Anda di halaman 1dari 20

BAB VII

DINAMIKA KEHIDUPAN
BERNEGARA SEJAK PROKLAMASI
HINGGA DEWASA INI
PROKLAMASI

 Proklamasi dibuat tanggal 16 Agustus 1945 pukul


23.30 di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol 1 Jakarta
 Penyusun teks proklamasi: Soekarno, Bung Hatta,
dan Subardjo, yang disaksikan oleh Sukarni, B.M.
Diah, Soediro.
 Naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik
Kemerdekaan Indonesia secara de jure dan de facto

Secara de jure
 Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan.

 Memutuskan ikatan dengan hukum Hindia Belanda dan

pendudukan Jepang.
Secara de facto
 Proklamasi merupakan titik tolak bagi penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditegaskan


pada aturan peralihan pasal I dan II (sebelum amandemen)
bahwa PPKI mengatur dan menyelenggarakan kepindahan
pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia; segala badan
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.
Periode 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

1. Kedatangan tentara sekutu dan NICA


1) Setelah proklamasi, RI masih menata kehidupan bernegara
 Sidang PPKI 19-08-1945 tentang pembentukan departemen
dengan para menterinya, pembentukan pemerintah di
daerah dan penunjukkan gubernur.
 Pelantikan Komite Nasional Indonesia Pusat 29-08-1945 dan
bersamaan dengan itu PPKI dinyatakan bubar.
2) Belanda membawa tentara sekutu untuk menjajah Indonesia
kembali
 Tentara sekutu menduduki kota-kota besar di Indonesia
dengan alasan menjaga keamanan dan mengembalikan
bekas tawanan Jepang.
 Tentara Belanda meneror penduduk dan memaksa penduduk
untuk mengakui NICA.
 Propaganda NICA pada dunia luar bahwa RI adalah buatan

fasis Jepang yang harus dihancurkan.


 Kekacauan dan gangguan keamanan di Jakarta memuncak

sehingga pada tanggal 3 Januari 1946 ibukota RI hijrah ke


Yogyakarta.
3) Taktik RI menghadapi NICA
 Maklumat wakil presiden No X, 16 Oktober 1945, bahwa
KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-
garis besar haluan negara.
 Maklumat Wakil Presiden tanggal 3 November 1945 tentang
pembentukan partai politik untuk membuktikan bahwa
Indonesia adalah negara demokrasi dan sebagai persiapan
pemilihan umum.
 Maklumat Pemerintah 14 November 1945 tentang
pertanggungjawaban menteri kepada KNIP.

4) Instabilitas keamanan, politik dan pemeritahan


 Kabinet Syahrir I (14-11-1945 – 12-03-1946) : pertentangan
Syahrir dengan Tan Malaka.
 Kabinet Syahrir II (12-03-1946 – 29-06-1946) : Syahrir
diculik oleh Mayjen Soedarsono.
 Presiden mengambilalih segala kekuasaan dari kabinet
setelah mengumumkan seluruh Indonesia dalam keadaan
bahaya (29-06-1946).
 Soedarsono menyodorkan susunan kabinet baru tetapi ditolak
oleh presiden (03-07-1946)
 Kabinet Syahrir III (20-10-1946 – 27-06-1947) persetujuan
Linggarjati disahkan 25-03- 1947).
 Kabinet Amir Syarifuddin I (03-07-1947 – 11-11-1947)
pertentangan Amir Syarifuddin dengan PSI dan Masyuni.
 Agresi Belanda I (21-07-1947) Belanda menghianati
Linggarjati.
 Persetujuan Renville (17-01-1948) Belanda mulai membentuk
negara-negara bagian.
 Pemberontakan PKI di Madiun (18-09-1949)
 Agresi Belanda II (18-12-1948) Belanda mengkhianati
Renville.
 Persetujuan Rum Royen (07-05-1949) pimpinan RI yang
ditawan harus dikembalikan, penghentian opersi militer
Belanda dan segera mengadakan KMB
 KMB (23-08-1949 – 02-11-1949) KMB diadakan atas
prakarsa PBB untuk menyelesaikan pertiakain antara
Indonesia dengan Belanda.
Periode 27-12-1949 – 17-08-1950

 Negara-negara bagian tidak setuju dengan bentuk negara


federal karena tidak sesuai dengan cita-cita perjuangan
kemerdekaan.
 Persetujuan RI proklamasi dengan RIS (19-05-1950).
 Melakukan perubahan Konstitusi RIS dengan menambah
esensialia UUD 1945.
Periode 17-08-1950 – 05-07-1959

 Terjadi pemberontakan APRA, Andi Azis, berdirinya RMS, dll


 Pemilihan umum tahun 1955 yang diikuti 172 partai.
 Pembentukan Konstituante (dilantik 10 november 1956 dengan
tugas menetapkan UUD sebagai pengganti UUDS 1950)
 Pertentangan golongan nasionalis, golongan Islam dan
golongan komunis mengenai dasar negara di konstituante
(nasinalis konsekuen dengan Pancasila, Islam menghendaki
Islam, komunis menghendaki sosial ekonomi sebagai dasar
negara).
 Instabilitas politik, keamanan dan pemerintahan :
pemberontakan DI/TII di jawa barat oleh Kartosuwiryo, di
Sulawesi Selatan oleh A. Muzakar, di Aceh oleh Daud Beureuh;
Pemberontakan PRRI (pemerintah revolusioner RI) di sumatera
dan Permesta (Piagam Perjuangan Semesta) di Sulawesi; Umur
kabinet yang terlampau singkat sehingga tidak mampu
melaksanakan programnya.
 Anjuran presiden kepada konstituante pada 22 April 1959

umtuk kembali pada UUD 1945.


Periode 05-07-1959 – 11-03-1966

 Dekrit presiden 5 juli 1959 : membubarkan konstituante;


menetapkan berlakunya kembali UUD 1945; menetapkan
tidak berlakunya UUDS 1950; segera akan membentuk MPAS
dan DPAS.
 Gimnastik revolusioner PKI untuk menggalang kekuatan.
 Trikora (19-12-1961) keinginan Belanda untuk mencengkram
Irian Barat dilakukan dengan usaha membentuk negara
Papua.
 Dwikora (03-05-1964) Isinya adalah: perhebat ketahanan
revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,
Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei untuk menggagalkan
negara boneka Malaysia.
 Penyelewengan terhadap UUD 1945
 Lahirnya supersemar (11-03-1966) dan lahirnya orde baru
 TAP MPRS RI No. XXXIII/MPRS/1967 Tanggal 12 Maret 1967
tentang pencabutan kekuasaan pemerintah negara dari
presiden Soekarno.
 TAP MPRS RI No. XLIV/1968 tentang pengangkatan
pengemban TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Presiden
RI.
Periode orde baru (11-03-1966 – 21-05-1998)

 TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPR GR


mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturan
perundangan RI
 TAP MPRS RI No. XXV/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966
tentang pembubaran PKI dan dinyatakan organisasi terlarang
di seluruh Indonesia.
 Instruksi Presiden No. 12/1968 tentang tata urutan dan
rumusan pancasila sesuai dengan pembukaan UUD 1945.
 Pembentukan MPR, DPR, DPA, BPK, Dan MA sesuai dengan
UUD 1945.
 Kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tinggi negara
(TAP MPR No. III/MPR/1978).
 Pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik, sedangkan pemilu
1977, 1982, 1987, 1992, 1997 diikuti oleh 3 partai politik
 Sidang dan TAP MPR 1973,1978, 1983, 1988, 1993, 1998.
 TAP MPR No. II/MPR/1978 Tentang P4
 Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi organisasi sosial
politik (TAP MPR No. II/MPR/1983) beserta UU No. 03/1985
dan UU No. 08/1985.
 Pembatasan penggunaaan pasal 3 dan 37 UUD 1945 melalui
referendum (TAP MPR No. IV/MPR/ 1983) dan UU No. 5/
1985 sebagai upaya pelestarian Pancasila dan UUD 1945.
 Stabilitas politik dan pemerintahan.
 Krisis moneter, ekonomi dan politik serta tuntutan reformasi.
Periode Orde Reformasi (21-05-1998 – sekarang)

 BJ Habibie membentuk kabinet reformasi pembangunan (21-


05-1998 – 20-10-1999).
 Penolakan MPR terhadap pertanggungjawaban Presiden BJ.
Habibie.
 Pemilu 07-06-1999 diikuti oleh 48 partai politik dan berjalan
dengan baik.
 Presiden Abdurachman Wahid dan Wakil Presiden Megawati
Soekarno Putri (20-10-1999 – 23-07-2001 dengan Kabinet
Persatuan Nasional, kemudian Presiden Abdurrachman Wahid
diberhentikan karena konflik antara DPR dengan Presiden.
 Presiden Megawati Soekarno Putri dengan wakil presiden
Hamzah Haz (23-07-2001 – 20-10-2004)
 Amandemen UUD 1945
 Pemilu 5 april 2004 diikuti oleh 24 partai politik
 Pelantikan presiden dan wakil presiden 20 Oktober 2004
(SBY dan Jusuf Kalla).
 Konflik vertikal dan horizontal di beberapa daerah.
 Konflik antara lembaga tinggi negara sepeerti DPR vs DPD,
MA vs MK vs KY, MA vs BPK, KPK vs POLRI dan Kejaksaan
Agung.
 Krisis moral dan krisis hukum
 Pemilu 2009 diikuti oleh 44 partai politik nasional dan 6
partai politik daerah aceh.
 Pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemilu 2009
putaran pertama adalah 8 Juli 2009.

Anda mungkin juga menyukai