Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REVIEW

Kumpulan Cerpen “Pohon dalam Perut”

Dosen Pengampu: Achmad Yuhdi, M.Pd.

Oleh :

Dini Sartika Br Tarigan

2173311014

Reguler C 2017

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah menolong hambanya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik. Pembuatan critical book
review ini untuk menyelesaikan tugas dari dosen pengampu yang diembankan kepada
penyusun dan untuk menambah pengetahuan pembaca.

Semoga critical book review ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, sesuai dengan harapan penyusun tentunya. Kritik dan saran sangat penyusun
harapkan untuk perbaikan kedepannya.

Medan, April 2020

Dini Sartika Br Tarigan

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Tujuan Penulisan CBR…………………………………………………... 1
C. Manfaat CBR…………………………………………………………...... 1

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………... 2

A. Identitas Buku…………………………………………………………….. 2
B. Ringkasan Isi Buku……………………………………………………….. 2
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku………………………………………… 5

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………… 6


A. Simpulan…………………………………………………………………... 6
B. Saran……………………………………………………………………….. 6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembuatan sebuah buku, pasti ada pro dan kontra termasuk di dalamnya
keunggulan dan kelemahan sebuah buku, yang sering di kritik oleh sebagian pakar.
Kelemahan dan keunggulan sebuah buku merupakan suatu masukan dan saran dalam setiap
pembuatan sebuah buku walaupun masih ada pro dan kontra , baik yang di kritik dari sumber
buku, tata bahasa yang digunakan. Sehingga terlihat kelemahan dan keunggulan sebuah buku.
Dan juga dalam KKNI kami dituntut mahasiswa untuk mampu lebih kreatif, inovatif,
serta kritis sehingga kami diberikan tugas yang wajib untuk dilaksanakan dimana salah satu
tugas tersebut adalah critical book review untuk memenuhi tuntutan kurikulum tersebut.

B. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi/membandingkan buku kumpulan cerpen yang berjudul pohon dalam perut
dan untuk memenuhi tugas mata kuliiah seminar.

C. Manfaat CBR
Dengan adanya CBR ini kita jadi lebih banyak membaca buku dan lebih mengetahui
apa kekurangan dan kelebihan dari buku-buku yang kita baca. Walaupun kita belum sehandal
sipembuat buku dalam membuat buku.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku

1. Judul : Pohon dalam Perut


2. Penulis : Varuni Dian W.
3. Penerbit : PT. ADICITRA INTERMEDIA
4. Tahun terbit : 2008
5. Kota terbit : Surakarta
6. ISBN : 979-3414-58-8

B. Ringkasan Isi Buku

Memasuki masa pensiun pak Gianto merasa gamang, walapun tinggal di desa ia tidak
memiliki sawah ataupun tabungan. Sedangkan kedua anaknya masiih membutuhkan
biaya pendidikan yang besar. Maka setelah pensiun ia nekat ikut tetangganya menjadi
buruh di Jakarta. Ternyata mencari kerja di Jakarta sangatlah susah, para mandor lebih
senang menerima anak muda untuk menjadi buruh karena tenaganya yang masih kuat.
Namun begitu ia tidak menyerah dan terus mendatangi beberapa proyek walaupun
kesempatan diterimanya kecil.

Pak Gianto hampir pulang untung tetangganya mencegah,” Tadi di manga ada
proyek baru, pak. Kabarnya untuk plaza. Kita besok kesana bareng-bareng.”

Keesokanya pun ia bersama tetangganya pergi ke proyek tersebut sambil


mengenakan manol (topeng untuk ke sawah) ia sengaja mengenakanya agar tak
kelihatan tua. Ternyata siasatnya benar ia pun diterima kerja disana. Setelah beberapa
bulan menjadi buruh ia mulai mempunyai kenalan banyak. Salah satunya pak Surono
yang sudah ikut pemborong selama 10 tahun, malahan ia sudah kenal akrab dengan
pemborong Ir. Adrianus.

“ Dia orang mana pak?” Tanya pak Gianto yang merasa akrab dengan nama
tersebut.

2
“ Ooo. Dia orang jambi Sumatra pak, walaupun ia orang Sumatra ia akrab
sekali dengan orang jawa pak. Dia sering berbicara dengan kita para kuli.” Balas pak
Surono.

“ apa pemborong yang lain tidak dekat dengan para kuli pak?” Tanya pak
Gianto sekadar untuk menyambung pembicaraan.

“wah, setahu saya Cuma pak adrianus saja, pak. Dari beberapa pemborong
yang saya ikuti melihat wajahnya saja tidak pernah apalagi diajak bicara.” Pak Surono
terdiam seperti ingin mengatakan sesuatu.

“ pak Adrianus ini berbeda dari yang lain, pak. Suatu hari saat pak Adrianus
menceritakan gurunya ia menangis. Katanya tanpa guru tersebut ia mungkin sudah
menjadi penakik getah karet atau kuli bangunan.

Pak Adrianus tidak malu dirinya dilahirkan di keluarga miskin. Bapaknya


meninggal saat ia SD. Untung saja wali kelasnya yang saat itu belum dikaruniai anak
mengajaknya. Saat itu sudah ada dua anak yang disekolahkan. Katanya, saat dia dan
temanya masuk kuliah pak guru tersebut mengutang pada bank dan koperasi, padahal
rumahnya masih kontrak.

Ia bahkan menyisihkan gaji pertamanya untuk diberikan pada gurunya tersebut.


Tetapi saat pak Adiranus kembali ke Jambi gurunya itu malah sudah pergi ke Jawa.
Sampai sekarang dia masih mencari gurunya tersebut, dan tidak pernah membuka
amplop tersebut.

“ pak Surono bagaimana dengan pak muslim. Temanya yang sama- sama
kuliah di Jakarta?”. Tanya pak Gianto.

“ Wah, sama-sama jadi orang hebat pak. Dia menjadi manajer di suatu bank
swasta yang besar. Sama nasibnya kayak pak Adrianus, sama-sama menjadi miliuner.

Sejak saya ikut dia, sudah banyak proyek yang diselesaikan. Mulai hotel, plaza,
atau pun perumahan mewah. Kemana-mana banyak orang mengenal, konglomerat,
pejabat, mauapun para kuli bangunan.

3
Pak Gianto pun ingat bahwa orang yang dicari pak Adrianus adalah dirinya.
Selama 15 tahun di Jambi. Ia belum dikaruniai anak, ia pasrah. Uangnya disisihkan
untuk membiayai muridnya yang tidak mampu. Setelah murid-muridnya wisuda ia
meras bahwa tugasnya sebagi orang tua sudah selesai. Ia sengaja mengirim uang
wisuda dan balik ke Jawa tanpa memberitahu mereka. Itu karena ia ingin muridnya
hidup mandiri tanpa memikirkan hutang budi.

Mungkin semuanya telah ditakdirkan tuhan. Setahun kemudian istrinya hamil.


Dua tahun kemudian lahir anak kedua walaupun umurnya hampur mendekati lima
puluh tahun, namun ia merasa senang masih diberikan momongan. Namun sekarang
kedua anaknya membutuhkan biaya pendidikan. Sedangkan ia merasa tidak berdaya.

Namun pak Gianto tidak gila hormat. Ia ingin pergi setelah menerima gaji. Ia
tidak ingin merepotkkan Adrianus dan muslim. Keesokan harinya pak Gianto
memasang platfon. Walaupun wajahnya sudah ditutupi tetapi ia masih merasa gundah.
Dari atas pak Gianto melihat pak Adrianus yang sedang memerhatiakn tukang yang
memasang platfon. Pak Gianto merasa muridnya melihat dirinya. Seketika tubuhnya
menggigil gemetar dan tanpa disadari tubuhnya terhempas ke lantai.

Pak Gianto tidak sadarkan diri. Secara sepontan Ir Adrianus menolong pak
Gianto. Dibukanya monol pak Gianto. Setelah melihat wajah pak Gianto ia pun
terkesiap. Tahi lalat yang ada di dagunya itu tidak akan pernah dilupakanya. Ia pun
memeluk pak Gianto, sambil menyebut. “Bapak, bapak, bapak!” jeritnya membuat
semua orang kalang kabut.

“Cepat panggil ambulan. Orang ini bapakku. Cepat!” Bentak Ir Adrianus.

Pak Surono yang ikut membantu pak Gianto pun merasa takut krena pak Ir
Adrianus yang selam ini lemah lembut bisa semarah itu.

Sampai rumah sakit seorang dokter spesialis tulang sudah menunggunya. Ir


Adrianus lah yang telah menelepon dokter tersebut. Pak Gianto kembali tergagap
karena dokter tersebut, tak lain adalah latifah salah satu anak angkatnya sama seperti
Ir Adrianus.

4
“Pak kalau bapak menemui kami hal seperti ini tidak akan terjadi.’

“Maafkan bapak. Sebenarnya bapak tidak ingin merepotkan kalian.” Ujarnya


tulus.

“Lalu kapan kami memiliki kesempatan berbakti?”

“Dengan melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin. Itu adalah bakti kalian.”

Keduanya pun menangis. Apalagi saat direktur bank pak muslim datang,
suasananya menjadi tambah haru

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU


Kelebihan
1. Cover/sampul buku ini menarik, sehingga dapat menarik perhatian pembaca
2. Judul buku kumpulan cerpen ini juga menarik
3. Identitas buku ini sudah lengkap dan sudah ISBN
4. Di dalam buku ini juga terdapat banyak cerpen-cerpen, sehingga pembaca tidak
bosan.

Kekurangan

1. Isi buku ini tidak bewarna, sehingga buku ini seperti hasil fotocopyan. Mungkin
jika buku ini bewarna akan lebih menarik lagi ketika membacanya.

5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Di dalam kumpulan cerpen ini ada membahas beberapa cerpen. Diantaranya
adalah fajar dan kata, pensiunan guru, gara-gara cucu, kambing berkaca mata, pohon
dalam perut, penabuh beduk, nasib yang apes, sebuah kotak warisan, sang pemikul air,
dompet kecil dan dompet besar, gara-gara buku, dan kejutan dari darma.
Setelah saya mereview buku ini, menurut saya kelebihan dari buku ini adalah
cover/sampul buku ini menarik, sehingga dapat menarik perhatian pembaca, Judul buku
kumpulan cerpen ini juga menarik, identitas buku ini sudah lengkap dan sudah ISBN, di
dalam buku ini juga terdapat banyak cerpen-cerpen, sehingga pembaca tidak bosan.
Sedangkan kekurangan buku ini menurut saya adalah isi buku ini tidak bewarna,
sehingga buku ini seperti hasil fotocopyan. Mungkin jika buku ini bewarna akan lebih
menarik lagi ketika membacanya.

B. Saran

Saya menyadari, dalam pembuatan makalah ini mungkin belum sempurna. Oleh
karena itu, saya sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak
terutama dosen. Saya hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari saya
sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah SWT..

6
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Varuni. 2008. Pohon dalam Perut. Surakarta: PT. ADICITRA INTERMEDIA.

Anda mungkin juga menyukai