Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA BISNIS

ETIKA PEMASARAN DAN PRODUK KONSUMSI

Dosen Pengampu:
Rusni, SS., M.Hum., M.M

Disusun oleh:
Kelompok 7

RANGGA PUTRA PRATAMA(202210096)


FARAH ZATHIRA ALI(202210200)
NURUL AZIZAH RIZKIA(202210201)
TIARA INDAH FARAWANSAH(202210171)
GABY VEBIOLA GOES(202210043)

JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKOMONI MAKASSAR
2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang
berjudul “ ETIKA PEMASARAN DAN PRODUK KONSUMSI “ pada mata kuliah etika bisnis.
Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh
setiap masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara
yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia -
Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Swt atas
petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelaapan ke zaman terang benderang,
dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu saya
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine
google yang ikut
berperan besar dalam pembuatan makalah ini.
Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun
makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui
makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 26 November 2022

penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5


C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6


A. Pasar dan Perlindungan konsumen ......................................................................... 6
B. The contractual view ............................................................................................. 7
C. The due-care view..................................................................................................... 7
D. Etika periklanan ........................................................................................................ 8
E. P r i v a s i k o n s u m e n ................................................................................................... 8
F. Privasi Konsumen....................................................................................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11

B. Saran ............................................................................................................................ 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)”atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian
ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakatsebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik
dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Etika bisnis adalah standar-
standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap
karyaan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang
etik.Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya
dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan
antara etika dengan laba. !ustru diera kompetisi yang ketat ini" reputasi
perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnismerupakan sebuah
competitive advantage yang sulit ditiru. Para manajer pun kini menyadari baha
hanya bisnis yang beretikalah yang mampu bertahan. Bahkan etika itu sendiri
kinidiyakini dapat menjadi sumber keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
sehingga etikadan laba dapat diseleraskan dalam berbisnis.

Dalam menciptakan etika bisnis" ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lainyaitu pengendalian diri" pengembangan tanggung jaab sosial"
mempertahankan jati diri"menciptakan persaingan yang sehat" menerapkan
konsep pembangunan tanggung jaabsosial" mempertahankan jati diri"
menciptakan persaingan yang sehat" menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan" menghindari sikap 5K ( Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar" .

Pemasaran produk yang dilakukan perusahaan tidak hanya memikirkan


bagaimanacaranya agar produk perusahaan dapat habis terjual namun juga
menciptakan" menumbuhkan"dan menjaga pelanggan konsumen. Oleh karena
itu"dibutuhkan etika bisnis dalam memasarkan produk untuk mencegah praktik-
praktik pemasaran yang tidak etis yang ujungnya menimbulkan persaingan yang
tidak sehat dan mencelakakan konsumen. Meliputi etika pemasaran dalam
konteks produk" etika pemasaran dalam konteks harga" etika pemasaran dalam
konteks distribusi "penyaluran" etika pemasaran dalam konteks promosi" dan
juga keetisan iklan.

4
B . Rumusan Masalah
1. Apa itu pasar dan Perlindungan konsumen?
2. Jelaskan tentang the contractual view?
3. Jelaskan tentang the due-care view?
4. Jelaskan tentang the social cost view?
5. Jelaskan tentang etika periklanan
6. Jelaskan tentang privasi konsumen

C. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tentang pasar dan Perlindungan konsumen
2. Menjelaskan tentang the contractual view
3. Menjelaskan tentang the due-care view
4. Mejelaskan tentang the social cost view
5. Menjelaskan tentang etika periklanan
6. Menjelaskan tentang privasi konsumen

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PASAR DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Berbagai permasalahan dihadapi konsumen di pasar, termasuk menemui


berbagai produk yang berbahaya, adanya praktik penipuan dalam transaksi
perdagangan, produk gagal yang tetap dijual di pasar, tidak adanya label
peringatan pada produk, iklan yang menipu, dan kebocoran data pribadi
konsumen. Di antara permasalahan konsumen, yang paling serius adalah
mengenai keamanan produk (Velasguez, 2018).
Ada yang berpendapat bahwa isu tentang keamanan produk sebaiknya
diserahkan ke pasar. Pasarlah yang seharusnya memutuskan apakah produsen
dituntut untuk memenuhi keamanan produk dan seberapa detil keamanan yang
diinginkan konsumen. Apabila konsumen tidak menuntut lebih, maka isu tentang
keamanan produk secara spesifik tidak menjadi tanggung jawab produsen.
Ternyata, konsumen bukanlah pihak yang mengetahui secara lengkap
tentang suatu produk. Seringkali konsumen tidak memiliki pengetahuan apa pun
tentang suatu produk. Sering pula pembelian yang dilakukan bersifat impulsif
(impulsive buying), yaitu tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.
Pelanggaran etika pasar juga terjadi karena banyak pasar konsumen pada
dasarnya adalah pasar monopoli atau oligopoli. Sehingga, konsumen pada
situasi seperti ini tidak memiliki banyak pilihan. Apa yang tersedia di pasar, maka
itu lah yang akan menjadi pilihan konsumen. Padahal, produk yang dijual oleh
produsen boleh jadi adalah produk yang tidak aman.

Penting untuk para pelaku bisnis melakukan praktik bisnisnya secara beretika.

Produsen harus menjamin kemanan produk yang dijualnya di pasar. Terdapat tiga

pandangan mengenai kewajiban producen terhadap konsumen dalam hal keamanan produk.

Pandangan pertama adalah contractual view (pandangan yang bersifat kontraktual).

Pandangan kedua adalah due-care view (pandangan tentang tindakan kepedulian yang sama

bagi semua orang pada situasi tertentu). Selanjutnya pandangan yang ketiga adalah social

6
costs view (pandangan ongkos sosial). Mari kita simak penjelasan singkat di sub sub bab

berikut ini.

B. THE CONTRACTUAL VIEW

Pandangan kontraktual (contractual view) melihat hubungan antara pebisnis dan

pelanggannya merupakan suatu hubungan kontrak di mana kedua pihak saling menawar

posisi agar setara. Pelaku bisnis harus menuruti semua hal yang tertera dalam kontak yang

berhubungan dengan produknya seperti kehandalan, masa pakai, pemeliharaan, dan

keamanan produk. Namun, pelaku bisnis tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan

pengukuran keamanan lebih dari yang tertera di produknya.

Masalahnya adalah dalam pandangan kontraktual ini terdapat kesalahan asumsi utama.

Pandangan kontraktual ini beranggapan bahwa pihak konsumen memiliki pengetahuan yang

sama dengan pihak produsen. Kenyataannya banyak konsumen yang tidak memiliki

pengetahuan tentang produk yang dibelinya, sehingga hubungan antara kedua pihak pada

dasarnya tidak setara. Terlebih, banyak pihak pelaku bisnis menutup-nutupi pasal-pasal yang

merugikan konsumen secara sepihak, misalnya bisnis asuransi. Dalam perjanjian asuransi

seringkali calon nasabah tidak jeli terhadap surat kontrak yang ditandatanganinya. Di lain

pihak, pihak asuransi juga cenderung menutupi detil cara klaim. Kecuali calon nasabah ingin

mengetahui lebih lanjut dan proaktif bertanya, hal-hal detil tersebut tidak diungkapkan

secara eksplisit.

C. THE DUE-CARE VIEW

Pandangan due-care dikembangkan untuk menyempurnakan pandangan

kontraktual. Pandangan due-care beranggapan bahwa oleh karena pihak produsen lebih

berpengetahuan tentang produknya dan pihak konsumen bergantung pada pendapat pihak

produsen, maka pihak produsen memiliki kewajiban untuk memastikan produknya tidak

membahayakan konsumen.

7
Oleh karena itu, pihak produsen harus menerapkan 'duecare' Ketika mendesain,

memproduksi, dan memasarkan produk untuk menjamin bahwa produk yang

dipakai/dikonsumsi tidak merugikan konsumen.

Pandangan due-care tidak luput dari ketidaksempurnaan. Pandangan due-care tidak

menspesifikasi siapa yang akan membayar kerugian apabila produk yang dipakai konsumen

ternyata membahayakan konsumen. Membahayakan yang dimaksud di sini adalah ketika

pihak produsen dan konsumen sama-sama tidak menyadari potensi bahaya tersebut. Apakah

termasuk tindakan ketidak sengajaan? Kemudian, setelah diketahui bahaya tersebut maka

siapa yang akan bertanggung jawab?

D. THE SOCIAL COSTS VIEW

Pandangan biaya sosial (social costs view) beranggapan bahwa pihak produsen harus

membayar semua biaya kerugian yang diakibatkan oleh produk yang cacat, walau pun pihak

produsen/pabrik telah melakukan segala upaya (due-care) untuk mencegah kesalahan

produksinya. Walau pun juga pihak produsen di awal tidak menyadari potensi kesalahan

produknya.

Pandangan biaya sosial menyempurnakan pandangan due-care, karena pandangan

biaya sosial menyebutkan secara spesifik pihak mana yang harus bertanggung jawab

terhadap kerugian yang diderita konsumen.

Pemikiran dibalik pandangan biaya sosial ini adalah bahwa semua kerugian yang

diderita konsumen merupakan bagian dari biaya eksternal perjalanan dari proses produksi

sampai ke pasar. Biaya tersebut hendaknya dimasukkan menjadi bagian ongkos produksi.

E. ETIKA PERIKLANAN

Kasus etika bisnis banyak dijumpai dalam bidang periklanan. Iklan juga dianggap

mengatur pandangan dan persepsi konsumen. Contohnya adalah iklan melakukan

bodyshamming, yaitu mengolok-olok postur badan yang dianggap tidak proporsional. Kaum

8
perempuan bahkan bisa menjadi depresi ketika mereka melihat iklan yang selalu

menampilkan kesempurnaan.

Nilai keindahan dan kecantikan telah didikte oleh produsen make-up dan produk-

produk pelangsing. Selain itu, iklan rokok dianggap hidup tidak sehat terhadap anak anak

dan remaja. Iklan rokok menampilkan figur keren dianggap merepresentasikan suatu hal

yang bertentangan. Produsen rokok dianggap ber tanggung jawab terhadap meningkatnya

berbagai penyakit akibat rokok yang merugikan para perokok pasif.

F. PRIVASI KONSUMEN

Era sekarang adalah era digital. Data adalah segalanya. Penyimpanan data pribadi

konsumen dijanjikan akan aman. Namun pada kenyataannya, data pribadi konsumen banyak

yang bocor. Sebagian orang berpendapat bahwa meminta dan menggunakan data pribadi

adalah pelanggaran terhadap hak konsumen, yaitu hak privasi. Adanya hak pribadi ini

berdasarkan pendapat bahwa tiap orang memiliki keinginan untuk mengendalikan siapa

yang boleh mengakses informasi pribadinya. Contohnya, ketika kita bermaksud menjadi

pelanggan provider telepon seluler, kita hanya ingin pihak provider saja yang bisa

mengakses data pribadi kita sebagai persyaratan menjadi pelanggan. Kita tidak memberi

otorisasi terhadap pihak lain untuk menggunakan data kita. Kenyataannya, setelah telepon

seluler kita aktif banyak pesan spam memenuhi telepon seluler kita.

Pelaku bisnis semestinya menghargai hak privasi konsumen atau pelanggannya.

Pelaku bisnis ketika mengumpulkan data kosumen sebagai bagian dari transaksi bisnis

hendaknya hanya menanyakan data konsumen yang relevan dengan produk yang dijualnya.

Pelaku bisnis juga harus menginformasikan kepada konsumen untuk tujuan apa data tersebut

dikumpulkan. Konsumen harus menyetujui dan memberikan ijin terlebih dahulu untuk

pengumpulan informasi dari dirinya. Konsumen hendaknya memberikan informasi yang

benar. Di sisi lain, pelaku bisnis tidak boleh menggunakan data konsumen selain dari tujuan

yang telah disepakati bersama.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perusahaan akan berlomba-lomba menanamkan image produknya dengan


kuat kepada konsumen melalui iklan yang ditayangkan. Fenomena yang terjadi di
Indonesia juga banyak iklan yang dibuat semenarik mungkin dengan
mengabaikan tata krama dan tata cara periklanan di Indonesia, yang tentunya
melanggar juga etika dan moral.

B. Saran

Beberapa saran yang bisa kami berikan adalah Pemerintah dan masyarakat
lebih selektif dan cerdas dalam menyaring informasi dari iklan produk yang telah
keluar dari jalur etika, Biro iklan (advertising/media) lebih bijak dalam
memproduksi iklan. Dan Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dan
produsen menegakkan dan melaksanakan imbalan dan hukuman yang berkaitan
dengan etika dan periklanan produk

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku etika bisnis/penulis/Rusni, ss, M.Hum., M.M

https://myrobin.id/untuk-bisnis/etika-pemasaran

11

Anda mungkin juga menyukai