Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A .LATAR BELAKANG

Semakin berkembangnya dunia perbisnisan di Indonesia, semakin


memberikan kesadaran terhadap masyarakat akan pentingnya tanggung jawab
social perusahaan terkait pengesploitasian lahan – lahan disekitar permukiman
warga atau bisa juga dikatakan sebagai bentuk ganti rugi perusahaan untuk
beberapa dampak yang ditimbulkan seperti terjadinya kerusakan daerah
sekitar akibat adanya persahaan tersebut. Bahwa tidak hanya keuntungan atau
profit saja yang harus difikirkan, karena hubungan baik dengan lingkungan
eksternal sangatlah penting guna keberlanjutan usaha yang sedang dijalankan.
Sesuai dengan paham yang dianut Indonesia yaitu paham demokrasi
dimana didalamnya terdapat tentang HAM yang mana mengatur tentang hak
dan kewajiban manusia. Bisa disimpulkan bahwa pengolahan perusahaan,
profit atau keuntungan adalah sebagai hak dan tanggung jawab social
perusahaan adalah sebagai kewajiban perusahaan. Sehingga dengan adanya
penerapan semacam ini, maka kesejahteraan masyarakat akan terlaksana
sebgaimana tujuan mendasar perekonomian negara.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud tanggung jawab sosial bisnis ?
2. Seperti apa etika bisnis ?
3. Bagaimana etika dalam berinteraksi ?

4. apa masalah polusi ?

B. TUJUAN

1. ingin mengetahui tanggung jawab sosial bisnis

1
2. ingin mengetahui apa etika bisnis

3. ingin mengetahui etika dalam berinteraksi

4. ingin mengetahui masalah polusi

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS (Corporate Social


Responsibility)

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial


perusahaan adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun
lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.

1. Pengertian Corporate Social Responsibility menurut para ahli


 Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan
prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005).
 Menurut Kotler dan Nancy (2005) mengemukakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
 Menurut World Business Council for Sustainable Development
mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan
kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya. Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis
meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif
operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi,
sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

3
Dalam membuat dan memasarkan produk, sebuah perusahaan memiliki
tanggung jawab sosial, sebagai pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana
keputusan bisnisnya dapat mempengaruhi masyarakat (Madura,2006).
Tanggung jawab perusahaan meliputi:

1. Tanggung jawab kepada konsumen

Dalam hal tanggung jawab kepada konsumen, perusahaan harus


memperhatikan bebrapa hal sebagai berikut:

Tanggung jawab dalam pelaksanaan produksi


Produk yang harus dibuat memberikan jaminan keselamatan kepada
konsumen. Produk yang dibuat harus menyertakan label peringatan untuk
mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi akibat salah dalam
penggunaan produk
Tanggung jawab dalam pelaksanaan penjualan
Sebuah perusahaan harus menyediakan petunjuk pelaksanaan bagi
karyawan bagian penjualannya, agar tidak terlalu agresif atau melakukan
promosi yang tidak benar.
Peranan konsumerisme
Konsumerisme adalah kumpulan permintaan oleh konsumen dimana
perusahaan memuaskan kebutuhannya. Sekumpulan orang yang peka
dengan hal ini telah memotivasi perusahaan untuk memenuhi tanggung
jawabnya terhadap konsumen.
Peranan pemerintah
Pemerintah juga bisa sangat peduli terhadap kepentingan konsumen untuk
memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi tanggung jawab terhadap
konsumen. Aturan-aturan yang mungkin dikeluarkan pemerintah dalam
hal ini adalah:
 Aturan pemerintah dalam keamanan produk

4
 Aturan pemerintah dalam hal periklanan
 Aturan pemerintah dalam persaingan industry
2. Tanggung jawab kepada karyawan

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang juga menunjukan tanggung


jawabnya terhadap karyawannya. Tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawannya meliputi beberapa hal berikut ini:

Keamanan karyawan
Keamanan karyawan dalam bekerja banyak ditujukan pada lingkungan
kerja dan prosedur kerja yang aman, yang tidak beresiko terhadap
keselamatan jiwa karyawan.
Perlakuan yang baik dan manusiawi dari karyawan yang lain
Perusahaan juga harus mengawasi dan memastikan semua karyawannya
diperlakukan dengan baik oleh sesama karyawan
Kesempatan yang sama
Dalam hal ini perusahaan tidak boleh mendskriminasi karyawan yang
melamar kerja karena suku, agama, ras, dan jenis kelaminnya. Konsep
persamaan hak ini bukan hanya pada waktu rekrutmen saja tetapi juga
pada masa promosi jabatan dan kenaikan gaji.
Konflik yang terjadi dengan PHK karyawan
Konflik terjadi setiap kali melakukan PHK, karena di satu sisi perusahaan
ingin tetap survive dengan memangkas biaya, tapi disisi lain harus ada
karyawan yang dikorbankan.
Memuaskan karyawan
Pada umumnya perusahaan hanya memusatkan pada tiga hal diatas, tetapi
sebenarnya perusahaan bisa menyediakan alternative lain sebagai wujud
tanggung jawabnya pada karyawan, misalnya: penyediaan child-care,
sarana olahraga, menyediakan training sesuai kebutuhan, outing.

5
Tanggung jawab terhadap pemegang saham

Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemilik mereka


(pemegang saham). Hal-hal yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan
tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham diantaranya
menekan kompensasi terhadap karyawan untuk mencapai kinerja
perusahaan dapat memecahkan masalahdalam hal suku bunga tapi
menimbulkan masalah di bidang yang lain. Dalam usaha meyakinkan para
pemegang saham bahwa dana yang mereka tanamkan telah digunakan
secara tepat. Jika dana yang ditanamkan tidak digunakan dengan tepat
misalnya, untuk menutupi biaya-biaya yang tidak perlu, keuntungan
perusahaan akan turun dan penurunan itu akan mengurangi pendapatan
para pemegang saham yang menerima dividen dari investasi mereka.

3. Tanggung jawab terhadap kreditor

Tanggung jawab perusahaan terhadap kreditornya adalah memenuhi


kewajiban keuangan perusahaan terhadap kreditor. Selain itu perusahaan juga
harus menginformasikan kepada kreditornya apabila perusahaan dalam
kondisi keuangan yang buruk sehingga tidak mampu memenuhi
kewajibannya. Kreditor seringkali memberikan kelonggaran pembayaran
apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Jika perusahaan tidak juga
mampu memnuhi kewajibanya, maka perusahaan dapat dinyatakan bangkrut.

4. Tanggung jawab terhadap lingkungan

Proses produksi, seperti halnya produk yang dihsilkan oleh sebuah perusahaan
bisa jadi membahayakan lingkungan. Karena itu, perusahaan memiliki
tanggung jawab yang besar untuk kelestarian lingkungan dengan cara
mencegah terjadinya:

1. Polusi udara

6
Dalam hal ini, pemerintah juga bisa membantu pencegahan polusi udara
dengan cara menetapkan regulasi dan prosedur produksi dan penanganan
limbah, seperti AMDAL.
2. Polusi tanah
Untuk sampah yang tidak bisa di daur ulang, seperti plastic, perusahaan lebih
baik menghindari penggunaan bahan-bahan yang mengandung plastic

5. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada umumnya perusahaan menunjukkan dedikasinya pada masyarakat


dengan cara memberikan dana beasiswa, merekrut tenaga kerja dari masyarakat
sekitar lokasi perusahaan, bantuan kemanusiaan bencana alam, dan lain-lain.
Salah satu pertimbangan perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya
adalah biaya yang dibutuhkan.

Ada empat tingkatan tanggung jawab entrepreneurial yang seharusnya dilalui


oleh seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya yakni:

1. Economic responsibility, merupakan lingkup tanggung jawab yang paling


dasar dalam penciptaan produk, yakni bagaimana suatu usaha dapat
menghasilkan sesuatu barang dan jasa yang menguntungkan
2. Legal responsibility, merupakan tanggung jawab sepenuhnya seorang
entrepreneur yang bersangkutan dengan hokum yang berlaku di wilayah atau
negaranya.
3. Moral responsibility, merupakan tanggung jawab moral dan etika yang
berhubungan dengan budaya dan adat serta kebiasaan setempat.
4. Discretionary responsibility, merupakan tanggung jawab tambahan yang
mencerminkan standar moral entrepreneur itu sendiri atau yang dapat
membedakan perusahaannya dengan pesaing.

7
2. Pendorong munculnya Corporate Social Responsibility
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada
masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam
bahasa Inggris berarti tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi,
Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):
a. Dehumanisasi industri.
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan
persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,
maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan perampingan
perusahaan telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan
pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan
kerusakan lingkungan yang hebat.

b. Equalisasi hak-hak publik.


Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban
perusahaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh
beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas
(accountability) perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam
kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang
ditimbulkan.

c. Aquariumisasi dunia industri.


Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium.
Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum,
prinsip etis, dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam
banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.

d. Feminisasi dunia kerja.

8
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan,
bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan
melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya
biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau
hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat.
Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan
dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi
remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.

3. Bentuk CSR ( Tanggung Jawab Sosial ) yang diberikan oleh


Perusahaan
Diantaranya yaitu:
1. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
2. perbaikan lingkungan,
3. pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu,
4. pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
5. sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan


yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak
era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih
penting daripada sekedar profitability. Selain itu, juga ada bentuknya yaitu:
 Jangka pendek
 bantuan perayaan hari besar
 seminar
 sunatan massal

9
 jangka panjang
 pemberdayaan masyarakat
 pembuatan KSP
 biasiswa
 Orang tua asuh UMKM
 Pelatihan

4. Contoh Corporate Social Responsibility yang diterapkan oleh


Perusahaan di Indonesia
Contoh Perusahaan-perusahaan yang Menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR)
PT Pembangunan Jaya Ancol. Hal terpenting yang senantiasa menjadi concern PT
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sejak didirikan adalah menjaga hubungan baik dengan
para stakeholder. Terus berinteraksi dan tumbuh bersama para pelanggan, pemegang
saham, investor, karyawan, pemasok, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan warga sekitar perusahaan, sudah menjadi tekad Ancol. Sebagai
perusahaan yang memiliki kepedulian, Ancol selalu mencoba untuk memberikan
yang terbaik bagi lingkungan sekitarnya dan telah mengimplementasikan tanggung
jawab sosial perusahaan / Corporate Social Responsibility (CSR) secara nyata untuk
tumbuh -kembangnya hubungan harmonis dengan masyarakat dan berpartisipasi
secara aktif dalam percepatan pembangunan masyarakat melalui kegiatan income
generate, pendidikan dan penghijauan sebagai salah satu pilar menuju Ancol Green
Company yang menerapkan budaya perusahaan ramah lingkungan. Program CSR
Ancol terdiri dari 5 program utama yang meliputi:
1. Program Pendidikan,
2. Program Pengelolaan Lingkungan,
3. Program Sosial Kemasyarakatan,
4. Kegiatan Operasional

10
5. Program Tanggap Darurat.
Seluruh program CSR ini berjalan secara bersamaan dan berkesinambungan. Ada
banyak program CSR yang telah berjalan dan dikembangkan, antara lain:
1. Program ANCOL SAYANG LINGKUNGAN (ASL),
2. SEKOLAH RAKYAT ANCOL (SRA) dan
3. TEENS GO GREEN.
JASINDO
Perusahaan didirikan dan menjalankan operasionalnya bukan hanya memiliki
tanggungjawab ekonomis kepada Pemegang Saham dan tanggungjawab legal
kepadaPemerintah, akan tetapi memiliki tanggungjawab sosial terhadap masyarakat
yang merupakan komponen terbesar dalam pertumbuhan perusahaan dengan harapan
dapat memberikan pengaruh ekonomi serta dukungan sosial terhadap masyarakat.
Sebagai wujud atas dukungan perusahaan terhadap Program Pemerintah dalam
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat umumnya serta
terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
memperdayakan masyarakat, maka PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui implementasi Program Tanggungjawab
Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ) ikut berperan aktif untuk
mendorong serta menciptakan kesempatan kerja yang merupakan komitmen
perusahaan dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
dalam wujud peningkatan kualitas hidup masyarakat luas.
Kepedulian terhadap lingkungan/komunitas sebagai wujud Corporate Social
Responsibility dilaksanakan oleh perusahaan bukan karena Corporate Social
Responsibility (CSR) menjadi trend global, akan tetapi perusahaan memiliki
kesadaran tentang pentingnya mempraktekan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai wujud kepedulian pada stakeholder yang telah memberikan dukungan
terhadap kemajuan perusahaan. Program Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR)
dalam pelaksanaan Program Bina Lingkungan bertujuan untuk memberikan manfaat
kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN agar masyarakat merasa ikut memiliki

11
serta ikut bertanggungjawab dalam pengamanan asset perusahaan dari berbagai
rintangan yang ada. Dengan demikian tercipta iklim yang sehat dan mendorong
kondisi saling menguntungkan antara swasta dan Badan Usaha Milik Negara serta
memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN.

B. ETIKA BISNIS
Etika berasal dari kata yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas
yaitu,tempat yang biasa di tinggali,kandang,padang
rumput,kebiasaan,adat,akhlak,watak,perasaan,sikap dan cara berfikir. Bentuk
jamak etos adalah ta etha yang berarti adab kebiasaan.Arti jamak inilah yang
digunakan Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjukan pada etika sebagai
filsafat moral. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos “(jamaknya mores)
yang juga berarti kebiasaan atau adat. Kata ‘moralitas’ dari kata latin ‘moralis’
dan merupakan abstraksi dari kata ‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya
suatu perbuatan. Dari asal katanya bisa dikatakan etikasebagai ilmu yang
mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan. Pendeknya,etika adalah ilmu yang
secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral,bukan dari fisik,etnis
dan sebagainya.

Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu
pengertian sama,yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secra ekonomi/social,dan penerapan norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich,1998:4).
1. pengertian etika bisnis menurut para ahli
Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan
sosial,ekonomi,dan hokum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang
harus dipertanggung jawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya
(Amirullah & Imam Hardjanto,2005).

12
 Menurut Mulyadi Nitisusastro (2010).
etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntutan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan.
 menurut Manuel G. Velasquez (2005).
etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
 Eddy Soeryanto (2010)
etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar
guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika akan
mengambil keputusan strategis bisnis. Etika bisnis menurut Suryana (2008)
adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang tertulis Maupin tidak
tertulis, yang mengatur hak-hak dan kewajiban produsen dan konsumen serta
etika yang harus dipraktikan dalam bisnis.

2. prinsip – prinsip etika bisnis yang harus di tempuh perusahaan


Etika bisnis memiliki prinsip- prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannnya dan harus dijadikan pedoman agar
memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam
memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich
(1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaanya
dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil
perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi

13
perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan
karyawan dan komunitasnya.
2. Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua
piha,baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini
dapat dipegang teguh oleh perusahaan,maka akan dapat meningkatkan
kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3. Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini hubungan erat dengan prinsip kejujuranyang ketat akan
mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkaitdengan
sistem bisnis. Contohnya,upah yang adil kepada karyawan sesuai
konstribusinya,pelayanan yang sama kepada konsumen,dan lain-lain.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip
kejujuran,tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.

3. Fundamental etika yang berlaku pada semua bisnis


fundamental etika yang berlaku pada semua bisnis, menurut Raymond
Baumhart (1998), terdiri atas:
a) Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu, dan tidak
mencuri.
b) Integritas, yaitu memiliki prinsip,hormat,dan tidak bermuka dua.
c) menjaga janji,yaitu dapat diercaya bila berjanji karena janji adalah
amanah,tidak mau menang sendiri.
d) kesetiaan,ketaatan (fidelity), yaitu benar dan loyal pada keluarga dan
teman,tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan.

14
e) kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka,berkomitmen
pada kedamaian,jika bersalah maka cepat mengakui kesalahan, perlakuan
yang sama terhadap setiap orang, dan memiliki toleransi yang tinggi.
f) menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian,baik
budi,ikut adil,menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
g) saling menghargai satu sama lain (respect for others),yaitu menghormati hak-
hak orang lain,menghormati kebebasan dan rahasia pribadi
(privacy),mempertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat,dan tidak
berprasangka.
h) warga Negara yang bertanggung jawab (responsible citizenship),yaitu patuh
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku.jika menjadi seorang
pimpinan maka harus bersifat terbuka dan penolong.
i) pengerjaan keunggulan (pursuit of excellence),yaitu berbuatlah yang terbaik di
segala kegiatan (pertemuan),bertanggung jawab,rajin,berkomitmen,bersedia untuk
meningkatkatkan kompetensi dalam segala bidang, dan tidak mau menang sendiri.
j) dapat dipertanggung jawabkan (accountability),yaitu bertanggung jawab dalam
segala perbuatan,terutama dalam mengambil keputusan.

C. Etika dalam berinteraksi


 Interaksi dengan konsumen
perusahaan banyak berhubungan dengan konsumen melalui bagian
marketing.Hubungan dengan konsumen ini ada yang diatur undang-undang,ada yang
tidak.Bagian yang diatur oleh undang-undang,akan dibimbing oleh undang-undang,akan
dibimbing oleh etika.Misalnya iklan tidak boleh bersifat menipu orang,dengan
menyatakan produknya berkualitas nomor satu,tapi ternyata tidak.Dikatakan ada
garansi,tapi tidak pernah ada layanan,bila terjadi pengaduan.

15
Interaksi dengan produsen lain
dalam etika iklan,seyogyanya sebuah iklan tidak berusaha menjelekkan produk
perusahaan saingan.Mungkin secara halus masih dapat dibenarkan,tapi secara jelas
hendaknya dihindarkan.
iklan terhadap anak-anak
iklan yang ditunjukan terhadap anak-anak,atau iklan yang menggunakan artis anak-
anak,berpengaruh besar pada anak yang menonton TV. Dalam hal ini perlu dipilih
produk yang akan diiklankan yang betul-betul bermanfaat bagi anak. Produk tersebut
memiliki nilai tambah dalam hal gizi,meningkatkan kecerdasan,mengisi waktu libur
dan sebagainya.
Iklan jasa dan professional
adalah kurang etis,bila jasa professional memasang iklan di masmedia,seperti iklan
dokter istimewa,rumah sakit nomor satu dengan perawat-perawat yang cekatan dan
ramah,pengacara professional yang selalu memenangkan perkara dan sebagainya.
Jasa professional ini biasanya menggunakan papan nama,wawancara dengan
wartawan,menyebarkan kartu nama.
Iklan rokok,minuman yang memabukkan
Di amerika iklan rokok di TV sudah dilarang,sejak 1971.Di Negara kita masih ada
iklan rokok di h mulai dibatasi bentuk iklannya,yang hanya menampilkan
merknya,tidak kelihatan lagi orang yang lagi asyik menghisap rokok.Malahan
sekarang diusahakan tampil contra marketing,yaitu anjuran agar muda-mudi tidak
merokok,sebab tidak baik buat kesehatan.rokok menyebabkan batuk, sakit saluran
pernafasan, paru – paru kotor, mengganggu orang sekitar dan sebagainya, demikian
pula wanita perokok akan berpengaruh jelek pada kehamilanya. mengenai iklan
minuman memabukkan sudah di larang, karena akibat merusaknya jauh lebih besar
dari pada merokok.
etika dan supliers

16
sering kali terjadi tekanan – tekanan kurang etis dalam bisnis. misalnya
pihaksupliers menekan pabrikan agar memesan barang lebih banyak, sebab ada
kemungkinan pengiriman barang bulan depan akan terlambat.
adapula pabrikan yang mengancam pihak supliers, dengan menekankan agar
kualitas bahan yang dikirim juga di jaga, dan potongan harga di tambah. jika tidak
maka pesanan akan di kurangi. demikian pula pihak puliers memberi iming –iming
hadiah kepada pelayan tikoh agar memesan barang lebih banyak.
etika terhadap saingan
kadang – kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap saingan dengan
menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu pernah pula terjadi
produk saingan di rusak dan di jual kembali ke pasar, sehingga menimbulkan citra
negative dari pihak konsumen.
etika hungan dengan karyawan
di dalam perusahaan ada aturan – aturan dan batas – batas etika yang mengatur
hubungan atasan bawahan. atasan harus ramah dan menghormati hak – hak
bawahan. karyawan diberi kesempatan naik pangkat, memperoleh penghargaan dan
sebagainya.
perlu sekali di jaga batas – bataspelecehan seksual yang terjadi di kantor atau
pabrik. anak – anak dan wanita jagan di pekerjakan di malam hari. jika batas – batas
ini tidak di jaga, maka suatu ketika akan muncul ledakan ketidakpuasan sekelompok
karyawan, yang berakibat fatal, seperti terjadi demo, mogok, menuntut pihak
manajemen mundur dan sebagainya.
etika dalam hubungan dengan publik
hubungan dengan public harus di jaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara
hubungan harmonis. hubungan dengan public ini menyakut pemeliharaan ekologi,
lingkungan hidup. hal ini meliputi konserfasi alam, daur ulang dan polusi. menjaga
kelestarian alam, recycling ( daur ulang) produk adalah usaha- usaha yang dapat di
lakukan oleh perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan menghemat sumber
daya alam.

17
D. MASALAH POLUSI
muncul lagi masalah lain, yaitu masalah polusi yang di timbulkan oleh kegiatan
proses produksi kerena akibat asap, ampas atau zat kimia yang di hasilkan oleh
pabrik di buang kea lam terbuka.
betapa bahayanya polusi ini sudah sangat menuntut kepedulian semua pemimpin
dunia. terbukti dengan di adakanya KTT ( Konfernsi Tingkat Tinggi ) BUMI
Brazilia bulan juni 1992 yang di hadirioleh para pemimpin dunia gunamembicarakan
masalah polusi yang menancam kehidupan umat manusia, berupa polusi udara,
pencemaran udara di kota besar di sebabkan oleh asap kenalpot mobil, pabrik. polusi
air di sebabkan oleh buangan pabrik yang menyebabkan air berubah warna, dan
berbauh tidak enak mengandung racun mematikan ikan dan sebangsanya.
polusi suara berupa suara bising, gemuruh sepanjang siang dan malam dari mesin
pabrik, kendaraan, pesawat udara menyebabkan orang tidak bisa istrahat.
polusi tanah karena pembuangan zat – zat kimia yang mencemarkan lingkungan.
penebangan hutan yang berakibat gundulnya hutan, erosi,banjir, pegikisan humus
tanah, sehingga tanah berupah menjadi padang pasir, kering tanpah tumbuh –
tumbuhan. sudah lama bumi memasuki tahap krisis lingkungan yang terus- menerus
melacu. pada tahun 1970 an manusiadi cemaskan oleh meluasnya gurun,
pengundulan hutan, dan kurangnya tingkat kesuburan tanah. pada tahun 1980 an
daftar kecemasan itu bertambah panjang dengan limbah beracun, polusi melewati
abang batas, hujan asam, libang ozon, kecelakaan dan kebocoran reactor nuklir, dan
pembungan ampas nuklir, serta pemanasan global. sekarang sedang di kembangkan
promosi “langit biru” yaitu langit bebas dari pengotoran zat berbahaya terutama
yang di keluarkan oleh asap pabrik dan asap kenalpot.

 Usaha pemerintah mengatasi polusi


untuk mengatasi polusi ini, pemerintah dapat membuat berbagai peraturan,
misalnya perusahaan harus melakukan daur ulang, ampas buangan dari pabrik,

18
menyaring asap pabrik agar tidak mengotori udara, pemeriksaan kenalpot motor
dan mobil pemerintah membuat peraturan pembatasan penebangan hutan,
pelestarian lingkungan dengan menanam pepohonan, di lingkungan kantor,
rumah dan sebagainya.

 usaha dunia bisnis mengurangi polusi


pemerintah, masyarakat, LSM dapat mendesak dunia bisnis agar betul – betul
memperhatikan masalah polusi ini, jika perlu mereka mengadakan action tertentu
untuk meningkatkan dunia bisnis agar tidak lalai, selalu memperhatikan
konserfasi alam, tidak boros menggunakan sumber – sumber. akhirnyamuncul
istilah green marketing mengurangi penggunaan pembungkus yang akan
merusak alam, mendaur ulang pembungkus yang terbuang.

E. ETIKA KEUANGAN
Keuangan menjadi disiplin terkait tentang masalah teknis seperti
bagaimana mengoptimalkan hutang dan ekuitas pembiayaan, kebijakan deviden,
dan evaluasi proyek-proyek alternatif investasi, seperti: penilaian opsi, future,
derivatif efek, portofolio diversifikasi dll , sering keliru menjadi disiplin yang
bebas dari beban etis. Namun sering ada kebocoran ekonomi yang tidak bisa
dijelaskan dengan teori siklus bisnis sendiri yang telah membawa Etika
Keuangan ke permukaan. Etika Keuangan yang terlupakan mempunyai alasan
lain: isu-isu di bidang keuangan seringkali ditujukan sebagai masalah-masalah
hukum, bukan etika. Melihat lebih dekat ke dalam literatur mengenai etika
keuangan seseorang dapat yakin bahwa seperti halnya dengan daerah operasional
bisnis lainnya, etika di bidang keuangan juga adalah sengit diperdebatkan.
Ekonomi konvensional dipandang sebagai ilmu filsafat moral dan
diarahkan pada berbagi kebaikan dalam kehidupan Adam Smith mencirikan
keunggulan intelektual dan moral karakter. Smith dalam bukunya ”Wealth of
Nations” berkomentar, "'Semua untuk diri kita sendiri, dan tidak ada bagi orang

19
lain” Namun, ekonom yang dipengaruhi oleh ideologi neoliberalisme,
menafsirkan tujuan ekonomi adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan
keuangan melalui percepatan konsumsi dan produksi dari barang dan jasa Di
bawah pengaruh ideologi neoliberal, bisnis keuangan yang merupakan
komponen ekonomi yang dipromosikan merupakan inti dari ekonomi neoliberal.
Hal ini menyatakan bahwa pembebasan sistem keuangan akan menjamin
pertumbuhan ekonomi melalui sistem pasar modal yang kompetitif dan
memastikan pertumbuhan tingkat tinggi dari tabungan, investasi, kerja,
produktivitas, arus masuk modal asing dan dengan demikian akan membawa
kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, merekomendasikan kepada
pemerintah negara-negara miskin supaya membuka sistem keuangan mereka ke
pasar global dengan pengaturan atas arus modal . Namun rekomendasi bertemu
dengan kritik serius dari berbagai ahli etika. Para ahli yang berorientasi
pragmatis, dengan klaim apriori, seperti klaim ”tangan tak terlihat yang akan
mengendalikan perekonomian” secara etis bisa kontraproduktif. Klain
kesejahteraan keuangan ”Laissez-faire” mengundang perdebatan karena
kesejahteraan akan diganti dengan kebebasan. Lebih jauh, sejarah dalam bidang
keuangan tidak menunjukkan bahwa perusahaan selalu mempertahankan prinsip-
prinsip kejujuran dan keadilan dalam lingkungan yang tidak diatur. Kerusakan
akibat berabad-abad eksploitasi kolonial dan selanjutnya perang dingin dan harus
tunduk pada hegemoni negara kaya yang menuntut negara-negara miskin tanpa
syarat membuka ekonomi mereka untuk membiayai perusahaan transnasional,
yang sengit ditentang oleh ahli etika dari berbagai tempat.
Perusahaan dalam paradigma keuangan, dipandang sebagai jaringan yang
kompleks dari hubungan kontraktual, sebagian besar implisit antar berbagai
kelompok-kelompok kepentingan. Pada dasarnya, untuk tetap rasional di bidang
keuangan adalah menjadi individualistik, materialistik, dan kompetitif. Bisnis
adalah permainan yang dimainkan oleh individu, seperti halnya dengan semua

20
permainan tujuannya adalah menang, dan menang adalah semata-mata diukur
dari kekayaan materi. Dalam disiplin rasionalitas

konsep ini tidak pernah dipertanyakan. Etika keuangan secara sempit


telah direduksi menjadi fungsi matematika maksimalisasi kekayaan pemegang
saham. Menyederhanakan asumsi tersebut diperlukan dalam bidang keuangan
untuk pembangunan model matematis yang kuat. Seharusnya Etika Keuangan
harus dilihat dari perspektif stakeholder, yaitu para pemangku kepentingan
langsung dan seharusnya perusahaan tidak saja memperhatikan kepentingan
pemegang saham tetapi juga kepada semua pemangku kepentingan dan
perusahaan mempunyai kewajiban terhadap hal-hal berikut: Keadilan dalam
praktek perdagangan, kondisi perdagangan, kontraktor keuangan, praktek-
praktek penjualan, jasa konsultasi, pembayaran pajak, audit internal, audit
eksternal yang dibahas di dalamnya.

Isu-isu Etika Keuangan yang banyak terjadi antara lain sebagai berikut:
Kreatif akuntansi, manajemen laba, analisis keuangan yang menyesatkan .
Insider trading, efek penipuan, ember toko, penipuan forex: keprihatinan
(pidana) manipulasi pasar keuangan.
Eksekutif kompensasi pembayaran kekhawatiran berlebihan: dibuat untuk CEO
perusahaan dan manajemen puncak lainnya.
Penyuapan, suap, pembayaran fasilitasi: sementara ini bisa dalam bentuk
(jangka pendek) kepentingan perusahaan dan pemegang saham, mungkin
praktek-praktek anti persaingan atau menyinggung perasaan terhadap nilai-nilai
masyarakat.
Kantor Akuntan Publik yang menjalankan usahanya dengan mengabaikan
prinsip kejujuran dan keterbukaan.

21
F. TIKA MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen Sumber Daya Manusia mempunyai lingkup kegiatan-
kegiatan: rekrutmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja, pelatihan dan
pengembangan, hubungan industrial dan kesehatan dan keselamatan kerja,
masalah-masalah di mana etika sangat penting. Praktik di lapangan sejak
perusahaan beroperasi dikelilingi oleh kepentingan pasar yang commodify dan
instrumentalize segalanya demi keuntungan mengklaim atas nama pemegang
saham, dapat diramalkan bahwa akan ada peserta klaim etika Sumber Daya
Manusia. Etika Manajemen Sumber Daya Manusia diperebutkan seperti sebuah
daerah sub-bidang lain dari etika bisnis. Para ahli etika bisnis berbeda dalam
orientasi mereka terhadap etika kerja. Satu kelompok dari ahli etika dipengaruhi
oleh logika neoliberalisme mengusulkan agar tidak ada etika di luar yang
memanfaatkan sumber daya manusia terhadap laba keuntungan yang lebih besar
bagi pemegang saham. Beberapa ahli etika yang lain melihat tenaga kerja yang
merupakan sumber daya manusia dari manajemen, memandang etika sebagai
wacana egaliter terhadap tempat kerja dan martabat.

Diskusi tentang isu-isu etis yang mungkin timbul dalam hubungan kerja,
termasuk etika diskriminasi, dan hak-hak karyawan dan tugas yang sering
terlihat di teks etika bisnis. Sementara beberapa ahli berpendapat bahwa ada
hak-hak asasi tertentu seperti tempat kerja hak untuk bekerja, hak atas privasi,
hak harus dibayar sesuai dengan nilai yang

setara, hak untuk tidak menjadi korban diskriminasi, yang lain


mengklaim bahwa hak tersebut dapat dinegosiasikan Etika dalam wacana SDM
sering mengurangi perilaku etika perusahaan seolah-olah mereka mendapatkan
amal dari perusahaan bukan hak karyawan. Kecuali dalam pekerjaan, di mana
kondisi pasar sangat mendukung karyawan, karyawan diperlakukan sekali pakai
dan dibuang dan sehingga mereka terpojok. Selanjutnya, Machan berpendapat

22
bahwa karena 'baik karyawan dan majikan pada kenyataannya memiliki kekuatan
ekonomi di pasar bebas, akan tidak etis jika pemerintah atau serikat pekerja'
menerapkan persyaratan kerja pada hubungan tenaga kerja. Ada diskusi tentang
etika dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, isu-isu seperti kebijakan dan
praktik Manajemen Sumber Daya Manusia, peran Sumber Daya Manusia (SDM)
praktisi, penurunan serikat buruh, masalah globalisasi tenaga kerja dll. Diamati
bahwa dengan penurunan serikat buruh seluruh dunia, karyawan berpotensi lebih
rentan dan erperilaku tidak etis. Hal ini dikritik karena telah menjadikan para
pemegang saham strategis menggunakan pekerja menjadi 'bersedia menjadi
budak'. Sebuah artikel juga menulis bahwa ada 'pendekatan MSDM lunak' dan
'pendekatan MSDM keras', dimana dalam hal pendekatan karyawan lunak
sebagai sumber energi kreatif dan peserta dalam pengambilan keputusan dan
kerja keras lebih difokuskan pada organisasi secara eksplisit rasionalitas, kontrol,
dan profitabilitas. Sebagai tanggapan, Machan berpendapat bahwa pendekatan
SDM lunak dan pendekatan SDM keras, keduanya bertentangan dengan etika
karena mereka merupakan instrumental yang menghadirkan keuntungan tanpa
memberi pertimbangan yang cukup untuk masalah moral yang relevan lainnya
seperti keadilan sosial dan kesejahteraan manusia. Namun, ada penelitian
menunjukkan bahwa keberhasilan yang berkelanjutan dalam jangka panjang dari
organisasi dapat dipastikan hanya dengan memberi kepuasan tenaga kerja
diperlakukan secara manusiawi
Pasar, jelas tidak secara inheren etis, suatu lembaga yang dipimpin oleh mitos
”tangan tak terlihat” saja, tidak dapat menjadikan pasar yang secara inheren
tidak etis. Selain itu, etika bukanlah sesuatu yang dapat dicapai melalui
pembentukan prosedur, kode etik, atau berlakunya hukum atau apapun aturan-
aturan yang lain, meskipun kebutuhan mereka bisa tetap dipertanyakan Namun,
meskipun pasar tidak perlu sebagai penyebab bahaya moral atau etika tetapi
pasar mungkin bisa memberi kesempatan bagi bahaya tersebut. Bahaya moral
SDM akan meningkat begitu banyak apabila hubungan manusia dan sumber

23
daya yang tertanam di dalam manusia yang diperlakukan hanya sebagai
komoditas. Isu-isu etika SDM yang sering muncul di masyarakat, antara lain:
Isu diskriminasi termasuk diskriminasi atas dasar: jenis kelamin, ras,
agama, cacat , berat dan daya tarik.
Masalah timbul dari pandangan tradisional hubungan antara majikan
dan karyawan.
Isu seputar representasi karyawan dan demokratisasi di tempat kerja:
serikat sekerja, pemogokan kerja, dsb..
Isu yang mempengaruhi privasi karyawan, seperti tes narkoba .
Isu yang mempengaruhi privasi majikan: membocorkan rahasia .
Masalah yang berkaitan dengan kewajaran kontrak kerja dan
keseimbangan kekuasaan antara majikan dan karyawan: perbudakan
karyawan
Isu tentang Keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja

Semua hal yang di atas adalah juga berkaitan dengan pengangkatan dan
pemecatan karyawan. Seorang karyawan atau karyawan di masa depan tidak
dapat dipekerjakan atau dipecat berdasarkan ras, usia, jenis kelamin, agama, atau
tindakan diskriminatif lainnya.

G. ETIKA PEMASARAN
Etika pemasaran adalah himpunan bagian dari etika bisnis. Etika
dalam pemasaran berkaitan dengan prinsip-prinsip, nilai-nilai dan/atau cita-
cita dimana pemasar (dan lembaga-lembaga pemasaran) harus bertindak.
Etika Pemasaran seperti disiplin induknya, adalah daerah yang diperdebatkan.
Diskusi tentang etika pemasaran berfokus pada dua masalah utama, yaitu:
pertama adalah perhatian secara filsafati seperti Milton Friedman dan Ayn
Rand mengatakan bahwa etika dalam pemasaran adalah memaksimalkan
keuntungan bagi pemegang saham.dan yang kedua adalah dari fokus bisnis

24
praktik-transaksi yang berpendapat bahwa pemasaran bertanggung jawab
kepada konsumen dan para pemangku kepentingan sama seperti ia
bertanggung jawab kepada para pemegang saham. Kebijaksanaan etis dari
konsumsi yang berlebihan atau produk yang berbahaya, transparan tentang
sumber tenaga kerja ( buruh anak, remunerasi tenaga kerja yang adil),
deklarasi mengenai perlakuan yang adil dan membayar adil kepada karyawan,
transparansi tentang risiko lingkungan, isu-isu etis produk atau layanan
transparansi (keterbukaan tentang bahan yang digunakan dalam produk/jasa -
penggunaan organisme dimodifikasi secara genetis, isi dari produk, kode
sumber (dalam kasus perangkat lunak), etika deklarasi risiko dalam
menggunakan produk/layanan (risiko kesehatan, risiko keuangan, risiko
keamanan, dll), produk/layanan keamanan dan kewajiban, menghormati
privasi stakeholder dan otonomi, taktik bisnis yang tidak etis dan sebagainya,
periklanan harus berisi tentang kebenaran dan kejujuran, keadilan dalam
harga, hanya sedikit antara isu-isu diperdebatkan di kalangan orang yang
prihatin tentang etika praktik pemasaran.Salah satu hambatan dalam
mendefinisikan etika pemasaran adalah sulitnya menunjuk lembaga yang
bertanggung jawab untuk praktek etika. Kompetisi, persaingan antar
perusahaan, kurangnya otonomi orang-orang di berbagai tingkat hierarki
pemasaran, sifat dari produk yang dipasarkan, sifat orang-orang kepada siapa
produk yang dipasarkan, margin keuntungan yang diklaim, dan segala sesuatu
yang berhubungan bidang pemasaran tidak membuat pemasaran hanya roda
penggerak.
Etika Pemasaran tidak terbatas pada bidang pemasaran sendiri, bahkan
menyebarkan pengaruhnya di semua bidang kehidupan dan yang paling
penting pembangunan identitas sosial penting bagi orang-orang dan
mempengaruhi persepsi moral beberapa orang secara signifikan dan interaksi
dengan orang lain, dan jika mereka dapat memberikan sumbangan kepada
mereka persepsi atau interaksi akan benar-benar salah, aktivitas ini

25
mempengaruhi pertanyaan fundamental etika. Pemasaran, terutama
perusahaan komunikasi visual, mengamati, melayani sebagai dan membatasi
pandangan dunia dalam stereotip jender, kelas dan hubungan ras.
Beberapa isu etika pemasaran yang sering muncul adalah berikut
ini:
Harga: penetapan harga , diskriminasi harga , menggelapkan harga.
praktek Anti-kompetitif, taktik harga untuk menutupi isu-isu seperti
manipulasi loyalitas dan rantai pasokan.
Isi iklan: iklan menyerang, pesan subliminal, seks dalam iklan, produk
dianggap sebagai bermoral ataukah berbahaya

26
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab
ekonominya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi tujuan sosial
dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomisnya. Selain itu,
Corporate Social Responsibility merupakan upaya sungguh-sungguh dari entitas
bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif
operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial
dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Etika bisnis suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan
kegiatan perusahaaan atau berusaha Secara sederhana yang dimaksud dengan
etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat Adapun manfaat perusahaan berperilakuya etis adalah: 1) Perusahaan
yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder. 2) Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan
perusahaan sewaktu berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan
jaringan kerja yang semakin komplek. 3) Suatau perusahaan akan terhindar dari
seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi. 4) Banyak perusahaan
yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat menambah uang
dalam bisnis mereka Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung
jawab perusahaan, yaitu kepada lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan
masyarakat sekitarnya

27
B. SARAN
Perusahaan didirikan dan menjalankan operasionalnya bukan hanya
memiliki tanggung jawab ekonomis kepada Pemegang Saham dan tanggung
jawab legal kepada Pemerintah, akan tetapi memiliki tanggung jawab sosial
terhadap masyarakat yang merupakan komponen terbesar dalam pertumbuhan
perusahaan dengan harapan dapat memberikan pengaruh ekonomi serta
dukungan sosial terhadap masyarakat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari.20018.Pengantar Bisnis.Bandung :Alfabeta

Sudaryono.2005.Pengantar Bisnis.Yogyakarta : Andi

Umar,Husein.1983.Studi Kelayakan Bisnis.Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama

Albertson, Todd.(2007). The Gods of Business: The Intersection of Faith and the
Marketplace. Los Angeles, CA: Trinity Alumni Press. ISBN 0615138004

Alois A. Nugroho. 2001. Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

29
30

Anda mungkin juga menyukai