Disusun oleh:
Kelompok 1
Gratia Geradus
Syalomita Wowor
Mentari Tarore
Rio Jacobus
Hari/Jam: Senin/13.00-15.45
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan akan diperbaiki kemudian.
Penulis
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Yang Maha Kuasa menurut Pengertian Umum
B. Yang Maha Kuasa menurut Agama Primitif (Suku)
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani
manusia. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar
biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa,
God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain. Keyakinan ini membawa
manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan; dan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang diyakini berasal dari Tuhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada
gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimiliki-Nya. Atenisme pada
zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah
tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta, yang disebut
Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH
digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadang kala digunakan dalam
agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHWH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan,
dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki
konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi
Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai
(nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten). Dalam
agama Hindu, Brahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis.Agama-agama lainnya
memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha dalam agama Baha'i,Waheguru dalam
Sikhisme, dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.
Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat,
maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti
omniteisme, pandeisme, atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran
teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang
yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang
sama, tetapi melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.
Agama Primitif adalah bentuk pemahaman keagamaan masyarakat yang timbul karena
budaya pada masyarakat itu. Dan yang akan diangkat disini ialah suku Minahasa. Konsep
kemahakuasaan pada suku Minahasa sama dengan konsep kemahakuasana yang ada pada
umumnya yakni kemahakuasaan ialah sifat dari Tuhan artinya Tuhan memiliki kuasa yang tidak
terbatas dan dapat melakukan segala sesuatu.
Berbicara mengenai Tuhan, bagi suku Minahasa Tuhan sendiri digambarkan dengan
berbagai hal. Semua tergantung pada pengalaman pribadi dari tiap orang. Penganut kepercayaan
suku Minahasa percaya kepada satu Tuhan yang mereka pahami sebagai pemilik kuasa tertinggi.
Dia dipercaya sebagai pencipta, asal dari kehidupan (usia panjang, kesehatan, keberuntungan,
kekayaan), dia yang memberi berkat, pertolongan dan perlindungan, tetapi juga dapat
menghukum dan menyatakan amarahnya kepada mereka yang tidak hidup dalam ketaatan.
Sebutan/sapaan yang dikenakan kepadanya antara lain : opo wailan wangko, weempung wailan
wangko, kasuruan wangko, empung rengarengan, si ni mema’tana.
Bab III
Penutub
A. Kesimpulan
Kemahakuasaan itu adalah sifat dari Tuhan. Dan dalam berbagai pandangan
kemahakuasaan itu mutlak sifat yang dimiliki Tuhan. Oleh karena sifatnya ini maka Tuhan bisa
melakukan apapun tanpa ditekan oleh siapapun.
Dalam agama primitif pun tetap mempercayai bahwa kemahakuasaan itu dimiliki oleh
Tuhan namun dalam kepercayaan ini ada berbagai ritual atau ibadah yang dilakukan dalam
rangka menyembah Tuhan yang Maha Kuasa itu sumber berkat bagi kehidupan manusia.
B. Saran
Ketika menemukan hal-hal yang menurut pandangan dan pemahaman kita tidak sesuai,
selayaknya kita menghormati dan menghargai dengan tidak mencela apalagi memberikan vonis
terhadap apa yang mereka percayai. Karena dari pembahasan di atas, ternyata suku-suku
sekalipun mempercayai Tuhan yang memiliki Kuasa yang di luar batas (Maha Kuasa). hanya
saja mereka memiliki cara tersendiri dan penyebutan tersendiri untuk Tuhan yang Maha Kuasa
itu.
Daftar Pustaka
- Wikipedia; https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan diakses pada 11 Maret 2023
- Wikipedia; https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minahasa diakses pada 11 Maret 2023
- Profil baru.com https://profilbaru.com/Agama diakses pada 11 Maret 2023
- Wikipedia; https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemahakuasaan diakses pada 11 Maret 2023