 535,60 N/A 35.538,00
(Ore) Utama Lestari
Biji Nikel PT. Citra
16 2660,00 N/A 168.503,00
(Ore) Lampia Mandiri
CV. Sudarman
17 Batu Gunung 5,00 N/A 282,52
Putra
18 Batu Gunung CV. Irwan 5,33 N/A 9.799,82
19 Batu Gunung CV. Wander 5,12 N/A 2.688,33
20 Batu Gunung CV. Wander 9,60 N/A 4.440,82
Sdr. H. Lasibe
21 Batu Gunung 5,00 N/A 6.224,21
Salihi
22 Batu Gunung CV. Armin 5,50 N/A 9.199,47
PT. Semen
23 Tanah Liat 280,00 N/A 653.806,00
Tonasa
Luas Ijin
Luas
Jenis Bahan Nama Usaha Produksi
No. Areal
Galian Perusahaan Penambangan (Ton/Tahun)
(Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PT. Semen
24 Tanah Liat 22,10 N/A 255.537,00
Tonasa
PT. Semen
25 Tanah Liat 269,00 N/A 204.496,00
Bosowa
PT. Pasir
26 Batubara 199,00 N/A 46.120,18
Walanae
PT. Semen
27 Batu Gamping 694,00 N/A 2.005.927,00
Bosowa
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran Tabel-15.1
Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Luas Ijin
Luas
Jenis Bahan Nama Usaha Produksi Lokasi
No. Areal
Galian Perusahaan Penambangan (Ton/Tahun) Penambangan
(Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PT. Indokal
1 Marmer 21 N/A 554,04 Kabupaten Maros
Prima Jaya
PT. Dayacayo Kabupaten
2 Marmer 35 N/A 84.214,00
Astritama Pangkep
PT. Celebes Kabupaten
3 Marmer 14,3 N/A 18,41
Marmerindo Pangkep
PT. Graha
Kabupaten
4 Marmer Tunggal Tata 32,81 N/A 1.073,34
Pangkep
Persada
PT.
Kabupaten
5 Marmer Marmerindo 25 N/A 49,13
Pangkep
Kuari Abadi
PT. Makmur
6 Marmer 13 N/A 84,99 Kabupaten Maros
Agung Perkasa
PT. Wutama Kabupaten
7 Marmer 46 N/A 1.354,58
Tri Makmur Pangkep
PT. Muliya Kabupaten
8 Marmer 41,7 N/A 3.637,08
Visindo Pangkep
CV.
9 Tanah Urug 40,15 N/A 40.435,29 Kabupaten Gowa
Pa'Bentengan
CV. Bulu
10 Tanah Urug 17,03 N/A 7.014,38 Kabupaten Maros
Tamangura
CV. Sudarman
11 Tanah Urug 5 N/A 812,24 Kabupaten Sidrap
Putra
Sdr. Hj.
Kabupaten
12 Sirtu Nurhaeda Dg. 16,92 N/A 23.837,40
Takalar
Nonang
Luas Ijin
Luas
Jenis Bahan Nama Usaha Produksi Lokasi
No. Areal
Galian Perusahaan Penambangan (Ton/Tahun) Penambangan
(Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
CV. Usaha Kabupaten
13 Sirtu 1 N/A 2.803,98
Maju Enrekang
PT. Vale
14 Nikel Matte 70,984 N/A 3.490.659,00 Kab. Luwu Timur
Indonesia
Biji Nikel PT. Prima
15 535,6 N/A 35.538,00 Kab. Luwu Timur
(Ore) Utama Lestari
PT. Citra
Biji Nikel
16 Lampia 2660 N/A 168.503,00 Kab. Luwu Timur
(Ore)
Mandiri
CV. Sudarman
17 Batu Gunung 5 N/A 282,52 Kabupaten Sidrap
Putra
18 Batu Gunung CV. Irwan 5,33 N/A 9.799,82 Kabupaten Sidrap
19 Batu Gunung CV. Wander 5,12 N/A 2.688,33 Kabupaten Sidrap
20 Batu Gunung CV. Wander 9,6 N/A 4.440,82 Kabupaten Sidrap
Sdr. H. Lasibe
21 Batu Gunung 5 N/A 6.224,21 Kabupaten Sidrap
Salihi
22 Batu Gunung CV. Armin 5,5 N/A 9.199,47 Kabupaten Sidrap
PT. Semen Kabupaten
23 Tanah Liat 280 N/A 653.806,00
Tonasa Pangkep
PT. Semen Kabupaten
24 Tanah Liat 22,1 N/A 255.537,00
Tonasa Pangkep
PT. Semen
25 Tanah Liat 269 N/A 204.496,00 Kabupaten Maros
Bosowa
PT. Pasir
26 Batubara 199 N/A 46.120,18 Kabupaten Bone
Walanae
Batu PT. Semen
27 694 N/A 2.005.927,00 Kabupaten Maros
Gamping Bosowa
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-16
Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Penghijauan Reboisasi
Realisasi Realisasi
Luas Luas
No. Kabupaten Target Jumlah Target Jumlah
Realisas Realisas
(Ha) Pohon (Ha) Pohon
(Ha) (Ha)
(batang) (batang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kepulauan Selayar N/A 20.00 N/A N/A 0 N/A
2 Bulukumba N/A 20.00 N/A N/A 390.50 N/A
3 Bantaeng N/A 48.00 N/A N/A 176.00 N/A
4 Jeneponto N/A 20.00 N/A N/A 220.00 N/A
5 Takalar N/A 60.00 N/A N/A 51.70 N/A
6 Gowa N/A 22.00 N/A N/A 440.00 N/A
7 Sinjai N/A 0 N/A N/A 192.50 N/A
8 Maros N/A 60.00 N/A N/A 495.00 N/A
9 Pangkep N/A 0 N/A N/A 0 N/A
10 Barru N/A 200.00 N/A N/A 280.50 N/A
11 Bone N/A 20.00 N/A N/A 581.90 N/A
12 Soppeng N/A 127.40 N/A N/A 220.00 N/A
13 Wajo N/A 18.800 N/A N/A 0 N/A
14 Sidrap N/A 536 N/A N/A 0,00 N/A
15 Pinrang N/A 20.00 N/A N/A 82.50 N/A
16 Enrekang N/A 140.40 N/A N/A 0 N/A
17 Luwu N/A 65.20 N/A N/A 0 N/A
18 Tana Toraja N/A 48.00 N/A N/A 121.00 N/A
19 Luwu Utara N/A 80.00 N/A N/A 203.50 N/A
20 Luwu Timur N/A 20.00 N/A N/A 33.00 N/A
21 Toraja Utara N/A 0 N/A N/A 0 N/A
22 Makassar N/A 0 N/A N/A 0 N/A
23 Pare-pare N/A 22 N/A N/A 0 N/A
24 Palopo N/A 0 N/A N/A 0 N/A
Keterangan : (N/A) Not Available
Sumber : Olahan data tahun 2018 Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel

Lampiran Tabel-16.1
Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Luas Areal Penghijauan Luas Areal
No Kabupaten (Ha) Reboisasi (Ha)
2016 2018 2016 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kepulauan Selayar 50 20.000 0 0
2 Bulukumba 50 20.000 355 390.500
3 Bantaeng 120 48.000 160 176.000
4 Jeneponto 50 20.000 200 220.000
5 Takalar 150 60.000 47 51.700
6 Gowa 55 22.000 400 440.000
7 Sinjai 0 0 175 192.500
8 Maros 150 60.000 450 495.000
9 Pangkep 0 0 0 0
10 Barru 500 200.000 255 280.500
11 Bone 50 20.000 529 581.900
12 Soppeng 319 127.400 200 220.000
13 Wajo 47 18.800 0 0
14 Sidrap 250 536 490 0,00
15 Pinrang 50 20.000 75 82.500
16 Enrekang 351 140.400 0 0
17 Luwu 163 65.200 0 0
18 Tana Toraja 120 48.000 110 121.000
19 Luwu Utara 200 80.000 185 203.500
20 Luwu Timur 50 20.000 30 33.000
21 Toraja Utara 0 0 0 0
22 Makassar - 0 0 0
23 Pare-pare 0 22 0 0
24 Palopo 0 0 0 0
2.724,50 990.357,70 3.661,00 3.488.100,00
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : Olahan data tahun 2018 Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel

Lampiran Tabel-18. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu (HHK)
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Provinsi/Kab/Kota SK Definitif Keterangan
Jumlah Luas
Unit (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Gowa, Takalar dan Jeneponto 1 6.500 IUPHHK berada dalam satu KPH
(Kesatuan Pengelolaan Hutan)
INHUTANI I
Sumber: KPH pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi, 2018

Lampiran Tabel-19. Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK)
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Kabupaten SK Definitif Keterangan
Jumlah Luas
Unit (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Maros 3 N/A
Berada dalam KPH Bulusaraung dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
2 Pangkep 1 N/A
Berada dalam KPH Bulusaraung dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
3 Barru 2 N/A
Berada dalam KPH Ajatappareng dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
4 Pinrang 2 N/A
Berada dalam KPH Sawitto dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
5 Enrekang 18 N/A
Berada dalam KPH Mata Allo dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
6 Tana Toraja 36 N/A
Berada dalam KPH Saddang I dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
7 Toraja Utara 5 1.987,00
Berada dalam KPH Saddang II dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
8 Luwu Utara 2 N/A
Berada dalam KPH Rongkong dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
9 Soppeng 14 N/A
Berada dalam KPH Walanae dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
10 Bone 18 N/A
Berada dalam KPH Cenrana dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
11 Gowa 9 N/A
Berada dalam KPH Jeneberang I dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
12 Jeneponto 1 N/A
Berada dalam KPH Jeneberang I dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
13 Bantaeng 4 314,34
Berada dalam KPH Jeneberang II dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
14 Sinjai 19 4.099,00
Berada dalam KPH Jeneberang II dengan Izin
Pemanfaatan Berupa Getah Pinus
Keterangan : N/A ( Not Available)
Sumber: KPH pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi, 2018

Lampiran Tabel-20
Perdagangan Satwa dan Tumbuhan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Bagian-bagian yang Status menurut
No. Nama Spesies
diperdagangkan CITES
(1) (2) (3) (4)
1 Ular sanca kembang (Phyton Appendix 2
kulit
reticulatus )
2 biawak air (Varanus salvator kulit Appendix 2
3 Kura-kura ambon (Coura Appendix 2
Utuh (hidup)
amboinensis)
4 gaharu (Aquilaria filaria) Utuh (Mati) Appendix 2
5 pakis (Cyathea contaminans) Utuh (Mati) Appendix 2
6 koral Utuh (hidup) Appendix 2
7 ikan napoleon (Cheilinus Appendix 2
Utuh (hidup)
undulatus)
8 ikan hiu (Spyrina lewini) Utuh (hidup) Appendix 2
9 lola merah (Tronchus Appendix 2
cangkang
niloticus)
Sumber : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi
Lampiran Tabel-21
Jumlah dan Ijin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Jenis IUPJLWA
Luas
Luas Luas Luas Penyelamatan
Luas Perlindungan Luas
No. Nama Pemanfaatan Pemanfaatan Wisata dan SK
Keanekaragaman Penyerapan
Perusahaan Jasa Aliran Air Air Alam Perlindungan
Hayati (Ha) Karbon (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha) Lingkungan
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Abdul Hakim, S.Pd.I SK Kepala BBKSDASS Nomor :
- - - - - 0
(Perorangan) SK.188/K.8/BIDTEK/KSA/4/2018
2 Perusahaan Daerah
Pemerintah - 50,00 - - - - Masih ijin prinsip
Kabupaten Soppeng

Keterangan : (-) Data Tidak Tersedia


Sumber : BKSDA Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-21.1
Jumlah dan Ijin usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Jenis IUPJLWA
Perlindungan Penyelamatan dan
Pemanfaatan Penyerapan
No. Kabupaten/Kota KPH/CDK Pemanfaatan Air Wisata Alam Keanekaragaman Perlindungan Keterangan
Jasa Aliran Air Karbon
Hayati Lingkungan
Luas Luas
Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha) Unit Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha) Unit
(Ha) (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Maros - - - - - - - - - - - - N/A
Bulusaraung
2 Pangkep - - - - - - - - - - - - N/A
3 Barru - - - - - - - - - - Lokasi potensi destinasi
wisata hutan pinus, masih
Ajatappareng 2,0 30,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
RPHJP)
- - - - - - - - - - Lokasi potensi destinasi
wisata air terjun, masih
2,0 6,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
RPHJP)
- - - - - - - - - - Lokasi potensi destinasi
wisata air panas, masih
1,0 5,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
RPHJP)
4 Pare-Pare 1,0 2,5 izi masih dalam proses,
Bila
5 Sidrap - - - - - - - - - - - - N/A
6 Pinrang Sawitto - - - - - - - - - - - - N/A
7 Enrekang Mata Allo - - - - - - - - - - - - N/A
8 Tana Toraja Saddang I - - - - - - - - - - - - N/A
9 Toraja Utara Saddang II - - - - - - - - - - - - N/A
10 Luwu - - - - - - - - - - - - N/A
Latimojong
11 Palopo - - - - - - - - - - - - N/A
12 Luwu Utara Rongkong - - - - - - - - - - - - N/A
13 Luwu Utara - - - - - - - - - - - - N/A
Kalaena
14 Luwu Timur - - - - - - - - - - - - N/A
15 Luwu Timur Larona Malili - - - - - - - - - - - - N/A
16 Wajo - - - - - - - - - - - - N/A
Walanae
17 Soppeng - - - - 4,0 80,0 - - - - - - N/A
Ajatappareng 2,0 30,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
RPHJP)
- - - - - - - - - - Lokasi potensi destinasi
wisata air terjun, masih
2,0 6,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
RPHJP)
- - - - - - - - - - Lokasi potensi destinasi
wisata air panas, masih
1,0 5,0 dalam proses pengurusan
izin (seiring pengesahan
Jenis IUPJLWA RPHJP)
4 Pare-Pare 1,0 2,5 Perlindungan Penyelamatan dan izi masih dalam proses,
Bila Pemanfaatan Penyerapan
5
No. Sidrap
Kabupaten/Kota KPH/CDK - - - - Air
Pemanfaatan -
Wisata -
Alam -
Keanekaragaman- -
Perlindungan- - - N/A
Keterangan
Jasa Aliran Air Karbon
6 Pinrang Sawitto - - - - - - - Hayati - -Lingkungan- - - N/A
7 Enrekang Mata Allo - - - - - -
Luas - - - - - -
Luas N/A
Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha) Unit Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha) Unit
8 Tana Toraja Saddang I - - - - - -
(Ha) - - - - - -
(Ha) N/A
(1)
9 (2)
Toraja Utara (3) II
Saddang (4)
- (5)
- (6)
- (7)
- (8)
- (9)
- (10)
- (11)
- (12)
- (13)
- (14)
- (15)
- (16)
N/A
1
10 Maros
Luwu - - - - - - - - - - - - N/A
Bulusaraung
Latimojong
2
11 Pangkep
Palopo - - - - - - - - - - - - N/A
12
3 Luwu
Barru Utara Rongkong - - - - - - - - - - - - N/A destinasi
Lokasi potensi
13 Luwu Utara - - - - - - - - - - - - wisata hutan N/Apinus, masih
Kalaena
14 Luwu Timur Ajatappareng - - - - -
2,0 -
30,0 - - - - - - dalam proses N/Apengurusan
15 Luwu Timur Larona Malili - - - - - - - - - - - - izin (seiringN/A
pengesahan
16 Wajo - - - - - - - - - - - - N/A
RPHJP)
Walanae
17 Soppeng - - - - 4,0 80,0 - - - - - - N/A destinasi
Lokasi potensi
18 Bone Cenrana - - - - - - - - - - wisata air N/A
terjun, masih
19 Gowa - - - - -
2,0 -
6,0 - - - - - - dalam proses N/Apengurusan
20 Takalar Jenebarang I - - - - - - - - - - - - izin (seiringN/A
pengesahan
21 Jeneponto - - - - - - - - - - - - N/A
RPHJP)
22 Bantaeng - - - - - - - - - - - - N/A destinasi
Lokasi potensi
23 Bulukumba Jeneberang II - - - - - - - - - - - - wisata air N/A
panas, masih
24 Sinjai - - - - -
1,0 -
5,0 - - - - - - dalam proses N/Apengurusan
25 Selayar Selayar - - 0 - - - - - - - - - izin (seiringN/A
pengesahan
Jumlah 10 RPHJP)
4 Pare-Pare
Keterangan : (-) Tidak ada data,Bila
(N/A) Not Available 1,0 2,5 izi masih dalam proses,
5 Sidrap
Sumber : UPT KPH Dishut Sulsel, 2017 - - - - - - - - - - - - N/A
6 Pinrang Sawitto - - - - - - - - - - - - N/A
7 Enrekang Mata Allo - - - - - - - - - - - - N/A
8 Tana Toraja Saddang I - - - - - - - - - - - - N/A
9 Toraja Utara Saddang II - - - - - - - - - - - - N/A
10 Luwu - - - - - - - - - - - - N/A
Latimojong
11 Palopo - - - - - - - - - - - - N/A
12 Luwu Utara Rongkong - - - - - - - - - - - - N/A
13 Luwu Utara - - - - - - - - - - - - N/A
Kalaena
14 Luwu Timur - - - - - - - - - - - - N/A
15 Luwu Timur Larona Malili - - - - - - - - - - - - N/A
16 Wajo - - - - - - - - - - - - N/A
Walanae
17 Soppeng - - - - 4,0 80,0 - - - - - - N/A
18 Bone Cenrana - - - - - - - - - - N/A
19 Gowa - - - - - - - - - - - - N/A
20 Takalar Jenebarang I - - - - - - - - - - - - N/A
21 Jeneponto - - - - - - - - - - - - N/A
22 Bantaeng - - - - - - - - - - - - N/A
Lampiran Tabel-22
Kualitas Air Sumur
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

residu tersuspensi

Selenium (mg/L)

Kadmium (mg/L)

Tembaga (mg/L)

Air Raksa (mg/L)

Belerangsebagai
Mangan (mg/L)

Coliformg/100)
Barium (mg/L)

Sianida (mg/L)
NO 3 sebagai N
residu terlarut

Timbal (mg/L)

Klorida (mg/L)

Florida (mg/L)
temperatur Air

NH3-N (mg/L)

Kubalt (mg/L)

Gross-A(Bg/L)
Gross-B(Bg/L)
Buron (mg/L)

Sulfat (mg/L)
Arsen (mg/L)

Seng (mg/L)

Klorin Bebas
BOD (mg/L)

COD (mg/L)

H2S (mg/L)
Besi (mg/L)
Total Fosfat

Khrom (VI)
DO (mg/L)
(mg/L)

(mg/L)
Waktu

(mg/L)

(mg/L)

(mg/L)

Fecal
(°C)

pH
No Lokasi Sumur sampling
(tgl/bln/thn)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (21) (22) (21) (22) (21) (22) (21) (22) (21) (22) (21) (22)(21)
Industri
PT. Sermani Steel
1 S: 05°08'47.0" 15 Maret 2017 24 102 (-) 6,8 (-) (-) (-) (-) 0,94 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) < 0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
E : 119°27'59.0"
PT. Irmasulindo
2 S: 05°05'422" 15 Maret 2017 27 154 (-) 7 (-) (-) (-) (-) < 0,1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) < 0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
E : 119°28'488"
PT. Sukanda Jaya
3 S: 05°06'37.4" 15 Maret 2017 28 111 (-) 7 (-) (-) (-) (-) 0,82 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) < 0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
E : 119°30'03.5"
PT. Japfa Comfeed
4 S: 05°04.685" 15 Maret 2017 27 65 (-) 6,5 (-) (-) (-) (-) 1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) < 0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
E : 119°30.935"
PT. Multi Sari
5 S: 05°05.89.7" 15 Maret 2017 29 192 (-) 7,5 (-) (-) (-) (-) <0,1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) <0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
E : 119°30.488"
PT. Parama Global
Inspira
6 16 Mei 2017 30 226 (-) 7,2 (-) (-) (-) (-) <0,1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) <0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
S: 05°05.54,28"
E : 119°29.41,28"
PT. Kemilau Bintang
Timur
7 16 Mei 2017 28 189 (-) 7 (-) (-) (-) (-) 0,34 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,01 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
-
-
PT. Varia Usaha Beton
8 - 16 Mei 2017 29 209 (-) 6,5 (-) (-) (-) (-) 0,22 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,02 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
-
PT. Fadel Tirta
Nusantara
9 16 Mei 2017 29 162 (-) 6 (-) (-) (-) (-) 0,93 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,05 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
S: 05°10'163"
E : 119°28'918"
PT. Pasific Gabusindo
Abadi
10 02 Agustus 2017 29 297 (-) 5,6 (-) (-) (-) (-) 0,58 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,04 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
S: 05°06'624"
E : 119°30'242"
PT. Charoen Popkhand
Indonesia, Tbk
11 02 Agustus 2017 30 381 (-) 9,13 (-) (-) (-) (-) <0,1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,02 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
S: 05°09'335"
E : 119°49'804"
PT. Lautan Sakti
12 S: 05°05.419" 02 Oktober 2017 21,6 180 (-) 1 (-) (-) (-) (-) <0,1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) 0,05 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Lampiran Tabel-23
Kualitas Air Laut
Kota Pare-Pare
Tahun 2018
Amonia Sulfida Minyak
waktu smpling lokasi sampling kecerahan Kekeruhan TSS lapisan temperatur Salinitas BOD COD NO2 NO3 PO4-P (CN- Sianida(C Klor Phenol Pestisida PCB
No nama lokasi Warna bau sampah pH DO (mg/L) total (H2S)(mg/L Bumi
(tgl/bln/thn) (Mt) (M) (NTU) (mg/L) minyak (°c) (%'') (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) )(mg/L) N-)(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L) ) (mg/L)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
Dermaga 2,5
Baru
1 Cappa (-) (-) (-) (-) (-) 18 (-) (-) (-) 7,84 29,9 (-) (-) (-) 0,09 (-) (-) (-) (-) 0,012 (-) (-) (-) (-) (-)
Ujung Kota
Pare-pare

Keterangan : 1. (-) Parameter tidak diukur


2. Parameter uji yang digunakan berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
Sumber : 1. Kajian Kualitas Air Laut, Sedimen dan Biota Laut Tahun 2017 Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
2. Laporan Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan tahun 2017 Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
Lampiran Tabel-24.
Curah Hujan Rata-Rata
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

No. Nama Lokasi dan StasiunPengamatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

(1) (2) (3) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Bippl Lamalaka 82 157 25 51 524 405 282 - 3 8 38 132
1 BANTAENG
Dampang 82 X 49 40 625 312 151 0 - - 90 247
BPP. Palanro 618 556 415 302 75 221 55 17 14 55 104 801
BPP. Tanete Rilau 691 545 375 289 45 75 22 7 9 32 199 911
2 BARRU
Sumpang Binangae 672 524 278 254 86 125 47 20 7 30 154 ###
Tompo Lemo-lemo 759 740 534 187 358 196 159 28 - 60 227 660
BPP. Amali 235 X R R 393 359 153 64 27 28 319 149
BPP. Bengo 180 122 128 154 551 417 152 21 13 19 132 191
BPP. Lanca 286 126 112 190 468 362 193 - 30 21 298 101
3 BONE BPP. Tonra 119 65 69 272 899 478 190 48 60 14 168 112
Macope 171 97 147 224 440 361 195 18 39 58 361 164
PG. Arosoe 152 122 204 344 872 X 225 26 70 63 468 218
PG. Camming 94 94 166 175 1035 710 245 21 14 5 191 117
Batukaropa 155 134 193 146 562 402 237 44 - 1 86 75
Bonto Bahari 98 31 0 137 289 428 159 6 - - X 3
4 BULUKUMBA BPP. Tanah Kongkong 64 34 36 108 414 X 210 - - 14 189 34
Bulo-bulo 185 220 299 100 853 671 297 25 11 X 86 463
Tanah Jaya 91 183 148 119 368 X 158 20 20 - 134 235
Curio 157 165 241 306 324 284 174 45 39 91 150 256
5 ENREKANG
Enrekang (kota) X X X X X X X X X X X X
No. Nama Lokasi dan StasiunPengamatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

(1) (2) (3) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Maiwa 85 195 233 550 541 X 217 2 53 89 131 151
BB. Malino 692 828 437 128 131 305 127 9 3 10 382 625
BBI. Horti 658 712 519 176 35 131 15 0 - 15 X 649
6 GOWA
BPP. Malakaji 291 409 256 143 145 193 285 0 0 0 223 204
Stasiun Geofisika 639 706 623 191 29 75 60 5 0 31 101 787
Bonto Matene X 176 67 X X 139 78 X - X 61 94
7 JENEPONTO
BPP. Benteng 349 456 335 49 30 107 40 - - 1 67 408
Batusitanduk 323 317 355 396 432 335 380 234 100 158 333 387
Bua 278 159 226 148 256 356 179 55 32 93 178 166
8 LUWU Larompong 157 107 208 321 374 426 146 101 127 123 118 121
Padang Sappa 175 176 378 217 328 201 106 20 85 124 165 155
Suli X 39 X X X X X X 32 86 X X
Bonepute 113 82 113 155 105 202 133 122 35 48 X 69
BP3K. Malili 185 523 460 470 303 212 205 564 X 149 301 639
BPP. Angkona 104 164 207 268 91 96 359 201 82 42 130 118
9 LUWU TIMUR Maleku X 200 437 187 344 235 323 X 100 X X X
PT. Vale X 202 321 400 340 X X X X X X X
Wasuponda 177 147 363 313 337 274 242 X 105 X X X
Wotu 255 212 457 X 259 437 511 315 133 229 X 307
Amasangen 147 22 169 314 319 615 271 466 120 225 220 210
BPP. Bone-bone 91 19 159 110 212 168 169 253 X 64 73 204
10 LUWU UTARA
Diperta Masamba 224 202 387 247 297 357 127 104 218 124 301 X
Stamet Masamba 268 205 423 297 276 364 131 97 236 100 252 502
BPP. Barombong 457 367 362 54 30 X 14 - 0 3 34 398
11 MAKASSAR Panakukkang 774 634 595 X X 104 X X X X 172 817
Stamar Paotere 790 714 590 167 32 121 49 1 1 12 156 858
No. Nama Lokasi dan StasiunPengamatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

(1) (2) (3) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Batubassi 464 649 595 350 74 120 X - - 104 307 820
BPP. Mallawa 233 140 155 106 393 X 189 30 - X X 170
12 MAROS BPP. Tanralili 598 612 557 285 105 156 67 20 4 187 213 822
Staklim Maros 523 667 594 213 109 150 51 1 8 116 184 798
Stamet Hasanuddin 723 593 599 223 72 124 60 2 - 152 319 802
13 PALOPO Wara 154 139 257 142 367 239 254 87 27 130 230 238
Balocci 436 840 625 114 48 114 29 9 - 24 393 866
BPP. Labakkang 814 685 603 264 104 164 38 - 0 23 245 918
14 PANGKEP
BPP. Marang 889 718 524 198 115 181 42 36 0 37 240 752
Minasa Tene 562 554 541 190 83 100 38 3 0 18 258 952
15 PARE-PARE Bukit Harapan 210 213 170 193 177 X 40 20 5 26 154 455
BPP. Cempa 372 334 209 314 169 229 89 17 5 11 X 193
BPP. Langga 330 363 154 270 104 141 97 7 9 39 X 313
BPP. Mananrang 373 X 180 X 188 171 108 X 4 49 184 362
BPP. Pekkabata R R R 491 104 253 55 30 5 304 261 165
16 PINRANG
BPP. Teppo 482 365 173 175 392 X 136 73 1 63 36 63
SMPK. Tiroang 366 232 142 X 339 306 102 45 15 64 163 263
Suppa 605 389 283 221 107 186 83 50 - 133 179 691
Todokkong 227 174 402 206 70 308 X X 2 140 330 X
Batangmata 51 105 13 74 135 216 114 30 - - 71 67
Jampea 328 145 136 104 103 40 44 19 5 3 103 772
17 SELAYAR
Mattalalang 124 156 88 156 153 93 110 - - - 150 82
Pariangan 148 71 58 83 66 65 36 0 - - 78 41
Amparita 203 221 152 150 243 307 114 8 26 13 141 76
19 SIDRAP BPP. Bila X X X X X X X X X X X X
BPP. Passeno Baranti 316 214 X 266 306 264 195 10 10 33 176 196
No. Nama Lokasi dan StasiunPengamatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

(1) (2) (3) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Lajonga 90 181 146 156 191 332 87 14 34 29 180 208
Lanrang 249 185 135 200 393 312 213 19 21 30 X 137
Pancarijang X X X X X X X X X X X X
Tenru Tedong X X X X X X X X X X X X
Bikeru 23 57 179 51 564 373 123 1 - 0 70 150
BPP. Lappadata X X 352 X 872 553 183 X X X X 165
20 SINJAI
Manipi 122 138 126 122 1013 X 319 1 1 0 45 169
Pasir Putih 257 339 248 190 888 691 477 59 5 45 128 191
BPP. Lili Rilau 76 X 59 173 181 280 73 52 10 14 115 169
BPP. Pattojo 69 90 55 59 136 174 58 12 56 16 115 249
21 SOPPENG
Marioriwawo X X X 88 X X X X 5 2 99 X
Watan Soppeng 111 95 99 175 185 305 86 51 30 52 82 252
BPPK. Galesong 470 552 523 67 5 42 23 - 4 - 35 657
BPPK. Polombangkeng
22 TAKALAR Utara X 699 652 138 35 103 38 - - - 97 X
Lakatong X X X X X X X - X X X ###
PG. Takalar 712 697 554 153 44 137 X 8 10 X 172 525
BPP. Malimbong R R R R R X R R R X X R
BPP. Sangalla R R R R R X X R R X X R
23 TANA TORAJA
Mebali 168 71 269 X X X 82 111 32 74 150 X
Stamet Pongtiku 189 242 321 255 169 312 87 113 23 41 234 349
TORAJA
24
UTARA Leang Tanduk 178 256 337 X 159 X 154 71 43 175 423 348
Anabanua 80 114 47 187 792 560 182 4 49 44 246 5
25 WAJO BBU. Canru X X 54 X X X X 7 X X 24 X
BPP. Doping 43 106 89 223 529 X 154 42 57 151 X 59
No. Nama Lokasi dan StasiunPengamatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

(1) (2) (3) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Menge 111 156 62 165 283 X 112 28 29 5 175 78
Paria 144 46 43 193 345 303 156 13 77 38 145 X
Sakkoli 151 101 100 200 366 373 236 30 55 66 205 21
Siwa 88 74 213 357 760 482 157 156 170 91 348 94
Sumber : BMKG Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-24.
Curah Hujan Rata-Rata
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
o o
05 33' 08.8" 119 57' 41.0"
Bippl Lamalaka LS BT 3 m 82 157 25 51 524 405 282 - 3 8 38 132
1 BANTAENG
05o 29' 41.9" 120o 02' 19.0"
Dampang LS BT 225 m 82 X 49 40 625 312 151 0 - - 90 247
04o 10' 13.9" 119o 38' 19.7"
BPP. Palanro LS BT 2 m 618 556 415 302 75 221 55 17 14 55 104 801
04o 28' 50.6" 119o 36' 29.3"
BPP. Tanete Rilau LS BT 9 m 691 545 375 289 45 75 22 7 9 32 199 911
2 BARRU
Sumpang 04o 24' 33.1" 119o 37' 07.6"
Binangae LS BT 7 m 672 524 278 254 86 125 47 20 7 30 154 1087
Tompo Lemo- 04o 30' 39.8" 119o 46' 23.0"
lemo LS BT 547 m 759 740 534 187 358 196 159 28 - 60 227 660
04o 24' 14.5" 120o 06' 36.5"
BPP. Amali LS BT 125 m 235 X R R 393 359 153 64 27 28 319 149
o o
04 37' 24.0" 120 01' 12.3"
BPP. Bengo LS BT 77 m 180 122 128 154 551 417 152 21 13 19 132 191
04o 23' 04.0" 120o 14' 18.9"
3 BONE
BPP. Lanca LS BT 52 m 286 126 112 190 468 362 193 - 30 21 298 101
04o 57' 20.2" 120o 16' 21.6"
BPP. Tonra LS BT 12 m 119 65 69 272 899 478 190 48 60 14 168 112
04o 29' 47.8" 120o 20' 49.3"
Macope LS BT 9 m 171 97 147 224 440 361 195 18 39 58 361 164
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
04o 43' 21.0" 120o 19' 08.8"
PG. Arosoe LS BT 15 m 152 122 204 344 872 X 225 26 70 63 468 218
04o 51' 32.8" 120o 05' 33.9"
PG. Camming LS BT 132 m 94 94 166 175 1035 710 245 21 14 5 191 117
o o
05 28' 09.1" 120 12' 29.2"
Batukaropa LS BT 81 m 155 134 193 146 562 402 237 44 - 1 86 75
05o 31' 55.5" 120o 21' 54.1"
Bonto Bahari LS BT 2 m 98 31 0 137 289 428 159 6 - - X 3
BPP. Tanah 05o 33' 50.3" 120o 10' 53.4"
4 BULUKUMBA
Kongkong LS BT 1 m 64 34 36 108 414 X 210 - - 14 189 34
05o 21' 32.3" 120o 08' 37.3"
Bulo-bulo LS BT 374 m 185 220 299 100 853 671 297 25 11 X 86 463
05o 20' 36.3" 120o 21' 07.7"
Tanah Jaya LS BT 40 m 91 183 148 119 368 X 158 20 20 - 134 235
03o 18' 42.0" 119o 54' 19.0"
Curio LS BT 780 m 157 165 241 306 324 284 174 45 39 91 150 256
03o 34' 32.0" 119o 46' 27.3"
5 ENREKANG
Enrekang (kota) LS BT 65 m X X X X X X X X X X X X
o o
03 46' 01.0" 119 51' 26.7"
Maiwa LS BT 47 m 85 195 233 550 541 X 217 2 53 89 131 151
05o 15' 10.8" 119o 51' 13.2" 1021
BB. Malino LS BT m 692 828 437 128 131 305 127 9 3 10 382 625
05o 17' 08.4" 119o 34' 03.8"
BBI. Horti LS BT - 658 712 519 176 35 131 15 0 - 15 X 649
6 GOWA
05o 26' 02.7" 119o 50' 54.3"
BPP. Malakaji LS BT 750 m 291 409 256 143 145 193 285 0 0 0 223 204
05o 13' 04.7" 119o 28' 11.9"
Stasiun Geofisika LS BT 28 m 639 706 623 191 29 75 60 5 0 31 101 787
7 JENEPONTO Bonto Matene 05o
37' 42.8" 119o
46' 04.5" 94 m X 176 67 X X 139 78 X - X 61 94
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
LS BT
05o 34' 46.2" 119o 33' 50.1"
BPP. Benteng LS BT 3 m 349 456 335 49 30 107 40 - - 1 67 408
02o 48' 16.0" 120o 12' 01.3"
Batusitanduk LS BT 7 m 323 317 355 396 432 335 380 234 100 158 333 387
03o 05' 30.8" 120o 13' 58.5"
Bua LS BT 33 m 278 159 226 148 256 356 179 55 32 93 178 166
o o
03 32' 02.3" 120 22' 03.2"
8 LUWU
Larompong LS BT 12 m 157 107 208 321 374 426 146 101 127 123 118 121
03o 21' 56.5" 120o 18' 52.2"
Padang Sappa LS BT 7 m 175 176 378 217 328 201 106 20 85 124 165 155
03o 27' 56.0" 120o 22' 00.9"
Suli LS BT 9 m X 39 X X X X X X 32 86 X X
02o 34' 54.2" 120o 44' 21.8"
Bonepute LS BT - 113 82 113 155 105 202 133 122 35 48 X 69
02o 38' 24.0" 121o 18' 24.0"
BP3K. Malili LS BT 5 m 185 523 460 470 303 212 205 564 X 149 301 639
02o 35' 24.0" 120o 58' 12.0"
BPP. Angkona LS BT 5 m 104 164 207 268 91 96 359 201 82 42 130 118
o o
LUWU 02 21' 00.0" 120 39' 00.0"
9
TIMUR Maleku LS BT - X 200 437 187 344 235 323 X 100 X X X
02o 36' 00.0" 121o 24' 00.0"
PT. Vale LS BT 615 m X 202 321 400 340 X X X X X X X
02o 26' 24.0" 121o 22' 48.0"
Wasuponda LS BT - 177 147 363 313 337 274 242 X 105 X X X
02o 36' 00.0" 120o 48' 36.0"
Wotu LS BT 30 m 255 212 457 X 259 437 511 315 133 229 X 307
LUWU 02o 46' 48.0" 120o 25' 48.0"
10
UTARA Amasangen LS BT - 147 22 169 314 319 615 271 466 120 225 220 210
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
02o 33' 36.0" 120o 32' 24.0"
BPP. Bone-bone LS BT 8 m 91 19 159 110 212 168 169 253 X 64 73 204
02o 25' 48.0" 120o 19' 48.0"
Diperta Masamba LS BT - 224 202 387 247 297 357 127 104 218 124 301 X
o o
02 33' 16.0" 120 19' 27.0"
Stamet Masamba LS BT 50 m 268 205 423 297 276 364 131 97 236 100 252 502
05o 12' 30.7" 119o 23' 36.7"
BPP. Barombong LS BT 3 m 457 367 362 54 30 X 14 - 0 3 34 398
05o 10' 32.7" 119o 28' 45.5"
11 MAKASSAR
Panakukkang LS BT 8 m 774 634 595 X X 104 X X X X 172 817
05o 06' 49.5" 119o 25' 11.4"
Stamar Paotere LS BT 2 m 790 714 590 167 32 121 49 1 1 12 156 858
05o 01' 11.0" 119o 39' 45.7"
Batubassi LS BT 13 m 464 649 595 350 74 120 X - - 104 307 820
04o 51' 39.4" 119o 54' 31.9"
BPP. Mallawa LS BT 400 m 233 140 155 106 393 X 189 30 - X X 170
05o 03' 57.4" 119o 37' 10.6"
12 MAROS
BPP. Tanralili LS BT 18 m 598 612 557 285 105 156 67 20 4 187 213 822
o o
04 59' 51.9" 119 34' 19.9"
Staklim Maros LS BT 13 m 523 667 594 213 109 150 51 1 8 116 184 798
Stamet 05o 04' 15.6" 119o 33' 07.7"
Hasanuddin LS BT 14 m 723 593 599 223 72 124 60 2 - 152 319 802
02o 59' 46.7" 120o 11' 13.6"
13 PALOPO
Wara LS BT 6 m 154 139 257 142 367 239 254 87 27 130 230 238
04o 55' 14.6" 119o 42' 08.7"
Balocci LS BT 113 m 436 840 625 114 48 114 29 9 - 24 393 866
14 PANGKEP 04o 45' 06.0" 119o 32' 43.9"
BPP. Labakkang LS BT 10 m 814 685 603 264 104 164 38 - 0 23 245 918
o o
BPP. Marang 04 40' 19.5" 119 34' 15.2" 9 m 889 718 524 198 115 181 42 36 0 37 240 752
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
LS BT
04o 49' 54.0" 119o 34' 26.6"
Minasa Tene LS BT 12 m 562 554 541 190 83 100 38 3 0 18 258 952
03o 58' 55.3" 119o 39' 03.4"
15 PARE-PARE
Bukit Harapan LS BT 80 m 210 213 170 193 177 X 40 20 5 26 154 455
03o 44' 43.9" 119o 35' 18.1"
BPP. Cempa LS BT 5 m 372 334 209 314 169 229 89 17 5 11 X 193
o o
03 50' 22.1" 119 31' 42.5"
BPP. Langga LS BT 8 m 330 363 154 270 104 141 97 7 9 39 X 313
03o 50' 32.6" 119o 38' 31.5"
BPP. Mananrang LS BT 8 m 373 X 180 X 188 171 108 X 4 49 184 362
03o 38' 29.2" 119o 32' 04.3"
BPP. Pekkabata LS BT 5 m R R R 491 104 253 55 30 5 304 261 165
16 PINRANG
03o 42' 21.8" 119o 39' 58.2"
BPP. Teppo LS BT 8 m 482 365 173 175 392 X 136 73 1 63 36 63
03o 49' 43.5" 119o 44' 25.7"
SMPK. Tiroang LS BT 20 m 366 232 142 X 339 306 102 45 15 64 163 263
03o 57' 26.5" 119o 37' 42.4"
Suppa LS BT 7 m 605 389 283 221 107 186 83 50 - 133 179 691
o o
03 32' 16.3" 119 31' 43.5"
Todokkong LS BT 18 m 227 174 402 206 70 308 X X 2 140 330 X
05o 55' 29.7" 120o 28' 28.8"
Batangmata LS BT 92 m 51 105 13 74 135 216 114 30 - - 71 67
07o 03' 37.1" 120o 37' 59.6"
Jampea LS BT - 328 145 136 104 103 40 44 19 5 3 103 772
17 SELAYAR
06o 09' 05.3" 120o 27' 12.1"
Mattalalang LS BT 4 m 124 156 88 156 153 93 110 - - - 150 82
06o 17' 47.3" 120o 28' 47.9"
Pariangan LS BT 5 m 148 71 58 83 66 65 36 0 - - 78 41
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
04o 00' 02.0" 119o 47' 60.0"
Amparita LS BT 20 m 203 221 152 150 243 307 114 8 26 13 141 76
03o 48' 27.2" 120o 01' 50.1"
BPP. Bila LS BT 46 m X X X X X X X X X X X X
o o
BPP. Passeno 03 50' 08.2" 119 46' 24.6"
Baranti LS BT 24 m 316 214 X 266 306 264 195 10 10 33 176 196
04o 03' 56.9" 119o 52' 29.9"
19 SIDRAP
Lajonga LS BT 25 m 90 181 146 156 191 332 87 14 34 29 180 208
03o 50' 53.0" 119o 49' 35.0"
Lanrang LS BT 26 m 249 185 135 200 393 312 213 19 21 30 X 137
03o 50' 18.5" 119o 49' 31.6"
Pancarijang LS BT 26 m X X X X X X X X X X X X
03o 53' 05.2" 119o 59' 45.0"
Tenru Tedong LS BT 27 m X X X X X X X X X X X X
05o 15' 21.8" 120o 09' 04.1"
Bikeru LS BT 156 m 23 57 179 51 564 373 123 1 - 0 70 150
05o 09' 32.6" 120o 10' 40.5"
BPP. Lappadata LS BT 120 m X X 352 X 872 553 183 X X X X 165
20 SINJAI o o
05 12' 21.6" 120 00' 49.0"
Manipi LS BT 701 m 122 138 126 122 1013 X 319 1 1 0 45 169
05o 19' 27.1" 120o 03' 57.0"
Pasir Putih LS BT 736 m 257 339 248 190 888 691 477 59 5 45 128 191
04o 20' 21.4" 119o 57' 47.4"
BPP. Lili Rilau LS BT 43 m 76 X 59 173 181 280 73 52 10 14 115 169
04o 23' 49.8" 119o 56' 41.3"
21 SOPPENG BPP. Pattojo LS BT 95 m 69 90 55 59 136 174 58 12 56 16 115 249
04o 27' 12.0" 119o 57' 05.7"
Marioriwawo LS BT 35 m X X X 88 X X X X 5 2 99 X
o o
Watan Soppeng 04 21' 41.7" 119 53' 00.1" 125 m 111 95 99 175 185 305 86 51 30 52 82 252
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
LS BT
05o 18' 55.8" 119o 23' 11.0"
BPPK. Galesong LS BT 15 m 470 552 523 67 5 42 23 - 4 - 35 657
BPPK.
Polombangkeng 05o 23' 32.1" 119o 27' 14.5"
22 TAKALAR Utara LS BT 8 m X 699 652 138 35 103 38 - - - 97 X
05o 32' 28.6" 119o 27' 02.6"
Lakatong LS BT 5 m X X X X X X X - X X X 1218
o o
05 21' 27.7" 119 30' 03.9"
PG. Takalar LS BT 15 m 712 697 554 153 44 137 X 8 10 X 172 525
03o 04' 45.5" 119o 47' 01.5"
BPP. Malimbong LS BT 713 m R R R R R X R R R X X R
03o 04' 24.0" 119o 55' 13.6"
TANA BPP. Sangalla LS BT 718 m R R R R R X X R R X X R
23
TORAJA 03o 11' 49.6" 119o 53' 12.5"
Mebali LS BT 881 m 168 71 269 X X X 82 111 32 74 150 X
03o 02' 42.4" 119o 49' 07.6"
Stamet Pongtiku LS BT 829 m 189 242 321 255 169 312 87 113 23 41 234 349
TORAJA 02o 57' 31.5" 119o 53' 42.6"
24
UTARA Leang Tanduk LS BT 745 m 178 256 337 X 159 X 154 71 43 175 423 348
o o
03 56' 36.3" 120 03' 52.7"
Anabanua LS BT 15 m 80 114 47 187 792 560 182 4 49 44 246 5
04o 14' 03.1" 120o 00' 45.2"
BBU. Canru LS BT 21 m X X 54 X X X X 7 X X 24 X
25 WAJO
04o 02' 19.0" 120o 19' 26.8"
BPP. Doping LS BT 4 m 43 106 89 223 529 X 154 42 57 151 X 59
03o 58' 54.4" 119o 55' 08.1"
Menge LS BT 38 m 111 156 62 165 283 X 112 28 29 5 175 78
No. Kabupaten Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
04o 01' 49.4" 120o 07' 34.1"
Paria LS BT 99 m 144 46 43 193 345 303 156 13 77 38 145 X
03o 57' 27.5" 120o 13' 18.7"
Sakkoli LS BT 30 m 151 101 100 200 366 373 236 30 55 66 205 21
o o
03 44' 59.1" 120 21' 50.2"
Siwa LS BT 25 m 88 74 213 357 760 482 157 156 170 91 348 94
Ket : (0) tidak Hujan (R) Alat Ukur
(o) Hujan Tidak terukur (x) tidak ada data
Sumber : BMKG Sulawesi Selata
Lampiran Tabel-25.
Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Kabupaten/ Mata Ledeng/
No. Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya
Kota Air PAM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Selayar N/A 12.705 15.808 676 997 7.444 0

2 Bulukumba N/A 31.337 67.065 0 0 20.448 0

3 Bantaeng N/A 32.414 15.163 0 0 4.198 0

4 Jeneponto N/A 35.767 44.654 102 229 12.275 0

5 Takalar N/A 29.952 48.476 238 939 9.528 0

6 Gowa N/A 46.269 111.338 0 0 53.936 0

7 Sinjai N/A 22.131 26.769 211 1.093 7.385 0

8 Maros N/A 42.082 110.549 1.229 8.239 27.399 276

9 Pangkep N/A 28.432 42.104 126 5.110 27.912 0

10 Barru N/A 28338 39.979 297 378 8.700 0

11 Bone N/A 16.690 27.945 1.996 5.089 16.047 0

12 Soppeng N/A 16.020 38.012 2.489 0 6.363 0

13 Wajo N/A 29.444 72.272 6.522 1.245 16.370 0

14 Sidrap N/A 12.284 50.031 2.679 23 0 30.449

15 Pinrang N/A 14.700 62.387 294 199 22.961 0

16 Enrekang N/A 12.971 20.466 2.288 66 2.814 0

17 Luwu N/A 12.074 50.995 2.661 602 15.643 0

18 Tana Toraja N/A 11.129 27.854 1.696 126 2.930 0

19 Luwu Utara N/A 11.456 52.338 1.896 0 11.606 0

20 Luwu Timur N/A 12.227 32.335 639 962 19.725 852

21 Toraja Utara N/A 13.222 33.682 148 0 2.845 0

22 Makassar N/A 202.437 47.580 405 101 208.013 0

23 Parepare N/A 20.363 8.697 0 0 17.626 0

24 Palopo N/A 24.798 7.393 0 0 15.606 0


Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-26.
Kualitas Air Hujan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Waktu
pH DHL SO4 NO3 Cr NH4 Na Ca2+ Mg2+
Pemantauan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jan 5,74 5,4 0,462 0,595 N/A 0,203 0,265 0,481 0,056
Feb 5,21 5,9 0,617 0,717 N/A 0,123 0,388 0,198 0,063
Mar 6,14 5,1 0,441 0,213 N/A 0,197 0,345 0,552 0,053
Apr 5,53 8,6 0,808 0,595 N/A 0,556 0,267 0,86 0,077
Mei 5,87 9,8 0,399 0,415 N/A 0,868 0,134 1,191 0,063
Jun 6,04 5,7 0,172 0,084 N/A 0,36 0,202 0,623 0,045
Jul 5,8 7,1 0,429 0,274 N/A 0,158 0,318 0,699 0,033
Ags N/A
X X X X X X X X
Sep N/A
X X X X X X X X
Okt 5,23 23,6 1,726 1,579 N/A 0,512 1,116 1,958 0,25
Nop 5,09 10,1 0,725 0,776 N/A 0,136 0,262 0,687 0,058
Des 5,49 5,1 0,313 0,089 N/A 0,011 0,202 0,5 0,043
Ket : Satuan : Derajat Keasaman = pH, Daya Hantar (DH) = mho/cm
tidak dilakukan analisis KAH dikarenakan sample air hujan
Kalsium (Ca), Magnesiun (Mg), Natrium (Na), Amonium (NH4),
X : tidak dilakukan analisis KAH dikarenakan sample air hujan
N/A: Not Availeble / Tidak ada data
Sumber : Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-27.
Kondisi Sungai
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Lebar Lebar Debit
Kedalaman
No. Nama Sungai Kabupaten Panjang Permukaan Dasar Maks Debit Min
(km) (m) (m) (m) (M3/dtk) (M3/dtk)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Kariango Pinrang, Enrekang, Sidrap 64,00 40,00 32,00 3,20 195 0,005
2 Karajae Pare-pare, Sidrap 34,50 20,00 14,00 1,00 - -
3 Kalibone Maros, Pangkep 41,30 50,00 44,00 3,21 27,70 0,010
4 Pangkajene Pangkep, Barru, Bone 52,00 50,00 42,00 4,00 222,00 -
5 Segeri Pangkep, Barru 29,00 30,00 22,00 2,30 245,22 0,230
6 Maros Maros, Gowa 65,00 75,00 67,00 2,17 104,00 1,700
7 Rongkong Luwu, Luwu Utara 108,00 125,00 117,00 3,20 1450,00 35,100
8 Lamasi Luwu, Luwu Utara 42,00 35,00 2,70 - -
9 Pareman Luwu, Tator 73,00 25,00 19,00 2,50 463,00 4,500
10 Siwa Wajo, Sidrap 55,00 20,00 16,00 3,10 350,00 6,120
11 Awo Wajo, Sidrap 70,00 40,00 19,00 3,68 1.000,00 2,120
12 Tarumpakkae Wajo 64,00 40,00 - 2,50 - -
13 Walanae-Cenranae Wajo, Bone 64,00 40,00 92,00 8,00 1.170,00 13,030
14 Bila Wajo, Sidrap 64,00 50,00 - 6,50 273,00 14,900
15 Tangka Gowa, Sinjai 64,00 70,00 - 14,00
16 Bua (Sungai Lolisang) Luwu 79,70 25,00 - 5,00 - -
Lebar Lebar Debit
Kedalaman
No. Nama Sungai Kabupaten Panjang Permukaan Dasar Maks Debit Min
(km) (m) (m) (m) (M3/dtk) (M3/dtk)
17 Balantiyeng Bulukumba 53,00 40,00 20,00 3,56
18 Bialo Bantaeng, Bulukumba 64,00 40,00 24,00 3,10 - -
19 Tino Bantaeng, Jeneponto 64,00 40,00 3,56
Jeneponto(Sungai
20 Jeneponto, Gowa 64,00 40,00 49,00 4,25 104,68 0,930
Kelara)
21 Binanga Allu Jeneponto, Gowa 64,00 40,00 24,00 3,20
Pappa(Sungai
22 Takalar 64,00 40,00 45,00 3,25 34,00 0,040
Pamukkulu)
23 Jeneberang Gowa, Makassar 64,00 40,00 92,00 3,76
24 Tallo Gowa, Makassar, Maros 64,00 40,00 42,00 4,00
25 Gilireng Sidrap, wajo 64,00 40,00 26,00 3,00 967,00 0,100
27 Saddang Tator, Enrekang, Pinrang 64,00 40,00 105,00 4,25 2.332,00 0,022
Sumber : Badan Pengelolaan DAS
Lampiran Tabel-28.
Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3)

(1) (2) (3) (4)


1. Danau Taparang Masapi 244,3 -
2 Danau Sukoyo 10 -
3. Danau Lapompaka/Buaya 1.886 1.350,0
4 Danau Lawuloi/Wawontoa 227,90 4,00
5. Danau Lapapolo 77 tad
6 Danau Mahalona 2.300 667,00
7 Danau Taparang Palisu 700 7,70
8 Danau Taparang Alicopenge 116 -
9 Danau Taparang Lasepang 145 -
10 Danau Taparang Laramperu 54 -
11 Danau Wawontoa 233 -
12 Danau Mangappa 25 -
13 Danau Kalappa 31 -
14 Danau Limbo Pendonge 8 -
15 Danau Limbo Panawumpada 15 -
16 Danau Limbo Kasimbo 9 -
17 Danau Matano 16.302 -
18 Danau Penrangriawa 25 345
19 Danau Sidenreng 4.803 145,60
20 Danau Sido 20 200,0
21 Danau Tana Malea 60 1.155,0
22 Danau Tempe 14.159 -
23 Danau Towuti 15.443,10 -
24 Danau Wiring Tasi 25 250
Waduk
1 Waduk Kalola 1.300 1.000
2 Waduk Bili-Bili 1.600 687.000.000
3 Waduk Bakaru 199,85 6.000.000
4 Waduk B.Larona 1.000 1.000
5 Waduk B.Salomekko 1.900 1.000

6 Waduk Pantai(Long storeage)jeneberang 76 300,0

7 Waduk Lurah 13 -
8 Waduk Tunggu Pampang 46 104.081
Embung
No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3)

1 Embung Bontomanai tad 0,008175


2 Embung Matajang tad 0,011685
3 Embung Garing tad 0,0018
4 Embung Lassang tad 0,002675
5 Embung Pattiro tad 0,37165
6 Embung Maero tad 0,21271
7 Embung Tabuakang tad 0,036858
8 Embung Pabentengang tad 0,01056
9 Embung Bontotangnga tad 0,011475
10 Embung Malelaya tad 0,043853
11 Embung GunungSilanu tad 0,02494
12 Embung Bulujaya tad 0,28
13 Embung Biring Ereng tad 0,223
14 Embung Gunturu tad 0,118
15 Embung Bira Bira tad 0,01248
16 Embung Ereng Ereng tad 0,31978
17 Embung Lopi tad 0,002817
18 Embung Lossong Dua tad 0,009298
19 Embung Malelang tad 0,0037
20 Embung IPA Karajae tad 0,002728
21 Embung Linre tad 0,0037
22 Embung Tellongeng tad 0,0037
23 Embung Alabong tad 0,0039
24 Embung Kapita tad 0,0034
25 Embung Allopereng Bandengeng tad 0,0041
26 Embung Bankulu tad 0,004095
27 Embung Bontojaya tad 0,0036
28 Embung Datae tad 0,058106
29 Embung Garassikang tad 0,05
30 Embung Buludoang tad 0,013
31 Embung Cikoang tad 0,016
32 Embung Laikang 1 tad 0,0033
33 Embung Laikang 2 tad 0,00205
34 Embung Laikang 3 tad 0,0072
35 Embung Bontokadatto 1 tad 0,0019
36 Embung Bontokadatto 2 tad 0,0018
37 Embung Tocule tad 0,0042
38 Embung Palaguna tad 1,3
39 Embung Salojampu tad 0,00354
40 Embung Bontobaji tad 0,0023
No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3)

41 Embung Cakke tad 0,02572


42 Embung Bapangi tad 0,012
43 Embung Sepee tad 0,0085
Ket : Olahan Data 2018
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang dan Balai Pengelolaan DAS
dan HL Jeneberang Saddang
Lampiran Tabel-29
Kualitas Air Sungai
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Titik Koordinat

Waktu sampling (tgl/bln/ thn)

Fecal coliform (jmlh/100 ml)

Total colifor m (jmlh/100ml)


Minyak dan Lemak (µg/L)
Klorin bebas (mg/ L)

Deterge n (µg/L)
Temperatur (ºC)

Sianid a (mg/L)
DHL (µS/ cm)

Fenol (µg/ L)
COD (mg/L)
BOD (mg/L)

NO2 (mg/L)

NO3 (mg/L)

NH3 (mg/L)
TDS (mg/L)

H2S (mg/L)
TSS (mg/L)

T-P (mg/L)
DO (mg/L)
Nama

pH
No Titik Pantau
Sungai Lintang Bujur

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
1. Sungai Hulu 05 ̊33' 119 ̊ 41' 13-
26 7,2 205 292 30 6,2 3 31,2 0,01 2 31,2 - - - - - 230 390 - -
Tino 02,46" 52,6" Des-18
Tengah 05 ̊33' 119 ̊ 54' 13- 2,
26 6,43 11,9 750 6,5 6,5 9,2 0,012 1,3 0,13 - - - - - 230 930 - -
02,46" 24,43" Des-18 6
Hilir 13-
Des-18
05 ̊33' 119 ̊ 52' 2,
26 6,11 26 1300 14 6,7 61 0,009 1,6 0,14 - - - - - 350 420 - -
02,46" 46,48" 4

2.
2. Sungai Hulu 03 ̊58' 119 ̊ 12' 31- 2,
Tarumpak /Mamminasae Des-18 26 7,08 323 242 58 6 18,2 0,001 0,3 0,12 - - - - - 200 270 - -
4,393" 5,718" 9
kae/Kab.
Wajo Tengah/Akkoten 31-
03 58' 120 ̊ 17' 2,
geng Des-18 26 7,5 3,78 2814 77 6,3 11,3 0,01 1,4 0,03 - - - - - 439 750 - -
26,89" 39,207" 4
Hilir/Akkajeng 31-
03 58' 120 ̊ 20' Des-18 2323 2,
26 6,82 41 311 6,5 19,7 0,003 0,1 0,04 - - - - - 350 420 - -
4,393" 56,90" 2 7
Titik Koordinat

Waktu sampling (tgl/bln/ thn)

Fecal coliform (jmlh/100 ml)

Total colifor m (jmlh/100ml)


Minyak dan Lemak (µg/L)
Klorin bebas (mg/ L)

Deterge n (µg/L)
Temperatur (ºC)

Sianid a (mg/L)
DHL (µS/ cm)

Fenol (µg/ L)
COD (mg/L)
BOD (mg/L)

NO2 (mg/L)

NO3 (mg/L)

NH3 (mg/L)
TDS (mg/L)

H2S (mg/L)
TSS (mg/L)

T-P (mg/L)
DO (mg/L)
Nama

pH
No Titik Pantau
Sungai Lintang Bujur

2.
3. Sungai Hulu/Desa 31-
Tangka/Ka Duampanua 05 ̊10' 119 ̊ 56' Des-18 2,
b. Sinjai Kec.Bulupoddo 26 7,96 68 64 82 6,6 18,3 0,006 1,1 0,04 - - - - - 390 640 - -
41,463" 57,286" 6

Tengah/Desa 31-
05 ̊04' 120 ̊ 4' 2,
Bongki Des-18 26 7,84 244 172 48 6,5 24,9 0,005 2,1 0,06 - - - - - 350 420 - -
48,028" 49,659" 3
Kec.Sinjai Timur
Hilir/Desa Lappa 31-
Kec.Sinjai Utara 05 ̊06' 120 ̊ 16' Des-18 2,
26 6,78 803 796 282 6,2 30,2 0,009 0,4 0,06 - - - - - 230 750 - -
7,1264" 3,995" 1
2.
4. Sungai Hulu/Desa Awo 31-
2,
Awo/Kab. Kec. Patimpanua 03 ̊42' 03,7" 120 ̊ 22' 46" Des-18 26 7,7 72 70 66 6,8 3,1 0,013 0,6 0,07 - - - - - 1200 1600 - -
9
Wajo
Tengah/Desa 31-
120 ̊ 16' 2,
Awota Kec. 05 ̊45' 36,2" Des-18 26 7,64 71 86 124 6,5 19,5 0,011 0,1 0,06 - - - - - 750 1500 - -
33,9" 8
Keera
Hilir/Desa 31-
Awota Kec. 120 ̊ 23' Des- 7,5 14 2, 0,01 150 210
Keera 05 ̊43' 18" 18 26 73 98 6,5 43 0,2 0,06 - - - - - - -
50,4" 2 2 6 4 0 0
2.
5. Sungai Hulu/Kel. 31-
120 ̊ 22' 7,3 34 2, 15, 0,00 150
Walanae/ Paduppa Kec. 04 ̊08' 07" Des- 26 219 106 6,7 0,8 0,07 - - - - - 930 - -
46" 9 5 5 8 8 0
Kab. Tempe 18
Titik Koordinat

Waktu sampling (tgl/bln/ thn)

Fecal coliform (jmlh/100 ml)

Total colifor m (jmlh/100ml)


Minyak dan Lemak (µg/L)
Klorin bebas (mg/ L)

Deterge n (µg/L)
Temperatur (ºC)

Sianid a (mg/L)
DHL (µS/ cm)

Fenol (µg/ L)
COD (mg/L)
BOD (mg/L)

NO2 (mg/L)

NO3 (mg/L)

NH3 (mg/L)
TDS (mg/L)

H2S (mg/L)
TSS (mg/L)

T-P (mg/L)
DO (mg/L)
Nama

pH
No Titik Pantau
Sungai Lintang Bujur

Wajo Tengah/Desa 31-


Tempangen 04 ̊09' 120 ̊ 02' Des- 7,4 22 2, 24, 0,01 120 160
26 207 200 6,2 0,3 0,06 - - - - - - -
Kec.Pammana 23,9" 12,3" 18 5 8 9 2 4 0 0

Hilir/Desa 31-
Pallawarukka 04 ̊13' 120 ̊ 08' Des- 7,3 40 31, 0,02 260 290
26 207 358 5,9 3 0,4 0,07 - - - - - - -
Kec.Pammana 23,2" 01,3" 18 2 4 7 9 0 0
2.
Keterangan : (-) Data Tidak Ada
Sumber : Uji Lab. DPLH Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-29.1
Kualitas Air Sungai Bialo
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Nama Titik Hulu Titik Koordinat Waktu Sampling Debit Suhu (⁰C) TSS TDS DHL pH DO BOD
Sampling / Hilir (GPS)* Cuaca Musim Air
(dari hulu Jam Tgl Bln Thn Air Udara
m3/dt mg/L mg/L µS/cm mg/L mg/L
ke hilir) South East
Pemantauan V ( Oktober 2018 )
SB 1 Hulu 5°23'51.49"S 120° 1'48.43"E 10,00 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 1,00 26,0 30,0 20 24 215 8,21 6,9 2,8
SB 2 Hulu 5°26'40.04"S 120° 3'49.03"E 14,00 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 1,00 25,0 32,0 95 10 371 7,18 6,5 2,6
SB 3 Hulu 5°28'51.92"S 120° 6'27.07"E 10,00 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 2,00 28,0 32,0 74 64 132 8,75 6,3 3,0
SB 4 Hilir 5°29'36.85"S 120° 7'28.80"E 11,30 19 Oktober 2018 Berawan Hujan - 28,0 28,0 16 66 266 7,96 6,7 2,9
SB 5 Hilir 5°32'2.91"S 120° 9'1.60"E 13,42 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 1,00 32,5 33,0 14 27 172 8,29 5,6 2,8
SB 6 Hilir 5°33'33.05"S 120°11'2.01"E 15,00 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 1,00 34,0 32,0 5 28172 50,8 7,21 4,1 3,0

Phosp Amoni Deter Senya Manga


Fecal
BOD COD Klorida hat Nitrat Nitrit a Sulfat Sulfida Minyak gen wa Seng Besi n Kadmium Tembaga Total Coli
Coli
( PO₄ ) ( NO₃) ( NO₂ ) ( NH₃ ) ( SO₄ ) ( H₂S ) dan Lemak( MBAS ) Fenol ( Zn ) ( Fe ) ( Mn ) ( Cd ) ( Cu )
Jml/100 Jml/100
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (µg/L) (µg/L) (µg/L) mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
mL mL

2,8 21,5 1,5 <0.06 <0.02 <0.001 0,05 4,0 <0.012 <2000 <8 <2 0,03 <0.03 0,02 <0.012 0,05 150 210
2,6 21,9 1,6 <0.06 <0.02 <0.001 0,05 5,1 <0.012 <2000 <8 <2 1,43 <0,03 0,02 0,02 0,05 90 150
3,0 17,2 1,7 <0.06 <0.02 <0.001 0,05 4,2 <0.012 <2000 <8 2 0,02 <0.03 <0.02 0,02 0,06 150 210
2,9 5,8 2,0 <0.06 <0.02 <0.001 0,05 4,7 <0.012 <2000 <8 3 0,02 <0.03 0,02 0,03 0,08 90 210
2,8 5,8 1,8 <0.06 <0.02 0,005 0,05 10,1 <0.012 <2000 <8 5 <0.02 <0.03 0,02 0,03 0,09 430 930
3,0 19,4 16377,0 <0.06 <0.02 0,007 0,05 317,1 <0.012 <2000 <8 12 <0.02 <0.03 0,22 0,04 0,1 750 1200

Keterangan SB
: 1 : Sungai Bialo , Jembatan Pelangi, Desa Pattaneteang , Kec. Tompobulu, Kab. Bantaeng
SB 2 : Sungai Bialo , Desa Benteng Malewang , Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba
SB 3 : Sungai Bialo , Desa Bontoraja , Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba
SB 4 : Sungai Bialo , Desa Dampang , Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba
SB 5 : Sungai Bialo , Desa Bialo , Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba
SB 6 : Sungai Bialo , Jembatan Sungai Teko, Desa Tanah Kongkong , Kec. Ujungbulu, Kab. Bulukumba
Lampiran Tabel-29.2
Kualitas Air Sungai Jeneberang
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Nama Titik Hulu Titik Koordinat Waktu Sampling Debit Suhu (⁰C)
TSS TDS DHL pH DO BOD
Sampling / Hilir (GPS)* Jam Cuaca Musim Air
Tgl Bln Thn Air Udara
( WITA )
(dari hulu ke hilir) South East m3/dt mg/L mg/L µS/cm mg/L mg/L
Pemantauan V ( Oktober 2018 )
SJ 1 Hulu 05⁰ 17'55,626" 119⁰ 53'20,286" 11,30 15 Oktober 2018 Cerah Hujan 2,50 24,0 29,0 12 62 110,0 7,86 6,3 2,5
SLB anak sungai 05⁰ 16'31,93" 119⁰ 45'35,90" 13,40 15 Oktober 2018 Cerah Hujan - 30,0 33,0 <3 276 535,0 7,51 5,8 3,2
SJ 2 Hulu 05⁰ 16'28,15" 119⁰ 44'38,65" 13,55 15 Oktober 2018 Cerah Hujan 15,00 30,0 32,0 15 86 143,0 7,63 6,5 3
SJ 3 Hulu 05⁰ 15'31,08" 119⁰ 34'58,22" 14,55 15 Oktober 2018 Cerah Hujan - 30,0 31,0 11 46 89,0 8,02 6,7 2,7
SJ 4 Hilir 05⁰ 17'30,33" 119⁰ 34'25,04" 15,30 15 Oktober 2018 Cerah Hujan 6,00 30,0 31,0 10 10 34,0 7,90 6,8 2,9
SJ 5 Hilir 05⁰ 14'39,9" 119⁰ 29'59,0" 9,30 16 Oktober 2018 Cerah Hujan 30,00 28,0 30,0 10 22 88,0 7,60 6,3 2,6
SJ 6 Hilir 05⁰ 13'05,2" 119⁰ 27'24,3" 10,30 16 Oktober 2018 Cerah Hujan - 29,0 32,0 6 8580 7,45 7,28 4,6 3,8
Phosphat Nitrat Nitrit Amonia Sulfat Sulfida Minyak DetergenSenyawa Seng Besi ManganKadmiumTembaga Fecal Total
BOD COD Klorida
( PO₄ ) ( NO₃) ( NO₂ ) ( NH₃ ) ( SO₄ ) ( H₂S ) dan Lemak ( MBAS ) Fenol ( Zn ) ( Fe ) ( Mn ) ( Cd ) ( Cu ) Coli Coli
Jml/100 Jml/100
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (µg/L) (µg/L) (µg/L) mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mL mL

2,5 9,3 1 0,120 0,3 <0.001 0,04 32,4 <0.012 <2000 <8 <2 <0.02 0,07 <0.02 <0.012 0,05 150 250
3,2 53,5 1,1 0,160 2 <0.001 0,05 1,9 <0.012 <2000 <8 3 <0.02 0,04 <0.02 0,03 0,13 70 110
3 7,1 0,9 0,120 1,7 0,012 0,04 21,9 <0.012 <2000 <8 5 <0.02 0,05 <0.02 <0.012 0,06 430 930
2,7 7,2 1,1 0,140 1,80 <0.001 0,04 5,1 <0.012 <2000 <8 10 <0.02 0,05 0,03 <0.012 0,08 90 150
2,9 37 1,2 0,130 1,9 0,034 0,04 4,5 <0.012 <2000 <8 9 <0.02 0,02 <0.02 0,02 0,09 430 750
2,6 41,2 1,0 0,120 2,0 0,011 0,04 6,7 <0.012 <2000 <8 15 <0.02 0,05 <0.02 0,02 0,1 90 150
3,8 83 7543,0 0,120 1,7 <0.001 0,06 106,2 <0.012 <2000 <8 7 <0.02 0,07 <0.02 0,02 0,110 70 110

Keterangan : SJ I : Jembatan Merah, Desa Bulutana, Kec. Tinggi Moncong, Kab. Gowa
SLB : Muara Sungai Lonjoboko sekitar ±2 km sebelum masuk ke SJ 2 ( Titik 2 ) Sungai Jeneberang.
Dusun Bontoloe, Desa Parangloe,Kab. Gowa
SJ 2 : Desa Lonjoboko, Kec. Galesong Mala'lang, Kab. Gowa
SJ 3 : Dam Bili-Bili, Dusun Sarite'ne, Kel. Bontoparang, Kec. Parangloe, Kab. Gowa
SJ 4 : Desa Tana Karaeng, Kec manuju, Kab. Gowa
SJ 5 : Desa Bontomanai, Kec. Bontomarannu, Kab.Gowa
Sj 6 : Bendungan Karet, Benteng Somba Opu, Kota Makassar
Lampiran Tabel-29.3
Kualitas Air Sungai Saddang
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Nama Titik Hulu Titik Koordinat Waktu Sampling Debit Suhu (⁰C)
TSS TDS DHL pH DO BOD COD
Sampling / Hilir (GPS)* Jam Air
Cuaca Musim
(dari hulu ke Tgl Bln Thn Air Udara
South East ( WITA ) mg/L mg/L mg/L
hilir)
m3/dt mg/L mg/L µS/cm
Pemantauan V ( Oktober 2018)
SS 1 Hulu 02⁰ 53'09,3" 119⁰ 56'47,2" 13,30 21 Oktober 2018 Cerah Hujan - 27,0 24,0 4 160 332,0 8,78 6,50 2,4 17,5
SS 2 Hulu 03⁰ 04'52,1" 119⁰ 51'44,6" 15,30 21 Oktober 2018 Cerah Hujan - 28,0 30,0 6 148 367,0 8,13 6,80 2,5 6,9
SMA anak sungai 03⁰ 34'23,6" 119⁰ 46'26,7" 15,15 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 28 29,0 33,0 40 120 282,0 7,93 6,50 3,0 6,8
SS 3 Hulu 03⁰ 34'54,9" 119⁰ 46'18,2" 9,15 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 15 29,0 33,0 77 78 167,0 7,97 6,30 2,4 11,0
SS 4 Hilir 03⁰ 39'12,5" 119⁰ 45'57,2" 15,45 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 22 28,0 29,0 56 80 170,0 7,71 6,40 2,8 7,7
SS 5 Hilir 03⁰ 43'14,1" 119⁰ 37'39,1" 10,15 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 24 27,0 28,0 41 6320 268,0 7,61 6,70 2,7 21,5
SS 6 Hilir 03⁰ 40'05,2" 119⁰ 28'41,0" 12,15 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 0,5 30,0 31,0 23 6320 20,3 7,05 4,80 3,8 73,8
Phosphat Nitrat Nitrit Amonia Sulfat Sulfida Minyak Detergen Senyawa Seng Besi Mangan KadmiumTembaga Fecal Total
COD Klorida
( PO₄ ) ( NO₃) ( NO₂ ) ( NH₃ ) ( SO₄ ) ( H₂S ) dan Lemak ( MBAS ) Fenol ( Zn ) ( Fe ) ( Mn ) ( Cd ) ( Cu ) Coli Coli

Jml/1 Jml/100
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (µg/L) (µg/L) (µg/L) mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
00 mL mL

17,5 2,2 <0.06 <0.02 0,001 0,05 15,10 <0.012 <2000 <8 3 <0.02 <0.03 0,05 0,04 0,13 150 210
6,9 2,0 <0.06 <0.02 0,026 0,04 11,70 <0.012 <2000 <8 5 <0.02 <0.03 0,03 0,04 0,13 1200 1600
6,8 1,7 0,16 2 0,002 0,04 16,10 <0.012 <2000 <8 7 <0.02 <0.03 0,02 0,03 0,02 430 930
11,0 1,4 0,18 1,8 0,008 0,05 5,30 <0.012 <2000 <8 6 <0.02 <0.03 0,02 0,03 0,06 270 350
7,7 1,1 0,14 2,0 0,015 0,05 8,70 <0.012 <2000 <8 7 <0.02 1,39 0,04 0,04 0,04 430 930
21,5 1,5 0,12 <0.02 0,020 0,04 7,10 <0.012 <2000 <8 8 <0.02 <0.03 0,02 0,04 0,09 430 930
73,8 6600,0 0,17 <0.02 0,002 0,04 256,00 <0.012 <2000 <8 6 <0.02 <0.03 0,03 0,05 0,1 200 280
Keterangan : SS 1 : Jembatan Palato, Desa Sangkaropi, Kec. Sa'dan Rantepao, Kab. Toraja Utara.
SS 2 : Jembatan Lapandan, Desa Tarongko, Kec. Makale, Kab. Tana Toraja
SMA : Muara Sungai Mata Allo ±2 km sebelum masuk ke SS 3 (Titik 3) sungai Sa'dan, Desa Keppe -
Kec. Cendana, Kab. Enrekang.
SS 3 : Sesudah Pertemuan Sungai Mata Allo dengan Sungai Sa'dan ( Belakang SPBU ), Desa Leoreng, Kec. Cendana, Kab. Enrekang.
SS 4 : Desa Pundilemo Kecamatan Cendana-Kabupaten Enrekang.
SS 5 : Jembatan Lasape, Lemo, Desa Pakkabata, Kec. Duampanua, Kab. Pinrang.
SS 6 : Muara sungai Sa'dan, Desa Paria, Kec. Duampanua, Kab. Pinrang.
Lampiran Tabel-29.2
Kualitas Air Sungai Walanae-Cenranae
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Nama Titik Hulu Titik Koordinat Waktu Sampling Debit Suhu (⁰C)
TSS TDS DHL pH DO BOD COD Klo
Sampling / Hilir (GPS)* Air
Cuaca Musim
(dari hulu ke Jam Tgl Bln Thn Air Udara
hilir) South East m3/dt mg/L mg/L µS/cm mg/L mg/L mg/L m
Pemantauan V (Oktober 2018 )
WC 1 Hulu 04⁰ 40'30,1" 110⁰ 00'08,5" 10,30 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 45,00 21,0 19,0 44 400 345 7,85 6,2 2,8 6,8
WC 2 Hulu 04⁰ 19'58,0" 119⁰ 58'58,4" 13,15 18 Oktober 2018 Cerah Hujan 65,00 21,0 20,0 58 252 345 7,89 6,1 2,7 11,0
WC 3 Hulu 04⁰ 12'59,2" 120⁰ 00'17,2" 9,00 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 72,00 24,0 28,0 232 178 345 8 6,0 3,0 21,4
WC 4 Hilir 04⁰ 09'24,7" 120⁰ 02'11,1" 10,15 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 275,00 22,0 27,0 240 170 345 7,91 5,9 3,0 20,1
WC 5 Hilir 04⁰ 08'07,2" 120⁰ 01'42,8" 12,00 19 Oktober 2018 Cerah Hujan 366,00 21,0 26,0 230 228 345 7,69 5,6 3,0 23,5
WC 6 Hilir 04⁰ 17' 24,8" 120⁰ 14'46,3" 10,10 20 Oktober 2018 Cerah Hujan 53,00 19,0 23,0 46 110 345 7,68 5,1 3,1 48,7
WC 7 Hilir 04⁰ 14'30,1" 120⁰ 00'12,2" 11,45 20 Oktober 2018 Cerah Hujan 450,00 21,0 24,0 240 250 345 7,78 6,5 3,0 11,5
Phosphat Nitrat Nitrit Amonia Sulfat Sulfida Minyak Detergen Senyawa Seng Besi Mangan Kadmium Tembaga
COD Klorida Fecal Coli Total Coli
( PO₄ ) ( NO₃) ( NO₂ ) ( NH₃ ) ( SO₄ ) ( H₂S ) dan Lemak ( MBAS ) Fenol ( Zn ) ( Fe ) ( Mn ) ( Cd ) ( Cu )

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (µg/L) (µg/L) (µg/L) mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Jml/100 mL Jml/100 mL

6,8 1,8 <0.06 0,4 0,063 0,04 9,3 <0.012 <2000 <8 4 0,03 <0.03 0,02 0,04 0,12 430 930
11,0 1,5 <0.06 0,4 0,046 0,05 12,9 <0.012 <2000 <8 6 0,02 <0.03 0,02 0,05 0,14 230 430
21,4 1,8 <0.06 0,5 0,031 0,06 14,8 <0.012 <2000 <8 7 <0.02 <0.03 0,02 0,06 0,15 430 750
20,1 2,0 <0.06 0,10 0,053 0,05 17,4 <0.012 <2000 <8 7 <0.02 <0.03 0,02 0,06 0,16 430 750
23,5 1,9 <0.06 <0.02 0,010 0,06 22,2 <0.012 <2000 <8 9 <0.02 <0.03 0,02 0,06 0,17 430 930
48,7 1,6 <0.06 <0.02 <0.001 0,05 12,5 <0.012 <2000 <8 8 <0,02 <0.03 <0.02 0,06 0,03 7500 1200
11,5 1,9 <0.06 0,30 0,001 0,07 27,0 <0.012 <2000 <8 9 <0.02 <0.03 <0.02 0,07 0,04 430 750

Keterangan :WC 1 : Sungai Walanae, Jembatan Leppangeng, Desa Cenrana, Kec. Lappariaja, Kab. Bone
WC 2 : Sungai Walanae - Cenranae, Jembatan Cabbenge / Macanre,
Desa Ujung, Kec. Lilirilau, Kab. Soppeng
WC 3 : Sungai Walanae - Cenranae, Jembatan Allimbangeng, Kec. Sabbangparu, Kab. Wajo
WC 4 : Sungai Walanae - Cenranae, Jembatan Tampangeng, Kel. Tampae, Kec. Tempe, Kab. Wajo
WC 5 : Sungai Walanae - Cenranae, Jembatan Paduppa, Kel. Paduppa, Kec. Tempe, Kab. Wajo
WC 6 : Sungai Cenranae, Dermaga Uloe (Pertemuan Sungai Unyi - Cenranae )
Desa Uloe, Kec. Dua Boccoe, Kab. Bone
WC 7 : Sungai Cenranae, Muara Ujung Tana - Pallimekel. Cenrana, Kec. Cenrana, Kab. Bone
Lampiran Tabel-30
Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
Fecal
Titik Miny
Waktu Residu Klorin colifo Total
Koordinat Residu TDS TSS DO BOD COD NO2 NO3 NH3 T-P Fenol ak & Deter
sampling Tempera Tersus bebas rm coliform Sianida H2S
No Nama Terlarut pH DHL (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (mg/ (µg/L Lema gen
(tgl/bln/ tur (ºC) pensi (mg/L (jmlh (jmlh/ (mg/L) (mg/L)
Lintan (mg/ L) L) L) L) L) L) L) L) L) L) ) k (µg/L)
thn) Bujur (mg/L) ) / 100 100 ml)
g (µg/L)
ml)

Air danau yang diambil dari


danau Tempe 1 (soppeng)
1 Jl. Annitute Kel. Kaca Kec. 20-Des-18 - - - - - 7,3 401 160 556 - 2,6 9,2 0,06 0,7 - - - - - - - - - -
Marioriwawo Kab.
Soppeng kedalam 110 Cm

Air danau yang diambil dari


air danau tempe 1 (sidrap)
2 Jl. Lajonga Kel. Wette Kec. 20-Des-18 - - - - - 7,4 361 352 4748 - 2,8 25 0,14 0,8 - - - - - - - - - -
Panca Lautan Kab. Sidrap
kedalaman 150 cm

Air danau yang diambil dari


air danau tempe 3 (wajo)
Jl. Ambo Ewang Kel.
3 20-Des-18 - - - - - 7,3 331 488 678 - 2,5 16 0,19 0,1 - - - - - - - - - -
Assorajang Kec. Tana Silolo
Kab. Wajo. Kedalaman 150
cm

Keterangan : (-) Parameter tidak diukur


Sumber : DPLH Provinsi Sulawesi Selatan 2017
Lampiran Tabel-31.
Jumlah Rumah Tangga da Fasilitas Tempat buang Air Besar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

No. Wilayah Fasilitas Tempat BAB


Administrasi Jumlah KK
Kab/Kota
Sendiri Bersama Umum Sungai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Selayar 35.130 18.091 930 4.393 10.044
2 Bulukumba 113.730 81.033 6.611 1.517 13.335
3 Bantaeng 52.609 27.009 3.713 2.523 12.884
4 Jeneponto 93.301 40.713 8.920 2.397 32.682
5 Takalar 68.703 43.243 8.003 3.001 13.809
6 Gowa 159.927 166821 8620 1.473 18.592
7 Sinjai 58.747 41.563 1.727 946 8.595
8 Maros 76.396 48.287 6.682 968 18.556
9 Pangkep 84.942 47.973 7.724 3.021 15.337
10 Barru 45.074 28.639 4.458 85 7.496
11 Bone 180.103 108.074 10.743 981 46.496
12 Soppeng 62.348 53230 5285 269 4181
13 Wajo 94.325 91.073 4.736 623 3.617
14 Sidrap 71.806 56.613 7.314 0 0
15 Pinrang 83.794 71981 13.097 190 13.676
16 Enrekang 53.178 29.124 8.522 832 8.504
17 Luwu 81.126 42.315 5.338 625 28.855
18 Tana Toraja 54.356 48.374 2410 782 2557
19 Luwu Utara 72.744 49.576 7.754 353 15.817
20 Luwu Timur 64.565 46.371 7.302 710 10.182
21 Toraja Utara 54.214 45.435 4.007 720 2.161
22 Makassar 331.405 259.384 8.526 4.357 5.332
23 Parepare 31.642 30.955 3.154 953 0
24 Palopo 35.273 29.737 4.090 1.468 2.928
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2018
Lampiran Tabel-32.
Jumlah Pendududk Laki-laki dan Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Tidak
Kabupaten SD SLTP SLTA Diploma S1/S2/S3
N Sekolah
o. Perempu Perempu Perempu Perempu Laki- Perempu Perempu
Kabupaten Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
an an an an laki an an
Kepulauan 19.112,5 21.417,7 18.123,5 19.215,8 12.690,2 11.324,7 1.378,4
1 7.973,88 8.962,06 1.994,54 2.534,33 3.259,54
Selayar 8 1 7 9 1 3 3
63.836,2 74.828,8 51.292,4 61.171,8 31.600,1 34.070,4 33.912,3 30.026,7 2.350,7 10.281,3
2 Bulukumba 3.807,11 9.711,27
1 1 8 8 8 1 8 0 4 5
44.930,1 49.635,9 18.799,3 25.340,0 11.746,1 10.922,2 10.341,5
3 Bantaeng 9.980,56 193,63 1.206,67 3.194,84 4.741,83
3 8 6 4 7 9 3
71.732,4 74.220,6 39.676,7 45.256,9 28.433,2 33.053,4 24.725,3 22.582,8
4 Jeneponto 734,75 2.261,93 5.536,29 5.490,66
9 1 1 1 7 2 2 5
41.954,9 45.574,7 35.246,4 32.430,6 25.170,2 27.064,8 27.133,6 26.799,5 1.172,6
5 Takalar 1.945,84 5.672,16 6.117,60
0 0 8 4 1 4 5 0 1
105.344, 121.363, 85.607,3 90.206,0 62.383,5 67.122,5 73.786,1 68.457,0 5.056,2 16.528,6 15.797,7
6 Gowa 8.764,52
08 62 2 7 0 5 9 6 4 6 8
37.323,1 42.303,2 39.210,4 36.646,4 15.681,9 20.014,4 16.253,8 13.640,1 1.155,2
7 Sinjai 2.820,83 4.758,33 7.644,34
7 5 9 1 1 8 2 3 7
51.203,3 59.294,4 44.380,5 48.954,0 21.468,6 26.287,2 38.640,2 30.611,3 1.246,4
8 Maros 2.831,20 7.052,34 5.576,61
0 5 6 6 5 8 8 0 6
39.146,7 47.729,2 44.898,1 50.335,1 25.309,3 28.696,6 34.910,4 24.372,2 2.179,9 10.222,7
9 Pangkep 4.092,42 8.163,30
5 5 6 0 3 4 9 6 7 6
25.737,0 29.074,5 24.454,3 26.282,0 13.089,1 15.701,8 13.342,4 11.953,6
10 Barru 915,10 1.338,03 4.166,96 6.433,16
8 7 1 2 4 7 3 2
116.785, 139.782, 119.461, 137.956, 43.974,9 44.555,8 59.079,1 50.506,9 1.795,6 11.020,1 16.887,1
11 Bone 6.105,66
27 62 08 94 2 4 9 2 1 4 7
Tidak
Kabupaten SD SLTP SLTA Diploma S1/S2/S3
N Sekolah
o. Perempu Perempu Perempu Perempu Laki- Perempu Perempu
Kabupaten Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
an an an an laki an an
33.306,2 36.762,4 30.937,8 35.862,8 17.534,6 18.738,0 16.950,4 17.065,0
12 Soppeng 754,06 2.617,12 6.722,84 7.923,05
0 9 1 5 1 7 8 3
59.740,3 76.537,9 68.052,6 79.387,3 26.565,8 29.342,8 24.375,3 18.899,8 2.321,4
13 Wajo 3.706,25 6.159,37 4.914,36
1 7 5 9 1 2 9 1 7
13.092,0 45.462,0 44.478,0 25.475,0 26.004,0 23.755,0 20.600,0 1.649,7
14 Sidrap 5.903,00 4.257,32 8.206,61 8.822,92
0 0 0 0 0 0 0 1
48.815,4 55.658,7 55.257,1 61.571,3 32.490,7 31.930,0 29.702,2 28.196,7 1.094,2
15 Pinrang 3.808,34 9.088,93 8.367,09
7 5 4 0 0 3 6 3 0
25.738,0 32.005,9 27.618,4 22.208,4 19.639,3 19.642,1 21.559,4 16.049,2
16 Enrekang 975,00 2.003,69 3.949,75 7.126,43
6 0 2 0 3 0 8 7
45.184,5 49.166,7 47.198,8 49.725,7 31.886,9 34.979,1 38.237,0 33.867,8 2.799,5
17 Luwu 4.304,04 5.377,08 8.943,23
5 3 3 5 5 3 2 4 0
35.769,1 41.192,3 28.008,8 28.754,4 19.325,9 19.300,5 25.322,0 21.153,1
18 Tana Toraja 795,64 3.031,51 6.099,90 4.794,27
6 3 0 0 6 9 8 8
40.177,1 44.538,9 45.873,6 50.011,1 28.603,2 28.558,6 27.668,8 19.392,3 2.411,2
19 Luwu Utara 2.418,45 5.952,73 6.195,41
5 5 9 5 4 0 9 8 3
36.101,4 38.642,2 35.852,2 37.471,0 24.386,1 24.810,4 35.312,1 23.514,3 1.246,3
20 Luwu Timur 2.461,41 5.594,55 5.682,19
8 1 1 2 5 8 5 1 1
33.939,2 40.250,8 25.645,9 25.403,9 20.485,2 18.312,6 23.324,7 21.251,5 1.509,9
21 Toraja Utara 1.959,28 7.763,65 6.356,54
2 6 7 1 2 3 6 6 1
95.490,5 101.715, 131.114, 164.641, 114.857, 121.801, 236.853, 220.846, 13.076, 22.900,9 115.422, 98.611,4
22 Makassar
7 11 00 34 28 36 37 24 06 7 73 2
11.453,7 12.844,3 12.798,1 12.877,9 12.885,5 13.665,4 23.102,4 22.069,5
23 Pare-pare 947,76 1.860,62 6.029,36 7.623,65
8 1 2 7 0 2 8 6
14.859,7 17.357,5 17.376,6 17.844,9 13.549,0 13.316,1 24.750,2 25.626,7
24 Palopo 201,03 3.041,75 9.673,32 8.094,43
7 9 0 2 9 0 0 3
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2018
Lampiran Tabel-33.
Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1 Hipertensi 81.462
2 kecelakaan lalu lintas 22.905
3 DM 17.843
4 PKD 12.417
5 Kanker 5.920
6 kanker payudara 3.036
7 Obesitas 2.671
8 Struma 2.442
9 Osteoporosis 1.737
10 Penyakit ginjal kronik 726
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2018
Lampiran Tabel-34.
Jumlah Rumah Tangga Miskin
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Jumlah Rumah Jumlah Rumah
No. Kabupaten/Kota
Tangga Tangga Miskin
1 Kepulauan Selayar 37.658 17.620
2 Bulukumba 115.150 33.100
3 Bantaeng 62.281 17.910
4 Jeneponto 90.878 55.350
5 Takalar 81.991 26.990
6 Gowa 179.193 62.770
7 Sinjai 61.063 22.250
8 Maros 190.060 38.500
9 Pangkep 85.673 53.380
10 Barru 85074 16.760
11 Bone 52.877 77.130
12 Soppeng 70.314 18.760
13 Wajo 120.809 29.190
14 Sidrap 71.364 15.720
15 Pinrang 91.937 31.430
16 Enrekang 51.406 26.710
17 Luwu 80.232 49.800
18 Tana Toraja 50.920 29.180
19 Luwu Utara 73.002 44.040
20 Luwu Timur 50.599 21.940
21 Toraja Utara 51.686 32.850
22 Makassar 275.728 68.190
23 Pare-pare 32.604 8.070
24 Palopo 34.734 15.440
TOTAL 2.097.233 813.080
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-35
Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ limbah limbah limbah B3 limbah B3
No luas (Ha)
pencemaran klasifikasi padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

Terminal Angkutan
1 Terminal 0,15 0,30 0,00 0,00 0,00
darat Benteng
Terminal Induk
2 Terminal 4,47 3,00 0,00 0,00 0,00
kab. bulukumba
3 Terminal Bantaeng Terminal 0,96 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Terminal Karisa Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Angkutan
5 Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Darat Pattallasang
Terminal
6 Sunggu/Cappa Terminal 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Bungaya
Terminal
7 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Malino
Terminal
8 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Malakaji
Terminal
9 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Sapaya
Terminal
10 Pembantu Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Limbung
Terminal
11 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Samata
Terminal
12 Terminal 0,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Tellulimpoe
13 Terminal Marusu Terminal 2,49 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Angkutan
14 Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Darat
Terminal
15 Terminal 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Mattirowalie
16 Terminal Pekkae Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal
17 Terminal 0,55 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Ralla
Terminal
18 Terminal 0,75 0,00 0,00 0,00 0,00
Pembantu Bojo
Terminal Petta
19 Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Punggawae
Terminal
20 Terminal 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00
Watansoppeng
Sub Terminal Sub
21 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Takalala Terminal
Sub Terminal Sub
22 0,70 0,00 0,00 0,00 0,00
Cabenge Terminal
Sub Terminal Sub
23 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Batu-batu Terminal
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ limbah limbah limbah B3 limbah B3
No luas (Ha)
pencemaran klasifikasi padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

Sub Terminal Sub


24 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Tajuncu Terminal
Sub Terminal Sub
25 0,25 0,00 0,00 0,00 0,00
Pacongkang Terminal
Terminal Regional
26 Terminal 1,50 2,30 0 0,00 0,00
Callacu
27 Terminal Lawawoi Terminal 0,23 - 0,00 0,00 0,00
Terminal
28 Terminal 0,90 5,00 0,00 0,00 0,00
Pangkejene
Terminal
29 Terminal 2,01 - 0,00 0,00 0,00
Paleteang
Terminal Sentral
30 Terminal 0,43 - 0,00 0,00 0,00
Pinrang
31 Terminal Enrekang Terminal 1,40 5,00 0,00 0,00 0,00
32 Terminal Belopa Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
33 Terminal Masamba Terminal 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00
34 Terminal Malili Terminal 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
35 Terminal Tomoni Terminal 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal
36 Terminal 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00
Wawondula
37 Terminal Makale Terminal 1,21 3,00 0,00 0,00 0,00
Terminal Bolu
38 Terminal 1,07 0,00 0,00 0,00 0,00
Rantepao
Terminal Regional
39 Terminal 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Daya
Terminal
40 Terminal 2,62 0,00 0,00 0,00 0,00
mallengkeri
Terminal Induk
41 Terminal 7,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Lumpue
42 Terminal Lapa'de Terminal 2,46 0,00 0,00 0,00 0,00
43 Terminal Soreang Terminal 0,76 0,00 0,00 0,00 0,00
44 Terminal Lakassi Terminal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terminal
45 Terminal 0,25 23386,84 0,00 0,00 0,00
Danggerakko
Pelabuhan
Penyeberangan
46 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Garongkong Batu
Licin
Pelabuhan
47 Penyeberangan Pelabuhan 0,42 0,00 0,00 0,00 0,00
Siwa
Pelabuhan
48 Penyeberangan Pelabuhan 3,50 2,00 0,00 0,00 0,00
Bira
Pelabuhan
49 Penyeberangan Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pamatata
Pelabuhan
50 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Penyeberangan
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ limbah limbah limbah B3 limbah B3
No luas (Ha)
pencemaran klasifikasi padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

Pattumbukang

Pelabuhan
51 Penyeberangan Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bajoe
Pelabuhan
52 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Makassar
53 Pelabuhan Paotere Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
54 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Galesong
Pelabuhan
55 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bunging
Pelabuhan
56 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bantaeng
57 Pelabuhan Leppe Pelabuhan 0,03 1,00 0,00 0,00 0,00
58 Pelabuhan Selayar Pelabuhan 0,06 0,11 0,00 0,00 0,00
59 Pelabuhan Jampea Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
60 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bonerate
61 Pelabuhan Kayuadi Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan Larea-
62 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
rea
63 Pelabuhan Bajoe Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
64 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pattirobajo
Pelabuhan
65 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Biringkassi
Pelabuhan
66 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Awerange
Pelabuhan
67 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Garongkong
0,54783(DLKR
0,00 0,00 0,00 0,00
daratan)
Pelabuhan Pare- 0,2778 (DLKR
68 Pelabuhan 0,00 0,00 0,00 0,00
pare Perairan)
0,039840
0,00 0,00 0,00 0,00
(DLKP)
69 Pelabuhan Siwa Pelabuhan 3,50 2,75 0,00 0,00 0,00
70 Pelabuhan Palopo Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
71 Pelabuhan Malili Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
Pelabuhan
72 Pelabuhan 0,00 - 0,00 0,00 0,00
Marabombang
Bandara Sultan
73 Hasanuddin Bandara 428,98 58,80 0,00 0,00 0,00
Makassar
Bandara
74 H.Aroepala Bandara 81,98 16,39 0,00 0,00 0,00
Selayar
volume volume volume volume
Sumber type/jenis/ limbah limbah limbah B3 limbah B3
No luas (Ha)
pencemaran klasifikasi padat cair padat cair
(m3/hari) (m3/hari) (m3/hari) (m3/hari)

Bandara Andi
75 Bandara 21,25 0,10 0,00 0,00 0,00
Jemma Masamba
76 Bandar Udara seko Bandara 154,60 0,08 0,00 0,00 0,00
Bandar Udara
77 Bandara 11,03 0,09 0,00 0,00 0,00
Rampi
Bandara Slaga
78 Bandara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Ligo (Bua)
Bandar Udara
79 Bandara 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00
Bone
Bandar Udara
80 Bandara 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00
Pongtiku
1 RS. Labuang Baji Rumah Sakit 0,00 5,00 8,00 50,00 10,00
2 RS Stella Maris Rumah Sakit 0,00 1,00 - 60,00 56,00
3 RS Awal Bros Rumah Sakit 0,00 3,30 110,17 0,11 110,17
4 RS Bhayangkara Rumah Sakit 0,00 0,70 105,00 0,20
RS. Tadjuddin
5 Rumah Sakit 0,00 4,00 20,00 1,90 -
Halid
6 RS. Wahidin Rumah Sakit 0,00 9,75 359,40 0,81 0,02
RSUD Sayang
7 Rumah Sakit 0,00 3,00 5,00 0,20 0,30
Rakyat
RSUD Kota
8 Rumah Sakit 0,00 1,60 - 0,05 -
Makassar
9 RS Haji Rumah Sakit 0,00 8,00 2,90 0,01 0,20
10 RS. Siloam Rumah Sakit 0,00 2,00 85,00 0,35 0,01
11 RS. Ibnu Sina Rumah Sakit 0,00 0,63 144,10 0,05 144,10
12 RS. Nene Mallomo Tipe C 2,46 7,44 161,25 2,48 0,37
13 RS. Arifin Nu'mang Tipe D 1,00 3,00 65,00 1,00 0,15
14 RS. Anugrah Tipe D 0,19 1,56 33,75 0,52 0,08
Wisata
Tempat Wisata
15 alam/Wisata 386,25 320,44 - - -
(Kab. Sidrap)
Sejarah
Hotel/Wisma (Kab.
16 Melati 29,68 8904,00
Sidrap)
17 RS. Ibnu Sina Rumah Sakit 0,00 0,63 144,10 0,05 144,10
Keterangan : (-) tidak ada data
Sumber : DPLH Sulawesi Selatan
Lampiran Tabel-36.
Suhu Udara Rata-rata Bulanan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Kabupaten Stasiun Lintang Bujur Tinggi Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
STAMET ANDI JEMMA 2017 27,2 27,5 26,9 27,2 27,1 26,3 26,4 26,1 27,0 27,7 27,9 27,7
LUWU UTARA 02o 33' 16.0" LS 120o 19' 27.0" BT 50 m
MASAMBA 2018 27,3 27,2 27,1 27,1 27,3 26,6 26,2 26,6 27,1 27,9 27,9 27,4
2017 26,5 27,3 27,2 27,8 28,3 X 27,8 28,2 28,6 28,8 27,6 27,3
BAWIL4 MAKASSAR 05o 00' 57.0" LS 119o 00' 08.0" BT 5 m
2018 27,0 26,5 26,9 28,3 28,6 27,7 27,6 28,4 28,5 28,9 28,3 26,9
MAKASSAR
2017 27,0 27,6 27,6 28,1 28,6 28,0 28,0 27,8 28,6 29,0 28,2 27,7
STAMAR PAOTERE 05o 06' 49.5" LS 119o 25' 11.4" BT 1.75 m
2018 27,4 26,8 27,3 28,4 28,7 27,7 27,6 28,1 28,3 29,2 28,8 27,4
2017 26,5 26,8 26,8 26,7 27,2 26,4 26,4 27,2 28,0 27,8 27,1 27,0
STAMET HASANUDDIN 05o 04' 00.0" LS 119o 33' 00.0" BT 17 m
2018 26,6 26,1 26,5 27,2 27,8 27,0 26,6 27,3 27,6 27,9 27,6 26,6
MAROS
STASIUN KLIMATOLOGI o 2017 26,5 26,7 26,8 27,3 28,1 26,7 26,8 27,6 28,3 27,8 27,2 27,1
04 55' 51.0" LS 119o 34' 19.0" BT 13 m
KLAS I MAROS 2018 26,8 26,1 26,6 27,6 28,1 26,9 26,6 27,2 27,9 28,1 27,8 26,8
STAMET PONGTIKU 2017 22,5 22,8 22,7 22,9 22,8 22,2 22,0 21,7 22,4 22,8 23,0 22,7
TANA TORAJA 03o 02' 40.0" LS 119o 49' 09.0" BT 821 m
TORAJA 2018 22,9 22,5 22,5 22,9 22,8 22,2 22,0 22,1 21,6 23,0 23,2 22,8
Sumber : BMKG Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-37.
Kualitas Udara Ambien
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Selaya
Transportasi 14 Hari 3.30 - 7.25 - - - - - - - - - - -
r
Industri/Agr
14 Hari 14.40 - 22.66 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 7.10 - 10.04 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 2.10 - 15.27 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Buluk
Transportasi 14 Hari 7.30 - 5.14 - - - - - - - - - - -
umba
Industri/Agr
14 Hari 2.40 - 25.70 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 4.40 - 8.53 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 6.20 - 6.09 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Banta
Transportasi 14 Hari 2.80 - 11.74 - - - - - - - - - - -
eng
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Industri/Agr
14 Hari 2.30 - <2,57 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.70 - <2.57 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 3.70 - <2.57 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Jenep
Transportasi 14 Hari 6.20 - 3.44 - - - - - - - - - - -
onto
Industri/Agr
14 Hari 2.40 - 22.60 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 4.20 - 7.71 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 5.70 - 9.88 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Takala
Transportasi 14 Hari 22.70 - 14.10 - - - - - - - - - - -
r
Industri/Agr
14 Hari 20.63 - 3.30 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 5.30 - 6.64 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 14.60 - 6.58 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Gowa Transportasi 14 Hari 14.70 - 8.39 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 13.80 - 5.07 - - - - - - - - - - -
oindustri
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Pemukiman 14 Hari 10.40 - 11.03 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 11.80 - 3.67 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Sinjai Transportasi 14 Hari 3.30 - 5.69 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 5.00 - 7.30 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 4.30 - 11.82 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 8.50 - 5.82 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Maros Transportasi 14 Hari 8.75 - 5.68 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 10.70 - 8.13 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 7.70 - 6.34 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 8.10 - 4.75 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Pangk
Transportasi 14 Hari 8.90 - 20.71 - - - - - - - - - - -
ep
Industri/Agr
14 Hari 15.00 - 20.62 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 5.40 - 11.42 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 10.80 - 16.26 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Barru Transportasi 14 Hari 4.90 - 4.82 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 2.90 - <2.57 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 9.70 - 5.18 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 6.20 - 9.05 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Bone Transportasi 14 Hari 1.49 - 3.10 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 1.30 - 4.19 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 28,00 - 4.14 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 4.40 - 3.50 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Soppe
Transportasi 14 Hari 10.00 - 13.33 - - - - - - - - - - -
ng
Industri/Agr
14 Hari 4.50 - 8.69 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.10 - 5.87 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 2.00 - 5.40 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Wajo Transportasi 14 Hari 8.40 - 13.33 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 1.70 - 8.69 - - - - - - - - - - -
oindustri
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Pemukiman 14 Hari 3.00 - 5.87 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 5.30 - 5.40 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Sidrap Transportasi 14 Hari 10.20 - 10.28 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 4.90 - <2,57 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 4.80 - 16.78 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 1.60 - <.57 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Pinran
Transportasi 14 Hari 9.30 - 3.81 - - - - - - - - - - -
g
Industri/Agr
14 Hari 4.70 - 4.58 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 4.80 - 4.30 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 2.80 - 3.24 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Enrek
Transportasi 14 Hari 7.80 - 5.32 - - - - - - - - - - -
ang
Industri/Agr
14 Hari 4.20 - <2.57 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.00 - 13.19 - - - - - - - - - - -
Perkantoran 14 Hari 2.60 - <2.57 - - - - - - - - - - -
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
/Komersial
Luwu Transportasi 14 Hari 2.90 - 11.27 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 0.80 - 18.07 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.10 - 5.39 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 2.40 - 5.04 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Toraja Transportasi 14 Hari 8.50 - 6.71 - - - - - - - - - - -
Industri/Agr
14 Hari 10.90 - 16.85 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 5.10 - 13.21 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 6.90 - 9.98 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Luwu
Transportasi 14 Hari 8.00 - 17.21 - - - - - - - - - - -
Utara
Industri/Agr
14 Hari 3.30 - 12.54 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.30 - 4.99 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 2.80 - 8.57 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Luwu
Transportasi 14 Hari 7.80 - 6.22 - - - - - - - - - - -
Timur
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Industri/Agr
14 Hari 1.70 - 12.39 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 2.40 - 11.58 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 1.80 - <2,57 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Toraja
Transportasi 14 Hari 8.50 - <2.57 - - - - - - - - - - -
Utara
Industri/Agr
14 Hari 2.90 - 10.31 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 8.50 - 7.30 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 4.60 - 9.49 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Kota
Makas Transportasi 14 Hari 21.20 - 15.04 - - - - - - - - - - -
sar
Industri/Agr
14 Hari 10.81 - 9.90 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 9.10 - 12.30 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 20.20 - 7.71 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Kota
Parep Transportasi 14 Hari 7.60 - 4.70 - - - - - - - - - - -
are
Khlor
Total ine
Sulfa
Fluor Flour dan
PM1 PM2, Dustf t
lama NO2 CO SO2 O3 HC TSP Pb ides Inde Khlor
0 5 all Inde
Lokasi pengu (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ (µg/ seba x ine
(µg/ (µg/ (µg/ x
kuran Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) Nm3) gai F (µg/ Diok
Nm3) Nm3) Nm3) (µg/
(µg/ Nm3) sida
Nm3)
Nm3) (µg/
Nm3)
Industri/Agr
14 Hari 1.30 - 3.25 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 3.90 - 7.71 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 4.40 - 7.43 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Kota
Transportasi 14 Hari 11.40 - 11.75 - - - - - - - - - - -
Palopo
Industri/Agr
14 Hari 4.80 - 4.98 - - - - - - - - - - -
oindustri
Pemukiman 14 Hari 0.90 - 9.16 - - - - - - - - - - -
Perkantoran
14 Hari 10.25 - 12.42 - - - - - - - - - - -
/Komersial
Sumber : Data Passive Sampler Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2017 Provinsi Sulawesi Selatan 2018
Lampiran Tabel-38.
Penggunaan Bahan Bakar Industri dan Rumah Tangga
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

Biomassa
Batubara
Minyak

Minyak

Minyak

Bensin
Tanah
Diesel

Briket
Bakar

Bakar

Solar
Kayu
Penggunaa

LPG
Gas
No.
n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
A Industri : - - - - - - - - - - -
1 Kimia dasar 579,5 90.08
- - - - - - - - -
1 6
2 Mesin dan
- - - - - - - - - - -
logam dasar
3 Industri Kecil - - - - - - - - - - -
4 Aneka 232
N/A 35 - - - - - - - -
Industri 0

B Rumah
- - - - - - - - - - -
Tangga :
Kabupaten 421
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Bantaeng 8,96
Kabupaten 932, 35587
N/A N/A 11204 N/A N/A 249 N/A N/A N/A
Barru 288 4
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Bone
Kabupaten 936
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Bulukumba 1,61
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Enrekang
Kabupaten 175
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Gowa 67
Kabupaten 557
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Jeneponto 7,48
Kabupaten
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu
Kabupaten 362
N/A N/A 19795 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu Timur 73
Kabupaten 168
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Luwu Utara 6,28
Kabupaten 124,
N/A N/A 7301 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Maros 432
Kabupaten 881
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Pangkep 5,78
Kabupaten 938
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Pinrang 5,75
Kabupaten 199
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Selayar 4
Kabupaten 838
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Sidrap 0,63
Kabupaten 75471 452 15094
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Sinjai 6 8,29 32
Kabupaten N/A N/A N/A N/A N/A 522 N/A N/A N/A N/A N/A
Biomassa
Batubara
Minyak

Minyak

Minyak

Bensin
Tanah
Diesel

Briket
Bakar

Bakar

Solar
Kayu
Penggunaa

LPG
Gas
No.
n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Soppeng 7,82
Kabupaten 763
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Takalar 9,34
Kabupaten 803
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Tanatoraja 91
Kabupaten 270
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Toraja Utara 9,84
Kabupaten 832
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Wajo 8,14
Kodya 621
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Makassar 70,8
Kodya 447
N/A N/A N/A N/A N/A N/A 7119 N/A N/A N/A
Palopo 76
Kodya 518
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Parepare 4,85
79301 287 18724
- - - - 249 - - -
Total 6 616 25
C Kendaraan 0 88472
6378
0 0 0 0 0 0 0 0 0 16322
1 Mobil beban 9
penumpang 2726
0 0 0 0 0 0 0 0 0 12381
2 pribadi 92
penumpang 2755
0 0 0 0 0 0 0 0 0 3263
3 umum 6
bus besar
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 79
4 pribadi
bus besar
0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 994
5 umum
bus kecil
0 0 0 0 0 0 0 0 0 295 743
6 pribadi
bus kecil
0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 994
7 umum
8 truk besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 701 17511
9 truk kecil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1138 36183
10 roda tiga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 341 0
2721
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
11 roda dua 184
Ket : (o) Tidak Terdapat Kendaraan dengan Jenis Bahan
(N/A) Tidak Ada Data
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
PT.Pertamina Regional VII
Sulsel Dalam Angka Tahun 2016
Lampiran Tabel-39.
Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang di gunakan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

Jenis Kendaraan Jumlah (Unit)


No
Bermotor Jumlah Bensin Solar Gas
1 Mobil Beban 162.873 81.107 16.725 0
2 Penumpang pribadi 25.482 0 0 0
3 Penumpang umum 75.686 255.802 15.395 0
4 Bus besar pribadi 10.551 0 0 0
5 Bus besar umum 24.434 390 2.379 0
6 Bus kecil pribadi 219.654 0 0 0
7 Bus kecil umum 13.873 0 0 0
8 Truk besar 61.605 1.632 46.432 0
9 Truk kecil 90.584 0 0 0
10 Roda tiga 9.891 0 0 0
11 Roda dua 3.049.724 2.534.607 0 0
Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka tahun 2018

Lampiran Tabel-40.
Perubahan Penambahan Ruas Jalan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018
No Kelas Jalan Panjang Jalan dua tahun terakhir
(km)
2013 2014 2015 2016 2017
Jalan Bebas
1 Hambatan 0 0 0 0 0
2 Jalan Raya 35,638 1722,86 1745,92 1745,92 1745,92
3 Jalan Sedang 1147,51 1147,51 1147,51 1500,15 1500,15
4 Jalan Kecil 0 0 0 0 0
Sumber : PU Dalam Angka 2017
Lampiran Tabel-41.
Perubahan Penambahan Ruas Jalan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data 2018

Jenis
No. Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
(1) (2) (3) (4)
1 DPLH Laboratorium Lingkungan Dinas Dinas Lingkungan Hidup dan
lingkungan Hidup dan Kehutanan Kehutanan Kabupaten
Kabupaten Bulukumba Bulukumba

2 AMDAL Adendum ANDAL dan RKL-RPL PT. UPC Sidrap Bayu Energi
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Erwin Jahja/ Direktur Utama)
(PLTB) Sidrap 75 MW

3 DPLH Budidaya Tiram Mutiara di PT. Timor Otsuki Mutiara (Tony


Kabupaten Barru Z. Sumanti/General Manager

4 DPLH Sistem Jaringan Distribusi Area PT PLN (PERSERO) Area


Makassar Utara Makassar Utara (H. Hariyadi,
ST)
5 DPLH Sistem Jaringan Distribusi Area PT PLN (PERSERO) Area
Makassar Selatan Makassar Selatan (Khairullah)

6 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Perhubungan Provinsi


Pelabuhan Laut di Pulau Sulawesi Selatan (Drs. H. M.
Kambuno Kabupaten Sinjai Ilyas Iskandar,M.Si)
Provinsi Sulawesi Selatan
7 AMDAL Adendun ANDAL dan RKL-RPL PT. Semen Bosowa Maros
Pengembangan Industri Semen
Bosowa Maros Dalam Rangka
Pemanfaatan Limbah B3 dan Non
B3 Sebagai Substitusi Bahan
Baku dan Bahan Bakar Untuk
Produksi Semen
8 UKL-UPL Rencana Pembangunan Saluran PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Pembangunan Sulawesi Bagian
150 kV Soppeng- GI Kajuara di Selatan (Hening Kyat
Kabupaten Soppeng dan Bone Pamungkas/General Manager)
Provinsi Sulawesi Selatan
9 UKL-UPL Rencana Pembangunan Dinas Perhubungan Provinsi
Pelabuhan Laut Tanakeke sulawesi Selatan (Drs. H. M.
Kabupaten Takalar Provinsi Ilyas Iskandar,M.Si)
Sulawesi Selatan
Jenis
No. Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
10 UKL-UPL Rencana Pembangunan dan Dinas Perhubungan Provinsi
Operasional Pelabuhan Laut di Sulawesi Selatan
Pulau Madu Kabupaten
Kepulauan Selayar Provinsi
Sulawesi Selatan
11 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. Semen Bosowa Maros
Pengembangan Industri Semen (Rachmat Kaimuddin/Wakil
Bosowa Maros Dalam Rangka Direktur Utama)
Pemanfaatan limbah B3 dan Non
B3 sebagai Substitusi bahan baku
dan bahan bakar untuk produksi
semen
12 AMDAL Rencana Pelebaran Jalan Satker Perencanaan dan
Sungguminasa-Takalar Pengawasan Jalan Nasional
Sepanjang 29,895 Km Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan, Balai
Gowa dan Kabupaten Takalar Besar Pelaksanaan Jalan
Provinsi Sulawesi Selatan Nasional XIII Makassar,
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
13 AMDAL Rencana Pengembangan Rumah Rumah Sakit Umum Daerah La
Sakit Umum Daerah La Temmamala Kabupaten
Temmamala Kabupaten Soppeng Soppeng

14 AMDAL Rencana Pembangunan PT. PLN (PERSERO) Unit Induk


Transmission Line (T/L) 275 kV Pembangunan Sulawesi Bagian
Punagaya- Daya baru dan Gitet Selatan (Hening Kyat
Terkait Pamungkas/General Manager)
15 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. PLN (PERSERO)
Kegiatan PLTU Barru Kapasitas Pembangkitan dan Penyaluran
200 MW menjadi 243,4 MW dan Sulawesi Sektor Pembangkitan
Pemanfaatan Limbah B3 Tello Unit PLTU Barru
(Fatahuddin Yogi
Amiwibowo/Manager)
16 SPPL Pembangunan Tanggul Dinas Pekerjaan Umum dan
Pengaman Abrasi Pantai Penataan Ruang Kabupaten
Sumpang Binangae Kab. Barru Barru

17 AMDAL Pembangunan Perkebunan dan PT. Borneo Cemerlang


Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Plantations ( Muh. Yakub
di Kabupaten Enrekang Provinsi Abbas/Direktur)
Sulawesi Selatan
Jenis
No. Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
18 AMDAL Rencana Peningkatan Ruas Jalan Satker Perencanaan dan
Makaasar - Malino - Tondong Pengawasan Jalan Nasional
(Sinjai) Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan, Balai
Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional XIII Makassar,
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (Yudho
Dwi Hardiarti, ST, MT)
19 UKL-UPL Kegiatan Pembangunan Balai Besar Wilayah Sungai
Pengaman Abrasi Pantai Pompengan Jeneberang
Kabupaten Jeneponto Direktorat Jenderal sumber
Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
(Ir. T. Iskandar. MT)

20 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL Dinas Sumber Daya Air, Cipta
Kegiatan Pengembangan Sistem Karya dan Tata Ruang Provinsi
Penyediaan Air Minum Regional Sulawesi Selatan (Ir. A.
Mamminasata Darmawan Bintang, M.Devplg)

21 AMDAL Rencana Pembangunan PLTA PT Amera Terrasys Energi ( M.


Buntu Batu Kapasitas 2 × 100 Fuad Asrori)
MW di Kabupaten Tana Toraja
dan Toraja Utara
22 UKL-UPL Rencana Pembangunan Anjungan Dinas Pariwisata Kabupaten
Dermaga Wisata Tanjung Bira Bulukumba (Muh. Ali Saleng,
Kabupaten Bulukumba SH, Msi)

23 UKL-UPL Rencana Pembangunan Taman Distrik Navigasi Kelas I


Pelampung Distrik Navigasi Kelas Makassar ( Adi Karsyaf, SH,MH)
I Makassar
24 UKL-UPL Rencana Pembangunan Teras Dinas Pariwisata Kabupaten
Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba (Muh. Ali Saleng,
Kabupaten Bulukumba SH, Msi)

25 AMDAL Rencana Pembangunan PT. PLN (PERSERO) Unit Induk


Transmission Line (T/L) 275 kV Pembangunan Sulawesi Bagian
Punagaya- Daya baru dan Gitet Selatan (Hening Kyat
Terkait Pamungkas/General Manager)

26 AMDAL Rencana Pengembangan Bandar Kantor Unit Penyelenggaraan


Udara Andi Jemma Masamba Bandar Udara Andi Jemma
Masamba
Jenis
No. Kegiatan Pemrakarsa
Dokumen
27 AMDAL Addendum Andal dan RKL-RPL PT. PLN (PERSERO) Unit Induk
PLTU Punagaya Jeneponto Pembangkitan dan Penyaluran
Sulawesi Unit Pembangkitan
Punagaya (Dimas Satria N)

28 UKL-UPL Rencana Pembangunan Restoran Dinas Pariwisata Kabupaten


Terapung Kabupaten Kepulauan Kepulauan Selayar (Andi
Selayar Abdurrahman, SE,M.Si)

29 UKL-UPL Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Unit Penyelenggara Pelabuhan


Palopo Kelas II Palopo

30 UKL-UPL Pembangunan Stasiun Pengisian CV. Agung Mas


Bahan Bakar (SPBN) di Pulau
Balang Lompo Kabupaten
Pangkep
Sumber : Laporan DIKPLH Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-42
Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3
Provinsi/Kabupaten/Kota:
Tahun Data 2018
Jenis
No. Nama Perusahaan Kegiatan/ Jenis Izin Nomor SK
Usaha

(1) (2) (3) (4) (5)

PT Perkebunan Nusantara XIV Unit Izin


1 n/a NO. 272 TAHUN. 20
Pabrik Gula Takalar Penyimpanan

Izin
2 PT. CS2 Pola Sehat Maros n/a SK 660/002/KPTS
Penyimpanan

Izin
3 PT . Semen Tonasa n/a SK. 30/Menlhk/SE
Penyimpanan

Izin
4 PT. PP. London Sumatra Indonesia n/a KPTS.04/PPLH-DP
Penyimpanan
Izin
5 PT. Phillips Seafoods Indonesia n/a Nomor SK: 380/KLH
Penyimpanan

PT Kawasan Industri Makassar Izin


6 n/a 660.3/75/KEP/BL
(PERSERO) Penyimpanan

PT. Charoen Pokphand Indonesia, Izin


7 n/a 660.3/68/KEP./B
Tbk Penyimpanan

Izin
8 PT. So Good Food n/a 660/06/KPTS-TPS
Penyimpanan
Izin
9 PT. Energi Sengkang n/a 660/02/PPLH-PP
Penyimpanan

Izin
10 PT. Perkebunan Nusantara XIV n/a 503/002 TAHUN 2
Penyimpanan
PT PLN (PERSERO) Sektor
Izin
11 Pembangkitan Tello Uit PLTD & n/a 660.3/72/Kep./B
Penyimpanan
PLTG/U Tello
Izin
12 PT. Eastern Pearl Flour Mills n/a 660.3/45/KEP./
Penyimpanan

Izin
13 PT Triteguh Manuggal Sejati n/a KEP BUPATI NO.2
Penyimpanan

RS Awal Bros Makassar (PT Izin


14 n/a 660.3/39/KEP./B
Makassar Global Awal Bros) Penyimpanan

Energy Equity Epic (Sengkang) Pty. Izin


15 n/a SK 660/002/KPTS
Ltd. Penyimpanan

Izin
16 PT. Sumber Graha Sejahtera n/a KEPUTUSAN BUPATI
Penyimpanan

Izin
17 RS. Stella Maris n/a 660.3/61/KEP./B
Penyimpanan

Izin
18 RSUD Tenriawaru Bone n/a 14 TAHUN 2014
Penyimpanan

Izin
19 RSUD ANDI MAKKASAU n/a 40 TAHUN 2017
Penyimpanan
Jenis
No. Nama Perusahaan Kegiatan/ Jenis Izin Nomor SK
Usaha
PT Perkebunan Nusantara XIV Izin
20 n/a 40 TAHUN 2017
(PERSERO) Pabrik Gula Camming Penyimpanan

PT Perkebunan Nusantara XIV Izin


21 n/a 40 TAHUN 2017
Pabrik Gula Bone Penyimpanan

PT Pertamina, MOR VII DPPU Izin


22 n/a 1022/KPTS/657/V
HASANUDDIN Penyimpanan

PT Pertimana (PERSERO) Terminal Izin


23 n/a 660.3/69/KEP./B
BBM Makassar Penyimpanan

Izin
24 PT. Makassar Tene n/a 660.3/41/KEP/BL
Penyimpanan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Izin


25 n/a 660.3/55/KEP./B
Tbk Penyimpanan

Izin
26 PT.Bumi Maju Sawit n/a 660/02/DPMPTSP/
Penyimpanan

PT Jafta Comfeed Indonesia Tbk Izin


27 n/a 660.3/51/KEP./B
Unit Makassar Penyimpanan

Izin
28 PT Bosowa Energi n/a 226 TAHUN 2016
Penyimpanan

Izin
29 PT. Ciomas Adisatwa n/a 01/KPTS-TPS.LB3
Penyimpanan

Izin
30 PT. Nindya-Sejahtera KSO n/a 02/DPMPTSP/IL/I
Penyimpanan
PT. Bintang Mas Cahaya Pengumpul Izin pengelolaan
International Limbah B3 LB3 untuk
kegiatan
pengumpulan
LB3 PT.Bintang
31 Cahaya No.06.23.12 Tahun 2014
International di
Kec.Parangloe,
Kec.Tamalanrea,
Kota Makassar,
Sulawesi Selatan
Industri Izin pengelolaan
Semen LB3 untuk
kegiatan
No.Sk.308/MenLHK/Setje
32 PT. Semen Tonasa pemanfaatan
n/PLB.3/7/2017
LB3 atas nama
PT.Semen
Tonasa
PT.Vale Indonesia Industri Izin pengelolaan
Smelter LB3 untuk
kegiatan
pengolahan LB3 No.SK.780/MenLHK/Setje
33
atas nama RS n/PLB3/10/2016
Inco PT Vale
Indonesia.
Jenis
No. Nama Perusahaan Kegiatan/ Jenis Izin Nomor SK
Usaha
PT.Mitra Hijau Asia Pengangku Izin
t Limbah penyelenggaraa
B3 n angkutan
barang khusus
untuk S.603/VPLB3/PPLB3/PLB.
34
mengangkut 3/7/2017
barang
berbahaya

PT. Bintang Mas Cahaya Pengangku Izin


International t Limbah penyelenggaraa
B3 n angkutan
barang khusus S.411/VPLB3/PPLB3/PLB.
35 untuk 3/6/2016
mengangkut
barang
berbahaya
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Laporan SIMAS Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018
Lampiran Tabel-43
Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL)) Provinsi/Kabupaten/Kota:
Tahun Data 2018
No. Nama Waktu Hasil Pengawasan
Perusahaan/Pemrakarsa (tgl/bln/thn)

(1) (2) (3) (4)

PT. PLN Pembangkit Unit Memiliki IPAL berizin, Menguji Emisi,


1
PLTU Barru Memiliki TPS LB3 berizin

Memiliki IPAL namun belum memiliki izin


untuk pembuangan air limbah ke laut
dari KLHK, Memiliki Genset dalam
Hotel Swiss Bell (PT. Bumi
2 n/a kondisi standbay, Memiliki bangunan
Anugerah Sakti)
TPS LB3 namun belum memiliki izin TPS
LB3 dan belum memenuhi ketentuan
teknis

Dalam izin lingkungan tidak ada


ketentuan memiliki IPAL, telah
melakukan pengujian terhadap sumber
3 UPC Sidrap Bayu n/a
emisi, Memiliki bangunan TPS LB3
berizin dan telah memenuhi ketentuan
teknis.

Belum memiliki IPAL, hanya memiliki


kolam pengendapan dan izin
pembungan air limbah kelaut oleh KLHK
masih dalam tahap proses, genset dalam
kondisi standby sehingga tidak wajib
4 Hotel Pantai Gapura n/a
pantau dan belum melakukan pengujian
terhadap udara ambien, Memiliki
bangunan TPS LB3 namun belum
memiliki izin TPS LB3 dan belum
memenuhi ketentuan teknis

Telah melakukan pemantauan kualitas


air sungai sebanyak 12 titik, Sumber
emisi berupa genset dalam kondisi
standby dan telah melakukan
5 PT. Masmindo Dwi Area n/a pemantauan terhadap kualitas udara
ambient, belum memiliki bangunan TPS
LB3 dan belum mengidentifikasi jenis
limbah yang berpotensi dihasilkan pada
area PT. Masmindo Dwiarea
No. Nama Waktu Hasil Pengawasan
Perusahaan/Pemrakarsa (tgl/bln/thn)

Telah melakukan pemantauan kualitas


air pada tujuh buah outlet dan izin
pembuangan air llimbah ke laut oleh
KLHK sedang dalam proses (memiliki
berita acara verifikasi lapangan oleh
6 PT. PLN Punagaya n/a
KLHK), memiliki 2 buah cerobong dan
telah dilakukan pemantauan oleh
Laboratorium BBIHP, Memiliki bangunan
TPS LB3 berizin dan telah memenuhi
ketentuan teknis
Tidak memiliki IPAL, air limbah berasal
dari limbah domestic (tahap konstruksi),
7 PLTB Tolo n/a Memiliki bangunan TPS LB3 berizin
namun belum memenuhi ketentuan
teknis.

Belum Memiliki IPAL dan tidak pernah


melakukan pemantauan kualitas air
limbah dan air laut sejak izin lingkungan
8 PT. Huady Nickel Alloy n/a diterbitkan, tidak pernah melakukan
pemantauan emisi di furnace dan genset
(tahap commissioning), belum memiliki
bangunan TPS LB3 terutama untuk
limbah sludge nikel.
Tidak memiliki IPAL, air limbah berasal
dari limbah domestic, memiliki 2 unit
genset dengan jam operasi masing-
masing 151 jam/tahun dan 72
9 PT. Bosowa Energisindo n/a
jam/tahun sehingga tidak wajib pantau,
telah memiliki bangunan TPS LB3 namun
belum memiliki izin TPS LB3 dan belum
memenuhi ketentuan teknis.

Tidak memiliki IPAL, belum memiliki


10 PT. Wijaya Eka Sakti n/a bangunan TPS LB3 (eksplorasi sebanyak
7 titik)

Tidak memiliki IPAL, air limbah berasal


dari limbah domestic, telah melakukan
11 PT. Yasmin Bumi Asri n/a
pemantauan kualitas air laut, belum
memiliki TPS LB3 (tahap konstruksi)

12 Kawasan Water Front City n/a (-)

Tidak memiliki IPAL, Tidak memiliki TPS


13 PT. Inhutani n/a
LB3
No. Nama Waktu Hasil Pengawasan
Perusahaan/Pemrakarsa (tgl/bln/thn)

Belum pernah melakukan pelaporan


semenjak izin lingkungan terbit, tidak
Pelabuhan Laut/Curah
14 n/a wajib memiliki IPAL, belum
Garongkong
mengidentifikasi LB3 dan belum
memiliki bangunan TPS LB3

PT. Pelabuhan Indonesia IV


15 n/a (-)
(Persero)

Tidak dapat memperlihatkan izin


pembuangan air limbah ke laut dari
KLHK, memiliki 1 unit genset dalam
PT. Pelindo Cabang Pare- keadaan standbay dan telah melakukan
16 n/a
Pare pemantauan kualitas udara
ambien,memiliki bangunan TPS LB3
namun belum sesuai dengan ketentuan
teknis.

Belum memiliki izin pembuangan limbah


17 PT. IKI n/a cair ke laut dari KLHK, belum melakukan
pemantauan kulaitas udara ambient dan
emisi, belum memiliki izin TPS LB3.

18 Pelabuhan Mattoangin n/a Tidak ada konstruksi dan tidak terdapat


kegiatan/aktifitas pada saat kunjungan
lapangan

19 PT. Benteng Malewang n/a Tidak ada konstruksi dan tidak terdapat
kegiatan/aktifitas pada saat kunjungan
lapangan.

Tidak dapat memperlihatkan izin


pembuangan limbah cair ke laut dari
20 PT. Multi Trading Company n/a KLHK, belum memiliki bangunan TPS
LB3 dan belum mengidentifikasi jenis
limbah yang dihasilkan
Tidak dapat memperlihatkan dokumen
lingkungan yang dimiliki, tidak pernah
Pelabuhan Khusus PT. melakukan pemantauan kualitass air
21 n/a
Semen Bosowa laut, tidak melakukan pemantuan
kualitas udara ambient, belum memiliki
bangunan TPS LB3.

Tidak wajib memiliki IPAL, Melakukan


22 PLT A Bakaru I n/a pemantauan kualitas udara ambient,
Memiliki TPS LB3 berizin namun belum
memenuhi ketentuan teknis
No. Nama Waktu Hasil Pengawasan
Perusahaan/Pemrakarsa (tgl/bln/thn)

23 Makassar Golden Hotel n/a Tidak memiliki IPAL, Memiliki bangunan


TPS LB3 namun tidak berizin.
Belum melakukan pelaporan
pelaksanaan RKL-RPL semester I Tahun
2018, Belum memiliki IPAL, Belum
24 T. Sumber Utama Sejahtera n/a
memiliki bangunan TPS LB3 (Tahap
Pembibitan, Penanaman, dan
Pemeliharaan Sawit).

25 Pelabuhan Kelas III Siwa n/a Tidak memiliki IPAL dan tidak pernah
melakukan pengujian kualitas air laut,
Belum memiliki bangunan TPS LB3
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Laporan SIMAS Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018
Lampiran Tabel-44
Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Provinsi/Kabupaten/Kota :
Tahun Data 2018
Total Area Jumlah Korban Perkiraan
Terendam Kerugian
No Kecamatan Mengungsi Meninggal
(Ha) (Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Bantaeng N/A 0 0 N/A
2 Barru N/A 148 0 N/A
3 Bone N/A 200 0 N/A
4 Bulukumba N/A 0 0 N/A
5 Enrekang N/A - - N/A
6 Gowa N/A 2.131 48 N/A
7 Jeneponto N/A 3,276 18 N/A
8 Luwu N/A 0 0 N/A
9 Luwu Timur N/A 31 0 N/A
10 Luwu Utara N/A 0 0 N/A
11 Makassar N/A 10,328 1 N/A
12 Maros N/A 1,626 4 N/A
13 Palopo N/A 0 0 N/A
14 Pangkep N/A 95 1 N/A
15 Parepare N/A 0 0 N/A
16 Pinrang N/A - - N/A
17 Selayar N/A 2 109 N/A
18 Sidrap N/A 0 0 N/A
19 Sinjai N/A 0 0 N/A
20 Soppeng N/A 0 0 N/A
21 Takalar N/A 7,98 2 525,500.000
22 Tana Toraja N/A 0 0 N/A
23 Toraja Utara N/A 0 0 N/A
24 Wajo N/A 2,705 0 N/A

Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available


Sumber : Laporan SIMAS Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018
Lampiran Tabel-45
Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan
Provinsi/Kabupaten/Kota :
Tahun Data 2018

No Kabupaten/Kota Total Area Perkiraan Kerugian


(Ha) (Rp)
(1) (2) (3) (4)
1 BANTAENG 2075 Rp. 12.450.000.000

2 BARRU 3294 Rp. 19.764.000.000

3 BONE 24430 Rp. 146580000000

4 BULUKUMBA 3889 Rp. 23.334.000.000

5 ENREKANG 378 Rp. 2.268.000.000

6 GOWA 708 Rp. 4.248.000.000

7 JENEPONTO 1949 Rp. 11.694.000.000

8 KOTA MAKASSAR 20 Rp.120.000.000

9 KOTA PALOPO 76 Rp. 456.000.000

10 LUWU 1173 Rp. 7.038.000.000

11 LUWU TIMUR 0 -

12 LUWU UTARA 76 Rp. 456.000.000

13 MAROS 2250 Rp. 13.500.000.000

14 PANGKAJENE 337 Rp. 2.022.000.000


KEPULAUAN
15 PINRANG 1567 Rp. 9.402.000.000

16 SELAYAR 2 Rp. 12.000.000

17 SIDENRENG 8735 Rp. 52.410.000.000


RAPPANG
18 SINJAI 2097 Rp. 12.582.000.000

19 SOPPENG 5608 Rp. 33.648.000.000

20 TAKALAR 249 Rp. 1.494.000.000

21 TANA TORAJA 21 Rp. 126.000.000

22 WAJO 83809 Rp. 502.854.000.000

Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available


Sumber : Data dari SITUS Badan Nasional Pengelolaan Bencana
Lampiran Tabel-46
Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian
Provinsi/Kabupaten/Kota:
Tahun Data : 2018

Perkiraan Luas Hutan/Lahan Perkiraan


No Kabupaten/Kota
Terbakar (Ha) Kerugian (Rp.)

(1) (2) (3) (4)


1 Bantaeng 15 tad
2 Barru 10 tad
3 Bone 23,35 tad
4 Bulukumba 10,5 tad
5 Enrekang N/A tad
6 Gowa N/A tad
7 Jeneponto 31 tad
8 Luwu 140 tad
9 Luwu Timur 11,9 tad
10 Luwu Utara N/A tad
11 Makassar 5 tad
12 Maros 18 tad
13 Palopo 2 tad
14 Pangkep N/A tad
15 Parepare N/A tad
16 Pinrang 23,5 tad
17 Selayar N/A tad
18 Sidrap N/A tad
19 Sinjai 4,6 tad
20 Soppeng 39 tad
21 Takalar N/A tad
22 Tana Toraja N/A tad
23 Toraja Utara N/A tad
24 Wajo N/A tad
Keterangan : (tad) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Data dari SITUS Badan Nasional Pengelolaan Bencana
Lampiran Tabel-47
Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian
Provinsi/Kabupaten/Kota:
Tahun Data 2018

No Kabupaten/Kota Jenis Bencana Jumlah Korban Perkiraan


Meninggal (jiwa) Kerugian
(Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5)


1
Bantaeng N/A N/A N/A
2
Barru Tanah longsor - N/A
3 Bone N/A N/A N/A
4 Bulukumba N/A N/A N/A
5 Enrekang N/A N/A N/A
6 Gowa N/A N/A N/A
7 jeneponto N/A N/A N/A
8 Luwu Tanah longsor N/A N/A
9 Luwu Timur Tanah longsor N/A N/A
10 Luwu Utara Tanah longsor N/A N/A
11 Makassar N/A N/A N/A
12 Maros N/A N/A N/A
13 Palopo Tanah longsor N/A N/A
14 Pangkep Tanah longsor N/A N/A
15 Parepare N/A N/A N/A
16 Pinrang Tanah longsor N/A N/A
17 Selayar N/A N/A N/A
18 Sidrap Tanah Longsor N/A N/A
19 Sinjai Tanah longsor N/A N/A
20 Soppeng N/A N/A N/A
21 Takalar N/A N/A N/A
22 Tana Toraja Tanah longsor - N/A
23 Toraja Utara Tanah longsor 2 orang N/A
24 Wajo Tanah longsor N/A N/A
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Data dari SITUS Badan Nasional Pengelolaan Bencana
Lampiran Tabel-48
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan
Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota/Kecamatan
Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Data 2018
No. Kabupaten/Ko Luas (km2) Jumlah Pertumbuhan Kepadatan
ta Penduduk Penduduk (%) Penduduk (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Kepulauan 903.50 133 003 1.07 1.53
Selayar
2 Bulukumba 1.154.67 415 713 0.63 4.78
3 Bantaeng 395.83 185 581 0.60 2.14
4 Jeneponto 903.35 359 787 0.59 4.14
5 Takalar 566.51 292 983 1.05 3.37
6 Gowa 1.883.32 748 200 1.75 8.61
7 Sinjai 819.96 241 208 0.65 2.78
8 Maros 1.619.12 346 383 1.04 3.99
9 Pangkep 1.112.29 329 791 0.95 3.79
10 Barru 1.174.71 172 767 0.45 1.99
11 Bone 4.559.00 751 026 0.54 8.64
12 Soppeng 1.359.44 226 466 0.08 2.61
13 Wajo 2.506.20 395 583 0.30 4.55
14 Sidrap 1.883.25 296 125 1.09 3.41
15 Pinrang 1.961.17 372 230 0.74 4.28
16 Enrekang 1.786.01 203 320 0.83 2.34
17 Luwu 3.000.25 356 305 0.87 4.10
18 Tana Toraja 2.054.30 231 519 0.55 2.66
19 Luwu Utara 7.502.68 308 001 0.87 3.54
20 Luwu Timur 6.944.88 287 874 2.20 3.31
21 Toraja Utara 1.151.47 228 414 0.64 2.63
21 Makassar 175.77 1 489 011 1.36 17.13
22 Pare Pare 99.33 142 097 1.22 1.64
23 Palopo 247.52 168 894 2.34 2.04
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Data Dalam Angka Tahun 2018
Lampiran Tabel-49
Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Provinsi/Kabupaten/Kota :
Tahun Data 2018

No. Kabupaten Nama Jenis Luas Kapasitas Volume


TPA TPA TPA (M3) Eksisting
(Ha) (M3)
1 2 3 4 5 6 7

TPA Mancani, Kec. Bangunan TPS 60,


1 Palopo N/A 72 Ton N/A
Tellu Wanua Kontainer 3

TPA Alloppoe TPS(Container) 31


Kel.Lappade Kec. Unit ,
2 Pare-Pare N/A 401 Ton N/A
Ujung Kota Pare- (Pasangan Batu)
Pare 277 Unit

TPA Passipo Desa


3 Watampone Passipo Kec. Bak 22 coutiner 7 N/A 50 Ton N/A
Talakka

TPA Batu Terang


Desa Bonto
Jumlah TPS (Bak)
4 Bantaeng Salluang Kec. N/A 103 Ton N/A
67 , (Continer)9
Bisappu Kab.
Bantaeng

TPA Padangloang
Jln. Sultan
Jumlah TPS Bak 30
5 Barru Hasanuddin Kel. N/A 54 Ton N/A
Container 6
Coppo Kec.barru
Kab. Barru

TPA Borong
Manempa Dusun
6 Bulukumba Borong Manempa Jumlah TPS 24 Unit N/A 96 Ton N/A
Desa Taccorong
Kec. Gantarang

TPA Parak Kaburu


Jln. Poros Parak
Jumlah TPS 30
7 Kep. Selayar Kaburu Desa Parak N/A 90 Ton N/A
Buah
Dan desa Kaburu
Kec. Bonto Manai

TPA
Tallangbulawang
Countiner 25
8 Luwu Desa N/A 115 Ton N/A
Tersebar 15
Tallangbulawang
Kec. Bajo

TPA Matang Jln.


Desa Batu mila Kec 49 Bangunan TPS 3
9 Enrekang N/A 61 Ton N/A
.Maiwa Kab. Kontainer
Enrekang
No. Kabupaten Nama Jenis Luas Kapasitas Volume
TPA TPA TPA (M3) Eksisting
(Ha) (M3)

TPA Ussu Desa


Jumlah TPS 27
10 Luwu Timur Ussu Kec. Malili N/A 65 Ton N/A
Coutiner 9
Kab. Luwu Timur

TPA Malea
Kel.Padangiring
11 Tana Toraja N/A N/A 36 Ton N/A
Kec. Rantetayo
Kab. Tana Toraja

TPA Meli Jln.


TPS 40 Kountiner
12 Luwu Utara Panampuang Desa N/A 85 Ton N/A
15
Meli Kec. Baebunta

TPA Malimpung Jln.


Benteng Desa
13 Pinrang Malimpung Jumlah TPS 59 N/A 118 Ton N/A
Kec.Patangpanua
Kab. Pinrang

TPA Bontoa Jln. TPS 47 Countiner 5


14 Pangkep N/A 67 Ton N/A
Poros Tonasa II Buah

TPA Tondong Desa


Jumlah TPS 30
15 Sinjai Kampala Kec.Sinjai N/A 54 Ton N/A
Kontainer 6
timur

TPA Cempalagi Jln. Kontainer 11 dan


16 Wajo N/A 111 Ton N/A
Kejaksaan timur Bangkunan Batu 67

Jumlah TPS 35
(coutiner)
TPS 90 (Pasangan
TPA Patommo
Batu) TPS
Jln.TPA Kel.
17 Sidrap 25(Motor Sampah) N/A 138 Ton N/A
Batulappa Kec.
TPS 11(Truk
Watangpulu
terbuka)
TPS 4 Dump Truck
TPS 7 arm roll

TPA Bonto Ramba


Jln. Poros Kariango 25 Kontainer 109
18 Maros N/A 209 Ton N/A
Kec. Mandai Kab. Pasang Batu
Maros

TPA Lempa
6 kontainer 53
19 Soppeng Kel.Lalabata Rilau N/A 77 Ton N/A
pasang batu
Kec.Labata
No. Kabupaten Nama Jenis Luas Kapasitas Volume
TPA TPA TPA (M3) Eksisting
(Ha) (M3)
Jumlah TPS
15(coutiner)
TPS 40 (Pasangan
TPA Bonto - Bonto Batu)
20 Jeneponto N/A 100 Ton N/A
Kab. Jeneponto TPS 15(Motor
Sampah)
Rumah Kompos 5
Unit

TPA Pa'bettengang Kontainer 9 dan


21 Gowa N/A 61 Ton N/A
Desa Pasang Batu 25

TPA Balang, Kontaner 11 + 6


22 Takalar N/A 50 Ton N/A
Takalar pasang batu

TPA Tamangapa 82 Arm Roll, 36


Jln. Tamangapa Kontainer, 125
23 Makassar N/A 847 Ton N/A
Raya Kel. Antang Truk, 136
Kec. Manggala Tangkasaki

11 container berupa
TPA Buntu truk, Bank Sampah
Kambuno Lembang Pasar Pagi
24 Toraja Utara N/A 48 Ton N/A
Karua Kec. Saddan Jln.Tagari, TPA
Balusu dalam Proses
Pembangunan

Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available


Sumber : Laporan SIMAS Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018
Lampiran Tabel-51
Jumlah Bank Sampah di Kota Makassar
Tahun 2018

Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 RESTU BUMI BSU Kec.Tallo 600 26.599.500
Tad 9.761 1 Tad
2 SEHATI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
3 LA'LATANG 063/KBL/XII/2015 BSU Kec.Tallo 165 11 8.148.550
4.371 1
4 TUNAS HARAPAN Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
CAHAYA
5 BSU Kec.Tallo 0
SUWANGGA Tad 0 0 Tad Tad
6 MUTIARA BSU Kec.Tallo 607 5.443.400
Tad 1.985 1 Tad
7 TALLO STAR Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
8 SUWANGGA 4 Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
9 RAKYAT TALLO 140/02/SK/TL/II/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 8 0
10 BERLIAN 15/S.KEP/-RPK/VII2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 11 0
11 PERMATA BUNDA 15/KRK/VIII/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 11 0
12 PERMATA 03/07.1005/S.KEP/LKB/X/2013 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
13 MARBO BAHARI 140/15/TL/VI/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
14 LESTARI 140/18/TL/X/2015 BSU Kec.Tallo 285 9 280.950
135 1
15 SIPORENNU 063/KBL/XII/2015 BSU Kec.Tallo 380 10 26.189.450
10.649 1
Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
16 BERSINAR Tad 0 1 BSU Kec.Tallo 100 Tad 0
17 RAJATA BSU Kec.Tallo 15.299.500
Tad 6.815 1 100 Tad
18 REMPONG 140/01/S.KEP/TL/XI/2015 BSU Kec.Tallo 8 7.786.000
2.970 1 450
19 SIPAKAINGA 15/S.KEP/-RPK/VII2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
20 ASRI 140/097/S.KEP/RJ/IX/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
21 SIPAKALEBBI 000/09/KTM/II/2016 BSU Kec.Tallo 18 989.000
451 1 Tad
22 SIKATUTUI 12/KBL/XI/2014 BSU Kec.Tallo 8 7.278.400
2.304 1 Tad
23 KEBUN RAYA 13/S.KEP/KP/XI/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
24 MATANGKASA 76/07/LKG/XII/2014 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
25 BEROANGING 12/SK/PNP/X/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
26 GAMBUS 10/07.1005/S.KEP/LBK/XI/2015 BSU Kec.Tallo 30 9 5.873.200
3.117 1
27 HARAPAN 140/050/S.KEP/RJ/V/2015 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
AR DG.
28 90/S.KEP/RPK/XII/2015 BSU Kec.Tallo 14 0
NGUNJUNG 0 0 Tad
29 SIPAKATAU BSU Kec.Tallo 1.127.200
Tad 577 1 Tad Tad
30 SIPAKALEBBIRI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
31 ASRI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
32 HARAPAN Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
33 ARIF ILHAM 600/12/S.KEP/KLM/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 10 0
34 MAWAR 600/10/KBL/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo 30 10 0
35 JULUATIA Tad 1 BSU Kec.Tallo 30 Tad 6.644.800
Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
3.320
36 SIPAKAINGE Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
37 MALANNYING Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
38 IDOLA Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
39 NUSA INDAH 2 14/S.KEP/VII/2016 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 9 0
40 TANGKASAKI Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
SENGKABATU
41 600/019/KBI/IV/2016 BSU Kec.Tallo 9 0
PARK 0 0 Tad
42 SAMBORI 09/S.KEP-LLT/VIII/2016 BSU Kec.Tallo 30 9 10.004.250
2.947 1
43 SIKATUTUI BSU Kec.Tallo 7.278.400
Tad 2.304 1 Tad Tad
44 SIPAKATAU BSU Kec.Tallo 1.127.200
Tad 577 1 Tad Tad
45 FITRIAH Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
46 ANGGREK Tad 0 0 BSU Kec.Tallo Tad Tad 0
SALING
47 082/KBL/IV/2017 BSU Kec.Tallo 10 1.486.700
MENDUKUNG 666 1 Tad
48 KETAPANG 06/600/02/002/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 18 0
49 ROSMAWAR 07/S.KEP/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo 30 9 0
MONUMEN
50 42/S.KEP/LLT/V/2017 BSU Kec.Tallo 30 8 0
40.000 0 0
51 SIPAKAINGA 50/S.KEP/RPK/IV/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 14 0
52 MADANI 5 900/13/S.KEP/BEB/V/2016 BSU Kec.Tallo 10 7 4.976.500
1.758 1
53 TUNAS JAYA 38/S.KEP/LLT/IV/2017 BSU Kec.Tallo 8 826.900
304 1 Tad
Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
54 LOSARI NQ 361 900/50/S.KEP/BEB/VII/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 7 0
55 SEHATI ORW 01 02/S.KEP/KUPB/II/2016 0 0 BSU Kec.Tallo 31 10 0
56 JPL ORW 004 41/S.KEP/K.UPB/VIII/2017 0 0 BSU Kec.Tallo Tad 10 0
BIRING
57 421.2/011/SDNTT69/VII/2016 BS.Sekolah 13 0
TAMPARANG 0 0 Tad
58 RUBAHRONG 421.2/047/KLK-II/VII/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 16 0
59 ASAM INDAH 421.2/59/SDI.CAMB.II/TI/IX/2016 0 0 BS.Sekolah Tad 11 0
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
60 RENSIK BS.Sekolah 11 0
IV/2016 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
61 SMA NEGERI 17 BS.Sekolah 19 0
IV/2017 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
62 SUNU 162 BS.Sekolah 11 0
IV/2018 0 0 Tad
A'BULO 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
63 BS.Sekolah 13 0
SIBATANG IV/2019 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
64 BASSIJAYA BS.Sekolah 11 0
IV/2020 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
65 SIKAMASEANG BS.Sekolah 15 0
IV/2021 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
66 CAPOA BS.Sekolah 14 0
IV/2022 0 0 Tad
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
67 MACORAE BS.Sekolah 15 0
IV/2023 0 0 Tad
ZAMRUD 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
68 BS.Sekolah 15 0
KHATULISTIWA IV/2024 0 0 Tad
MOTHIE MEGA 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
69 BS.Sekolah 20 0
PANTHREE IV/2025 0 0 Tad
70 SIPATOKKONG 421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/ 0 0 BS.Sekolah Tad 17 0
Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
IV/2026
421.2/034/UPTD-TL/SDIGK IV/
71 SAMATURU BS.Sekolah 11 0
IV/2027 0 0 Tad
72 RUBAHRONG Tad 0 0 BS.Sekolah Tad Tad 0

73 TANGKASA BS.Sekolah 180 13.439.300


Tad 3.650 1 Tad
SD INP
74 MALIMONGAN 421.2/041/SDINP-MD/TL/VI/2016 BS.Sekolah 6 0
BARU 0 0 Tad
SD INP
75 421.2/SDI.RK/UPTD/TALLO/II/2017 BS.Sekolah 8 0
RAPPOKALLING 0 0 Tad
SD INP BRT.
76 BS.Sekolah 0
BEROANGING Tad 0 0 Tad Tad
77 SIKARANNUANG 421.2/021/GALKAP I/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 14 0
78 LESTARI JAYA 421.2/17/SDI.CBY III/TL/II/2017 0 0 BS.Sekolah Tad 12 0
SDN
79 421.041/SD.BR/TL/VII/2016 BS.Sekolah 35 0
BEROANGING 0 0 Tad
80 MAKKEGUNAI 421.2/048/SDI.BTT II/TL/2017 BS.Sekolah 12 0
0 0 Tad
81 LISMAR 421'2/028/SDLLT.I/BTL/VII/2016 BS.Sekolah 23 0
0 0 Tad
421.2/06/UPTD-
82 TONGKA BS.Sekolah 12 0
SDI.BRY.II/TL/VIII/16 0 0 Tad
83 SIPURENNU 421.2/22/SD.KB/III/2017 BS.Sekolah 7 0
0 0 Tad
Jumlah
Nama Bank Wilayah Jumlah Jumlah
No Kecamatan SK Sampah Status Omset (Rp)
Sampah Pelayanan Penabung Karyawan
(Kg/Bln)
84 TANDZIF 424/024/LDP-TL-SDIT/IX/2017 BS.Sekolah 10 0
0 0 Tad
PELANGI
85 424/068/LDP.TL.SDIT.I/V/2017 BS.Sekolah 8 0
BAROKAH 0 0 Tad
86 SD INP BARAYA I 421.2/IB.I.TL/II/2017 BS.Sekolah 0
0 0 Tad Tad
87 BS. SEKTORAL 600/01/S.KEP/KTUS/2016 BS.SKPD 0
0 0 Tad Tad
88 MADECENG 009/S.KEP/TBR/KUT/XI/2017 BSU Kec.Tallo 9 0
0 0 Tad
89 MELATI 4 17/S.KEP/KMB/II/2016 BSU Kec.Tallo 9 0
0 0 Tad
90 SIKAPAMASE 10/S.KEP/KWL/IV/2018 BSU Kec.Tallo 9 0
0 0 Tad
Jumlah 20 87
58.661 3088 150.799.200
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Laporan DIKPLH Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-52
Kegiatan Fisik Lainnya Oleh Instansi
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2018

No Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan


(1) (2) (3) (4)
Bimbingan Teknis Makassar Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
1 Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim
2 Pembibitan tanaman Kota Makassar, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Sekolah Adiwiyata Kabupaten Bantaeng,
Kabupaten Bone,
Kabupaten Barru,
Kabupaten
Bulukumba,
Kabupaten Enrekang,
Kabupaten Gowa,
Kabupaten
Jeneponto,
Kabupaten Maros,
Kabupaten Pangkep,
Kabupaten Sidrap,
Kabupaten Selayar,
Kabupaten Wajo,
Kabupaten Toraja
Utara, Kabupaten
Pinrang
Penanaman Kab.Bantaeng, Bone, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mangrove Bulukumba, Luwu
3
Timur, Maros,
Pangkep, Takalar
Penanaman Pohon Kab.Barru, Bone, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Endemik untuk Bulukumba, Luwu,
4 Penghijauan Palopo, Pinrang,
Sinjai, Soppeng, dan
Wajo
Pelatihan dan Kota Makassar Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Penerapan Teknologi
5 Ramah Lingkungan
Bagi Peserta
Didik (Tingkat SMP)
Training Of Trainer Kota Makassar Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
6 (TOT) Bagi Pembina
Adiwiyata
Keterangan : (-) Tidak ada data, (N/A) Not Available
Sumber : Laporan DIKPLH Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-53.
Status Pengaduan masyarakat
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Pihak yang
No. Masalah Yang Diadukan Progres Pengaduan
Mengadukan

1 2 3 4
1 Peternakan peternakan ayam potong yg direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup
ayam potong ada di kampung kami Kab. Tana Toraja untuk :
sangat banyak yg jaraknya Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
10m - 300m dari ketaatan Malea Energy (PLTA Malea) untuk memenuhi
pemukiman warga,efek dari kewajiban TPS LB3 sebagaimana Peraturan yang
peternakan tsb adalah bau berlaku.
yg tdk sedap dan lalat Melakukan pengawasan terhadap ketaatan Melea
sangat banyak kermh2 Energy untuk melaksanakan kewajiban bina
warga. lingkungan melalui Corporate Social Responsibility
(CSR) dan melakukan penanaman pohon pada lokasi
tapak proyek dan sekitarnya.
Melaporkan pelaksanaan pengawasan, pengelolaan
pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan, atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
2 PT. Malea pengaduan terkait direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Energy berkurangnya kebutuhan air Kab. Tana Toraja untuk :
di dusun tendan akibat Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
adanya aktifitas usaha ketaatan Malea Energy (PLTA Malea) untuk memenuhi
dan/atau kegiatan PLTA kewajiban TPS LB3 sebagaimana Peraturan yang
Malea Tana Toraja. berlaku.
Melakukan pengawasan terhadap ketaatan Melea
Energy untuk melaksanakan kewajiban bina
lingkungan melalui Corporate Social Responsibility
(CSR) dan melakukan penanaman pohon pada lokasi
tapak proyek dan sekitarnya.
Melaporkan pelaksanaan pengawasan, pengelolaan
pengaduan lingkungan hidup kepada Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Selatan.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan, atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
3 Tambang Gol. C pengaduan terkait Menindaklanjuti pengaduan dari DPP Lira Kabupaten
Milik penambangan golongan C Selayar Sulawesi Selatan Nomor : 10/DPD
MEENG/alias diduga tidak memiliki izin LIRA/SLY/V/2018 tanggal 14 Mei 2018 perihal diduga
Ilyas Amdal yang berlokasi dijalan tidak ada izin tambang golongan C/Amdal dan
poros paleba lingkungan berdasarkan hasil telaahan terhadap pengaduan
kampung beru Kel. tersebut, maka bersama ini disampaikan kepada
Bontobangun Kec. Saudara sebagai berikut:Pengaduan tersebut
Bontoharu Kep. Selayar merupakan kewenangan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Selayar, untuk itu agar Dinas terkait dalam
hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Selayar
untuk menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan
tetap mengacu pada Permen LHK Nomor :
22/MENLHK/SETJEN/SET.1/ 3/2017 tentang Tata Cara
Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Perusakan Hutan;Melaporkan pelaksanaan
pengelolaan pengaduan lingkungan hidup kepada
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan.Demikian disampaikan, atas
perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
4 PT. Jas Mulia Permohonan konsultasi Menindaklanjuti Surat Ketua DPRD Kab. Luwu Utara
mengenai pemanfaatan air Nomor 170/18/DPRD-LU/I/2018 Tanggal 04 Januari
permukaan oleh PT. Jas 2018 Perihal Permohonan Konsultasi dan hasil rapat
Mulia terkait dengan pajak yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Lingkungan
air permukaan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan pada Tanggal 12
Januari 2018, maka bersama ini disampaikan kepada
Saudara untuk :
melakukan pengawasan lingkungan hidup terhadap
pabrik kelapa sawit milik Jas Mulia di Desa Minanga
Tallu Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara, karena
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), Izin
Lingkungan, Izin Pembungan Limbah Cair (IPLC) serta
Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (TPS LB3) usaha dan/atau
kegiatan dimaksud merupakan kewenangan
Pemerintah Kab. Luwu Utara, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jo. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan;
merencanakan penyusunan Peraturan Daerah terkait
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air berdasarkan Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah
RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 7
Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Sulawesi
Selatan, serta peraturan perundang-undangan
lainnya;
selanjutnya terkait izin dan retribusi pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan,
agar mengkonsultasikan lebih lanjut ke Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan
serta Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih
5 PT. Barry Keluhan masyarakat Menindaklanjuti hasil penanganan pengaduan
Callebaut Perumahan Villa Mutiara lingkungan oleh Tim terpadu antara DLH Kota
Comextra Indah berupa bau tidak Makassar, DPLH Prov. Sul Sel dan Balai Pengamanan
Indonesia sedap, gatal-gatal, serbuk dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
putih halus, air sumur Kehutanan KLHK RI Wil Sulawesi, maka ditemukan
berubah warna dan tidak fakta-fakta pada PT. Barry Callebaut Comextra
bisa digunakan. 29 Oktober Indonesia sebagai berikut : Tidak memiliki izin
2018DetailTelah DibacaLihat pembuangan air limbah, berdasarkan hal tersebut
Klarifikasi MELANGGAR Pasal 20 ayat (3) huruf b Undang-
undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
pasal 40 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.Tidak melakukan
pencatatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan dalam
bentuk logbook dan neraca limbah B3, tidak
memasang simbol dan label pada setiap kemasan
limbah B3 serta tidak melaporkan hasil pengelolaan
limbah B3, berdasarkan hal tersebut MELANGGAR
Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 26 huruf a – e, Peraturan
Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan
Beracun. Sehubungan dengan tersebut di atas, maka
direkomendasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kota Makassar untuk :Memberikan sanksi administrasi
berupa paksaan pemerintah Kepada PT. Barry
Callebaut Comextra untuk : a. Mengolah air limbah
domestik dan air limbah dari proses produksi sebelum
dibuang ke lingkungan serta memiliki izin
pembuangan air limbah (IPLC). b. Melakukan
pencatatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan dalam
bentuk logbook dan neraca limbah B3, memasang
simbol dan label pada setiap kemasan limbah B3 serta
melaporkan hasil pengelolaan limbah B3.Melaporkan
pelaksanaan pengelolaan pengaduan lingkungan
hidup kepada Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Selatan terkait pemberian sanksi
dan tindak lanjut yang diambi Demikian disampaikan
untuk dilaksanakan, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
6 PT. Comextra Keluhan masyarakat Menindaklanjuti hasil penanganan pengaduan
Majora Perumahan Villa Mutiara lingkungan oleh Tim terpadu antara DLH Kota
Indah berupa bau tidak Makassar, DPLH Prov. Sul Sel dan Balai Pengamanan
sedap, gatal-gatal, serbuk dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
putih halus, air sumur Kehutanan KLHK RI Wil Sulawesi, maka ditemukan
berubah warna dan tidak fakta-fakta pada PT. Comextra Majora sebagai berikut
bisa digunakan :Terdapat penambahan kegiatan diluar Izin
Lingkungan berupa produksi minyak CNSL (cashew
nut shell liquid) dari kulit mete sejak tahun 2015 dan
penggilingan gabah sejak Maret 2017 dan tanpa
melalui proses perubahan Izin Lingkungan,
berdasarkan hal tersebut MELANGGAR Izin
Lingkungan yang dikeluarkan oleh BLHD Kota
Makassar Nomor 2/912/Kep/BLHD/XII/2012 Tanggal
27 Desember 2012 Diktum kedelapan yang
mengatakan “penangung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan
izin lingkungan apabila terjadi perubahan atas
rencana usaha dan/atau kegiatan” sesuai dengan
kriteria perubahan yang tercantum dalam pasal 50
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan.Tidak mentaati persyaratan yang
termaktub dalam izin lingkungan Nomor
660.2/912/Kep/BLHD/XII/2012 Tanggal 27 Desember
2012 Diktum ketiga huruf a yang berbunyi memiliki
izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yaitu izin pembuangan limbah cair sebagaimana yang
diatur dalam pasal 20 ayat (3) uruf b Undang-undang
RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.Tidak melakukan
pengelolaan lanjutan limbah B3 yang dihasilkan sesuai
yang dipersyaratkan (tidak memiliki logbook, neraca
limbah B3 dan bukti manifes Limbah B3 dan tidak
melaporkan hasil pengelolaan limbah B3),
berdasarkan hal tersebut MELANGGAR Pasal 26 ,
huruf a – e, Peraturan Pemerintah No. 101 tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Sehubungan dengan tersebut di atas,
maka direkomendasikan Kepada Dinas Lingkungan
Hidup Kota Makassar untuk :Memberikan sanksi
administrasi paksaan pemerintah Kepada PT.
Comextra Majora.Melaporkan pelaksanaan
pengelolaan pengaduan lingkungan hidup kepada
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi
Sulawesi Selatan terkait pemberian sanksi dan tindak
lanjut yang diambiDemikian disampaikan untuk
dilaksanakan, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih
7 PT. Wutama Kegiatan pertambangan Menindaklanjuti Surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Trimakmur batuan marmer diduga Kab. Pangkajene dan Kepulauan Nomor 660/368/DLH
berdampak terhadap Tanggal 21 Agustus 2017 Perihal Hasil Verifikasi
kerusakan tanah Pengaduan Masyarakat terhadap usaha dan/atau
kegiatan pertambangan batuan marmer oleh PT.
Wutama Trimakmur di Kel. Kalabbirang Kec.
Minasatene Kab. Pangkajene dan Kepulauan, maka
disampaikan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kab.
Pangkajene dan Kepulauan untuk :Melakukan
pengelolaan pengaduan secara komprehensif
(keseluruhan) di dalam dan di luar perusahaan
berkaitan dengan pelaksanaan Dokumen Lingkungan
dan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2017 Tentang Tata Cara
Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Perusakan Hutan;Mengidentifikasi dampak usaha
dan/atau kegiatan Wutama Trimakmur, khususnya
dampak kerusakan tanah dan batuan karst melalui
pengujian;Melakukan evaluasi terhadap Dokumen
Lingkungan dan melakukan koordinasi dengan Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi
Selatan, apabila kuat dugaan pengrusakan lingkungan
akibat kegiatan Wutama Trimakmur;Melaporkan
pelaksanaan pengelolaan pengaduan lingkungan
hidup kepada Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Selatan
8 PT. Bumi Jaya Dugaan pencemaran udara Menindaklanjuti Surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Mulia dan gangguan kesehatan Kab. Pangkajene dan Kepulauan Nomor 660/368/DLH
masyarakat Tanggal 21 Agustus 2017 Perihal Hasil Verifikasi
Pengaduan Masyarakat terhadap usaha dan/atau
kegiatan pertambangan batuan marmer oleh PT.
Wutama Trimakmur di Kel. Kalabbirang Kec.
Minasatene Kab. Pangkajene dan Kepulauan, maka
disampaikan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kab.
Pangkajene dan Kepulauan untuk :
Melakukan pengelolaan pengaduan secara
komprehensif (keseluruhan) di dalam dan di luar
perusahaan berkaitan dengan pelaksanaan Dokumen
Lingkungan dan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2017 Tentang Tata Cara
Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran
Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup Dan/Atau
Perusakan Hutan;
Mengidentifikasi dampak usaha dan/atau kegiatan
Wutama Trimakmur, khususnya dampak kerusakan
tanah dan batuan karst melalui pengujian;
Melakukan evaluasi terhadap Dokumen Lingkungan
dan melakukan koordinasi dengan Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan,
apabila kuat dugaan pengrusakan lingkungan akibat
kegiatan Wutama Trimakmur;
Melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan
lingkungan hidup kepada Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan.
9 PLTGU Binaga Pengaduan terkait rencana Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan ke
Sangkara pembangunan PLTGU Pengadu.
Binaga Sangkara di Kab.
Maros ditolak oleh
masyarakat karena daerah
pesisir yang ditumbuhi
mangrove dan daerah padat
penduduk.

10 PT. Bintangmas Dugaan PT. Bintangmas Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan ke
Cahaya Cahaya Internasional tidak Pengadu dan ditembuskan ke Ombudsman
Internasional memiliki kendaraan lanjutan
yang mengangkut LB3 dari
pelabuhan syahbandar
Surabaya-Jakarta menuju
pengolah LB3

11 PT. Mitra Hijau Dugaan adanya limbah Hasil penanganan pengaduan sudah disampaikan ke
Asia medis dan limbah bahan Pengadu dan ditembuskan ke Ombudsman.
berbahaya dan beracun
(LB3) pada lokasi Gudang
Penampungan/Pengumpulan
Sementara Limbah B3 PT.
Mitra Hijau Asia di Kab.
Gowa

12 CV. Askarindo Pengaduan terkait usaha Penghentian kegiatan


Mandiri penambangan CV.
Askarindo Mandiri Kab.
Bulukumba yang tidak
sesuai dengan luasan yang
tercantum dalam Izin Usaha
Penambangan

13 Pemrakarsa Pengaduan keberadaan N/A


tambang pasir tambang pasir laut di Kab.
laut Takalar akan berdampak
pada keberlanjutan
ekosistem dan mata
pencaharian warga nelayan
setempat

14 Otoritas Pengaduan terkait Rekomendasi penanganan limbah oli oleh Otoritas


Pelabuhan pencemaran limbah oli di Pelabuhan.
perairan Pulau Lae-Lae dan
Samalona Kota Makassar
15 PT. Makassar Dugaan aktivitas kegiatan Penghentian kegiatan
Phinisi Seaside penimbunan/reklamasi
Hotel (The Rinra peruntukan taman dan
Makassar) lahan parkir PT. Makassar
Phinisi Seaside Hotel (The
Rinra Makassar) tidak
memiliki izin lingkungan dan
izin pelaksanaan reklamasi.

16 BLUD RSUD H. BLUD RSUD H. Padjonga Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi Paksaan
Padjonga Dg. Dg. Ngalle Kab. Takalar Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab.
Ngalle tidak taat dalam Takalar.
pengelolaan limbah B3,
emisi udara dan limbah cair

17 Rumah Sakit Rumah Sakit Ajjappangnge Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi Paksaan
Ajjappangnge Kab. Soppeng tidak taat Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab.
dalam pengelolaan limbah Soppeng.
B3 dan limbah cair.

18 PT. Basis Indah PT. Basis Indah Kec. Cina Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi Paksaan
Kab. Bone tidak taat dalam Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bone.
pengelolaan limbah B3 dan
limbah cair.

19 Hotel Swiss- Hotel Swiss-Bellin Makassar Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi Paksaan
Bellin tidak taat dalam Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota
pengelolaan limbah B3 dan Makassar.
limbah cair.

20 PT. Jakarta PT. Jakarta Intiland (Mall Rekomendasi pemberian Sanksi Administrasi Paksaan
Intiland (Mall Makassar Town Square) Pemerintah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota
Makassar Town tidak taat dalam Makassar.
Square pengelolaan limbah B3

21 PT. Tirai Terjadi abrasi pantai Penghentian kegiatan PT. Tirai Sulawesi dan CV.
Sulawesi dan terutama di sekitar pesisir Putra Pratama, serta rekomendasi pencabutan izin
CV. Putra Pulau Kayangan yang kuat kegiatan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pratama dugaan disebabkan oleh Daerah Prov. Sul Sel.
pengambilan pasir laut
tanpa mempertimbangkan
arus air laut

Sumber : Situs SIMAS Pengolahan Lingkungan hidup Sulawesi Selatan


Lampiran Tabel-54.
Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Nama LSM Akta Alamat
Pendirian
(1) (2) (3) (4)
1 Lembaga Peduli Pendidikan dan Lingkungan Hidup N/A Jl. Griya Alam Permai 1/9 Makassar
2 LSM Mitra Peduli dan Pemerhati Lingkungan (MPPL) N/A Jl. A.P. Pettarani II No. 45 Makassar Tlp 0411-2447487 Hp. 081242300045
3 Lembaga Lingkungan Hijau N/A Jl. Anggrek Raya Ruko H 1/20 Kec. Panakkukang (0411-5602277)
4 LSM Pilhi Indonesia N/A Jl. Landak Baru Lr V No.19 Makassar
5 Yayasan Benua Biru Indonesia (Yabindo) N/A Jl. Harimau No.78 Tlp. 0411-5769506
6 Lembaga Celebes Center (LCC) N/A Jl. Bonto Duri No. 20 Tlp. 0411-5036363
7 Barisan Muda Pemerhati Lingkungan N/A Jl. Sibula Dalam Lr I Kel. Layang Kec. Bontoala Kota Makassar
8 Yayasan Peduli Pemulung N/A Jl. Batua Raya XIV No.12 Makassar Tlp. 0411-5795045
9 Lembaga Pusat Jaringan Informasi dan Komunikasi N/A Jl. Pemuda No. 29 Makassar, HP. 0811410873
Pemerintahan
10 Yayasan Lingkungan Hidup "Patando" N/A Jl. Serigala No.122 Makassar, HP. 081242961880
11 Pusat Informasi Cinta Lingkungan Indonesia (Portal N/A Komp. Perum Griya Mandiri Blok B3 Minasa Upa Makassar Hp. 0811464389
Indonesia)
12 LSM Sinta Laras N/A Jl. Muhajirin I No. 25 A, Makassar
13 Yayasan Samudera Indonesia (Yasindo) N/A Jl. A.P. Pettarani Blok E No. 22/43 Makassar, Tlp. 0411-5288328
14 Lembaga Bumi Indonesia N/A Komp. Griya Melati Kel. Bonto-bontoa Kab. Gowa, Hp. 081241234544
15 Yayasan Konservasi Sumberdaya Laut N/A Jl. Racing Center Perum. Mutiara Indah Blok A6 No. 6 Makassar Tlp. 0411-
420359
16 Lembaga Optimalisasi Potensi Manusia dan Alam N/A Jl. Duta Patimang No. 1 Makassar Tlp. 0411-442154
Indonesia (Lompa Indonesia)
17 Institute Sosial Ekonomi dan Lingkungan (ISEL) N/A Jl. Tipai Lr. 16 No. 7 Makassar
18 Makassar Berkebun N/A Jl. Rajawali No. 7 Makassar
19 Satuan Konservasi Maritim Universitas Hasanuddin N/A Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar
20 Jurnal Celebes (Perkumpulan Jurnalis Advokasi N/A Jl. Damar No.48, Panakkukang, Makassar
No Nama LSM Akta Alamat
Pendirian
Lingkungan)
21 Yayasan Rumah Energi N/A Jl. Todopuli Raya Timur, Kompleks Villa Surya Mas Blok E/03
22 Sulawesi Community Foundation (SCF) N/A Jl. Taman Gosyeng Raya I Aroepala, Kassi-Kassi - Rappocini, Makassar
23 Aliansi Masyarakat Hukum Adat (AMAN) N/A Makassar
24 Mangrove Action Project (MAP) Indonesia N/A Makassar
25 Komunitas Sepeda Mamminasata N/A Makassar
26 Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Regional N/A Makassar
Sulawesi Selatan
27 Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Selatan N/A Makassar
28 Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo N/A Makassar
29 Active Society Institute (AcSI) Makassar N/A Makassar
30 Trees Life N/A Makassar
31 Hilo Green Community Makassar N/A Makassar
32 Sobat Bumi Makassar N/A Makassar
33 Lembaga Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat N/A Makassar
(LPPM)
34 Lembaga Hijau Celebes N/A Makassar
35 YKL N/A Makassar
36 Solidaritas Perempuan N/A Makassar
37 Ritma Green N/A Makassar
38 FPMP N/A Makassar
39 Kader Pemerhati Lingkungan N/A Makassar
40 Yayasan Peduli Lingkungan (YPL) N/A Jl. Poros Malino Bili-bili
41 Lembaga Peduli Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan N/A Jl. Pelita, Bonto-Bontoa Sungguminasa Kab. Gowa Hp. 081343991141
Hidup (LP2KL)
42 Rumah Hijau Denassa N/A Jl. Borongtala No. 58 A Kel. Tamallayang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa
43 Masyarakat Pelestari Lingkungan dan Hutan Indonesia N/A Jl. Pendidikan No. Cilallang Kab. Takalar, Hp. 085242422711
44 Yayasan Lingkungan Hidup Indonesia (YLHI) N/A Jl. Tisi Efendi No. 5 Kel. Sabintang, Kab. Takalar
45 Lembaga Bangunan Masyarakat Desa Pantai (Bangunan N/A Cilallang Kel. Takalar Kec. Mappakasunggu, Kab. Takalar, Hp. 085242554466
No Nama LSM Akta Alamat
Pendirian
Masa Depan)
46 Lembaga Interaksi Lingkungan dan Masyarakat N/A Desa Bangunbangaria Banyuara Kec. Sanrobone, Kab. Takalar
47 Lembaga Konversi Lingkungan Hidup (LKLH) N/A Jl. Malewang RW 1/No. 8 Kab. Polut Takalar
48 Yayasan Bumi Lestari N/A Perumahan Cahaya Jakarta Lingkungan Kassi Kebo No. 18, Kelurahan
Bajubodoa, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros
49 Green Salewangan N/A Jl. Poros Bantimurung, Maros
50 Lembaga Pecinta Alam HPPMI N/A Jl. Cempaka, Kabupaten, Maros
51 Lembaga Peduli Pendidikan dan Lingkungan Hidup N/A Kabupaten Bone
(LP2LH)
52 Forum Komunitas Hijau N/A Kota Parepare
53 Bumi Lestari N/A Kota Parepare
54 LSM Menuju Indonesia Hijau N/A Kabupaten Wajo
55 LSM Lestari 45 N/A Kabupaten Bantaeng
56 LSM Yajalindo N/A Kabupaten Bantaeng
57 LSM MAPELU N/A Kota Palopo
58 LSM Wahana Lestari N/A Kabupaten Pangkep
59 LSM Masyarakat Peduli Lingkungan N/A Kabupaten Pangkep
60 Komunitas Hijau N/A Kabupaten Luwu Timur
61 MAHAMERU N/A Kabupaten Luwu Timur
62 LSM LKIN N/A Kabupaten Soppeng
63 LSM Gempa N/A Kabupaten Enrekang
64 LSM Rumah Fasilitas N/A Kabupaten Jeneponto
65 LSM Makaritutu N/A Kabupaten Luwu Utara
66 LSM Walda N/A Kabupaten Toraja Utara
Keterangan: N/A (Not Available)
Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Prov. Sulsel, 2018
Lampiran Tabel-55. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan
Hidup menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018

No. Tingkat Pendidikan Laki -laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Doktor (S3) 0 1 1
2 Master (S2) 11 14 25
3 Sarjana (S1) 21 37 58
4 Diploma (D3/D4) 0 2 2
5 SLTA 5 7 12
6 SMP 1 0 1
Jumlah 38 61 99
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

Lampiran Tabel-56.
Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang Telah Mengikuti
Diklat
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Staf Yang Sudah
Staf Fungsional
Nama Diklat
No.
Instansi Jabatan Laki Laki –
Perempuan Perempuan
Fungsional - laki laki
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Dinas Pengelolaan
1 PPLH 1 4
Lingkungan Hidup
Dinas Pengelolaan Diklat
2 3 2
Lingkungan Hidup Perencanaan
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-57.
Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
(1) (2) (3) (4) (5)
SD Negeri 73 Sudu Sekolah Dinas Pengelolaan
Prandean Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
1 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 94 Balla Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Enrekang Adiwiyata Lingkungan Hidup
2 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 27 Penja Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Enrekang Adiwiyata Lingkungan Hidup
3 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 118 Kotu Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Enrekang Adiwiyata Lingkungan Hidup
4 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 116 Sekolah Dinas Pengelolaan
Enrekang Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
5 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 53 Sekolah Dinas Pengelolaan
Malalin Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
6 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Palungeng Gellang Adiwiyata Lingkungan Hidup
7 2018
Kab. Barru Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Madello Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Barru Adiwiyata Lingkungan Hidup
8 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sangir Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
9 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Unggulan Adiwiyata Lingkungan Hidup
10 2018
Puritamansari Kota Tingkat Provinsi Sulawesi
Makassar Provinsi Selatan
11 SD Hang Tuah Kota Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Kalukuang III Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
12 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Gaddong Sekolah Dinas Pengelolaan
II Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
13 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Gunung Sekolah Dinas Pengelolaan
Sari I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
14 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Sudirman I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
15 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Sambung Jawa I Adiwiyata Lingkungan Hidup
16 2018
Kota Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Perumnas Antang Adiwiyata Lingkungan Hidup
17 2018
III Kota Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Mangasa Sekolah Dinas Pengelolaan
I Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
18 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Sambung jawa II Adiwiyata Lingkungan Hidup
19 2018
Kota Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres maccini Sekolah Dinas Pengelolaan
I/I Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
20 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Bertingkat labuang Adiwiyata Lingkungan Hidup
21 2018
Baji Kota Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Kalukuang II Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
22 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
23 SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Sudirman II Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Pampang Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
24 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Tello Sekolah Dinas Pengelolaan
Baru II Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
25 2018
makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Monginsidi Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
26 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Toddopuli I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
27 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Malimongan Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
28 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri KIP Bara Sekolah Dinas Pengelolaan
Baraya II Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
29 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Kampus Sekolah Dinas Pengelolaan
IKIP Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
30 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Tamalanrea I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
31 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Parinring Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
32 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Pongtiku Sekolah Dinas Pengelolaan
I Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
33 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Perumnas Antang I Adiwiyata Lingkungan Hidup
34 2018
Kota Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
35 SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Komp.IKIP I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 90 Sekolah Dinas Pengelolaan
Pakkasalo Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
36 2018
Bone Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 23 Sekolah Dinas Pengelolaan
Jeppe'e Kab. Bone Adiwiyata Lingkungan Hidup
37 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 91 Uloe Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Bone Adiwiyata Lingkungan Hidup
38 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 92 Uloe Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Bone Adiwiyata Lingkungan Hidup
39 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres 12/79 Sekolah Dinas Pengelolaan
Jeppe'e Kab.Bone Adiwiyata Lingkungan Hidup
40 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres 10/73 Sekolah Dinas Pengelolaan
Unyi Kab.Bone Adiwiyata Lingkungan Hidup
41 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Pangkajene Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
42 2018
Sidrap Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 5 Sekolah Dinas Pengelolaan
Tanrutedong Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
43 2018
Sidrap Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 12 Sekolah Dinas Pengelolaan
Pangkajene Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
44 2018
Sidrap Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 1 Arawa Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Sidrap Adiwiyata Lingkungan Hidup
45 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 1 Sekolah Dinas Pengelolaan
Lembangcina Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
46 2018
Bantaeng Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
47 SD Negeri 10 Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Pasorongi Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
Bantaeng Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 40 Sekolah Dinas Pengelolaan
Lumpangang Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
48 2018
Bantaeng Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Inpres Lonrong Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Bantaeng Adiwiyata Lingkungan Hidup
49 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Angkasa 2 Kab. Sekolah Dinas Pengelolaan
Maros Adiwiyata Lingkungan Hidup
50 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 60 Sekolah Dinas Pengelolaan
Moncongloe Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
51 2018
Maros Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Paccinongan Adiwiyata Lingkungan Hidup
52 2018
Unggulan Kab. Tingkat Provinsi Sulawesi
Gowa Provinsi Selatan
SD Negeri Sekolah Dinas Pengelolaan
Lambengi Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
53 2018
Gowa Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri CENTRE Sekolah Dinas Pengelolaan
Mangalli Kab. Gowa Adiwiyata Lingkungan Hidup
54 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 38 Bonto Sekolah Dinas Pengelolaan
Perak Kab.Pangkep Adiwiyata Lingkungan Hidup
55 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 25 Sekolah Dinas Pengelolaan
Taraweang Kabba Adiwiyata Lingkungan Hidup
56 2018
Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 32 Sela Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab.Pangkep Adiwiyata Lingkungan Hidup
57 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 5 Sekolah Dinas Pengelolaan
Bowong Adiwiyata Lingkungan Hidup
58 2018
Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
59 SD Negeri 21 Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Maleleng Adiwiyata Lingkungan Hidup
Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 6 Bulu- Sekolah Dinas Pengelolaan
Bulu Kab.Pangkep Adiwiyata Lingkungan Hidup
60 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 18 Sekolah Dinas Pengelolaan
Lempangeng Adiwiyata Lingkungan Hidup
61 2018
Kab.Pangkep Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 9 Tanah Sekolah Dinas Pengelolaan
Kongkong Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
62 2018
Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 293 Sekolah Dinas Pengelolaan
Bulukumba Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
63 2018
Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 11 Sekolah Dinas Pengelolaan
Kalumene Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
64 2018
Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Center Benteng Sekolah Dinas Pengelolaan
Kab. Selayar Adiwiyata Lingkungan Hidup
65 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SD Negeri 62 Sekolah Dinas Pengelolaan
Lanrisang Adiwiyata Lingkungan Hidup
66 2018
Kab.Pinrang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
Madrasah Sekolah Dinas Pengelolaan
Ibtidaiyah DDI Adiwiyata Lingkungan Hidup
67 2018
Pinrang Tingkat Provinsi Sulawesi
Kab.Pinrang Provinsi Selatan
SMP Negeri 3 Sekolah Dinas Pengelolaan
Enrekang Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
68 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 1 Sekolah Dinas Pengelolaan
Anggeraja Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
69 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
MTs Negeri 3 Sekolah Dinas Pengelolaan
Enrekang Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
70 2018
Enrekang Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
71 SMP Negeri 1 Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Bulukumba Adiwiyata Lingkungan Hidup
Kab.Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 25 Sekolah Dinas Pengelolaan
Bulukumba Adiwiyata Lingkungan Hidup
72 2018
Kab.Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 30 Sekolah Dinas Pengelolaan
Bulukumba Adiwiyata Lingkungan Hidup
73 2018
Kab.Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Pangkajene Adiwiyata Lingkungan Hidup
74 2018
Kabupaten Sidrap Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 5 Dua Sekolah Dinas Pengelolaan
Pitue Kabupaten Adiwiyata Lingkungan Hidup
75 2018
Sidrap Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 3 Sekolah Dinas Pengelolaan
Majauleng Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
76 2018
Wajo Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Binamu Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
77 2018
Jeneponto Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
MTs Negeri 3 Sekolah Dinas Pengelolaan
Jeneponto Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
78 2018
Jeneponto Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Makassar Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
79 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 1 Sekolah Dinas Pengelolaan
Tinggimoncong Adiwiyata Lingkungan Hidup
80 2018
Kabupaten Gowa Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Barombong Adiwiyata Lingkungan Hidup
81 2018
Kabupaten Gowa Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMP Negeri 2 Sekolah Dinas Pengelolaan
Pattallasang Adiwiyata Lingkungan Hidup
82 2018
Kabupaten Gowa Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
83 SMA Negeri 10 Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Bulukumba Kab. Adiwiyata Lingkungan Hidup
Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SMANegeri 8 Sekolah Dinas Pengelolaan
Bulukumba Adiwiyata Lingkungan Hidup
84 2018
Kabupaten Tingkat Provinsi Sulawesi
Bulukumba Provinsi Selatan
SMA Kristen Barana Sekolah Dinas Pengelolaan
Kabupaten Toraja Adiwiyata Lingkungan Hidup
85 2018
Utara Tingkat Provinsi Sulawesi
Provinsi Selatan
SDN 6 Kasuara Sekolah Dinas Pengelolaan
Kabupaten Adiwiyata Lingkungan Hidup
86 2018
Bulukumba Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN 3 Lainungan Sekolah Dinas Pengelolaan
Kabupaten Adiwiyata Lingkungan Hidup
87 2018
Sidenreng Rappang Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN Unggulan Sekolah Dinas Pengelolaan
Monginsidi I Kota Adiwiyata Lingkungan Hidup
88 2018
Makassar Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SD Inpres Sekolah Dinas Pengelolaan
Unggulan BTN Adiwiyata Lingkungan Hidup
89 2018
Pemda Kota Tingkat Provinsi Sulawesi
Makassar Nasional Selatan
SD Inpres Antang I Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
90 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN Mangkura I Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
91 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN Mangkura II Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
92 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN Mangkura III Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
93 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SDN Mangkura IV Sekolah Dinas Pengelolaan
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
94 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
95 SDN Mangkura V Sekolah Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
Kota Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
SMPN 40 Kota Sekolah Dinas Pengelolaan
Makassar Adiwiyata Lingkungan Hidup
96 2018
Tingkat Provinsi Sulawesi
Nasional Selatan
Kota Makassar Penghargaan Dinas Pengelolaan
ADIPURA Lingkungan Hidup
97 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Kota Palopo Penghargaan Dinas Pengelolaan
ADIPURA Lingkungan Hidup
98 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Kota Pare-pare Penghargaan Dinas Pengelolaan
ADIPURA Lingkungan Hidup
99 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Turikale, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Maros ADIPURA Lingkungan Hidup
100 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Bantaeng, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Bantaeng ADIPURA Lingkungan Hidup
101 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Pinrang, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Pinrang ADIPURA Lingkungan Hidup
102 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Malili, Kab. Luwu Penghargaan Dinas Pengelolaan
Timur ADIPURA Lingkungan Hidup
103 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Sidenreng, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Sidrap ADIPURA Lingkungan Hidup
104 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Pangkajene, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Pangkep ADIPURA Lingkungan Hidup
105 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Bulukumba, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Bulukumba ADIPURA Lingkungan Hidup
106 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
107 Barru, Kab. Barru Penghargaan Dinas Pengelolaan 2018
Nama Orang/
Nama Pemberi Tahun
No. Kelompok/
Penghargaan Penghargaan Penghargaan
Organisasi
ADIPURA Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi
Selatan
Enrekang, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Enrekang ADIPURA Lingkungan Hidup
108 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Sengkang, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Wajo ADIPURA Lingkungan Hidup
109 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Soppeng, Kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Soppeng ADIPURA Lingkungan Hidup
110 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Sinjai, Kab. Sinjai Penghargaan Dinas Pengelolaan
ADIPURA Lingkungan Hidup
111 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Jeneponto, kab. Penghargaan Dinas Pengelolaan
Jeneponto ADIPURA Lingkungan Hidup
112 2018
Provinsi Sulawesi
Selatan
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-58.
Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Instansi Kelompok Tahun
No. Nama Kegiatan
Penyelenggara Sasaran Pelakasanaan
(1) (2) (3) (4) (5)
Sosialisasi Sanitasi Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
1 2015
Berorientasi Masyarakat Kab. Bulukumba Bulukumba
Pertemuan Forum
Kabupaten Kesehatan Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
2 2015
dan Pembinaan Kab. Bulukumba Bulukumba
Kabupaten Sehat
Pembinaan Pokja Desa Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
3 2015
dan Kelurahan Sehat Kab. Bulukumba Bulukumba
Orientasi Hygiene dan Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
4 2015
Sanitasi Pasar Kab. Bulukumba Bulukumba
Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
5 Orientasi STBM 2015
Kab. Bulukumba Bulukumba
Orientasi Hygiene dan Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
6 2015
Sanitasi Sekolah Kab. Bulukumba Bulukumba
Sosialisasi Enrekang Dinas Kesehatan Masyarakat Kab.
7 2016
Sehat Kab. Enrekang Enrekang
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-59.
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No Uraian *Tahun **Tahun
. 2016 2017
(dalam (dalam
milliar) milliar)
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 88.328,46 95.895,43
a. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa 57.156,41 60.735,86
Pertanian
- Tanaman Pangan 29.661,83 31.512,94
- Tanaman Hortikultura 4.927,31 5.162,11
- Tanaman Perkebunan 16.907,44 17.844,51
- Peternakan 4.198,43 4.582,58
- Jasa Pertanian dan Perburuan 1.461,39 1.633,72
b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 257,34 272,68
c. Perikanan 30.914,72 34.886,88
2 Pertambangan dan Penggalian 21.231,33 22.474,98
3 Industri Pengolahan 53.017,47 57.449,33
4 Pengadaan Listrik dan Gas 219,86 268,71
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 394,00 430,77
dan Daur Ulang
6 Konstruksi 47.501,80 53.386,35
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 50.836,85 58.381,45
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 16.170,46 17.514,08
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.991,42 5.696,25
10 Informasi dan Komunikasi 17.573,80 19.933,01
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 14.363,09 15.797,24
12 Real Estat 15.093,51 16.151,29
13 Jasa Perusahaan 1.652,58 1.845,25
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 16.841,81 18.194,82
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 19.130,90 21.756,45
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.329,54 8.188,61
17 Jasa lainnya 4.956,08 5.567,57
PRODUK DOMESTIK BRUTO 379.632,2 418.931,5
6 8
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 358.400,9 396.456,6
3 0
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Lapangan Usaha
2013 - 2017 BPS Prov. Sulsel
Lampiran Tabel-60.
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Uraian *Tahun **Tahun
2016 2017
(dalam (dalam
milliar) milliar)
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 58.350,62 61.468,51
a. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa 38.790,89 40.298,68
Pertanian
- Tanaman Pangan 20.022,37 20.984,97
- Tanaman Hortikultura 3.314,38 3.452,99
- Tanaman Perkebunan 11.600,40 11.748,26
- Peternakan 2.860,44 3.035,60
- Jasa Pertanian dan Perburuan 993,31 1.076,86
b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 171,85 179,55
c. Perikanan 19.387,88 20.990,28
2 Pertambangan dan Penggalian 15.996,26 16.718,89
3 Industri Pengolahan 38.473,77 40.407,19
4 Pengadaan Listrik dan Gas 256,98 272,65
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 319,33 344,53
dan Daur Ulang
6 Konstruksi 31.989,28 34.758,35
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 38.360,68 42.479,22
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 9.851,28 10.675,51
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.655,58 4.081,80
10 Informasi dan Komunikasi 16.989,31 18.776,94
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 9.842,96 10.275,00
12 Real Estat 9.783,67 10.222,29
13 Jasa Perusahaan 1.142,99 1.239,45
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 11.337,29 11.926,34
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 14.295,97 15.685,09
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.254,63 5.717,08
17 Jasa lainnya 3.522,50 3.859,79
PRODUK DOMESTIK BRUTO 379.632,26 269.423,09
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 358.400,93 253.426,83
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sumber : Data Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Lapangan Usaha
2013 - 2017 BPS Prov. Sulsel
Lampiran Tabel-61.
Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Jenis Jenis
Produk Produk
Nomor dan
No. Hukum Hukum Tentang
Tanggal
Bidang Bidang
LH Kehutanan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Peraturan N/A Nomor 163 Tahun 2017 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Bila
2017
2 Peraturan N/A Nomor 164 Tahun 2017 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Awo
2017
3 Peraturan N/A Nomor 165 Tahun 2017 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Tarumpakkae
2017
4 Peraturan N/A Nomor 166 Tahun 2017 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Tarumpakkae
2017
5 Peraturan N/A Nomor 167 Tahun 2017 Penatapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Gilireng
2017
6 Peraturan N/A Nomor 168 Tahun 2017 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 29 Desember Sungai Siwa
2017
7 Peraturan N/A Nomor 140 Tahun 2018 Gerakan Bangga
Gubernur tanggal 21 Desemeber Sulawesi Selatan
2018 Bersih, Sehat, dan
Hijau
8 Peraturan N/A Nomor 141 Tahun 2018 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 21 Desemeber Sungai Pareman
2018
9 Peraturan N/A Nomor 142 Tahun 2018 Penetapan Kelas Air
Gubernur tanggal 21 Desemeber Sungai Lamasi
2018
10 Peraturan N/A Nomor 152 Tahun 2018 Kebijakan dan Strategi
Gubernur tanggal 31 Desemeber Provinsi Sulawesi
2018 Selatan dalam
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga
Keterangan: N/A (Not Available)
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-62.
Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Sumber Peruntukan Jumlah Jumlah
Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Tahun 2017 Tahun 2018
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 APBD Pemantauan Kualitas 424.905.105,00 1.473.381.560,00
Air
2 APBD Pembinaan Adipura dan 115.512.314,00 179.500.280,00
Kalpataru
3 APBD Pembinaan Pengelolaan 1.685.810.000,00 167.112.496,00
Limbah B3
4 APBD Pembinaan dan 330.935.000,00 125.642.840,00
Pengawasan Ketaatan
Pemrakarsa Usaha
dan/atau Kegiatan
5 APBD Penilaian Dokumen 448.025.000,00 68.224.524,00
Lingkungan Hidup
6 APBD Penyusunan dan 1.141.124.750,00 1.226.868.893,00
Pengawasan
Pelaksanaan KLHS dan
RPPLH Provinsi
Kab/Kota di Sulsel
7 APBD Penyusunan dan 241.790.000,00 57.418.360,00
Pengawasan Komisi
Penilai AMDAL, UKL dan
UPL.
8 APBD Pelayanan Pengujian 442.240.000,00 176.919.288,00
Laboratorium
Lingkungan Hidup.
9 APBD Pengelolaan 1.849.085.000,00 469.596.600,00
Persampahan
10 APBD Pemantauan Kualitas 117.525.000,00 11.556.400,00
Tanah
11 APBD Pengembangan Fasilitas 4.298.575.000,00 1.485.784.480,00
Teknis Pengelolaan
Sampah dan Limbah B3
12 APBD Pemulihan Kualitas 205.100.000,00 158.271.160,00
Lingkungan Hidup
13 APBD Pengelolaan Kawasan 125.689.100,00 87.166.720,00
Pesisir, Laut, dan
Pulau-Pulau Kecil
14 APBD Pengembangan dan 813.250.000,00 100.281.108,00
Pemantapan Kawasan
Konservasi/Esensial
15 APBD Pembinaan dan 1.405.200.000,00 82.268.000,00
Koordinasi Adaptasi dan
No. Sumber Peruntukan Jumlah Jumlah
Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Tahun 2017 Tahun 2018
(Rp) (Rp)
Mitigasi Perubahan
Iklim
16 APBD Pengelolaan 1.252.250.000,00 357.968.277,00
Keanekaragaman
Hayati dan Plasma
Nutfah.
17 APBD Pembinaan Sulsel Go 707.650.000,00 524.833.651,00
Green Jalur Sekolah
18 APBD Pembinaan Penerapan 139.100.000,00 387.517.000,00
Sistem Manajemen
Lingkungan Ekolabel,
Produksi Bersih dan
Teknologi Berwawasan
Lingkungan
19 APBD Pembinaan 119.944.250,00 25.341.400,00
Laboratorium
Lingkungan Hidup
20 APBD Pembinaan dan 195.675.000,00 94.038.000,00
Kerjasama dengan
Organisasi Peduli
Lingkungan
21 APBD Identifikasi, Investigasi, 426.125.000,00 307.077.726,00
dan Pelayanan
Pengaduan Masyarakat
terhadap Lingkungan
Hidup
22 APBD Penegakan Hukum dan 436.125.000,00 264.853.208,00
Penanganan Kasus
Lingkungan Hidup
23 APBD Koordinasi dan 286.522.000,00 191.257.805,00
Penyusunan Produk
Hukum Lingkungan
Hidup
24 APBD Penyusunan Rencana - 75.734.500,00
Kegiatan Anggaran dan
Pelaporan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
25 APBD Monitoring, Evaluasi - 56.375.080,00
dan Pelaporan
Pelaksanaan
Pengelolaan
Lingkungan
26 APBD Penatausahaan 413.605.000,00 2.523.840.000,00
Administrasi
Laboratorium
Lingkungan Hidup
27 APBD Pengembangan Mutu 583.548.100,00 87.439.000,00
No. Sumber Peruntukan Jumlah Jumlah
Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Tahun 2017 Tahun 2018
(Rp) (Rp)
dan Kapasitas
Laboratorium
Lingkungan Hidup
28 APBD Pengelolaan dan 2.256.913.144,00 435.566.725,00
Penyebarluasan
Informasi Lingkungan
Hidup
29 APBD Pembinaan dan 190.000.000,00 58.462.500,00
Peningkatan
Kompetensi dan
Kualitas Aparatur
30 APBD Penyelenggaraan - 255.121.550,00
Ketatausahaan UPTD
Pengelolaan Limbah B3
31 APBD Pengelolaan dan 1.070.325.374,00 276.397.862,00
Pelayanan Administrasi
Perkantoran
32 APBD Penatausahaan 394.800.000,00 90.818.144,00
Administrasi Keuangan
33 APBD Pembinaan dan 741.880.000,00 680.200.050,00
Pengelolaan
Kepegawaian
34 APBD Penyediaan dan 863.950.000,00 173.599.076,00
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
35 APBD Rapat-rapat koordinasi 625.885.867,00 627.508.770,00
dan konsultasi ke luar
daerah
36 APBD Penatausahaan dan - 17.000.000,00
Pengelolaan Aset Tetap
dan Persediaan
Keterangan: (-) Tidak Ada Data
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-63.
Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Sumber Jumlah (milliar rupiah)
(1) (2) (3)
1 Pajak 5.409,78
2 Retribusi 616,86
3 Laba BUMD -
4 Pendapatan lainya yang Sah 5.557,95
Jumlah 11.584,59
Keterangan : (-) Tidak Ada Data
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018
Lampiran Tabel-64.
Inovasi Pengelolaan LH daerah
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
No. Provinisi/ Nama Deskripsi Inovasi Dasar Hukum
Kabupaten/Kota Inovasi Inovasi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Provinsi Sulawesi Sistim Menyediakan Peraturan
Selatan Informasi layanan sistem Gubernur No.
Lingkungan informasi 111 Tahun 2017
Hidup - lingkungan yang Tentang
Online mengintegrasikan Penyelenggaraan
(SIMAS LH - berbagai urusan Sistem Informasi
Online) lingkungan hidup. Lingkungan
Seperti perizinan, Hidup Provinsi
pemantauan, Sulawesi Selatan
pengawasan dan
pengaduan
2 Kabupaten Takalar BUAH SABAT Upaya Pengelolaan N/A
(Pembuangan lingkungan melalui
Air Limbah, pemanfaatan
Sederhana bahan-bahan alam
dan untuk mengelolah
Bermanfaat limbah Tinja
Solusi
Lingkungan
Sehat)
3 Kota Makassar LongSet Upaya Pengelolaan N/A
(Lorong Lingkungan dengan
Sehat) Memberdayakan
masyarakat yang
tinggal di lorong
Keterangan: N/A (Not Available)
Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Prov. Sulsel, 2018
Lampiran Tabel-65.
Pelestarian Kearifan Lokal LH
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun Data: 2018
Bentuk Kearifan Nama Kearifan
No. Kabupaten Deskripsi
Lokal Lokal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Maros Perayaan Pesta Panen Dengka Ase Lolo N/A
2 Pangkep Upacara Adat Untuk Mappalili N/A
Memulai Musim Tanam
Padi
3 Barru Perayaan Pesta Panen Mappadendang N/A
4 Pare-Pare Memakai Sarung Mallipa N/A
5 Pinrang Hikmah Pertanian Mattammu Bulung N/A
6 Sidenreng Ahli Mengolah Emas Panre Ulaweng N/A
Rappang
7 Sidenreng Pembuat Kerajinan Batu Panre Batu N/A
Rappang
8 Sidenreng Pembuat Kerajinan Kayu Panre Aju N/A
Rappang
9 Sidenreng Ahli Agama dan Sosial Panre Guru N/A
Rappang
10 Sidenreng Panre Bessi Panre Bessi N/A
Rappang
11 Sidenreng Panre Ada Panre Ada N/A
Rappang
12 Sidenreng Panre Tana Panre Tana N/A
Rappang
13 Enrekang Pesan-Pesan Leluhur Panggadaran N/A
14 Enrekang Larangan Melakukan Mappemmali N/A
Penebangan Kayu
15 Enrekang Saling Mengingatkan Ketika Peppasang N/A
Terjadi Pelanggaran Adat
16 Enrekang Penyelesaian Konflik Sipulung Wanua N/A
dikomunikasi Adat, Penetapan
Waktu Pertanian, Upacara.
17 Tana Toraja Upacara Pengucapan Syukur Rambu Tuka N/A
18 Tana Toraja Upacara Pemakaman Rambu Solo N/A
19 Tana Toraja Adu Kerbau Ma` Pasilaga N/A
Tedong
20 Tana Toraja Pertunjukan Si Semba` N/A
21 Tana Toraja Pembantaian Kerbau Mattinggoro` N/A
Tedong
22 Toraja Mempertahankan Bambu Pa` Tallang N/A
Utara yang Tumbuh Pada Lokasi
Tongkonan
23 Palopo Orang Asli Palopo Tomakaka N/A
24 Palopo Mempertahankan Sumberdaya Air N/A
Sumberdaya Air di Latuppa Terjaga
25 Luwu Utara Memelihara Keharmonisan Tudang Sipulung N/A
Masyarakat
26 Luwu Utara Mengharung Hasrat dan Mappaenre Ota N/A
Keinginan Manusia
27 Soppeng Saat Kekeringan Melanda Pattaungeng N/A
Daerah
28 Soppeng Menanam Benih Maddoja Bine N/A
29 Soppeng Adat Memohon Padi Maccera Ase N/A
Melimpah Mappadendang
30 Wajo Festifal Danau Tempe Maccera' Tappareng N/A
31 Bone Untuk Menghormati dan Mattampung Parewa N/A
Mengrimkan Doa-doa Bissi
Keselamatan Kepada Orang
yang Meninggal
32 Bone Membersihkan Benda-benda Mattompang Arajang N/A
Pustaka
33 Sinjai Pesta Kampung Upaca Adat N/A
Mappogau Hanua
34 Selayar Alat Tangkap Bila/Sero Sumberdaya Laut N/A
35 Selayar Menenun Tenun N/A
36 Bulukumba Melestarikan Alam Suku Kajang N/A
37 Bantaeng Hutan Rakyat Borong Inara N/A
38 Jeneponto Upacara Adat Untuk Je'ne-Je'ne Sampara N/A
Merayakan Kemenangan
Kerajaan Tarowang
39 Takalar Nelayan Pencari Telur Ikan Nelayan Torani N/A
Terbang
40 Gowa Masyarakat Adat Patalassang N/A N/A
Menjaga Wilayah dan Hutan
Mereka
41 Makassar Tanam Ari-ari Bayi Bersama N/A N/A
Pohon Kelapa
Keterangan: N/A (Not Available)
Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Prov. Sulsel, 2018
Kegiatan Penginputan Data Dalam Aplikasi SIKLHD
Kegiatan Penginputan Data Dalam Aplikasi SIKLHD
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan

Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan


Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan

Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan


Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan

Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan


Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi Sulawesi Selatan
Program Hutan Kemasyarakatan di Sulawesi Selatan Tahun 2018
Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan KLHS RPJMD 2018

Rapat Tim Pokja Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja


Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Provinsi
Sulawesi Selatan

Penanaman Mangrove Serentak


di Pesisir Sulawesi Selatan

Pembinaan Sekolah Adiwiyata


Lauching Gerbang Sulsel Bersatu Tahun 2018

Kegiatan Kerja Bakti Membersihan Lingkungan


Tahun 2018
Kawasan Hutan Adat Ammatoa di Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan

Pemberian Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik ke Pada


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Program Hutan Kemasyarakatan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

Kegiatan Aksi bersih pesisir oleh Forum Pemuda Bahari Indonesia


DPW Sulawesi Selatan
Bintek Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya
Merkuri di Sulsel

FGD Pengelolaan Sampah di Wilayah Pesisir dan


Penyerahan Alat Biopori
Sosialisasi Pengelolaan Ramah Lingkungan Skala Rumah Tangga
\
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawei Selatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai