Anda di halaman 1dari 2

Setujukah Anda Dengan Sistem Ekonomi Kapitalis? Feisal Nadhirrahman 32.3.3.

9594 Fakultas Syariah Ekonomi Syariah 4 Perbedaan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi Kapitalis tidak hanya pada hal hal yang bersifat aplikatif. Namun mulai dari falsafahnya sudah berbeda. Falsafahyang berbeda, maka tujuan, norma, dan prinsip yang digunakan pun berbeda. Dalam sistem kapitalis, Tuhan dipensiunkan (retired God). Hal ini direfleksikan dalam konsep Laissez Faire dan Invisible Hand. Jadi dari sini kita dapat melihat bahwa tujuan ekonomi kapitalis hanya sekedar pertumbuhan ekonomi. Begitu pula dengan norma-norma ekonomi. Karena peran Tuhan sudah ditiadakan, maka semua hal diserahkan kembali kepada individualism dan utilitarisme, karena pada dasarnya manusia bersifat serakah . Semua barang dianggap baik selama bernilai jual. Tidak ada batasan yang jelas, baik dan buruk, halal atau haram, semua kembali ke individu. Di sinilah kerusakan berawal. Terjadi kedzaliman terhadap sesama manusia, ketimpangan ekonomi dan sosial, perusakan alam, dan lain lain. Semuanya terjadi demi meraih kepuasan individu tanpa dibatasi oleh norma-norma agama. Beda halnya dengan sistem ekonomi Islam yang memiliki falsafah yang berbeda jauh dari sistem ekonomi kapitalis. Secara umum, falsafah ekonomi Islam dapat dilihat dari surat Al-Muthaffifin ayat 1-6; 1) Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2) Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. 3) Dan apabila menakar/menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. 4) Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. 5) pada suatu hari yang besar. 6) (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam. Maka dari sisi tujuannya, ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan manusia dalam rangka ibadah kepada Allah.

Maka Islam memiliki konsep ekonomi yang mengedepankan keadilan sesama manusia, ketiadaan kedzaliman, bebas dari riba, maysir, gharar, kecurangan, dan sebagainya. Kekurangan / Kelemahan Sistem Ekonomi Kapitalis. Pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan buku yang berjudul The Wealth of Nation yang isinya memuat keserakahan manusia yang bisa menjadi positif, selama ada persaingan bebas yang terjadi di pasar. Dan pemerintah tidak perlu turun tangan. Contoh, dalam masalah konsumsi, jika harga-harga naik, pemerintah tidak perlu turun tangan. Dalam pasar bebas, banyak produk pilihan. Jadi jika yang satu mahal, konsumen bisa pindah ke merk lain. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mari kumpulkan dan tambah modal sebanyak-banyaknya, produksi nasional akan naik, ekonomi akan tumbuh lalu pendapatan masyarakat akan naik, begitu pula kesejahteraan. Maka pemerintah tidak harus ikut campur. Hasil dari sistem seperti ini, industri akan maju, pertumbuhan ekonomi tinggi, rakyat-pun akan sejahtera. Ternyata, hasilnya tidak semanis teorinya. Yang terjadi adalah bahwa kemajuan itu hanya dinikmati oleh sebagian orang saja (pemilik modal). Jurang pemisah akan semakin lebar. Yang kaya akan semakin kaya, sementara yang miskin akan semakin kesulitan. Mengapa Harus Sistem Ekonomi Islam / Syariah? Pada dasarnya, ekonomi merupakan berputarnya harta di antara manusia, sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai falah di dunia maupun di akhirat. Maka perilaku manusia harus berkaitan dengan landasan landasan Syariat sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Maka manusia akan senantiasa hati-hati dalam bertindak dan akan selalu memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan Islam.

Anda mungkin juga menyukai