Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan

masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu

faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Salah satu faktor

terbesar yang paling mempengaruhi kesehatan adalah perilaku. Perilaku yang

sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Pendapat ini sejalan dengan

pandangan Giriwijoyo dan Sidik yaitu “Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan

hanya bergerak karena masih hidup”. (Giriwijoyo dan Sidik, 2012)

seiring berkembangnya zaman, kesehatan menjadi hal yang kurang diperhatikan

oleh masyarakat. Masyarakat terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terjebak

dalam kebiasaan dan perilaku yang tidak sehat. Hal ini berdampak langsung

kepada tingkat kesehatan masyarakat. Perilaku kesehatan yang cenderung

beresiko seperti kurang bergerak dan olahraga ringan, sehingga mengakibatkan

munculnya obesitas, merokok, mengangkat beban berat apalagi diperberat dengan

kondisi berada pada usia kategori dewasa tua dan lansia dapat meningkatkan

resiko terkena berbagai msalah kesehatan, salah satunya yang berhubungan

dengan masalah tulang dan persendian. (Dewi, 2009)

Salah satu perubahan kondisi fisik karena perilaku kesehatan dapat terjadi pada

sistem muskuloskeletal yaitu gangguan pada persendian yang merupakan penyakit


2

yang sering dijumpai yang sangat erat hubungannya dengan perilaku dan proses

menua dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009).Kelainan sendi yang paling sering

diderita adalah Osteosteoarthritisrtritis dibandingkan dengan jenis kelainan sendi

yang lain (Loeser & Richard, 2011). Diketahui bahwa penyakit

osteosteoarthritisrtritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai

24 juta dikawasan Asia Tenggara. Osteosteoarthritisrtritis adalah penyakit kronis

yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan

kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (WHO, 2007).

Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini

bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya

pengikisan rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.

Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki

terutama ditemukan pada orang-orang berusia lebih dari 45 tahun.

Osteosteoarthritisrtritis paling sering ditemukan pada penderita usia lanjut, tetapi

juga banyak ditemukan pada individu yang memiliki poster tubuh gemuk (Chan,

2014), mantan olahragawan, penderita tirah baring lama, faktor genetik (Zhang &

Jordan, 2011). Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan

normal, sebab insidens bertambah dengan meningkatnya usia (Price and

Wilson, 2012)

Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut Arthritis Reseach UK (2013)

osteosteoarthritisrtritis dapat mempengaruhi setiap sendi. Sendi lutut adalah lokasi


3

yang paling umum pada tubuh terkena osteosteoarthritisrtritis, diikuti dengan

pinggul. Gejala khas dari penyakit osteosteoarthritisrtritis berupa nyeri pada

persendian. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan

pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya

gangguan gerak. Pada keadaan ini klien akan sangat terganggu, apabila

lebih dari satu sendi yang terserang. (Handono, 2013)

Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti

namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis

kelamin, genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya.

Berat badan biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya Osteoarthritis.

Obesitas meningkatkan beban sendi bertambah sehingga resultan gaya akan

bergeser ke medial. Gejala dan tanda Osteoarthritis adalah nyeri sendi,

hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, deformitas, pembengkakan sendi

yang asimetris, tanda-tanda peradangan, perubahan gaya berjalan (Dolenio,

2014)

Berdasarkan National Institute of Arthritis, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang

dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteosteoarthritisrtritis (Kats,

2015). Pada tahun 2016, osteosteoarthritisrtritis merupakan penyakit

muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Prevalensi osteosteoarthritisrtritis lutut

di dunia yaitu sebesar 3.8% dan osteosteoarthritisrtritis pinggul sebesar 0.85.

WHO juga mengungkapkan bahwa prevalensi nyeri rematik di beberapa negara


4

Asean adalah, 26.3% Bangladesh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3%

Filipina, dan 14.9% Vietnam. (WHO,2016)

Di Indonesia, Osteoarthritis merupakan penyakit reumatik yang paling banyak

ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Prevalensi penyakit sendi

di Indonesia mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan penyakit sebesar

15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Prevalensi data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan, sebanyak 11,5% penduduk Indonesia

menderita penyakit nyeri sendi Osteoarthritis. Prevalensi penyakit sendi di

Sumatera Barat juga cukup tinggi hingga mencapai 30,9%. (Riskesdas,2013)

Upaya untuk mengatasi nyeri sendi dapat dilakukan dengan farmakologi

maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi seperti OAINS (Obat Anti-

Inflamasi Non Steroid) yang dikonsumsi oleh penderita osteoarthritis,

dikhawatirkan akan menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan

dan ginjal, sehingga dibutuhkan terapi pendukung lain seperti terapi non

Farmakologis. Salah satu terapi non-farmakologi dapat dilakukan latihan

stretching. Stretching merupakan suatu aktivitas meregangkan otot untuk

meningkatkan fleksibilitas otot dan jangkauan gerakan persendian.

Perawatan untuk klien dengan Osteoarthritis tidak terlepas dari peran keluarga.

Peran keluarga sesuai dengan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah

mengenal masalah kesehatan, Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga,

Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit, Memodifikasi lingkungan

keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, Menggunakan pelayanan kesehatan.


5

salah satu tugas keluarga adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usianya terlalu muda. Peran keluarga tersebut meliputi mengingatkan/memonitor

waktu minum obat, mengontrol persediaan obat, mengantarkan penderita kontrol,

memisahkan alat-alat penderita dengan anggota keluarga lain, meningkatkan

kesehatan lingkungan penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar

penderita tidak merasa terisolir dalam lingkungannya (Friedman, 2010).

Masalah yang sering terjadi didalam keluarga dalam merawat klien Osteoarthritis

atau nyeri sendi adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit

Osteoarthritis atau nyeri sendi dan kurangnya kemampuan dalam menjaga dan

merawat klien dengan Osteoarthritis, maka untuk mengatasi masalah tersebut

diperlukan peran perawat dan peran keluarga.

Peran yang besar dari keluarga sangat diperlukan sebagai orang terdekat dan

sebagai orang yang mengetahui keadaan penderita untuk berupaya merawat

dengan sebaik mungkin dan bahkan dapat membuat penderita menjadi mandiri.

Sebuah keluarga harus bisa menjadi penyemangat bagi anggota keluarga lainnya

untuk bisa menjalani hidup dengan baik, selain itu keluarga juga harus bisa

memberikan informasi kesehatan yang tepat sehingga anggota keluarga dapat

mengetahui mana hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Keluarga juga

harus bisa membimbing, membantu, serta memenuhi kebutuhan anggota

keluarganya. Fungsi pemeliharaan keluarga yang pada dasarnya memiliki


6

kewajiban untuk memelihara anggota keluarganya yang sedang sakit.

(Departemen Sosial RI, 2008)

Peran perawat dalam melakukan kesehatan keluarga adalah sebagai pendidik,

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat menjalankan

asuhan kesehatan keluarga dsecara mandiri dan bertanggung jawab terhadap

masalah kesehatan keluarga , konsultan sumber bagi keluarga didalam mengatasi

masalah kesehatan amak hubungan keluarga dan perawat harus dibina dengan

baik perawat harus bersikap terbuka dan bisa dipercaya, pengawas kesehatan

melakukan kunjungan rumah secara teratur untuk mengidentifikasi tentang

kesehatan keluarga pelaksana perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga

baik dirumah maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. (Muhlisin, 2012).

Saat ini terdapat beberapa penelitian tentang efektivitas pemberian terapi non

farmakologis Stretching terhadap penurunan intensitas nyeri sendi pada klien

Osteoarthritis, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Edwina dan Fenti

pada tahun 2019 tentang “Pengaruh Stretching Exercise Terhadap Penurunan

Skala Nyeri Sendi Lutut Pada Klien Osteosteoarthritisrtrtis” menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh stretching exercise terhadap penurunan skala nyeri sendi lutut

pada klien Osteosteoarthritisrtritis. Pemberian latihan stretching secara otomatis

akan melatih kekuatan otot panggul dan kemudian otot menjadi kuat dan

lentur sehingga nyeri akibat spasme otot dapat ditekan sedemikian rupa.
7

The Crossfit Journal Article (2006) mengemukakan bahwa stretching sangat

efektif dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan sendi sehingga

dapat memberikan efek penurunan atau hilangnya rasa nyeri sendi pada lansia.

Latihan ini juga dapat meningkatkan aliran darah, juga memperkuat tulang.

Latihan peregangan (stretching) dapat meningkatkan Range Of Motion (ROM)

secara aktif maupun pasif memberikan manfaat dalam memperbaiki dan

mempertahankan mobilitas sendi (Lee & Wong, 2015)

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Rahmiati tahun 2014 tentang

Efektivitas Stretching terhadap Penurunan Nyeri sendi lutut Pada Lansia

didapatkan hasil penelitian terjadi penurunan tingkat nyeri sesudah dilakukan

stretching, dengan demikian maka stretching dapat digunakan sebagai salah

satu terapi alternatif untuk mengurangi rasa nyeri sendi, terutama nyeri sendi lutut

pada lansia. Penelitian oleh Safun Rahmanto Pada tahun 2013 tentang efektifitas

program stretching exercise, kinesthesia exercise dan balance Exercise tungkai

bawah terhadap penurunan nyeri dan peningkatan rom klien osteoarthritis juga

menunjukkan bahwa stretching exercise efektif dalam menurunkan nyeri klien

osteoarthritis dan efektif pula dalam meningkatkan ROM.

Berdasarkan fenomena yang didapatkan dilapangan, sering dijumpai di lapangan

adalah perawat seolah hanya terfokus pada intervensi farmakologinya saja

padahal penggunakan obat-obatan OAINS terlalu sering dikhawatirkan akan

menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan dan ginjal, beberapa
8

klien juga mengeluh sudah capek untuk selalu minum obat karena merasa tidak

kunjung sembuh.

Dari hasil studi pendahuluan ini juga didapatkan di wilayah kerja Puskesmas

Pagaruyung belum pernah dilakukan penatalaksanaan non farmakologi seperti

Stretching untuk mengurangi gangguan nyeri sendi lutut pada klien

osteosteoarthritisrtritis. karena belum adanya di terapkan di lapangan penulis ingin

mencoba menerapakan terapi Stretching untuk menurunkan intensitas nyeri sendi

pada klien Osteosteoarthritis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penulisan

karya ilmiah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

kepada Keluarga BP. Y Khususnya Ib. M dengan dengan pemberian terapi

aktivitas : Stretching untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi pada Ib. M di

Wilayah kerja Puskesmas Pagaruyung jorong Mandahiling Kevamatan

Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan Osteoarthritis kepada Keluarga BP. Y

Khususnya Ib. M dengan dengan pemberian terapi aktivitas : Stretching

untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi pada Ib. M di Wilayah kerja

Puskesmas Pagaruyung jorong Mandahiling Kecamatan Tanjung Emas

Kabupaten Tanah Datar.


9

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu memahami dan menerapkan konsep dasar berkaitan dengan

Osteoarthritis dan Stretching sebagai terapi pada klien Osteoarthritis.

1.3.2.2 Melakukan pengkajian dengan masalah Osteoarthritis kepada

keluarga Bp.Y khususnya Ib. M dalam pemberian terapi aktivitas:

Stretching untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi.

1.3.2.3 Menegakkan diagnosa keperawatan kepada keluarga Bp. Y

khususnya pada Ib. M dengan osteoarthritis dalam pemberian terapi

aktivitas: Stretching untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi pada

Ib. M.

1.3.2.4 Merencanakan intervensi keperawatan kepada keluarga Bp. Y

khususnya pada Ib. M dengan osteoarthritis dalam pemberian terapi

aktivitas: Stretching untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi pada

Ib. M.

1.3.2.5 Melakukan implementasi Keperawatan Osteoarthritis kepada

Keluarga BP. Y Khususnya Ib. M dengan dengan pemberian terapi

aktivitas : Stretching untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi pada

Ib. M.

1.3.2.6 Melakukan evaluasi kepada keluarga Bp. Y khususnya pada Ib. M

dalam pemberian terapi aktivitas: Stretching untuk menurunkan

Intensitas Nyeri Sendi.

1.3.2.7 Melakukan analisa kasus dengan pembahasan secara teoritis dan


10

aplikasi kepada keluarga Bp. Y khususnya pada Ib. M

1.3.2.8 Melaksanakan dokumentasi keperawatan kepada Keluarga Bp. Y

khususnya pada Ib. M dalam pemberian terapi aktivitas: Stretching

untuk menurunkan Intensitas Nyeri Sendi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam menyusun

standar Prosedur (SOP) intervensi pederita Osteoarthritis untuk

menurunkan intensitas nyeri sendi.

1.4.2 Bagi Profesi Perawat

Karya ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu keperawatan serta merupakan sumber informasi dan

sebagai pertimbangan dalam memberikan intervensi mandiri pada

penderita Osteoarthritis.

1.4.3 Bagi Penderita Osteoarthritis

Karya ilmiah akhir ners ini sebagai informasi keperawatan yang dapat di

terapkan secara mandiri bagi penderita Osteoarthritis.

Anda mungkin juga menyukai