Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973

11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Kontribusi Model Education Sustainable Development dalam


Pembelajaran PKn Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan
Diana Noor Anggraini
Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Pos-el : didiedyana@yahoo.co.id

Abstrak
Pendidikan Kewarganegaraan berkontribusi mempersiapkan orang-orang muda untuk berperan dan bertanggung jawab sebagai
warga negara dan secara khusus termasuk di dalamnya (melalui sekolah, pengajaran dan pembelajaran) dalam proses persiapan
warga Negara. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kontribusi penuh sebagai jalan pembangunan secara berkelanjutan dalam
mewadahi isu pembangunan ini dengan melibatkan partisipasi warga Negara di dalamnya. Secara konseptual, model Education
Sustainable Development (ESD) merupakan sistem aktivitas pengembangan sumber daya manusia secara sadar melibatkan
generasi satu dengan generasi lainnya yang mencakup keberlanjutan ekonomi (economic sustainability), keberlanjutan sosial
(social sustainability), keberlanjutan budaya (cultural sustainability), dan keberlanjutan ekologi (ecology sustainability).
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui sistem pendidikan dalam sebuah perspektif belajar sepanjang hidup
(lifelong learning) dimulai dari usia dini hingga sampai pada usia dewasa. Model ESD menuntut reorientasi pendekatan pendidikan
yang mencakup struktur atau isi kurikulum, tujuan, metode, dan evaluasi. Secara sistemik, pendidikan pembangunan
berkelanjutan untuk pengembangan kompetensi kewarganegaraan dalam pembelajaran PKn mampu mengembangkan
pengetahuan yang segar (civic knowledge) bagi siswa, mengembangkan bakat yang ada dan menyampaikan keterampilan yang
berguna (civic skill), sehingga dapat membantu peserta didik mengembangkan jenis kualitas hidup yang melibatkan rasa hormat
tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk sumber daya, fauna dan flora yang ada di planet ini (civic disposition).
Kata kunci : Model Education Sustainable Development (ESD), Pembelajaran PKn, Kompetensi Kewarganegaraan

Abstract
Civic Education has contributes to preparing young people for play a role and be responsible as citizens and exclusively including (through
school, teaching and learning) in the preparation process of citizens. Civic Education has full contribution as a way of sustainable
development in accommodating this development issues by involving citizen participation. Conceptually, the Education Sustainable
Development (ESD) model is a system of human resource development activities that consciously involve one generation with other
generations that include economic sustainability, social sustainability, cultural sustainability and ecology sustainability. Human resource
development is done through the education system in a lifelong learning perspective starting from the age of early until the age of adults.
The ESD model demands a reorientation of educational approach that includes the structure or content of the curriculum, objectives,
methods, and evaluations. Systemically, education sustainable development for the development of civic competencies in civics learning
be able to develop civic knowledge for students, develop existing talents and impart civic skill, so as to help learners develop a quality of
life that involves respect not only for humans but for the resources, fauna and flora of the planet (civic disposition).
Keywords : The Education Sustainable Development (ESD) model, Civics Learning, Civic Competencies

Pendahuluan Atas dasar ini, maka konsep dan paradigma pem-


bangunan berkelanjutan (sustainable development) ke-
Hakekat pendidikan dipandang pula sebagai peri-
mudian mulai mendapat perhatian oleh semua kala-
laku budaya dan merupakan kegiatan antar generasi.
ngan, baik di tingkat nasional maupun global. Konsep
Artinya kegiatan pendidikan melibatkan generasi tua
dan paradigma ini mencoba mengakomodasi berbagai
dan muda, dalam rangka mendorong yang muda men-
paradigma pembangunan, baik yang berasal dari pen-
jadi warga masyarakat cerdas dan berbudaya (Dim-
dukung paradigma pertumbuhan ekonomi, maupun
yati, 1989). Hal ini mencerminkan bahwa perlu ada-
dari kelompok pendukung paradigma lingkungan
nya keberlanjutan sebagai tali penyambung antara ge-
hidup dan sosial-budaya. Konsep dan paradigma pem-
nerasi sebelumnya ke generasi berikutnya untuk
bangunan berkelanjutan juga sangat memperhatikan
menggerakkan visi moral dalam membangun diver-
nasib generasi mendatang, karena dengan mengada-
sitas budaya yang mengikat tujuan-tujuan pembangu-
kan pembangunan di bidang ekonomi, otomatis
nan secara universal.
menggunakan sumber daya alam secara tidak ter-
kontrol (Tjokrowinoto, 2002, hlm. 11).

134
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Gerakan ini didukung oleh Kementerian Pendidi- sibilities as citizens and, in particular, the role of education
kan dan Kebudayaan dalam Rencana Strategis Tahun (through schooling, teaching and learning) in that pre-
2010-2014 bahwa: Pendidikan harus menumbuhkan paratory process (Kerr, 2004). Hal ini berarti tersebut.
pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan dan
Oleh karena itu, Pendidikan kewarganegaraan
keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa
memiliki kedekatan yang erat dengan Education for
manusia adalah bagian dari ekosistem. Pendidikan ha-
Sustainable Development yang menurut UNESCO
rus memberikan pemahaman tentang nilai-nilai buda-
(2009, hlm.1) memungkinkan warga negara untuk
ya, tanggungjawab sosial dan lingkungan alam/natural
mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan kete-
untuk memberikan gambaran pada peserta didik bah-
rampilan untuk berpartisipasi dalam pengambilan ke-
wa mereka adalah bagian dari sistem sosial yang harus
putusan tentang cara kita melakukan sesuatu, secara
bersinergi dengan manusia lain dan bagian dari sistem
individu dan kolektif, baik lokal maupun global, yang
alam yang harus bersinergi dengan alam beserta selu-
akan meningkatkan kualitas hidup sekarang tanpa me-
ruh isinya (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
rusak planet ini untuk masa depan.
2013, hlm. 7)
Untuk tujuan tersebut, pendidikan kewarganega-
Sekalipun Renstra Pengembangan Pendidikan Na-
raan secara fungsional harus menyampaikan pengeta-
sional (2010-2014) tidak secara eksplisit menyatakan
huan yang segar (civic knowledge), mengembangkan
komitmen terhadap ESD, tetapi pada dasarnya pendi-
bakat yang ada dan menyampaikan keterampilan yang
dikan nasional Indonesia didedikasikan pada keselu-
berguna (civic skill), sehingga dapat membantu peserta
ruhan aspek pembangunan nasional, khususnya pe-
didik mengembangkan jenis kualitas hidup yang meli-
ngembangan SDM yang bersesuaian dengan tuntutan
batkan rasa hormat tidak hanya untuk manusia tetapi
pembangunan dalam konteks globalisasi. Oleh kare-
juga untuk sumber daya, fauna dan flora yang ada di
nanya pengembangan dan implementasi konsep ESD
planet ini (civic disposition) yang tergabung dalam
di Indonesia, baik pada tataran kebijakan maupun pe-
kompetensi kewarganegaraan yang dimiliki warga
laksanaannya di lapangan, perlu memperoleh perhati-
negara seutuhnya.
an dari semua kalangan pendidikan. Kepentingan ini
bukan semata-mata didorong oleh komitmen politik Pengembangan kompetensi kewarganegaraan ini
Pemerintah, melainkan juga menjadi bagian dari upaya harus menimbulkan pemahaman di antara murid bah-
untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangu- wa pembangunan nasional membutuhkan kontribusi
nan berkelanjutan yang dihadapi bangsa kita. yang bertanggung jawab dari masing-masing individu
terlepas pangkat dan status dalam masyarakat. Pada
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kontribusi
dasarnya, ciri-ciri karakter privat dan publik seperti
penuh sebagai jalan pembangunan secara berkelanju-
tanggung jawab moral, disiplin diri, dan menghormati
tan dalam mewadahi isu keberagaman ini dengan me-
nilai dan manusia martabat setiap individu serta
libatkan partisipasi warga Negara di dalamnya. Hal ini
menghormati fauna dan flora di planet ini tidak hanya
didukung pandangan Walson-Jack (1999) dalam pene-
penting dalam pendidikan kewarganegaraan tetapi
litian Olibie dan Akudolu (2013) bertajuk tentang
juga beberapa nilai yang melekat dalam ESD (Educa-
Toward a Functional Citizenship Education Curriculum in
tion for Sustainable Development).
Nigerian Colleges of Education for Sustainable Develop-
ment in the 21st Century. Beliau mencatat bahwa “a
Metode
world class citizenship education is essential to combating
the fear, the ignorance, the prejudice, and apathy that Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kuali-
undermine freedom today in form of ethnic, religious, tatif-kuantitatif dengan pola “the dominant-less domi-
racial and economic depressions”. Maka dapat didefini- nat design” dari Creswell (1994:177). Bagian pertama
sikan bahwa pendidikan kewarganegaraan di kelas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuali-
dunia sangat penting untuk memerangi ketakutan, ke- tatif, yakni melalui metode deskriptif dan kedua
bodohan, prasangka, dan apatis yang melemahkan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
kebebasan saat ini berupa depresi etnis, agama, ras, korelasional. Pendekatan kualitatif dijadikan sebagai
dan ekonomi. pendekatan yang dominan dalam penelitian ini karena
menggambarkan sekumpulan model pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk ideal
dan dampak instruksional mengenai perilaku, penga-
berusaha untuk melibatkan warga dalam komunitas
laman, atau karakteristik dari suatu fenomena.
masyarakat dan sekolah dengan mengajarkan kete-
rampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara Lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama
efektif dalam masyarakat sipil. Citizenship education in Negeri 5 Bandung Jalan Sumatra No. 40 Kecamatan
its ideal form seeks to engage citizens in their commu- Sumur Bandung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
nities and schools by teaching them the skills necessary to dengan populasi siswa SMPN 5 Bandung dan sampel
effectively participate in civil society. Citizenship or civics dua kelas sebagai uji coba.
education is construed broadly to encompass the pre-
paration of young people for their roles and respon-

135
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Tabel 1. Sampel Kelas VII SMPN 5 Bandung tan dan keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman
bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem.
Kelas L P Jumlah
VII-G 15 19 34 Paradigma keberlanjutan adalah perubahan besar
VII-I 16 18 34 dari paradigma pembangunan ekonomi dengan kon-
Jumlah 31 37 86 sekuensi sosial dan lingkungan yang merusak. Sampai
Adapun Teknik pengumpulan data dalam saat ini konsekuensi ini telah dilihat sebagai tak
penelitian ini adalah 1) observasi; 2) wawancara; 3) terelakkan dan diterima. Namun, kami sekarang me-
studi dokumen; dan 4) angket sebagai pengumpul data nyadari bahwa kerusakan merupakan ancaman besar
kuantitatif. Analisis data kualitatif menggunakan 1) re- bagi kesejahteraan manusia dan lingkungan dalam
duksi data; 2) kategorisasi dan klasifikasi; (3) display pembangunan. Kami kemudian bertanya, apa per-
data; (4) cross site analysis; dan (5) menyajikan temu- bedaan antara pembangunan berkelanjutan dan ke-
an, menarik kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi berlanjutan? Keberlanjutan sering dianggap sebagai
bagi pengembangan. (Fraenkel dan Wallen, 1993: tujuan jangka panjang (yaitu dunia yang lebih
399-403). Analisis kuantitatif dilakukan untuk data berkelanjutan), sementara pembangunan berkelanju-
yang terkumpul melalui angket, dengan menggunakan tan mengacu pada banyak proses dan jalur untuk
korelasi-regresi (Sugiyono, 2009). mencapai itu misalnya pertanian berkelanjutan dan
kehutanan, produksi dan konsumsi yang berkelan-
Pembelajaran Educational Sustainable jutan, pemerintahan yang baik, penelitian dan transfer
Development: Kerangka dan Isi teknologi, pendidikan dan pelatihan, dll (Jutvik, G., &
Liepina, 2007).
ESD merupakan konsep dinamis yang mencakup
sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan Secara konseptual, model Education Sustainable
pemberdayaan orang segala usia untuk turut ber- Development (ESD) merupakan sistem aktivitas pe-
tanggung jawab dalam menciptakan sebuah masa ngembangan sumber daya manusia secara sadar me-
depan berkelanjutan. ESD tidak bermakna sama libatkan generasi satu dengan generasi lainnya yang
dengan pendidikan tentang pembangunan berkelanju- mencakup keberlanjutan ekonomi (economic sustain-
tan atau sekedar transfer pengetahuan. ESD ber- ability), keberlanjutan sosial (social sustainability), ke-
urusan dengan upaya mengubah perilaku dan gaya berlanjutan budaya (cultural sustainability), dan keber-
hidup kita bagi transformasi masyarakat yang positif lanjutan ekologi (ecology sustainability).
(Balitbang Depdiknas, 2009, hlm. 6). Keempat komponen keberlanjutan tersebut
Paradigma ini mengajak manusia untuk berpikir sejalan dengan tujuan kompetensi kewarganegaraan
tentang keberlanjutan planet bumi dan keberlanjutan yang diharapkan dapat membangun generasi bangsa di
keseluruhan alam semesta. Pendidikan harus menum- masa yang akan datang. Berikut gambaran keterkaitan
buhkan pemahaman tentang pentingnya keberlanju- komponen pembangunan berkelanjutan dengan kom-
petensi kewarganegaraan.

Civic Economic
Economic

Sustainability

Ecological Cultural Social


Green Citizenship,
Civic virtue Sustainability Sustainability Sustainability Civic Responsibility,
Civic Engagement
Civic Culture

Gambar 1. Keterkaitan Komponen Pembangunan Berkelanjutan dengan Kompetensi Kewarganegaraan

Keberlanjutan ekonomi - berarti bahwa se- ngunan menentukan kualitas prestasi ekonomi, kon-
mua proses dan proyek yang dilakukan harus mem- servasi sumber daya dan partisipasi dalam pem-
berikan output sebesar mungkin dan manfaat dari bangunan ekonomi, dan konsumsi barang dan jasa.
pembangunan tersebut hendaknya didistribusikan an- Salah satu kecenderungan adalah ekonomi sumber
tara generasi. Yang perlu dipahami adalah pemba- daya dalam produksi, atau memilih dan penggunaan

136
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

sumber daya terbarukan dan teknologi. Degradasi presikan dirinya dalam budaya. Keberlanjutan budaya
sumber daya alam dengan demikian dicegah, meski- meliputi eksplorasi, pelestarian dan pengembangan
pun fakta bahwa pendapatan nasional meningkat. Ini warisan dan tradisi yang berkaitan dengan sejarah
berarti perubahan dalam pembangunan nasional nam- peradaban. Identitas budaya lebih jauh berkelanjutan
pak pada peningkatan kualitas hidup manusia dan pe- daripada identitas pasar. Kita dapat merusak pasar
rubahan perilaku. Dengan kata lain, kesejahteraan dan mengubah pemerintah, tetapi identitas budaya
berkelanjutan manusia menentukan perubahan peri- tetap konstan dan menjamin kelangsungan hidup
laku dan nilai-nilai. orang, serta negara dan ekonominya.
Manajemen ekonomi yang berkelanjutan tergan- Keberlanjutan ekologi - berarti bahwa masya-
tung pada kebijakan masa kini atau tindakan yang rakat perlu mengakui bahwa kelangsungan hidup dan
berkompromi tentang pembangunan masa depan. kesejahteraan spesies lainnya adalah proses alami
Keberlanjutan ekonomi termasuk manfaat ekonomi yang mendasar. Pandangan ekologi melebar pada
bagi generasi yang akan datang. Warisan budaya dan konsep tindakan moral dan menekankan tanggung
lingkungan harus dimasukkan dalam model pemba- jawab untuk merawat organisme hidup. Dasar keber-
ngunan ekonomi. Penggunaan teknologi ekologis dan lanjutan ekologis adalah pemahaman model eko-
hemat sumber daya, investasi dan subsidi produk sistem umum dimana semua sistem di bumi yang sa-
ekologis bersih, dan ramah lingkungan kebijakan ling terkait harus dijaga dan dipelihara. Bumi dapat di-
nasional dan perpajakan, semua bagian dari keber- lihat sebagai suatu sistem yang mengatur diri sendiri
lanjutan ekonomi. dimana semua komponen merupakan sesuatu yang
berharga. Hal ini perlu menempatkan prinsip-prinsip
Keberlanjutan sosial - berarti bahwa pemba-
pembangunan berkelanjutan dalam praktek melibat-
ngunan harus meningkatkan kontrol rakyat atas kehi-
kan mempromosikan, mendorong dan mengembang-
dupan mereka dan semua kelompok sosial harus
kan kesadaran lingkungan masyarakat kita, partisipasi
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pe-
masyarakat dan gaya hidup ramah lingkungan.
ngambilan keputusan. Ini berarti pengembangan mas-
yarakat secara keseluruhan, keterlibatan semua ke-
Implementasi Model ESD dalam
lompok sosial dalam keputusan dan partisipasi semua
Pembelajaran PKn
orang dalam pembangunan yang berkelanjutan. Pers-
pektif sosial termasuk etika ekologi, kualitas hidup, Perencanaan
kesejahteraan dan perawatan untuk generasi men-
Pelaksanaan Model ESD dalam pembelajaran PKn
datang dan budaya lain. pembangunan sosial, atau
terlebih dahulu dilakukan perencanaan yakni menyu-
perspektif sosial dari pembangunan berkelanjutan,
sun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti ber-
mencari jawaban untuk pertanyaan yang berkaitan
sama guru PPKn melakukan Focus Group Discussion
dengan peran manusia di alam semesta, dan meliputi
untuk merencanakan pembelajaran PKn berbasis ESD
aspek moral dan etika. Tujuannya adalah berkontri-
dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (a)
busi pada keharmonisan ekosistem dan hubungan de-
Mengkaji dan menganalisis KI dan KD, (b) Menjabar-
ngan masyarakat kita.
kan KI dan KD menjadi rumusan indikator pencapai-
Keberlanjutan budaya - berarti bahwa keraga- an kompetensi, (c) Menganalisis kedalaman materi
man kelompok budaya harus dipertahankan dan dido- dari masing-masing indikator, (d) Menganalisis nilai-
rong dari nilai warisan dan tradisi mereka yang diakui. nilai ESD dari tiga perspektif yang memungkinkan
Ini mengharuskan setiap perkembangan mengambil dapat diintegrasikan dengan indikator, (e) Memilih
nilai-nilai dari orang dan berbagai kelompok budaya model pembelajaran terpadu yang relevan dengan
yang harus dipertahankan dan didorong agar nilai wa- hasil analisis, (f) Mengintegrasikan nilai-nilai ESD dari
risan dan tradisi mereka sepenuhnya diakui. Budaya tiga perspektif dalam indikator dengan menggunakan
berkaitan dengan cara-cara menjadi, berkaitan, ber- model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, (g)
perilaku, percaya dan bertindak yang berbeda sesuai Merumuskan hasil integrasi menjadi indikator-indika-
dengan konteks, sejarah dan tradisi, dan dimana ma- tor pembelajaran dalam pendekatan saintifik, dan (h)
nusia menjalani kehidupan mereka. Pengakuan prak- Menyusun program pembelajaran (silabus dan RPP).
tek, identitas dan nilai-nilai - perangkat lunak pemba-
Pengintegrasian Nilai ESD ini ini disusun untuk
ngunan manusia - memainkan peran yang cukup besar
dapat diadopsi dan dikembangkan oleh guru dengan
dalam menentukan arah dan membangun komitmen
menggunakan berbagai sumber belajar yang disesuai-
bersama.
kan dengan kondisi lingkungan setempat. Kemudian
Kehidupan manusia juga ditentukan oleh warisan selanjutnya peneliti menyusun pemetaan integrasi
dan sikap terhadap lingkungan budaya. Berbeda de- materi, metode, media/sumber dan penilaian yang
ngan makhluk hidup lainnya, sifat manusia mengeks- terangkum dalam RPP berdasarkan kurikulum 2013.

137
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Gambar 2. Perencanaan Model Pembelajaran PPKn Berbasis ESD


(Sumber : Anggraini, 2016)

Pelaksanaan kup di dalam semua kurikulum, bukan sebagai


subjek yang terpisah.
Pelaksanaan proses belajar mengajar dalam pem-
belajaran PPKn yang menggunakan materi ESD di- 2. Nilai pendorong; penting bahwa norma-norma,
laksanakan secara berkala disesuaikan dengan jadwal nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang dimiliki ber-
pelajaran PKn di kelas eksperimen. Proses pembe- sama dapat menopang pembangunan berkelan-
lajaran terdiri dari kegiatan awal (pendahuluan), jutan dan harus dibuat seeksplisit mungkin se-
kegiatan inti, dan penutup. Rangkaian proses pem- hingga dapat diukur, diuji, diperdebatkan dan
belajaran ini menjadi satu kesatuan dalam menerap- diaplikasikan.
kan materi ESD di kelas. Proses belajar mengajar
3. Berpikir kritis dan pemecahan masalah; menuntun
diadakan selama 4 pertemuan dengan rangkaian jad-
pada kepercayaan dan keyakinan untuk mengatasi
wal yang tersusun dalam RPP.
dilema dan kebingungan serta tantangan dalam
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran pembangunan berkelanjutan.
PPKn baik kelas kontrol maupun eksperimen yaitu
4. Multi-metode; puisi, drama, debat, pengalaman
dengan pendekatan Saintifik sesuai kurikulum 2013
dan lain-lain, adalah pedagogi-pedagodi yang ber-
yang di dalamnya terdapat proses: 1) Pemberian
beda yang menjadi model proses dalam ESD.
rangsangan/mengamati; 2) Mengidentifikasi masalah/
Pengajaran yang hanya mentransfer pengetahuan
menanya; 3) Pengumpulan data/Mengumpulkan infor-
sudah seharusnya diganti dengan pendekatan para
masi; 4) Pengolahan data dan verifikasi/Mengasosiasi-
guru dan murid bekerja bersama untuk mencari
kan, dan 5) Generalisasi/Mengkomunikasikan. Pen-
pengetahuan dan memainkan peranan penting
dekatan sintifik ini menggunakan strategi/model pem-
membangun lingkungan dalam institusi pendidikan
belajaran kontekstual (contextual teaching and lear-
mereka.
ning) dan pembelajaran berbasis proyek (project based
learning). Metode pembelajaran yang digunakan dalam 5. Pengambilan keputusan secara partisipatif; murid
pembelajaran ini, meliputi ceramah bervariasi, diskusi berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ten-
kelompok, VCT (Value Clarification Technique) analisis tang bagaimana mereka harus belajar.
video, metode STAD, metode Pembelajaran Berbasis
6. Dapat diterapkan (applicable); pengalaman belajar
Budaya, dan Metode Penelitian Sosial.
menawarkan terintegrasinya kehidupan personal
ESD berlaku untuk setiap orang, dan pada setiap dan profesional dari hari ke hari.
tahapan kehidupan dimana masing-masing orang me-
7. Relevan secara lokal; mengkaji masalah dan isu
nemukan diri mereka. Oleh karena itu, ESD berlaku
baik lokal maupun global menggunakan bahasa
dalam sebuah perspektif belajar sepanjang hidup
yang digunakan oleh peserta didik (Balitbang
(lifelong learning), mencakup semua ruang lingkup
Depdiknas, 2009, hlm. 8)
belajar yang memungkinkan, baik formal, non-formal
dan informal, serta dimulai dari usia dini hingga Berdasarkan asumsi di atas, maka penulis dapat
sampai pada usia dewasa. ESD menuntut reorientasi memandang bahwa Indonesia sebagai negara yang
pendekatan pendidikan, struktur dan isi kurikulum, ikut berkomitmen dalam pemulihan isu global ter-
pedagogi dan sistem ujian. ESD yang telah dijelaskan sebut maka secara tidak langsung melalui pendidikan
oleh Balitbang Depdiknas (2009) setidaknya harus perlu secara lebih luas dan komprehensif dalam me-
mendemonstrasikan hal-hal sebagai berikut. ngembangkan misi pembangunan berkelanjutan. Fo-
kus pengembangan dapat dilakukan melalui berbagai
1. Lintas disiplin dan holistik/menyeluruh; belajar
ranah pendidikan baik pendidikan formal, informal
untuk pembangunan berkelanjutan harus terca-
dan non formal. Pendidikan formal yang menjadi

138
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

unsur utama pembentukan sumber daya manusia diperoleh baik dari sekolah formal maupun informal.
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menye- Jadi istilah “civics dan civic education” cenderung
diakan kebutuhan-kebutuhan sumber daya manusia digunakan untuk mata pelajaran di sekolah yang
saat ini hingga kebutuhan yang akan datang. Melihat memiliki tujuan utama mengembangkan siswa sebagai
konten/isi pendidikan sendiri meliputi beberapa kom- warga negara yang cerdas dan baik. Sedangkan
ponen yang hendaknya dilakukan yaitu pendekatan “citizenship education” lebih cenderung digunakan
pendidikan, struktur dan isi kurikulum, pedagogi dan dalam visi yang lebih luas untuk menunjukkan
sistem ujian. Kesemua komponen tersebut dalam “instructional effects” dan “nurturant effect” dari
ESD sendiri sudah terorganisasi secara nyata sehingga keseluruhan proses pendidikan terhadap pem-
menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan me- bentukan karakter individu sebagai warga negara yang
nyenangkan. cerdas dan baik (Winataputra, 2001: 127).
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Evaluasi
penerapan model Education for Sustainable Develop-
Evaluasi pembelajaran PPKn dalam penelitian ini ment dalam pembelajaran PPKn (X) terhadap pening-
yaitu dengan menggunakan penilaian autentik (authen- katan kompetensi kewarganegaraan siswa (Y), maka
tic assessment). Penilaian autentik yang digunakan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan korelasi
dalam penelitian ini meliputi: penilaian unjuk kerja, Product Moment Pearson. Hipotesis tersebut dirumus-
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian produk, kan sebagai berikut: “Terdapat penerapan model
dan penilaian diri. Penilaian sikap untuk mengetahui Education for Sustainable Development dalam pembela-
kemampuan civic disposition siswa, penilaian tertulis jaran PPKn terhadap peningkatan kompetensi
untuk mengetahui kemampuan civic knowledge siswa, kewarganegaraan siswa”. Adapun hasil pengujian de-
dan penilaian unjuk kerja serta penilaian produk ngan menggunakan SPSS diperlihatkan pada tabel
digunakan untuk mengetahui kemampuan civic skill berikut:
siswa. Adapun penilaian dalam bentuk pretest dan Tabel 2. Uji Korelasi Variabel X dan Y
posttest untuk mengukur pengaruh penerapan ma- X Y
teri ESD dalam pembelajaran PPKn terhadap civic Pearson Correlation 1 .696**
competences siswa. X Sig. (2-tailed) .000
N 34 34
Pengaruh Model ESD terhadap Kompetensi Pearson Correlation .696** 1
Kewarganegaraan Y Sig. (2-tailed) .000
N 34 34
Kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahu- **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
an, nilai dan sikap, serta keterampilan siswa yang
mendukungnya menjadi warga negara yang partisipatif Dari tabel di atas diperoleh besar hubungan
dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasya- antara penerapan model Education for Sustainable
rakat dan bernegara. Branson (1999:8-9) menegaskan Development (X) dengan peningkatan kompetensi
tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu kewarganegaraan siswa (Y) sebesar 0,696 dengan
dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan nilai 0,000. Karena nilai sig. (2-tailed) = 0,000 < α =
masyarakat baik di tingkat lokal dan nasional. Partisi- 0,05; maka hipotesis penelitian diterima: yaitu
pasi semacam itu memerlukan kompetensi kewarga- terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan
negaraan sebagai berikut: (1) penguasaan terhadap model Education for Sustainable Development dengan
pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengem- peningkatan kompetensi kewarganegaraan siswa.
bangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3)
Selain itu, untuk mengetahui besaran pengaruh
pengembangan karakter atau sikap mental tertentu;
atau kontribusi penerapan materi Education for
dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prin-
Sustainable Development terhadap peningkatan kom-
sip fundamental demokrasi konstitusional.
petensi kewarganegaraan siswa dapat dilihat pada
The National Standards for Civics and Government tabel berikut.
(Center for Civic Education, 1994) merumuskan kom- Tabel 3. Uji Regresi antara Variabel X dan Y
ponen-komponen utama civic competences yang me- Model R R Adjusted R Std. Error of
rupakan tujuan civic education meliputi pengetahuan Square Square the Estimate
kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewar- 1 .696a .484 .468 4.268
ganegaraan (civic skills), watak-watak kewarga- a. Predictors: (Constant), X
negaraan (civic dispositions).
Merujuk tabel di atas mengandung arti bahwa
The National Council for the Social Studies atau penerapan model Education for Sustainable Develop-
NCCS (Somantri, 1972:9), menekankan bahwa ment dapat memberikan kontribusi atau pengaruh
“citizenship education” sesungguhnya mencakup “all sebesar (r)2 = 0,696a = 48,6 % terhadap peningkatan
positive influence coming from formal and informal kompetensi kewarganegaraan siswa. Faktor lainnya
education” atau segala macam dampak (positif) yang

139
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

sebesar (100-48,6) % atau 51,4 % misalnya faktor masyarakat sekitar dapat didorong melalui presentasi
peranan guru, sifat atau watak siswa, kebiasaan, yang telah dicapai oleh teman sekelas, melakukan
lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah), dan lain pengamatan-pengamatan sosial, dan melakukan gera-
lain. kan-gerakan kepedulian di sekolah; d) Kepedulian
terhadap urusan-urusan publik dapat didorong me-
Berdasarkan temuan empiris yang menunjukkan
lalui diskusi-diskusi teratur mengenai pentingnya keja-
adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara
dian-kejadian actual yang sedang berlangsung; e) Pe-
penerapan materi Education for Sustainable Develop-
renungan mengenai masalah-masalah etis dapat ter-
ment terhadap peningkatan kompetensi kewarga-
jadi manakala siswa diminta untuk mengevaluasi,
negaraan siswa, menghasilkan beberapa informasi
mengambil atau mempertahankan suatu pendapat; f)
berikut. Pertama, berkenaan dengan meningkatnya
Kepekaan kewarganegaraan dapat ditingkatkan de-
civic disposition siswa yang dipengaruhi variabel di atas,
ngan mendiskusikan isu-isu yang sedang berkembang
maka setiap siswa dalam pembelajaran PPKn secara
dengan para siswa, serta menyediakan peluang bagi
tidak langsung mendapatkan pendidikan karakter baik
siswa untuk mengamati langsung dan atau berpar-
secara utuh (holistik) yang dilaksanakan dengan
tisipasi di dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan
menggunakan materi Education for Sustainable Deve-
(Branson, 1999, hlm. 23).
lopment. Materi tersebut mampu mengkonstruk cara
pandang, cara berpikir dan bersikap siswa dengan
Kesimpulan
seluruh aktivitas pembelajaran. Hal ini sejalan bahwa
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang Secara konseptual, model Education Sustainable
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan Development merupakan sistem aktivitas pengemba-
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan ngan sumber daya manusia secara sadar melibatkan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak generasi satu dengan generasi lainnya yang mencakup
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hlm. 6). keberlanjutan ekonomi (economic sustainability), ke-
berlanjutan sosial (social sustainability), keberlanjutan
Kedua, berkenaan dengan meningkatnya civic
budaya (cultural sustainability), dan keberlanjutan eko-
knowledge siswa yang dipengaruhi variabel di atas,
logi (ecology sustainability). Pengembangan sumber da-
model pembelajaran ESD dengan menyisipkan mate-
ya manusia dilakukan melalui sistem pendidikan dalam
ri-materi global dan diintegrasikan dengan mengguna-
sebuah perspektif belajar sepanjang hidup (lifelong
kan pendekatan menggabungkan konsep-konsep ba-
learning) dimulai dari usia dini hingga sampai pada usia
han yang ada secara keseluruhan ke dalam bahan ajar
dewasa. Model ESD menuntut reorientasi pendeka-
yang utuh (holistic) dalam proses pembelajaran PKn
tan pendidikan yang mencakup struktur atau isi kuri-
yang dilakukan mulai dari materi, model, media,
kulum, tujuan, metode, dan evaluasi. Berdasarkan
sumber belajar dan evaluasi pembelajaran. Hal ini
temuan empiris yang menunjukkan adanya pengaruh
berfungsi sebagai pengembangan orientasi materi
yang positif dan signifikan antara penerapan materi
PKn yang berpijak pada bahan kajian PKn bersifat
Education for Sustainable Development terhadap pe-
kontemporer, dimana selalu diperlukan adanya
ningkatan kompetensi kewarganegaraan siswa
inovatif dan kreativitas pengembangan dalam hal
sebesar 48,6%. Secara sistemik, pendidikan pem-
materi dan metode pembelajaran (Widodo, 2010).
bangunan berkelanjutan untuk pengembangan kom-
Ketiga, berkenaan dengan meningkatnya civic skill petensi kewarganegaraan dalam pembelajaran PKn
siswa yang dipengaruhi variabel di atas, model pem- mampu mengembangkan pengetahuan yang segar
belajaran ESD mampu mengarahkan siswa agar ber- (civic knowledge) bagi siswa, mengembangkan bakat
partisipasi secara efektif dalam kegiatan pemba- yang ada dan menyampaikan keterampilan yang ber-
ngunan berkelanjutan dan menciptakan warga negara guna (civic skill), sehingga dapat membantu peserta
yang memahami tentang kesadaran warga negara didik mengembangkan jenis kualitas hidup yang
masa depan. Indikator yang nampak pada peserta melibatkan rasa hormat tidak hanya untuk manusia
didik di antaranya: a) Sopan santun, disiplin pribadi, tetapi juga untuk sumber daya, fauna dan flora yang
ketekunan, kepedulian terhadap kepentingan umum, ada di planet ini (civic disposition).
menghormati orang lain, dan sifat-sifat lain yang
berhubungan dengan kewarganegaraan yang dapat Daftar Pustaka
dikembangkan melalui kegiatan belajar yang koope-
Anggraini, D. N. (2016). Integrasi Materi Education
ratif; b) Tanggung jawab pribadi, menghargai prestasi
Sustainable Development (ESD) Dalam Bahan
diri, dan mengeksplorasi diri yang dapat dipupuk di
Ajar PPKn Untuk Peningkatan Karakter Siswa
sekolah dan proyek-proyek belajar, seperti pelaksa-
SMP. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan
naan habituasi di kelas terkait dengan kesetaraan
Kewarganegaraan. Bandung, 15-16 November
gender, penciptaan lingkungan belajar yang bersih dan
2016.
sehat, dan mengembangkan proyek budaya kewarga-
negaraan; c) Pengenalan terhadap nilai-nilai bersama Balitbang, Depdiknas. (2009). Strategi Nasional
(nilai keberlanjutan) serta kepedulian terhadap Pelaksanaan ESD.Jakarta. Pusat Penelitian

140
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Departemen Pokok Materi ESD. Jakarta: Pusat Penelitian
Pendidikan Nasional. Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan Nasional.
Branson, M.S. (1998). The Role of Civic
Education.Calabasas: CCE. Kerr, D. (1999). Citizenship Education: an International
Comparison, London: National Foundation for
Creswell, J.W. (1944). Research Design: Qualitative and
Educational Research-NFER.
Quantitative Approaches. London & New Delhi:
Sage Publications. Olibie & Akudulo. (2013). Toward a Functional
Citizenship Education Curriculum in Nigerian
Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen. (1993).
Colleges of Education for Sustainable
How to Design and Evaluate in Research. New York:
Development in the 21st Century. American
The McGraw-Hill Companies, Inc
International Journal of Contemporary Research. Vol.
Dimyati, M. (1989). Landasan Kependidikan: Suatau 3 No. 8; August 2013.
pengantar Pemikiran Keilmuan tentang Kegiatan
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif
Pendidikan. Pascasarjana. IKIP Malang
Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta.
Jutvik, G., & Liepina, I. (2007). Education for change.
Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan
A handbook for teaching and learning sustainable
Pendidikan IPS. Bandung: Remadja Rosdakarya.
development. Retrieved February 26, 2013.
Tjokrowinoto, M. (2002). Pembangunan Dilema dan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
Tantangan. Cetakan IV. Yogyakarta: Penerbit
Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan
Pustaka Pelajar
Kebudayaan Tahun 2010-2014. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. UNESCO. (2009). Laporan Dunia UNESCO
Berinvestasi dalam Keanekaragaman Budaya dan
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Grand
Dialog Antarbudaya. Tersedia
Design Pendidikan Karakter - Draft-Revisi 25
di://www.unesco.org/en/world -reports/cultural-
Februari 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
diversity. [Diakses 20 September 2014]
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Widodo, M. (2010). Pengintegrasian Perkembangan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2010).
dan Isu-Isu Global ke dalam Materi Pembelajaran
Model Pendidikan untuk Pembangunan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kerangka
Berkelanjutan (Education for Sustainable
Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia. Jurnal
Development/ESD) melalui Kegiatan
Prospektus, Tahun VIII Nomor 2, Oktober 2010.
Intraurikuler.Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Winataputra. U. S. (2001). Jatidiri Pendidikan
Pendidikan Nasional. Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan
Demokrasi. Disertasi Program Pascasarjana UPI:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2010).
Tidak diterbitkan.
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development/ESD) Pokok-

141

Anda mungkin juga menyukai