Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS POST PARTUM SECTIO CAESAR

Disusun Oleh :
KARTINI PUTRI SUGIYANTI
DA120033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MAMBA’UL ULUM SURAKARTA
2023
i. KONSEP DASAR SECTIO CAESAR (SC)
a. Definisi
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Maritalia,2012).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga
dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Mochtar, 2015).
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya
dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-
komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran
normal (Mitayani, 2012).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).

b. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas
indikasi sebagai berikut :
1) Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan yaitu
pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2) Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti
prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple
pregnancy).

c. Tanda dan Gejala


Menurut Saifuddin (2016), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
1) Pusing
2) Mual muntah
3) Nyeri sekitar luka operasi
4) Peristaltic usus menurun

d. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea. (Sari, 2016).
e. Komplikasi
Menurut Wulandari (2017) komplikasi yang sering terjadi pada ibu sc yaitu :
1) Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi 3 :
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
2) Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri
3) Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi
4) Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Post Op Menurut (Hartanti, 2014), ibu post sectio caesarea
perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut :
1) Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan
dilakukan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan kuat. Selain itu, pemberian cairan intravena juga
dibutuhkan karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan intravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata dengan hematokrit kurang
dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta cairan ekstraseluler yang
normal umumnya dapat mentoleransi kehilangan darah sampai 2.000 ml.
2) Ruang Perawatan
a) Monitor tanda-tanda vital Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi
adalah tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jumlah urine, jumlah
perdarahan, dan status fundus uteri
b) Pemberian obat-obatan Analgesik dapat diberikan paling banyak setiap
3 jam untuk menghilangkan nyeri seperti, Tramadol, Antrain,
Ketorolak. Pemberian antibiotik seperti Ceftriaxone, Cefotaxime, dan
sebagainya
c) Terapi Cairan dan Diet Pemberian cairan intravena, pada umumnya
mendapatkan 3 liter cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah
dilakukan tindakan, namun apabila pengeluaran urine turun, dibawah
30 ml/jam, wanita tersebut harus segera dinilai kembali. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 1%, garam fisiologi dan RL sevara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan
d) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus. Kateter umumnya dapat
dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi atau keesokan paginya
setelah pembedahan dan pemberian makanan padat bisa diberikan
setelah 8 jam, bila tidak ada komplikasi
e) Ambulasi Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah
baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
f) Perawatan Luka Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila
balutan basah dan berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan
luka juga harus rutin dilakukan dengan menggunakan prinsip steril
untuk mencegah luka terinfeksi
g) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah diperlukan setiap pagi
hari setelah pembedahan, untuk mengukur Hematokrit apabila terdapat
kehilangan darah yang banyak pada saat pembedahan atau terjadi
oliguria atau tanda-tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia
h) Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
4) Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) AGD (Analisa Gas Darah)
f) Kadar kalsium darah
g) Kadar natrium darah
h) Kadar magnesium darah

h. Pathways

Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri
mengancam, partus lama / tidak maju, preeklamsia,
distonia serviks, malpresentasi janin

Sectio Caesarea (SC) Kurang Informasi


Ansietas

Luka post op. SC Insisi dinding abdomen Tindakan anastesi

Jaringan terbuka Imobilisasi


Terputusnya inkonuitas
jaringan, pembuluh darah,
Kurang proteksi dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi Defisit
Perawatan
Invasi bakteri Diri
Merangsang
pengeluaran histamin
Risiko Infeksi dan prostaglandin

Nyeri Akut
ii. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian menurut Margaretha (2017) antara lain:
1) Identitas pasien Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama,
pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan dan alamat
2) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan
kehamilan, frekuensi, imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan
kesehatan yang diperoleh
3) Riwayat persalinan Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan,
penolong persalinan, jalannya persalinan
4) Pemeriksaan fisik
a) Vital sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu: suhu, nadi, pernapasan, dan
juga tekanan darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama
beberapa hari pascapartum karena demam biasanya merupakan gejala
awal infeksi. Suhu tubuh 38⁰C mungkin disebabkan oleh dehidrasi pada
24 jam pertama setelah persalinan atau karena awitan laktasi dalam 2
sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas 24 jam
pertama dapat menandakan adanya infeksi. Bradikardi merupakan
perubahan fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari pascapartum
dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/ menit. Frekuensi diatas 100
kali/ menit dapat menunjukan adanyya infeksi, hemoragi, nyeri, atau
kecemasan, nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan
hipotensi, menunjukan hemoragi, syok atau emboli
b) Kepala dan wajah
Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normal rambut bersih,
tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok), cloasma
gravidarum, keadaan sclera (normalnya sclera berwarna putih),
konjungtiva (normalnya konjungtiva berwarna merah muda, kalau
pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut (normalnya mulut dan
gigi bersih, tidak berbau, bibir merah), caries. Palpasi palpebra, odem
pada mata dan wajah; palpasi pembesaran getah bening (normalnya
tidak ada pembengkakan), JVP, kelenjar tiroid.
c) Dada
Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung, hitung
frekuensi. Payudara: pengkajian payudara pada ibu postpartum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi konsisten
dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Normalnya
puting susu men menonjol, areola berwarna kecoklatan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada bekas luka, payudara simetris dan tidak ada benjolan
atau masa pada saat di palpasi.
d) Abdomen
Menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka/insisi, adanya linea
atau tidak. Involusi uteri: kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali
ke ukuran dan kondisinya sebelum kehamilan, di ukur dengan mengkaji
tinggi dan konsistensi fundus uterus, masase dan peremasan fundus dan
karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam. TFU pada hari pertama
setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari dibawah pusat, pada hari ketiga 2
jari dibawah pusat, pada hari keempat 2 jari diatas simpisis, pada hari
ketujuh 1 jari diatas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi simpisis.
Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar mulus. Fundus
yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau subinvolusi. Kandung
kemih harus kosong agar pengukuran fundus akurat, kandung kemih
yang penuh menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
e) Vulva dan vagina
Melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya tandatanda infeksi.
Lochea: karakter dan jumlah lochea secara tidak langsung
menggambarkan kemajuan penyembuhan normal, jumlah lochea
perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas yang
menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah
lokia sangat sedikit noda darah berkurang 2,5-5 cm= 10 ml, sedang
noda darah berukuran ≤ 10cm= 10,25 ml.
f) Perineum
Pengkajian daerah perineum dan perineal dengan sering untuk
mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal seperti
hematoma, memar, edema, kemerahan, dan nyeri tekan. Jika ada jahitan
luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah ada
hemoroid dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per vagina
tanpa laserasi sering mengalami nyeri perineum yang lebih ringan.
Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan
merupakan sumber yang paling sering menimbulkan nyeri perineal.
Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul oleh bagian
terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan akibat mengejan
selama fase ekspulsi.
g) Payudara dan Tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan kesimetrisan
serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna
persiapan menyusui. Hari pertama dan kedua pasca melahirkan akan
ditemukan sekresi kolostrum yang banyak.
h) Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan
palpasi adanya distensi abdomen. Ibu postpartum dianjurkan untuk
berkemih sesegera mungkin untuk menghindari distensi kandung
kemih. Eliminasi dikaji setiap 9 jam, kaji juga defekasi setiap harinya. f.
Pengkajian psikososial Pengkajian psikososial ini difokuskan pada
interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat
status emosianal dan respon ibu terhadap pengalaman kelahiran,
interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian
terhadap peran baru, hubungan baru dalam keluarga, dan peningkatan
pemahaman dalam perawatan diri
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (2016) yaitu :
1) Nyeri akut (D.0077)
Definisi :Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3
bulan.
 Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)

b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

 Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
a) Tekanan darah meningkat
b) pola napas berubah
c) nafsu makan berubah
d) proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
2) Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075)
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah
melahirkan
 Penyebab:
a) Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran
b) Involusi uterus, proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran
semula
c) Pembengkakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI
d) Kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan
e) Ketidaktepatan posisi duduk
 Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh tidak nyaman
Objektif : Tampak meringis, terdapat kontraksi uterus, luka episiotomi,
payudara bengkak.
 Gejala dan tanda minor
Subyektif : (Tidak tersedia)
Objektif : Tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat,
berkeringat berlebihan, menangis/ merintih, haemoroid.
Kondisi klinis terkait: Kondisi pasca persalinan
3) Menyusui tidak efektif (D.0029)
Definisi: Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau
kesukaran pada proses menyusui
 Penyebab Fisiologis:
a) Ketidakadekuatan suplai ASI
b) Hambatan pada neonates
c) Anomaly payudara ibu
d) Ketidakadekuatan refleks oksitosin
e) Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
f) Payudara bengkak
g) Riwayat operasi payudara
h) Kelahiran kembar
 Gejala tanda mayor
Subyektif : Kelelahan maternal, kecemasan maternal
Objektif : Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak
menetes/ memancar, BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri
dan/ atau lecet terus menerus setelah minggu kedua
 Gejala tanda minor
Subyektif : Tidak tersedia
Objektif : Intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus
menerus, bayi menangis saat disusui, bayi rewel dan menangis terus
dalam jam- jam pertama setelah menyusui, menolak untuk menghisap
4) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri
 Penyebab
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Perubahan metabolisme
c) Ketidakbugaran fisik
d) Penurunan kendali otot
e) Penurunan massa otot
f) Penurunan kekuatan otot
g) Keterlambatan perkembangan
h) Kekakuan sendi
i) Kontraktur
j) Malnutrisi
k) Gangguan muskuloskeletal
l) Gangguan neuromuskular
m)Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
n) Efek agen farmakologis
o) Program pembatasan gerak
p) Nyeri
q) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
r) Kecemasan
s) Gangguan kognitif

t) Keengganan melakukan pergerakan


u) Gangguan sensori persepsi
 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
5) Resiko Infekksi (D.0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

c. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan keperawatan Intervensi Rasional
keperawatan keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi a. Identifikasi
(D.0077) tindakan keperawatan a. Identifikasi karakteristik
selama 3 kali pertemuan lokasi, nyeri dan
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, faktor yang
menurun dengan kriteria durasi, berhubungan
hasil: frekuensi, merupakan
a. Kemampuan kualitas, suatu hal
menuntaskan aktivitas intensitas nyeri yang amat
membaik b. Identifikasi penting
b. Keluhan nyeri skala nyeri untuk
menurun c. Meringis Terapeutik memilih
menurun a. Berikan intervensi
c. Gelisah menurun teknik yang cocok
d. Kesulitan tidur nonfarmakologis dan untuk
menurun untuk mengevaluasi
e. Frekuensi nadi mengurangi rasa keefektifan
membaik nyeri Edukasi dari terapi
f. Nafsu makan a. Jelaskan yang
membaik strategi diberikan.
meredakan nyeri b. Untuk
b. Ajarkan mengetahui
teknik kualitas nyeri
nonfarmakologis yang
untuk dirasakan
mengurangi rasa klien
nyeri Kolaborasi c. Untuk
a. Kolaborasi mengalihkan
pemberian nyeri yang
analgetik, jika dirasakan
perlu (SIKI, klien
2016) d.
Memberikan
penjelasan
akan
menambah
pengetahuan
klien tentang
strategi
meredakan
nyeri
e.
Memberikan
penjelasan
akan
membuat
klien dapat
mengalihkan
nyeri yang
dirasakannya
f. Untuk
mengurangi
nyeri
Menyusui Setelah dilakukan Observasi a. a. Memahami
tidak efektif tindakan keperawatan Identifikasi kemampuan
(D.0029) selama 3 kali pertemuan kesiapan dan pasien dalam
diharapkan status kemampuan menerima
menyusui membaik menerima informasi.
dengan kriteria hasil: informasi b. b.
a. Pelekatan bayi pada Identifikasi Memahami
payudara ibu meningkat tujuan atau keinginan
b. Miksi bayi lebih dari 8 keinginan pasien dalam
kali/ 24 jam meningkat menyusui menyusui
c. Berat badan bayi Terapeutik a. c. Media
meningkat Sediakan materi memudahkan
d. Tetesan/ pancaran ASI dan media dalam
meningkat pendidikan penyampaian
e. Suplai ASI adekuat kesehatan materi
meningkat b. Jadwalkan pendidikan
f. Lecet pada puting susu pendidikan kesehatan
menurun kesehatan sesuai d. Agar
g. Bayi rewel menurun kesepakatan jadwal
(SLKI, 2016) c. Berikan pendidikan
kesempatan kesehatan
untuk bertanya sesuai
d. Dukung ibu dengan
meningkatkan keinginan
kepercayaan diri pasien
dalam menyusui e.
Edukasi Mengetahui
a. Berikan pemahaman
konseling pasien
menyusui tentang
b. Jelaskan materi yang
manfaat telah
menyusui bagi disampaikan
ibu dan bayi f. Agar
c. Ajarkan 4 pasien
(empat) posisi percaya diri
menyusui dan dalam
perlekatan menyusui
dengan benar g.
d. Ajarkan Memberikan
perawatan penjelasan
payudara akan
postpartum menambah
(SIKI, 2016) pengetahuan
klien tentang
strategi
meredakan
nyeri
h. Agar ibu
mengerti
manfaat
menyusui
bagi ibu dan
bayi
i. Agar ibu
mengerti
posisi
menyusui
dan
perlekatan
dengan benar
j. Agar ibu
mengerti cara
perawatan
payudara
postpartum.
iii. DAFTAR PUSTAKA
Hartanti S. 2014. Penatalaksanaan Post Op Sectio Caesarea pada ibu. Published
thesis for University Of Muhammadiyah Purwokerto.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQhqyMV5
i/view. (Diakses 02 Desember 2018).
Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Jakarta: EGC.
Saifuddin, 2016. Buku Maternitas Dasar. Jakarta:EGC
Sari L. 2016. Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of
Muhammadiyah Purwokerto.
Solehati, T. & Kosasih, C. E., 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. 1st ed. Bandung: PT Refika Aditama.
World Health Organization (WHO). 2015. The Global Numbers and Costs of
Additinally Needed and Unnecessary Caesarean Sections Performed per
Year : Overuse as a Barrier to Universal Covereage. Health Systems
Financing. WHO.
Wulandari D. 2017. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas & Kebutuhan Ibu nifas.
Published thesis for University Muhammadiyah Purwokerto.
iv. LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai