Lampiran 1
Materi Pelajaran
Pengkritik paling tajam sekaligus sahabat Bung Karno sampai akhir hayat adalah Bung Hatta.
Sehingga mereka sering dikenal dengan sebutan Dwitunggal. Saat Bung Karno memutuskan
menikahi Hartini, Bung Hatta marah besar karena sahabatnya telah menduakan Fatmawati.
Meski bersahabat, pemikiran mereka tentang pemerintahan sering tak sejalan. Hingga pada 20
juli 1956 bung Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden.
Selanjutnya melalui surat kabar atau forum-forum, Bung Hatta sering mengecam dan menggugat
kebijakan-kebijakan Bung Karno dan menganggapnya sebagai seorang diktator. Namun Bung
Karno tak pernah membantah kecaman-kecaman Bung Hatta, ia menyimpan segan. Dalam
tanggapannya, paling Bung Karno hanya mengucapkan terima kasih atau menanyakan kapan
mereka bisa bertemu untuk membahasnya. Suatu hari di tahun 1970, Guntur putra sulung Bung
Karno kebingungan mencari wali nikah karena sang ayah tak dapat menghadirinya. Tanpa ragu
Bung Karno menyebutkan nama Bung Hatta sebagai wali nikah putranya, Bung Hatta bisa
mencaci-maki dirinya tentang berbagai kebijakan politik, tapi dalam kehidupan pribadi mereka
terikat persaudaraan selama perjuangan kemerdekaan. Benar saja ketika diminta, Bung Hatta
langsung menyatakan kesediaannya.
Persahabatan antara keduanya ini langgeng hingga ajal menjemput Bung Karno. Bulan Juni
1970, bung Karno yang sakit parah diopname di RS dan itulah pertemuan terakhir mereka.
"Hatta, kamu di sini?" kata Bung Karno terkejut. Bung Hatta kemudian menyalami sahabat yang
sering dikritiknya itu dengan hangat, "Ah, apa kabarmu, No?" Setelah itu, Bung Hatta duduk
diam, menggenggam tangan sahabatnya. Air mata meleleh di pipi Bung Karno.
Kemudian tak ada pembicaraan lebih lanjut. Meski begitu, seolah-olah keduanya saling berbicara
melalui hati masing-masing. Seakan keduanya mengingat jatuh bangun mereka dalam
perjuangan bersama di masa lampau. Ketika tiba saatnya berpisah, Bung Hatta sulit melepaskan
tangan Bung Karno. Demikian dekatnya Bung Karno dan Bung Hatta, hingga di saat-saat
terakhir pun Bung Karno sampai menunggu Bung Hatta menjenguk.
Di balik sejarah pengesahan UUD 1945 terdapat kedua tokoh yang berperan penting yaitu
Bung Karno dan Bung Hatta. Di atas perbedaan, mereka selalu menempatkan kepentingan
kelompok daripada kepentingan pribadi.
Dalam sidang pertama BPUPKI, Muh. Yamin menyatakan bahwa Rakyat Indonesia mesti
mendapat dasar negara yang berasal dari peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang
kebudayaan timur, kita tidak berniat lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara negeri luaran.
Kita bangsa Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.
Dengan kedalaman ilmu dan pemikiran serta kesadaran akan nilai kebangsaan, para pendiri
negara menyepakati dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 yang dijadikan sebagai konstitusi negara atau hukum dasar negara. Tata penyelenggaran
negara dan bernegara harus didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Kalian
sebagai warga negara sudah semestinya memahami konstitusi negara. Menumbuhkan kesadaran
akan pentingnya konstitusi mestilah dimulai sejak dini. Di bab ini, kalian akan mempelajari lebih
jauh tentang kesadaran berkonstitusi.
1. Sejarah Perumusan UUD 1945 oleh BPUPKI
Tahukah kalian, apa itu konstitusi? Coba kalian baca pengertian konstitusi berikut
ini. Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa Inggris
”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman ”konstitution”,
dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar atau hukum dasar.
Konstitusi terbagi menjadi dua, yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis.
Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata
negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis disebut juga konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul dalam sebuah negara (Budi Juliardi, 2015:66-67). Contoh konvensi dalam
ketatanegaraaan Indonesia antara lain pengambilan keputusan di MPR berdasarkan
musyawarah untuk mufakat, pidato Presiden setiap tanggal 16 Agustus 1945 di depan
sidang paripurna DPR, dan sebelum MPR bersidang, Presiden telah menyiapkan rancangan
bahan-bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang itu.
Menurut seorang sarjana hukum, E.C.S Wade Undang-Undang Dasar adalah
naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Di dalam
negara yang menganut paham demokrasi, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang
khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan agar penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindung. Gagasan ini disebut dengan Konstituasionalisme (Miriam Budiardjo, 2002:96).
Negara Indonesia menganut paham konstitusionalisme sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara. Oleh karena itu, menurut Jimly Asshiddiqie (2008:5) konstitusi
bukan undang-undang biasa. Konstitusi tidak ditetapkan oleh lembaga legislatif biasa,
tetapi oleh badan khusus dan lebih tinggi kedudukannya. Dalam hierarki hukum, konstitusi
merupakan hukum yang paling tinggi dan fundamental sifatnya sehingga peraturan-
peraturan dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
1. Ir. Soekarno;
2. Drs. Moh. Hatta;
3. A.A. Maramis, SH;
4. Abikusno Tjokrosuyoso;
5. Abdul Kahar Muzakir;
6. H. Agus Salim;
7. K.H. Wahid Hasyim;
8. Achmad Soebardjo, S.H;
9. Mr. Mohammad Yamin.
Rapat panitia kecil dilakukan di Gedung Jawa Hokokai. Selain Panitia Sembilan,
anggota BPUPKI yang lainnya juga hadir dalam rapat tersebut sehingga jumlah peserta rapat
38 orang. Rapat tersebut memutuskan hal-hal sebagai berikut.
1. Panitia kecil untuk deklarasi hak dengan susunan Mr. Achmad Soebardjo (Ketua), Parada
Harahap, dan Mr. Sukiman Wirjosandjojo.
2. Panitia kecil untuk merancang undang-undang dasar dengan susunan Mr. Soepomo
(ketua), Mr. Achmad Soebardjo, KPRT Wongsonegoro, Mr. A.A. Maramis, Mr. R. P.
Singgih, K.H. Agus Salim, dan Dr. Sukirman Wiryosandjoyo.
3. Untuk preambule tidak dibentuk panitia karena hasil Panitia Kecil 22 Juni 1945 telah
diterima.
Dalam rapat selama tujuh hari tersebut telah terbentuk rancangan undang undang
dasar untuk Indonesia merdeka.
Ketika Jepang sudah makin terpojok dalam Perang Asia Timur Raya, ketiga
pemimpin bangsa Indonesia, yakni dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Moh.
Hatta dipanggil oleh Marsekal Muda Terauci ke Dalat (Vietnam Selatan) dalam rangka
membicarakan keputusan Jepang yang hendak memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia dengan wilayah yang mencakup seluruh bekas jajahan Belanda.
Dalam pertemuan antara ketiga tokoh bangsa Indonesia dan Marsekal Muda Terauci,
dibentuklah PPKI pada 9 Agustus 1945. Hal itu dilakukan karena BPUPKI telah dibubarkan
pada 7 Agustus 1945. Mula-mula anggota PPKI berjumlah 21 orang, yang terdiri atas wakil-
wakil dari seluruh Indonesia. Ketuanya adalah Ir. Soekarno, sedangkan wakilnya adalah Drs.
Mohammad Hatta. Tanpa seizin Jepang, PPKI menjadi alat perjuangan rakyat Indonesia
sendiri. Meskipun badan ini buatan Jepang, tetapi sampai menyerahnya Jepang kepada
Sekutu pada 14 Agustus 1945, badan ini tidak pernah dilantik oleh Jepang. Meskipun
demikian, sejak perumusan teks Proklamasi, anggota PPKI ini telah mulai memerankan
fungsinya sebagai wakil-wakil rakyat Indonesia.
Sesuai dengan rencana, sidang PPKI (Dokuritsu Zunbi Inkai) akan bersidang pada 18
Agustus 1945 PPKI. PPKI akan membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal
tersebut dilakukan karena pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah memproklamasikan
berdirinya negara Republik Indonesia. Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 dimanfaatkan
untuk melengkapi syarat-syarat berdirinya negara.
Secara garis besar, kegiatan PPKI pada 18 Agustus 1945, dibagi menjadi dua tahap,
yaitu sebagai berikut:
B. Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa
dan Negara Indonesia (KD 3.3.2)
Setiap negara mempunyai UUD dengan tujuan yang diharapkan oleh masing-
masing negara tersebut. Konstitusi-konstitusi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia
ternyata amat beragam bentuk dan susunannya. Ada yang menggunakan
Mukadimah/Pembukaan ada pula yang tidak, dan ada yang terdiri dari banyak pasal dan
ada pula yang hanya terdiri dari beberapa pasal, kesemuanya sangat tergantung dari
maksud para pendiri negara masing-masing dalam mengatur kehidupan negaranya.
Meskipun setiap negara memiliki UUD yang isinya berbeda-beda, namun pada
dasarnya setiap UUD mengatur materi yang merupakan ciri yang harus dipenuhi bagi suatu
konstitusi yang benar sebagaimana dikemukakan oleh J.G. Steenbeek (Sri Soemantri M,
1998: 93), yaitu:
Selain itu, dijumpai pula bahwa Undang-Undang Dasar sering memuat cita-cita
rakyat dan asas-asas ideologi negara yang oleh penyusun Undang-Undang Dasar untuk
mengungkapkan cerminan semangat dan spirit rakyat negara tersebut dan mewarnai
seluruh naskah Undang-Undang Dasar itu.
Sejak akhir abad ke-19, UUD dianggap sebagai jaminan paling efektif bila
kekuasaan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak di¬¬langgar.
Kemudian muncullah istilah konstitusionalisme untuk menandakan suatu sistem asas-asas
pokok yang menetapkan dan membatasi kekuasaan dan hak bagi yang memerintah dan
yang diperintah, karena mereka mem-punyai pandangan bahwa seluruh aparatur serta
aktivitas kenegaraannya harus di¬tujukan kepada tercapainya masyarakat komunis. Oleh
karena itu, Undang-Undang Dasarnya mempunyai fungsi berganda sebagaimana
dikemukakan di atas.
Dengan demikian arti penting UUD 1945 bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia. UUD 1945
mengatur penyelenggaraan negara dan tugas serta wewenang badan-badan yang ada dalam
penyelenggaraan negara Republik Indonesia. Para pendiri negara Republik Indonesia telah
sepakat, bahwa untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, harus diadakan
Undang-Undang Dasar atau konstitusi sebagai bagian dari hukum dasar untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
C. Peran Tokoh Perumus UUD 1945 (KD 2.3.2)
Semua tokoh yang menjadi anggota BPUPKI maupun PPKI tentu memiliki peran
yang besar dalam perumusan UUD 1945. Para tokoh itu merupakan putra terbaik bangsa
yang mewakili kelompok dan masyarakatnya pada waktu itu. Mereka menjadi wakil
bangsa Indonesia yang memiliki kemampuan dan visi ke depan untuk kebaikan bangsa.
1. Ir.Soekarno
Sebagai anggota BPUPKI, sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia ("PPKI"), berperan dalam mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia,
yang diberi nama Pancasila. Selain Muh Yamin, Ir Sukarno juga menyampaikan usul
dasar negara. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai
hari lahir Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah
usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno
pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah
berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad
Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas
disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. Soekarno juga berperan sebagai ketua
Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara atau panitia sembilan yang berhasil
merumuskan Piagam Jakarta, dan lainnya.
2. Drs. Mohammad Hatta
Sebagai anggota BUPKI, sebagai Ketua Panitia Perancang Keuangan dan
Perekonomian, sebagai anggota Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara atau
penitia sembilan yang berhasil merumuskan Piagam Jakarta, memberi usulan tentang
wilayah Negara.
3. Dr. Rajiman Wedyodiningrat
Sebagi ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
4. Mr. Mohammad Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945
beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan
konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI.
Media Pembelajaran
1. Power Point
Berisi materi tentang sejarah perumusan dan pengesahan UUD 1945. Untuk power point
dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
2. Video
Untuk video dapat dilihat di link berikut :
1. Fragmen Sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
https://www.youtube.com/watch?v=NwYFv6WWVFE
2. Sidang Pembahasan Preambule (Pembukaan) UUD 1945
https://www.youtube.com/watch?v=g5eQl0BdcXA
3. Papan tulis
Papan tulis digunakan untuk menulis pokok-pokok materi yang penting, sekaligus
melibatkan siswa dalam media pembelajaran, misalnya siswa mengisi hasil sidang
BPUKI/PPKI dan sebagainya.
Lampiran 3
Instrumen Penilaian
1. KI 1 : Sikap Spiritual
a. Instrumen Penilaian
Nama Siswa : ……
Kelas : ........
No Indikator STS S N S SS
Berdoa dan sebelum dan sesudah
1
melakukan kegiatan.
Menjalankan ibadah sesuai dengan
2
agamanya masing-masing.
Memberi salam pada saat awal dan
3
akhir kegiatan.
Meyakini bahwa kesuksesan adalah
4
hasil kerja keras diri sendiri semata
Selalu berusaha mencari kekurangan
5
yang belum kita miliki
Mensyukuri kemampuan manusia
6
dalam mengendalikan diri
Pernyataan STS TS N S SS
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1
Skor Total = 30
No Indikator STS TS N S SS
Tidak berbohong saat meminta ijin
1
ke toilet.
Bekerja sama dengan teman saat
2
melaksanakan ulangan harian
Melaksanakan budaya 5S kepada
3
semua warga sekolah
Mempertahankan pendapat pribadi
4
dalam bekerja kelompok
Mengembalikan barang yang
5
dipinjam
Merapikan kelas setelah
6
pembelajaran
Tidak memberi maaf orang lain atas
7
kesalahannya pada kita
Pernyataan STS TS N S SS
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1
Skor Total = 35
b. Soal
1. Sebutkan tiga (3) panitia kecil yang dibentuk BPUPKI dalam sidang kedua !
(skor 5)
2. Apa agenda utama yang menjadi pembahasan dalam sidang BPUPKI tanggal 29
Mei-1 Juni 1945 ? (skor 5)
3. Sebutkan hasil-hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ! (skor 8)
4. Apa saja sikap yang dapat kita contoh dari para tokoh dalam merumuskan dan
mengesahkan UUD 1945 ? (skor 5)
5. Apa kaitan antara UUD 1945 dengan peraturan perundang-undangan lainnya ?
(skor 10)
c. Kunci Jawaban
1. 3 panitia :
Panitia perancang UUD IR. SOEKARNO (ketua)
Panitia pembela tanah air ABIKUSNO TJOKROSUJOSO (ketua)
Panitia keuangan dan perekonomian DRS. MOH. HATTA (ketua)
2. Agenda utama dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 adalah
“Menampung Berbagai Gagasan Mengenai Dasar Negara yang Akan
Dipergunakan Bagi Negara Merdeka Kelak.”
3. Hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945
adalah sebagai berikut:
Menetapkan dan mengesahakan UUD 1945
Memilih Ir Soekarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden
Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.
4. Sikap yang dapat diteladani :
Semangat persatuan dan kesatuan
Memperjuangkan hak asasi manusia
Cinta tanah air
Mendahulukan kepentingan umum
Jiwa kepahlawaan
Musyawarah mufakat
5. UUD 1945 berada di puncak hirarki yang menandakan bahwa dalam penyusunan
peraturan-peraturan perundang-undangan dibawahnya harus mengacu pada UUD
1945 dan tidak boleh bertentangan.
d. Skor dan Penilaian
Lampiran 4
TINDAK LANJUT
Nama / Kelompok :
Kelas :
Materi Pokok :
Skor
No Komponen yang dinilai
A B C D
1. Kejelasan isi laporan
3. Kerapian / keindahan