Anda di halaman 1dari 12

Emile Durkheim: Perekat Sosial, Solidaritas Sosial,

Agama Totem
Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Agama

Oleh:
Ahmad Dheni Misyanto (07010220001 )
Cut Mutia Audina (07020220021)
Faza Izzatul Haqiqiyah (07020220025 )
Nur Faizatul izzah (07020220039)
Savira Fajar Riantika (07020220044)

Dosen pengampu:
Hidayatul Wahidah, MA.

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik, kami juga berterima kasih
atas bimbingan yang diberikan kepada kami.

Laporan ini termasuk tugas yang disusun berdasarkan bagaimana Agama sebagai
perekat sosial, solidaritas sosial, dan juga agama totem menurut pandanga emile Durkheim.
Laporan ini juga disusun untuk memenuhi tugasSosiologi Agama, selain itu penulisan
makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan menambah wawasan untuk pembacanya.

Surabaya, 8 Oktober 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.2 Perekat Sosial........................................................................................5
2.3 Solidaritas Sosial...................................................................................5
2.4 Agama Totemisme................................................................................6
BAB III................................................................................................................8
PENUTUP...........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Agama dan masyarakat merupakan suatu organisme sosial yang utuh, karena terdapat
hubungan permanen antara satu sama lainnya, dan agama dapat berfungsi sebagai pelindung
tatanan sosial, dan masyarakat organisme sosial yang mempunyai hukum terhadap dirinya
sendiri, oleh karena itu, yang hendak memberikan pimpinan hidup kepada masyarakat
hendaklah tahu hukum hidup masyarakat dengan berdasarkan pengetahuan tentang
masyarakat tersebut. Antar agama dan masyarakat sangat erat hubungannya, yakni agama
memuat norma-norma tertentu dimana norma itu bisa menjadi acuan atau kerangka dalam
bersikap dan bertingkah laku dan juga sebagai pelindung dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian dalam kehidupan bermasyarakaat hendaknya harus bener-benar tepat
dalam memilih pemimpin yang tahu tentang kehidupan bermasyarakat agar tercipta hidup
yang penuh keadilan dan kedamain. Sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang
mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam
masyarakat. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak
dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan
kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan. Max Weber dan
Emile Durkheim menjadi pencetus sosiologi agama sebagai suatu disiplin ilmiah. Karya-
karya Weber dan Durkheim menjelaskan tentang sosiologi agama sebagai cara untuk
memperoleh keterangan ilmiah tentang masyarakat beragama. Sosiologi agama menggunakan
sudut pandang empiris dari ilmu sosial sebagai pendekatan ilmiahnya.

1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana agama menjadi perekat sosial?
2. Bagaimana pengertian dari solidaritas sosial menurut Emile Durkheim?
3. Bagaimana pengertian dari Agama totemisme menurut Emile Durkheim?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui agama sebagai perekat Sosial
2. Untuk mengetahui pengertian dari solidaritas sosial menurut Emile Durkheim
3. Untuk mengetahui pengertian dari Agama totemisme menurut Emile Durkheim
BAB II
PEMBAHASAN
2.2Agama sebagai Perekat Sosial
Dalam kehidupan manusia Agama tentunya memiliki peranan yang sangat penting. Agama
juga berfungsi sebagai penyelaras kehidupan manusia. Selain itu di dalam Ajaran agama juga
memiliki pengaruh yang besar dalam penyatuan persepsi kehidupan masyarakat. Secara
Fungsional Kehadiran agama dijadikan sebagai “perekat sosial”, memupuk rasa solidaritas,
menciptakan perdamaian, kontro sosial, dan lain sebagainya. Menurut tokoh- tokoh Sosiolog
seperti Robertson Smith dan Emile Durkheim mereka memandang bahwasannya
kemunculan agama secara positif sejalan dengan perkembangan masyarakat. Mereka juga
berpendapat bahwasannya Agama bagi mereka bukanlah suatu persoalan individu
melainkan representasi kolektif dari masyarakat. Mereka menekankan bahwa agama
pertama-tama adalah aksi bersama dari masyarakat dalam bentuk ritual-ritual, upacara
keagamaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat secara positif berperan
dalam terbentuknya atau munculnya agama. Kemudian mengenai Masalah agama itu tidak
akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, alasannya karena agama itu
sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. dalam prakteknya fungsi
agama dalam masyarakat antara lain:

1. Fungsi Edukatif, Para penganut agama berpendapat bahwasannya ajaran agama


yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Secara Yuridis Ajaran
agama memiliki fungsi untuk menyuruh dan melarang. Kedua unsur tersebut mempunyai
latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan
terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama mereka masing-masing

2. Fungsi Penyelamat, Keselamatan yang diajarkan oleh agama adalah keselamatan


yang meliputi bidang luas. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada
penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yakni keselamatan dunia dan
keselamatan akhirat. Untuk mencapai keselamatan tersebut agama mengajarkan para
penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sacral yang berupa keimanan kepada
Tuhan.

3. Fungsi sebagai Pendamaian, Melalui agama seseorang yang bersalah maupun


berdosa itu dapat mencapai kedamaian batin yang melalui tuntunan agama. Rasa berdosa
dan rasa bersalah yang dilakukan seseorng akan segera hilang dari batinnya apabila
seseorang pelanggar telah menebus dosanya yakni melalui tobat, pensucian maupun
penebusan dosa. 4. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas, sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama akan merasa memiliki kesamaan dan satu kesatuan;
iman dan kepercayaan. Yang kemudian dengan adanya Rasa kesatuan ini akan membina
rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, selain itu dengan adanya agama
sebagai rasa solidaritas ini juga dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

5. Fungsi Transformatif, Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian


seseorang/ kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya
itu kadang kala mampu mengubah kesetiaan nya kepada adat atau norma kehidupan
yang dianutnya sebelumnya.1

2.3Solidaritas Sosial
Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah sebuah kesetiakawanan yang
menunjukkan pada satu keadaan hubungan baik itu antar kelompok maupun antar individu
dan didasarkan pada perasaan moral dan suatu kepercayaan yang dianut secara bersama-sama
dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Menururut Durkheim solidaritas sosial
ini dibagi menjadi dua macam yakni solidaritas Organik dan solidaritas Mekanik.
1. Solidaritas Organik
Solidaritas organik adalah sebuah ikatan bersama yang dibangun berdasarkan perbedaan.
Meskipun terdapat perbedaan mereka justru dapat bertahan dengan Perbedaan tersebut
alasannya dikarenakan pada kenyataannya semua orang itu memiliki pekerjaan dan tanggung
jawab yang berbeda-beda akan tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk
suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Setiap anggota masyarakat tentunya tidak dapat
memenuhi semua kebutuhannya sendiri yang artinya setiap orang pasti memiliki sifat saling
ketergantungan yang besar dengan orang maupun kelompok lain. Solidaritas organik
biasanya sering kita jumpai di masyarakat perkotaan yang heterogen. Hubungan maupun
ikatan yang dibangun biasanya didasarkan atas kebutuhan materi maupun hubungan kerja
dalam sebuah perusahaan.
2. Solidaritas Mekanik
Berbeda dengan solidaritas organik yang lebih sering kita jumpai di perkotaan, Solidaritas
mekanik pada umumnya terdapat pada masyarakat yang primitif, solidaritas mekanik dapat

1
Boti, Midya. "Agama dan Perubahan Sosial (Tinjauan Perspektif Sosiologis Agama)." Jurnal Istinbath 14.15
(2015): 35-50.
terbentuk dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang sama dan mereka juga terlibat
dalam aktivitas yang sama. Perlu kita ketahui bahwasannya Solidaritas mekanik ini memiliki
kekuatan yang sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antar sesama, sehingga
membuat solidaritas ini lebih bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanik ini juga
didasarkan pada tingkat homogenitas yang tinggi dan untuk tingkat ketergantungan antar
individu sangat rendah. misalnya pada pembagian kerja dalam masyarakat. Di dalam
solidaritas mekanik tiap individu memiliki keahlihan dan tingkat kemampuan suatu pekerjaan
yang sama yang kemudian membuat setiap individu dapat mencukupi apa yang diinginkan
tanpa adanya ketergantungan dengan individu yang lainnya.

Menurut Durkheim, indikator atau petunjuk yang paling jelas untuk solidaritas mekanik
adalah sebuah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat menekan. Anggota
masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik ini tentunya memiliki kesamaan antara satu
sama lainnya dan mereka juga cenderung sangat percaya dengan moralitas bersama,
kemudian mengenai pelanggaran terhadap suatu sistem nilai bersama masyarakat ini tidak
akan menilai main-main terhadap nilai tersebut

2.4Agama Totemisme
Agama totemisme yaitu suatu kepercayaan atau agama yang mempercayai adanya
daya atau sifat ilahi yang dikandung sebuah benda atau makhluk hidup selain manusia.
Totemisme ini biasanya terdapat di peradaban kuno seperti peradaban bangsa Indian,
Cippewa, atau Ojibwa di Amerika Utara.2 Kepercayaan Totemisme ini mempunyai beberapa
aturan seperti tidak boleh menyakiti, membunuh atau memakan binatang yang
dipercayainya.3 Kecuali binatang itu digunakan untuk sesaji dalam upacara upacara
keagamaan. Menurut orang Totem binatang bukan hanya dianggap sebagai bagian yang
sakral tetapi juga menjadi perwujudan dan contoh yang sempurna dari yang sakral dan
biasanya bisa dilihat di upacara upacara keagamaan yang berbentuk ukiran kayu atau batu,
biasanya diletakkan ditengah tengah upacara upacara keagamaan tersebut. Binatang yang
dipercayai sakral oleh Agama Totem ini disetap daerah berbeda - beda ada yang
mempercayai kura-kura, burung, dan ikan dan juga tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitar
daerah itu.

2
Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta:
Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3604
3
Kamiruddin, Kamiruddin. "Fungsi Sosiologis Agama (Studi Profan dan Sakral Menurut Emile
Durkheim)." Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama 3.2 (2011): hal 8
Durkheim, menyatakan bila diamati sepintas lalu, totemisme ini tidak lebih dari bentuk
keyakinan agama atau sekedar tipe lain dari agama yang selama ini diketahui sebagai
bentuk pemujaan terhadap binatang atau tumbuhan tertentu. 4 Tetapi para penganut
kepercayaan Totem ini sebenarnya tidak sedang "memuja seekor binatang" atau "
tumbuhan" tetapi mereka memuja sesuatu kekuatan yang terdapat pada binatang dan
tumbuhan tersebut. Di Autralia misalnya, mereka mempercayai totem binatang tertentu
karena binatang tersebut melambangkan kesatuan di antara anggota suku mereka, nilai-nilai
yang diyakini baik yang ada pada totem binatang tersebut kemudian dihayati dan dipakai
sebagai panduan nilai moral dalam hidup bersama. 5 Menurut Durkheim, dalam kepercayaan
totem ini juga terdapat Tuhan yang mereka sembah, namun Tuhan itu berbentuk
”impersonal, artinya Tuhan yang tanpa nama atau sejarah, imanen ke dalam dunia dan
mengejewantah ke berbagai benda yang ada di alam ini. 6 Agama Totem ini sebenarnya
menyembah tuhan baik yang berupa binatang atau tumbuhan yang terdapat di alam nyata ini
dan juga dipercayai memberi kemakmuran kepada mereka.

Agama Totem memiliki ritual pemujaan yang dibagi menjadi tiga bentuk yang pertama
disebut dengan

1. Pemujaan negatif yang berisi tentang larangan larangan


2. Pemujaan yang kedua disebut dengan pemujaan positif yang biasanya diisi tentang prosesi
penyerahan hidup manusia kepada Tuhan.
3. Yang ketiga disebut pemujaan Piacular yang diisi dengan penebusan dosa atau kesalahan

Ritual yang diadakan oleh agama Totemisme ini biasanya dilakukan diawal hujan dan
dimulai dari tempat tempat tertentu yang ada disekitar kemudian diikuti oleh suka cita
keagamaan dan dipertengahan upacara binatang yang dianggapnya sakral (binatang Totem)
ditangkap dan disembelih kemudian dimakan dalam sebuah perjamuan yang sakral. Agama
Totem juga mempercayai jika memakan daging binatang Totem setiap orang mendapat
pancaran ilahiyah dari Tuhan dan berpengaruh baik dikehidupan ilahiyah didalam jiwa
mereka.

Dalam analisis Durkhaim menyatakan bahwa keyakinan dan ritual ritual agama
Totem adalah "sesuatu ekspresi simbolis dari realitas sosial". Dan pemujaan yang dilakukan
4
Ibid, hal 8
5
Susanto, Edi. "Signifikansi Pendekatan Fenomenologi terhadap Dinamika Religious Studies: Kajian atas
Pemikiran Dauglas Allen." Islamica: Jurnal Studi Keislaman 1.1 (2006) hal 79
6
Kamiruddin, Kamiruddin. "Fungsi Sosiologis Agama (Studi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim)."
Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama 3.2 (2011): hal 9
oleh Agama Totem itu sebagai pernyataan kesetiaan mereka dan diwujudkan dengan cara
memakan daging yang menurut mereka sakral, Itu semua adalah suatu tindakan untuk
menegaskan dan mengukuhkan kesetiaan mereka terhadap agamanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehadiran agama secara fungsional sebagai “perekat sosial”, memupuk rasa solidaritas,
menciptakan perdamaian, kontro sosial, membawa masyarakat menuju keselamatan,
mengubah kehidupan seseorang menjadi kehidupan yang lebih baik, memotivasi dalam
bekerja dan seperangkat peranan yang kesemuanya adalah dalam rangka memelihara
kestabilan sosial. Fungsi Sebagai Social Control Ajaran agama oleh penganutnya
dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai
pengawasan social secara individu maupun kelompok karena: pertama, agama secara
instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogmatis (ajaran)
mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian). Fungsi Pemupuk
Rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis penganut agama
yang sama akan merasa memiliki kesamaan dan satu kesatuan; iman dan kepercayaan.

Solidaritas Sosial Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah sebuah


kesetiakawanan yang menunjukkan pada satu keadaan hubungan baik itu antar kelompok
maupun antar individu dan didasarkan pada perasaan moral dan suatu kepercayaan yang
dianut secara bersama-sama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas
Mekanik Berbeda dengan solidaritas organik yang lebih sering kita jumpai di perkotaan,
Solidaritas mekanik pada umumnya terdapat pada masyarakat yang primitif, solidaritas
mekanik dapat terbentuk dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang sama dan
mereka juga terlibat dalam aktivitas yang sama. Di dalam solidaritas mekanik tiap individu
memiliki keahlihan dan tingkat kemampuan suatu pekerjaan yang sama yang kemudian
membuat setiap individu dapat mencukupi apa yang diinginkan tanpa adanya ketergantungan
dengan individu yang lainnya. Anggota masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik ini
tentunya memiliki kesamaan antara satu sama lainnya dan mereka juga cenderung sangat
percaya dengan moralitas bersama, kemudian mengenai pelanggaran terhadap suatu sistem
nilai bersama masyarakat ini tidak akan menilai main-main terhadap nilai tersebut. Agama
Totemisme Menurut orang Totem binatang bukan hanya dianggap sebagai bagian yang sakral
tetapi juga menjadi perwujudan dan contoh yang sempurna dari yang sakral dan biasanya bisa
dilihat di upacara upacara keagamaan yang berbentuk ukiran kayu atau batu, biasanya
diletakkan ditengah tengah upacara upacara keagamaan tersebut. Binatang yang dipercayai
sakral oleh Agama Totem ini disetap daerah berbeda - beda ada yang mempercayai kura-
kura, burung, dan ikan dan juga tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitar daerah itu. Agama
Totem ini sebenarnya menyembah tuhan baik yang berupa binatang atau tumbuhan yang
terdapat di alam nyata ini dan juga dipercayai memberi kemakmuran kepada mereka. Yang
ketiga disebut pemujaan Piacular yang diisi dengan penebusan dosa atau kesalahan Ritual
yang diadakan oleh agama Totemisme ini biasanya dilakukan diawal hujan dan dimulai dari
tempat tempat tertentu yang ada disekitar kemudian diikuti oleh suka cita keagamaan dan
dipertengahan upacara binatang yang dianggapnya sakral (binatang Totem) ditangkap dan
disembelih kemudian dimakan dalam sebuah perjamuan yang sakral.

3.2Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, semoga bermanfaat selalu bagi para pembaca dan
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata pada pembuatan
makalah ini di hati para pembaca dan apabila ada saran maupun kritik kami mempersilahkan
untuk menyampaikannya kepada kami.

3.3
DAFTAR PUSTAKA
Boti, Midya. (2015) "Agama dan Perubahan Sosial (Tinjauan Perspektif Sosiologis Agama)."
Jurnal Istinbath 14.15 hal 35-50.
Shadily, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Kamiruddin, Kamiruddin. (2011) "Fungsi Sosiologis Agama (Studi Profan dan Sakral Menurut
Emile Durkheim)." Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama 3.2 hal 157-176.

Susanto, Edi. (2006) "Signifikansi Pendekatan Fenomenologi terhadap Dinamika Religious


Studies: Kajian atas Pemikiran Dauglas Allen." Islamica: Jurnal Studi Keislaman 1.1 hal 67-
75.

Anda mungkin juga menyukai