Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI AGAMA

“SEMBAHYANG MEMBENTUK SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA”

DOSEN;
I GEDE DEDY DIANA PUTRA. S. Pd. H., M. Pd. H

PENYUSUN;

NAMA : DEWA MADE ADI WIRA YASA


NIM : 1911011067
KELAS : PAH B1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
DENPASAR
2020
Kata Pengantar

Om Swatyastu

Puja dan Puji Syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugrahanya-Nya lah makalah yang
memiliki pembahasan mengenai “ SEMBAHYANG MEMBENTUK SIKAP DAN
PERILAKU MANUSIA” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekuranga, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah
yang saya buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 18 November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.2. Pengertian Sembahyang 5
2.2. Manfaat sembahyang 6
2.3. Tujuan Sembahyang 7
2.4. Mengetahui Alasan Sembahyang dapat mengubah sikap dan perilaku manusia 8
BAB III 10
PENUTUP 10
31. Kesimpulan 10
Daftar Rujukan 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu: Sembah yang berarti sujud atau sungkem
yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan
penghormatan, perasaan hati atau pikiran baik dengan ucapan kata-kata maupun tanpa
ucapan, misalnya hanya sikap pikiran. Hyang berarti yang dihormati atau dimuliakan
sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Bajrayasa, Arisufhana &
Goda 1981:13).Di dalam bahasa sehari-hari kata sembahyang kadang-kadang disebut
“muspa” atau “mebhakti” atau “maturan”. Disebut “muspa” karena dalam
persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan persembahan kembang (puspa).
Disebut “mebhakti” karena inti dari persembahan itu adalah penyerahan diri setulus hati
tanpa pamrih kepada Hyang Widhi. Demikian pula kata “maturan” yang artinya
mempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuai dengan kemampuan
dengn perasaan yang tulus ikhlas, seperti bunga, buah-buahan, jajanan, minuman dan
lain-lain (Bajrayasa, Arisufhana & Goda 1981:13). Mangku Linggih, pemangku di Pura
Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, menambahkan makna maturan sebagai
wujud syukur atas rejeki yang diberikan Hyang Widhi, sehingga kita wajib
mempersembahkan/menghaturkan pemberian beliau terlebih dahulu. Setelah sembahyang
baru kita “ngelungsur (prasadam)” apa yang telah kita haturkan, seperti canang, buah-
buahan, dan sebagainya.Dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi khususnya dalam agama
Hindu di Bali, tentunya sebagai umat wajib melakukan persembahyangan agar Beliau
senantiasa melindungi dan membimbing kita. Jika dijabarkan, sembahyang terdiri dari
dua suku kata yaitu Sembah dan Hyang. Sembah yang artinya “sujud atau sungkem” yang
dilakukan dengan cara – cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan,
perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata – kata maupun tanpa ucapan (pikiran
atau perbuatan). Hyang artinya “yang dihormati atau dimuliakan” sebagai obyek
pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut
kepercayaan itu.
Dalam persembahyangan bersama, hendaknya hilangkan sifat arogan, egois, iri,
dengki, dan sifat-sifat negatif lainnya. Baik sembahyang sendiri dan sembahyang
bersama mempunyai kedudukan yang sama dalam hal memuja Tuhan. Oleh karena itu,
hendaknya dilakukan secara seimbang dan kontinue untuk membina diri sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial.
1.2. Rumusan Masalah
2. Apa itu sembahyang
3. Apa saja manfaat dari sembahyang
4. Apa tujuan sembahyang
5. Mengapa sembahyang dapat mengubah sikap dan perilaku manusia
1.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian sembahyang
2. Mengetahui manfaat sembahyang
3. Mengetahui Tujuan Sembahyang
4. Mengetahui alasan sembahyang dapat mengubah sikap dan prilaku manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Pengertian Sembahyang
Setiap umat pemeluk agama pastinya melaksanakan ibadah, sebut saja Agama Hindu
(Bali) di Indonesia. Pemujaan bagi umat Hindu (Bali) disebut sembahyang. Pemujaan itu
dilakukan dengan cara dan motif yang berbeda saat sembahyang, misalnya saat
persembahyangan di setiap umat di Pelinggih masing-masing, atau saat hari Piodalan di
Desa Adat, kesemuanya itu disesuaikan dengan desa kala patra. Itulah mengapa
pemujaan bisa berbeda-beda. Namun, perbedaan itu tidak menjadi penghambat umat
untuk melakukan pemujaan tertinggi dihadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
dan manifestasiNya. Semuanya itu, hanya untuk mencapai persatuan dan kesatuan
dengan Tuhan.
Sembahyang berasal dari bahasa Jawa Kuno, sembah yang artinya menyayangi,
menghormati, memohon, meyerahkan diri, dan menyatukan diri. Sedangkan, hyang
artinya suci. Dengan demikian, sembahyang berarti menyembah yang suci, yakni Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) dan semua manifestasiNya. Itulah hakekat pemujaan
terhadap Tuhan, untuk dapat mendayagunakan kepercayaan/keyakinan dan bhakti umat
kepada Tuhan, serta untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupan manusia.
Dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi khususnya dalam agama Hindu di Bali,
tentunya sebagai umat wajib melakukan persembahyangan agar Beliau senantiasa
melindungi dan membimbing kita. Jika dijabarkan, sembahyang terdiri dari dua suku
kata yaitu Sembah dan Hyang. Sembah yang artinya “sujud atau sungkem” yang
dilakukan dengan cara – cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan
penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata – kata maupun tanpa
ucapan (pikiran atau perbuatan). Hyang artinya “yang dihormati atau dimuliakan”
sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima
penghormatan menurut kepercayaan itu.
Ada empat jenis manusia memuja Tuhan menurut Kitab Suci Bhagawad Gita VII.16.
Pertama, Artah yang artinya orang baru memuja Tuhan setelah ia mengalami
penderitaan. Kedua, Arthi yaitu mereka yang memuja Tuhan untuk memohon kekayaan.
Ketiga, Jijnyasuh adalah pemuja Tuhan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
kedudukan duniawi. Keempat, Jnyani yaitu mereka yang memuja Tuhan untuk mendapat
kebijaksanaan rohani. Melaksanakan pemujaan kepada Tuhan bisa dilakukan secara
pribadi atau sendiri dan berkelompok. Keduanya itu memiliki makna yang berbeda. Oleh
karena itu, untuk lebih jelas penulis akan memberikan sedikit informasi perihal
sembahyang sendiri dan sembahyang berkelompok, sebagai berikut :
a. Makna Sembahyang Sendiri
Sembahyang sendiri dalam Agama Hindu disebut Ekanta. Sembahyang
sendiri bertujuan untuk melatih diri agar struktur alam pikiran menjadi lebih
kuat. Agar kesadaran budhi menjadi kuat menguasai kadar kecerdasan pikiran
dan pikiran menguasai Ego, maka Tri Guna haruslah diolah dengan baik. Dalam
sembahyang sendiri, inilah kwalitas sembahyang untuk membenahi diri sendiri
sebagai makhluk individu. Dengan sembahyang sendiri seseorang akan dapat

2
mendayagunakan keyakinan dan bhakti kepada Tuhan, untuk membenahi
keberadaan dirinya sebagai manusia individu menjadi manusia yang
berkwalitas. Individu-individu yang berkwalitas inilah yang akan dapat menjadi
anggota masyarakat yang baik.
b. Makna Sembayang Bersama/Berkelompok
Sembahyang bersama atau berkelompok disebut Samkirtanam. Sembahyang
bersama sesungguhnya bernilai sosiologis dan psykhologis untuk mendidik
seseoarang agar ia bisa hidup bersama secara dinamis ditengah-tengah
masyarakat yang heterogen. Dalam sembahyang bersama disamping kita harus
berusaha untuk menyatukan potensi diri secara individual, juga dituntut untuk
dapat mengharmoniskan diri dengan berbagai tipe manusia yang ikut dalam
persembahyangan bersama.

2.2. Manfaat sembahyang


Suasana sembahyang bersama meciptakan suasana yang mendorong tumbuhnya
nilai-nilai kerohanian untuk membangun api spritual yang sangat dibutuhkan dalam
menuntun hidup yang suci. Dari suasan itulah, setiap orang dapat mendorong psykologis
magis religius untuk membina sikap kebersamaan yang produktif untuk memajukan
kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam persembahyangan bersama, hendaknya
hilangkan sifat arogan, egois, iri, dengki, dan sifat-sifat negatif lainnya.
Dengan demikian, baik sembahyang sendiri dan sembahyang bersama mempunyai
kedudukan yang sama dalam hal memuja Tuhan. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan
secara seimbang dan kontinue untuk membina diri sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial. Di dalam bahasa sehari-hari kata sembahyang kadang-kadang disebut “muspa”
atau “mebhakti” atau “maturan”. Disebut “muspa” karena dalam persembahyangan itu
lazim juga dilakukan dengan persembahan kembang (puspa). Disebut “mebhakti” karena
inti dari persembahan itu adalah penyerahan diri setulus hati tanpa pamrih kepada Hyang
Widhi. Demikian pula kata “maturan” yang artinya mempersembahkan apa saja yang
merupakan hasil karya sesuai dengan kemampuan dengn perasaan yang tulus ikhlas,
seperti bunga, buah-buahan, jajanan, minuman dan lain-lain (Bajrayasa, Arisufhana &
Goda 1981:13).
Mangku Linggih, pemangku di Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor,
menambahkan makna maturan sebagai wujud syukur atas rejeki yang diberikan Hyang
Widhi, sehingga kita wajib mempersembahkan/menghaturkan pemberian beliau terlebih
dahulu. Setelah sembahyang baru kita “ngelungsur (prasadam)” apa yang telah kita
haturkan, seperti canang, buah-buahan, dan sebagainya.
Menurut Ketut Wiana (2005:49) salah satu manfaat sembahyang adalah untuk
memelihara kesehatan. Selain pikiran menjadi jernih, sikap-sikap sembahyang seperti
asana (padmasana, siddhasana, sukhasana, dan bajrasana) membuat otot dan pernafasan
menjadi bagus.Selain untuk kesehatan, bersembahyang dan berdoa juga mendidik kita
untuk memiliki sifat ikhlas karena apa yang ada di dalam diri dan di luar diri kita tidak
ada yang kekal, cepat lambat akan kita tinggalkan atau berpisah dengan diri kita.
Keikhlasan inilah yang dapat meringankan rasa penderitaan yang kita alami karena kita
telah paham benar akan kehendak Hyang Widhi. Bersembahyang juga dapat

3
menentramkan jiwa karena adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu akan melindungi
umatNya.
Perbudakan materi juga dapat diatasi dengan bersembahyang karena orang akan
dapat melihat dengan terang bahwa harta benda harus dicari dengan Dharma untuk
melaksanakan Dharma. Sembahyang dengan tekun akan dapat menghilangkan rasa
benci, marah, dendam, iri hati dan mementingkan diri sendiri, sehingga meningkatkan
cinta kasih kepada sesama. Membenci orang lain sama saja dengan membenci diri
sendiri karena Jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu, bersumber dari
Tuhan, seperti yang diajarkan dalam ajaran Tat Twam Asi. Kemudian dengan
sembahyang kita dimotivasi untuk melestarikan alam karena bersembahyang
membutuhkan sarana yang berasal dari alam, seperti bunga, daun, buah, sumber mata air,
dan sebagainya.
Sembahyang dalam hidup keseharian sering disebut dengan Mebhakti atau Muspa.
Disebut dengan Mebhakti karena inti dari sembahyang adalah untuk mengungkapkan
rasa bhakti yang setulus-tulusnya kepada Tuhan. Disebut dengan Muspa karena sarana
pokok yang digunakan adalah bunga atau puspa. Adapun manfaat dari pelaksanaan
sembahyang adalah :
1. Dapat meningkatkan kesucian hati dan pikiran
2. Dapat menumbuhkan keikhlasan
3. Menumbuhkan rasa aman dan jiwa yang tenang
4. Dapat mengatasi perbudakan material
5. Dapat menumbuhkan cinta kasih
6. Dapat melestarikan alam semesta
7. Dapat memelihara kesehatan jasmani
2.3. Tujuan Sembahyang
Berdasarkan Atharwaweda, XII,1.1 sembahyang merupakan salah satu unsur sraddha
dalam agama, menyebabkan kedudukan sembahyang dalam agama sangat penting sekali
artinya. Sehingga ketika melakukan sembahyang sebaiknya menyucikan diri terlebih
dahulu.
Dalam Rg Weda VI, 47.ll dikatakan Tuhan adalah jurus selamat dari pada umat manusia
sehingga sembahyang sangat diperlukakn. Karena sembahyang memiliki tujuan, maka
dari itu setiap anda sembahyang seharunya menyebutkan siapa yang anda doakan, atau
terhadap Dewa siapa anda akan tujukan sembahyang sehingga sembahyang anda tidak
sia-sia.
Dalam Rg Weda IX, 73.6 dikatakan Tuhan yang harus didekati dengan penuh
kesucian karena Tuhan bersifat suci (Yang Maha Suci). Itulah sebabnya manusia itu
harus melakukan sembahyang terhadap Tuhan.
Dalam Yajur Weda 8.12 dikatakan Manusia pada dasarnya mempunyai kesadaran
selalu berdosa dan tidak sempurna. Selalu akan timbul perasaan dalam diri manusia itu
untuk memohon agar mereka disempurnakan dan dibersihkan dari semua dosa yang ada
pada diri mereka, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang terjadi karena hal-
hal yang tidak sengaja.

4
Dalam Yajur Weda XX.25 dinyatakan : Dengan melakukan brata seseroang
memperoleh Diksa, Dengan melakukan Diksa, seseorang memperoleh daksina, Dengan
daksina seseorang memperoleh sraddha dan Dengan Sraddha seseorang memperoleh
SATYA.
Artinya dengan sembahyang maka semuanya dapat diperoleh. Itulah sebabnya umat
Hindu perlu melakukan persembahyangan sebab sembahyang merupakan salah satu
Jalan untuk memperoleh pembebasan.
1. Untuk mengadakan penebusan atas dosa yang dimiliki oleh umatnya.
2. Untuk menyucikan diri secara lahir dan bathin
3. Untuk menyebrangkan manusia dari keadaan sekarang menuju tujuan hidup yang
utama, yaitu dharma, artha , kama, moksa.
4. Untuk mendapat tingkat kesucian dan rahmat dari Tuhan.
5. Untuk menolong dan menyelamatkan mahluk-mahluk lainnya menuju kelepasan.
6. Hal-hal lain yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
7. Untuk mewujudkan rasa bhakti kehadapan Tuhan beserta segala manifestasinya.
8. Untuk memohon keselamatan, pengampunan, dan petunjuk menuju hidup yang
lebih baik.
9. Menyerahkan diri secara bulat karena menyadari akan kelemahan dan
keterbatasannya.
Sembahyang dalam agama Hindu Sebenarnya cukup banyak manfaat dan
fungsinya serta maknanya. Karena menurut Hindu penciptaan di mulai karena adanya
korban suci atau yajna seperti dijelaskan dalam Bhagawadgita Bab III, sloka 10 yang
mengatakan:
saha-yajòàá prajàh såûþwà purowàca prajàpatih; anena prasawiûyadham eûa wo ‘stw
iûþa-kàma-dhuk
Artinya :
Dahulu kala Prajapati ( Hyang Widhi ) menciptakan manusia dengan yajnya dan
bersabda; dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk
keinginanmu.
Dari satu sloka di atas jelas bahwa manusia saja diciptakan melalui yadnya maka
untuk kepentingan hidup dan berkembang serta memenuhi segala keinginannya
semestinya dengan yadnya. Manusia harus berkorban untuk mencapai tujuan dan
keinginannya. Kesempurnaan dan kebahagiaan tak mungkin akan tercapai tanpa ada
pengorbanan.
2.4. Mengetahui Alasan Sembahyang dapat mengubah sikap dan perilaku manusia
Sembahyang atau ibadat adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang
menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang
dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan secara
bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat
melibatkan nyanyian berupa himne, tarian, pembacaan naskah agama dengan
dinyanyikan atau disenandungkan, pernyataan formal kredo, atau ucapan spontan dari
orang yang berdoa. Seringkali sembahyang dibedakan dengan doa, doa lebih bersifat

5
spontan dan pribadi, serta umumnya tidak bersifat ritualistik. Meskipun demikian pada
hakikatnya aktivitas ini sama, yakni sebuah bentuk komunikasi antara manusia dengan
Tuhannya.
Kebanyakan agama menggunakan salah satu cara dalam melaksanakan ritual
persembahyangannya. Beberapa agama meritualkan kegiatan ini dengan menerapkan
berbagai aturan seperti waktu, tata cara, dan urutan sembahyang. Ada juga yang
menerapkan aturan ketat mengenai apa saja yang harus disediakan, misalnya benda
persembahan atau sesajen, serta kapan ritual itu harus dilakukan. Sementara beberapa
pandangan lainnya memandang berdoa atau bersembahyang dapat dilakukan kapan saja,
oleh siapa saja.
Istilah sembahyang berasal dari kata "sembah" dan "hyang"; artinya menyembah
atau memuja hyang. Meskipun kini digunakan sebagai ibadah beberapa agama di
Indonesia, istilah ini memiliki akar pada pemujaan arwah leluhur dan roh-roh penjaga
alam yang disebut hyang yang kemudian dikaitkan dengan dewa-dewa dalam
kepercayaan Hindu.
Dalam Hindu terdapat berbagai macam persembahyangan, doa (Sanskerta:
prārthanā) atau puja. Dilakukan berdasarkan beberapa hari suci dalam agama Hindu atau
pemujaan pada dewa atau arwah yang dihormati. Persembahyangan dapat dilakukan
dalam kuil keluarga maupun pura di lingkungannya. Ritual terkadang melibatkan api
atau air sebagai lambang kesucian. Pembacaan suatu bait mantra terus menerus dengan
notasi dan waktu tertentu, atau juga meditasi dalam yang diarahkan pada dewa yang
dituju. Pemujaan dalam Hindu dapat ditujukan kepada arwah seseorang suci yang
dimuliakan, dewata, salah satu atau seluruh Trimurti; dewa tertinggi dalam Hinduisme
perwujudan Tuhan, atau meditasi untuk mencapai kebijaksanaan sejati, mencari
ketiadaan tak berbentuk seperti yang dilakukan para resi dan orang suci pada dahulu
kala. Beberapa tarian sakral juga dianggap sebagai salah satu prasyarat kelengkapan
suatu upacara keagamaan.
Kesemuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pribadi atau mencapai
pencerahan spiritual. Hindu dapat bersembahyang kepada kebenaran dan keberadaan
absolut tertinggi yang disebut Brahman, atau secara umum ditujukan kepada salah satu
manifestasinya dalam Trimurti, yakni Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai
dewa pemelihara, Shiwa sebagai dewa pelebur. Atau diarahkan pada Awatara, penitisan
Wishnu di atas bumi yaitu Rama dan Krishna. Pemujaan juga dapat ditujukan pada shakti
dewa, yakni dewi-dewi pasangan sang dewa. Umat Hindu biasanya bersembahyang
dengan mengatupkan kedua telapak tangan dengan khidmat yang disebut 'pranam' dalam
bahasa Sanskerta. Inti dari sembahyang adalah dengan mendekatkan diri kepada tuhan
itu sendiri dan dari kegiatan tersebut diharapkan dapat sejalan dengan prilakunya dalam
kehidupan sehari – hari.

6
BAB III
PENUTUP
31. Kesimpulan
Sembahyang berasal dari bahasa Jawa Kuno, sembah yang artinya menyayangi,
menghormati, memohon, meyerahkan diri, dan menyatukan diri. Sedangkan, hyang
artinya suci. Dengan demikian, sembahyang berarti menyembah yang suci, yakni Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) dan semua manifestasiNya. Itulah hakekat pemujaan
terhadap Tuhan, untuk dapat mendayagunakan kepercayaan/keyakinan dan bhakti umat
kepada Tuhan, serta untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupan manusia.
Dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi khususnya dalam agama Hindu di Bali,
tentunya sebagai umat wajib melakukan persembahyangan agar Beliau senantiasa
melindungi dan membimbing kita. Jika dijabarkan, sembahyang terdiri dari dua suku kata
yaitu Sembah dan Hyang. Sembah yang artinya “sujud atau sungkem” yang dilakukan
dengan cara – cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan
hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata – kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau
perbuatan). Hyang artinya “yang dihormati atau dimuliakan” sebagai obyek pemujaan,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan
itu.
Sembahyang dalam hidup keseharian sering disebut dengan Mebhakti atau Muspa.
Disebut dengan Mebhakti karena inti dari sembahyang adalah untuk mengungkapkan rasa
bhakti yang setulus-tulusnya kepada Tuhan. Disebut dengan Muspa karena sarana pokok
yang digunakan adalah bunga atau puspa. Adapun manfaat dari pelaksanaan sembahyang
adalah :
1. Dapat meningkatkan kesucian hati dan pikiran
2. Dapat menumbuhkan keikhlasan
3. Menumbuhkan rasa aman dan jiwa yang tenang
4. Dapat mengatasi perbudakan material
5. Dapat menumbuhkan cinta kasih
6. Dapat melestarikan alam semesta
7. Dapat memelihara kesehatan jasmani
Dalam Rg Weda VI, 47.ll dikatakan Tuhan adalah jurus selamat dari pada umat
manusia sehingga sembahyang sangat diperlukakn. Karena sembahyang memiliki tujuan,
maka dari itu setiap anda sembahyang seharunya menyebutkan siapa yang anda doakan,
atau terhadap Dewa siapa anda akan tujukan sembahyang sehingga sembahyang anda
tidak sia-sia.
Sembahyang atau ibadat adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang menghendaki
terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan
melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan secara bersama-sama
atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat melibatkan nyanyian
berupa himne, tarian, pembacaan naskah agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan,
pernyataan formal kredo, atau ucapan spontan dari orang yang berdoa. Seringkali
sembahyang dibedakan dengan doa, doa lebih bersifat spontan dan pribadi, serta umumnya

7
tidak bersifat ritualistik. Meskipun demikian pada hakikatnya aktivitas ini sama, yakni
sebuah bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.

Daftar Rujukan

http://inputbali.com/budaya-bali/tata-cara-sembahyang-dalam-agama-hindu
https://www.mutiarahindu.com/2018/06/cara-sembahyang-agama-hindu-secara-umum.html
https://yanartha.wordpress.com/sembahyang-dalam-agama-hindu/
http://phdi.or.id/artikel/arti-sarana-persembahyangan
http://agamahinduisme.blogspot.com/2015/10/pengertian-sembahyang-dalam-agama-
hindu.html
http://agamahinduisme.blogspot.com/2015/10/pengertian-sembahyang-dalam-agama-
hindu.html
https://hindualukta.blogspot.com/2016/05/makna-tujuan-dan-manfaat-sembahyang.html

Anda mungkin juga menyukai