ISLAM
Disusun Oleh:
Nama : Praphastha Jayantara
NIM : K1313055
Kelas : II A
B. NORMA
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut
atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari
sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau
kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu
yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai
kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Jadi secara terminologi kiat dapat mengambil kesimpulan menjadi dua
macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan
suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif.
Sedangkan norma norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat
prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan
konkret
Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan
manjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan
manusia yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat senonoh. Maka
dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat praktis. Memang
secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak menuntup
kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis.
C. ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan adat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud
kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga
mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi
pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama.
Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya
tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah
mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan
tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai
tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria)
yang berlainan.
Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan
secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara
keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-
duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak
mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari
hadist dan al Quran.
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan
oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar
sekitar manusia), maka etika islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar
Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal
saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka
(Musnamar, 1986: 88).
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Ya’qub pengertian etika teologis ialah
yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas
ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik
dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk
(Ya’qub, 1985: 96).
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada
konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan
dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat (Naquib,1993: 83).
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya
membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran
dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla,
absolut dan tidak pula universal.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai,
penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai
baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb.
Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat
berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain :
1. Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal
tersebut disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul,
dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2. Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah,
serta didasari atas niat baik.
3. Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa
adalah perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila
perbuatanya diketahui orang banyak.
4. Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja,
kapan saja, bahkan dalam perang .
5. Anak wajib berbakti kepada orang tuanya (Musnamar, 1986: 89-93).
D. MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan
dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula
berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika
memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),
sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan
ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan
nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal
pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan
manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah
menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
buruknya sebagai manusia.
E. AKHLAK
Secara sederhana, paradigma adalah cara memandang. Paradigma
mirip jenis kaca mata yang kita gunakan. Paradigma adalah kaca mata batin
kita – kacamata persepsi kita. Paradigma menentukan apa yang kita yakini
dan pada akhirnya menentukan prilaku kita. Secara ilmiyah, paradigma
adalah “a constellation of beliefs, values, and technicques shared by the
members of a given scientific community”. Menurut Thomas kuhn,
paradigma tidak saja bersifat kognitif, tetapi juga normative. Sementara
menurut Jalaluddin rahmat, paradigma diartikan sebagai kumpulan
keyakinan, nilai, dan aturan perilaku yang dianut oleh kelompok tertentu
dan untuk konteks Islam , kelompok tertentu dalam Islam.
Sementara kata akhlak (bahasa Arab), secara etimologis, adalah
bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus al-Munjid berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata
kha-la-qa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang berarti
pencipta, makhluq yang berarti yang diciptakan dan khalq yang berarti
penciptaan.
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq
(Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata
prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung
nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan
kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini,
akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau morma prilaku yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.
Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian
akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:
Imam al-Ghazali :
الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر من غير
حاجة الي فكر و رؤية.
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuaatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.
Ibnu maskawih :
“Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan
perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”.
Ahmad amin :
“Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan setengah manusia
kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai
baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar
ajaranyang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, etika
berstandarkan akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau
kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat.”
Ibrahim Anis:
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Abdul karim Zaidan:
“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatanya baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukan atau
meninggalkanya”.
Pembagian Akhlak
Segala sesuatu yang ada di dunia ini jika kita perhatikan, maka akan
jelas bahwa semuanya ini berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, ada
hujan dan panas, ada laki-laki dan perempuan, ada ahklak mahmudah dan
mazmumah dan sebagainya.
1. Akhlak mahmudah
Akhlak mahmudah artinya: akhlak terpuji, contoh akhlak
mahmudah adalah:
a. Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan
amarah.
b. Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata
karena Allah, yakni harus mengharap ridhoNya.
c. Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan
harus dengan hati yang lurus.
d. Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta
maaf yang menyadari kesalahannya.
e. Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk
mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain,
f. Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah
disepakati sebelumnya.
2. Akhlak mazmumah
Ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela,
contoh akhlak mazmumah adalah:
a. Ujub dan Takabur
Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri.
Sedangkan takabur, adalah membanggakan diri karena dirinya
merasa lebih dari pada yang lain.
b. Ria dan Sum’ah
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh
pujian orang lain. Sedangkan sum’ah, adalah berbuat atau
berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi
terkenal.
c. Malas dan Tamak
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu,
dan Tamak(serakah) adalah terlalu bernafsu untuk memiliki
sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
d. Dendam dan Iri hati
Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang
dilakukan orang lain atas dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan
tidak senang apabila melihat orang lain mendapat kesenangan.
e. Fitnah dan Penipuan
Fitnah adalah berita bohong atau desas-desus tentang
seseorang dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan penipuan
adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan maksud
menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya
tersebut.
f. Bohong dan Khianat
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, sedangkan Khianat adalah perbuatan tidak
setia terhadap pihak lain.
Istilah akhlak, etika dan moral sering digunakan dalam konotasi yang
sama dalam percakapan sehari-hari, sehingga seolah-olah tak ada bedanya.
Padahal ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Hal ini
dapat dimaklumi karena ketiganya mempunyai obyek yang sama, yakni baik dan
buruk.
Perlu dibedakan antara akhlak sebagai perilaku, yang sudah dipaparkan di
atas, dan akhlak sebagai ilmu. Akhlak sebagai ilmu dapat dianalogikan dengan
etika sebagai ilmu yang pembahasannya menjadi isu filsafat. Salah satu
pengertian ilmu filsafat yang cukup mewakili adalah ungkapan Ahmad Amin
yang mengatakan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan melakukan apa-apa yang harus diperbuat.
Pengertian di atas hampir tidak ada bedanya dengan pengertian etika, sehingga
kadang-kadang disamakan antara ilmu akhlak dan etika. Namun jika diteliti secara
seksama, maka sebenarnya antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaan.
Sedangkan pada etika dan moral yang membedakan adalah pada tolok ukurnya.
Jika dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia (baik atau buruk)
dengan tolok ukur akal pikiran maka dalam pembahasan moral tolok ukurnya
adalah norma-norma yang hidup dalam masyarakat, yang dapat berupa adat
istiadat, agama dan aturan-aturan tertentu.
Inti pengertian di atas adalah harus ada seperangkat nilai yang mengatur
manusia untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan, yaitu kebaikan tertinggi
(summon banum) yang dalam teori etika tolok ukurnya adalah akal pikiran secara
universal tanpa memandang ia hidup di mana dan kapan, serta memeluk agama
apa. Sedangkan dalam akhlak (dalam hal ini adalah akhlak Islam) merupakan
seperangkat nilai untuk menentukan baik dan buruk tolok ukurnya adalah al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Bagi umat Islam al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan way of life untuk
mengatur segala perilakunya, sehingga segala perilakunya tidak boleh lepas dari
keduanya. Hal ini tidak berarti manusia tidak bebas memilih yang dalam
pembahasan akhlak atau etika merupakan unsur utama yang harus
dipertimbangkan karena suatu perbuatan dapat dinilai itu harus ada kebebasan.
Namun seseorang yang sudah menentukan pilihannya untuk memeluk Islam yang
artinya berserah diri dan tunduk pada kemauan Allah, akan terikat pada sistem
nilai-nilai Islam. Sebaliknya bila seseorang menentukan pilihannya pada yang
lainnya, ia akan terikat dengan sistem nilai-nilai lain, karena tak ada konsep bebas
yang mutlak kecuali hanya milik Allah yang tak terikat ruang dan waktu.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akhlak Islam adalah sistem
nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusi di atas bumi. Sistem nilai
yang dimaksud adalah ajaran Islam dengan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berpikirnya. Pola sikap dan tindakan
yang dimaksud mencakup pola hubungan dengan Allah, sesama manusia
(termasuk dengan dirinya sendiri) dan alam. Pola hubungan dalam akhlak Islam
ini saling berhubungan sehingga orang dapat dikatakan berakhlak mulia apabila ia
baik hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan
makhluk lainnya.
Daftar Pustaka
http://deky.students.uii.ac.id/2012/02/24/files/2012/02/akhlak-etika-moral-
norma.txt
http://yogiprames.blogspot.com/2013/02/perbedaan-akhlak-etika-dan-moral.html
http://andicvantastic.blogspot.com/2013/11/pengertian-keterkaitan-
etikamoralakhlak.html
http://nurdinfivers1.blogspot.com/2014/02/makalah-agama-tentang-etika-moral-
dan.html
http://manggasugengrawuh.wordpress.com/2012/12/25/20-fakta-menarik-tentang-
islam/