Anda di halaman 1dari 15

KARYA ILMIAH

LAPORAN LITERASI
MENGANALISIS NOVEL SELAMAT TINGGAL
KARYA TERE LIYE

Oleh:
RaflyChievo Ananta
XII MIPA 3/30

SMAN 5 MATARAM
2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
LAPORAN LITERASI 1................................................................................................3
PANDANGAN HIDUP PENGARANG DALAM NOVEL.........................................3
1.1 Sipnosis Novel Selamat Tinggal……………………................................................................3
1.2 Informasi Mengenai Pengarang..........................................................................5
1.3 Keterkaitan Latar Belakang Dengan Isi Novel Selamat Tinggal karya Tere
Liye................................................................................................................................5
1.4 Pandangan Pengarang Dalam Cerita Novel Selamat Tinggal karya Tere
Liye................................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
LITERASI 2.....................................................................................................................7
INTERPRETASI PANDANGAN HIDUP PENGARANG TERHADAP NOVEL...7
2.1 Tanggapan Pribadi Mengenai Pandangan Hidup Pengarang dalam Novel
Selamat Tinggal............................................................................................................7
2.2 Penilaian Menarik Terhadap Isi Novel Selamat Tinggal..................................7
BAB III............................................................................................................................8
LITERASI 3....................................................................................................................8
ANALISIS STRUKTUR INTRINSIK, EKSTRINSIK DAN MAJAS DALAM
NOVEL.............................................................................................................................8
3.1 Unsur Intrinsik......................................................................................................8
3.2. Unsur Ekstrinsik.................................................................................................16
3.3 Majas....................................................................................................................17

2
BAB I

LAPORAN LITERASI 1

PANDANGAN HIDUP PENGARANG DALAM NOVEL

Judul Novel : SELAMAT TINGGAL


Penulis : TereLiye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahunterbit : 2020
Halaman : 350 halaman

1.1 Sinopsis Novel SelamatTinggal


Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan
berbuat jahat, menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak
melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut.
 
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu.
Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. "Selamat Tinggal" suka
berbohong, "Selamat Tinggal" kecurangan, "Selamat Tinggal" sifat-sifat buruk lainnya.

Karena sejatinya, kita tahu persis apakah kita memang benar-benar bahagia, baik, dan
jujur. Sungguh "Selamat Tinggal" kepalsuan hidup.

Selamat membaca novel ini. Dan jika kamu telah tiba di halaman terakhirnya, merasa
novel ini menginspirasimu, maka kabarkan kepada teman, kerabat, keluarga lainnya.
Semoga inspirasinya menyebar luas.

1.2 Informasi Mengenai Pengarang


Darwis atau lebih dikenal dengan nama penaTereLiye (lahi r21 mei
1979)adalah salah satu penulis yang produktif di Indonesia. Beberapa karyanya yang
pernah diadaptasi kelayar lebar yaitu

 Hafalan Shalat Delisa


 Bidadari-bidadari Surga
 Moga BundaDisayang Allah
 RembulanTenggelamdi Wajahmu

3
1.3 Keterkaitan Latar Belakang Dengan Isi Novel Selamat Tinggal karya
Tere Liye

Adalah Sintong Tinggal. Seorang remaja yang kuliah di jurusan sastra dimana
kehidupannya terasa ‘stuck’ ketika memasuki semester 7. Tanpa disadari ia hampir
menjadi mahasiswa abadi karena kepingan puzzle kehidupannya berjalan berlawanan
dengan hati kecilnya. Ia adalah seorang penjaga toko buku bajakan, padahal dia sendiri
memiliki bakat menulis. Sepotong kehidupan cintanya yang kandas juga telah mengikis
semangatnya.

Sampai suatu hari seorang mahasiswi bernama Jess memberi warna baru di
kehidupannya. Ia mulai melupakan masa lalu suramnya. Kemudian belajar membuat
lembaran yang baru. Termasuk pada skripsinya.

Siapa sangka penelitian pada tokoh penulis ‘Sutan Pane’ di masa lalu untuk skripsinya
telah membuat percikan semangat menulisnya bangkit lagi? Dan karena asyik berburu
sumber penelitian, ia mendapatkan jejak-jejak yang seru dan bermakna dalam hidupnya.

1.4 Pandangan Pengarang Dalam Cerita Novel Selamat Tinggal karya Tere
Liye

Selamat tinggal merupakan sarana bagi darwis sang pengarang untuk


menyampaikan pesan. Di kisah Sintong Tinggal ini, beberapa kali Tere Liye menyindir
tentang penggunaan produk bajakan yang sangat merugikan orang lain. Misalnya :
Sintong yang menjual buku bajakan kepada para mahasiswa. Bahkan Sintong juga turut
membantu membuat toko online di marketplace yang menjual produk bajakan. Inilah
yang disindir oleh Tere Liye.

Selain itu, beberapa tokoh di novel Sintong Tinggal ini juga memiliki masalah tentang
bajakan. Misalnya saja, dua gadis yang sedang dekat dengan Sintong yaitu Jess dan
Bunga. Saya terkejut dengan plot twist yang dihadirkan lewat dua tokoh gadis ini. Saya
pikir, mereka orang baik. 

4
BAB II

LITERASI 2

INTERPRETASI PANDANGAN HIDUP PENGARANG TERHADAP NOVEL

Judul Novel : SELAMAT TINGGAL


Penulis : TereLiye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahunterbit : 2020
Halaman : 350 halaman

2.1 Tanggapan Pribadi Mengenai Pandangan Hidup Pengarang dalam


Novel Selamat Tinggal karya Tere Liye

Novel ini menceritakan tentang cerita tokoh Sintong yang realistis dengan
kehidupan kita sehari-hari, kebiasaan berbohong utamanya, kisah Sintong yang perlahan
mengurangi berbohong dan kecurangan dengan menjadi lebih baik karna orang dan
kisah baru di hari-harinya
2.2 Penilaian Menarik Terhadap Isi Novel Selamat Tinggal karya Tere
Liye

Novel ini sangat relate dengan kebiasaan manusia, berbohong tenntu jadi hal
yang lumrah, namun di dalam novel ini kita banyak di beri pesan untuk menjalani hidup
dengan jujur, serta menambah pesan penting mengenai menghargai karya dan buku
dengan menghindari menikmati karya “bajakan”

BAB III

LITERASI 3

5
ANALISIS STRUKTUR INTRINSIK, EKSTRINSIK DAN MAJAS DALAM
NOVEL

Judul Novel : SELAMAT TINGGAL


Penulis : TereLiye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahunterbit : 2020
Halaman : 350 halaman

3.1 UnsurIntrinsik
1. Tema : Novel inibertemakanpercintaan Dilan danMilea
2. TokohdanPenokohan :

No Tokoh Penjelasan
1 Dilan   Dalam novel ini, Dilan digambarkan sebagai tokoh
yang pintar, digambarkan dalam kutipan :
...tapi Dilan selalu mendapat ranking pertama atau
minimal kedua di kelasnya. (hal. 16)
Dilan juga digambarkan sebagai orang yang humoris
“Tapi, aku gak bisa melindungi kamu dari nyamuk,”
kata Dilan di telepon dengan nada sok mengeluh
“Gak apa-apa. Kan, ada obat nyamuk.”
“Ternyata, Baygon lebih baik dari aku.” (hal. 23)
Selain pintar dan humoris, Dilan juga sosok
yang romantis
...Dilan bertanya apa cita-citaku. Kujawab saja
seenaknya bahwa aku ingin jadi pilot meskipun tentu
saja aslinya enggak. “kalau kamu?” kutanya balik.
Aku juga ingin tahu apa cita-citanya. “Aku?” “Iya...”
kataku “aku ingin menikah denganmu!” katanya (hal.
33)
2. Milea   Milea digambarkan sebagai seorang yang cantik,
disukai banyak orang, setia, khawatiran dan
emosian. Buktinya adalah :
Sebab, aku sudah berulang kali bilang ke Dilan
bahwa aku cemas, bahwa aku risau karena takut ada
hal-hal buruk yang akan menimpanya kalau dia
berantem. Dan, malam Itu, dia malah mau berantem.

6
(hal 146)
“Ikuti mauku!
Dilan diam memandangku.
“Ikuti mauku, jangan nyerang atau kita putus!!!
Kataku. (Hal 147)
3 Yugo Yugo adalah anak dari Tante Anis, Tantenya Milea.
Karakter Yugo adalah suka merendahkan orang
lain. Bukti :
Di mobil, Yugo nanya soal Beni
“teman SMA di Jakarta”, kujawab
“ Dia mau sama kamu?”
“Bisa jadi,” kujawab
“Jangan mau.”
“Kenapa?”
“Kampungan.”
“Kenapa gitu kutanya.
“Ada pepatah: You are what you say. Bicaranya tidak
intelektual .” (hal. 170)

Selain itu, Yugo juga sangat over percaya diri


...Tante Anis juga bilang, katanya apa yang dilakukan
oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa
sudah menjadi pacarnya. Katanya, hal itu dimulai
sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan Yugo dengan ha
di rumahnya. (hal. 185)

Yugo juga anak yang brengsek dan seenaknya


sendiri
“Yugo senang bertemu kamu”
“Ini mau nonton apa mau ngobrol?” tanyaku
“Yugo lebih suka ngobrol sama kamu.”
Lalu ia kalungkan tangan kirinya dileherku.
Heh? Jantungku berdebar-debar saat aku menyadari
apa yang terjadi.
Apa ini? Kataku dalam hati, sambil berusaha melepas
tangannya di bahuku karena aku tidak ingin dia

7
melakukan hal itu, tapi sedetik kemudian, ia
membungkuk, tangan kanannya meraih kepalaku, dan
kemudian menciumku. (Hal 173)
4. Ibu Milea Dalam novel ini, ibunya Milea memiliki karakter
yang sangat baik, penyayang, mengerti perasaan
orang lain dan sangat peduli.
“Jangan pulang malam,” kata Ibu
“Siap, Bu.” Kujawab. (Hal 252)

“Aku jelaskan semuanya ke Ibu, sampai detail.


Kemudian Ibu memelukku dan membiarkan aku terus
menangis.” (hal. 191)

5. Bunda Dilan Bunda Dilan juga memiliki karakter humoris seperti


Dilan. Buktinya adalah :
“Nanti, Dilan sekolah di mana?” kutanya Bunda.
“Aaah .... Banyak sekolah jawab Bunda. “Gak usah
risau”
Aku diam.
“Kalau perlu di Antartika” kata Bunda. Pasti dia
bercanda. (hal. 211)

Bunda Dilan juga seorang yang tegas dan pengertian


Ngejelasinnya gimana? Anakku harus ngaku dia yang
salah?” Tanya Bunda.
“Ya, gak usah bilang gitu. Yaaa, gimana ya, pokoknya
bilang kalau Anhar gak salah aja.”
“Ah pusing kali ngomong sama Ibu ini.” (Hal 208)

Silakan nangis dulu, Nak,” kata Bunda. “Jangan


dipendem.”
Tangisanku malah makin menjadi.
“Ibumu ada?” tanya Bunda kemudian.
Aku diam. Kudengar Bunda mendesah bagai sedang
melepaskan rasa gundah karena ikut merasakan
kesedih aku dan juga bingung. (hal. 180)

8
3. Alur :

 Alur Maju
“Malam ini, Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia
bagian Barat dan sepi, aku sedang di kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi
baru selesai shalat Isya, dan terus makan rambutan yang kubeli sepulang dari
mengantar suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di
Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan
tadi. ” (hal. 13-14)
 Alur Mundur
“Dilan juga sama, waktu itu masih remaja, yaitu masih anak remaja yang
harus dimakiumi kalau punyajiwa pemberontak dan tidak suka diatur. Yaitu,
anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau kadang-kadang tidak bisa
menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau
unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena
disimpan. “

4. Latar :

No Latar Penjelasan
.
1. Waktu Novel ini menggunakan latar waktu yang sangat
banyak, karena kejadian yang diceritakan pun
berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan terdiri
dari banyak peristiwa.
         Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar
pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor
menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku
pulang.  (hal. 28)
         Itu sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1997.
         Kira-kira pukul delapan, aku telepon Dilan, entah
untuk apa, tetapi itu yang kulakukan. Bi Diah yang
ngangkat.”
         Hari Sabtunya, pagi-pagi,orang-orang di rumah
pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing.”
         Menjelang magrib, kami pulang, yang nyetir mobil
adalah ayahku karena Bang Fariz pulang ke kosannya

9
dengan memakai motornya.“
         Hari Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara
Porseni di sekolahku dimulai. Porseni adalah akronim
dan Pekan Olahraga dan Kesenian. Berbagai kegiatan
olahraga dan kesenian diselengganakan dalam bentuk
acara perlombaan.”
         Kamis, tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulai
masuk lagi, tapi belum ada kegiatan belajar.”
         Hari itu, Rabu, tanggal 13 Februari 1991, Pak
Dedi mengajar di kelasku.”

2 Latar Suasana Latar suasana yang tergambar dalam novel ini


adalah :     
         Bahagia
“Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi
milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak Ateng Wahyudi
(Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku
dan Dilan. Sebagai keindahan yang nyata bahwa
Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan itu
memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan
hari resmi kami mulai berpacaran pada hari itu. ”
(hal.28-29)
         Senang
Berasa sangat dingin, tetapi pada kenyataannya,
menyenangkan! Berdua dengan Dilan, bersama cinta
yang dapat dirasakan tanpa perlu banyak penjelasan!
         Romantis
Itulah harinya, hari yang kuingat, sebagai hari yang
menyenangkan bagiku, berdua di atas motor dalam
guyuran hujan akhir Desember, pada tahun 1990, di
Bandung.
         Bimbang
Saat itu, sebenarnya aku ingin membahas soal serius,
yaitu soal kemungkinan Dilan akan dipecat oleh
sekolah. Tapi aku tidak ingin merusak suasana, dan
sepertinya dia juga tidak ingin membicarakan soal itu.

10
         Bingung
Aku betul-betul masih bingung dan sangat emosional
saat itu. Kutepis tangannya untuk meyakinkan dia
bahwa bukan saatnya untuk bercanda. (hal. 84)

         Kesepian
Pukul delapan malam. aku bangun. Bumi rasanya sepi
sekali. Entah bagaimana, aku selalu merasa kesepian,
setiap saat aku sedang rindu ke Dilan. Aku selalu
merasa ingin ada dirinya, setiap kali dia tak ada. Aku
akan merasa sunyi, setiap aku tidak mendengar kabar
Dilan. (hal.139)
         Tertekan
Saat itu, aku betul-betul merasa tertekan dan bingung.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bers amaan
dengan aku juga tidak bisa membiarkan Dilan
melakukan balas dendam. (hal.142)

3 Latar tempat Dalam novel ini , ada beberapa tempat yang dijadikan
latar cerita:
a.       Kamar Milea
“Malam ini, tanggal 25 januari 2015, pukul 22.19 WIB
dan sepi, aku sedang dikamarku, menikmati kopi susu
…” (Hal 13)
b.      Jalan Buah Batu
“Waktu itu aku dan Dilan berdua naik motor
menyusuri jalan Buah Batu untuk mengantar aku
pulang.” (Hal 28)
c.       Rumah Milea
“Di rumah, kudapati Ibu sedang nelepon, Airin
sedang main game Nintendo, si Bibi sedang nyetrika.”
(Hal 38)
d.      Di sekolah
“Hari itu, di sekolah, tidak ada kegiatan belajar
karena guru-guru sedang rapat untuk persiapan
pembagian rapor yang akan dilaksanakan pada hari

11
selasa tanggal 26 Desember 1990.” (Hal 80)

e.       Rumah Tante Anis


“ketika tiba di rumah Tante Anis, aku melihat Ayah,
Ibu dan Airin sedang ngobrol di teras rumah bersama
tante Anis dan yang lainnya … “(Hal 128)
f.        Trina
““Mereka sekarang lagi pada ngumpul di Trina.”
Kata Piyan.”(Hal 141)
g.      Mobil Yugo
“Aku di mobil katana bersama Yugo, tapi aku tidak
berpikir sedang berkencan dengannya … “(Hal 169)
h.      Lorong kelas
“Saat itu, kami pada berdiri di lorong kelas.” (Hal
198)
i.        Kantin
“Beberapa saat kemudian, kami berada dalam kantin
karena acara pembagian rapor masih belum di mulai.
“(Hal 198)
j.        Mobil Bunda Dilan
“Aku pulang naik mobil Bunda.” (Hal 211)
k.      Rumah Bunda Dilan
“Ketika sudah sampai  di rumah Bunda, kami masuk
di iringi anjing menggonggong yang tetap duduk di
kandangnya.” (Hal 217)
l.        Warung Bi Eem
“Dari warung Bi Eem aku kembali ke sekolah.” (Hal
227)
m.    Kantor polisi
“Sepulang dari sekolah, setelah menyelesaikan urusan
porseni, kira-kira pukul 2 siang, aku langsung pergi ke
kantor polisi untuk segera besuk Dilan.” (Hal 232)

5. Sudut Pandang

12
Dalam Novel ini penulis Milea Adnan Hussein menempatkan dirinya pada
posisi orang pertama serba tahu atau sebagai pelaku utama. Penulis mengisahkaan
dirinya dengan menggunakan kata “aku” dan dia terlibat dalam kisah tersebut atau
dengan kata lain Milea adalah pelaku utama dari novel ini.
“Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu
menghadapi masalah dengan benar, sehingga harus makium kalau kadangk adang ketika
berusaha menyelesaikan satu masalah justeru malah menimbulkan masalah yang
Iainnya.” (hal. 14)

6. Amanat

Banyak amanat yang dapat dipetik dari novel ini, terutama bagi remaja yang sedang
menjalani sebuah hubungan, diantaranya adalah :
a.       Jangan mengambil keputusan saat emosi jika tidak ingin ada penyesalan pada
akhirnya.
b.      Jangan terlalu mengekang pasangan.
c.       Khawatir seperlunya, dan bertindak sewajarnya.
d.      Jangan menjadikan hubungan sebagai ancaman ketika sedang ada masalah

3.2. Unsur Ekstrinsik

Novel ini banyak mengandung nilai moral yang dapat kita ambil untuk dijadikan
sebagai contoh. Diantaranya adalah :
1.      Nilai Agama

13
Dalam novel, meskipun Dilan adalah seorang ketua geng motor, akan tetapi Dilan masih
tetap taat dan rajin beribadah. Dan nilai-nilainya dalam hal akademik juga termasuk
baik karena Dilan adalah anak yang pandai.
2.      Nilai Adat istiadat
Kebiasaan Dilan yang menyukai seni, membuatnya pandai menulis puisi sejak duduk di
bangku SMP. Dilan juga memfavoritkan tokoh Mahatma Gandhi yang berasal dari
India. Selain itu, Dilan juga pandai dalam hal bela diri.
3.      Nilai Susila
       Dilan yang seorang gengtidak lantas selalu terlibat dengan permasalahan seperti

tawuran, konvoi dan biang onar. Pernah saat dia sedamg bersama Milea (yang dalam
novel diceritakan sebagai pacarnya), Dilan bahkan memutuskan beristirahat di gedung
sate Bandung (yang memang lokasi dalam novel tersebut berada di Bandung), untuk
menghindari konvoi dan keributan dari geng motor lain.
4.     Nilai Kesopanan
Saat Milea kakinya terkilir, dengan baik hatinya Dilan memanggilkan Mbok Darmi
(tukang urut langganan ibu Dilan) dan dengan sopannya Dilan menjemput dan
mengantar Mbok Darmi pergi-pulang.

3.3 Majas

Ada beberapa majas yang digunakan dalam novel ini yaitu :


1.      Metonimia (menggunakan nama merk dagang)
a. “Kemana-mana selalu memakai motor CB Gelatik yang sudah ia modif”

14
b. “Gak lama dari itu, Wati dan Piyan datang menggunakan sepeda motor Honda
Super Cup.”
c. “Isinya adalah beberapa makanan ringan dan dua botol minuman coca-cola.”
d. “Lalu,aku kesana dan kudapati Yugo sedang mengobrol sama ayah
membahas mobil Katana Yugo. “
e. “Bunda akhirnya memang datang menggunakan mobil Nissan Patrolnya.”

2.      Retorik (menggunakan kalimat tanya)


a. “Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting,lalu mengapa engkau
sakit hati ketika mendapat kata-kata makian?”
b. “Kalau kuingat lagi kejadian di depan Trina malam itu, sampai sekarang aku
masih suka bertanya-tanya. Kenapa, sih, dulu aku sampai segitunya ke Dilan?
Kenapa, sih, dulu harus marah-marah ke Dilan? Kenapa, slh, dulu harus pake
ngancam-ngancam putus segala?Tidak bisakah aku bicara secara baik-baik
kepadanya? “
c. “Siapakah rombongan motor yang awal tadi? Apakah rombongan motor kedua
masih rombongan yang itu juga? Atau, itu rombongan motor yang lain? “

3.      Personifikasi
a. “Saat kupandang juga dirinya, kenangan masalalu mulai membayangiku.”
b. “Ini sedang berpacu dengan waktu,jangan sampai telat karena pukul 21.01 aku
harus segera naik ke kasur kalau mau tidur bareng Dilan.
c. “Suara deru motor merobek kesunyian.”

4.      Hiperbola
a. “Pokoknya, Dilan sudah menyalakan api dan sihir di dalam diriku untuk
percaya pada adanya cinta sejati.”
b. “Bagaimana kemudian Dilan bisa mendekor ulang dan mengubah warna
hidupku.”
c. “Sebagian dari diriku bergolak dalam kecemasan dan ketakutan.”
d. “Hati Kang Adi harusnya langsung merasa tercabik oleh sebetan pedang yang
tak Nampak! Maksudku kalau hati Kang Adi tidak terbuat dari baja.

15

Anda mungkin juga menyukai