Anda di halaman 1dari 7

MANUNGGALING KAWULO GUSTI MENURUT ALIRAN SAPTA DARMA

DITINJAU DARI AGAMA ISLAM


Rika Purwandari1, Anwarsyah Nur2, Munandar3
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Email: rikapurwandari@gmail.com1, anwarsyahnur@uinsu.ac.id2, munandar@uinsu.ac.id3

ABSTRAK: Penelitian ini mendeskripsikan tentang pokok-pokok permasalahan


penelitian ini yang dibagi menjadi 2 sub masalah, yakni pertama, membahas Apa Yang
Dimaksud Dengan Manunggaling Kawulo Gusti dan Kedua, membahas Bagaimana
Pandangan Islam Tentang Manunggaling Kawulo Gusti Dan Aliran Sapta Darma. Adapun
tujuan dari penelitian ini, yaitu pertama, Untuk mengetahui maksud dari Manunggaling
Kawulo Gusti dan kedua, Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam Tentang
Manunggaling Kawulo Gusti dan Aliran Sapta Darma. Jenis penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah Kualititatif Komperatif. Dalam pengolahan data, pendekatan yang
digunakan adalah Pendekatan Akidah. Teori pendekatan yang dilakukan oleh peneliti
ialah menggunakan metode Library Research (riset kepustakaan). Peneliti membagi
sumber data menjadi dua kategori yaitu data primer yang dimaksud ialah Al-Qur’an,
hadits serta Al-kitab yang terkait dengan judul skripsi ini. Dan data sekunder yang
dimaksud ialah data-data yang diperoleh dari buku-buku. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Manunggaling Kawulo Gusti adalah menyatunya manusia dengan
Tuhan-Nya (Manunggaling Kawulo Gusti), Manunggaling Kawulo Gusti adalah konsep
sufi, yang kita pun bisa meraihnya. Dengan komitmen untuk menjadikan kebaikan selalu
menjadi bagian dari diri kita, komitmen untuk menaklukan ego, komitmen untuk hanya
berharap ridho Allah dan bukan lainya. Itulah, intinya kita berkomitmen menjadi baik
setiap saat hanya karena ridho Allah. Diantara ajaran Sapta Darma tersebut
mempercayai adanya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, tetapi di dalamnya tidak
mengajarkan tentang ibadah-ibadah seperti layaknya yang ada pada umat Islam.
Kata Kunci: Manunggaling Kawulo Gusti, Aliran Sapta Darma.

ABSTACT: This thesis describes the main problems of this research which are divided
into 2 sub-problems, namely, first, discussing What is meant by Manunggaling Kawulo
Gusti and second, discussing the Islamic View of Manunggaling Kawulo Gusti and the
Sapta Darma School. The objectives of this research are, firstly, to find out the purpose
of Manunggaling Kawulo Gusti and secondly, to find out how Islam views about
Manunggaling Kawulo Gusti and the Sapta Darma School. The type of research
conducted by the researcher is Comparative Qualitative. In data processing, the
approach used is the Akidah approach. The theoretical approach taken by the
researcher is to use the Library Research method (library research). The researcher
divides the data sources into two categories, namely the primary data in question,
namely the Qur'an, hadith and the Bible related to the title of this thesis. And secondary
data in question is data obtained from books. The results of this study indicate that
Manunggaling Kawulo Gusti is the union of man with His God (Manunggaling Kawulo
Gusti), Manunggaling Kawulo Gusti is a Sufi concept, which we too can achieve. With a
commitment to make goodness always a part of us, a commitment to conquer the ego, a
commitment to only hope for the pleasure of Allah and nothing else. That is, the point is
that we are committed to being good all the time just because of Allah's blessing. Among
the teachings of Sapta Darma, they believe in the existence of God as God Almighty, but
in it they do not teach about worship as is the case with Muslims.

102 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

Keywords: Manunggaling Kawulo Gusti, Sapta Darma.

PENDAHULUAN
Arti "iman", menurut bahasa, Ia pulang ke rumah pada pukul 24.00.
memiliki berbagai arti, seperti Harjosapoero mengambil tikar,
kepercayaan pada agama, kepercayaan meletakkannya di lantai dan tertidur.
bahwa itu benar-benar ada, pada dewa Saat ia akan "tiba-tiba" tertidur,
dan roh. Menurut istilah ini, yang kekuatan spiritual mendorongnya untuk
dimaksud dengan "iman" adalah dogma terus bersujud. Ia terus sujud,
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mengulang pelafalan yang sama hingga
tidak beragama atau tidak menganut pukul 5 pagi.
suatu agama. TAP MPR/IV/MPR Penjelmaan Rakuta dalam ajaran
1678/Bab IV Nomor 13 angka 1 huruf F Sapta Dharma merupakan salah satu
menyatakan bahwa sebagaimana perwujudan dari konsep Manunggaling
ditetapkan oleh pemerintah, Kawula Gusti, karena pada saat umat
kepercayaan kepada aliran-aliran Sapta Darma melakukan rakuta, Hyang
bukanlah agama baru, melainkan Maha Suchi (roh manusia) menghadap
budaya nasional, tetapi agama yang Hyang Agung di alam kasuvargan. Jadi
diakui oleh negara. . arti iman. Iman masa sulitnya adalah ketika orang
disebut iman agama, iman berdasarkan mencapai kesempurnaan karena
hasil, kreativitas, kesenangan, inisiatif mereka dapat bertemu Yang Mahakuasa.
manusia disebut iman. Menurut Dharma dalam Gum,
Pada bulan November 1970, Tuhan ada, Dia adalah satu, Dia
Badan Musyawarah Ilmu Gaib Indonesia mengendalikan alam dan segala isinya,
(BKKI) memimpin Simposium Nasional yaitu, Dia memiliki 5 kualitas utama:
Iman, Misteri, Spiritualitas dan Mahakuasa, Penyayang, Adil, Maha
Spiritualitas di Yogyakarta. Pertemuan Tinggi dan Abadi (abadi). Partisipasi Sri
tersebut dihadiri oleh seorang ahli yang Patangan ini juga menjelaskan: “Tuhan,
memberikan terjemahan dari kata yang juga kami sebut Yang Mahatinggi,
"iman", yang berarti tasawuf, ruh dan adalah semua materi eksklusif, dasar
spiritualitas dalam Pasal 29 UUD 1945. dari segala sesuatu dan pencipta segala
A.K. Pringgodigdo, S.H. Dari terjemahan sesuatu, dan memiliki semua 5 kualitas
ini, pembicara menangkap gagasan agung. Mengingat sifat-sifat yang
betapa pentingnya memberikan dasar diberikan kepada Tuhan dalam ajaran
konstitusional kebatina, akibatnya ia Dharma, tampak bahwa beberapa
mengubah nama aliran sufi menjadi penjelasan mengacu pada sifat
aliran kepercayaan dari tahun 1970 dan menghindari ekstremisme, seperti sifat
secara resmi mendukungnya di MPR. - satu hal mutlak sebagai dasar dari segala
Sidang Republik Indonesia pada bulan sesuatu. Oleh karena itu, mereka
Maret 1973. percaya pada Tuhan yang impersonal.
Kata Sapta Darma sendiri diambil Penganut Sapta Darma
dari bahasa Jawa Kuno. Kata "sapto" menghadap ke timur saat melakukan
memiliki tujuh arti, dan kata "darmo" ibadah, seperti: sujud penggalian,
sendiri berarti kewajiban. Pada hari tempat ibadah, sujud biasa, dll. Penganut
Kamis, 26 Desember 1952, Sapta Darma tidak menggunakan alat
Harjosapoero menerima wahyu, dan seperti bunga, dupa atau suara sesaji
Harjosapoero menjadi sedikit waswas. saat beribadah, seperti yang dilakukan
Alhasil, dia bertemu dengan temannya. orang Jawa pada umumnya. .

103 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

Penggunaan alat ini dalam ajaran Sapta sepenuhnya benar. Gusti (Pangeran,
Dama adalah syirik seperti yang telah Allah) yang dimaksud adalah
dijelaskan di atas. Penggemar Sapta perumpamaan tentang Urip (Fakta
Darma hanya menggunakan kain putih Kehidupan) Tuhan atau Dzat (saat ini,
untuk mempertegas fokus. tercerahkan). Dalam ajaran ini, para
Diyakini bahwa orang yang dapat penganutnya mengklaim bahwa Syekh
berhubungan dengan Tuhan memiliki Siti Yenar tidak pernah menyebut
sifat-sifat yang juga dimiliki Tuhan, yaitu dirinya Tuhan. Makna Manunggaling
konsep Manungaling Kawula Gusti. Kawula Gusti bukan untuk
Kekuatan Tuhan, seperti kekuatan menghubungkan Tuhan dengan ciptaan-
untuk menyembuhkan, kekuatan untuk Nya, tetapi menerima bahwa Sang
menciptakan, dan kekuatan lain di luar Pencipta adalah tempat di mana semua
pemahaman manusia, akan memiliki ciptaan hidup kembali, dan dengan
kekuatan ini jika manusia telah kembali kepada-Nya, manusia
mencapai kesatuan dengan Tuhan. terhubung dengan Tuhannya.
Diharapkan mereka yang mencapai Dalam ajaran Manunggalinga
tahap ini dapat menggunakan kelebihan Kawul Gusti, senada dengan ayat Al-
tersebut dengan bijak. Qur'an yang menjelaskan tentang
Manungaling kavulo gusti terjadi penciptaan manusia, artinya di dalam
ketika seorang hamba mengabdikan diri manusia itu ada ruh yang memancar
seluruh hidupnya kepada Tuhan dari ruh Tuhan.
sehingga ketika Tuhan berurusan ‫ِ ِِ َة لكئ ِال لم ِال َ لا‬
‫( َ َ ِِ لا‬٧١) َ َ َ ‫ِ ِل اه‬
‫( َ ِ يِد لا‬٧٢)
dengan alam semesta ini, ia dapat “(Ingatlah) ketika Tuhanmu
bekerja melalui salah satu hamba-Nya berfirman kepada para malaikat:
untuk merawat ciptaan-Nya. “Sesungguhnya, Aku akan menciptakan
Manungaling Kavula Gusti artinya manusia dari tanah liat. Jadi, ketika saya
manusia mampu menangkap ruh membuat suatu peristiwa dan
Tuhan/roh suci dalam dirinya. Anda meniupkan roh (ciptaan) saya ke
dapat belajar dari Syekh Siti Janar dan dalamnya; maka sujudlah di
juga al-Khalaj dalam literatur Islam, hadapannya” (Sura Syaad: 71-72).
Jalaluddin Rumi. Dasar dari ajaran Manunggalinga
Manusia diciptakan hanya untuk Kavul Gusti bukanlah klaim sebagai
menyembah-Nya, mereka tidak Tuhan, tetapi sebuah langkah dalam
menyembah siapa pun selain Dia, atau kehidupan seorang mukmin yang
bahkan menyembah siapa pun selain menciptakan kehadiran Tuhan dalam
Dia. Aku tidak menciptakan jin dan dirinya dan nafasnya karena
manusia, kecuali mereka mengabdi kedekatannya dengan Tuhannya dalam
kepadaku (Surah al-Azariyyat, 56). segala tindakannya. Saat dia duduk,
َُُۡ َ ۡ
َ َ َ ‫ت ٱل‬ۡ َۡ
ُ ‫َو َما َخلق‬
٦٥ ‫ون‬
ِ ‫جن وٱلإِنس إِلا ل ِيعبد‬
ِ
tidur, setiap detik dan nafasnya dia
merasakan hadirat Tuhan saja. Konsep
“Dan Aku menciptakan jin dan Manunggaling Kawula Gusti menjadikan
manusia hanya untuk mengabdi kepada- agama sebagai ruh utama
Ku.” kehidupan/dasar dalam melakukan
Manungaling Kavula GustiHal ini segala perbuatan. Oleh karena itu,
juga sering diartikan sebagai penyatuan semua tindakan harus dikhususkan
manusia (kavula) dengan Tuhan (gusti). untuk ibadah dan Anda harus selalu tahu
Anggapan bahwa Gusti adalah bahwa Allah selalu bersama kita 24 jam
perumpamaan tentang Tuhan tidak sehari dan mengawasi kita.

104 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

Dalam hal ini peneliti membagi


METODE PENELITIAN sumber data menjadi dua kategori yaitu
Jenis penelitian yang dilakukan primer dan sekunder :
oleh peneliti adalah Kualititatif melalui a. Primer
Komperatif. Kualitatif yaitu suatu Sumber data primer yang
penelitian yang ditujukan untuk dimaksud ialah Al-Qur’an, hadits serta
mendeskripsikan dan menganalisis Al-kitab yang terkait dengan judul
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, skripsi ini.
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran b. Sekunder
orang secara individual maupun Sumber data sekunder yang
kelompok. Beberapa deskripsi dimaksud ialah data-data yang
digunakan untuk menemukan prinsip- diperoleh dari buku-buku yang berjudul
prinsip dan penjelasan yang mengarah sebagai berikut "Manunggaling Kawulo
pada penyimpulan. Penelitian kualitatif Lan Gusti", "Bersatu-Manunggaling
bersifat induktif peneliti membiarkan Kawulo Gusti", "Syekh Siti Jenar
permasalahan-pemasalahan muncul (Manunggaling Kawulo Gusti)",
dari data atau dibiarkan terbuka untuk "Manunggaling Kawulo Gusti
interprestasi. Kualitatif secara (Pantheisme Dan Minisme Dalam Sastra
komparatif adalah melakukan analisis Suluk Jawa)" dan "Manunggaling
untuk mencari dan menemukan Kawulo Gusti (Filsafat Kemanunggalan
persamaan-persamaan dan perbedaan- Syekh Siti Jenar)".
perbedaan fenomena.
Dalam pengolahan data, HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan yang digunakan adalah 1. Konsep dasar manungaling oleh Kavulo
Pendekatan Akidah. Pendekatan akidah Gusti
ialah ilmu yang mengkaji persoalan– Manjing warangka dan manjing
persoalan dan eksistensi Allah berikut warangka mencurigakan adalah konsep
manungaling Kawula Gusti atau penyatuan
seluruh unsur yang tercakup
manusia dengan Tuhan (wahdat al-
didalamnya, suatu kepercayaan kepada manifesto) yang digunakan dalam sastra
Tuhan Yang Maha Esa beserta ajaran- Islam Jawa. Faktanya adalah ketika Arya
Nya dengan cara memahami nama- Sena memasuki tubuh Devaruchi, manusia
nama dan sifat-sifatnya, keyakinan masuk ke dalam Tuhan. Warangka manjing,
terhadap Malaikat, Nabi-nabi, Kitab- di sisi lain, menduga bahwa Tuhan telah
kitab suci, serta hal-hal kehidupan di masuk ke dalam manusia, seperti halnya
akhirat. Dewa Wisnu masuk ke dalam Krishna.
Teori pendekatan yang dilakukan Membawa arwah para dewa kepada
oleh peneliti ialah menggunakan metode manusia atau arwah manusia kepada
Library Research (riset kepustakaan). hewan, di bawah bimbingan virid jati,
adalah pengertian benang. Dahulu kala,
Melalui metode ini, peneliti
orang sesat tidak hanya bisa kembali ke
mengumpulkan buku-buku yang singgasana Tuhan, tetapi juga memasuki
berkaitan dengan Manunggaling Kawulo alam jin, burung, binatang, dan air.
Gusti, aliran Sapta Darma dan agama Untuk alasan ini, dalam literatur Islam
Islam. Pada penelitian ini, peneliti Qejavan, penjelasan tentang hubungan
melakukan pendekatan studi keilmuan manusia dengan Allah seringkali
guna menjelaskan permasalahan yang merupakan kata-kata yang berlebihan.
digunakan dalam membahas objek Tuhan disamakan dengan memiliki kodrat
penelitian. yang sama dengan manusia, dan manusia
disamakan dengan Tuhan. Memahami

105 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

tauhid dalam pemikiran tentu saja sangat Saat mengajarkan ajaran Syekh Siti
penting dalam praktik keagamaan. Jenar, biasanya beliau terlebih dahulu
Konsep tauhid dalam Islam, dimana menjelaskan asal usul kehidupan (nyanyi
kedudukan makhluk tertinggi dilihat dari dumadi). Selanjutnya, kami akan
kedekatannya dengan Allah SWT, menjelaskan apa arti pintu kehidupan, baik
merupakan pemahaman tentang konsep jasmani maupun rohani. Kemudian
Kesatuan Tubuh. Kedekatan makhluk memberikan ajaran tentang hidup yang
dengan Tuhan membuatnya selalu kekal dan abadi. Dilanjutkan dengan materi
mengingatkan Tuhan dalam berbagai tentang kematian yang dialami masyarakat
situasi: “Aku adalah KAMU, KAMU adalah di dunia belakangan ini. Ia juga
aku, jadi tanpa Tuhan (KAMU) aku tidak menggambarkan jalan kematian yang
akan pernah ada. mungkin diinginkan Hyang Vidhi sendiri
Bahkan Syekh Siti Jenar, salah satu dengan keinginan untuk bersatu dengan Al-
ulama yang berjasa besar dalam Haq, menutup berbagai jalan kehidupan
penyebaran Islam di Indonesia, memiliki setelah bersatu dengan kehendaknya.
banyak pengikut dan ajaran yang beragam. Setelah itu, Syekh Siti Yenar menjelaskan
Ajaran ini disebut Manunggal Kavula Gusti keberadaan Tuhan Yang Maha Esa
(Tuhan) karena dipandang sebagai (paraning dumadhi), yang menetapkan
penyimpangan dari ajaran Syekh Siti Jenar, tempat ini, langit dan segala isinya, sebagai
hukum Islam. pelabuhan yang kuat. Diyakini bahwa
Para Orang Suci mendengar dan persatuan adalah cara menghubungkan
menyebarkan konsep pengajaran. Hal ini seorang hamba dengan Tuhannya.
kemudian dianggap sebagai konsep yang Mendekatkan diri saja kepada Allah
menyimpang dari ajaran Islam. Oleh karena agar semua yang saya lakukan hanya untuk
itu, timbul perselisihan antara para Allah SWT dan saya mencintai dan
pengawal dengan sejumlah tokoh penting di membenci Allah SWT. Terimalah dengan
dekat keraton Argapur, Giri, atau yang ikhlas apa yang telah Allah tetapkan untuk-
sekarang disebut Gresik. Vali Songo Nya, jangan pernah berputus asa, seperti
mengajarkan Islam dengan konsep dalam hadits: "Jangan pernah putus asa dari
“Terkadang Manungaling Kawula Gusti”, rahmat Allah, yaitu berpikir bahwa doa-doa-
hanya penyajiannya yang berbeda. Konsep Nya tidak akan diterima."
ini jelas terdengar di semua bidang utama Ketika seorang hamba dekat dengan
kehidupan masyarakat Nusantara kuno. Allah SWT, ia menganggap bahwa segala
Senang melihat puisi, puisi, dll di gedung- yang dimilikinya adalah yang terbaik yang
gedung tua, masjid, kuil, dll. diberikan Allah kepadanya. Lalu apa yang
Manungaling Kavula Gusti juga sering akan terjadi. Dia yang puas dengan nasibnya
diartikan sebagai penyatuan manusia menjadi puas dengan hidupnya.”
dengan Tuhan. Anggapan bahwa Gusti 3. Pandangan Islam Manunggaling Kavulo
adalah perumpamaan tentang Tuhan tidak Gusti
sepenuhnya benar. Gusti (Pangeran, Pandangan Islam tentang
Tuhan), Urip (Fakta kehidupan) - Manunggaling Kawulo Gusti adalah
personifikasi dari substansi Tuhan. Dalam menerima Manunggaling Kawulo Gusti
ajaran ini, para penganutnya mengklaim sebagai ajaran sesat, karena ajaran yang
bahwa Syekh Siti Yenar tidak pernah terkenal adalah Manunggaling Kawula
menyebut dirinya Tuhan. Makna Gusti. Namun, yang lain menganggap Syekh
Manunggaling Kawula Gusti bukanlah Siti Yenar sebagai seorang intelektual yang
mencampuradukkan Tuhan dengan telah memperoleh esensi Islam. Ajarannya
ciptaan-Nya, tetapi karena Sang Pencipta terkandung dalam sebuah karya sastra yang
dianggap sebagai tempat semua ciptaan disebut pupuh. Syekh Siti adalah karakter
berpaling, dan kembali kepada-Nya, pengajar yang sangat baik dari Jenar.
manusia menyatu dengan Tuhannya. Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling
2. Proses manungaling oleh Kavulo kontroversial berhubungan dengan konsep
Gusti hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, dan

106 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

di mana Syariah dipraktikkan. Syekh Siti sebagai tempat pengabdian kepada


Yenar melihat bahwa kehidupan manusia di negara. Alasan Manungaling Cavulo Gusti
dunia ini disebut kematian. Apa yang adalah bahwa kita mendedikasikan
dikenal sebagai kematian, di sisi lain, seluruh hidup kita untuk Tuhan. Oleh
sebenarnya disebut sebagai awal dari
karena itu, sebagai salah satu ciptaan
kehidupan yang esensial dan kekal.
sosial Tuhan, ketika kita berhadapan
Pendapat para ulama yang
memahami ajaran dasar Syekh Siti Jenar dengan alam semesta, kita dapat
saat itu adalah bahwa masyarakat di dunia membiarkan Tuhan bekerja untuk
ini tidak harus memenuhi lima rukun Islam, menjaga ciptaan-Nya. Manungaling
yaitu kredo, doa, puasa, zakat dan ziarah ke Kavulo Gusti adalah konsep sufi yang juga
Mekkah. Bagi Syekh Siti Jenar, syariat baru bisa kita capai. Kejelasan untuk selalu
akan mulai berlaku setelah orang menjalani menjadikan diri Anda bagian yang baik,
kehidupan setelah kematian. Syekh Siti kejernihan untuk meredam ego,
Jenar juga percaya bahwa Tuhan ada di kejernihan untuk berharap hanya pada
dalam dirinya sendiri, yaitu dalam pikiran. ridha Tuhan, dan tidak lebih. Itu berarti,
Pemahaman ini diperdebatkan oleh para
Pandangan Sapta Dharma tentang
ulama pada saat itu. Pada awal sejarah
Manunggaling Kavulo Gusti, yaitu
perkembangan Islam, mirip dengan konsep
Hulul oleh Hallaj, seorang tokoh sufi Islam Kerohanyan Sapta Dharma, bukanlah
yang dihukum mati pada abad ke-9 M, suatu kebajikan dalam mengajar. Namun
mengenai kesamaan Tuhan dan sifat konsep persatuan didasarkan pada
manusia. pengalaman tertinggi hubungan dengan
Dapat diliat dalam rukun perjalanan Tuhan warganya. Konsep persatuan tidak
menuju Allah dalam ajaran Manunggaling diajarkan secara langsung, bahkan tidak
Kawula Gusti Syekh Siti Jenar yang spesial termasuk dalam ajaran utama. Namun,
adalah ilmu dan zikir. Yang dimana keterampilan persatuan juga merupakan
penerang jalanyakni ilmu dan bekal kebajikan dalam Sapta darma, dan ajaran
perjalanan dan sarana pendakian pada
Kerohan dari Sapta darma dapat
jenjang yang lebih tinggi yakni zikir. Untuk
diterapkan. Dalam "Ajaran dan Nilai
mengetahui persoalan-persoalan Ilahiyah
dan hikmah-hikmah-Nya, sehingga kita Spiritual" Sapta Demra tidak wajib
dapat menunaikan semua yang melakukan ibadahnya (Sujudan), dalam
diperintahkan oleh Allah serta merasakan "Spiritualitas Sapta Darms" kemurnian
manfaat dan hikmahnya untuk dunia dan dan kesucian dipahami sebagai
kemanusiaan dengan adanya ilmu. kemurnian dan kemurnian hati. Sapta
Sedangkan supaya Allah selalu bersama kita Dlama semakin menguraikan bahwa
dalam perjalanan menuju-Nya dengan Zikir. pemurnian adalah spiritual, bahwa
tataran cita harus benar-benar bebas dari
KESIMPULAN segala bentuk prasangka. Spiritualitas
Menurut Sri Sultan, falsafah Jawa ini Sapta Dolmaa tidak didasarkan pada
berarti bersatunya raja (pemimpin) ajaran agama apapun. Konsep Sufi Sapta
dengan rakyatnya. Sri Sultan menyatakan Darma berdiri sendiri, mengutamakan
bahwa falsafah yang dianut oleh hal-hal penting kemanusiaan, menjadikan
Kesultanan dan masyarakat Yogyakarta diri Guru Sejati untuk mendekatkan diri
adalah hubungan antara pemimpin dan kepada Tuhan. Meskipun pengertian Guru
rakyat adalah sama. Sebagaimana rakyat sejati juga terkandung dalam ajaran
membutuhkan pemimpin atau raja, Manunggalinga Kavulo Gusti, namun
demikian pula raja membutuhkan rakyat berbeda.

DAFTAR BACAAN

107 | Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..
ITTIHAD, Vol. VI, No. 2, Juli– Desember 2022 •p-ISSN: 2549-9238 •e-ISSN: 2580-5541

Ar-Raniri, Syekh Nuruddin, Menggugat Manunggaling Kawulo Gusti (Hujjah ash-Shiddiq


Li Daf'i az-Zindiq), Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.
Departemen Agama RI, Alqur-an dan Terjemahannya, Cet; XIV, Jakarta: CV Darussunnah,
2013.
Dewan Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Pusat bahasa Dep.
Pendidikan Nasional. Jakarta, 2001.
Djaya,Ashad Kusuma, Pewaris Ajaran Syeikh Siti Jenar “Membuka Pintu Makrifat”
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2007
Dwiyanto, Djoko. Bangkitnya Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa:
Hasil Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Ampera Utama. 2011.
El Hafid As’ad. Aliran-Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.
Ghazali, Adeng Muchtar. Antropologi Agama (Upaya Memahami Keragaman
Kepercayaan, Keyakinan, Dan Agama ). Bandung: ALFABETA. 2011.
Hadiwijono, Harun, DR, Kebatinan dan Injil, Cet. 4, Jakarta: Gunung Mulia, 1982.
Hamka, Filsafat Ketuhanan, Karunia, Surabaya, 1984.
Haq, Muhammad Zairul, al-Hallaj : Kisah Perjuangan Total menuju Tuhan , Bantul : Kreasi
Wacana, 2010.
Https://sofiaabdullah.wordpress.com/2022/03/16/memahami-ajaran-manunggaling-
kawula-gusti/
Kartapraja, Kamil. Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia. Jakarta: Yayasan
Masagung. 1985.
Muryanto, Sri, Manunggaling Kawula Gusti. Cet. tr; Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004
Muryanto, Sri. Ajaran Manunggaling Kawula Gusti. Yogyakarta: KreasiWacana, 2007.
Purwadi, Ilmu Kesempurnaan Syeikh Siti Jenar. Yogyakarta: Tugu Publisher, 2005.
Rasjidi, H.M. Prof.Dr, Islam Dan Kebatinan, Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1970
Romdon, Ajaran Ontologi Aliran Kebatinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996
Sekertariat Tuntunan Agung. Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma.
Yogyakarta: Sanggar Candi Sapta Rengga, 2010.
Sekertariat Tuntunan Agung. Buku Wewarah Kerohanian Sapta Darma. Yogyakarta:
Surokarsan MG II, 1968.
Shihab, Alwi, Islam Sufistik Kertama dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia, Bandung,
Mizan, 2002.
Sholikhin, Muhammad, Sufisme Syeikh Siti Jenar, Kajian Kitab Serat dan Suluk Syeikh Siti
Jenar Cet; I. Yogyakarta: Narasi, 2014.
Sunyoto, Agus, Suluk Abdul Jalil: Perjalanan Ruhani Syeikh Siti Jenar, Yogyakarta:
Pustaka Sastra, 2003.
Syukur, Muhammad Asywadie. Filsafat Tasawuf dan Aliran-alirannya. Banjarmasin:
Antasari Press, 2008.
Tebba, Sudirman. Syeikh Siti Jenar: Pengaruh Tasawuf al-Hallaj di Jawa. Bandung:
Pustaka Hidayah, 2003.

108 Manunggaling Kawulo Gusti Menurut Aliran Sapta Darma Ditinjau dari Agama Islam …..

Anda mungkin juga menyukai