Anda di halaman 1dari 18

LAMPIRAN

Lampiran 1
Materi Pelajaran

A. Sejarah Perumusan dan Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (Indikator 3.3.1)

 
Pengkritik paling tajam sekaligus sahabat Bung Karno sampai akhir hayat adalah Bung Hatta.
Sehingga mereka sering dikenal dengan sebutan Dwitunggal. Saat Bung Karno memutuskan
menikahi Hartini, Bung Hatta marah besar karena sahabatnya telah menduakan Fatmawati.
Meski bersahabat, pemikiran mereka tentang pemerintahan sering tak sejalan. Hingga pada 20
juli 1956 bung Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden.
Selanjutnya melalui surat kabar atau forum-forum, Bung Hatta sering mengecam dan menggugat
kebijakan-kebijakan Bung Karno dan menganggapnya sebagai seorang diktator. Namun Bung
Karno tak pernah membantah kecaman-kecaman Bung Hatta, ia menyimpan segan. Dalam
tanggapannya, paling Bung Karno hanya mengucapkan terima kasih atau menanyakan kapan
mereka bisa bertemu untuk membahasnya. Suatu hari di tahun 1970, Guntur putra sulung Bung
Karno kebingungan mencari wali nikah karena sang ayah tak dapat menghadirinya. Tanpa ragu
Bung Karno menyebutkan nama Bung Hatta sebagai wali nikah putranya, Bung Hatta bisa
mencaci-maki dirinya tentang berbagai kebijakan politik, tapi dalam kehidupan pribadi mereka
terikat persaudaraan selama perjuangan kemerdekaan. Benar saja ketika diminta, Bung Hatta
langsung menyatakan kesediaannya.
Persahabatan antara keduanya ini langgeng hingga ajal menjemput Bung Karno. Bulan Juni
1970, bung Karno yang sakit parah diopname di RS dan itulah pertemuan terakhir mereka.
"Hatta, kamu di sini?" kata Bung Karno terkejut. Bung Hatta kemudian menyalami sahabat yang
sering dikritiknya itu dengan hangat, "Ah, apa kabarmu, No?" Setelah itu, Bung Hatta duduk
diam, menggenggam tangan sahabatnya. Air mata meleleh di pipi Bung Karno.
Kemudian tak ada pembicaraan lebih lanjut. Meski begitu, seolah-olah keduanya saling berbicara
melalui hati masing-masing. Seakan keduanya mengingat jatuh bangun mereka dalam
perjuangan bersama di masa lampau. Ketika tiba saatnya berpisah, Bung Hatta sulit melepaskan
tangan Bung Karno. Demikian dekatnya Bung Karno dan Bung Hatta, hingga di saat-saat
terakhir pun Bung Karno sampai menunggu Bung Hatta menjenguk. 
Di balik sejarah pengesahan UUD 1945 terdapat kedua tokoh yang berperan penting yaitu
Bung Karno dan Bung Hatta. Di atas perbedaan, mereka selalu menempatkan kepentingan
kelompok daripada kepentingan pribadi.

Perumusan dan Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


 
 

Dalam sidang pertama BPUPKI, Muh. Yamin menyatakan bahwa Rakyat Indonesia mesti
mendapat dasar negara yang berasal dari peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang
kebudayaan timur, kita tidak berniat lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara negeri luaran.
Kita bangsa Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.
Dengan kedalaman ilmu dan pemikiran serta kesadaran akan nilai kebangsaan, para pendiri
negara menyepakati dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun
1945 yang dijadikan sebagai konstitusi negara atau hukum dasar negara. Tata penyelenggaran
negara dan bernegara harus didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Kalian
sebagai warga negara sudah semestinya memahami konstitusi negara. Menumbuhkan kesadaran
akan pentingnya konstitusi mestilah dimulai sejak dini. Di bab ini, kalian akan mempelajari lebih
jauh tentang kesadaran berkonstitusi.
 
1. Sejarah Perumusan UUD 1945 oleh BPUPKI

Tahukah kalian, apa itu konstitusi? Coba kalian baca pengertian konstitusi berikut
ini. Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa Inggris
”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman ”konstitution”,
dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar atau hukum dasar.
Konstitusi terbagi menjadi dua, yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis.
Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata
negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis disebut juga konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul dalam sebuah negara (Budi Juliardi, 2015:66-67). Contoh konvensi dalam
ketatanegaraaan Indonesia antara lain pengambilan keputusan di MPR berdasarkan
musyawarah untuk mufakat, pidato Presiden setiap tanggal 16 Agustus 1945 di depan
sidang paripurna DPR, dan sebelum MPR bersidang, Presiden telah menyiapkan rancangan
bahan-bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang itu.
Menurut seorang sarjana hukum, E.C.S Wade Undang-Undang Dasar adalah
naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Di dalam
negara yang menganut paham demokrasi, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang
khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan agar penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindung. Gagasan ini disebut dengan Konstituasionalisme (Miriam Budiardjo, 2002:96).
Negara Indonesia menganut paham konstitusionalisme sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara. Oleh karena itu, menurut Jimly Asshiddiqie (2008:5) konstitusi
bukan undang-undang biasa. Konstitusi tidak ditetapkan oleh lembaga legislatif biasa,
tetapi oleh badan khusus dan lebih tinggi kedudukannya. Dalam hierarki hukum, konstitusi
merupakan hukum yang paling tinggi dan fundamental sifatnya sehingga peraturan-
peraturan dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Merujuk buku Konstitusi dan Konstitusionalisme karangan Jimly Asshiddiqie,


disebutkan bahwa naskah UUD 1945 pertama kali dipersiapkan oleh BPUPKI. Hal itu
dilakukan pada masa sidang kedua tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945, saat itu
dibahas hal-hal teknis tentang bentuk negara dan pemerintahan baru yang akan dibentuk.
Dalam masa persidangan kedua tersebut, dibentuk Panitia Hukum Dasar dengan anggota
19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Kemudian, Panitia ini membentuk Panitia Kecil
lagi yang diketuai oleh Soepomo dengan anggota terdiri atas Wongsonegoro, R. Soekardjo,
A.A. Maramis, Panji Singgih, H. Agus Salim dan Sukiman.
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, pada tanggal 13 Juli 1945 berhasil
membahas beberapa hal dan menyepakati antara lain ketentuan tentang Lambang Negara,
Negara Kesatuan, sebutan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan membentuk Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas Djajadiningrat, Salim, dan Soepomo. Rancangan
Undang-Undang Dasar diserahkan kepada Panitia Penghalus Bahasa.
Pada akhir 1944, Jepang mulai terdesak saat Perang Asia Timur Raya. Oleh sebab
itu, pada September 1944, di depan parlemen, Perdana Menteri Jepang, Koiso,
mengumumkan janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Namun, janji Jepang ini
sebetulnya hanyalah taktik agar perlawanan rakyat Indonesia berkurang. Dengan demikian,
rakyat Indonesia menjadi berbalik simpatik kepada Jepang. Dalam menanggapi
pengumuman PM Koiso, rakyat Indonesia tidak langsung mempercayainya. Hal ini
disebabkan dari pengalaman sebelumnya. Jepang selalu membuat janji-janji yang selalu
diingkari.

Selanjutnya, pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada, sebagai


panglima tentara Jepang, mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha- Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu Junbi Coosakai. Tujuan dibentuknya
badan ini adalah untuk mempelajari serta menyelidiki hal-hal penting berkenaan dengan
masalah tata pemerintahan negara Indonesia yang merdeka.
Anggota BPUPKI berjumlah 62 orang yang terdiri atas tokoh-tokoh Indonesia dan
tujuh orang anggota Jepang. Ketuanya, dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat dengan wakilnya
Raden Pandji Soeroso (dari Indonesia) dan Ichibangise (dari Jepang). Badan ini diresmikan
pada 28 Mei 1945.
Dalam sidang I BPUPKI pada 29 Mei–1 Juni 1945, dibicarakan dasar filsafat
negara (philosofische grandslag) Indonesia merdeka, sebuah pandangan hidup bangsa
Indonesia (weltanschaung), filsafat, dan pikiran yang sedalam-dalamnya untuk dapat
mendirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Kemudian dalam sidang I BPUPKI pada 29 Mei–1 Juni 1945 disepakati bahwa untuk
menindaklanjuti sidang I BPUPKI, dibentuklah panitia kecil yang anggotanya terdiri atas
sembilan orang. Oleh karena itu, panitia ini disebut Panitia Sembilan. Orang yang termasuk
Panitia Sembilan, yaitu:

1. Ir. Soekarno;
2. Drs. Moh. Hatta;
3. A.A. Maramis, SH;
4. Abikusno Tjokrosuyoso;
5. Abdul Kahar Muzakir;
6. H. Agus Salim;
7. K.H. Wahid Hasyim;
8. Achmad Soebardjo, S.H;
9. Mr. Mohammad Yamin.

Rapat panitia kecil dilakukan di Gedung Jawa Hokokai. Selain Panitia Sembilan,
anggota BPUPKI yang lainnya juga hadir dalam rapat tersebut sehingga jumlah peserta rapat
38 orang. Rapat tersebut memutuskan hal-hal sebagai berikut.

1. Menggolongkan usul-usul yang masuk,


2. Usul prosedur yang harus dilakukan, yaitu prosedur agar lekas tercapai Indonesia
merdeka. Panitia mengusulkan kepada badan penyelidik hal-hal sebagai berikut.
 Badan penyelidik ini menentukan bentuk negara dan menyusun hukum dasar.
 Meminta lekas disahkan hukum dasar itu oleh pemerintah agung di Tokyo dan
meminta agar diadakan badan persiapan kemerdekaan yang kewajibannya
menyelenggarakan negara Indonesia merdeka atas hukum dasar yang ditentukan
badan penyelidik dan melantik pemerintah nasional.
 Soal kebangsaan dan keuangan.
3. Menyusun usul rencana pembukaan hukum dasar yang disebut Piagam Jakarta oleh Mr.
Mohammad Yamin.
Lebih lanjut sidang kedua BPUPKI diselenggarakan pada 10–16 Juli 1945,
dibicarakan penyusunan rencana Pembukaan Undang Undang Dasar dan rencana Undang
Undang Dasar serta rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada rapat 11 Juli 1945, dibentuklah Panitia Perancang Undang Undang Dasar dengan
anggota sebanyak 20 orang.
Atas usul Husein Djajadiningrat dan Mr. Mohammad Yamin, dalam panitia
perancang undang undang dasar itu dibentuk Panitia Kecil dengan susunan sebagai berikut.

1. Panitia kecil untuk deklarasi hak dengan susunan Mr. Achmad Soebardjo (Ketua), Parada
Harahap, dan Mr. Sukiman Wirjosandjojo.
2. Panitia kecil untuk merancang undang-undang dasar dengan susunan Mr. Soepomo
(ketua), Mr. Achmad Soebardjo, KPRT Wongsonegoro, Mr. A.A. Maramis, Mr. R. P.
Singgih, K.H. Agus Salim, dan Dr. Sukirman Wiryosandjoyo.
3. Untuk preambule tidak dibentuk panitia karena hasil Panitia Kecil 22 Juni 1945 telah
diterima.

Dalam rapat selama tujuh hari tersebut telah terbentuk rancangan undang undang
dasar untuk Indonesia merdeka.

2. Sejarah Pengesahan UUD 1945 oleh PPKI

Ketika Jepang sudah makin terpojok dalam Perang Asia Timur Raya, ketiga
pemimpin bangsa Indonesia, yakni dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Moh.
Hatta dipanggil oleh Marsekal Muda Terauci ke Dalat (Vietnam Selatan) dalam rangka
membicarakan keputusan Jepang yang hendak memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia dengan wilayah yang mencakup seluruh bekas jajahan Belanda.
Dalam pertemuan antara ketiga tokoh bangsa Indonesia dan Marsekal Muda Terauci,
dibentuklah PPKI pada 9 Agustus 1945. Hal itu dilakukan karena BPUPKI telah dibubarkan
pada 7 Agustus 1945. Mula-mula anggota PPKI berjumlah 21 orang, yang terdiri atas wakil-
wakil dari seluruh Indonesia. Ketuanya adalah Ir. Soekarno, sedangkan wakilnya adalah Drs.
Mohammad Hatta. Tanpa seizin Jepang, PPKI menjadi alat perjuangan rakyat Indonesia
sendiri. Meskipun badan ini buatan Jepang, tetapi sampai menyerahnya Jepang kepada
Sekutu pada 14 Agustus 1945, badan ini tidak pernah dilantik oleh Jepang. Meskipun
demikian, sejak perumusan teks Proklamasi, anggota PPKI ini telah mulai memerankan
fungsinya sebagai wakil-wakil rakyat Indonesia.
Sesuai dengan rencana, sidang PPKI (Dokuritsu Zunbi Inkai) akan bersidang pada 18
Agustus 1945 PPKI. PPKI akan membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal
tersebut dilakukan karena pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah memproklamasikan
berdirinya negara Republik Indonesia. Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 dimanfaatkan
untuk melengkapi syarat-syarat berdirinya negara.
Secara garis besar, kegiatan PPKI pada 18 Agustus 1945, dibagi menjadi dua tahap,
yaitu sebagai berikut:

a. Sebelum Rapat PPKI


Kegiatan ini berupa rapat kecil yang terdiri atas Mohammad Hatta, Ki Bagus
Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimendjo, dan Teuku Moh. Hasan.
Mereka mengadakan rapat pendahuluan dan menghasilkan kesepakatan mengubah
kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini dilakukan karena ada
pihak (Indonesia Timur) yang keberatan dengan rumusan dasar negara pada rumusan
Piagam Jakarta. Dengan perubahan tersebut, seluruh hukum UUD dapat diterima oleh
daerah-daerah Indonesia yang tidak beragama Islam. Menurut Drs. Mohamad Hatta,
adanya perubahan itu memberikan tanda bahwa para pemimpin bangsa pada waktu itu
lebih mengutamakan nasib persatuan dan kesatuan bangsa.
 
b. Rapat Utama PPKI
Rapat ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dalam rapat ini,
diputuskan tiga keputusan penting sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 setelah mengalami berbagai perubahan
dari rancangan aslinya
2. Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai
presiden dan wakil presiden
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat yang membantu tugas presiden dan
wakil presiden.
Khusus dalam penetapan UUD 1945, bahan yang dipakai adalah mengambil
rancangan undang-undang dasar yang dirumuskan oleh BPUPKI pada 16 Juli 1945.
Adapun untuk pembukaan undang-undang dasar, memakai bahan usul rencana
pembukaan hukum dasar yang dirumuskan Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945, yaitu
Piagam Jakarta.
Setelah dilakukan amandemen terhadap UUD 1945 hasil sidang BPUPKI,
ditetapkanlah UUD Republik Indonesia. Sekarang UUD hasil putusan sidang PPKI
pada 18 Agustus 1945 dikenal dengan sebutan UUD 1945.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menggantikan BPUPKI melaksanakan sidang,
yakni pada tanggal 18 Agustus 1945. Ir. Soekarno, sebagai Ketua PPKI, dalam
sambutan pembukaan sidang dengan penuh harapan mengatakan sebagai berikut
(Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995 :413).
“Saya minta lagi kepada Tuan-tuan sekalian, supaya misalnya mengenai hal Undang-
Undang Dasar, sedapat mungkin kita mengikuti garisgaris besar yang telah
dirancangkan oleh Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam sidangnya yang kedua.
Perobahan yang penting-penting saja kita adakan dalam sidang kita sekarang ini.
Urusan yang kecil-kecil hendaknya kita ke sampingkan, agar supaya kita sedapat
mungkin pada hari ini pula telah selesai dengan pekerjaan menyusun Undang-Undang
Dasar dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.”
Harapan Soekarno di atas mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari para
anggota PPKI. Moh. Hatta yang memimpin jalannya pembahasan rancangan Undang-
Undang Dasar dapat menjalankan tugasnya dengan cepat. Proses pembahasan
berlangsung dalam suasana yang penuh rasa kekeluargaan, tanggung jawab, cermat dan
teliti, dan saling menghargai antaranggota. Pembahasan rancangan Undang-Undang
Dasar menghasilkan naskah Pembukaan dan Batang Tubuh. Undang-Undang Dasar ini,
dikenal dengan sebutan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Melalui Berita Republik Indonesia tanggal 15 Februari 1946, Penjelasan
Undang-Undang Dasar menjadi bagian dari Undang-Undang Dasar 1945. Suasana
permufakatan dan kekeluargaan, serta kesederhanaan juga muncul pada saat
pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden. Risalah sidang PPKI mencatat sebagai
berikut (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995 :445-446

B. Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa
dan Negara Indonesia (KD 3.3.2)
Setiap negara mempunyai UUD dengan tujuan yang diharapkan oleh masing-
masing negara tersebut. Konstitusi-konstitusi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia
ternyata amat beragam bentuk dan susunannya. Ada yang menggunakan
Mukadimah/Pembukaan ada pula yang tidak, dan ada yang terdiri dari banyak pasal dan
ada pula yang hanya terdiri dari beberapa pasal, kesemuanya sangat tergantung dari
maksud para pendiri negara masing-masing dalam mengatur kehidupan negaranya.

Sebagai ketentuan yang mengatur kehidupan ketatanegaraan, undang-undang dasar


merupakan sumber utama hukum tata negara suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi
selalu memiliki corak nasional dari masing-masing negara. Henk van Maarseveen dan Ger
van der Tang (Sri Soemantri M, 1998: 94-95) mengemukakan bahwa selain sebagai
dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat untuk membentuk sistem politik dan sistem
hukum negaranya sendiri. Sedangkan Sri Sumantri M (1998: 95) mengemukakan bahwa
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang
berisi:

a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.


b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang
maupun untuk masa yang akan datang.
d. Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.

Meskipun setiap negara memiliki UUD yang isinya berbeda-beda, namun pada
dasarnya setiap UUD mengatur materi yang merupakan ciri yang harus dipenuhi bagi suatu
konstitusi yang benar sebagaimana dikemukakan oleh J.G. Steenbeek (Sri Soemantri M,
1998: 93), yaitu:

a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara.


b. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.

Miriam Budiardjo (2001: 101) menyatakan bahwa setiap Undang-Undang Dasar


memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif dalam negara federal, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dan pemerintah negara-negara bagian, prosedur me¬nyelesaikan masalah pelanggaran
yuridiksi oleh salah satu badan pemerintah, dan sebagainya.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar.
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Un¬dang
Dasar. Hal ini biasanya terdapat jika para penyusun Undang-Undang Da¬sar ingin
menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru saja di¬atasi, misalnya munculnya
seorang diktator atau kembalinya suatu monarkhi.

Selain itu, dijumpai pula bahwa Undang-Undang Dasar sering memuat cita-cita
rakyat dan asas-asas ideologi negara yang oleh penyusun Undang-Undang Dasar untuk
mengungkapkan cerminan semangat dan spirit rakyat negara tersebut dan mewarnai
seluruh naskah Undang-Undang Dasar itu.

Di negara-negara komunis, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi ber¬ganda.


Di satu pihak mencerminkan kemenangan-kemenangan yang telah di¬capai dalam
perjuangan ke arah tercapainya masyarakat komunis dan merupakan pencatatan formal dan
legal dari kemajuan yang telah dicapai. Di pihak lain Undang-Undang Dasar memberikan
rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam
perkembangan berikutnya (Miriam Budiardjo, 2001: 99).

Sejak akhir abad ke-19, UUD dianggap sebagai jaminan paling efektif bila
kekuasaan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak di¬¬langgar.
Kemudian muncullah istilah konstitusionalisme untuk menandakan suatu sistem asas-asas
pokok yang menetapkan dan membatasi kekuasaan dan hak bagi yang memerintah dan
yang diperintah, karena mereka mem-punyai pandangan bahwa seluruh aparatur serta
aktivitas kenegaraannya harus di¬tujukan kepada tercapainya masyarakat komunis. Oleh
karena itu, Undang-Undang Dasarnya mempunyai fungsi berganda sebagaimana
dikemukakan di atas.

Dengan demikian arti penting UUD 1945 bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia. UUD 1945
mengatur penyelenggaraan negara dan tugas serta wewenang badan-badan yang ada dalam
penyelenggaraan negara Republik Indonesia. Para pendiri negara Republik Indonesia telah
sepakat, bahwa untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, harus diadakan
Undang-Undang Dasar atau konstitusi sebagai bagian dari hukum dasar untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
C. Peran Tokoh Perumus  UUD 1945 (KD 2.3.2)
Semua tokoh yang menjadi anggota BPUPKI maupun PPKI tentu memiliki peran
yang besar dalam perumusan UUD 1945. Para tokoh itu merupakan putra terbaik bangsa
yang mewakili kelompok dan masyarakatnya pada waktu itu. Mereka menjadi wakil
bangsa Indonesia yang memiliki kemampuan dan visi ke depan untuk kebaikan bangsa.

Berikut ini contoh Peran Tokoh Perumus  UUD 1945

1. Ir.Soekarno
Sebagai anggota BPUPKI, sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia ("PPKI"), berperan dalam mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia,
yang diberi nama Pancasila. Selain Muh Yamin, Ir Sukarno juga menyampaikan usul
dasar negara. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai
hari lahir Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah
usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno
pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah
berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad
Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas
disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. Soekarno juga berperan sebagai ketua
Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara atau panitia sembilan yang berhasil
merumuskan Piagam Jakarta, dan lainnya.

2. Drs. Mohammad Hatta
Sebagai anggota BUPKI, sebagai Ketua Panitia Perancang Keuangan dan
Perekonomian, sebagai anggota Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara atau
penitia sembilan yang berhasil merumuskan Piagam Jakarta, memberi usulan tentang
wilayah Negara.

3. Dr. Rajiman Wedyodiningrat
Sebagi ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

4. Mr. Mohammad Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945
beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan
konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI.

5. Prof. Dr. R. Supomo


Supomo duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Setelah BPUPKI dibubarkan dan dibentuk PPKI, Ia juga sebagai Ketua
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, dan lainnya
6. Mr. Ahmad Soebardjo
Beliau termasuk tokoh penting dalam sejarah perjuangan Indonesia dalam
memproklamasikan kemerdekaan. Terkenal sebagai konseptor naskah teks proklamasi
dan pembukaan UUD 1945.  Ia  merupakan salah satu anggota panitia kecil atau panitia
sembilan yang berhasil merumuskan Piagam Jakarta dan juga sebagai anggota PPKI.
Beliau juga merupakan konseptor yang ikut menyumbangkan pikirannya dalam
penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan, yaitu pada kalimat pertama yang berbunyi
: “ Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.
Lampiran 2

Media Pembelajaran

1. Power Point
Berisi materi tentang sejarah perumusan dan pengesahan UUD 1945. Untuk power point
dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
2. Video
Untuk video dapat dilihat di link berikut :
1. Fragmen Sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
https://www.youtube.com/watch?v=NwYFv6WWVFE
2. Sidang Pembahasan Preambule (Pembukaan) UUD 1945
https://www.youtube.com/watch?v=g5eQl0BdcXA
3. Papan tulis
Papan tulis digunakan untuk menulis pokok-pokok materi yang penting, sekaligus
melibatkan siswa dalam media pembelajaran, misalnya siswa mengisi hasil sidang
BPUKI/PPKI dan sebagainya.
Lampiran 3

Instrumen Penilaian

1. KI 1 : Sikap Spiritual
a. Instrumen Penilaian
Nama Siswa :   ……
Kelas :   ........

No Indikator STS S N S SS
Berdoa dan sebelum dan sesudah
1
melakukan kegiatan.
Menjalankan ibadah sesuai dengan
2
agamanya masing-masing.
Memberi salam pada saat awal dan
3
akhir kegiatan.
Meyakini bahwa kesuksesan adalah
4
hasil kerja keras diri sendiri semata
Selalu berusaha mencari kekurangan
5
yang belum kita miliki
Mensyukuri kemampuan manusia
6
dalam mengendalikan diri

b. Skor dan Penilaian

Pernyataan STS TS N S SS
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1

Skor Total = 30

Nilai = Skor Perolehan


_______________ x 100
Skor Total
2. KI 2 : Sikap Sosial
a. Instrumen Penilaian
Nama Siswa :   ……
Kelas :   ........

No Indikator STS TS N S SS
Tidak berbohong saat meminta ijin
1
ke toilet.
Bekerja sama dengan teman saat
2
melaksanakan ulangan harian
Melaksanakan budaya 5S kepada
3
semua warga sekolah
Mempertahankan pendapat pribadi
4
dalam bekerja kelompok
Mengembalikan barang yang
5
dipinjam
Merapikan kelas setelah
6
pembelajaran
Tidak memberi maaf orang lain atas
7
kesalahannya pada kita

b. Skor dan Penilaian

Pernyataan STS TS N S SS
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1

Skor Total = 35

Nilai = Skor Perolehan


_______________ x 100
Skor Total
4. KI 3 : Pengetahuan
a. Kisi-kisi soal

Kompetensi Dasar Indikator Soal C2 C3 C4


Menganalisis Menjelaskan sejarah

kesejarahan perumusan perumusan UUD 1945
Menjelaskan sejarah
dan pengesahan ✓ ✓
pengesahan UUD 1945
Undang-Undang Dasar
Melaksanakan sikap
Negara Republik
teladan para tokoh dalam
Indonesia Tahun 1945
merumuskan dan ✓
mengesahkan UUD 1945
dalam kehidupan
Menelaah arti penting
UUD 1945 bagi bangsa ✓
dan Negara Indonesia
Jumlah Soal 3 1 1

b. Soal
1. Sebutkan tiga (3) panitia kecil yang dibentuk BPUPKI dalam sidang kedua !
(skor 5)
2. Apa agenda utama yang menjadi pembahasan dalam sidang BPUPKI tanggal 29
Mei-1 Juni 1945 ? (skor 5)
3. Sebutkan hasil-hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ! (skor 8)
4. Apa saja sikap yang dapat kita contoh dari para tokoh dalam merumuskan dan
mengesahkan UUD 1945 ? (skor 5)
5. Apa kaitan antara UUD 1945 dengan peraturan perundang-undangan lainnya ?
(skor 10)

c. Kunci Jawaban
1. 3 panitia :
 Panitia perancang UUD IR. SOEKARNO (ketua)
 Panitia pembela tanah air ABIKUSNO TJOKROSUJOSO (ketua)
 Panitia keuangan dan perekonomian DRS. MOH. HATTA (ketua)
2. Agenda utama dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 adalah
“Menampung Berbagai Gagasan Mengenai Dasar Negara yang Akan
Dipergunakan Bagi Negara Merdeka Kelak.”
3. Hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945
adalah sebagai berikut:
 Menetapkan dan mengesahakan UUD 1945
 Memilih Ir Soekarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden
 Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.
4. Sikap yang dapat diteladani :
 Semangat persatuan dan kesatuan
 Memperjuangkan hak asasi manusia
 Cinta tanah air
 Mendahulukan kepentingan umum
 Jiwa kepahlawaan
 Musyawarah mufakat
5. UUD 1945 berada di puncak hirarki yang menandakan bahwa dalam penyusunan
peraturan-peraturan perundang-undangan dibawahnya harus mengacu pada UUD
1945 dan tidak boleh bertentangan.
d. Skor dan Penilaian

Kriteria Penskoran Skor Skor Total = 23


Soal mudah 5
Soal sedang 8 Nilai = Skor Perolehan
Soal sulit 10 _______________ x 100
Skor Total
4. KI 4 : Keterampilan (Psikomotor)
1. Instrumen Penilaian
No. Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1. Siswa berdiskusi di kelompok
dengan baik
2. Siswa mengajukan pertanyaan

3 Siswa menanya dan menjawab


pertanyaan
4. Siswa tidak memotong
pembicaraan
5. Siswa mempresentasikan hasil
diskusi dengan baik

2. Skor dan Penilaian


Kriteria Penskoran Skor
Skor Total = 20
TP : tidak pernah 1
KD : kadang-kadang 2 Nilai = Skor Perolehan
SR : sering melakukan 3 _______________ x 100
SL : selalu melakukan 4
Skor Total

Lampiran 4
TINDAK LANJUT

Untuk mendalami pemahaman terhadap materi, kerjakan berikut ini :


1. Buatlah laporan tertulis hasil telaah tentang sejarah perumusan dan pengesahan Undang-
Undang Dasar 1945 !
2. Dibuat dalam kertas Folio ditulis tangan dan dikumpulkan minggu depan !

a. Instrumen Penilaian Karya

Nama / Kelompok       :
Kelas                           :
Materi Pokok              : 

Skor
No Komponen yang dinilai
A B C D
1. Kejelasan isi laporan

2. Keruntutan alur sejarah

3. Kerapian / keindahan

4. Penggunaan tata bahasa

b. Skor dan Penilaian


Kriteria Penskoran Skor
Skor Total = 200
A : jelas, baik, dan bervariasi 50
B : jelas, baik 35 Nilai = Skor Perolehan
C : cukup baik 25 _______________ x 100
D : kurang baik 15
Skor Total

Anda mungkin juga menyukai