Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973

11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Aktualisasi Nilai-nilai Profetik dalam Pembelajaran PPKn


Nurhadi
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Pos-el: nhadiy10@gmail.com

Abstrak
Permasalahan bangsa terkait dekadensi moral perlu diperhatian oleh lembaga pendidiakan pendidikan perlu mengkaji terkait
bagaiamana pembelajaran berlansung, pembelajaran yang selama ini kurang inovatif, transfer pengetahuan saja, terpusat pada
guru, siswa kurang aktif dan tidak membawa peserta didik dalam pengalaman yang nyata serta memberikan kesan bahwa
praktek dan proses pendidikan sudah tidak memnuhi kebutuhan yang ada. perlu adanya proses pendidikan saat ini belum
mampu memberikan kontribusi yang efektif dalam pemecahan masalah. Salah satu alternatif yang penulis kemukakan ialah
menghidupkan kembali nilai kenabian (nilai profetik). Nilai profetik sangat sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Pkn merupakan mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai dalam masyarakat yang bertujuan
menciptakan warga negara yang baik. Nilai-nilai profetik tersebut mengelaborasi konsep pendidikan tidak hanya berkutat dalam
pemahaman. Tetapi, bagaimana sebuah pemahaman dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai profetik mengandung
tiga konsep inti meliputi 1) Konsep humanisasi dalam pendidikan profetik menekankan objektifikasi, yaitu pembelajaran yang
baik harus memperhatikan objek yang dihadapi yaitu peserta didik. Sehingga pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan
kemampuan peserta didik. 2) Liberasi menekankan pendidikan sebagai kebebasan dalam berfikir, dan dalam upaya
membebaskan peserta didik dari kebodohan dan indoktrinasi. 3) Transendensi sebagai landasan humanisasi dan liberasi bahwa
nilai ketuhanan inilah yang akan membimbing manusia mencapai nilai luhur kemanusiaan. Tujuan dalam penulisan ini adalah
untuk membahas aktualisasi nilai profetik dalam PPKn. Metode yang digunakan penulis adalah studi pustaka dengan mengkaji
referensi yang relevan. Dengan aktualisasi nilai-nilai profetik dalam kajian PPKn diharapkan mampu menanamkan kesadaran
dalam pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik dan membebaskan peserta didik dari indoktrinasi sesuai nilai luhur
kemanusiaan.
Kata kunci: Nilai profetik, Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan

Pendahuluan Pendidikan yang ada seharusnya mampu me-


ngembangkan sikap yang toleran, kompeten, mandiri,
Bangsa ini sedang menghadapai masalah serius
dan bertanggung jawab (sikap lahiriah) serta manjadi
terkait dengan persoalan moral. Disadari atau tidak,
manusia yang senantiasa menjalankan nilai-nilai ke-
arus globalisasi barat yang masuk tidak dapat dicerna
agamaannya sesuai agama yang dianut sebagaimana
dengan baik oleh bangsa ini terutama bagi pemuda-
pendidikan dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara.
pemudinya. Masyarakat tidak lagi memperhatikan
Pendidikan dan pengajaran adalah daya upaya yang
sifat keindonesiaan mereka yang ramah dan santun.
disengaja secara terpadu dalam rangka memerdeka-
Bangsa ini tidak mampu memfilter budaya yang masuk,
kan aspek lahiriah dan batiniah manusia. Artinya pe-
sehingga sangat nampak dihadapan kita sikap dan pola
ngajaran ialah penddikan penyadaran ilmu atau penge-
fikir mereka yang sudah kebarat-baratan, glamor/
tahuan kepada peserta didik yang dapat berfaedah
borjuis, dan bebas yang kebablasan.
dalam kehidupan nyata (Samho 2013:74).
Persoalan tersebut tentu menjadi tugas bersama
Telah banyak proses pembelajaran yang berkem-
baik pemerintah, masyarakat dan yang terpenting
bang untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal.
lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang
Seperti halnya, yang dalam hal ini penulis tawarkan
paling depan bagi kehidupan manusia. Segala potensi
yaitu aktualisasi nilai profetik sebagai sebuah konsep
dan bakat yang dimiliki dapat dikembangkan, Sehingga,
pembelajaran yang selaras dengan pembelajaran PKn
bermanfaat bagi diri pribadi maupun kepentingan
yang berperan sebagai pendidikan nilai. Sebagimana
orang banyak. Selain itu pendidikan membentuk
dijabarkan Budimansyah (2012:4) tujuan pendidikan
sumber daya manusia kedepan yang mempunyai nilai
kewarganegaraan untuk mencerdaskan kehidupan
penting dan strategis bagi peradaban manusia. Oleh
bangsa melalui pendidikan nilai. PKn merupakan pe-
sebab itu, peran pendidikan menjadi sangat penting
lajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
dalam upaya membangun kembali nilai bangsa yang
negara yang memahami dan melaksanakan hak dan
mulai terkikis oleh akulturasi budaya yang sangat
kewajiban sebagi warga negara yang cerdas dan
western. Urgensi pendidikan profetik dalam rangka
berkarakter seperti yang diamanatkan oleh UUD
membendung dehumanasasi yang disebabkan oleh
1945.
akulturasi budaya barat yang tak terbendung (Jurdi,
dkk, 2011:8).

31
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Jika dikaitkan dengan kondisi pendidikan yang ada pelajaran yang sarat akan nilai sangat wajar untuk
di Indonesia saat ini kiranya menjadi sangat jelas menjadikan integtrasi nilai-nilai termasuk nilai keaga-
bahwa nilai profetik perlu di aktulisasikan ke dalam man yang memuat di dalamnya (Profetik) sebagai
pembelajaran PKn, sehingga nilai universal yang ada kajian mendasar dalam membangun kesadaran pe-
dalam Ruang lingkup mata pelajaran PKn mengutama- serta didik yang cerdas, kritis dn demokratis.
kan pada nilai-nilai warga yang demokratis, toleran
Pendidikan sebagai pembebasan terhadap ke-
masyarakat madani, dan bhineka tunggal ika yang
kangan yang apapunyang dihadapi sebagaimana Roqib
sangat mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan
(2011:297) pendidikan profetik merupakan pendi-
profetik. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam ruang
dikan yang memiliki kekuatan prima dan memiliki
lingkup PKn baik berupa nilai universal maupun privat
daya tawar yang kuat di masyarakat pendidikan
yang mulai dari kebebasan, keadilan, toleransi dan
menjadi kekuatan yang potensial untuk melawan
saling menghormati (Parekh, 2008:474) sinergi de-
kekuatan apapun.
ngan nilai profetik yaitu nilai-nilai religius.
PKn sebagai pendidikan nilai dapat dilihat dalam
Filsafat profetik hadir sebagai representasi nabi
upaya menanamkan nilai-nilai yang berkembang di
untuk merekontruksi masalah-masalah yang timbul,
masyarakat. Seperti dingkapkan Rahardjo (2010:66)
hal ini sesuai yang dikemukakan Roqib (2011:297).
bahwa kehadirannya adalah untuk memajukan nilai-
Filsafat profetik menawarkan pemahaman pada
nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
persoalan yang baru secara radikal tentang alam dan
hukum dialektik yang bermuara pada tiga hal. Pertama, Pendidikan profetik sabagai pradigma baru dalam
terdapat hubungan yang riil dan tidak riil antara ”Yang pendidikan mengandung tujuan yang sama dengan
Esa” dengan “yang banyak” antara tuhan dan manusia. PPKn sebagai wadah pendidikan nilai. Pendidikan pro-
Kedua, berdasar pada kesatuan atau unity diatas fetik merupakan sebuah proses penyadaran interaksi
muncul hukum bahwa hukum dan tindakan apapun manusia dengan alam sekitarnya (manusia dan ling-
dari seorang muslim dari seorang muslim merupakan kunganya) dan hubungan yang baik dengan tuhan-Nya
manifestasi dari agamannya. Hal itu menjelaskan se- dan untuk menjadikan manusia yang berkarakter
bagai fungsi profetik selama fungsi itu tidak berten- humanis dan religius. Pendidikan profetik menjadikan
tangan dengan syariat keduanya menyatu dan ter- peserta didiknya sebagai individu yang baik dalam
pisahkan. Ketiga, Islam menerima bahwa yang indrawi pribadi dan bisa berinteraksi secara sosial (Roqib,
adalah nyata, tetapi tetap mempertahankan bahwa 2011:88). Hal tersebut, bisa dilaksanakan melalui lem-
yang indrawi atau empiris bukan satu-satunya realitas. baga pendidikan (sekolah) yang mempunyai tanggung
jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik
Metode yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.
Metode dalam kajian menggunakan library riseach.
Merupakan metode dengan mengumpulkan beberapa Pentingnya pendidikan profetik tidak hanya untuk
temuan terkait data-data sesuai tema yang penulis belajar untuk membentuk komunitas belajar (learning
kerjakan, kemudian ditarik kesimpulan untuk men- society) dan belajar kolektif (learn how to live together),
jawab terkait beberapa pemasalahan yang dikaji. (M. tetapi dalam pandangan profetik manusia pembelajar
Nazir, 2003:27) harus diarahkan untuk memberikan kontribusi positif
(added value) kepada lingkungan dan masyarakatnya
Hasil dan Pembahasan (Jurdi dkk, 2011:80).
Pengembangan pendidikan harus mencakup segala Pendidikan profetik sejatinya merupakan proses
aspek dalam kehidupan, Pendidikan perlu mem- untuk memanusiakan manusia daslam arti menjadikan
perhatikan elemen penting dengan memperhatikan manusia bermartabat dan bernilai secara kemanusia-
keseimbangan antara aspek kecerdasan intelektual, an, membentuk manusia menjadi insan kamil, meng-
emosional, dan spiritual. Menghadirkan spiritualitas amalkan dan menjunjung tinggi tata nilai etik dan mo-
dalam pendidikan akan memberi makna besar ter- ral, serta terlihat dalam semangat spiritual yang tinggi.
hadap kehidupan bangsa. (Murdiono, 2010:99) Proses kemanusian adalah sebuah agenda pendidikan
untuk mengangkat martabat manusia melalui pe-
Pendidikan nilai secara substantif melekat dalam
nguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kete-
semua dimensi yang memusatkan perhatian pada nilai
rampilan profesional yang dapat mengangkat harkat
aqidah keagamaan, nilai sosial keberagaman, nilai
dan martabatnya sebagai manusia (Danim, 2006:4)
kesehatan jasmani dan ruhani, nilai keilmuan, nilai
kreatifitas, nilai kemandirian dan nilai demokratis Nilai profetik merupakan nilai-nilai kenabian, yang
(Winataputra dan Budimansyah, 2012:180). Dari hal dipadukan sebagai sebuah konsep untuk dapat di-
tersebut dapat dipahami pendidikan nilai sebagai terapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
kajian tak terbatas dalam satu lingkup sosial, tetapi melalui pengalaman pembelajaran. Nilai-nilai profetik
lebih jauh menyangkut keagamanan serta nilai-nilai diharapkan mampu menjadi solusi permasalahan
yang lain. PKn sebagaimana disebutkan sebagai mata pendidikan yang ada. Sebagaimana Rosyidi. (2009:

32
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

304) memandang pendidikan adalah permasalahan materi pembelajaran PKn yang terdiri dalam bebe-
kemanusiaan, maka, sebagai sasaran bidik yang per- rapa indikator berikut ini.
tama adalah manusia dan memandang manusia
1. Aprsesiasi akan sumber daya alam yang dimiliki,
sebagai subjek pendidikan. Hal tersebut, sejalan
dan selanjutnya dimaamfaatkan secara kreatif
dengan yang disampiakan Winarno (2007:3) Nilai juga
untuk menemukan teori yang baru yang berguna
merupakan suatu penghargaan atau suatu kualitas
bagi pengembangan lingkungan hidup itu sendiri
terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu
sehingga lestari dan bermaamfaat bagi kehidupan
tingkah laku manusia, karena suatu itu berguna,
manusianya.
keyakinan, memuaskan, menarik, dan menyenangkan.
2. apresiasi terhadap trdisi danwarisan budaya le-
Nilai-nilai profetik sebagai sabagai mana disebut-
luhur. Budaya adiluhung bangsa tidak ditinggalkan
kan sebagai nilai kenabian, oleh sebab itu akan sangat
tetapi dipahami untuk mendapatkan sisi positif
terkait dengan nilai yang tecakup dalam sistem nilai
sekaligus kelamahanya.
Islami yang diantaaranya;
3. Apresiasi terhadap budaya lokal berarti mem-
1. Sistem nilai kultur yang ada dalam Islam
berikan ruang yang semestinya terhadap perkem-
2. Sistem nilai sosial yang berorientasi kepada ke- bangan seni dan budaya local, meneguhkan jati diri
hidupan dunia dan akhirat. peserta didik yang berkepribadian bangsa sesuai
dengan kultur di mana ia lahir dan dibesarkan. Hal
3. Sistem nilai yang bersifat psikologi dari masing-
ini dalam bentuk identitas uuntuk menemukan
masing individu yang didorong oleh fungsi psiko-
nilai strategisnya tatkala ada kecendrungan global
logisnya untuk berperilaku secara terkontrol oleh
bahwa setiap bangsa memproklamirkan karak-
nilai-nilai Islami.
teristik budayanya masing-masing.
4. Sistem nilai tingkah laku dari manusia yang me-
4. Apresiasi budaya lokal yaitu seni lokal yang me-
ngandung interralasi dan interkomonikasi dengan
nunjujkkan nilai luhur masyarakat setempat.
yang laiinya. Nilai tersebut adalah suatu pola
perhatian terhadap kesenian pada umumnya
normatif yang menetukan tingkah laku yang
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikis
didinginkan bagi sistem yang ada kaitannya dengan
individu dan masyarakatnya.
laingkungan sekitar tanpa membeda–bedakan
fungsi bagian-bagiannya, nilai yang memeliahara 5. Apresiasi terhadap nilai religius yang termuat
pola sistem sosial (Rosyadi, 2009:116) dalam ajaran, simbol-simbol keagamaan dan seni-
hudaya religius, budaya profetik yang berkembang
Orientasi pendidikan yang ada seharusnya mem-
dilingkungan masyarakat menopang sama kuat
perhatikan juga nilai-nilai yang ada dalam agama.
dalam rangka untuk melaksanakan pendidikan
Sehingga, sistem pendidikan harus memberikan pe-
yang bertumpu pada budaya daerah. (Roqib
mahaman nilai-nilai agama melalui nilia-nilai tersebut
2011:286-288).
kemudian menjadi tugas pendidikan untuk melakukan
reorientasi konsep-konsep normatif agar dapat difa- Secara umum istilah ilmu sosial profetik mengacu
hami secara empiris (Shofan, 2004:135). Oleh karena kepada apa yang disampaikan Kuntowijoyo (2006:87)
itu pendidikan profetik seabagai nilai-nilai normatif yaitu
(agama Islam) yang dimiliki individu maupun kolektif
…tidak hanya menjelaskan dan mengubah feno-
dapat diaktualisasikan ke dalam kehidupan nyata (em-
mena sosial tetapi juga memberi petunjunk ke
piris) dalam bingkai ketuhanan (Kuntowijoyo 2006:
arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa
83-84). Tetapi ditekakan bahwa objektifikasi nilai-nilai
dan oleh siapa. Oleh karena itulah ilmu sosial
agama (Islam) dengan menghindarkan seekularisasi
profetik tidak sekedar mengubah demi perubahan,
dan dominasi. Yakni, objektifikasi tersebut dipandang
tetapi mengubah berdasarkan cita-cita profetik
sebagai perbuatan rasional-nilai yang diwujudkan ke
tertentu…
dalam perbuatan rasional, sehingga orang-orang non
agama Islampun dapat melaksanakan tanpa menye- Cita-cita profetik berdasar pada cita-cita humani-
tujui nilai-nilai asalnya (Kuntowijoyo, 2006:62-63). sasi/emansipasi, liberasi dan transendensi yang dideri-
vatifkan dari misi historis Islam sebagaimana ter-
Melalui pemahaman tersebut internalisasi nilai-
kandung dalam QS Ali Imran [3] ayat 110. Ketiga nilai
nilai profetik dapat diaktualisasikan kedalam berbagai
inilah yang mengkaraterisasikan ilmu sosial profetik.
ranah pendidikan sosial dalam hal ini pendidikan PKn.
Kolaborasi profetik dengan Pkn dapat dilaksanakan Nilai tersebut diabtraksi dari pengertian spesifik
melalui pembelajaran PKn. menjadi pemahaman social confidence sehingga amar
ma’ruf (humanisasi) mamanusiakan manusia, nahi
Sebagai landasan utama untuk dapat menginter-
mun-kar (liberasi) sebagai pembebasan, dan tu minuu-
nalisasikan pendidikan profetik sebagai dalam pem-
na billah (transendensi) beriman kepada Tuhan hal ini
belajaran, penting difahami paradigma pendidikan
profetik kaitannya dengan local wisdom sebagai bagian

33
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

penting karena menadi ciri abad 21 membedakan muatan rohaniah dan jasmaniah, ilmu murni dan ilmu
agama dengan “dunia” (dedifferenttiation). terapan, teori dan praktik antara nilai yang me-
nyangkut akidah, syariah, dan akhlak. Ketiga, prinsip
Nilai-nilai profetik mengandung pesan-pesan
persamaan dan pembebasan, Manusia dengan pendi-
pendidikan, hal ini dapat dilihat dalam karya torhari.
dikan diharapkan terbebas dari belenggu kebodohan,
Yaitu. 1) Pengakuan sebagai Kebutuhan Manusia, bah-
kemiskinan, kejumudan dan nafsu hewaniyahnya
wa butuh apresiasi akan kemampuannya meskipun
sendiri. Keempat, prinsip kontinuitas dan berkelan-
pada dasarnya banyak kesalahan yang telah dilalukan.
jutan, yaitu pendidikan seumur hidup (life long edu-
2) Memberantas kemiskinan dan kebodohan, tanta-
cation) diharapkan untuk membentuk kesdaran diri,
ngan dalam kehidupan serta berbagai permasalahan
lingkungan dan yang terpenting sadar akan Tuhannya.
yang ada harus dapat diatasi oleh kemampuannya. 3)
Kelima, prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Sistem
Protes terhadap ketidakadilan dan korupsi, bahwa
moral yang terbentuk oleh kesadaran ilahiah menjadi-
komitmen terhadap ilmu, kualitas dan kejujuran amat
kan diri manusia yang membela hal-hal yang maslahah
berat apalagi berkenaan dengan sosial politik yang
atau berguna dalam kehidupannya (Roqib 2011:125-
rusak parah. 4) Nilai penting klarifikasi dan memaaf-
126).
kan, klarifikasi terhadap informasi yang didapat sangat
penting apalagi kaitannya dengan hal-hal negatif dalam Internalisasi pendidikan profetik dalam PKn akan
rangka melawan marjinalisasi, ketidaketaraan serta perlu diperhatikan pula karakteristik yang perlu
mengembangkan sikap kesederhanaan dan keramah- dimiliki warga negara, sebagaimana tujuan PKn meru-
an sosial (Roqib 2011:210-2013). pakan upaya menjadikan warganegara yang baik.
Delapan karakteristik tersebut di kemukakn Maftuh
Fondasi pendidikan dalam pendidikan profetik
(2008:138) yang perlu dimiliki warga negara pada
dilandasi oleh kesadaran tauhid (ilahiah) oleh sebab itu
masa kini yaitu: (1) kemampuan mengenal dan men-
proses. Pertama pendidikan untuk menanamkan
dekati masalah sebagai warga masyarakat global; (2)
kesadaran dan untuk mengembangkan ketakwaan
kemampuan bekerja sama dengan orang lain
kepda Tuhan yang Maha Esa yang terlihat dalam sikap,
dan memikul tanggung jawab atas peran atau
ucapan dan perilaku sebagai sistem keyakinan (believe
kewajibannya dalam masyarakat; (3) kemampuan
sistem). Kedua nilai profetik bersifat universal (syami-
untuk memahami, menerima, dan menghormati per-
lah). Nilai profetik sesungguhnya melampaui batas
bedaan-perbedaan budaya; (4) kemampuan berpikir
ruang dan waktu dan tidak mengalami kehausan
kritis dan sistematis; (5) kemauan untuk menyelesai-
karena perubahan zaman. Ketiga nilai profetik bersifat
kan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan; (6)
humanis (insaniyah) yaitu sejalan dengan dan meme-
kemauan mengubah gaya hidup dan kebiasaan kon-
nuhi tuntutan fitrah manusia (Jurdi dkk, (2011:81-82).
sumtif untuk melindungi lingkungan; (7) memiliki
Pendidikan tidak berjalan tanpa arah melainkan kepekaan terhadap hak asasi dan mampu untuk mem-
pendidikan terbentuk dengan adanya tujuan pendi- pertahankannya (seperti hak kaum wanita, minoritas
dikan yakni, ada tujuan akhir (ultimate goals), etnis, dsb); dan (8) kemauan dan kemampuan ber-
immediate goals, dan tujuan khusus, yang berjalan partisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan
sebagai sebab akibat, dan berhubungan (inter- lokal, nasional, dan internasional.
relatedness) hukum-hukum material dan keharmonis-
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan nilai
an kehidupan praktis duniawi (Roqib 2011:122).
profetik dilembaga pendidikan/sekolah melalui peran
Selain pendidikan seharusnya mempunyai tujuan kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor)
yang jelas pendidikan semetinya memiliki kekuatan secara bersama sebagai seabagai komunitas pendidik
(powerful) hal tesebut dapat dilaksanakan jika di- dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal
ajarkan secara:bermuatan nilai, bermakna, aktif, ter- berikut ini.
padu, mengundang kemampuan berfkir tingkat tinggi,
Pertama, Pengintegrasian pada mata pelajaran.
demokratis, menyenangkan (joyful), efective, efsien,
Pengembangan nilai-nilai pendidikan profetik diinteg-
kreatif, melalui belajar dengan bekerja sama (coope-
rasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata
rative learning), dan mengundang aktivitas sosial. Di
pelajaran. Nilai nilai profetik tersebut dicantumkan
sinilah pentingnya integrasi dalam pendidikan se-
dalam silabus dan RPP. (a) materi terkait nilai-nilai
hingga ia tidak terperangkap dalam lingkup kajiannya
profetik dikaji Standar Komptensi (SK), Kompetensi
yang terbatas (Maftuh, 2008:142)
Dasar (KD), dan Standar Isi (SI) untuk menentukan
Tujuan pendidikan profetik tidak lepas dari pendi- apakah nilai-nilai profetik benara tercantum di dalam-
dikan yang bersumber dari nilai Alqur’andan as- nya; (b) memperhatikan keterkaitan antara SK dan
Sunnah. Pertama prinsip integrasi (tauhid) yaitu pendi- KD dengan nilai dan indikator akan dikembangkan; (c)
dikan akan meletakkan porsi seimbang untuk mencantumkankan nilai-nilai profetik dalam silabus;
mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Kedua, prinsip (d) mencantumkan nilai-nilai dari silabus ke RPP; (e)
keseimbangan dan merupakan konsekuensi dari mengembangkan pembelajaran secara aktif yang bisa
prinsip integrasi. Keseimbangan dalam proporsional menstimulus peserta didik untuk melakukan interna-

34
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

lisasi nilai profetik yang terbentuk dalam perilaku yang man nilai-nilai kemanusiaan dan karakter kebangsaan
sesuai; dan (f) memperhatikan keadaan peserta didik, di dalam proses pembelajaran, serta menguatnya pe-
yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi ni- netrasi kelompok radikal di luar sekolah dengan cara
lai perilaku dengan memberikan pengarahan dan bim- pandangan keagamaan fanatis. Sehingga pendidikan
bingan. kewarganegaraan bertangungjawab khususnya untuk
membina peserta didik menjadi insan yang mampu
Kedua, Pengembangan Diri. Program pengem-
mencegah umat dari praktik-praktik kekerasan, ko-
bangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
rupsi, kolusi, dan nepotisme yang didorong oleh sikap
profetik dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam
hidup konsumerisme, materialistik, dan hedonistik
kegiatan sehari hari sekolah yaitu dalam kegiatan rutin
(Ismail SM dan abdul Mukti, 2000:146-147).
sekolah dan ektrakurikuler. Kegiatan tersebut dapat
berupa pelatihan kepemimpinan. 2) Liberasi, (kebebasan) Pendidikan Kewarga-
negaraan tidak mengekang pemikiran peserta didik
Ketiga, Keteladanan. Dengan perilaku dan sikap
menjadi wadah dalam berfikir cerdas, kritisi dan
yang dicontohan guru dan tenaga kependidikan dan
demokratis. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
para senior dalam memberikan teladan terhadap tin-
untuk membangun karakter (character building) bang-
dakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan men-
sa Indonesia yang antara lain: a) membentuk kecaka-
jadi panutan bagi peserta didik, seperti menghormati
pan partisipatif warga negara yang bermutu dan
yang lebih tua, menghargai yang lebih, yang pintar
bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan
membantu yang kurang mengerti.
bernegara; b) menjadikan warga negara Indonesia
Keempat, Pengkondisian. Untuk mendukung ke- yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis, namun tetap
terlaksanaan pendidikan profetik maka sekolah perlu memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas
dikondisikan sebagai pendukung kegiatan yang meng- bangsa; dan c) mengembangkan kultur demokrasi
arah kepada kesadaran tersebut. Sekolah harus men- yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, tole-
cerminkan kehidupan nilai-nilai profetik dalam budaya ransi, dan tanggung jawab (A. Ubaedillah 2011:9).
lembaga pendidikan sesuai yang diinginkan. contoh
3) Transendensi sebagai nilai yang menjadi landa-
memasang tulisan “kebersihan sebagian dari iman”,
san yang mengikat humanisasi dan liberasi, bahwa
menyediakan tempat ibadah.
dalam hal memanusiakan manusia, dan kebebasan
Selanjutnya budaya sekolah ditanamkan kesadaran dalam bersikap penting di ingat akan tugas manusia
berinteraksi peserta didik dengan peserta didik yang sebagai (khalifah fil ardi) paemimpin dibumi sebagai
lain peserta didik dengan guru, konselor dengan pe- amant Tuhan-Nya. yang sesuai dengan tujuan Sistem
serta didik, pegawai administrasi dengan sesamanya, Pendidikan Nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003
dan kelompok masyarakat sekolah di lingkungan yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
sekolah. Interaksi internal antar kelompok terikat kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
oleh berbagai etiket, norma, moral bersama yang ber- berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
laku di suatu sekolah. dalam proses tersbut diabangun negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Serta
kesadaran sosial yang baik. Kepemimpinan, toleransi sebagai pengamalan nilai Pancasila sila pertama Ke-
keteladanan, keramahan, kerja keras, disiplin, kepe- Tuhanan yang Maha Esa.
dulian sosial, kepedulian lingkungan, dan tanggung
jawab merupakan nilai-nilai pendukung yang penting Kesimpulan
dikembangkan dalam budaya sekolah.
Perkembangan global yang begitu cepat menye-
Karakteristik satu daerah berdebda dengan da- babkan perubahan budaya masyarakat yang begitu
erah lainnya, disini perlu memperhatikan muatan lo- cepat, tatanan sosial menngalami kemorosotan men-
kal sabagai kegiatan kurikuler dalam pengembangan- jadi tugas bersama dalam upaya merekonstruksi
nya memperhatikan keadaan daerah tersebut, baik kembali tatanan masyarakat. Pendidikan sebagai lem-
budaya, tradisi serta kebiasaan yang menjadi ciri khas baga yang utama melalui pembekajaran untuk mem-
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, perbaiki masalah-masalah yang timbul dalam masya-
walaupun terkadang ada bagian dari yang tidak sesuai rakat.
dengan akulturasi tersbut dapat dijembatani.
Sejatinya semua pembelajaran mempunyai tugas
Aktualisasi nilai-nilai profetik dapat dilakukan me- yang sama dalam menanamkan nilai-nilai untuk mem-
lalui materi ajar Materi pembelajaran PKn dirancang bentuk masyakat yang berkarakter, pendidikan ke-
untuk memuatkan unsur nilai profetik: warganegaraan sebagai mata pelajaran yang memuat
aktualisasi nilai-nilai menjadi penting untuk mengem-
1) Humanisasi, memanusiakan manusia, peduli se-
bangkan dan mengintegrasikan dengan pendikan pro-
sama dan lingkungan. Materi yang dipilih dapat di-
fetik, seperti telah disebutkan bahwa pendidikan telah
dasarkan pada kebutuhan dan karakteristik yang men-
hilang ruhnya dengan hanya memperhatikan aspek-
cegah perpecahan, karena pada dasarnya radikalisme
aspek kognitif, dan mulai menjauh dari pengembangan
dan intoleran disebabkan karena lemahnya penana-
akan aspek-aspekr religius. Oleh sebab itu pendi-

35
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

dikan profetik menjadi jawaban mengingat pendidikan Jurdi, S. dkk. (2011). Pendidikan profetik: revolusi abad
profetik pendidikan sebagai pendidikan yang di- 21. Yogyakarta: Education Center Student BEM
abtraksi dari nilai kenabian sangat penting untuk juga REMA UNY.
di terapkan dalam Pendidikan kewarganegaraan.
Kuntowijoyo. (2006). Islam sebagai ilmu: Epistemo-
Selain dari pada itu Aktualisasi nilai-nilai profetik logi, Metodologi, dan Etika. Tiara Wacana.
dapat dilakukan melalui materi ajar pembelajaran PKn
Maftuh, B. (2008) Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan
dirancang untuk memuatkan unsur nilai profetik:
nasionalisme melalui pendidikan kewarganegaraan.
1) Humanisasi, memanusiakan manusia, peduli Educationist, II (2), 134-114
sesama dan lingkungan. Materi yang dipilih dapat
Murdiono, M. (2010) Strategi internalisasi nilai-nilai
didasarkan pada kebutuhan dan karakteristik yang
moral religius dalam proses pembelajaran di per-
mencegah perpecahan, karena pada dasarnya radikal-
guruan tinggi. Cakrawala Pendidikan, Th. XXIX,
isme dan intoleran disebabkan karena lemahnya pe-
Edisi khusus dies natalis UNY.99-111.
nanaman nilai-nilai kemanusiaan dan karakter kebang-
saan. Nazir, M.(2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
2) Liberasi, (kebebasan) pendidikan kewarga-
negaraan tidak mengekang pemikiran peserta didik Parekh, Bikhu. (2008). Rethingking multiculturalism:
menjadi wadah dalam berfikir cerdas, kritisi dan keberagaman budaya dan politik. Kanisius: Yogya-
demokratis. karta.
3) Transendensi sebagai nilai yang menjadi landa- Roqib, M. (2011). Propehetic education. Kontekstuali-
san yang mengikat humanisasi dan liberasi, bahwa sasi filsafat dan budaya profetik dalam pendidikan.
dalam hal memanusiakan manusia, dan kebebasan da- Purwokerto: STAIN Press.
lam bersikap penting di ingat akan tugas manusia
Rahardjo, S. (2010). Sosiologi Hukum. Yogyakarta:
sebagai (khalifah fil ardi) pemimpin dibumi sebagai
Genta Publishing.
amant Tuhan-Nya.
Rosyadi, K. (2009). Pendidikan Profetik. Yogyakarta:
Integrasi nilai profetik dalam pendidikan kewarga-
Pustaka Pelajar
negaraan tersebut menjadi keniscayaan mengingat
baik pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan Samho, B. (2013). Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
profetik sebagai pendidikan yang di dalamnya pen- Tantangan dan Relevansi. Yogyakarta: Kanisius.
tingnya penanaman nilai, yang mana nilai pendidikan
kewarganegaraan tersebut diantaranya, demokratis Shofan, M. (2004). Pendidikan berpradigma profetik:
dan nilai keberagaman menjadi sempurna dengan ada- Upaya konstruktif membongkar dikotomi sistem
nya nilai profetik yaitu nilai kenabian, sehingga orien- pendidikan Islam. Yogyakarta.
tasi pengamalan pendidikan yang ada saat ini tidak Winarno. (2007). Paradigma baru pendidikan kewarga-
hanya stagnan dalam ranah pedagodik berkembang negaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
kearah sosial dan religius.
Winataputra, dkk. (2012). Pendidikan kewarganeraan
Ucapan terima kasih dalam perspektif internasiona. Konteks, teori dan
profil pembelajaran. Bandung: Widya Aksara
Terimakasih saya ucapkan kepada segenap teman Press.
teman dari jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewar-
ganegaraan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogya-
karta angkatan 2016 atas supportnya memberikan
koreksi dan peyeleksian data yang relevan terhadap
karya tulis ini sehingga karya tulis ini dapat ter-
selesaikan.

Daftar Pustaka
Budimansyah. (2012). Perancangan pembelajaran
berbasis karakter. Bandung: Widya Aksara Press.
Danim, S. (2006). Agenda pembaruan sistem pendi-
dikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismail SM., & Mukti. A. (2000). Pendidikan Islam,
Demokratisasi, dan Masyarakat Madani. Yogya-
karta: Pustaka Pelajar.

36

Anda mungkin juga menyukai