Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seledri (Apium graveolens L.) merupakan tumbuhan serbaguna,
terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Seledri termasuk salah satu sayuran
komersial yang bisa memberikan tambahan pendapatan. Pemanfaatan secara
umum sebagai sayuran, dan daun, tangkai daun, serta umbi sebagai campuran
sup. Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan
di atas makanan sebagai pelengkap masakan.Perkembangan perkebunan dan
pertambangan semakin maju dengan pesat, khususnya di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur. Perkembangan tersebut banyak yang menggeser lahan
pertanian, tidak hanya di daerah perkotaan, di daerah pedesaan pun lahan
pertanian berkurang drastis karena perkembangan perkebunan sawit. Akibatnya,
lahan pertanian semakin sempit dan disisi lain kebutuhan akan hasil pertanian
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh interaksi
media tanam dan penambahan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil seledri,
(2) menganalisis pengaruh tunggal media tanam dan pengaruh penambahan
nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil seledri, dan (3) menganalisis media apa
dan pada konsentrasi berapa saja yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil
seledri.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian respirasi?

1.2.2 Apa saja macam-macam respirasi?

1.2.3 Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi?


1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian respirasi.

1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam respirasi.

1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Family : Umbelliferae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L
Seledri adalah tanaman sayuran yang batangnya pendek,
daunnya berlekuk dan bertangkai daun panjang. Seledri merupakan tanaman
yang mempunyai daun majemuk menyirip, ganjil, pangkal daun runcing dan
tepinya beringgit. Tanaman ini tingginya ± 15 cm dengan lebar daun 2 – 3
cm dan panjang tangkai daun 2 cm (Soewito, 1991). Seledri merupakan tanaman
dataran tinggi yang tumbuh pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.
Pada dataran rendah seledri juga dapat tumbuh, namun ukuran batangnya lebih
kecil dibandingkan dengan yang ditanam di dataran tinggi. Tanah yang sesuai
untuk pertumbuhan seledri adalah tanah yang mengandung humus tinggi, tanah
lempung berpasir atau lempung berdebu, kisaran pH tanah antara 5,6 - 6,7 (Ashari,
1995).
Menurut Soewito (1991), seledri termasuk dalam famili Umbeliflorae.
Menurut jenisnya, tanaman ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : 1. Seledri
daun (Apium graveolens L. Var Scalinum Alef) Jenis ini tumbuh di tanah yang agak
kering dan yang digunakan adalah daunnya. Cara yang digunakan untuk
memanennya adalah dengan dicabut.

Seledri potong (Apium graveolens L. Var. Sylvestre Alef) Seledri jenis ini
lebih suka tumbuh di tanah yang mengandung pasir atau kerikil serta basah tetapi
tidak sampai tergenang. Cara memetiknya adalah dengan cara dipotong.

Seledri berumbi (Apium graveolens L. Var. Rapaceum Alef) Jenis seledri


berumbi ini tumbuh di tanah yang gembur dan banyak mengandung air. Bentuk
batangnya membesar bagaikan umbi. Bagian yang paling umum digunakan adalah
bagian umbi dan batang.

Di antara ketiga golongan seledri tersebut yang banyak ditanam di Indonesia


adalah seledri daun (Apium graveolens L. Var Scalinum Alef). Tanaman seledri
dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 – 3 bulan setelah penaburan benih. Setelah
dicabut akarnya, kemudian dicuci bersih dan diletakkan di tempat yang teduh
(Soewito, 1991).

Selama aktivitas pernapasan, produk akan mengalami proses pematangan


yang diikuti dengan cepat oleh proses pembusukan. Kecepatan pernapasan produk
tergantung pada suhu penyimpanan dan ketersediaan oksigen yang dibutuhkan
untuk pernapasan (Pantastico, 1986). Menurut Pantastico (1986), laju pernapasan
merupakan indikasi yang baik untuk menduga daya simpan buah-buahan dan
sayuran setelah dipanen. Laju pernapasan yang tinggi biasanya menyebabkan
berkurangnya daya simpan produk yang selanjutnya diikuti oleh penurunan mutu
dan nilai gizinya. Sebagian besar perubahan fisikokimiawi yang terjadi pada buah
setelah panen berhubungan dengan metabolisme oksidatif, termasuk pernapasan.
Proses repirasi dapat digambarkan dengan persamaan reaksi kimia sebagai berikut
: C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 674 kal. Energi Intensitas respirasi sering
dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan sering dianggap mengenai
daya simpan yang pendek. Bahan yang memiliki laju respirasi tinggi biasanya
memiliki daya simpan yang pendek.

7 Setiap sayuran dan buah-buahan mempunyai batas minimum untuk


penurunan O2 dan batas maksimum untuk meningkatkan CO2 agar sayuran dan
buah-buahan yang disimpan tidak mengalami kerusakan fisik. Kader (1992),
menyatakan bahwa toleransi relatif buah-buahan dan sayuran terhadap penurunan
O2 dan peningkatan CO2 menjadi penting untuk tercapainya kondisi atmosfir
termodifikasi yang terjadi sebagai akibat kegiatan metabolisme dan respirasi buah.
Perubahan konsentrasi gas O2 dan CO2 pada suatu saat akan mencapai suatu
kesetimbangan, dimana pada saat itu akan terjadi sedikit sekali atau bahkan tidak
ada perubahan konsentrasi gas O2 dan CO2.

Laju pernapasan adalah bobot CO2 yang dihasilkan per setiap bobot bahan
pada selang waktu tertentu dengan dimensi satuannya kg CO2 /kg.jam. Dengan
pengukuran O2 dan CO2 dimungkinkan untuk mengevaluasi sifat proses
pernapasan. Perbandingan laju produksi CO2 terhadap laju konsumsi O2dinamakan
kuosien pernapasan (Respiratory Quetient). Nilai ini dapat digunakan untuk
menentukan substrat yang digunakan dalam proses respirasi, kesempurnaan proses
respirasi dan derajat proses aerob atau anaerob (Muchtadi, 1992).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Bibit seledri Timbangan
Polybag hitam 20cm x 35cm Mistar
Sekam Spayer
Pasir Gembor
Pupuk kandang Kamera
MSG (micin) Alat tulis
Cangkul Air
Parang

3.2 Cara Kerja


Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dengan 2
faktor perlakuan yaitu:

a. .Faktor pertama terdiri dari: pupuk kandang ,pasir, arang, sekam


b. Faktor kedua adalah menggunakan MSG, pasir,arang,sekam.

1. Penyemaian benih/biji seledri dilakukan pada bak penyemaian dengan media


pasir dan pupuk kandang kotoran kambing, setelah semai memiliki 4 daun (4
minggu setelah persemaian) kemudian dipindahkan ke gelas plastik ukuran
volume 600 ml air.
2. Setelah 4 minggu bibit dalam gelas plastic, dipilih bibit yang relatif seragam
untuk dipindahkan ke dalam polibag, yang sebelumnya sudah diisi media dan
disusun sesuai perlakuan.
3. Lalu tumbuhan di beri 2 perlakuan perlakuan 1, diberi pupuk kandang dan
perlakuan 2 di beri Msg lalu di amati perbedaan dalam stiap pertumbuhannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Hasil Awal
FOTO KETERANGAN

Seledri usia 1 bulan


stelah persemian

Usia 2 bulan dan mulai


di beri perlakuan
c. Hasil Akhir
FOTO KETERANGAN
Perlakuan diberi pupuk kandang

Tangkai daun ada 6.


Tangkai daun yang paling
tinggi 13 cm.
Tangkai daun yang paling
pendek 3 cm.
Ukuran daun 2,5cm.

Tangkai yang paling tinggi


17,5 cm.
Tangkai yang paling
pendek 5 cm.
Ukuran daun 2cm,
dikarenakan adanya
kompetisi berebut nutrisi.
Ada daun yang berwarna
kuning.
Terdapat 4 pohon
Tangkai yang palingg
tinggi 20cm
Tangkai yang paling
rendah 7 cm.
Ukuran daun 2,5 cm.
Terdapat 3 pohon.

Perlakuan diberi MSG

Tangkai paling tinggi


30cm.
Tangkai yang paling
rendah 7cm.
Ukuran daun 3-5cm.
Warna hijau semua.
Ada 3 pohon
Tangkai yang paling tinggi
26 cm.
Tangkai paling rendah
3cm.
Ada 2 pohon.
Warna daun hijau.
Ukuran daun 2-5cm.

Tangkai yang paling


panjang 30cm.
Tangkai yang paling
rendah 4cm.
Ada 2 pohon

4.2 Pembahasan
Pertumbuhan sledri yang telah diamati saat proses persemian terjadi selama 15
hari dan telah tumbuh daun terdapat 2 sampai 3 buah yang diletakkan di gelas
plastik, kemudian setelah 1 bulan telah tumbuh 4 sampai 5 buah daun kemudian
dipindahkan ke polybag, lalu dibiarkan tumbuh hingga 2 bulan kemudian diberikan
perlakuan.
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara yang
terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas
kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.

Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan


hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro
seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan
belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan
unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk
yang banyak untuk menyamai pemberian pupuk kimia.

Seperti jenis pupuk organik lainnya, pupuk kandang memiliki sejumlah


kelebihan seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang
kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai
bibit penyakit atau parasit tanaman.

Pada tanaman seledri yang menggunakan pupuk kandang ada yang berwarna
kuning di karenakan kekurangan nitrogen. Tanaman yang kekurangan unsur
nitrogen dapat diidentifikasi dengan memperhatikan daun bagian bawah. Daun
pada bagian bawah tersebut berwarna kuning karena kekurangan klorofil atau zat
hijau daun, lama kelamaan daun akan mengering dan gugur. Tulang daun dibawah
permukaan daun muda akan tampak pucat, pertumbuhan tanaman lambat, kerdil
dan lemah. Akibatnya tanaman tidak akan tumbuh normal.

Pemakaian MSG terhadap tumbuhan sangat bermanfaat sekali untuk


menyuburkan tanaman. Vetsin adalah banyak mengandung unsure N (Nitrogen)
dan jika takaran untuk diberikan kepada tumbuhan itu sesuai cocok sebagai
penyubur tanah.

Vetsin atau penyedap makanan pada umumnya dibuat dari sari tetes tebu yang
banyak menagndung mineral yang amat dibutuhkan tanaman. Jadi dengan
menyiram tanaman dengan air yang sudah diberi vetsin akan membuatnya tumbuh
subur.

Monosodium glutamate adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamate


(salah satu asam amino non esensial penyusun protein) dibuat dari hasil fermentasi
zat tepung dan tetes dari gula bibit atau gula tebu. Senyawa ini terdapat secara alami
diproduksi oleh hampir seluruh tubuhan makhuk hidup dan digunakan untuk
kepentingan metaholisme dan sebagai sumber energi, karenanya jika digunakan
untuk menyiram tanaman, tanaman itu cepat tumbuhn melebatkan daun dan pada
beberapa jenis tanaman dapat merangsang keluarnya kuncup bunga.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

 Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan


yang digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah.
 Unsur hara makro yang terdapat dalam pupuk kandang seperti
nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg)
dan belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis,
kadar kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil.
 Pemakaian MSG terhadap tumbuhan sangat bermanfaat sekali untuk
menyuburkan tanaman. Vetsin adalah banyak mengandung unsure
N (Nitrogen) dan jika takaran untuk diberikan kepada tumbuhan itu
sesuai cocok sebagai penyubur tanah
 Monosodium glutamate adalah garam natrium (sodium) dari asam
glutamate (salah satu asam amino non esensial penyusun protein)
dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula bibit atau
gula tebu. Senyawa ini terdapat secara alami diproduksi oleh hampir
seluruh tubuhan makhuk hidup dan digunakan untuk kepentingan
metaholisme dan sebagai sumber energi, karenanya jika digunakan
untuk menyiram tanaman, tanaman itu cepat tumbuhn melebatkan
daun dan pada beberapa jenis tanaman dapat merangsang keluarnya
kuncup bunga
DAFTAR PUSTAKA

Lingga, P dan Marsono. 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Seri Agritekno.


Jakarta.
Edi, S. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Dataran Rendah. Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Jambi. Damayanti, N. 2012
Pengaruh Pupuk Organik Padat dan Cair terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa).
Sarief, Saefuddin., 1986. Kesuburan dan pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana Bandung.

Gardner, P. Franklin, et al. 1991. Fisiologi Tanman Budidaya. Penerbit Univesitas


Indonesia (UI-Press) Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai