Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pendidikan Agama islam

Sistem politilk dalam islam


Dosen pengajar AGIL BAHSOAN, S.Ag,M.Ag

Disusun oleh kelompok 5:

 Adriyanto Ngadi
Nim : 93141937
 Abdul Qadar
Nim : 931419087
 Aprilia kairia Nabila
Nim : 931419089
 Ifra sajsabila A.Alamri
Nim : 931419208
 Rezitha leicha alfita Akase
Nim : 931419034
 Sintia Lamusu
Nim : 931419207
 Yuyun Laudji
Nim : 931419133

KELAS : E
FAKULTAS EKONOMI
PRODI S1 MANAJEMEN
Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2019
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…..2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..........3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
1. Latar belakang ………………………………………………………………..4
2. Rumusan masalah …………………………………………………………….4
3. Tujuan ………………………………………………………………………..4.
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................5
1. Pengertian sistem politik islam …….…………………………………….....…6
2. Asas-asas politik islam ..…………… ………………….. ….7
3. Nilai-nilai dasar sistem politik dalam al-qur’an ……………………………......8.
4. Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional ….….. ….…10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………...13
B. SARAN……………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14

2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan
Agama Islam ini. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan Agama
Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Sistem Politik dalam Islam dan
juga untuk mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Universitas
Negeri Gorontalo.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang turut
serta membantu dalam penyelasaian makalah ini baik moril maupun materil. Kepada para
orangtua dari kami yang telah memberi support dan motivasi untuk pembuatan makalah ini.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami, kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa dari hasil makalah
ini.Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama, bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusunmakalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini.

BAB : 1
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda.Namun, Islam memiliki aturan
politik yang bisa membuat negara itu adil.Dalam Al-Qur’an memang aturan politik tidak
disebutkan, tetapi sistem politik pada jaman Rasullullah SAW sangatlah baik.Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya menjalankan syari’at Islam.

Indonesia adalah salah satu negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan negara
Islam, dalam prakteknya islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan baik itu politik
maupun demokrasinya. Hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia di
Indonesia, terutama pada sistem yang berlaku dalam pemerintahan Indonesia. Contoh kecil
adalah banyaknya pelaku korupsi yang dikarenakan kurang transparannya pemerintahan di
indonesia. Hal tersebut di atas membuat penulis membahas tentang sistem politik dalam islam.

Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di
dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan
sejarah sistem politik di masa Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat kami rumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Apa pengertian sistem politik Islam?

2. Apa asas-asas yang digunakan di politik islam ?

3. Bagaimana nilai-nilai dasar sistem politik dalam Al-Qur’an?

4. Bagaimna Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari Sistem Politik Islam.

2. Mengetahui asas-asas yang digunakan dipolitik islam.

3. Mengetahui nilai-nilai dasar politik islam dalam al-qur’an

4. Mengetahui Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional

BAB : 2

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLITIK ISLAM


Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan yang
teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan kata politik pada mulanya berasal dari
bahasa Yunani atau Latin, politicos atau politicus, yang berarti relating to citizen. Keduanya
berasal dari kata polis, yang berati kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata politik
diartikan sebagai “segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan”. Kata Islam, adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
Sedangkan secara harfiyah, Politik Islam disebut juga Fiqh Siyasah yang dapat diartikan
sebgai mengurus, mengendali atau memimpin sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“ Adapun Bani Israel dipimpin oleh Nabi mereka “


Fiqh siyasah dalam konteks terjemahan diartikan sebagai materi yang membahas
mengenai ketatanegaraan dalam Islam (Sistem Politik).Dengan demikian, sistem politik
Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam.
Islam memang memberikan landasan kehidupan umat manusia secara lengkap, termasuk
di dalamnya kehidupan politik. Tetapi Islam tidak menentukan secara konkrit bentuk
kekuasaan politik seperti apa yang diajarkan dalam Islam. Itulah sebabnya, kemudian terjadi
perbedaan pendapat di kalangan umat Islam dalam merumuskan sistem politik Islam. Dalam
bahasa Arab politik disebut siyasah, sehingga dalam keislaman politik diidentik dengan kata
tersebut.secara etimologis siyasah artinya mengatur,aturan dan keteraturan.Fiqih siyasah
adalah hukum islam yang mengatur sistem kekuasaan dan pemerintahan. Dalam islam,
negara didirikan atas prinsip-prinsip tertentu yang ditetapkan Al-qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad S.A.W. Adapun prinsip-prinsip pemerintahan islam adalah :
1. Bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta ada pada Allah karena Ia
yang menciptakannya. Maka,hanya Allah yang harus ditaati, orang dapat ditaati
bila Allah memerintahkannya.

2. Bahwa Hukum Islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah
Nabi, sedangkan Sunnah Nabi merupakan penjelasan otoratif tentang al-qur’an

Dalam kamus bahasa Arab modern, kata politik biasanya di terjemahkan dengan kata
siyasah.Kata ini terambil dari akar kata sasa-yasusu, yang biasa diartikan mengemudi,
mengendalikan, mengatur, dan sebagainya. Dari akar kata yang sama, ditemukan kata sus,
yang berarti penuh kuman, kutu atau rusak, sementara dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata
yang terbentuk dari akar kata sasa-yasusu, namun ini bukan berarti bahwa al-Qur’an tidak
menguraikan masalah sosial politik.

5
Banyak ulama ahli Al-Qur’an yang menyusun karya ilmiah dalam bidang politik dengan
menggunakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai rujukan, bahkan Ibnu Taimiyah (1263-
1328) menamai salah satu karya ilmiahnya dengan al-Siyasah al-Syar’iyah (Politik
Keagamaan).Uraian al-Qur’an tentang politik secara sepintas dapat ditemukan pada ayat-ayat
yang menjelaskan tentang hukum.Kata ini pada mulanya berarti “menghalangi atau melarang
dalam rangka perbaikan”. Dari akar kata yang sama, terbentuk kata hikmah, yang pada
mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan asal makna kata sasa-yasusu-sais-siyasah,
yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara pengendalian (M. Quraish
Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, 1997 : 417).
Kata siyasah,sebagaimana dikemukakan diatas, diartikan dengan politik, dan juga
sebagaimana terbaca, sama dengan kata hikmat. Disisi lain, terdapat persamaan makna antara
kata hikmah dan politik. Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaaan, atau
kemampuan menangani suatu masalah, sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan
madharat. Dengan demikian, sistem politik Islam adalah suatu konsepsi yang berisikan
antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan Negara,: siapa pelaksana
kekuasan tersebut, apa dasar, dan bagaimana cara untuk menentukan kepada siapa
kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa pelaksana kekuasaan itu
bertanggung jawab, dan bagaimana bentuk tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai agama
Islam (sesuai dengan ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan Ijtihad).
Umat islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dlam syari’at islam. Pendapat
pertama menyatakan bahwa islam adalah suatu agama yang sempurnah dan lengkap dengan
pengaturan bagi segalah aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara.
Didalamnya juga terdapat antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam bahasa lain,
sistem politik atau juga disebut fikih siasah merupakan bagian integral dari ajaran islam.
Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa sistem ketatanegaraan yang harus diteladani
adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad S.A.W. Dan oleh para khulafah
al-rasyidin yaitu sistem khalifah.
Kedua, kelompok yang berpenditrian bahwa islam adalah agama yang berpendirian
barat. Artinya agama tidak ada hubunganhya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini
nabi muhammad hanyalah seorang rasul seperti rasul-rasul lain yang bertugas menyampaikan
risalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak ditugaskan untuk mendirikan dan memimpin
suatu negara.
Aliran ketiga menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segalah sistem kehidupan termasuk sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak
bahwa islam sebagai pandangan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan
tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah
yaitu yasrib kemudian menjadi al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligus
menjadi pusat pemerintahanya dengan piagam madinah sebagai aturan dasar kenegaraan.
Sepeninggalan nabi, kedudukan beliau digantikan dengan abubakar yang hasil kesepakatan
tokoh-tokoh para sahabat,selanjutnya disebut “khalifah” . sistem “khalifah” ini berlangsung
hingga kepemimpinan berada dikekuasaan khalifah terakhir, ali “karrama allahu

6
wajhahu”. Sistem pemerintahan selepas ali mengambil bentuk kerajaan, meskipun raja-raja
yang menjadi para penguasa menyatakan dirinya sebagai khalifah.
Dalam sistem kerajaan khalifah bukan dipilih secara demokratis melainkan diangkat
secara turun-temurun. Sistem kerajaan ini berlangsung hinggah abad ke-17 saat turki usmani
mulai mengalami kekalahan dari bangsa Eropa. Akhir abad ke -17 hampir semua negara
islam masuk dalam penjajahan barat. Lama penjajahan disatu negara dengan negara lainnya
tidak sama. Awal abad ke-19 negara-negara islam mulai melapaskan diri satu-persatu dari
kolonialisme barat. Dan dalam waktu yang bersamaan muncullah nasionalisme-nasionalisme.
Sistem pemerintahan bagi negara yang baru melepaskan diri dari kolonialisme berbeda-beda.
Ada yang muncul mengambil bentuk kerajaan, keemira, kesultanan, dan ada juga yang
muncul dengan bentuk presidensial kabinet atau parlementer kabinet.
Menurut harun nasution, khalifah (pemerintah) yang timbul sesudah wafatnya nabi
muhammad, tidak mempunyai bentuk kerajan tapi lebih dekat merupakan republik, dalam
arti kepalah negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun temurun.
Secara pragamatis menerima penggabungan dalam arti menganggap tidak ada
perbedaan prinsipil antara sistem khalifa allah dan sistem kerajaan, dan selanjutnya ia
menyatakan : kekhilafahan maupun kerajaan adalah khilafah allah diantara manusia.

B. ASAS-ASAS POLITIK ISLAM


 HAKIMIYAAH ILAHIYYAH
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam
sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa
terasutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan
Uluhiyyah.

 RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem
politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.

 KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai
wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia
hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas
landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah
atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.

C. NILAI-NILAI DASAR SISTEM POLITIK DALAM AL-QUR’AN

7
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran
tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dan di implementasikan dalam
pengembangan sistem politik Islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah :

a) Keharusan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.
(Q.S. al-Mukminun: 52)”.

b) Kemestian bemusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy Syura : 38)”.

c) Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.( Q.S.
an-Nisa: 58)”.
d) Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah serta Ulil Amri (pemegang kekuasaan).

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(Q.S. An-Nisa: 59)”.
e) Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam.

“Dan jika dua golongan daripada orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara
kedua-duanya. Maka jika salah satu daripada kedua-duanya berbuat aniaya terhadap yang
lain, maka perangilah yang berbuat aniaya itu sehingga kembali kepada perintah Allah. Maka
jika telah kembali, damaikanlah antara kedua-duanya dengan adil.Dan hendaklah berlaku
adil, sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlaku adil”.Dan kalau ada dua golongan
dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.(Q.S. al-
Hujurat:9)”.
f) Keharusan mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresi dan
invasi.

8
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah
kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang
melampaui batas.(Q.S. al-Baqarah: 190)”.
g) Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(QS. Al-Anfal 8:61)”.
h) Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).(Q.S. al-Anfal: 60)”.

i) Keharusan menepati janji.

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.(Q.S. an-Nahl:91)”.
j) Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.(Q.S. al-Hujurat: 13)”
k) Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.(Q.S. al-Hasyr: 7)”.

l) keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum dalam hal:


 Menyedikitkan beban (taqlil al-takalif)
 Berangsur-angsur (al-tadaruj)
 Tidak menyulitkan (adam al-haraj)
9
D. PRISIP HUKUM ANTAR NEGARA ATAU HUKUM INTERNASIONAL
dan Sunnah Rasulullah sebagai acuan, paradigma hidupnya, maka orang tersebut adalah
umat Nabi Muhammad SAW. Begitu juga negara manapun yang melandaskan sistem
perundang-undangannya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW,
maka negara tersebut adalah negara Islam. Namun dalam kenyataannya kita juga saling
berhubungan dengan negara lain yang harus di jalin dengan baik dan benar, jadi diperlukan
adanya prinsip-prinsip politik luar negeri dalam Islam.
Hukum Islam, di samping mengatur soal-soal Nabi Muhammad SAW diutus untuk
menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia tanpa dibatasi oleh wilayah,
perbedaan ras dan warna kulit, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainnya. Setiap orang di
penjuru dunia manapun yang beriman kepada Allah dalam arti menempatkan al-Qur’an
agama, juga mengatur persoalan kemasyarakatan. Maksudnya, hukum Islam, di samping
sebagai dasar-dasar peribadatan, berfungsi pula sebagai dasar-dasar hukum dan akhlak yang
mengatur hubungan antara sesama manusia.Bahkan, hukum Islam bukan hanya meletakkan
dasar hubungan dalam arti yang sempit, tetapi mencakup segala aspek hidup dan kehidupan
yang ada.
Hukum Islam menjunjung tinggi huquq al-insaniyyah tanpa mengenal diskriminasi
agama, warna kulit, dan kebangsaan.Selain itu, hukum Islam juga mengakui hak milik
pribadi, namun melarang menumpuk kekayaan, merampas, dan eksploitasi. Dengan kata lain,
hukum Islam mengakui hak milik perorangan, tetapi kepentingan sosial tidak boleh
diabaikan.
Dalam sikap yang lebih luas, hukum Islam menyuruh agar seluruh umat manusia yang
berlainan asal dan kebangsaan, warna kulit dan agamanya, menegakkan persaudaraan
kemanusiaan secara menyeluruh, sehingga hubungan manusiawi benar-benar terwujud dalam
kehidupan umat manusia.
Itulah sebabnya sehingga hukum Islam mengatur hubungan antara bangsa dan negara,
baik di waktu damai maupun di waktu perang.Bahkan, sampai pada mendirikan badan
Internasional yang bertugas untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara mereka.
Apabila ada bangsa dan negara yang tidak mau tunduk, maka dengan kekuatan badan itu
dapat memaksa menyelesaikan pertikaian-pertikaian yang terjadi, demi tegaknya kebenaran
dan terjaminnya keadilan.

Pada garis besar objek pembahasan islam meliputi:

a. Dusturiyah atau Siasah Hukum Tata Negara


Membahas hubungan pemimpin dengan rakyatnya serta industri-industri yang ada di
negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan
rakyat itu sendiri, yang biasanya meliputi :

 Persoalan imamah, hak dan kewajibannya.

10
 Persoalan rakyat, status, hak, dan kewajiban.
 Persoalan ba’iat.
 Persoalan Waliyatul Ahdi.
 Persoalan perwakilan.
 Persoalan ahlu al-halli wa al-aqdi.
 Wizarah dan pembagiannya.

b. Siasah Dauliyah atau Hukum Internasional dalam Islam.


Dalam ajaran islam, siasah dauliyah (hubungan internasional) dalam islam berdasarkan
pada :
1. Kesatuan umat manusia
2. Keadilan (al-‘adalah)
3. Persamaan (al-musa’awa’hukum)
4. Kehormatan manusia (karomah insyaniyyah
5. Toleransi (al-tasa’muh)
6. Kerja sama kemanusiaan
7. Kebebasan, kemerdekaan (al-hurriyyah)
 Kebebasan berfikir
 Kebebasan beragama
 Kebebasan menyatakan pendapat
 Kebebasan menuntut ilmu
 Kebebasan memiliki harta benda
8. Prilaku moral yang baik (al-akhlak al-karimah)
Pembahasan siasah dauliyah dalam islam berorientasi pada permasalahan berikut:

1) Damai adalah asas hubungan Internasional


2) Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi.
3) Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.
4) Perjanjian-perjanjian Internasional. Dan syarat-syarat mengikuti perjanjian antara lain:

a. Yang melakukan perjanjian memiliki kewenangan.


b. Memiliki kerelaan.
c. Isi perjanjian dan objeknya tidak dilarang oleh agama Islam.
d. Perjanjian penting harus ditulis.
e. Saling memberi dan menerima (take and give).
5) Perjanjian ada yang selamanya (mu’abbad) dan sementara (mu’aqqat).
6) Perjanjian terbuka dan tertutup.
7) Mentaati perjanjian dan
8) siasah dauliyah dan orang asing.

Secara khusus siasah dauliyah membahas hubungan internasional dan berkaisar pada
persoalan berikut:
1. Sebab-sebab terjadinya perang
11
a. perang dalam islam untuk mempertahankan diri
b. perang dalam rangka dakwah
Perang dianggap legal apabila terjadi karena
 mempertahankan diri dari serangan musuh
 perang melindungi hak negara yang syah yang dilanggar oleh suatu negara lainnya tanpa
sebab yang diterima
2. aturan perang dalam siasah dauliyyah
a. dilarang membunuh anak dan wanita
b. dilarang membunuh yang sudah tua apabila ia tidak ikut perang
c. tidak merusak pepohonantidak membunuh hewan ternak
d. dilarang menghancurkan rumah ibadah semua agama
e. bersikap sabar, ikhlas dan berani dalam melakukan peperangan
f. tidak melampaui batas

c. Siasah Maaliyyah.
Hukum yang mengatur tentang pemasukan pengelolaan dan pengeluaran uang milik
negara
Yang menjadi pembahasan dalam siasah maaliyyah adalah sekitar:
 Prinsip-prinsip kepemilikan harta.
 Tanggung jawab sosial yang kokoh.
 Zakat, zakat hasil bumi (emas dan perak), ternak dan zakat fitrah.
 Harta karun.

 Kharaj (pajak bumi)


.khataj yaitu punggutan yang dikenakan pada tanah-tanah yang dukuasai oleh kaum muslimin
 Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris.
 Harta Jizyah
Yaitu punggutan yang diambil dari ahli dzimah pada akhir tahun yang negerinya ditaklukkan
melalui perang
 Ganimah dan fa’i
Ganimah (sesuatu yang diperoleh seseorang melalui usaha atau secara paksa kepada kaum kafir
harbi)
Fa’i (kekayaan yang dimiliki orang-orang kafir namun dimiliki kaum muslimin tanpa adanya
perang)
 Bea cukai barang import.
 Eksploitasi Sumber Daya Alam yang berwawasan lingkungan.

12
BAB : 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami kaji, kami dapat menyimpulkan bahwa definisi politik
dari sudut pandang Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-
nilai Islam. Politik Islam sama dengan Fiqh Siyasah, Semua sumber politik Islam yang kita
pelajari adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Dalam fikih siasah disebutkan bahwa
garis besar fikih siasah meliputi :
• Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
• Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur Hubungan antara satu Negara Islam
dengan negara Islam lain atau dengan negara sekuler lainya)
• Siasah Maaliyyah (Sistem Ekonomi Negara)
B. SARAN
Sebaiknya para pemimpin ataupun pemerintah yang ada diIndonesia menggunakan
sistem politik Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Insya allah dengan cara ini
rakyat Indonesia akan hidup rukun dan makmur.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar mata kiliah pendidikan agama islam. Rujukan utama dosen dan mahasiswa diseluruh
periodi universitas negeri gorontalo. Oleh H. Lukman D. Katili, S.Ag., M.Th.I :UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO

http://kamusbahasaindonesia.org/politik/mirip

http://tugasulyakyu.blogspot.com/2012/03/sistem-politik-islam.html

http://www.referensimakalah.com/2013/03/prinsip-prinsip-politik-islam.html

http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/12/25/tafsir-ayat-ayat-al-quran-tentang-
musyawarah/

http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/11/nilai-nilai-dasar-sistem-politik-dalam-Al-Qur’an.html

http://kreatif123.blogspot.com/2013/06/ruang-lingkup-fiqh-siyasah.html

http://cahyodwi-dc.blogspot.com/2011/03/kontribusi-umat-islam-dalam.html

14

Anda mungkin juga menyukai