Anda di halaman 1dari 8

A g a m a S uk u / O k u l t i s m e

“K O NSEP YANG M AH AK UASA”

Disusun oleh:

Kelompok 1
Gratia Geradus
Syalomita Wowor
Mentari Tarore
Rio Jacobus

Dosen Pengampu : Pdt. Matulandi Arthur Tewu, M.Th

Hari/Jam: Senin/13.00-15.45

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA DI TOMOHON


YAYASAN Ds. A.Z.R. WENAS
FAKULTAS TEOLOGI
2023
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipersembahkan kepada Tuhan Allah sebagai pemilik dan pemeliha
kehidupan yang telah menuntun dan menyertai hingga kelompok 1 dapat menyelesaikan
makalah dan presentasi sebagai salah satu penilaian dari mata kuliah Agama
Suku/Okultisme.

Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan akan diperbaiki kemudian.

Tomohon, 10 Maret 2023

Penulis

Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan
A. Yang Maha Kuasa menurut Pengertian Umum
B. Yang Maha Kuasa menurut Agama Primitif (Suku)

Bab III Penutub


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani
manusia. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar
biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa,
God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain. Keyakinan ini membawa
manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan; dan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang diyakini berasal dari Tuhan.

Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam


pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan, dan Tuhan. Maka suatu
paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut
agama. Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup, yakni bahwa seluruh
aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan,
bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata
cara agama.
Agama sendiri dibagi dalam 3 objek, yakni :
a) agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang transkultural, agama
internasional.
b) agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu atau kelompok
agama-negara tertentu, dan
c) gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru ini dikembangkan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman Yang Maha Kuasa?


2. Bagaimana pemahaman agama primitif mengenai konsep Yang Maha kuasa?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan tentang pengertian Yang Maha Kuasa


2. Mendeskripsikan tentang pemahaman agama primitif mengenai konsep Yang Maha Kuasa.
Bab II
Pembahasan
A. Yang Maha Kuasa menurut pengertian Umum
Yang Maha Kuasa atau Omnipoten merupakan sifat dari Tuhan. Yang artinya bahwa
Tuhan memiliki otoritas yang tiada terkira sehingga ia bisa dengan bebas melakukan apa saja dan
tidak akan terpengaruh dengan siapapun dan apapun. Dengan sifat ini, Tuhan disebut sebagai
kreator yang punya daya kreatif yang mutlak. Oleh karena itu, Tuhan sendiri tidak dapat dibatasi,
sedangkan ciptaannya termasuk manusia adalah terbatas dan dibatasi oleh Tuhan.
Kemahakuasaan atau Omnipoten Tuhan selalu ingin untuk ciptaannya ada keselarasan
dalam sifat-sifatnya. Misalnuya, Tuhan itu kudus, maka manusia harus berusaha hidup dalam
kekudusan. Kemahakuasaan Tuhan bisa dilihat dari beberapa sifatnya yang lain, misalnya dalam
kehendak dan pengetahuan. Tuhan mengetahui semuanya dan Tuhan juga tidak dapat dibatasi
oleh siapapun dalam bertindak. 2 sifat ini bukan hanya figure yang tanpa realitas, tetapi sangat
nyata dialami oleh umat manusia.
Tuhan dipahami sebagai Dzat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan
pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan
pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut
panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai
sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di
antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak
terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang
sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme
percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi,
sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". Banyak filsuf abad
pertengahan dan modern terkemuka yang mengembangkan argumen untuk mendukung dan
membantah keberadaan Tuhan.

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada
gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimiliki-Nya. Atenisme pada
zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah
tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta, yang disebut
Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH
digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadang kala digunakan dalam
agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHWH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan,
dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki
konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi
Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai
(nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten). Dalam
agama Hindu, Brahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis.Agama-agama lainnya
memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha dalam agama Baha'i,Waheguru dalam
Sikhisme, dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat,
maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti
omniteisme, pandeisme, atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran
teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang
yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang
sama, tetapi melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.

B. Yang Maha Kuasa menurut Agama Primitif (Suku)

Agama Primitif adalah bentuk pemahaman keagamaan masyarakat yang timbul karena
budaya pada masyarakat itu. Dan yang akan diangkat disini ialah suku Minahasa. Konsep
kemahakuasaan pada suku Minahasa sama dengan konsep kemahakuasana yang ada pada
umumnya yakni kemahakuasaan ialah sifat dari Tuhan artinya Tuhan memiliki kuasa yang tidak
terbatas dan dapat melakukan segala sesuatu.

Berbicara mengenai Tuhan, bagi suku Minahasa Tuhan sendiri digambarkan dengan
berbagai hal. Semua tergantung pada pengalaman pribadi dari tiap orang. Penganut kepercayaan
suku Minahasa percaya kepada satu Tuhan yang mereka pahami sebagai pemilik kuasa tertinggi.
Dia dipercaya sebagai pencipta, asal dari kehidupan (usia panjang, kesehatan, keberuntungan,
kekayaan), dia yang memberi berkat, pertolongan dan perlindungan, tetapi juga dapat
menghukum dan menyatakan amarahnya kepada mereka yang tidak hidup dalam ketaatan.
Sebutan/sapaan yang dikenakan kepadanya antara lain : opo wailan wangko, weempung wailan
wangko, kasuruan wangko, empung rengarengan, si ni mema’tana.
Bab III

Penutub
A. Kesimpulan
Kemahakuasaan itu adalah sifat dari Tuhan. Dan dalam berbagai pandangan
kemahakuasaan itu mutlak sifat yang dimiliki Tuhan. Oleh karena sifatnya ini maka Tuhan bisa
melakukan apapun tanpa ditekan oleh siapapun.
Dalam agama primitif pun tetap mempercayai bahwa kemahakuasaan itu dimiliki oleh
Tuhan namun dalam kepercayaan ini ada berbagai ritual atau ibadah yang dilakukan dalam
rangka menyembah Tuhan yang Maha Kuasa itu sumber berkat bagi kehidupan manusia.

B. Saran
Ketika menemukan hal-hal yang menurut pandangan dan pemahaman kita tidak sesuai,
selayaknya kita menghormati dan menghargai dengan tidak mencela apalagi memberikan vonis
terhadap apa yang mereka percayai. Karena dari pembahasan di atas, ternyata suku-suku
sekalipun mempercayai Tuhan yang memiliki Kuasa yang di luar batas (Maha Kuasa). hanya
saja mereka memiliki cara tersendiri dan penyebutan tersendiri untuk Tuhan yang Maha Kuasa
itu.
Daftar Pustaka
- Wikipedia; https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan diakses pada 11 Maret 2023
- Wikipedia; https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minahasa diakses pada 11 Maret 2023
- Profil baru.com https://profilbaru.com/Agama diakses pada 11 Maret 2023
- Wikipedia; https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemahakuasaan diakses pada 11 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai