PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka balita akan
sering terjadi pada balita adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau
lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari
khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini
di Jawa Timur tahun 2013 berdasarkan laporan profil kabupaten atau kota
1
2
2013).
Timur pada tahun 2013 yaitu mencapai 118%. Hal ini terjadi karena ada
menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun 2013. Dari data yang di dapatkan
dari data Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 di dapatan jumlah kasus diare
Jumlah kasus diare di Wonoayu tahun 2014 sebanyak 1.667 kasus, tahun 2015
sebanyak 1.747 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 2.274 kasus (depkes RI,
2017).
perkembangan fisik, psikis dan intelektual sudah diketahui secara luas. Namun
UNICEF menyampaikan temuan bahwa hanya 20% dari negara – negara yang
diteliti mempraktekan pemberian ASI esklusif pada lebih 50% balita yang ada.
dipraktekan pada 39% dari seluruh balita adalah salah satu negara yang
3
tergolong kelompok 80% tersebut persentase pemberian ASI nya jauh lebih
pada 39% dari seluruh balita adalah salah satu negara yang tergolong
kelompok 80% tersebut. Angka ini bahkan semakin parah karena perhitungan
turun dengan jumlah lebih dari setengah angka diatas menjadi 15,3% dari
menyatakan masih ada 4,8% perempuan menikah pada usia 10-14 tahun.
cukup untuk siap menyusui. Menyadari dan memiliki pemahaman yang lebih
dot dan diikuti oleh penjulan botol susu. Menurut General Manager Marketing
Division dari perusahaan tersebut penjulan dari perlengkapan dot susu balita
dan botol susu akan semakin ditingkatkan dan pada tahun 2015 perusahaan
Hendra, 2015). Hal ini juga diperparah dengan media iklan yang pada satu sisi
data Dinas Kesehatan Republik Indonesia (Dinkes RI) tahun 2013, diketahui
pemberian makanan prelakteal pada balita umur 0-23 bulan mencapai 44,3%,
dengan makanan yang paling banyak diberikan pada balita adalah susu
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara higienitas botol dan dot susu dengan
C. Tujuan
a. Tujuan umum
higienitas botol dan dot susu dengan diare pada balita usia 0-2 tahun di
b. Tujuan khusus:
Kabupaten Sidoarjo.
D. Manfaat penelitian:
a. Bagi masyarakat
b. Bagi puskesmas
A. Diare
1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau balita lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada
balita yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4
kali sehari. Untuk balita yang minum ASI secara eksklusif definisi diare
seperti biasanya. Kadang pada balita buang air besar kurang dari 3 kali
perhari, namun konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.
(gastroenterology-hepatologi IDAI).
2. Etiologi
golongan virus, bakteri, dan parasite. Dua tipe dasar diare akut oleh karena
virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri.
6
7
(gastroenterology-hepatologi IDAI).
3. Epidemiologi
A.R. 2008).
antara lain makan atau minum yang tercemar tinja dan atau kontak
1. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan
pada 1 tahun pertama kehidupan pada balita yang tidak diberi ASI
8
risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada balita yang diberi
besar.
dibersihkan.
hepatologi IDAI).
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
9
(gastroenterology-hepatologi IDAI).
b. Gangguan sekresi
5. Klasifikasi
a. Pemeriksaan fisik
(ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau
b. Pemeriksaan laboratorium
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab lain selain diare
3. Tinja:
(gastroenterology-hepatologi IDAI).
6. Komplikasi
b. Renjatan hipovolemik.
d. Hipoglikemia
1. Higienitas
subjeknya dan itas adalah akhiran, akhiran adalah imbuhan yang terletak di
akhir kata. Fungsi dari imbuhan itas adalah untuk membentuk kata benda
RI, 2004).
a. Manfaat Higienitas
penyebaran penyakit diare. Higienitas Dot Susu Dot susu yang juga
susu ibu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Higienitas botol
dan dot susu adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
minum balita.
3) Mencuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot)
4) Membilas botol dan dot dengan air bersih yang mengalir. Air
minuman seperti botol susu, dot, gelas dan sendok. Apabila air
(Arisman, 2009).
14
air mengalir.
dilakukan untuk menghindari adanya infeksi kuman pada dot susu dan
yang mungkin terdapat pada botol dan dot susu yang menempel pada
2013 meliputi:
15
botol.
susu.
saat melakukan sterilisasi botol dan dot susu dengan cara merebus
kompor.
hilang.
16
(tutup, dot, tutup anti sedak, dan botol) ke dalam panci. Merebus
kira-kira 5 menit.
mendapatkan ASI.
terkontaminasi bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh perilaku ibu yang
kebersihan botol susu sebelum digunakan adalah hal yang amat mutlak
bakteri berkembang pada botol susu. Sisa susu yang masih menempel
pada botol susu akibat cara pencucian yang kurang baik menjadi media
protein itu masih ada di botol susu maka akan menjadi media untuk
tidak mengalami diare dengan ibu yang memiliki cara pencucian botol
C. Hubungan antara higienitas botol dan dot susu dengan kejadian diare
menguji hipotesa tersebut dengan uji chi-square. Pada uji tersebut didapatkan
nilai ρ=0.014 dan odds ratio sebanyak 3,5. Hal ini menunjukkan bahwa
3,5 dapat disimpulkan bahwa balita dengan higienitas botol susu buruk
berisiko 3,5 kali lebih besar untuk menderita diare dibandingkan dengan
hal dalam pencucian botol susu yaitu, pertama memisahkan botol, dot, dan
tutup botolnya serta mencucinya dengan air sabun, kedua menggunakan sikat
khusus untuk membersihkan botol susu, dot dan tutup botolnya, ketiga
menyikat dengan bersih bagian dasar botol dan bagian leher botol, keempat
membilas botol hingga benar- benar bersih menggunakan air bersih yang
mengalir, dan kelima merebus botol di dalam air selama 5-10 menit.
Higienitas botol dan dot susu buruk apabila salah satu dari hal di atas tidak
18
dilakukan. Higienitas botol dan dot susu buruk dapat menyebabkan terjadinya
diare, cara pencucian botol dan dot susu dan penggunaan botol dan dot susu
yang tidak steril dapat menjadi faktor resiko penyakit diare, akibat dari
penggunaan botol susu yang tidak steril ini memudahkan pencemaran oleh
bakteri. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol dan dot susu yang tidak
bersih, maka akan terjadi kontaminasi bakteri dan bila tidak segera diminum
bakteri akan tumbuh. Cara yang salah dalam penggunaan botol dan dot susu
botol dan dot susu bisa mengganggu sistem pencernaan balita (Sudoyo AW,
dkk, 2010).
Apabila higienitas dari botol dan dot susu kurang maka akan mudah
masuk ke dalam tubuh balita bersama dengan susu yang diminum, kemudian
bakteri itu akan menuju ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan
infeksi dan merusakkan epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan
digantikan oleh sel enterosit yang baru yang berbentu kuboid yang belum
matang sehingga fungsi sel-selnya masih belum bagus. Hal ini menyebabkan
vili-vili usus halus akan atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dengan baik.
Cairan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan
osmotic usus halus. Hal ini menyebabkan banyak cairan yang tertarik ke usus
dalam tubuh balita bersama dengan susu yang diminum lalu balita dapat
salah satu konsumen susu botol. Botol susu yang tidak steril amat berbahaya
patogen seperti bakteri, virus dan parasit, yang dapat menyebabkan penyakit,
salah satunya diare (Musawir MA, dkk, 2013, Dinas Kesehatan Provinsi
Keterangan:
Gambar III.1:Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan antara Higienitas Botol dan Dot Susu
Kejadian
dengan kejadian diare
diare pada padadibalita
Baduta usiaKerja
Wilayah 0-2 tahun dipengaruhi
Puskesmas Wonoayuoleh beberapa
Kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Tahun 2019).
20
21
Kejadian diare pada balita usia 0-2 tahun di pengruhi oleh beberapa
faktor antara lain : perilaku kesehatan dan higienitas botol dan susu.
Sedangkan higienitas botol dan dot susu terdiri dari: Gunakan sabun cuci
yang aman untuk bayi, Bilas Dot dengan bersih menggunakan air mengalir,
untukmembersihkan dot susu, sikat dengan bersih bagian dalam dot. Oleh
karena itu higienitas botol dan dot susu dapat mempengaruhi kejadian diare
B. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara higienitas botol dan dot susu dengan kejadian
A. Jenis Penelitian
Square. Dalam penelitian ini akan menguji seberapa besar pengaruh faktor
kebersihan botol dan dot susu dengan kejadian diare di kecamatan Wonoayu,
Kabupaten Sidoarjo.
C. Populasi
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2010: 118). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang memeriksakan balitanya usia 0-2
D. Sampel
22
23
Populasi terdiri atas 168 semua Ibu yang memeriksakan anaknya usia 0-2
Keterangan:
n : besar sampel
N : besar populasi
Dalam penelitian ini besarnya populasi (N) adalah 168, maka jumlah
sampelnya adalah:
n = 62.68
n =63 sampel
24
tersebut dijadikan sampel. Dengan cara konsekutif (bila dalam waktu satu
harinya.
1. Kriteria Inklusi
a. Semua ibu yang memeriksakan balita usia 0-2 tahun pada bulan
2. Kriteria eksklusi
25
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
pada balita usia 0-2 tahun tidak menjaga higienitas botol dan dot susu pada
Sidoarjo.
26
No Alat Skala
Variabel Definisi Kriteria
. ukur Data
direbus
27
berikut :
sebagai berikut:
5. Tabulating
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
uji Chi Square. Uji Chi Square adalah uji statistik yang ditujukan
30
Nilai Probabilitas (P). Dimana, jika p < 0,05, artinya ada hubungan
apabila p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel terikat
terdapat hubungan positif antar Higienitas Botol dan Dot Susu dengan
kejadian Diare pada balita usia 0-2 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Wonoayu.
BAB V
dibawah Bupati.
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
31
32
Umur
6.3%
38.1%
55.6%
2. Pendidikan Responden
33.3% 31.7%
Sumber Hasil
Penelitian,
34.9%
2019.
SD SMP SMA
Perempuan 35 55,6
Laki-laki 28 44,4
Total 30 100.0
44.4%
55.6%
Perempuan Laki-laki
4. Umur Balita
Umur balita
19.0%
30.2%
50.8%
31.7%
68.3%
Buruk Baik
74.6%.
36
25.4%
74.6%
Gambar V.6 Diagram Distribusi Frekuensi kejadian diare balita 0-2 tahun
(Puskesmas Wonoayu, 2019).
36.5%
63.5%
38
62
Gambar V.8 Diagram Distribusi Frekuensi mencuci botol susu dengan air
mengalir.
9. Strerilisasi botol dengan di rebus/tidak
30.1%
69.9%
di rebus tidak
46%
54%
36.5%
63.5%
Gambar V.11 Diagram Distribusi Frekuensi mencuci botol susu lagi sebelum
digunakan/tidak
Total 63 100.0
Sumber Hasil Penelitian, 2019.
49.3%
50.7%
H0 : tidak ada Hubungan antara Higienitas Botol dan Dot Susu terhadap
Wonoayu
H1 : ada hubungan antara Higienitas Botol dan Dot Susu terhadap Kejadian
kejadian diare
balita 0-2 tahun
Higienitas botol dan
Total NILAI SIGNINIFIKANSI
dot susu balita Tidak
Diare Diare
tentang Hubungan Higienitas Botol dan Dot susu dengan kejadian diare balita
Tabel V.13 Kejadian diare menurut higienitas botol dan dot susu pada balita 0-2
tahun di Puskesmas Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Januari 2019
responden dengan Higienitas botol dan dot susu balita yang buruk 93,03%
balita usia 0-2 tahun yang mengalami diare, sedangkan untuk kelompok
responden dengan higienitas botol dan dot susu balita yang baik hanya 35%
balita yang mengalami diare. Perbedann ini di yakinkan dengan uji Chi
square dengan p=0,000 (< 0,05), H0 di tolak atau ada hubungan higienitas
botol dan dot susu terhadap kejadian diare pada balita usi 0-2 tahun di
PEMBAHASAN
Diare adalah buang air besar pada bayi atau balita lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah. Diare umumnya di sebabkan oleh infeksi yang dapat berasal dari golongan
virus, bakteri, dan parasite. Higienitas dot susu merupakan salah satu cara untuk
Higienitas botol dan dot susu adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan objeknya yaitu botol dan dot susu. Higienitas dari botol
dan dot susu yang kurang maka akan mudah untuk terkontaminasi bakteri, setelah
terpapar bakteri maka bakteri akan masuk ke dalam tubuh balita bersama dengan
berkembangnya bakteri dalam botol dan dot susu bisa mengganggu sistem
kontaminasi pada botol dan dot susu maka di anjurkan untuk memelihara dan
melindungi kebersihan objeknya yaitu botol dan dot susu yang meliputi Gunakan
sabun cuci yang aman untuk bayi, membilas botol dan dot susu dengan bersih
menggunakan air mengalir, mencuci ulang botol dan dot susu sebelum digunakan,
Perilaku cuci tangan Ibu, mensterilkan dot dengan cara direbus, gunakan sikat
khusus untuk membersihkan dot susu, sikat dengan bersih bagian dalam dot.
Hasil uji chi square di peroleh nilai probabilitas sebesar 0,000 yang bearti
bahwa p < 0,05, maka H0 di tolak dan H1 di terima dengan kata lain ada
42
43
hubungan antara higienitas botol dan dot susu dengan kejadian diare pada balita
Higienitas dari botol dan dot susu kurang maka akan mudah untuk
dalam tubuh balita bersama dengan susu yang diminum, kemudian bakteri itu
akan menuju ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan
merusakkan epitel tersebut (Musawir MA, dkk, 2013). Pada penelitian lain juga di
dapati terdapat hubungan yang bermakna antara higienitas botol susu dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Kelayan Timur dengan OR sebesar 3,5
dapat disimpulkan bahwa balita dengan higienitas botol susu buruk berisiko 3,5
kali lebih besar untuk menderita diare dibandingkan dengan higienitas botol susu
responden dengan higienitas botol dan dot susu yang buruk sebanyak 68,3%
sehingga hal ini berpotensi untuk menyebabkan terjadinya diare pada anak usia 0-
2 tahun.
Pada tabel V.7 36,5% responden tidak mencuci botol dan dot susu dengan
menggunakan sabun, tabel V.8 38% responden tidak mencuci botol dan dot susu
dengan menggunakan air mengalir, tabel V.9 30,1% responden tidak melakukan
sterilisasi botol dan dot susu dengan di rebus, tabel V.10 46% responden tidak
mencuci tangan sebelum menggunakan botol dan dot susu, tabel V.11 responden
tidak mencuci botol dan dot susu kembali sebelum di gunakan dan tabel V.12
50,7% responden tidak menyikat botol dan dot susu sehingga sebaiknya untuk
44
menjaga agar higienitas botol dan dot susu terhindar dari agen infeksi para ibu
harus mencuci botol dan dot susu dengan menggunakan sabun, sabun yang
digunakan juga harus aman pada bayi atau balita, botol dan dot susu juga harus di
cuci dengan menggunakan air yang mengalir, sterilisasi botol dan dot susu juga
harus dilakukan dengan benar yaitu dengan botol harus terendam seluruhnya
sehingga tidak ada udara didalam botol, panci ditutup dan biarkan sampai
mendidih selama 5-10 menit, panci biarkan tertutup, biarkan botol dan dot di
dalamnya sampai segera akan digunakan, agar bakteri yang masih menempel tidak
bertahan di botol dan dot susu, pentingnya mencuci tangan sebelum menggunakan
botol dan dot susu juga harus dilakukan agar bakteri yang ada di tangan tidak
menempel pada botol dan dot susu yang telah di sterilikan, setelah itu botol dan
dot susu juga di cuci kembali sebelum digunakan kembali walau sebelumnya
botol dan dot susu sudah dalam keadaan bersih, dan apa bila mencuci botol dan
dot susu juga harus menyikat dengan sikat kusus botol dan dot susu agar sisa susu
yang berada di dalam dot dapat terjangkau dan tidak menjadi sumber infeksi.
BAB VII
A. Kesimpulan
3. Ada hubungan antara higienitas botol dan dot susu balita dengan kejadian
Sidoarjo.
B. Saran
harus lebih memperhatikan higienitas botol dan dot susu terutama untuk
masalah sterilisasi botol dan dot susu yang baik dan benar.
dalam bentuk pelatihan mencuci botol dan dot yang benar mulai dari cara
mencuci hingga yang paling utama proses sterilisasi botol dan dot susu
45
46
C. Keterbatasan Peneliti
peneliti.
jumlah besar.
keadaan sesungguhnya.
hubungan antara higienitas botol dan dot susu dengan kejadian diare pada
anak umur 0-2 tahun di lingkungan kerja puskesmas Wonoayu tahun 2019.
DAFTAR PUSTAKA
47
48