“ KEMISKINAN “
Disusun Oleh :
Naomi manurung (3191131012)
Kelas D 2019
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa karena penulis dapat menyelesaikan tugas “ Critical Book Review” yang
masih jauh dari sempurna ini. Tak bisa di pungkiri , di era persaingan
Pendidikan kini sangat erat kaitannya degan Kurikulum yang dimuat oleh
berbagai pihak sekolah dengan maksud untuk memajukan kesejahteraan Sarana
dan Prasarana pendidikan sekolah yang membuat kita tidak bisa meutup mata.
Setiap orang dituntut untuk Mempelajari Kurikulum & pembelajaran, bahkan
bisa di bilang menjadi program wajib
Adapun maksud dari penulisan “Critical Book Review” atau yang sering
kita dengar dengan istilah “Meresensi Buku” ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Metodologi Penelitian, yang dalam hal ini proses penulisannya tak
lepas dari pengarahan dan bimbingan dari Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M. Si
selaku dosen mata kuliah.
Dan dengan ini penulis juga berterimakasih kepada pihak yang telah
bekerja sama dalam penyusunan tugas ini, Penulis minta maaf jika dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan Saya berharap kritik dan saran dari
semua pembaca.
Terimakasih saya ucapkan kepada semua rekan dan semua pembaca.
Naomi manurung
DAFTAR ISI
2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 03
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................. 04
Kesimpulan ....................................................................................................... 27
Saran ..................................................................................................................
27
BAB I PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Untuk itu, kami harapkan kepada pembaca agar mengetahui dan memahami
mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut
dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut
melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara
mendalam.
4
B. Tujuan Penyusunan
Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu
yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan
pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu mata kuliah Demografi dan
Kependudukan, Jurusan Pendidikan Geografi di Universitas Negeri Medan.
C. Manfaat Penyusunan
• Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
ISBN : 978-602-262-174-4
Buku Pembanding
5
Judul Buku : Memotong Ratai Kemiskinan
Penulis : Prof.Dr.H. Haryono Suyono
Penerbit : Yayasan Dana Sejahtera Mandiri
Tahun Terbit : 2003
Kota Terbit : Bandung
Tebal Buku : 120
ISBN : 979-3462-01-9
BAB II
6
PEMBAHASAN
7
berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin relatif
dirumuskan berdasarkan the idea of relative standard, yaitu dengan
memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Asumsinya adalah kemiskinan suatu
daerah berbeda dengan daerah lainnya dan kemiskinan pada waktu tertentu
berbeda dengan waktu lainnya (Usman, 2006; Masrizal, 2009).
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada
masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada
zaman modern. Negara kita Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, tapi kemiskinan sampai dengan sekarang belum juga teratasi. Di
Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula
dilaksanakan, seperti pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung,
gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani
program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan
ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui
program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat
sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan dan akhir-akhir ini adanya
jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) dan askeskin (asuransi kesehatan
miskin) tapi itu semua belum menjawab masalah kemiskinan (Masrizal, 2009).
8
dua kelompok kuintil berpenghasilan paling rendah. Hal ini juga berarti bahwa
kerentanan untuk jatuh miskin sangat tinggi di Indonesia: walaupun hasil survei
tahun 2004 menunjukkan hanya 16,7 persen penduduk Indonesia yang
tergolong miskin, lebih dari 59 persen dari mereka pernah jatuh miskin dalam
periode satu tahun sebelum survei dilaksanakan. Data terakhir juga
mengindikasikan tingkat pergerakan tinggi (masuk dan keluar) kemiskinan
selama periode tersebut, lebih dari 38 persen rumah tangga miskin pada tahun
2004 tidak miskin pada tahun 2003 (The World Bank, 2006).
9
2. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga
kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan
usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain.
Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun
tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk
berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan
bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori
beban ketergantungan.
10
3. Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau
timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan
penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan
atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan
penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk
miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk
berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan
ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk
berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan
nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati 12-17 persen pendapatan
nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17
persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau kesenjangan
dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata
(Dumairy, 1996).
11
kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar
(Todaro,2006).
12
ketimpangan ini dapat ditolerir. Pemerintah perlu memikirkan kembali
perihal ketepatan keputusan menggunakan industrialisasi sebgai jalur
pembangunan karenaakan sangat berdampak bagi pendapatan penduduk
dan selanjutnya kemiskinan (Dumairy, 1996).
13
dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat
kemiskinan di negaranya (Sitanggang, 2011).
a. Pengangguran
Jumlah pengangguran terbuka awal tahun 2011 sebanyak 8,12
juta orang. Jumlah yang cukup fantastis, mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan
banyaknya pengangguran, berarti banyak masyarakat tidak memiliki
penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak
memiliki penghasilan, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing
dan beli masyarakat. Sehingga akan memberikan dampak secara
langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi dan tingkat pengeluaran
rata-rata.
14
bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli, di tengah
melemahnya daya beli masyarakat, kenaikan harga beras akan
berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Perkiraan itu didasarkan
atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis
kemiskinan, yakni hampir tiga perempatnya (74,99 %) (Ritonga, 2007).
b. Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini
merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi
mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan
hidupnya, maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok,
menodong, mencuri atau menipu (dengan cara mengintimidasi orang
lain) di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak
keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi.
Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
c. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang
terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat
miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas
15
mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu.
Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka
sudah kesulitan. Bagaimana seorang penarik becak misalnya, yang
memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan, ketika
biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik leher, sementara anak-
anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi
mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi, sesungguhnya
negara sudah melakukan pemiskinan struktural terhadap rakyatnya.
d. Kesehatan.
Biaya pengobatan sekarang sangatlah mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif/ongkos pengobatan dengan biayanya yang tinggi, sehingga
biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
16
BAB I KEMISKINAN DALAM ILMU DEMOGRAFI
17
Hal ini, menurut Menteri PPN/ Kepala Bappenas, mencerminkan bahwa
6 pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan jangka pendek sudah
berjalan dengan baik. Diakui oleh Ibu Armida dalam paparannya, penduduk
miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Jumlah terbesar dari penduduk
miskin sebesar 57,8 persen berada di pulau Jawa. Lalu sebanyak 21 persen di
Sumatera, 7,5 persen di Sulawesi, 6,2 persen di Nusa Tenggara, 4,2 persen di
Maluku dan Papua dan angka terkecil sebesar 3,4 persen tersebar di
Kalimantan. Angka kemiskinan tidak dapat turun dengan signifikan karena
inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin juga tinggi. Kondisi global yang
berimbas pada situasi nasional, mendorong kenaikan harga- harga, kenaikan
bahan-bahan pokok yang tertinggi di antara kelompok pengeluaran untuk
bahan-bahan lainnya. Pengeluaran rumah tangga miskin untuk bahan pokok ini
rentan terhadap kenaikan harga pangan. Bahkan pada tahun 2005, meski terjadi
pertumbuhan, tetapi dengan poverty basket inflation tercatat sampai dengan
12,78 persen karena adanya kenaikan harga BBM, yang memicu kenaikan harga
bahan pokok sehingga berdampak pada kenaikan angka kemiskian. Oleh
karenanya, stabilitas harga pangan harus dijaga.Tercatat pada tahun 2006, angka
kemiskinan naik dari 15,97 persen menjadi 17,75 persen.
18
BAB II PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada
masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada
jaman modern.
Penyebab kemiskinan
e)penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
19
Di sisi lain ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi,
yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi
antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang
rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembagalembaga
yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu
menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga
mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering
mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan
ketimbang pemerataan.
e)Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
g)Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
20
i)Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).
21
tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
merupakan suatu keharusan. b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat
miskin. Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan
c) Perlidungan bagi si miskin. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap
kemiskinan. Perubahan sedikit saja dalam tingkat harga, pendapatan dan kondisi
kesehatan, dapat menyebabkan mereka berada dalam kemiskinan, setidaknya
untuk sementara waktu. Program perlidungan sosial yang ada tidaklah
mencukupi dalam menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun
memberikan manfaatpada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan menyediakan program perlindungan sosial yang lebih
bermanfaat bagi penduduk miskin serta masyarakat yang rentan terhadap
kemiskinan.
22
bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan
suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam
konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga
beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga
menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup
dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya
[74,99 persen].
23
mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab,
mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah
kesulitan.
Kelebihan Buku
1. Dapat kita temukan bahwa di dalam buku tercakup materi yang
dirangkai secara teratur sehingga memudahkan pemahaman pembaca
yakni dicakupkannya terlebih dahulu apa yang menjadi pengertian dan
makna kemiskinan, lalu membahas faktor, dan dikupas apa yang
24
menjadi dampak dari kemiskinan sehingga memudahkan pemahaman
akan materi.
2. Bentuk bukunya yang sederhana dengan ukuran yang tidak terlalu besar
sehingga mudah dibawa kemana-mana.
3. Dibantunya keterangan gambar yang memperjelas teori pada buku buku
utama dan pembanding yang relevansi dengan teori.
Kelemahan Buku
1. Dalam penulisan buku tulisan atau isi buku sama rata,maksudnya
pointpoint penting disama ratakan penulisannya dengan kalimat-kalimat
pendukung.Sehingga pembaca tidak dapat dengan mudah mengetahui
point-point penting dalam buku ini.
2. Buku ini juga tidak menyampaikan iktisar/ rangkuman
3. Adanya bahasa atau istilah-istilah yang susah dimengerti
4. Tidak adanya glosarium yang dapat membantu pembaca dalam
memahami istilah-istilah yang susah dimengerti
Kelebihan Buku
1. Adanya teori konsep yang terdapat dalam buku utama pada buku yang
menjelaskan khusus mengenai materi data tentang kemiskinan sehingga
memudahkan untuk mengetahui deret kejadian prakiraan hidrologi yang
tidak ada pada buku pembanding.
25
3. Isi buku pada buku pembanding memberi materi yang cukup luas yang
mencakup mengenai masalah statistik dan model matematik hidrologi
berbeda dengan buku utama yang mengulas pada bagian air dan
limpasan lebih banyak.
Kelemahan Buku
1. Penggunaan bahasa dalam buku sedikit kurang membantu pemahaman
si pembaca
2. Adanya beberapa penjelasan materi yang kurang luas terutama pada
hidrologi teknik buku utama yang membahas tentang pada bagian air
atau limpasan lebih banyak.
BAB IV
PENUTUP
26
4.1 Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan
penanganan lintas sektoral, lintas profesional dan lintas lembaga. Dari
berbagai sumber yang diperoleh maka diperoleh kesimpulan bahwa
Indonesia sampai saat ini belum dapat mengatasi masalah kemiskinan
sedangkan negara Indonesia telah banyak melakukan cara-cara pengentasan
kemiskinan tetapi kemiskinan juga belum bisa diatasi dengan baik. Hal ini
dapat dilihat dari contoh kasus kemiskinan yang terjadi di wilayah DKI
Jakarta yang masih banyak sekali penduduk yang berpenghasilan rendah
dan hidup kurang layak.
4.2 Saran
27
kemiskinan yang mereka hadapi. Pemerintah juga harus dapat
memperbanyak sektorsektor usaha agar angka pengangguran dapat ditekan
karena seperti yang kita ketahui pengangguran merupakan salah satu
penyebab kemiskinan. Selain itu juga agar pemerintah dan seluruh
masyarakat di Indonesia mau bekerjasama untuk ikut berperan serata dalam
meminimalkan jumlah kemiskinan agar Negara kita bisa bangkit dari
keterpurukan baik dari krisis ekonomi maupun kemiskinan yang semakin
meningkat setiap tahunnya, agar Negara kita bisa berkembang dan maju
serta mensejajarkan dengan Negara maju yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
28
Irawan. 1999. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
29