Anda di halaman 1dari 26

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

MENGIDENTIFIKASI LUAS, SEKTOR DAN TANGGUNG JAWAB INDUSTRI

A. Pengertian dan Tanggung Jawab Perusahaan Industri


Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengolahan faktor -
faktor produksi, untuk menyediakan barang-barang dan jasa bagi masyarakat,
mendistribusikannya, serta melakukan upaya-upaya lain dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat (M. Fuad, at.al, 2000:8).

Sedangkan pengertian Perusahaan Industri adalah perusahaan yang kegiatannya


mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjualnya
kepada pihak lain, atau sering disebut perusahaan manufaktur/pabrikasi. Contohnya:
industri tekstil, industri karung, industri elektronik, dan sebagainya (Oktima, 201 2:246).
Definisi lain dikatakan bahwa Perusahaan Industri merupakan perusahaan yang
mengolah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (finished goods). Misalnya,
Kapas diolah perusahaan industri menjadi pakaian. Barang jadi tersebut kemudian
dijual setelah sebelumnya disimpan sementara di gudang penyimpanan. Kegiatan
mengolah bahan baku menjadi barang jadi disebut proses produksi.

Berikut beberapa faktor yang menentukan bidang usaha perusahaan industri:


a) Tanah
b) Bahan Baku
c) Transportasi
d) Pemasaran
e) Tenaga Kerja
f) Tenaga penggerak

Berikut ini merupakan jenis-jenis perusahaan dalam bidang ekonomi:

a) Perusahaan Agraris: Usaha di bidang agraris menggunakan lahan tanah sebagai


faktor produksi utama. Misalnya pertanian, perkebunan dan peternakan.

1
b) Perusahaan Industri: Usaha di bidang industri merupakan jenis usaha yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, bahan mentah menjadi bahan setengah
jadi, dan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.
c) Perusahaan Perdagangan: Usaha dalam bidang perdagangan adalah jenis usaha
menjual barang-barang produksi kepada pihak lain tanpa mengolah bahan tersebut.
Misalnya pedagang beras, bahan bangunan dan makanan.
d) Perusahaan Jasa: Usaha bidang jasa adalah jenis usaha yang tidak menghasilkan
benda melainkan memberikan pelayanan kepada pihak lain sesuai kebutuhan.
Misalnya guru, dokter, dan paramedik.

Organisasi bisnis sebagai bagian dari lingkungan masyarakat perlu memiliki tanggung
jawab sosial (corporate social responsibility) bahwa kegiatan yang dilakukannya
membawa ke arah perbaikan lingkungan masyarakat pada umumnya, dan bukan
sebaliknya. Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat pada umumnya,
partisipasi perusahaan dalam pembangunan lingkungannya, dan lain sebagainya (Ernie
Tisnawati Sule at.al., 2015:76).

Tanggung jawab sosial suatu perusahaan atau Corporate Social Responsibility


merupakan suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal
dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karyawan dan komunitas lokal. Selain itu, Corporation Social Responsibility
juga merupakan konsep bahwa organisasi dan perusahaan memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang ada
disesuaikan dengan objeknya masing-masing.

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan, di antaranya adalah
sebagaimana dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif, proaktif,
dan akomodatif (Ernie Tisnawati Sule at.al., 2015:79).

2
a) Strategi Reaktif (Reactive Social Responsibility Strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial. Contohnya, perusahaan
tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu yang
menghubungkan antara konsumsi rokok dengan peluang terjadinya penyakit kanker.
Akan tetapi, dikarenakan adanya peraturan pemerintah untuk mencantumkan bahaya
rokok dalam setiap iklan, maka hal tersebut dilakukan oleh perusahaan rokok.

b) Strategi Defensif (Defensive Social Responsibility Strategy)


Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau
menolak tanggung jawab sosial. Perusahaan yang menghindarkan diri dari tanggung
jawab penanganan limbah bisa saja berargumen melalui pengacara yang disewanya
untuk mempertahankan diri dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak
hanya perusahaannya saja yang membuang limbah ke sungai ketika di lokasi
perusahaan tersebut beroperasi, terdapat juga perusahaan lain yang beroperasi.

c) Strategi Akomodatif (Acomodative Social Responsibility Strategy)


Beberapa perusahaan memberikan tanggung jawab sosial berupa pelayanan kesehatan,
kebersihan, dan lain sebagainya, bukan karena perusahaan menyadari perlunya
tanggung jawab sosial, namun dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan
lingkungan sekitar akan hal tersebut. Tindakan seperti ini terkait dengan strategi
akomodatif dalam tanggung jawab sosial.

d) Strategi Proaktif (Proaktive Social Responsibility Strategy)


Kegiatan bisnis yang melakukan strategi proaktif dalam tanggung jawab sosial
memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap
perusahaan akan terbangun (Ernie Tisnawati Sule at.al., 2015:80).

Berikut ini merupakan uraian yang lebih mendetail mengenai bentuk tanggung jawab
sosial yang wajib dilakukan oleh sebuah perusahaan kepada masing-masing objek yang
terkait.
3
a) Tanggung Jawab Sosial Kepada Konsumen
Dalam dunia perdagangan dan industri, kepuasan konsumen merupakan tanggung
jawab yang paling utama. Kepuasaan konsumen ini dapat tercapai dengan cara:
 Memberikan harga sesuai dengan kualitas barang yang dijual, atau dengan kata
lain, perusahaan berlaku jujur dan tidak melakukan penipuan dalam pemasaran
produk.
 Produk yang dijual merupakan produk yang sehat dan tidak mengancam
kesehatan konsumen.
 Memberikan garansi dan diskon yang sesuai pada produk yang dijual.

b) Tanggung Jawab Sosial Kepada Karyawan


Karyawan merupakan salah satu faktor penunjang terpenting dalam perusahaan. Agar
perusahaan dapat berjalan dengan baik, keharmonisan antara pihak perusahaan dengan
karyawan haruslah terjaga. Oleh karena itu, pihak perusahaan haruslah memperlakukan
karyawan dengan baik sesuai dengan hak mereka. Berikut ini adalah bentuk tanggung
jawab yang dapat dilakukan pihak perusahaan kepada karyawan:
 Memberikan gaji sesuai dengan jam kerja yang dihabiskan karyawan.
 Memberikan asuransi kesehatan beserta tunjangan kepada karyawan.
 Memberikan kenaikan gaji apabila terjadi laju inflasi di negara tempat
perusahaan tersebut berdiri.

c) Tanggung Jawab Sosial Kepada Pemegang Saham


Pemegang saham juga merupakan faktor penunjang yang penting dalam berdiri dan
berjalannya suatu perusahaan karena merekalah yang memberikan modal agar
perusahaan tersebut dapat terus beroperasi. Pemegang saham mendapat keuntungan
melalui deviden yang diterima pada saat pelaporan keuangan perusahaan di setiap
tahunnya. Berikut ini adalah bentuk tanggung jawab sosial yang dapat dilakukan
perusahaan kepada para pemegang saham:
 Memberikan laporan keuangan secara jujur dan transparan.
 Tidak menggelapkan laba perusahaan dan tidak mengurangi keuntungan para
pemegang saham.

4
d) Tanggung Jawab Sosial Kepada Lingkungan
Selain kepada manusia yang terlibat dalam berdiri dan berjalannya sebuah perusahaan,
perusahaan juga mempunyai tanggung jawab kepada lingkungan yang ada di sekitar
perusahaan tersebut. Tindakan perusahaan terhadap lingkungan dapat dijadikan
sebuah parameter baik atau tidaknya sebuah perusahaan. Tanggung jawab sosial yang
dapat dilakukan perusahaan terhadap lingkungan adalah sebagai berikut:
 Membuang limbah perusahaan dengan metode yang baik dan benar serta
tidak mencemari lingkungan sekitar.
 Melakukan rehabilitasi yang secara tidak sengaja rusak akibat kegiatan
perusahaan. (misalnya perusahaan kertas yang dalam produksinya terus-
menerus menebang pohon, mereka harus menanam ulang pohon tersebut
dengan pohon baru yang lebih muda).

Semua bentuk tanggung jawab tersebut harus dilakukan oleh sebuah perusahaan
apabila mereka ingin dikenal sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar
keuntungan pribadi, tapi juga dikenal sebagai perusahaan yang memberikan manfaat
bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia
adalah:
 Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP). Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah banyak dijalankan pengusaha
dengan karyawannya dan di tuangkan dalam buku.
 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Penanganan limbah industri
sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi menjaga lingkungan.
 Penerapan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Penekanan pada
faktor keselamatan pekerja dengan mempergunakan alat-alat yang berfungsi
menjaga Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Sistem perkebunan yang melibatkan
perkebunan besar milik negara dan kecil milik masyarakat.
 Sistem Bapak Angkat – Anak Angkat. Sistem ini melibatkan pengusaha besar
yang mengangkat pengusaha kecil/menengah sebagai mitra kerja yang harus
mereka bina.

5
Tujuan tanggung jawab sosial adalah:
a) Agar perusahaan dapat mendasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan norma -
norma moral dan etika.
b) Agar perusahaan meluncurkan produk yang mampu memenuhi kebutuhan para
penggunanya.
c) Perusahaan menyediakan informasi dan melakukan promosi yang jujur dan faktual
tentang produk yang dihasilkan.
d) Agar perusahaan memberikan informasi mengenai komposisi, takaran manfaat,
tanggal kadaluwarsa produk, kemungkinan efek samping, cara penggunaan yang
tepat, kuantitas, mutu, dan harga dalam kemasan produknya untuk memungkin
konsumen mengambil keputusan rasional dalam mempergunakan suatu produk.
e) Agar perusahaan memperhatikan keselamatan dan keamanan konsumen ketika
menggunakan produk tersebut.

Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah


lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil
inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pandangan ini tentunya bukan tanpa alasan,
karena pada dasarnya tanggung jawab sosial akan memberikan manfaat dalam jangka
panjang bagi semua pihak yang dalam hal ini perusahaan, masyarakat, dan pemerintah
(Ernie Tisnawati Sule at.al., 2015:81).
a) Manfaat Bagi Perusahaan
Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial akan memunculkan citra positif
dari masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegitan perusahaan
dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang positif bagi masyarakat.
Selain membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan dianggap b ersama
masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
b) Manfaat Bagi Masyarakat
Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tak lagi dipahami sebagai hubungan antara
produsen-konsumen, penjual-pembeli, pihak yang mengekploitasi dan pihak yang
tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan
yang lebih baik. Tidak hanya di sektor perekonomian, tetapi juga dalam sector sosial,
pembangunan, dan lain-lain.
6
c) Manfaat Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan
tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.

B. Definisi Profesi, Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Profesional


Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Dengan demikian seorang
profesional yang mempunyai profesi dalam pengertian tersebut adalah orang yang
melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang
hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu yang menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang
sama sebagai sekadar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang
(Burhanuddin Salam, 2002:137-138).

Profesi dan pekerjaan pada umumnya terdapat beberapa perbedaan penting; profesi
mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai suatu
pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu), dilaksanakan sebagai sumber utama
nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Orang
yang profesional adalah orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya,
meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu, hidup dari situ,
dan bangga akan pekerjaannya itu (Burhanuddin Salam, 2002:138).

Di antara profesi-profesi pada umumnya, dengan pengertian sebagaimana digariskan di


atas, masih dibedakan lagi profesi khusus yang disebut sebagai profesi luhur. Disebut
sebagai profesi luhur karena menekankan pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya. Memang dalam kenyataannya orang-orang yang
mengemban profesi lihur ini juga butuh nafkah hidup, dan nafkah hidup itu umumnya
diperoleh dari profesi itu. Akan tetapi sasaran utama dalam menjalankan profesi luhu r
itu bukan terutama untuk memperoleh nafkah hidup itu, melainkan untuk mengabdi
dan melayani kepentingan masyarakat. Hal ini terutama dijalaninya, sebagai suatu
7
panggilan hidupnya. Nafkah hidup terutama dilihat sebagai sekadar suatu imbalan
(akibat) dari menjalankan profesi itu demi kepentingan dan bukan sebagai suatu tujuan
utama dari kegiatan itu. Tidak mengherankan bahwa orang yang mempunyai profesi
luhur bahkan bersedia mengorbankan hidupnya hanya demi menunaikan profesinya itu
(Burhanuddin Salam, 2002:138).

Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1)
bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latiha n,
(3) beroleh bayaran karena keahliannya itu (J.S. Badudu, 2003). Dari definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian
dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang
tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya.

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu


berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku,
keahlian atau kualitas dan seseorang yang profesional (Longman, 1987).

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme
yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmenya terhadap perwujudan
dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga
keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional. Biasanya dipahami sebagai
suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik.

Profesionalisme dapat kita artikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan yaitu
pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu pengabdian melalui
keahlian tertentu dan yang menganggap keahlian ini sebagai sesuatu yang harus
8
diperbaharui secara terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang
terdapat dalam ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, maka profesi selain berhubungan
dengan kode etik, juga bertautan dengan kegiatan akademik. Kalau kehidupan akademik
bermuara pada diperolehnya kemajuan ilmu pengetahuan, maka kegiatan profesional
dimulai dari pemahaman dan pemanfaatan terhadap kemajuan-kamajuan ilmu
pengetahuan yang sudah ada. Dan hal ini pula yang merupakan garis pemisah namun
sekaligus sebagai titik temu sebagai penghubung antara profesionalisme dan
akademisme.

Kata profesi masuk ke dalam kosa kata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris
(Profession) atau bahasa Belanda (Professie). Kedua bahasa barat ini menerima kata ini
dari bahasa Latin. Dalam bahasa Latin kata Professio berarti pengakuan atau pernyataan.
Kata kerja untuk tidak mengaku atau tidak menyatakan ialah profiteri. Dan apa yang
telah dinyatakan atau diakui disebut professus (Muchtar Bukhori 1994:36).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dinyatakan sekarang, bahwa pada


mulanya kata profesi seperti yang kita pergunakan sekarang ini arti sebenarnya tidak
lain dari pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian
yang dipilih. Jadi, seseorang yang mengatakan bahwa profesinya adalah pemusik, maka
sebenarnya tidak lain daripada memberitahukan kepada orang lain, bahwa bidang
pekerjaan yang dipilihnya adalah bermain musik.

Dalam rangka lebih memahami makna profesional, akan dikemukakan ciri-ciri atau
karakteristik profesi. Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada
profesi, baik profesi pada umumnya maupun profesi luhur:
a) Adanya pengetahaun khusus;
b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi;
c) Mengabdi kepada kepentingan masyarakat;
d) Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi;
e) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
(Burhanuddin Salam, 2002:139-142).

9
Dalam diskusi pengembangan model pendidikan profesional tenaga kependidikan, yang
diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi,
yaitu :
a) Memiliki fungsi dan signifikansi sosial;
b) Memiliki keahlian/keterampilan tertentu;
c) Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah;
d) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas;
e) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama;
f) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional;
g) Memiliki kode etik;
h) Kebebasan untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam
lingkungan kerjanya;
i) Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi; dan
j) Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya (Sukmadinata,
1997:191).

Pendapat lain tentang ciri-ciri profesi atau profesionalisme adalah sebagai berikut:
a) Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi;
b) Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah
dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan;
c) Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya;
d) Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta
terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam
memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Profesional atau profesionalisme sangat erat kaitannya dengan kode etik untuk masing -
masing bidang profesi. Di sini akan penulis kemukakan pengertian kode etik profesi dan
ciri-cirinya secara singkat. Penjelasan konsep kode etik secara memadai akan dibahas
pada bab 3. Kode etik berasal dari dua kata, yaitu “kode” yang berarti tulisan (kata -kata,

10
tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud yang tertentu (untuk
telegram dan sebagainya). Sedangkan “etik” dapat berarti aturan tata susila; sikap atau
akhlak (WJS. Poerwadarminta, 1991:514). Dengan demikian, kode etik secara
kebahasaan berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan
akhlak. Akhlak itu sendiri sebagai disebutkan oleh Ibn Miskawaih dan Imam al-Ghazali
(w.111M) adalah ekspresi jiwa yang tampak dalam perbuatan dan meluncur dengan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi (Abudin Nata, 1977:14.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka kode etik atau akhlak adalah tingkah laku yang
memiliki lima ciri sebagi berikut. Pertama, tingkah laku yang diperbuat itu telah
mendarah daging dan menyatu menjadi kepribadian yang membedakan antara satu
individu dengan individu lainnya. Kedua, tingkah laku tersebut sudah dapat dilakukan
dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran lagi. Hal ini sebagai akibat dari
keadaan perbuatan tersebut yang sudah mendarah daging. Ketiga, perbuatan yang
dilakukan itu timbul atas tekanan dari orang lain. Keempat, perbuatan yang dilakukan
itu berada dalam keadaan yang sesunguhnya, bukan berpura-pura atau bersandiwara.
Kelima, perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena Allah, sehingga
perbuatan dimaksud bernilai ibadah dan kelak mendapatkan balasan pahala di sisi Allah
SWT. Jika perbuatan yang dilakukan itu telah memiliki ciri-ciri tersebut, barulah
perbuatan itu dapat disebut perbuatan akhlak atau kode etik. Dengan demikian, kode
etik adalah suatu istilah atau wacana yang mengacu kepada seperangkat perbuatan yang
memiliki nilai, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan. Kode
etik tersebut harus dimiliki oleh setiap pekerjaan profesional.

Menurut Burhanuddin Salam (2002:144) bahwa kode etik adalah pegangan umum yang
mengikat setiap anggota, dan suatu pola bertindak yang berlaku bagi setiap anggota
profesi. Tetapi pelaksanaan dan perwujudannya dalam tugas konkret yang dihadapi
setiap anggota, tetap berlangsung dalam iklim kebebasan setiap anggota. Artinya,
dengan pegangan kode etik profesinya, setiap anggota mempunyai kebebasan untuk
memutuskan apa yang terbaik untuk dijalankan dalam situasi dan tugas konkret yang
dihadapinya. Karena pada akhirnya, walaupun organisasi profesi ikut bertanggung
jawab atas pelaksanaan profesi anggotanya, yang paling bertanggung jawab adalah
anggota itu secara pribadi. Otonomi juga menuntut agar organisasi profesi secara
11
keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau
pihak-pihak lain manapun juga.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa tuntutan profesional sangat erat kaitannya


dengan suatu kode etik untuk masing-masing bidang profesi. Di sini akan penulis
kemukakan beberapa prinsip etika profesi yang berlaku untuk semua profesi pada
umumnya. Tentu saja prinsip-prinsip ini sangat minimal sifatnya, karena prinsip-prinsip
etika pada umumnya (dalam etika umum) yang berlaku bagi semua orang berlaku juga
bagi kaum profesional ini.

a) Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu
bersikap bertanggung jawab dalam dua arah: (1) terhadap pelaksanaan pekerjaan
itu dan terhadap hasilnya; (2) terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masayarakat pada umumnya.
b) Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya. Di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak
boleh melanggar hak orang lain atau pihak lain, lembaga atau Negara.
c) Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya. Di satu pihak seorang profesional
memiliki kode etik profesinya. Tetapi di pihak lain ia tetap memiliki kebebasan
dalam mengemban profesinya, termasuk dalam mewujudkan kode etik profesinya
itu dalam situasi konkret. (Burhanuddin Salam, 2002:142-144).

Menurut pendapat pakar lain mengenai prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai
berikut:
a) Tanggung Jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional
hendaklah melaksanakan pertimbangan profesional dan moral seluruh keluarga.
b) Kepentingan Publik. Harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam melayani
kepentingan public dan menghormati kepercayaan publik.
c) Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas publik maka harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional.
d) Obyektifitas dan Independent. Seseorang profesional harus mampu
mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik.

12
e) Kecermatan dan Keseksamaan. Anggota harus mengamati standar teknis dan
standar etnik profesi.
Lingkup dan Sifat Produk Jasa. Seseorang profesional dalam praktik publik harus
mengamati prinsip perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat produk
dan jasa yang diberikan.

C. Definisi Teknisi Akuntansi dan Teknisi Akuntansi yang Profesional


Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi
karena profesi ini membutuhkan keahlian. Sebagai contoh, rumah tangga adalah
satu bentuk pekerjaan, tetapi tidak profesi untuk pekerjaan domestik bisa dilakukan
oleh siapa saja dengan apapun latar belakang pendidikan. Kegiatan profesional atau
pekerjaan yang selalu dikaitkan dengan sumpah dan janji agama. Meskipun
profesional artinya harta yang dimiliki oleh seseorang yang dari segi teknis dan operasi
yang didefinisikan dalam batas etika profesional. Pekerjaan dianggap sebagai profesi
yang jika ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memiliki keterampilan (keahlian).

b) Memiliki kode etik sebagai kode standar moral perilaku.

c) Memiliki tanggung jawab profesional dan integritas pribadi.

d) Memiliki dedikasi kepada kehidupan publik.

e) Otonomisasi organisasi profesional menunjukkan bahwa manajemen organisasi.

f) Sebagai anggota salah satu organisasi profesional untuk mempertahankan


keberadaan

Definisi Teknisi Akuntansi dan Teknisi Akuntansi Profesional, Akuntansi adalah satu
catatan proses, mengklasifikasikan, singkatnya, proses dan data transaksi, saat ini, dan
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan keuangan yang dapat digunakan oleh
orang-orang yang menggunakan itu mudah dipahami untuk membuat keputusan
dan tujuan lain. Akuntansi berasal dari kata asing yang berarti ketika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau akun. Akuntansi yang
digunakan dalam hampir semua kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk membuat
keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.Teknisi akuntansi adalah teknisi
yang kompeten untuk menjadi kuasa eksekutif dalam pembukuan dunia bisnis,
13
lembaga pemerintah dan lembaga lainnya. Teknisi akuntansi, lebih biasa disebut
pembukuan atau petugas akuntansi, yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk
merekam proses dan membuat laporan keuangan. Teknisi akuntansi adalah akuntansi
profesional yang telah memenuhi standar efisiensi, yaitu: pencapaian kompetensi
profesional memerlukan awalnya standar yang tinggi pendidikan umum, diikuti
dengan pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam mata pelajaran
yang relevan, dan pengalaman kerja. Ini harus dijadikan sebagai pola umum
pembangunan anggota. Kompetensi dipelihara dan dipertahankan melalui
komitmen untuk belajar dan melakukan pengembangan profesional yang
berkelanjutan bagi anggota kehidupan profesional. Pemeliharaan efisiensi
membutuhkan kesadaran profesional profesi perkembengan untuk mengikuti
akuntansi, termasuk laporan akuntansi, audit dan lain-lain peraturan di tingkat
nasional dan internasional yang terkait. Teknisi akuntansi harus melaksanakan
program yang dirancang untuk memastikan adanya kontrol kualitas pelaksanaan
layanan profesional yang sesuai dengan standar nasional dan internasional.

D. Tujuan Profesi Teknisi Akuntansi

Tujuan profesi teknisi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan


standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut te rdapat 4
(empat) kebutuan dasar yang harus dipenuhi, yaitu:

a) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem


informasi.

b) Profesionalisme. Diperlukan individu yang denga jelas dapat diindentifikasikan


oleh pamakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.

c) Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan stndar kinerja yang tinggi.

d) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemebrian jasa oleh akuntan.

14
E. Pengaruh Luas dan Bidang Kerja terhadap Akuntan
Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari
laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan
yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang.
Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak
manajer/manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.

Pada dasarnya proses akuntansi akan membuat output laporan rugi laba, laporan
perubahan modal, dan laporan neraca pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya.
Pada suatu laporan akuntansi harus mencantumkan nama perusahaan, nama laporan,
dan tanggal penyusunan atau jangka waktu laporan tersebut untuk memudahkan orang
lain memahaminya. Laporan dapat bersifat periodik dan ada juga yang bersifat suatu
waktu tertentu saja. Hasil dari kinerja profresi teknisi akuntansi adalah laporan
keuangan, di mana hasil dari laporan tersebut harus objektif. Setiap profesi teknisi
akuntansi harus menjaga objektivitas dan bebas dari kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesinya.

F. Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Profesi Teknisi Akuntansi


Objektivitas kinerja teknisi akuntansi dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain
adalah aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal berasal dari dalam individu
sendiri, yaitu moral dan profesional. Sedangkan aspek eksternal, antara lain adalah:
a) Tekanan-tekanan untuk berbuat curang dari manajer atau pemberi kerja;
b) Tekanan-tekanan untuk bekerjasama antar rekan-rekan sekerja;
c) Tekanan-tekanan untuk bekerjasasama antar pemilik perusahaan dan penarik pajak;
d) Tekanan-tekanan antara kreditur dan manajer;
e) Tekanan dari pihak lain seperti polisi, wartawan atau jaksa.

Adakalanya seorang profesi teknisi akuntansi dihadapkan kepada situasi yang


memungkinkan mereka menerima tekanan yang diberikan kepadanya, yang
mengganggu objektivitasnya. Ukuran kewajaran harus digunakan dalam mencantumkan
standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin merusak objektivitasnya.
Hubungan yang memungkinkan prasangka bias atau pengaruh lainnya yang
memungkinkan prasangka bias atau pengaruh lainnya yang melanggar objektivitasnya
15
harus dihindari. Profesi teknisi akuntansi harus menghindari situasi yang membuat
posisi profesional mereka ternoda.

G. Macam-macam Profesi Akuntan


Salah satu bidang pekerjaan yang banyak diminati adalah karir di bidang keuangan. Hal
ini tidak terlepas dari besarnya kebutuhan pasar yang banyak membutuhkan tenaga-
tenaga terampil di bidang keuangan, baik dalam skala usaha ataupun jasa konsultasi.

Berikut ini adalah beberapa peluang karir di bidang keuangan yang bisa saudara jadikan
referensi.

 Konsultan Keuangan
Pada dasarnya tugas seorang konsultan keuangan adalah memberikan masukan pada
klien terkait dengan perencanaan atau pengelolaan keuangan, kebutuhan keuangan,
manajemen pajak dan lainnya. Konsultan keuangan hendaknya dapat membantu
kliennya dalam merencanakan anggaran keuangan masa depan, baik dalam bentuk
tabungan, investasi, polis asuransi, atau dana pensiun. Para konsultan keuangan ini
dituntut untuk bisa memberikan saran terbaiknya bagi klien. Dengan kemajuan
teknologi saat ini, pekerjaan sebagai konsultan keuangan dapat dilakukan secara online
sehingga memudahkan klien berkonsultasi dengan konsultannya. Berkarier sebagai
konsultan jasa keuangan dapat dilakukan dengan bergabung di sebuah perusahaan jasa
konsultan atau menjalankannya sendiri.

Agar menjadi seorang konsultan yang handal, Anda harus membekali diri dengan
ketrampilan dan keahlian yang memadai. Semakin handal Anda dalam memberikan
masukan atau memecahkan masalah klien, maka tingkat kepercayaan klien kepada Anda
akan semakin tinggi. Untuk itu gelar sarjana di bidang keuangan atau administrasi
mutlak dimiliki. Jika Anda memiliki sertifikasi pelatihan dan jam terbang yang tinggi
maka bisa jadi added value Anda mengingat pekerjaan ini membutuhkan keahlian yang
spesifik dalam perencanaan keuangan.

 Staf Pembukuan dan Audit

16
Seseorang staf pembukuan bertugas untuk memeriksa transaksi keuangan, mencatat
transaksi dengan akurat, dan membuat laporan keuangannya. Profesi sebagai staf
pembukuan memiliki cakupan yang lebih luas seperti menangani rekening perusahaan,
menyelesaikan laporan keuangan dan laporan manajemen secara akurat. Untuk audit
lingkup pekerjaannya adalah memastikan penggunaan kode yang sesuai dalam laporan
keuangan.

 Akuntan
Seorang akuntan merupakan orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi yang
bekerja di sebuah perusahaan, baik industri, keuangan, atau akuntan pemerintahan.
Adapun tugas seorang akuntan publik adalah melakukan audit, akuntansi, konsultan
manajemen atau pajak.

Profesi sebagai akuntan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian:

 Akuntan Publik
Umumnya dikenal sebagai akuntan eksternal dimana mereka tidak terikat perusahaan
tertentu dan memberikan jasanya dengan pembayaran tertentu. Lingkup kerja akuntan
publik meliputi pemeriksaan terhadap jasa keuangan, penyusunan sistem manajeman
atau konsultasi manajemen. Akuntan publik ini biasanya mendirikan kantor akuntan
secara pribadi setelah terlebih dahulu mendapatkan izin dari Kantor Departemen
Keuangan.

 Akuntan Internal
Akuntan Internal adalah akuntan yang bekerja pada perusahaan secara dependen yang
juga disebut dengan akuntan manajemen atau perusahaan. Tugas yang dilakukan oleh
akuntan intern mencakup sistem akuntansi, membuat laporan keuangan untuk
pimpinan perusahaan, menyusun anggaran keuangan dan menangani permasalahan
pajak.

 Akuntan Pemerintah

17
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di dalam lembaga pemerintahan.
Biasanya mereka bekerja di kantor Badan Pengawas Keuangan (BPK), atau lembaga
keuangan lainnya.

 Akuntan Pendidik
Tugas sebagai akuntan pendidik adalah bertanggung jawab pada pendidikan akuntansi,
penelitian dan pengembangan akuntansi, dimana mereka biasanya juga berprofesi
sebagai dosen atau pengajar di sekolah menengah atau perguruan tinggi.

Untuk menjadi seorang akuntan, maka Anda harus terlebih dahulu menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Akuntansi. Mengikuti
sertifikasi untuk mendapatkan pengalaman kerja akan menjadi nilai tambah bagi Anda
yang ingin berkarier di bidang keuangan.

H. Pihak-Pihak Publik yang Terlibat dalam Pelaksanaan Tugas Profesi Teknisi


Akuntansi
Pihak-pihak yang menggunakan dan membutuhkan informasi/laporan akuntansi
adalah:
a. Pihak Internal: pihak yang berada dalam struktur organisasi. Manajemen adalah
pihak yang paling membutuhkan laporan akuntansi yang tepat dan akurat untuk
mengambil keputusan yang baik dan benar. Contohnya seperti manajer yang melihat
posisi keuangan perusahaan untuk memutuskan apakah akan membeli gedung untuk
kantor cabang baru atau tidak.
b. Pihak Eksternal:
 Investor: Investor membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk
menentukan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Jika dalam
prediksi investor akan memberikan keuntungan yang baik, maka investor akan
menyetorkan modal ke perusahaan, dan begitu juga sebaliknya;
 Pemegang saham/pemilik perusahaan: para pemilik perusahaan yang
mempunyai bagian saham perusahaan membutuhkan informasi keuangan
perusahaan untuk dapat mengetahui sejauh mana kemajuan atau kemunduran
yang dialami perusahaan. Pemegang saham akan mendapatkan keuntungan
dari dividen yang akan semakin besar jika perusahaan untung besar.

18
 Pemerintah: besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan atau organisasi
kepada pemerintah sebagian besar berdasarkan atas informasi pasa laporan
keuangan perusahaan;
 Kreditur: jika perusahaan sedang terdesak dan membutuhkan dana segar
perusahaan mungkin akan meminjam uang pada kreditur seperti meminjam
uang di bank, berhutang barang pada supplyer/pemasok. Kreditur akan
memberikan dana jika perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik dan
tidak akan memiliki potensi yang besar untuk merugi;
c. Pihak lainnya: sebenarnya masih banyak pihak lain dari luar perusahaan yang
mungkin saja akan menggunakan laporan/informasi akuntansi suatu organisasi
seperti para karyawan, serikat pekerja, auditor akuntan publik, polisi,
pelajar/mahasiswa, wartawan, dan banyak lagi lainnya.

I. Peran dan Tanggung Jawab Pihak-Pihak Publik yang Terlibat dalam


Pelaksanaan Tugas Profesi Teknisi Akuntansi

Peran dan tanggung jawab profesi teknisi akuntansi terdapat pada prinsip-prinsip etika
profesi sebagai berikut:
Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral
dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota
mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesame anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Prinsip Kedua: Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa


bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
a) Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi teknisi akuntansi memegang peranan yang penting dalam masyarakat, di
19
mana publik dari profesi teknisi akuntansi yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada objektivitas dan integritas teknisi akuntansi dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab teknisi akuntansi terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan
tingkah laku teknisi akuntansi dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan Negara.
b) Profesi teknisi akuntansi dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya
dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang
menunjukkan bahwa kepercayaan-kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
Kepentingan utama profesi teknisi akuntansi adalah untuk membuat pemakai jasa
teknisi akuntansi paham bahwa jasa teknisi akuntansi dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut.
c) Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan
suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik,
maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
d) Mereka memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk
memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan
professional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk
memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme
yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
e) Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
f) Tanggung jawab seorang teknisi akuntansi tidak semata-mata untuk memenuhi klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang teknisi

20
akuntansi harus mengikuti standar yang dititik-beratkan pada kepentingan publik,
misalnya:
 Staf eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam
organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya organisasi.
 Staf auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal
yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja
kepada pihak luar.
 Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan
yang adil dari system pajak.
 Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum
dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

Prinsip Ketiga: Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,


setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
a) Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan
yang diambilnya.
b) Integritas mengharuskan seseorang anggota untuk, antara lain: bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
c) Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat
antara, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang
bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan
bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seseorang berintegritas akan
lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk mentaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan
etika.

21
d) Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan
kehati-hatian profesional.

Prinsip Keempat: Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan


bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

a) Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berperasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

b) Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus


menunjukkan obyektivitas mereka adlam berbagai situasi. Anggota
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan dan pemerintah. Mereka juga memdidik dan melatih
orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaanya dan
memelihara obyektivitas.

c) Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara sepesifik berhubungan


dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang
cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut :
 Adakalannya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadannya. Tekanan ini
dapat mengganggu obyektivitasnya.
 Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi
dimana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonablaness) harus digunakan dalam mencantumkan standar untuk
mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektivitas anggota.
 Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
 Anggota memiliki kewajiban untuk memestikan bahwa orang-orangyang
22
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
 Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang -
orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota


harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempuyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasaran
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

a) Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung


jawab profesionalnya dengan kompetensi dan kekuatan. Hal ini mengandung arti
bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab profesi kepada publik.

b) Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota


seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memikili keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua
tanggung-jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai
tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang
diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh
Prinsip Etika. Kompetensi Profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang
terpisah :

1) Pencapaian Kompetensi Profesional.


Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar
pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan
dan ujian profesioanl dalam subyek-subyek yang relevan, dan
pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
23
2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.

 Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk


belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.

 Pemeliharaan kompetensi profsional memerlukan kesadaran untuk


terus mengikuti perkembengan profesi akuntansi, termasuk
diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan
peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

 Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk


memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.

c) Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu


tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung-jawab untuk
menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan,
pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadahi untuk tanggung
jawab yang harus dipenuhinya.

d) Anggota harus tekun dan memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa


dan publik, Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi
standar teknis dan etika yang berlaku.

e) Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan


mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi
tanggung-jawabnya.

24
Prinsip Keenam: Kerahasiaan. Setiap anggota harua menghormati kerahasiaan
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

a) Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi


tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

b) Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk
mengungkapkan informasi.

c) Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah


pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.

d) Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.


Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama
melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.

e) Anggota mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa


tidak boleh mengungkapkan ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada
orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan infirmasi dengan tujuan
memenuhi tanggung-jawab anggota berdasar standar profesional.

f) Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang


berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan dimana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.

g) Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam


menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
1. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan
25
diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak
ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota
diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah :

 Untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses


hukum; dan

 Untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.

1) Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan:


 Untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan
seperti itu tidak bertentangasn dengan prinsip etika ini;
 Untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;
 Untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat)
Assosiasi Teknisi Akuntansi atau badan profesional lainnya; dan
 Untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh Assosiasi
Teknisi Akuntansi atau badan pengatur.

Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang


konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umu m.

Prinsip Kedelapan: Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa


profesionalnya sesuai dengan stsndar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

26

Anda mungkin juga menyukai