Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNITAS LANSIA

DENGAN DIABETES MELITUS


DI PUSKESMAS STIKES BINA SEHAT PPNIMOJOKERTO

Disusun Oleh :

1. Jalaluddin A. G. (201903095) 11. Aspiatun (201903105)


2. Tommie S. A. (201903096) 12. Yeni Nur A. (201903106)
3. Dian Putri A. (201903097) 13. M. Galih A. (201903107)
4. Mike Nur M. (201903098) 14. Anggi A. (201903108)
5. Risqon Nafiah (201903099) 15. Bibis Junatan (201903109)
6. Nur Fadilah (201903100) 16. M. Romli F. A. (201903110)
7. Neni Arista A. (201903101) 17. Bahar A. A. (201903111)
8. Agustina Tri W. (201903102) 18. A. Rifqi M. (201903112)
9. Devian R. P. (201903103) 19. Galih K. S. (201903113)
10. Rina Dwi H (201903104)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Diabetes Mellitus

Sub Topik : Pencegahan dan Penanganan Diabetes Melitus pada Lansia

Hari/Tanggal : Senin, 22 Juli 2019

Waktu/Jam : 45 menit / 09.15-10.00 WIB

Tempat : Balai Desa Sengon

Sasaran : Warga Lansia Desa Sengon

Penyuluh : Mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Kepala Desa,


SATUAN ACARA PENYULUHAN
LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS

I. PENGANTAR

Topik : Diabetes Melitus

Sub Topik : Pencegahan dan Penanganan Diabetes Melitus pada Lansia

Hari/Tanggal : Senin, 22 Juli 2019

Waktu/Jam : 45 menit / 09.15-10.00 WIB

Tempat : Balai Desa Sengon

Sasaran : Warga Lansia Desa Sengon

Penyuluh

1. Nur Fadilah : Moderator


2. Mike Nur M. : Pemateri
3. Risqon Nafiah : Pemateri
4. Neni Arista : Notulen

Fasilitator

1. Yenina
2. Tommie Septika
3. Dian Putri A.
4. Agustina Tri W.

Supervisor

1. Neni Arista
2. Devian

Peserta : Lansia di Desa Sengon

Lingkungan : Ds. Sengon


II. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan warga lansia Desa Sengon
mampu mengetahui pencegahan dan penanganan diabetes melitus dalam
kehidupan sehari-hari.
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit warga lansia Desa Sengon
mampu :
1. Menjelaskan pengertian DM
2. Menjelaskan klasifikasi DM
3. Menjelaskan penyebab DM
4. Menjelaskan tanda dan gejala DM
5. Menjelaskan cara pencegahan DM
6. Menjelasakan cara penanganan/penatalaksanaan DM
7. Menjelaskan tentang komplikasi DM
IV. MATERI
(Terlampir)
V. METODE
Ceramah, Simulasi, dan Tanya Jawab
VI. MEDIA
Power Point, Video, Leaflet, Kuesioner
VII.SUSUNAN ACARA

Kegiatan Kegiatan Peserta


Tahap Metode Waktu
Penyuluhan
Pendahulua 1. Memberi salam Ceramah 2 menit 1. Menjawab salam
n dan perkenalan
2. Menjelaskan 2 menit 2. Menyimak
tujuan
penyuluhan
(tujuan umum 3 menit 3.Menyimak
dan khusus)
3. Menjelaskan
pokok materi 8 menit 4.Mengisi Kuesioner
penyuluhan
4. Pembagian Soal
Pre Test
Penyajian 1. Menjelaskan Ceramah 15 menit 1. Audience
materi , menyimak
penyuluhan Simulasi,
secara berurutan dan
dan teratur, antara Tanya
lain : Jawab
a. Pengertian
DM
b. Klasifikasi
DM
c. Penyebab DM
d. Tanda dan
Gejala DM
e. Pencegahan
DM
f. Penanganan 5 menit 2. Audinece
DM bertanya
g. Komplikasi
DM
2. Memberikan 10 menit 3. Audience
kesempatan menyimak
kepada audience
untuk bertanya
3. Menjawab
pertanyaan dari
audience
Penutup 1. Pembgaian soal Ceramah 8 menit 1. Audience
Post Test mengisi
2. Menyimpulkan 5 menit kuesioner
kegiatan 2. Audience
penyuluhan menyimak
3. Memberikan 2 menit
salam penutup 3. Audience
menjawab salam

VIII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan kegiatan acara penyuluhan diselenggarakan di
Balai Desa Sengon
b. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan acara penyuluhan
dilaksanakan sebelumnya
c. Persiapan lingkungan sekitar kegiatan dilakukan sebelumnya
d. Persiapan fasilitas dan media dilakukan sebelumnya
e. Para penyelenggaraan siap sebelum 30 menit acara dimulai
2. Evaluasi Proses
a. 100% peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. 100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
c. 100% peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
d. 50% para peserta berpartisipasi dalam kegiatan acara penyuluhan
dengan mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
a. 50% peserta mampu menjelaskan pengertian DM
b. 50% peserta mampu menyebutkan klasifikasi DM
c. 50% peserta mampu menjelaskan penyebab DM
d. 50% peserta mampu menjelaskan tanda gejala DM
e. 50% peserta mampu menjelaskan penanganan DM
f. 50% peserta mampu menjelaskan pencegahan DM
g. 50% peserta mampu menyebutan komplikasi dari DM
REFERENSI

Afrida. (2017). Hubungsn Efiksia Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit, 10, 595.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit


Metabolik.

IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas, 8th edn.

RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan, 1–126.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
MATERI PENYULUHAN DIABETES MELLITUS

A. Definisi DM
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal
dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya.

Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia


digolongkan menjadi 4, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Salah satu penyakit yang sering di derita pada lansia adalah Diabetes
Melitus.Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, ditandai dengan tingginya keadaan
glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria).
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk
di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi
pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya [ CITATION Bar02 \l 1057 ]
Jadi dapat disimpulkan bahwa, diabetes mellitus adalah suatu kondisi
tubuh dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang berlebihan
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat.
B. Macam-Macam DM
1. Diabetes Melitus tipe I (IDDM / Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Yaitu ditandai dengan kerusakan pada kelenjar sel beta pankreas sehingga
tidak dapat memproduksi insulin.Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
a. Mudah terjadi ketoasidosis
b. Tubuh tidak bisa menghasilkan insulin
c. Tergantung dengan injeksi insulin
d. Terjadi pada anak-anak atau ˂30 tahun
e. Disebabkan autoimun
f. Penyaki muncul tiba-tiba → cepat → kronis
g. Ada riwayat diabetes pada keluarga (10%)
Ada beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit DM
tipe 1 ini. Inilah beberapa faktor yang sebaiknya diwaspadai:

a. Memiliki faktor genetik penderita diabetes melitus.


b. Mengalami gangguan pada sistem imun di dalam tubuh.
c. Kekurangan nutrisi.
d. Serangan virus tertentu yang merusak organ pankreas.
2. Diabetes melitus tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin atau tidak membutuhkan insulin melainkan terjadi kerusakan pada
insulin dan reseptor sehingga insulin yang diproduksi tidak mencukupi
kebutuhan dalam tubuh.
DM tipe II berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak
terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh
(Smeltzer&Barre, 2008). Karakteristik DM tipe II :
a. Sukar terjadi ketoasidosis
b. Insulin diproduksi, namun tidak mencukupi kebutuhan dalam tubuh
c. Terjadi pada usia ≥ 30 tahun atau diabetes dewasa
d. Tidak tergantung dengan insulin
e. Bisa dicegah dengan pola hidup sehat, diet sehat, olahraga
f. Gejala lambat (asimptomatik)
b. Ada riwayat diabetes pada keluarga (30%)
Berikut adalah beberapa faktor pemicu dari DM tipe 2 ini:
a. Obesitas
b. Sangat jarang berolahraga
c. Tidak mengatur pola makan
d. Sering mengalami stres akibat pekerjaan
3. Diabestes Gestasional (DMG atau diabestes melitus gestasional)
Yaitu diabetes yang terjadi proses kehamilan (trimester 2-3), gula
darah ibu hamil dengan penyakit ini sangat tinggi, sehingga janin yang
dikandungnya akan berkembang sangat besar bisa mencapai berat 4 kg di
dalam kandungan.
Pada masa kehamilan ketika hormon estrogen, progesteron, prolaktin
meningkat maka reseptor akan menurun atau berkurang, sehingga insulin
juga menurun. Ketika insulin menurun dan glukosa meningkat maka
terjadilah hiperglikemi dikarenakan glukosa tidak bisa memproses menjadi
glikogen yang digunakan sebagai sumber kalori, energi, dan nutrisi bagi
tubuh.
4. Diabetes Melitus tipe lain
Diabetes melitus yang disebabkan misal karena penderita memiliki
sindrom seperti sindrom chusing, sindrom kelainan hormonal
(androgen),dan lain-lain.
[ CITATION Cat17 \l 1057 ]
C. Etiologi DM
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan
batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada
lansia :
a. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes melitus
lebih cenderung mengidap penyakit tersebut ketimbang dengan mereka
yang tidak memilikinya di dalam keluarga. Resikonya tergantung pada
jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. Semakin banyak jumlah
sanak saudara yang mengidap diabetes, semakin tinggi resikonya. Ada
resiko 5% bagi Anda untuk mengidap diabates jika orang tua atau sodara
kandung Anda mengidap diabetes. Resikonya bisa meningkat menjadi
50% jika Anda kelebihan berat badan.
b. Pola makan tidak sehat
Yang disebut pola makan yang tidak sehat banyak sekali macamnya. Dan
berkenaan dengan diabetes melitus hal ini sangat3 menjadi penyebab dari
diabetes. Makan-makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan juga
makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat memicu Anda terkena
diabetes nantinya. Makan-makanan mengandung lemak tinggi dan
kolesterol tinggi juga memicu diabetes. Karena makanan jenis ini dapat
memicu kegemukan atau obesitas terjadi pada diri Anda.
c. Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan
insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak
yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang
lebih besar tidak merespons insulin dengan baik. Gejala-gejala diabetes
mungkin bisa menghilang seiring menurunnya berat badan.
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam pankreas yang
memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur.
e. Jenis Kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita
memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena
diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi untuk terjangkit
diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh dan
kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak bisa
memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda diabetes
akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena infeksi oleh kuman
atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa
merusak sel-sel beta, dan karenanya menyebabkan diabetes
g. Kurang aktivitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan
untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak olahraga akan
mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan diatas,
bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari diabetes melitus.
D. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di
dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat.
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes
mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)),
atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi
insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes
ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling
sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe
NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin [ CITATION Mic06 \l 1057 ]
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, antara lain :
a. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan
fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan
akibat penuaan.
b. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi
diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan
osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia [
CITATION Mic06 \l 1057 ]
E. Tanda dan Gejala DM
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada
pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang pada pasien DM usia lanjut
dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relative sekarang menjadi absolute dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala
yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.[ CITATION
WAr06 \l 1057 ]
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.[ CITATION Bru02 \l 1057 ]
Tanda dan gejala diabetes melitus antara lain :
1. Sering buang air kecil
2. Rasa hausberlebian
3. Rasa laparberlebihan
4. Pandangankabur
5. Mudahlelah
6. Kadar guladarahtinggi
7. Luka lambatsembuh
8. Penurunan berat badan
F. Pencegahan DM
Terapkan pola hidup sehat, buatlah hidup anda teratur dan terjadwal
didalam menjalankan aktivitas kehidupan. Ketidakteraturan dalam pola hidup
akan sangat memepengaruhi berbagai organ dan kelenjar pada tubuh kita.
1. Mengatur makanan, pola makan yang sehat, jaga diri anda dari masukan
asupan makanan yang tidak sehat dan beresiko terhadap kesehatan dalam
jangka panjang seperti makanan dengan tinggi lemak, makan yang
mengandung pengawet, perasa, dan pewarna buatan.
2. Menjalani pemeriksaan gulan darah rutin
3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
anda
4. Selalu menjaga BB supaya stabil, jika sudah memiliki BB yang lebih maka
usahakan untuk menurunkannya.
5. Jauhi rokok dan minuman beralkohol
6. Penderita DM harap berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
duberikan terapi insulin

Makanan yang dipantangkan dan diperbolehkan

Proporsi diet makanan harian yang benar bagi penderita DM :

Berdasarkan anjuran dari PERKENI (perkumpulan Endokronologi


Indonesia) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut :

a. Karbohidrat : 60%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%

Jenis makanan yang harusb dikonsumsi oleh penderita DM


diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jenis makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :


 Manisan buah
 Gula pasir
 Susu kental manis
 Madu
 Abon
 Kecap
 Sirup
 Es Krim
b. Jenis makanan yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI
 Nasi
 Singkong
 Roti
 Telur
 Tempe
 Tahu
 Kacang Hijau
 Kacang Tanah
 Ikan
c. Jenis makanan yang DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
 Kol
 Tomat
 Kangkung
 Oyong
 Bayam
 Kacang Panjang
 Pepaya
 Jeruk
 Pisang
 Labu siam
G. Penatalaksanaan DM
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan
interaksi dari tiga factor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan
preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah 3J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu:
1. J I :jumlahkalorisesuaidenganresepdokterharusdihabiskan.
2. J 2 :jadwalmakananharusdiikutisesuaidengan jam makanterdaftar.
3. J 3 :jenismakananharusdiperhatikan (pantanganguladanmakananmanis)

Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, antara lain :


Penatalaksanaan Medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase
atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
produksi insulin oleh sel-sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan
utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan.
Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
a. Glibenklamida (5mg/tablet).
b. Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
c. Glikasida (80 mg/tablet).
d. Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer).
Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan
Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi),
yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada
penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang
tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat-obatan
tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita
hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol
dengan pengendalian diet.

2) Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin,
cristalin zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral
Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)

Penatalaksanaan Medis
1) Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan,
lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar
75 % karbohidrat, 10 % lemak dan 15 % protein. Kandungan rendah lemak
dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.Karena itu diet yang tepat untuk
mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat
komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
2) Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dan mengontrol serta mengurangi kadar
gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga
membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung atau
meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan
melakukan olahraga yang berat-berat.
Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai
pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas
lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang
menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus
melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari [ CITATION Mic06 \l
1057 ].
3) Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus
dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan
resiko DM pada lansia.
4) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien
tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien
tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih
sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang
adekuat dalam diet mereka.[ CITATION Mic06 \l 1057 ]
5) Pendidikan
Pendidikan yang dapat diberikan pada lansia antara lain, diet yang
harus dikosumsi, manfaat latihan atau olahraga, penggunaan insulin,
informasi mengenai diabetes melitus apabila tidak diobati, menjelaskan
prognosis atau dampak kedepannya mengenai penyakit tersebut, dan lain-
lain.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus, sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
(Suddarth, Brunner, 2002)

.1.4. Komplikasi DM
Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah , saraf, dan organ tubuh. Diabetes termasuk penyakit
kronis yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya bisa memicu
sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah
sejumlah komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita DM.
1. Penyakit Kardiovaskular
Penderita diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
2. Kerusakan saraf atau neuropati
kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi
kesemutan atau perih yang biasanya berawal dari ujung jari tangan
dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem
pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.
3. Kerusakan pada organ kaki
Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes
berkemungkinan meningkatnya resiko komplikasi kesehatan kaki
yang biasanya terlambat disadari. Sekitar 10% penderita diabetes
mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil pada kaki.
Gejala komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah pembengkakan,
kulit terasa panas saat disentuh, serta luka yang tidak kunjung sembuh.
4. Kerusakan mata
Khususnya retina, retinopati muncul saat terjadinya masalah pada
pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaukoma dan katarak kuga termasuk komplikasi yang
mungkin terjadi pada penderita diabetes.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah
dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor,
maka kinerja ginjal akan menurun. Kerusakan parah pada ginjal dapat
menyebabkan gagal hinjal yang membutuhkan dialisis (proses cuci
darah) atau bahkan transplantasi ginjal.
6. Disfungsi seksual
Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada penderita diabetes
pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Pada
penderita diabetes wanita, komplikasi ini mungkin berupa kepuasan
sesksual menurun, kurangnya gairah seks, vagina yang kering, atau
gagal mencapai orgasme.

7. Gangguan kulit
Diabetes akan membuat penderitanya rentan terkena penyakit kulit
seperti seperti infeksi jamur maupun bakteri.
8. Keguguran
Kadar gula darah tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin.
Resiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes
gestasional tidak segera ditangani. Kadar gula darah yang tidak terjaga
pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi resiko cacat lahir. Ibu
hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memantau kadar gula
darahnya secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai