Disusun oleh:
Novi Alensky
(10040017198)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Motivasi setiap perusahaan atau industri atau bisnis bertujuan untuk meningkatkan
keuntungan. Sebagai suatu konsep organisasi, perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap
berbagai kepentingan yang mempuyai prinsip moral dan nilai etika. Banyak perusahaan yang
semakin berkembang maka pada saat itu pula kesenjangan social dan kerusakan lingkungan
sekitar dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negative.
Keinginan mencari laba dalam bisnis menghambat keinginan untuk membangun masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Sejauh ini kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mendorong perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab social belum tegas dan efektif. Di
tambah banyaknya program yang dikeluarkan oleh pemerintah berjalan tidak berkelanjutan
CSR sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial, dan lingkungan. 1
Banyak kalangan yang tidak percaya bahwa perusahaan tidak bersungguh-sungguh dalam
menerapkan CSR. Mereka beranggapan bahwa sebuah perusahaan hanya mengejar keuntungan
semata, tidak mungkin mempunyai maksud dan tujuan mulia untuk memberdayakan masyarakat,
menghormati hak-hak buruhnya, serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu sangatlah tidak
mungkin untuk menuntut perusahaan agar bertanggungjawab secara sosial.
Dalam uraian di atas, maka sangat penting sekali penelitian ini di lanjut, oleh karena itu
dalam penelitian ini akan di teliti pelanggaran terhadap perusahaan yang tidak menerapkan
tanggung jawab dan prinsip tranparacy yang berhubungan dengan CSR yaitu dengan penelitian
dengan judul “Penyalahgunaan Dana CSR PT Garuda Indonesia untuk Kepentingan
Internal Perusahaan Dihubungkan dengan UUPT No 40 Tahun 2007.” Dengan harapan
peneliti dapat mendapat solusi dari permasalahan tersebut sehingga perusahaan dapat melakukan
usahanya sesuai dengan etika bisnis yang tepat dan dapat melaksanakan kewajiban dengan baik.
1
Wargianti, Puspa. “studi tentang csr (corporate social responsibility)” Privat law. Vol.06, No. 01 , 2018, Hlm 17
2
Isa Wahyudi dan busyra Azheri, Corporate Sosial Responsibility, (Bandung: In-Trans Publishing,2008), hlm 15.
c. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada PT Garuda Indonesia yang telah meggunakan
dana CSR untuk kepentingan internal?
Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun
harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah, masyarakat, analisis dan pihak lain.
melalui rumusan Pasal 74 merupakan kebijakan hukum dari pembentuk UU untuk mengatur dan
menerapkan TJSL dengan suatu sanksi, dan hal ini adalah benar, karena:
1. Secara faktual, kondisi sosial dan lingkungan telah rusak di masa lalu ketika perusahaan
mengabaikan aspek sosial dan lingkungan sehingga merugikan masyarakat sekitar dan
lingkungan pada umumnya.4
2. Budaya hukum di Indonesia tidak sama dengan budaya hukum negara lain, utamanya
negara industri maju tempat konsep CSR pertama kali diperkenalkan di mana CSR bukan
hanya merupakan tuntutan bagi perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya tetapi
juga telah dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan dan syarat bagi
perusahaan yang akan go public. Dengan kata lain, MK tampaknya berpendapat bahwa
3
http://www.linknet.co.id/ind/nodes/nodes/view/type:corporate-social-responsibility/slug:corporate-social-
responsibility-principle
4
Mahkamah Konstitusi, above no.4, Bagian 3. Pertimbangan Hukum, subbagian Pendapat Mahkamah, nomor 3.19,
halaman 91.
sesuai kultur hukum Indonesia, penormaan TJSL sebagai norma hukum yang diancam
dengan sanksi hukum merupakan suatu keharusan demi tegaknya TJSL atau CSR.5
3. Menjadikan TJSL sebagai kewajiban hukum dinilai oleh MK justru untuk memberikan
kepastian hukum sebab dapat menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda tentang
TJSL oleh perseroan sebagaimana dapat terjadi bila TJSL dibiarkan bersifat sukarela. Hanya
dengan cara memaksa tersebut akan dapat diharapkan adanya kontribusi perusahaan untuk
ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.6
Transparancy
perusahaan harus bisa menyediakan berbagai informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh berbagai pihak. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemangku
5
Ibid, halaman 92
6
Ibid, halaman 93
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan diakses pada Hari Senin 04 mei 2020 pukul
17.30 WIB
kepentingan lainnya. Dalam sisi transparansi ada 2 segi yang disoroti peneliti, yaitu informasi
dan kebijakan.8
CSR di Indonesia umumnya banyak di artikan sebagai tindakan korporasi atau perusahaan
besar untuk memberikan sumbangan (philanthropy) berupa materi seperti uang, peralatan
atau hadiah lainnya kepada komunitas, organisasi atau individu diwilayah dimana mereka
beroperasi, dengan bentuk kepedulian sebuah perusahaan terhadap lingkungan. Sementara ini
pengungkapan CSR bertujuan untuk lebih mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan
stakeholdernya.
Tujuan dalam penerepan CSR adalah untuk pemberdayaan massyarakat, bukan memperdayai
mmasyarakat.
Pelaksanaan CSR di Indonesia sampai saat ini belum terlaksana menyeluruh di setiap
perusahaan, ada yang terlaksana tetapi tidak sampai ke tangan masyarakat atau tidak
memberikan peranan penting terhadap lingkungan sekitar perusahaannya.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah lebih focus melihat permasalahan yang
terjadi, perintah Pasal 74 ayat (4) UU PT untuk membuat peraturan pemerintah yang secara
khusus mengatur tentang TJSL, maka setidaknya ada 4 (empat) persoalan krusial yang perlu
dikaji lebih mendalam. Keempat persoalan itu adalah:
(a) batasan tentang perseroan yang terkena kewajiban melaksanakan TJSL, khususnya tentang
frasa ‘perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, atau
yang usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam’
8
Lukas William Andypratama “PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE” AGORA Vol. 1, No.
1, (2013)
(b) harmonisasi dan sinkronisasi berbagai peraturan perUUan yang juga mengatur substansi yang
berkaitan dengan TJSL, khususnya menyangkut ketentuan tentang sanksi hukum
(c) pertimbangan penerapan sistem punish and rewards terhadap perseroan yang melawan atau
mematuhi kewajiban hukum melakukan TJSL, dengan sedapat mungkin tidak menjatuhkan
sanksi berupa pidana melainkan penghapusan atau pengurangan insentif dan sebaliknya
(d) harmonisasi dan sinkronisasi antara kewajiban TJSL perusahaan dengan PKBL bagi
perusahaan yang berupa BUMN.
untuk lebih memberi kepastian hukum bagi para pelaku usaha khususnya badan-badan usaha,
baik yang berupa usaha kecil, menengah, besar, ataupun badan usaha yang modalnya berupa
modal domestik maupun asing, dan juga bagi BUMN. Kecuali itu, peraturan pemerintah tersebut
juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pengaturan tentang pelaksanaan TJSL perusahaan
secara sepihak dan berbeda-beda pada aras daerah melalui peraturan daerah. Apabila peraturan
hukum tentang TJSL perusahaan ini dibiarkan tersebar di mana-mana dan pada aras yang
berbeda-beda, dikhawatirkan justru akan mengakibatkan pelaksanaan TJSL perusahaan yang
tidak efektif, tidak sesuai dengan strategi bisnis masing-masing perusahaan, yang pada akhirnya
justru membebani pelaku usaha sendiri.
2. Pendekatan Penelitian
9
Bambang Waluyo, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 13
Pendekatan penelitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian. 10 Menurut
Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar
untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti11
Pendekatan dalam tulisan ini menggunakan beberapa pendekatan yang dijelaskan oleh
Marzuki, Pendekatan terdiri dari:
a. Pendekatan Perundang-undangan (Statuta Approach)
b. Pendekatan Kasus (Case Approach)
c. Pendekatan Historis (Historical Approach)
DAFTAR PUSTAKA
12
Soejono Soekantor dan Sri Mamudji. Hal. 251-252 Penelitian Hukum Normatif
Buku :
Wargianti, Puspa. “studi tentang csr (corporate social responsibility)” Privat law. Vol.06, No.
01 , 2018, Hlm 17
Isa Wahyudi dan busyra Azheri, Corporate Sosial Responsibility, (Bandung: In-Trans
Publishing,2008), hlm 15.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14
Soejono Soekantor dan Sri Mamudji. Hal. 251-252 Penelitian Hukum Normatif
Internet :
http://www.linknet.co.id/ind/nodes/nodes/view/type:corporate-social-
responsibility/slug:corporate-social-responsibility-principle
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pedata/847-persoalan-hukum-seputar-tanggung-
jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-undangan-ekonomi-indonesia.html