Anda di halaman 1dari 24

NILAI, NORMA, ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK DALAM

ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen: Drs. H. Kuswadi, M.Ag

Disusun Oleh:
Nama : Praphastha Jayantara
NIM : K1313055
Kelas : II A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
A. NILAI
Nilai merupakan sebuah pilihan, di sini terdapat rujukan dan
keyakinan dalam mengambil tindakan atau menentukan sebuah pilihan.
Nilai mempunyai hakikat dan makna sebagai sesuatu hal yang dihubungkan
dengan akal rasional, logis dan bergantung pada pengalaman manusia
pemberi nilai itu sendiri.
Dalam teori nilai yang digagas Spranger dalam allport (1964)
menjelaskan terdapat enam orientasi nilai yang sering dijadkan rujukan oleh
manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya, enam nilai tersebut
cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi seseorang.
Keenam nilai tesebut adalah sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan
Firmansyah: 2010: 7) :
1. Nilai teori
2. Nilai Ekonomis
3. Nilai Estetika
4. Nilai Sosial
5. Nilai Politik
6. Nilai Agama
Spranger melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup
dapat dicapai. Diantara kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat
terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang saleh.
Dari beberapa klasifikasi nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemaknaan terhadap nilai itu sendiri tergantung pada perspektif masing-
masing orang yang membuatnya dan menjalaninya. Tetapi diantara keenam
klasifikasi nilai diatas, nilai yang paling tertinggi adalah nilai agama.
Nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian
baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih
baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang
dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu
hal dalam kehidupan sosial. Makna dari sebuah nilai tergantung pada
penilaian seseorang, misalnya orang seniman memaknai hakikat nilai
estetika adalah nilai yang paling tinggi. Tetapi di Indonesia sendiri nilai
yang paling tertinggi adalah nilai ketuhanan. Hal itu terdapat dalam hirearki
pancasila. Nilai keagamaan adalah harga mutlak yang harus dijunjung tinggi
oleh seluruh warga Negara Indonesia, walaupun pada kenyataanya nilai
ketuhanan ini sering di kesampingkan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
WNI yang selalu menduluankan pekerjaan dari pada ingat pada Tuhannya,
contohnya WNI yang beragama Islam lupa menjalankan Sholat lima waktu.
Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak
yang menimapa umat, kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-nilai yang
konkret yang telah disepakati islam, yaitu nilai-nilai absolut yang tegak
berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut ada tersebut adalah kebenaran
dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat secara individual dan sosial.

B. NORMA
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut
atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari
sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau
kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu
yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai
kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Jadi secara terminologi kiat dapat mengambil kesimpulan menjadi dua
macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan
suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif.
Sedangkan norma norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat
prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan
konkret
Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan
manjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan
manusia yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat senonoh. Maka
dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat praktis. Memang
secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak menuntup
kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis.

C. ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan adat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud
kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga
mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi
pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama.
Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya
tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah
mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan
tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai
tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria)
yang berlainan.
Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan
secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara
keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-
duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak
mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari
hadist dan al Quran.
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan
oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar
sekitar manusia), maka etika islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar
Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal
saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka
(Musnamar, 1986: 88).
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Ya’qub pengertian etika teologis ialah
yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas
ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik
dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk
(Ya’qub, 1985: 96).
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada
konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan
dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat (Naquib,1993: 83).
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal sebagai berikut.
 Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya
membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia.
 Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran
dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla,
absolut dan tidak pula universal.
 Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai,
penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai
baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb.
 Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat
berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain :
1. Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal
tersebut disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul,
dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2. Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah,
serta didasari atas niat baik.
3. Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa
adalah perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila
perbuatanya diketahui orang banyak.
4. Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja,
kapan saja, bahkan dalam perang .
5. Anak wajib berbakti kepada orang tuanya (Musnamar, 1986: 89-93).

Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:


1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian
tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau
kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai
mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang
kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan
etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

D. MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan
dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula
berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika
memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),
sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan
ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan
nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal
pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan
manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah
menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
buruknya sebagai manusia.

E. AKHLAK
Secara sederhana, paradigma adalah cara memandang. Paradigma
mirip jenis kaca mata yang kita gunakan. Paradigma adalah kaca mata batin
kita – kacamata persepsi kita. Paradigma menentukan apa yang kita yakini
dan pada akhirnya menentukan prilaku kita. Secara ilmiyah, paradigma
adalah “a constellation of beliefs, values, and technicques shared by the
members of a given scientific community”. Menurut Thomas kuhn,
paradigma tidak saja bersifat kognitif, tetapi juga normative. Sementara
menurut Jalaluddin rahmat, paradigma diartikan sebagai kumpulan
keyakinan, nilai, dan aturan perilaku yang dianut oleh kelompok tertentu
dan untuk konteks Islam , kelompok tertentu dalam Islam.
Sementara kata akhlak (bahasa Arab), secara etimologis, adalah
bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus al-Munjid berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata
kha-la-qa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang berarti
pencipta, makhluq yang berarti yang diciptakan dan khalq yang berarti
penciptaan.
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq
(Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata
prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung
nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan
kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini,
akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau morma prilaku yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.
Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian
akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:
 Imam al-Ghazali :
‫الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر من غير‬
‫حاجة الي فكر و رؤية‬.
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuaatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.
 Ibnu maskawih :
“Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan
perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”.
 Ahmad amin :
“Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan setengah manusia
kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai
baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar
ajaranyang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, etika
berstandarkan akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau
kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat.”
 Ibrahim Anis:
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
 Abdul karim Zaidan:
“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatanya baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukan atau
meninggalkanya”.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia


baru disebut akhlak kalau terpenuhi dua syarat, yaitu:
Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya
dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada
suatu ketika, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang atau
bantuan kepada orang lain, karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia
tidak dapat disebut orang yang murah hati atau disebut sebagai orang
berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak melekat pada jiwanya. Lebih jauh
tentang keterulangan perbuatan manusia, yang selanjutnya disebut akhlak,
Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan bahwa pada dasarnya
akhlak itu adalah membiasakan kehendak (‘adah al-iradah). Kata
membiasakan disini dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara
berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan (‘adah). Adapun yang
dimaksud dengan kehendak (iradah) adalah menangnya keinginan untuk
melakukan sesuatu setelah mengalami kebimbangan untuk menentukan
pilihan terbaik di antara beberapa alternatif. Apabila iradah sering terjadi
pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang baku, sehingga selanjutnya
tidak perlu membuat pertimbangan-pertimbangan lagi, melainkan secara
langsung melakukan tindakan yang telah dilaksanakan tersebut.
Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih
dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu
timbul karena terpaksa atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih
dahulu secara matang, tidak disebut akhlak. Ada dua hal yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan:
1. Ada kecenderungan hati padanya
2. Ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah
mengerjakanya tanpa memerlukan fikiran lagi.
Selanjutnya, kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa
istilah akhlak itu bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk.
Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak
dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang
mulia. Misalnya bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan
kepadanya: “Kamu tidak berakhlak”. Maksudnya adalah “kamu tidak
memiliki akhlak mulia”, dalam hal ini sopan santun.

Pembagian Akhlak
Segala sesuatu yang ada di dunia ini jika kita perhatikan, maka akan
jelas bahwa semuanya ini berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, ada
hujan dan panas, ada laki-laki dan perempuan, ada ahklak mahmudah dan
mazmumah dan sebagainya.
1. Akhlak mahmudah
Akhlak mahmudah artinya: akhlak terpuji, contoh akhlak
mahmudah adalah:
a. Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan
amarah.
b. Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata
karena Allah, yakni harus mengharap ridhoNya.
c. Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan
harus dengan hati yang lurus.
d. Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta
maaf yang menyadari kesalahannya.
e. Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk
mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain,
f. Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah
disepakati sebelumnya.

2. Akhlak mazmumah
Ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela,
contoh akhlak mazmumah adalah:
a. Ujub dan Takabur
Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri.
Sedangkan takabur, adalah membanggakan diri karena dirinya
merasa lebih dari pada yang lain.
b. Ria dan Sum’ah
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh
pujian orang lain. Sedangkan sum’ah, adalah berbuat atau
berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi
terkenal.
c. Malas dan Tamak
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu,
dan Tamak(serakah) adalah terlalu bernafsu untuk memiliki
sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
d. Dendam dan Iri hati
Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang
dilakukan orang lain atas dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan
tidak senang apabila melihat orang lain mendapat kesenangan.
e. Fitnah dan Penipuan
Fitnah adalah berita bohong atau desas-desus tentang
seseorang dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan penipuan
adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan maksud
menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya
tersebut.
f. Bohong dan Khianat
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, sedangkan Khianat adalah perbuatan tidak
setia terhadap pihak lain.

g. Bakhil dan Takut miskin


Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu
kepada orang lain atau untuk kepentingan agama. Dan Takut
miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya karena
kekurangan harta.

KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM


1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia
sebagai misi pokok risalah Islam.
2. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam
3. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang
nanti pada hari kiamat
4. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorangsebagai ukuran
kualitas imanya
5. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari
ibadah kepada allah SWT.Lihat nash tentang shalat puasa dan haji
6. Nabi Muhammad SAW selalu berdo’a agar Allah SWT membaikan
akhlak beliau.
7. di dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan
dengan akhlak.
CIRI-CIRI AKHLAK DALAM ISLAM
Yang dimaksud karakteristik akhlak islam adalah ciri-ciri khusus yang
ada dalam akhlak islam. ciri-ciri khusus ini yang membedakan dengan
akhlak wadli’iyah atau akhlak yang diciptakan oleh manusia, atau hasil
consensus manusia dalam menentukan baik dan buruknya perbuatan, yang
disebut moral.
Akhlak nabi Muhammad saw adalah akhlak islam, karena ia
bersumber pada al-Qur’an yang datang dari Allah swt. Al-qur’an sendiri
diyakini memiliki kebenaran mutlak, tidak ada keraguan sedikitpun di
dalamnya, berlaku sepanjang masa dan untuk semua manusia. Oleh karena
itu akhlak islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Kebaikanya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah) yaitu
kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam merupakan kebaikan
murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat luas, kapanpun
dan dimanapun.
2. Kebaikanya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-‘ammah). Yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk
seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.
3. Tetap, langeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di
dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat
dan perubahan kehidupan manusia.
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus
dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang
yang tidak melaksanakan.
5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu allah
yang memiliki sifat maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan
apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh manusia, maka
perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban
atas apa yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas
dari pengawasan Allah SWT.
Berpijak dari lima ciri-ciri akhlak Islam di atas, Ahmad Azhar basyir
merinci kembali melalui lima dengan istilah: (1) Akhlak rabbani; (2) Akhlak
manusiawi; (3) Akhlak universal; (4) Akhlak keseimbangan; dan (5) Akhlak
realistic.

1. Akhlak Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)


Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam
itu bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan
as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para
rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah),
yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai
ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh
makhluk.
‫َّللاِ َولَ ِك ْن‬
‫ُون ه‬ ِ ‫َاب َو ْال ُح ْك َم َوالنُّب هُوة َ ث ُ هم َيقُو َل ِللنه‬
ِ ‫اس ُكونُوا ِعبَادًا ِلي ِم ْن د‬ َ ‫َّللاُ ْال ِكت‬
‫َما َكانَ ِلبَش ٍَر أ َ ْن يُؤْ تِيَهُ ه‬
َ‫َاب َو ِب َما ُك ْنت ُ ْم تَد ُْرسُون‬ َ ‫ُكونُوا َربهانِ ِيينَ ِب َما ُك ْنت ُ ْم تُ َع ِل ُمونَ ْال ِكت‬
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya
Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
“Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imron (3): 79)
Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan
“berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan
bertakwa”. Oleh karena iman dan takwa adalah fondasi dari ajaran Islam
bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang
bernilai bagi perwujudan dari iman maupuntakwa. Perwujudan ini dalam
bentuk sikap,pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan
nilai-nilai rabbanuyah.
Ciri Rabbani dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak
Rabbani mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan
manusia.
Al Qur’an mengajarkan, « Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah
kamu mengikutinya, jangn kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu
bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian yang diperintahkan kepadamu,
agar kamu bertaqwa. » (Q.S. Al An’am: 153)

2. Akhlak Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)


Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran
akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah
satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran,
walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan
hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja,
dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak
jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya yang
memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir
tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa
kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang
berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak
pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran
yang ada di dalam dirinya sendiri.
Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak
kepada kebenaran, dan media untuk menca[ai kebahagiaan yang hakik.
Akhlak islam benar-benar menjaga dan memlihara keberadaan manusia
sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan fitrahnya.
‫الدينُ ْالقَيِ ُم َولَ ِك هن‬
ِ َ‫َّللاِ ذَلِك‬
‫ق ه‬ ِ ‫اس َعلَ ْي َها َال ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ َ‫َّللاِ الهتِي ف‬
َ ‫ط َر النه‬ ْ ِ‫ِين َحنِيفًا ف‬
‫ط َرةَ ه‬ ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِللد‬
ِ ‫أ َ ْكث َ َر النه‬
َ‫اس َال َي ْعلَ ُمون‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum(3): 30).
3. Akhlak Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)
Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa
akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang
melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Contohnya al-Quran
menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap
orang, yakni :
a. Menyekutukan Allah,
b. Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
c. Membunuh anak karena takut miskin,
d. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
e. Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
f. Makan harta anak yatim,
g. Mengurangi takaran dan timbangan,
h. Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
i. Persaksian tidak adil,
j. Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-An’am, 6:151-152).
Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak
Islam, mislanya tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut,
tidak menyakiti hati orang lain, senang membantu orang lain yang terkena
musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng didapat dengan
cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak
mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah
universalisme akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di
seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku.
Akhlak Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran
Islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan
bagaimana bersikap dan berperilaku kepada allah, melaiknkan juga
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan
alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama
manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya
kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun
material.
4. Akhlak Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)
Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak
islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan
manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah,
selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang
menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak
mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan
nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya,
yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa
nafsunya.
Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah
malaikah. Dua naluri tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya
tetap berada dalam keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat
dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus diarahkan untuk disalutkan
sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah
makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada dan
mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke
tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat
menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu berbuat nista.
Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat
kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara
dunia dan akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.
5. Akhlak Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqi’iyyah)
Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam
memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang
makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan
dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki
kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada
manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di
sisi lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong ,emolong adalah suatu bentuk
kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan.
Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan
menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal
mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah
kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup
dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar,
bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel
setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang
disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang
tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya
sendiri.
ُ‫شدِيد‬ ‫َّللاَ ِإ هن ه‬
َ َ‫َّللا‬ ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬
‫ان َواتهقُوا ه‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت ه ْق َوى َو َال تَعَ َاونُوا‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫َوت َ َع َاونُوا‬
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya”.(QS Al-Maidah (5):3).
Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan
memberi beban kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah
tidak egois dan memaksa kepada manusia, justru allah melihat kenyataan
yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup melaksanakan perintah-
perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan secara
rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan (rukhsah)
yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain
yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih
baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah
perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk
memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang
dimiliki oleh manusia.
َ َ ‫علَ ْي َها َما ا ْكت‬
ْ َ‫سب‬
‫ت‬ َ ‫سا ِإ هال ُو ْس َع َها لَ َها َما َك‬
ْ َ‫سب‬
َ ‫ت َو‬ ً ‫َّللاُ نَ ْف‬
‫ف ه‬ ُ ‫َال يُ َك ِل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS Al-
baqarah (2): 286).
Ruang Lingkup Akhlaq
Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian
yaitu :
 Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang
dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
 Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang
dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap
karib kerabat.
 Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan
dan Kaedah-kaedah adab.
 Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat
dan hubungan luar negeri.
 Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis
membagi pembahasan akhlaq menjadi :
 Akhlaq terhadap Allah SWT.
 Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
 Akhlaq pribadi
 Akhlaq dalam keluarga
 Akhlaq bermasyarakat dan
 Akhlaq bernegara
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang
istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam
beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia
sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi). Akhlaq
merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah
pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda
beliau. Terjemahannya: “Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau
menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang
nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya
akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw
baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi
Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq
beliau.
Perbuatan Baik dan Buruk
Yang dimaksud perbuatan baik adalah :
 Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
 Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian dan seterusnya.
 Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan,
yang memberikan kepuasan
 Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
 Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :
 Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna
dalam kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak
mencukupi.
 Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
 Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma
atau aturan-aturan menurut yang ditetapkan oleh syara’ (agama).
Ukuran Baik dan Buruk
Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk. Banyak orang yang
berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya
baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat
atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini
dinilai buruk pada waktu yang lain.
Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain
memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus
diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang
mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai
tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-
kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah,
bukan karena niatnya.
Tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok
yang perlu diperhatikan padanya adalah :
 Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam
jiwa manusia.
 Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak
tersebut. Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya,
yakni perbuatan dalam mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya
menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas yang tidak kecil
artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang
dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam
sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. An-Nisa (4) : Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan
oramg-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika
kamu berlainan perndapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama bagi kamu dan lebih
baik akibatnya”.
Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah:
1. untuk membentuk pribadi muslim,
2. bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan
manusia,
3. menyempurnakan keimanan
4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga
5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.
Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah sekedar untuk mengetahui
mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi yang penting adalah, mengamalkan
dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai
tuntutan ajaran Islam.

Perbedaan Akhlak, Etika Dan Moral

Istilah akhlak, etika dan moral sering digunakan dalam konotasi yang
sama dalam percakapan sehari-hari, sehingga seolah-olah tak ada bedanya.
Padahal ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Hal ini
dapat dimaklumi karena ketiganya mempunyai obyek yang sama, yakni baik dan
buruk.
Perlu dibedakan antara akhlak sebagai perilaku, yang sudah dipaparkan di
atas, dan akhlak sebagai ilmu. Akhlak sebagai ilmu dapat dianalogikan dengan
etika sebagai ilmu yang pembahasannya menjadi isu filsafat. Salah satu
pengertian ilmu filsafat yang cukup mewakili adalah ungkapan Ahmad Amin
yang mengatakan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan melakukan apa-apa yang harus diperbuat.
Pengertian di atas hampir tidak ada bedanya dengan pengertian etika, sehingga
kadang-kadang disamakan antara ilmu akhlak dan etika. Namun jika diteliti secara
seksama, maka sebenarnya antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaan.
Sedangkan pada etika dan moral yang membedakan adalah pada tolok ukurnya.
Jika dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia (baik atau buruk)
dengan tolok ukur akal pikiran maka dalam pembahasan moral tolok ukurnya
adalah norma-norma yang hidup dalam masyarakat, yang dapat berupa adat
istiadat, agama dan aturan-aturan tertentu.
Inti pengertian di atas adalah harus ada seperangkat nilai yang mengatur
manusia untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan, yaitu kebaikan tertinggi
(summon banum) yang dalam teori etika tolok ukurnya adalah akal pikiran secara
universal tanpa memandang ia hidup di mana dan kapan, serta memeluk agama
apa. Sedangkan dalam akhlak (dalam hal ini adalah akhlak Islam) merupakan
seperangkat nilai untuk menentukan baik dan buruk tolok ukurnya adalah al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Bagi umat Islam al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan way of life untuk
mengatur segala perilakunya, sehingga segala perilakunya tidak boleh lepas dari
keduanya. Hal ini tidak berarti manusia tidak bebas memilih yang dalam
pembahasan akhlak atau etika merupakan unsur utama yang harus
dipertimbangkan karena suatu perbuatan dapat dinilai itu harus ada kebebasan.
Namun seseorang yang sudah menentukan pilihannya untuk memeluk Islam yang
artinya berserah diri dan tunduk pada kemauan Allah, akan terikat pada sistem
nilai-nilai Islam. Sebaliknya bila seseorang menentukan pilihannya pada yang
lainnya, ia akan terikat dengan sistem nilai-nilai lain, karena tak ada konsep bebas
yang mutlak kecuali hanya milik Allah yang tak terikat ruang dan waktu.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akhlak Islam adalah sistem
nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusi di atas bumi. Sistem nilai
yang dimaksud adalah ajaran Islam dengan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berpikirnya. Pola sikap dan tindakan
yang dimaksud mencakup pola hubungan dengan Allah, sesama manusia
(termasuk dengan dirinya sendiri) dan alam. Pola hubungan dalam akhlak Islam
ini saling berhubungan sehingga orang dapat dikatakan berakhlak mulia apabila ia
baik hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan
makhluk lainnya.

Daftar Pustaka
http://deky.students.uii.ac.id/2012/02/24/files/2012/02/akhlak-etika-moral-
norma.txt
http://yogiprames.blogspot.com/2013/02/perbedaan-akhlak-etika-dan-moral.html
http://andicvantastic.blogspot.com/2013/11/pengertian-keterkaitan-
etikamoralakhlak.html
http://nurdinfivers1.blogspot.com/2014/02/makalah-agama-tentang-etika-moral-
dan.html
http://manggasugengrawuh.wordpress.com/2012/12/25/20-fakta-menarik-tentang-
islam/

Anda mungkin juga menyukai