Oleh:
Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si.
2
Oleh:
Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si.
3
misalnya, biaya studi banding para wakil rakyat! Inilah salah satu
program pariwisata daerah yang perlu dirancang untuk menciptakan
pasar wisatawan.
Untuk mendukung strategi itu, langkah berikutnya adalah
promosi destinasi pariwisata alternatif di dalam negeri. Kepada
wisatawan potensial ini perlu diberikan informasi akurat tentang daya
tarik berbagai destinasi pariwisata di daerah. Melalui promosi yang
berlanjut, penduduk Jawa dan Bali perlu diajak berwisata ke daerah
lain, penduduk Kalimantan perlu diarahkan mengunjungi objek wisata
di Sumatera, dan seterusnya. Promosi seperti ini perlu diperbanyak
untuk memacu perkembangan pasar wisatawan domestik dan
distribusi destinasi pariwisata nasional. Dengan demikian, di dalam
pengembangan pariwisata nasional, pemerintah tidak terlalu
mengistimewakan pasar wisatawan internasional dan kemudian
cenderung menganaktirikan pasar wisatawan domestik (Scheyvens,
2007).
Keuntungan pragmatis pembudayaan wisata sebagai suatu target
pembangunan pariwisata Indonesia adalah terbentuknya pasar
wisatawan lokal yang kuat dan hasilnya akan dipetik 5-10 tahun ke
depan. Pasar domestik yang dimaksud adalah mereka yang benar-
benar menjadikan kegiatan wisata sebagai pilihan utama perjalanan
dalam negeri yang pada gilirannya menjadi fondasi yang kuat bagi
pertumbuhan industri pariwisata nasional. Pasar domestik yang besar
akan memobilisasi sumberdaya pariwisata yang lain, termasuk
akselerasi dan distribusi infrastruktur fisik pariwisata. Hasil akhirnya
adalah terlepasnya ketergantungan pariwisata nasional pada pasar
wisatawan mancanegara.
Alasan berikutnya adalah bahwa kegiatan pariwisata terbukti
mampu memobilisasi kekuatan-kekuatan ekonomi dalam skala dan
magnitude yang besar. Andaikan dalam 5 tahun ke depan 25 persen
saja dari jumlah penduduk negeri ini benar-benar menjadi traveller
dalam negeri, maka implikasi praktisnya pada kesejahteraan melalui
perubahan-perubahan ekonomi, budaya dan sosial sangat besar.
Merekalah agen-agen pencerahan dan perubahan sosial yang efektif
15
Penutup
Paparan di atas setidaknya menantang para perencana untuk
menyusun format baru pembangunan pariwisata di masa depan. Ada
dua strategi inti yang ditawarkan, yakni pengembangan pariwisata
berbasis komunitas secara konsisten dan fasilitasi paket-paket wisata
bagi kelompok-kelompok strategis guna membentuk pasar wisatawan
dan budaya berwisata yang kuat. Dengan demikian pariwisata
nasional mampu menjadi tuan di negerinya. Di masa depan kita dapat
menyaksikan akomodasi berskala kecil-menengah berkembang di
berbagai destinasi pariwisata nasional, di mana anak negeri ini bekerja
tidak hanya sebagai pembersih kamar hotel, pelayan hotel atau
manajernya, tetapi juga menjadi manusia penikmat aktivitas wisata
yang cerdas dan sejahtera.
16
Daftar Pustaka
Picard, M., 1990. “Kebalian Orang Bali: Tourism and the Uses of
‘Balinese Culture’ in New Order Indonesia”, Rev. of Indo. and
Malay. Affairs, 24, hal. 1-38.
Roe, D; Ashley, C; Page, S and Meyer, D., 2004. “Tourism and the
Poor: Analyzing and Interpreting Tourism Statistics from a
Poverty Perspective”. PPT Partnership, London.
Saville, N. M, 2001. Practical Strategies for Pro-Poor Tourism: case
study of pro-poor tourism and SNV in Humla District, West
Nepal. PPT-Working Paper No. 3, April.
Schlenke, U dan Stewig, R., 1983. “Endogener Tourismus als
Grandmesser des Industrialisierungsprozesses in Industrie- und
Entwicklungslaendern”, Erdkunde, 37, hal. 137-145.
Scheyvens, R., 2007. “Poor cousins no more: valuing the development
potential of domestic and diaspora tourism”, Progr. in Dev.
Stud. 7(4), hal. 307–325
Sheldon, P., and Abenoja, T., 2001. “Resident Attitudes in a Mature
Destination: the Case of Waikiki”, Tour. Manag., 22, hal. 435–
443.
Torresa, R dan Momsen J.H, 2004. “Challenges and potential for
linking tourism and agriculture to achieve pro-poor tourism
objectives”, Progr. in Dev. Stud., 4(4), hal. 294–318.
Tosun, C., 2000. “Limits to Community Participation in the Tourism
Development Process in Developing Countries”, Tour. Manag.,
21, hal. 613–633.
Urry, J. (1990) The Tourist Gaze. London, Sage.
Vorlaufer, K., 1996. Tourismus in Entwicklungsländern:
Moeglichkeiten und Grenzen einer nachhaltigen Entwicklung
durch Fremdenverkehr. Darmstadt, Buchgesellschaft.
UNWTO, 2007. World Tourism Barometer, Vol. 5 (October).
WTO, 2003. Development of Community-Based Tourism.
Unpublished Report. Madrid: WTO.