Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH DAYA INGAT DAN KEMAMPUAN PENGETAHUAN MATEMATIS DALAM

PEMBELAJARAN DENGAN METODE MNEMONIK MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT


TERHADAP TINGKAT HAFALAN AL-QUR’AN KELAS VII MTs SALAFIYAH KAJEN
MARGOYOSO PATI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Elly Fatmasari
NIM 1503056088

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2018
I. JUDUL
Pengaruh Daya Ingat dan Kemampuan Pengetahuan Matematis dalam Pembelajaran
dengan Metode Mnemonik Materi Segitiga dan Segiempat terhadap Tingkat Hafalan
Al-Qur’an Siswa Kelas VII MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam hal peningkatan kualitas sumber
daya manusia dalam sebuah negara dan merupakan hal yang yang sangat mutlak yang
harus dipenuhi dalam meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai
tertinggal dengan bangsa lain. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan
Nasional (Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1) tentang Sistem Pendidikan
Nasional sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dalam hal memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional
berfungsi membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggungjawab (Zulfitria, 2017). Disamping itu untuk menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa tentunya dibutuhkan suatu pedomamn hidup untuk
membedakan antara yang bennar, yang salah, yang baik dan yang buruk atas segala
sesuatu yaitu berpedoman dengan Al-Qur’an (Munir, 2012)
Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang muslim di kala susah dan
senang. Membaca Al-Qur’an bukan hanya menjadi amal dan ibadah tetapi menjadi
obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Dengan demikian tidak ada suatu
kebahagiaan di hati orang muslim selain dapat membaca Al-Qur’an. selain bisa
membaca, mendalami arti dan maksud dalam Al-Qur’an serta mengajarkannya kepada

1
orang lain adalah tugas yang mulia disisi Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :

‫ل اق هنع هللا ىضر نافع هب‬: ‫هملع و نأ رقال ملعت هم مك ريخ صلى هللا عليه وسلم هللا لوسر ل اق‬
‫نامثع هع‬

Artinya : “Utsman bin Affan ra berkata, Rasulullah bersabda : sebaik-baik kamu


adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengaajarkannya (HR. Bukhari)
Selain dibaca, Al-Qur’an perlu dihafalkan, karena dengan menghafalkan Al-
Qur’an akan dapat menjaga keaslian dan kemurniannya. Al-Qur’an diturunkan kepada
Rasullullah bukan dengan tulisan melainkan hafalan sehingga setiap wahyu turun
Rasulullah menyuruh untuk menulisnya dan menghafalkannya. Rasulullah
menganjurkan supaya Al-Qur’an dihafalkan, selalu dibaca dan diwajibkan
membacanya dalam shalat karena hukum menghafalkan Al-Qur’an adalah Fardhu
Kifayah yang artinya jika sebagian muslim sudah melakukannya maka gugur
kewajiban bagi seluruh muslim. (Kamal, 2017)
Kegiatan menghafal Al-Qur’an dilakukan ayat demi ayat sampai dapat menghafal
seluruh isi dalam Al-Qur’an yaitu 30 juz. Semakin cepat seseorang menghafal maka
semakin cepat seseorang dapat menghafalkan Al-Qur’an secara keseluruhan. Dalam
kegiatan menghafal tentunya dibutuhkan kemampuan ingatan, terutama ingatan
jangka pendek karena hafalan akan bertahan lama jika kemampuan ingatan jangka
pendek dapat bertahan lama, sehingga ketika hafalan Al-Qur’an diulang maka akan
mudah untuk masuk ke ingatan jangka panjang. Kemampuan mengaktifkan kembali
ingatan jangka pendek untuk memanggil memori ke ingatan jangka panjang juga
penting karena pengulangan memori yang berada di ingatan jangka panjang akan
membuat memori bertahan lama dan akan mudah untuk diingat kembali (Purwanto,
n.d )
Sebelum menghafalkan Al-Qur’an, terlebih dahulu seseorang perlu untuk
mempelajari materi yang nantinya akan dihafal. Menurut Winkel (dalam Purwanto,
n.d) pada saat mempelajari materi pertama kali seseorang terlebih dahulu mengolah
bahan pelajaran (fase fiksasi), yang selanjutnya disimpan dalam ingatan (fase retensi),
dan akhirnya pengetahuan dan pemahaman yang sudah diperoleh akan diingat

2
kembali. Proses pengulangan materi berkaitan erat dengan sistem daya ingat pada
manusia yang telah dikategorikan oleh Atkinson dan Shiffrin menjadi tiga bagian yaitu
sensori memori, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Disisi lain dalam matematika terdapat kemampuan yang berhubungan dengan
ingatan yaitu kemampuan pengetahuan matematis yang merupakan kemampuan
terendah dalam aspek kognitif. Kemampuan pengetahuan matematis adalah
kemampuan dalam mengenal dan mengetahui fakta, konsep, sifat dan aturan atau
simbol dalam matematika. Kemampuan ini mempunyai indikator salah satunya
adalah mengingat fakta, konsep, sifat-sifat atau aturan matematika (Lestari dan
Yudhanegara, 2015). Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tidak
lepas dari rumus-rumus bahkan rumus yang sangat banyak yang terkadang membuat
siswa kebingungan atau lupa rumus pada waktu ujian berlangsung. Sehingga
dibutuhkan suatu metode yang dapat membantu ingatan siswa untuk mempermudah
dalam penghafalan rumus matematika yaitu dengan menggunakan metode
mnemonik.
Metode mnemonik adalah metode yang mempunyai teknik-teknik dalam
membantu proses ingatan. Teknik-teknik yang terdapat di metode mnemonik
diantaranya teknik cerita, teknik kata kunci, akronim, akrostik, teknik pancang dan
lain-lain (Higbee, 2001 ; Mufidah, 2014). Metode ini dapat diterapkan untuk berbagai
macam pelajaran yang berhubungan dengan ingatan.
Segitiga dan segiempat merupakan bagian dari geometri yang berisi banyak
rumus-rumus bangun datar serta sifat-sifat yang harus diingat oleh siswa (Yerizon,
Rosha & Yezita, 2012) Oleh karena itu, dalam penelitian ini metode mnemonik akan
diterapkan pada materi segitiga dan segiempat yang memuat rumus-rumus yang
perlu dihafal.
MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati adalah salah satu sekolah yang mempunyai
program unggulan salah satunya hafalan Al-Qur’an yang diwajibkan bagi siswa yang
berada pada kelas unggulan. Kelas unggulan tersebut terdapat di setiap tingkatan
kelas dimana siswa dituntut untuk menghafal Al-Qur’an minimal 5 juz dan wajib
untuk bertempat tinggal di pondok dan tentunya terdapat tes hafalan Al-Qur’an untuk
menguji sejauh mana ingatan tentang ayat yang sudah dihafalkannya sehingga siswa

3
harus rajin dalam menjaga ingatannya agar hafalan Al-Qur’an tidak hilang. Selain
dituntut untuk menghafalkan Al-Qur’an siswa juga dituntut dalam prestasi akademik
terutama pretasi matematika.
Dari hasil wawancara kepada salah satu guru Matematika di MTs Salafiyah
bahwa beberapa anak yang menghafal Al-Qur’an mempunyai kelemahan pada bidang
matematika terutama dalam mengingat rumus-rumus yang relatif banyak dan juga
kesulitan dalam mengatur hafalan Al-qur’an mereka karena mereka juga dituntut
untuk menguasai semua materi di sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Daya Ingat dan Kemampuan Pengetahuan Matematis
dalam Pembelajaran dengan Metode Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat
terhadap Tingkat Hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII MTs Salafiyah Kajen
Margoyoso Pati”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dipilih rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh daya ingat dalam pembelajaran dengan metode Mnemonik
materi Segitiga dan Segiempat terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII
MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati?
2. Apakah ada pengaruh kemampuan pengetahuan matematis dalam pembelajaran
dengan metode Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat terhadap tingkat
hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati?
3. Apakah ada pengaruh daya ingat dan kemampuan pengetahuan matematis
dalam pembelajaran dengan metode Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat
terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII MTs Salafiyah Kajen
Margoyoso Pati ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu yang diharapkan dapat
memberi manfaat untuk beberapa pihak.
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:

4
a. Untuk mengetahui pengaruh daya ingat dalam pembelajaran dengan metode
Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat terhadap tingkat hafalan Al-
Qur’an siswa kelas VII MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
b. Untuk mengetahui pengaruh Kemampuan Pengetahuan Matematis dalam
pembelajaran dengan metode Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat
terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII MTs Salafiyah Kajen
Margoyoso Pati
c. Untuk mengetahui pengaruh daya ingat dan kemampuan pengetahuan
matematis dalam pembelajaran dengan metode Mnemonik materi Segitiga
dan Segiempat terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an siswa kelas VII MTs
Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang akan diambil dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam
Pendidikan Matematika
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan oleh peneliti lain
sebagai bahan acuan dan pembanding dalam mengkaji lebih lanjut tentang
daya ingat dan kemampuan pengetahuan dalam metode mnemonik
terhadap hafalan Al-Qur’an terutama bidang studi matematika
c. Adapun manfaat praktis
1) Bagi guru
a) Sebagai masukan untuk menerapkan metode belajar yang
bervariasi
b) Mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi
pembelajaran bagi siswa dalam pembelajaran matematika
2) Bagi Siswa
a) Meningkatkan daya ingat dengan metode yang tepat
b) Meningkatkan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an
c) Mempermudah menghafal rumus-rumus matematika dengan
metode yang tepat

5
3) Bagi Sekolah
a) Memberikan motivasi dalam pelakasanaan program tahfidzul
Qur’an
b) Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di bidang matematika
4) Bagi Peneliti
a) mengetahui pengaruh daya ingat dalam pembelajaran dengan
metode Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat terhadap
tingkat hafalan Al-Qur’an siswa
b) Untuk mengetahui pengaruh Kemampuan Pengetahuan
Matematis dalam pembelajaran dengan metode Mnemonik
materi Segitiga dan Segiempat terhadap tingkat hafalan Al-
Qur’an siswa
c) Untuk mengetahui pengaruh daya ingat dan kemampuan
pengetahuan matematis dalam pembelajaran dengan metode
Mnemonik materi Segitiga dan Segiempat terhadap tingkat
hafalan Al-Qur’an siswa.
d) Mendapatkan pengalaman langsung dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode mnemonik
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka

Beberapa kajian pustaka dan penelitian yang telah ada sebelumnya, dan
berhubungan dengan judul yang peneliti ambil:

1) Jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Mnemonik Ditinjau dari Daya Ingat
dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMK Kelas X”. Oleh Yokhanan Ardika
and A. Sardjana Tahun 2016, prodi pendidikan matematika, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan siswa dalam mengingat
rumus-rumus matematika. Dibuktikan dengan Hasil observasi, dimana peneliti
mengujikan soal untuk mengetahui daya ingat pada soal trigonometri kepada

6
beberapa siswa dari tingkat kemampuan berbeda yang telah mendapat materi
trigonometri. Masalah yang dihadapi siswa adalah mengalami kesulitan dalam
menghafal rumus-rumus trigonometri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis data dan pembahasan
diperoleh simpulan bahwa metode mnemonik efektif untuk pembelajaran
trigonometri yang ditinjau dari daya ingat dan hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh sebagai berikut: 1) Tingkat kemampuan daya ingat
siswa secara keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
metode mnemonik yaitu pada kriteria daya ingat tinggi dan dapat dikatakan
efektif dengan jumlah siswa yang masuk pada kriteria sangat tinggi ditambah
siswa yang masuk pada kriteria tinggi lebih dari 75% jumlah siswa. 85,71% dari
jumlah siswa yaitu 24 siswa masuk pada kriteria tinggi, 3,58% dari jumlah siswa
yaitu 1 siswa masuk pada kriteria sangat tinggi dan 10,71% dari jumlah siswa
yatitu 3 siswa masuk pada kriteria cukup. 2) Hasil belajar siswa secara
keseluruhan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode mnemonik
dikatakan berhasil dengan baik atau efektif dengan 89,29% dari jumlah siswa
yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 25 siswa dinyatakan tuntas belajar
memenuhi nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 78, dengan nilai rata-rata
kelas yaitu 87,32.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti adalah
pada tujuannya. Jika penelitian yang dilakukan oleh Yokhanan Ardika and A.
Sardjana bertujuan untuk melihat keefektifan metode mnemonik ditinjau dari
daya ingat dan hasil belajar, maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk melihat pengaruh daya ingat dan kemampuan pengetahuan
matematis dalam pembelajaran dengan metode mnemonik terhadap tingkat
hafalan Al-Qur’an
2) Jurnal “Efektifitas Metode Mnemonik terhadap daya Ingat Pada materi
Protista di Kelas X SMA” Oleh Susrani Simamora and Hudson Sidabutar n.d ,
Program studi Pendidikan Biologi , FMIPA, Universitas Negeri Medan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan siswa dalam mengingat
nama-nama ilmiah. Dibuktikan dengan Hasil observasi, dimana peneliti

7
mengujikan soal untuk mengetahui daya ingat pada soal protista kepada
beberapa siswa dari tingkat kemampuan berbeda yang telah mendapat materi
protista. Masalah yang dihadapi siswa adalah mengalami kesulitan dalam
menghafal nama-nama ilmiah dalam pembealajaran biologi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Daya ingat siswa menggunakan
metode mnemonik pada materi protista di kelas X SMA Budi Murni 3 Medan
Tahun Pembelajaran 2017/2018 termasuk dalam kategori tinggi yaitu 70,5%.
Pembelajaran menggunakan metode mnemonik pada materi protista di kelas X
SMA Budi Murni 3 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018 dinyatakan tidak
efektif karena tidak memenuhi dua kriteria yaitu daya ingat siswa masuk dalam
kategori tinggi dan efektivitas treatment tidak terpenuhi pada kategori rendah.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti adalah
pada tujuannya. Jika penelitian yang dilakukan oleh Susrani Simamora and
Hudson Sidabutar bertujuan untuk melihat keefektifan metode mnemonik
terhadap dari daya ingat, maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk melihat pengaruh daya ingat dan kemampuan pengetahuan
matematis dalam pembelajaran dengan metode mnemonik terhadap tingkat
hafalan Al-Qur’an
3) Jurnal “Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan dengan
Kecepatan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta”
Oleh Setiyo Purwanto tahun 2007, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Penelitian ini dilatar belakangi oleh penghafal Al-Qur’an yang
membutuhkan daya ingat dan kecerdasan yang tinggi untuk menghafalkan Al-
Qur’an supaya penghafal Al-Qur’an mudah dalam mengembangkan hafalan Al-
Qur’annya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, daya ingat jangka
pendek berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan menghafal Al-Qur’an.
Semakin tinggi daya ingat jangka pendeknya maka akan semakin cepat pula
dalam menghafal. Kedua, kecerdasan tidak dapat dimasukkan dalam analisis

8
sebab antara kecerdasan dengan daya ingat jangka pendek terjadi kolinearitas
bisa disebabkan karena adanya kemiripan alat test yang digunakan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti adalah
pada tujuannya. Jika penelitian yang dilakukan oleh Setiyo Purwanto bertujuan
untuk melihat hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan terhhadap
kecepatan hafalan Al-Qur’an, maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk melihat pengaruh daya ingat dan kemampuan pengetahuan
matematis dalam pembelajaran dengan metode mnemonik terhadap tingkat
hafalan Al-Qur’an
B. Kajian Teori
1. Memori dan Daya Ingat
a. Pengertian memori dan daya ingat
Kata memori berasal dari bahasa inggris memory yang artinya
ingatan, kenangan. Menurut Bruno (dalam Mufidah, 2014) mengartikan
bahwa memori merupakan proses mental seseorang terhadap informasi,
pengetahuan dan segala yang berpusat di otak yang meliputi:
1) penyandian (encoding),
2) penyimpanan (storage) dan
3) pemanggilan kembali (retrieval).
Ingatan (Bahruddin, 2016) merupakan daya untuk mencamkan,
menyimpan, dan memproduksi kembali kesan dan pesan yang telah
dialami. Definisi lain, bahwa ingatan merupakan sebuah pengetahuan yang
pernah didapat dari masa lampau.
Secara teori (Suryabrata, 2010) mengemukakan bahwa menurut
fungsinya ingatan dapat dibedakan menjadi tiga aspek, diantaranya :
1) Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan atau informasi
Menurut terjadinya (Suryabrata,2010) bahwa mencamkan dapat
dibedakan menjadi dua, diantaranya :
a) Mencamkan yang sekehendak

9
Mencamkan dengan sadar, sengaja atau yang dikehendaki dalam
memperoleh suatu informasi pengetahuan yang kita kenal
dengan istilah menghafal
b) Mencamkan yang tidak sekehendak
Mencamkan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki dalam
memperoleh suatu informasi pengetahuan
2) Menyimpan kesan-kesan atau informasi
3) Mereproduksikan kesan-kesan atau informasi
Berikut penjelasannya :
Reproduksi (Suryabrata,2010) yaitu mengaktifkan kembali hal-hal yang
pernah dicamkan. Ada dua bentuk reproduksi yaitu:
a) Mengingat kembali (recall)
b) Mengenal kembali (regognition)
Adapun perbedaan antara mengingat kembali dan mengenal kembali:
- Pada mengingat kembali, tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai pegangan dalam melakukan reproduksi itu. Contohnya
seseorang kehilangan sepeda apabila seseorang tersebut ditanya
ciri-ciri dari sepeda yang dimilikinya tanpa adanya
pegangan/pertolongan dengan berusaha mengingat ciri-ciri
tersebut.
- Pada mengenal kembali, ada sesuatu yang dijadikan pegangan
sebagai objek untuk mencocokkan dalam melakukan reproduksi.
Contohnya seseorang kehilangan sepeda, apabila diperlihatkan
sebuah sepeda dan ditanya apa itu sepeda yang hilang, maka kita
mencocokkan kesan yang tersimpan dalam ingatan dengan benda
yang diamati.
Menurut Schlessinger dan Goves (dalam Syam, 2011) bahwa memori
adalah sebuah sistem berstruktur yang mengakibatkan organisme merekam
segala yang ada di dunia dan menjadikan pengetahuannya untuk menata
perilakunya.
Secara singkat, memori melewati 3 proses sebagai berikut :

10
1) Perekaman (encoding) yaitu mencatat informasi dilakukan melalui sirkuit
syaraf internal dan reseptor indra.
2) Penyimpanan (storage) yaitu yang menentukan berapa lama, berbentuk
apa, dan dimana informasi itu berada bersama kita baik bersifat aktif
maupun pasif.
3) Pemanggilan (retrieval) atau mengingat kembali yaitu menggunakan
kembali informasi yang tersimpan.
Schlessinger dan Goves juga membagi memori dalam beberapa jenis,
diantaranya :
1) Pengingatan (recall) yaitu proses aktif untuk menghasilkan kembali
informasi kata demi kata (verbatim), tanpa petunjuk yang jelas
2) Pengenalan (recognition) yaitu lebih mudah mengenal dan agak sulit
mengingat kembali sejumlah kata
3) Belajar lagi (relearning) yaitu pelajaran yang sudah diperoleh untuk
dikuasai kembali
4) Reintergrasi (reintegration) yaitu merekontruksi masa lalu dari petunjuk
memori kecil
Sistem ingatan menurut Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan
oleh Tulving dan Madigan (dalam Bhinnety, n.d ; Ling & Catling, 2012) dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu :
1) Sistem ingatan sensorik (sensory memory)
Ingatan sensori (penyimpanan singat) mencatat informasi yang diterima
melalui panca indra secara visual (mata), pendengaran (telinga), bau
(hidung), rasa (lidah), dan rabaan (kulit). Jika informasi tersebut tidak
diperhatikan maka akan terlupakan, tetapi jika informasi tersebut
diperhatikan maka akan diteruskan ke sistem jangka pendek.
2) Sistem ingatan jangka pendek (short term memory)
Sistem jangka pendek menyimpan informasi selama sekitar 30 detik dan
hanya beberapa informasi yang diingat.

11
Setelah berada di sistem memori jangka pendek, informasi akan
dilanjutkan dengan proses pengulangan ke sistem jangka panjang untuk
disimpan atau terlupakan karena ditimbun oleh beberapa informasi baru.
3) Sistem ingatan jangka panjang (long term memory)
Setelah informasi berada di sistem jangka panjang, dengan strategi
tertentu akan memperoleh kembali informasi tersebut atau informasi akan
terlupakan karena adanya keterbatasan dalam pengarsipannya. Struktur
ingatan diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

Rehersal

Sensory Short Retrieval Long Term


Sensory Memory Term Memory
Attention
Input Memory
Storage

Decay Retrieval failur


Displacement
nt

Porter dan Henacki (mufidah, 2014) membedakan antara memori dan


daya ingat. Memori hanya menyimpan apa yang diperlukan dan dianggap berarti
sedangkan daya ingat merupakan pengingatan kembali tentang apa yang sudah
diketahui sebelumnya baik berupa informasi, fakta atau beberapa kejadian.
Daya ingat merupakan perwujudan dari belajar, jadi setelah mengalami
proses belajar, siswa akan memperoleh simpanan pengetahuan dan informasi di
dalam memorinya dan materi yang disimpan tersebut juga akan dikaitkan
kedalam masalah yang akan dihadapi. (Syah, 2014)
b. Indikator Daya Ingat
Menurut teori yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffrin, bahwa
terdapat tiga tahapan penyimpanan memori yaitu sistem ingatan sensori
(penyimpanan singkat) yaitu penerimaan suatu stimulus dari alat

12
penginderaan, sistem ingatan jangka pendek yaitu penyimpanan informasi
sementara yang memiliki kapasitas yang sangat terbatas, dan sistem
ingatan jangka panjang yaitu penyimpanan informasi dalam waktu lama
dan memiliki kapasitas yang tidak terbatas.
Sehingga rumusan indikator dari teori yang telah dijelaskan untuk
mengukur daya ingat sebagai berikut :
1) Dapat menerima informasi dengan baik
2) Dapat menyimpan informasi dengan baik
3) Dapat mengingat kembali informasi yang diterima
c. Sifat Ingatan yang baik
Beberapa sifat yang menggolongkan sebuah ingatan yang baik,
sebagai berikut:
1) Ingatan yang cepat, apabila individu dapat mudah menerima informasi
2) Ingatan yang setia, apabila individu menerima sebuah kesan maka
sampai kapan pun kesan tersebut tidak akan berubah dari kesan
sebelumnya.
3) Ingatan yang teguh, apabila seseorang menyimpan kesan dengan kuat
(teguh) dan tidak mudah lupa atas kesan yang diingatnya
4) Ingatan yang luas, apabila individu dapat menyimpan informasi yang
banyak, dan individu akan sangat mudah mengingat kesan yang telah
dicampurkan.
d. Faktor yang mempengaruhi Daya Ingat
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya ingat sebagai berikut :
1) Perhatian
Perhatian menurut Stren (dalam mufidah, 2014) adalah
pemusatan terhadap suatu objek. Walau banyak informasi
disekeliling kita tetapi secara alamiyah kita lebih fokus terhadap
objek yang kita anggap menarik perhatian kita.
Di dalam suatu pembelajaran, materi yang menjadi pusat
perhatian adalah materi yang berbeda yaitu materi yang lebih unik
dari segi warna, bentuk atau yang lainnya. Begitu pun informasi yang

13
unik yang bisa mencuri perhatian sehingga manusia tertarik untuk
memperhatikannya. Oleh sebab itu, para pelajar ditunutut kreatif
untuk menciptakan suatu pembelajaran yang tidak seperti biasanya
sehingga peserta didik dapat tertarik dan memperhatikannya.
2) Emosi
Emosi menjadi pengaruh ingatan manusia, karena otak akan
memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu yang bersifat emosionil
dibanding sesuatu yang bersifat datar.
Memori yang dilengkapi dengan emosi yang kuat dinamakan
flash bulb atau vivid memory. Flash bulb merupakan rekaman yang
sangat kuat diingatan tentang kejadian yang sangat penting dan
memiliki emosi yang kuat, contohnya seperti melihat peristiwa
pembunuhan seseorang, maka orang yang menyaksikannya
kemungkinan besar akan tetap menyimpan rekaman tersebut dalam
ingatannya.
Di dalam suatu pembelajaran sangat dibutuhkan emosi positif
yaitu pembelajran yang membawa peserta didik ke suasana yang
menyenangkan. Senada dengan konsep pollyanna princples yang
mengungkapkan bahwa suasana yang menyenangkan akan lebih
dikenang dalam memori daripada suasana yang mengandung unsur
kesedihan.
3) Asosiasi
Asosiasi (mufidah, 2014) merupakan kemampuan untuk
mengkaitkan sebuah materi baru yang baru dikenal dan dipelajari
dengan hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya, seperti peta
negara itali yang mudah diingat daripada peta negara eropa yang
lainnya karena bentuknya seperti sepatu.
4) Lupa
Lupa (Ling & Catling, 2012) merupakan hilangnya informasi
yang telah tersimpan dalam memori jangka panjang. Lupa akan
terjadi karena proses informasi melalui proses normal dan tersimpan

14
dalam memori jangka panjang dan apabila dibutuhkan sukar untuk
diingat kembali.
Karena faktor lupa melibatkan banyak variabel maka para ahli
berbeda pendapat tentang pelupaan. Ada tiga macam teori tentang
lupa, daintaranya :
a) Interfence Theory (Teori halangan)
Teori yang menjelaskan bahwa informasi terhalang ketika
terdapat informasi lain yang menghalangi. Informasi yang
menghalangi dibagi menjadi dua yaitu retroactive inhibition dan
proactive inhibition.
retroactive inhibition terjadi jika ada informasi baru
menghalangi informasi yang sudah lama diingat. Sedangkan
proactive inhibition terjadi jika ada informasi lama yang masih
diingat menghalangi informasi baru yang akan masuk.
b) Decay theory (teori kerusakan)
Teori yang menjelaskan bahwa terdapat informasi yang
rusak apabila informasi yang telah diketahui tidak pernah
diingat kembali.
c) Cuedependent forgetting (teori ketergantungan pada isyarat)
Teori ini menjelaskan bahwa kelupaan akan terjadi jika
lemahnya isyarat dari sesuatu yang ingin diingat baik informasi
lama ataupun informasi baru. Misalnya sulit untuk mengingat
nomor telepon lama sedangkan nomor telepon baru belum
diingat.
Disamping teori kelupaan diatas, ling dan Catling (Ling &
Catling, 2012) menyebutkan teori tentang lupa yang dapat dibedakan
antara teori-teori ketersediaan dan teori-teori aksesibilitas, sebagai
berikut :
a) Teori-teori ketersediaan berpendapat bahwa memori terlupakan
karena secara permanen materi telah hilang dari otak melewati
pudarnya jejak memori

15
b) Teori-teori aksesibilitas berpendapat memori masih tetap ada
namun sulit diingat, karena tidak ada petunjuk yang tepat untuk
mengakses suatu memori
Dalam hal agama, para ulama menggunakan sistem repetisi
untuk menghindari kelupaan pada penghafalan Al-Qur’an, selain itu
mereka meninggalan kemaksiatanyang akan berpengaruh besar
dalam pengurangan daya ingat mereka, seperti yang dialami oleh
Imam Syafi’i yaitu hafalan Al-Qur’annya hilang setengah ketika
melihat betis seorang perempuan.

2. Kemampuan Pengetahuan Matematis


a. Pengertian
Kemampuan Pengetahuan matematis adalah kemampuan dalam
mengenal dan mengetahui fakta, konsep, sifat, aturan, atau simbol dalam
matematika (Lestari dan Yudhanegara, 2015)
Kemampuan pengetahuan ini termasuk dalam ranah kognitif tingkat
paling rendah dalam taksonomi Bloom. menurut Andersondan Krathwohl
(Lusiyana, 2018) Bloom membuat taksonimi pada ranah kognitif yang
diklasifikasikan kedalam 6 kategori yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemudian Bloom merevisi
taksonomi ranah kognitif menjadi kategori mengingat, pemahaman,
penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi.
b. Indikator
Adapun indikator kemampuan pengetahuan matematis menurut Lestari
dan Yudhanegara (2015) mencangkup :
a) Mengenal fakta, konsep, sifat, atau aturan matematika
b) Mengenal simbol, notasi, dan bentuk representasi matematis, seperti
tabel, diagram, grafik, dan lain-lain
c) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan
d) Mengingat fakta, konsep, sifat-sifat atau aturan matematika

16
e) Mengingat simbol, notasi, dan bentuk representasi matematis,
seperrtyi tabel, diagram, grafik dan lain-lain
3. Teori Belajar
a. Belajar menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (dalam Hanafy, 2014) Belajar adalah proses
perubahan yang dialami seseorang secara terus-menerus karena terdapat
stimulus yan dibarengi oleh isi ingatan.
Gagne membagi segala sesuatu yan dipelajari individu yan disebut
domains of learning dalam lima kategori :
1) Keterampilan motoris (motor skill), yaitu koordinasi dari berbagai
gerakan badan
2) Informasi verbal, yaitu menjelaskan sesuatu dengan cara berbicara,
menulis, dan menggambar.
3) Kemampuan intelektual yaitu berinteraksi dengan dunia luar
menggunakan simbol-simbol
4) Strategi kognitif, yaitu belajar meningkat dan berpikir memerlukan
organisasi keretampilan yang internal
5) Sikap, yaitu sikap yang pentin dalam proses belajar
b. Belajar menurut Pandangan Ausubel
Ausubel (dalam Tamimi. 2017) mendefinisikan struktur kognitif
sebagai “semua pengetahuan yang kita miliki diperoleh dar hubungan
antar fakta, konsep dan prinsip yan membentuk pengetahuan tersebut”
Ausubel membagi pembelajaran menjadi empat kategori dalam dua
dimensi:
1) Dimensi pertama, terdapat hubungan antara metode dan teknik
materi pendidikan yan diberikan siswa, maka mereka mendapat
pengetahuan dalam dua metode yaitu :
a) Metode penerimaan, yang memberikan informasi kepada
pembelajar seperti sekolah dan kuliah

17
b) Metode eksplorasi, materi tidak lansung diberikan kepada
pembelajar, tetapi diminta untuk menemukan informasi
sebagian atau seluruhnya
2) Dimensi kedua, berkaitan dengan cara yang digunakan oleh siswa
untuk mengingat informasi atau menhubungkannya dengan struktur
kognitif yang dimiliki. Dimensi ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a) Rote Learning, yaitu siswa menghafalkan informasi dari guru
atau belajar tanpa makna
b) Pembelajaran Bermakna (meaningful Learning), informasi yang
akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif
yang telah dimilikinya sehingga siswa mampu menaitkan
informasi yang telah diketahuinya.
c. Belajar menurut Pandangan Piaget
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manjadi 4 tahap
(dalam Mukhlisah, 2015 ; Awwad, 2013) , yaitu :
1) Sensorimotorik (lahir- 2 tahun)
Pencapaiannnya : pembentukan konsep dari perilaku reflek ke
perilaku yang diarahkan oleh tujuan, perkembangan kemampuan
menggunakan simbol untuk melambangkan objek di dunia.
2) Tahap Pemikiran Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia yang ia ketahui dengan
menggunakan simbol, kata-kata atau gambaran. pada tahap ini anak
mengkalisifikasikan benda ke suatu bentuk, warna dan ukuran.
3) Tahap Operasi Berfikir Konkret (usia 7-11 tahun)
Tahap ini bercirikan dengan sistem pemikiran pada aturan-aturan
logis dan anak sudah mengembangkan operasi logis terkait tndakan
fisik yang nyata.
4) Tahap Operasional Berfikir Formal (usia 11 tahun- dewasa )
Tahap ini anak memperoleh pengetahuan untuk berfikir secara
abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia.

18
4. Metode Mnemonik
a. Pengertian Metode Mnemonik
Mnemonik menurut Wojowasito dan Wasito berasal dari kata
mne’monics yang berarti suatu kepandaian dalam menghafalkan. Kata
mnemonik diambill dari nama Dewi Mnemosyne yang berasal dari Bangsa
Yunani kuno karna bangsa mereka menghargai suatu kemampuan dalam
menghafal.
Metode mnemonik menurut Stine adalah kemampuan untuk
mengasosiasika sebuah ide atau gagasan kedalam sebuah gambaran.
Highee mengartikan mnemonik adalah sebuah metode yang membantu
memori. Suharman mengemukakan bahwa metode mnemonik adalah
sebuah strategi yang digunakan untuk membantu kinerja ingatan dengan
menggunakan latihan-latihan .
Mnemonik sangat erat kaitannya dengan asosiasi dan imajinasi.
Menurut Pasiaq bahwa asosiasi dan imajinasi merupakan bagian dari
kinerja otak kanan yang fungsinya sebagai pusat suatu kreativitas, oleh
karena itu belajar melalui metode mnemonik sama halnya dengan
mengkoordinasikan kinerja otak kanan dan kiri dalam suatu kreativitas
tertentu (dalam Mufidah, 2014).
b. Manfaat metode mnemonik
Adapun manfaat metode mnemonik (mufidah, 2014) adalah :
1) Karena metode mnemonik memudahkan dalam mengingat, maka
mudah juga dalam belajar
2) Menghilangkan hambatan dalam belajar
3) Akan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga akan
mencapai hasil belajar yang optimal
c. Macam- macam teknik Mnemonik
Adapun macam-macam teknik dari metode mnemonik, diantaranya :
1) Akronim

19
Akronim merupakan awalan huruf yang diambil dari sebuah
kata kemudian digabung dengan awalan huruf dari kata lain yang
disusun sehingga membentuk sebuah kata baru. Menurut DePorter
dan Henarcki (Mufidah, 2014) metode akronim digunakan untuk
menghafalkan kata-kata yang berurutan, seperti Memainkan Violin
Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun Pasti (sebuah
ungkapan untuk memudahkan dalam menghafalkan nama-nama
planet yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Pluto).
Menurut Higbee dalam bukunya “Your Memory : How It Work
and How toImprove It” (higbee, 2001) bahwa Akronim adalah sebuah
kata yang tersusun dari huruf pertama suatu objek yang akan diingat.
Contohnya akronim HOMES (nama-nama danau di Amerika yaitu
Huron, Ontario, Michigan, Erie dan Superior). Namun ada beberapa
akronim yang sudah sering kita dengarkan tetapi membuat nama
aslinya dilupakan bahkan tidak diketahui sebagian orang, salah
satunya adalah LASER (berasal dari kata Light Amplication by
Simulated of Radioation) (Mufidah, 2014).
2) Teknik Loci
Teknik ini disebut juga sebagai teknik tempat karena teknik ini
menghubungkan antara memori visual dengan asisiasi keadaan
dengan tempat. Menurut Cicero (dalam Mufidah, 2014) teknik ini
dikembangkan dari sebuah puisi oleh Simeonides of Ceos, yaitu
seorang yang selamat dari reruntuhan sebuah gedung pertunjukan,
karena dia mampu mengenali seluruh mayat yang duduk berada
disekelilingnya dari kejadian sebelum reruntuhan itu terjadi.
Dalam teknik loci ada beberapa urutan yang dipakai, menurut
Stine (dalam Mufidah, 2014) contohnya sebagai berikut : memilih
tempat yang selalu diingat dalam keseharian seperti ruang tamu yang
didalamnya terdapat shofa, TV, lampu dan lukisan di dinding. Setelah
itu memilih fakta yang akan diingat, kemudian memilih elemen-

20
elemen dari kelima tempat di ruangan tersebut dan membuat
gambaran-gambaran visual yang menghubungkan informasi dari
barang-barang yang berada di ruang tersebut. setelah itu ingatlah
gambaran-gambaran itu selama tiga kali sehari dalam kurun waktu
tiga atau empat hari.
Teknik ini membutuhkan patokan arah yang jelas ke lokasi
objek-objek yang nantinya objek-objek tersebuat dapat diingat
kembali. Teknik loci menurut Lapp (dalam Mufidah, 2014)
mempunyai beberapa aturan main yang dapat mempermudah proses
ingatan, daintaranya:
a) Jangan mengambil dua objek benda yang sama
b) Jangan meletakkan benda-benda secara zigzag
c) Mempunyai keyakinan kemampuan diri untuk
memvisualisasikan rumah sendiri akan membantu dalam
mempermudah ingatan dengan menggunakan teknik loci.
3) Teknik Pancang
Teknik pancang adalah teknik yang dipakai dengan cara
membuat kata-kata pancang dan membanyangkannya secara visual.
Teknik ini menurut Turkington (dalam Mufidah, 2014)
dikembangkan oleh seorang yang bernama Henry Herkson di tahun
1600 yang menyamakan satu digit angka dengan benda yang
menyerupai angka tersebut seperti angka satu dengan sebuah lilin
dan angka tiga dengan trisula.
Ada dua prinsip dalam menghafal menurut Buzan (dalam
Mufidah , 2014) yaitu asosiasi dan imajinasi. Asosiasi yaitu
menghubungkan apa yang akan diingat dengan suatu teknik pancang,
sedangkan imajinasi adalah mengimajinasikan materi yang telah
terjalin dengan menggunakan kata pancang.
4) Teknik Imajery Visual
Teknik ini mendorong seseorang untuk menggambarkan suatu
objek yang akan diingat ke dalam fikirannya. Teknik ini cukup baik

21
dalam menghadapi informasi yang bersifat deskriptif yang saling
berkaitan.
Walau demikian, teknik ini memiliki kelemahan yaitu teknik ini
akan bermasalah jika berhadapan dengan informasi yang tidak saling
berkaitan. Teknik ini memerlukan perangkat untuk membangun
imajinasi, baik berupa cerita atau memakai alat peraga yang dapat
mendekatkan pada suatu kenyataan (Mufidah, 2014).
5) Teknik Cerita
Teknik cerita (Mufidah, 2014) merupakan teknik yang tergolong
menyenangkan untuk menghafalkan informasi baik informasi yang
berhubungan atau informasi yang tidak saling berhubungan dalam
jumlah yang banyak. Menurut deporter dan Hernacki menyatakan
bahwa teknik ini baik untuk menghafalkan pola-pola geografis.
Contoh aplikasi dari teknik ini sebagai berikut : pada suatu hari
saya berangkat menaiki pesawat yang berangkat dari italia dengan
melewati Yunani, Turki, Iran, Irak, Pakistan, India dan dari kepulauan
Samudra Hindia. Untuk menghafalkan urutan dari negara-negara
tersebut dengan cara dibuat cerita sebagai berikut : pada suatu hari
saya pergi ke Rstoran memesan spageti (itali), tiba-tiba ada seorang
wanita lewat didepan saya dan menyapa untuk makan bareng di
Restoran milik mbak Nani (Yunani), kemudian koki restoran yang
berasal dari Turki memanggil pelayan kembar yang bernama Irak
dan Iran, ternyata kedua pelayan tersebut anak dari Pak Istan
(Pakistan), kemudian koki tersebuat menyuruhnya untuk
membawakan martabak India yang berasal dari samudra Hindia.
(Mufidah, 2014 )
6) Pengelompokan kategoris
Yaitu Suatu pengorganisasian daftar beberapa item menjadi
seperangkat kategori. Misalnya, mengorganisasikan daftar belanja
berdasarkan kategori makanan (buah, sayur, daging)
7) Imajinasi interaktif

22
Yaitu membayangkan objek yang direpresentasikan dengan
kata apa yang harus diingat dengan menghubungkan kata dengan
kata lainnya secara interaktif. Contoh, untuk membeli kaos kaki, apel
dan gunting, maka bisa membayangkan ketoga item ini secara
interaktif yaitu memotong kaos kaki karena sebuah apel
terperangkap didalamnya dengan menggunakan sebuah gunting.
8) Sistem Birama
Yaitu mengasosiasikan sebuah kata dari setiap kata yang ada di
daftar yang sudah diingat dan membentuk sebuah imaji interaktif
dari kata-kata tersebut. contoh, mengingat daftar kata seperti “one is
a bun”, “two is a shoe”, “three is a tree” dan seterusnya. Untuk
mengingat dalam membeli kaos kaki, apel dan gunting. Maka dapat
dengan membayangkan sebagai one apel diantara dua bun, two kaos
kaki terperangkap didalam shoe, dan three gunting untuk memotong
tree.
9) Pengkalimatan (akrustik)
Membentuka kalimat baru untuk mengingat beberapa hal.
Contoh, ketika seseorang menghafal kunci lagu dengan urutan
EGBDF, bisa dengan akrustik berupa every good boy does fine
10) Sistem kata kunci
Yaitu bentuk imajinasi interaktif dengan menghubungkan bunyi
dan makna sebuah kata bahasa asing dengan bunyi dan makna kata
yang sudah kita ketahui. Contoh, untuk mengingat kata “libro” berarti
buku (Spanyol) dengan mengaitkan kata “libro” ini dengan “liberty”
lalu membayangkan patung liberty selain membawa obor besar , dia
juga membawa buku besar (Sternberg, 2008 :187-188)

5. Hafalan Al-Qur’an
a. Pengertian hafalan
Menghafal (Baharuddin, 2016) adalah menanamkan sebuah asosiasi
kedalam jiwa.

23
b. Macam-macam menghafal
Menghafal dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1) Menghafal secara mekanis, artinya menghafalkan sesuatu dengan tidak
terkait dengan arti. misalnya menghafalkan lagu, puisi dan lain
sebagainya
2) Menghafalkan secara logis, artinya menghafal sesuatu dengan cara
mengenal dan memahami terlebih dahulu tentang hubungan artinya.
misalnya menghafalkan sejarah, ilmu bumi dan lain sebagainya
3) Menghafal secara memoteknis, artinya cara menghafal dengan
menggunakan titian keledai. Misalnya menghafalkan jumlah tanggal
dalam bulan dengan menggunakan pangkal tulang pada jari-jari
tangan. (Baharruddin, 2016)
Berdasarkan pembagian bahan yang dihafal, maka metode menghafal
terbagi dalam tiga kategori :
1) Metode-G (Ganzlern), yaitu metode menghafal secara menyeluruh.
Misalnya menghafalkan sajak yang tidak terlalu panjang bisa
dihafalkan secara keseluruhan
2) Metode-T (Teillern), yaitu metode menghafal bagian demi bagian,
misalnya menghafal sesuatu yang panjang bisa dengan
menghafalkannya sedikit demi sedikit
3) Metode-V (Vermitlende) merupakan metode pengantara yaitu
menghafalkan sesuati ada yang bagian demi bagian ada juga yang
secara menyeluruh. Metode-V ini gabungan antara metode-G dan
metode-T (Baharruddin, 2016)
c. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menurut bahasa (etimologi) “Al-Hifdz” berarti selalu ingat dan sedikit
lupa. Al-Hifdz juga berarti memelihara, menjaga, menahan diri, ataupun
terangkat. Penghafal (Hafidz) adalah orang yang menghafalkan secara
cermat dan termasuk sederet kaum penghafal.

24
Secara istilah (terminologi) pengertian Al-hifdz tidak berbeda jauh
dengan pengertian secara bahasa. Namun disini ada perbedaan prinsip
penghafal Al-Qur’an dengan penghafal hadist, syair, hikmah, dan lainnya :
1) Penghafal Al-Qur’an dituntut menghafal secara menyeluruh baik
hafalannya maupun ketelitiannya, karena tidaka akan disebut sebagai
Hafidz jika hanya menghafal setengah dari 30 juz atau tidak
menyempurnakannya.
2) Penghafal Al-Qur’an harus menenkunkan, merutinkan segenap
tenaganya untuk menjaga hafalan dari kelupaan.
Huttenlucher dan Burke (Purwanto, 1999) mengatakan bahwa
semakin banyak memori yang dijaga maka semakin banyak memori
yang dihafalkan. Hal ini berarti menjaga memori yang didapat
memungkinkan ingatan berada diingatan jangka pendek masuk
kedalam ingatan jangka panjang. Dalam meningkatkan keaktifan
ingatan jangka pendek akan meningkatkan konsentrasi dalam
mengingat informasi.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan memori adalah
dengan melakukan pengulangan secara teratur (perodic recall). Mengingat
kembai secara periodik (review) informasi yang telah diperoleh akan
membantu menempatkan informasi tersebut di sistem ingatan jangka
panjang secara lebih baik sehingga mudah diingat kembali. Hal ini sama
seperti yang dilakukan penghafal Al-Qur’an degan mengulang muroqqor
(ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal) setiap pagi dan sore.
Dengan melatih ingatan secara terus-menerus disertai bimbingan
oleh seseorang secara terstruktur, seorang penghafal akan mengenal sifat
atau perilaku ingatannya, secara otomatis hafalan yang dilakukan setiap
hari akan meningkatkan strategi dalam penyimpanan informasi yang
masih berada didalam sensori memori dan akan lebih mudah tersimpan
dalam memori jangka pendek.
d. Cara-cara dalam mengajarkan Hafalan Al-Qur’an

25
Sebagian guru di Indonesia mengajarkan cara-cara dalam
menghafalkan Al-Qur’an menurut Ahsin (Purwanto, 1999) diantaranya :
1) Membaca berkali-kali sampai lancar ayat yang akan dihafal dengan
melihat mushaf Al-Qur’an
2) Diulang kembali materi hafalan dengan sesekali melihat mushaf dan
sesekali tidak. Di;akukan sekitar 30 kali
3) Mengulangi materi tanpa melihat mushaf dan dengan memejamkan
mata. Dilakukan sekitar 30 kali
4) Mengulangi hafalan dengan lepas Al-Qur’an berangsur sampai 30 kali
e. Fase dalam menghafal Al-Qur’an
Ahsin (Purwanto, 1999) menyebutkan beberapa fase dalam
menghafalkan Al-Qur’an, yaitu:
1) Menentukan target hafalan.
Sebelum penghafal ingin menghafalkan Al-Qur’an maka menentukan
seberapa ayat yang akan dihafal, yaitu ingin menghafal satu halaman,
setengah halaman atau seperdelapan (pembagian Al-Qur’an menjadi
30 bagian dari 30 juz). Hal ini menurut kemampuan masing-masing
individu
2) Menghafal materi yang sudah ada (muroqqor).
Menghafalkan sedikit demi sedikit kalau perlu menghafalkan
beberapa kalimat berikutnya sampai satu ayat. Setelah mendapat
satu ayat diulang kembali dari awal sampai akhir sehingga benar-
benar hafal.
3) Setelah ayat pertama yang dihafal sudah hafal betul ,selanjutnya
menghafal ayat yang kedua. Kemudian mengulang kalimat terakhir
dari ayat pertama sampai awal ayat dari ayat yang kedua sampai
proses penggabungan ayat tersebut benarbenar melekat
4) Setelah ayat kedua hafal, diulangi kembali menghafal ayat pertama
sampai akhir ayat kedua smpai benar-benar tertanam dalam memori.
Begitupun seterusnya sampai target hafalan terpenuhi, setelah target

26
hafalan terpenuhi maka diulang-uang terus sampai hafal diluar
kepala
5) Untuk hari berikutnya menghafal muroqqor berikutnya dengan cara
seperti yang sudah disebutkan dan tidak menambah hafalan lagi
sebelum muroqqor yang lama benar-benar hafal secara baik sampai
hafalan diluar kepala
a) Menggabungkan dua surat sekaligus sehingga ketika menghafal
pada akhir surat secara otomatis berpindah ke ayat berikutnya
secara tepat
b) Pada awal menghafal menggunakan suara yang jelas, tartil dan
menggunakan lagu yang teratur
f. Syarat-syarat menghafalkan Al-Qur’an
Sebelum seseorang menghafal Al-Qur’an ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
1) Mampu menghindarkan diri dari masalah-masalah atau teori yang
dapat mengganggu dan mampu menjada kebersihan diri dari
perbuatan yang dapat merendahkan nilai studinya
2) Mempunyai niat yang ikhlas
3) Membutuhkan motivasi yang snagat kuat dalam menjalankan
hafalannya
4) Dapat mengatur waktu
5) Teguh dan sabar
6) Istiqomah atau konsisten dalam menghafalkan
7) Terhindar dari perbuatan maksiat dan tercela
8) Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
g. Faedah terpenting dari menghafal Al-Qur’an
Dalam bebrapa hadist mengungkapkan bahwa terdapat faedah dari
sibuknya penghafal Al-Qur’an :
1) Mendapat kebahagiaan dunia akhirat
2) Tentram dalam jiwa
3) Ingatan yang tajam dan jiwa yang bersih

27
4) Sebagai bahtera ilmu
5) Beridentitas baik dan berperilaku jujur
6) Fasih pembicaraannya
7) Mustajab dalam do’a
h. Hukum menghafalkan Al-Qur’an
Menghafalkan Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah artinya bahwa jumlah
penghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari Mutawattir sehingga akan
terhindar dari kepalsuan dan pengubahan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika
kewajiban menghafal Al-Qur’an sudah terpenuhi maka gugurlah kewajiban
tetapi jika sebaliknya kewajiban belum terpenuhi maka semua umat islam
akan berdosa
i. Managemen Waktu
Dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan waktu khusus untuk konsentrasi
menambah hafalan dan mengulang hafalan. Semakin banyak hafalan
semakin banyak waktu yang dibutuhkan. Memilih waktupun tak
sembarangan tetapi memilih waktu yang luang/ yang tenang sehingga
dapat berkonsentasi dengan baik (Kamal, 2017)
6. Segitiga dan Segiempat
Materi yan akan dijadikan objek penelitian adalah materi segitiga dan segi
empat. Seitiga dan segiempat adalah salah satu bab pembelajaran geometri yang
diajarkan dari sekolah dasar hinga sekolah menengah pertama. Dalam
pembelajaran geometri ini diharapkan siswa mampu memvisualisasikan,
menggambarkan dan membandingkan bangun-bangun geometri dalam berbagai
posisi sehingga siswa dapat memahaminya (Rohimah & Nursuprianah, 2016).
Geometri yang diajarkan disekolah sampai peguruan tinggi disebut geometri
euclidus. Ciri khas geometri ini adalah rumus yang sudah dikenal tentang jumlah
sudut dalam segitiga yaitu 180° (Mujiasih, 2015)
a. Segitiga
1) Pengertian Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai
tiga titik sudut (Nuharini & Wahyuni, 2008)

28
2) Jenis-jenis segitiga
Jenis segitiga adapat ditinjau berdasarkan :
- Panjang sisi-sisinya, terdiri dari segitiga sembarang, segitiga sama
kaki, dan segitiga sama sisi
- Besar sudut-sudutnya, terdiri dari segitiga lancip, segitiga tumpul,
segitiga refleks, segitiga siku-siku
- Panjang sisi dan besar sudutnya, terdiri dari srgitiga siku-siku
sama kaki, segitiga tumpul sama kaki
3) Sifat-sifat segitiga istimewa
- Segitiga siku-siku, mempunyai salah satu sudut yang besarnya 90°
- Segitiga sama kaki, dapat dibentuk dari dua buah segitiga siku-siku
yang sama besar dan sebangun, mempunyai dua sisi yang sama
panjang dan dua sudut yang sama besar, mempunyai sumbu simetri.
- Segitiga sama sisi, Mempunyai tiga buah sisi yang sama panjang
dan tiga buah sudut yang sama besar, setiap segitiga sama sisi
mempunyai tiga sumbu simetri
4) Luas dan Keliling Segitiga
Untuk rumus Luas segitiga :

1
𝐿= ×𝑎×𝑡
2

Keterangan :
𝑎 = alas segitiga
𝑡 = tinggi segitiga
C

Untuk rumus Keliling segitiga: b a

𝐾 =𝑎+𝑏+𝑐

A c B
Dengan a, b, c adalah

29
sisi-sisi segitiga

b. Segi empat
Secara umum, ada enam macam bangun datar segi empat, diantaranya :
- Persegi panjnag
- Persegi
- Jajargenjang
- Belah ketupat
- Layang-layang
- Trapesium
1) Persegi Panjang
a) Pengertian
Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua
pasang sisi sejajar dan memiliki empat dusut siku-siku (Nuharini &
Wahyuni, 2008)
b) Sifat-sifat persegi panjang
- Mempunyai empat sisi, Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
dan sejajar
- Diagonal-diagonalnya sama panjang dan membagi dua sama besar
- Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku
(90°)
- Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara
c) Luas dan keliling persegi panjang
Untuk rumus Luas persegi panjang :

𝐿 =𝑝×𝑙

Keterangan :
𝑝 = panjang
𝑙 = lebar
Untuk rumus Keliling persegi panjang:

30
𝐾 = 2(𝑝 + 𝑙) = 2𝑝 + 2𝑙

2) Persegi
a) Pengertian persegi
Persegi adalah bangun datar segi empat yang memiliki empat sisi sama
panjang dan empat sudut siku-siku (Nuharini & Wahyuni, 2008)
b) Sifat-sifat persegi
- Memiliki empat sisi sama panjang dan empat sudut siku-siku (90°)
- Dapat menempati binngkainya dengan delapan cara
- Sudut-sudut dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya
- Diagonal diagonal persegi saling berpotongan sama panjang
membentuk siku-siku
c) Luas dan Keliling persegi
Untuk rumus Luas persegi :

𝐿 =𝑠×𝑠

Dengan,
𝑠 = sisi persegi
Untuk rumus Keliling persegi:

𝐾 = 4𝑠

3) Jajar genjang
a) Pengertian
Jajar genjang adalah bangun datar segiempat yang yang dibentuk
dari sebuah segitiga dan bayangannya yang diputar setengah
putaran (180°) pada titik tengah pada salah satu sisinya (Nuharini
& Wahyuni, 2008)
Atau dengan pengertian lain (wikipedia.org) jajar genjang adalah
bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk

31
yang masing-masing sama panjnag dan sejajar dengan
pasangannya, dan memiliki dua pasang sudut yang masing-masing
sama besar dengan sudut dihadapannya
b) Sifat-sifat jajargenjang
- Sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama panjang dan
sejajar
- Sudut-sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama besar
- Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap
jajargenjang adalah 180°
- Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi dua
sama panjang
c) Luas dan Keliling jajargenjang
Untuk rumus Luas jajargenjang :

𝐿 =𝑎×𝑡

Dengan,
𝑎 = alas jajargenjang
𝑡 = tinggi jajargenjang

Untuk rumus Keliling jajargenjang: N M

𝐾 = 2(𝐾𝐿 + 𝐿𝑀)

4) Belah Ketupat K L
a) Pengertian
Belah ketupat adalah bangun datar segiempat yang dibentuk
dari gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah
dicerminkan terhadap alasnya (Nuharini & Wahyuni, 2008)
Pengertian lain (wikipedia.org) belah ketupat adalah bangun
datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang

32
sama panjang, dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku
yang sama besar dengan sudut dihadapannya.
b) Sifat-sifat belah ketupat
- Semua sisi pada belah ketupat sama panjang
- Kedua doagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri
- Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus
- Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama
besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya
c) Luas dan keliling belah ketupat
Untuk rumus Luas belah ketupat :

1
𝐿 = 2 × 𝑑1 × 𝑑2

Dengan, D

𝑑1 , 𝑑2 = diagonal-diagonal belah ketupat

Untuk rumus keliling belah ketupat: A C

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷

B
5) Layang-layang
a) Pengertian layang-layang
Layang-layang adalah segi empat yang dibentuk dari gabungan
dua buah segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan
berimpit (Nuharini & Wahyuni, 2008)
b) Sifat-sifat layang-layang
- Masing-masing sepasang sisinya sama panjang
- Sepasang sudut yang berhadapan sama besar
- Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri

33
- Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya
menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling
tegak lurus
c) Luas dan Keliling layang-layang
Untuk rumus Luas layang-layang:

1
𝐿 = 2 × 𝑑1 × 𝑑2
D

Dengan,
𝑑1 , 𝑑2 = diagonal-diagonal layang-layang
A C

Untuk rumus keliling layang-layang:

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷

B
6) Trapesium
a) Pengertian trapesium
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai tepat
sepasang sisi yang sejajar
b) Sifat-sifat trapesium
Untuk Trapesium sama kaki mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Diagonal-diagonalnya sama panjang
- Sudut-sudut alasnya sama besar
- Dapat menempati bingkainya dengan dua cara
c) Luas dan keliling trapesium

A D

B C

34
Untuk rumus Luas trapesium:

1
𝐿 = 2rumus
Untuk × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 trapesium:
keliling 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷

C. Kerangka Berfikir

Tingkat keberhasilan suatu kegiatan tergantung bagaimana pelaksanaan


kegiatan tersebut. Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan yang terkadang menjadi
program unggulan di sekolah madrasah tertentu. Selain dituntut menghafalkan Al-
Qur’an, siswa juga dituntut dapat melaksanakan proses belajar di sekolah dengan
baik. dalam menghafal Al-Qur’an tentunya terdapat target khusus agar hafalan dapat
segera tercapai sampai memenuhi ayat keseluruhan dalam Al-Qur’an yaitu 30 juz.
Selain itu penghafal Al-Qur’an harus menjaga hafalannya agar tidak hilang maka siswa
harus mengulang kembali hafalan Al-Qur’an yang sudah dihafalkannya.

Ingatan merupakan sesuatu yang sangat menakjubkan untuk menyimpan


pengetahuan dan pengalaman yang sudah kita lalui. Dalam ingatan perlu adanya
penopang untuk menyimpan memori yang disebut daya ingat. Daya ingat ini tidak
hanya menyimpan memori tetapi juga bagaimana materi yang sudah kita simpan
dapat dipanggil kembali.

Berdasarkan indentifikasi masalah yang dilakukan peneliti melalui wawancara


dengan guru MTs Salfiyah bahwa masih banyak siswa yang kesulitan dalam
menyeimbangan hafalan Al-Qur’annyaa untuk setoran dan muraja’ahnya. Disamping
itu banyak pula materi pelajaran di sekolah yang harus dikuasai dengan baik. sehingga
dibutuhkan suatu metode yang dapat membantu ingatan siswa dalam pembelajaran

35
disekolah terutama pengetahuan matematika yang dikenal dengan pelajaran yang
banyak rumusnya.

Metode mnemonik adalah metode yang berisi teknik-teknik dalam membantu


ingatan. Metode ini berisi teknik-teknik yang menyenangkan seperti teknik cerita,
teknik akronim (singkatan kata) dan lain-lain. Metode ini dapat diterapkan pada
semua bidang terutama matematika yang mengandung rumus-rumus, konsep dan
sifat-sifat yang relatif banyak agar membantu meningkatkan daya ingat dan
kemampuan pengetahuan matematika siswa sehingga siswa dapat berkonsentrasi
dalam menghafalkan Al-Qur’an. Dalam hal ini tentunya dapat meningkatkan hafalan
Al-Qur’an siswa

36
Bagan atau Skema Penelitian

Kondisi Awal

1. Siswa mengalami kendala menghafalkan Al-Qur’an untuk menyeimbangkan antara


setoran hafalan dan mengingat kembali ayat yang sudah hafalkannya (muraja’ah)
2. siswa merasa kurang bisa menyeimbangkan antara pelajaran matematika yang dituntut
baik dengan setoran hafalan yang baik pula
3. Banyaknya kegiatan pondok tahfidz Al-Qur’an, terkadang siswa merasa bosan dan
mengantuk dalam pembelajaran matematika yang materinya terdapat banyak rumus
4. siswa terkadang kesulitan untuk menemukan metode yang tepat dalam mempelajari
matematika yang banyak rumusnya
5. Terkadang mereka mengalami kesulitan karena harus mengatur hafalan Al-Qur’an dan
pembelajaran yang banyak materi yang harus dikuasai

Akibat

Daya Ingat Menurun Kemampuan Pengetahuan Matematis Lemah

Metode Mnemonik

Daya Ingat Kemampuan Pengetahuan Matematis baik

1) Dapat menerima informasi dengan baik a) Mengenal fakta, konsep, sifat, atau aturan matematika
2) Dapat menyimpan informasi dengan baik b) Mengenal simbol, notasi, dan bentuk representasi
3) Dapat mengingat kembali informasi matematis, seperti tabel, diagram, grafik, dan lain-lain
yang diterima c) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan
d) Mengingat fakta, konsep, sifat-sifat atau aturan
matematika
e) Mengingat simbol, notasi, dan bentuk representasi
matematis, seperrtyi tabel, diagram, grafik dan lain-lain

Akibat

Meningkatkan Hafalan Al-


Qur’an

37
D. Rumusan hipotesis
1. Daya ingat dalam pembelajaran dengan metode Mnemonik berpengauh terhadap
tingkat hafalan Al-Qur’an siswa pada materi Segiempat dan Segitiga kelas VII MTs
Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
2. Kemampuan pengetahuan matematis dalam pembelajaran dengan metode
Mnemonik berpengaruh terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an siswa pada materi
Segiempat dan Segitiga kelas VII MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati?
3. Daya ingat dan kemampuan pengetahuan matematis dalam pembelajaran
dengan metode Mnemonik berpengaruh terhadap tingkat hafalan Al-Qur’an
siswa pada materi Segiempat dan Segitiga kelas VII MTs Salafiyah Kajen
Margoyoso Pati
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Pendekatan penelitian adalah
penelitian kuantitatif karena yang diperoleh dari penelitian ini berupa angka
dan dianalisis dengan analisis statistik (Sugiyono, 2014)
B. Tempat dan waktu
Tempat penelitian dilaksanakan di MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
dan akan dilaksanakan mulai awal semester genap yaitu bulan Januari tahun
pelajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap, adapun
tahapan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan pengajuan proposal,
mengajukan izin penelitian, penyusunan RPP, instrumen Soal dan
perangkat penelitian lainya.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan penelitian dilakukan untuk memperoleh data
yang diperlukan.
c. Tahap penyelesaian

38
Tahap ini meliputi proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
C. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tiga kelas tahfidz yaitu kelas VII A, VII
E dan VII J. Untuk pengambilan sampel akan menggunakan probability sampling
dengan teknik Cluster Random Sampling karena objek yang akan diteliti akan
dipilih secara acak oleh peneliti (Sugiyono, 2014).
D. Variabel dan indikator penelitian
1. Variabel bebas atau variabel independen
a. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu daya ingat dan
kamampuan pengetahuan matematis
b. Variabel terikat atau variabel dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat hafalan Al-Qur’an
2. Desain Penelitian

X1

X2

Keterangan :
X1 : Daya Ingat (dalam metode mnemonik)
X2 : Kemampuan Pengetahuan Matematis (dalam metode
mnemonik)
Y : Tingkat hafalan Al-Qur’an

39
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah salah satu kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk memperoleh data yang kemudian diolah untuk memperoleh hasil
akhir. Adapun teknik pengumpulan data akan yang digunakan sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang
informasi yang berhubungan dengan keadaan siswa yaitu tentang
kemampuan pengetahuan matematisnmya dan hafalan Al-Qur’annya serta
informasi tetang kedaan sekolah. Wawancara dilakukan dengan salah satu
guru pengampu mata pelajaran matematika dan ustadz yang mendampingi
siswa dalam hafalan Al-Qur’an di MTs Salafiyah Kajen Margoyoso Pati
2. Metode tes
Metode tes ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai daya
ingat siswa dan kemampuan pengetahuan matematis. Untuk tes daya ingat
terdapat tiga tes (Chamim, 2015) yaitu :
a. Tes spontanitas untuk mengukur indikator menerima informasi
dengan baik. Tes ini akan dilaksanakan saat proses pembelajaran
berlangsung
b. Tes literasi untuk mengukur indikator menyimpan informasi dengan
baik. Tes ini dilaksanakan setelah akhir pembelajaran (evaluasi)
c. Tes formatif untuk mengukur indikator mengingat kembali informasi
yang diterima. Tes ini dilaksanakan 2 minggu setelah pembelajaran
menggunakan metode mnemonik sehingga peneliti mengetahui
sejauh mana ingatan siswa terhadap materi segitiga dan segiempat
yang sudah diajarkan
Dari tes-tes diatas diuji cobakan kepada populasi yaitu kelas VIII
sebelum diujikan kepada sampel penelitian, Untuk menguji instrument tes
layak atau tidak, maka perlu dilakukan Uji instrumen tes meliputi beberapa
hal berikut ini:
a. Validitas

40
Teknik validitas akan dilakukan peneliti dengan meminta bantuan
guru mata pelajaran dan dosen pembimbing untuk menelaah konsep
materi instrumen tes. Teknik yang digunakan untuk mengetahui
validitas instrumen tes adalah korelasi product moment. (Arikunto,
2013)
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋 2 )}{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 2 )}
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien kortelasi tiap item
𝑁 = banyaknya subyek uji coba
∑𝑋 = jumlah skor item
∑𝑌 = jumlah skor total
∑ 𝑋 2 = jumlah kuadrat skor item
∑ 𝑌 2 = jumlah kuadrat skor total
∑ 𝑋𝑌 = jumlah perkalian skor item dan skor total
Instrumen dinyatakan valid apabila rxy> rtabel.
b. Reliabilitas
Selanjurtnya digunakan uji Realibilitas untuk menguji instrumen
reliabel atau tidak (Arikunto, 2013)
Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha, sebagai berikut:
𝑘 ∑ 𝜎12
r11 = (𝑘−1)(1 − )
𝜎12

dengan,
rumus varian item soal :
(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝜎12 = 𝑁
𝑁
Dan,
Rumus varian total :
(∑ 𝑌)2
∑ 𝑌2 −
𝜎12 = 𝑁
𝑁
keterangan :

41
r11 = reliabilitas instrumen
∑ 𝜎1 2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎1 2 = Varians total
𝑘 = banyak item soal
N = banyaknya responden
Instrumen dinyatakan reliabel apabila r11> rtabel.
c. Analisis tingkat kesukaran
Tujuannya adalah untuk mengetahui butir-butir soal tergolong sulit,
sedang atau mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran
tiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Mean
Tingkat kesukaran = skor maksimum tiap soal

Dengan,
jumlah skor siswa peserta tes pada butir soal
Mean = banyak siswa yang mengikuti tes

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:


0,00 - 0,30 menunjukkan butir tes sangat sukar
0,30 - 0,70 menunjukkan butir tes sukar
0,70 - 1,00 menunjukkan butir tes sedang
d. Daya pembeda
Daya pembeda (D) adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Rumus untuk mengetahui daya beda adalah:
𝐵 𝐵
D= 𝐽 𝐴 − 𝐽 𝐵 = 𝑃𝐴 − 𝑃𝑏
𝐴 𝐵

Keterangan :

D = daya beda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
𝐵𝐴 = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar

42
𝐵𝐵 = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar.
𝑃𝐴 = proporsi pesrta kelompok atas yang menjawab benar
𝑃𝐵 = proporsi pesrta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:

0,00 – 0,20 (Jelek)

0,21 – 0,40 (Cukup)

0,41 – 0,70 (Baik)

0,71 – 1,00 (Baik sekali)

3. Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data hafalan Al-Qur’an siswa yang diperoleh
dari buku hasil setoran hafalan tahfidz Al-Qur’an siswa dan untuk
memperoleh data-data mengenai profil sekolah, nama dan nilai kelas uji
coba dan kelas sampel serta data-data lain yang akan dibutuhkan oleh
peneliti
F. Teknik analisis data
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul dari responden atau
sumber data lain. teknik analisis data yang dilakukan adalah :
1. Analisis data Akhir
Akan dilakukan setelah peneliti memperoleh data tentang daya ingat,
kemampuan pengetahuan matematis materi segiempat dan segitiga dalam
pembelajaran mnemonik dan data tentang tingkat hafalan Al-Qur’an siswa,
Dengan analsis sebagai berikut :

a. Uji Asumsi Klasik


Uji Asumsi Klasik ini meliputi :

1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang
telah diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji

43
statistik dengan menggunakan perhitungan SPSS menggunakan
Kolmogorov Smirnov atau apabila peneliti ingin mengetahui
secara visual dengan melalui Normal P-P Plot (Basuki & Prawoto,
2016)

2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi (Basuki & Prawoto, 2016) bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual
pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi.
Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Model regresi yang baik tidak ada autokorelasi. pada penelitian
ini akan menggunakan uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan
beberapa ketentuan :
a) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih dari (4-dL) maka H0
ditolak ,terdapat autokorelasi
b) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka H0 diterima,
tidak ada autokorelasi
c) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan
(4-dL), maka menghasilkan kesimpulan yang pasti
Nilai du dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin-
Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya
variabel yang menjelaskan.
3) Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat korelasi antar variabel bebas (independent) . regresi
yang baik tidak terdapat multikoliniearitas. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya multikoliniearitas regresi dengan mengetahui

44
besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Untuk
mengetahui kebebasan regresi dari multikoliniearitas jika besar
nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0,10 (Basuki & Prawoto, 2016)
4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui


apakah model regresi mempunyai perbedaan atau persamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamanatan yang
lain. Regresi yang baik yaitu tidak bersifat heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Jika ada pola tertentu maka terjadi
heteroskedastisitas tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

b. Uji Hipotesis
Uji dengan menggunakan SPSS akan diperoleh keterangan
tentang koefisien determinasi (𝑅 2 ), uji F da uji t untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian, Sebagai berikut :
1) Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji ini untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) secara
individual terhadap variabel terikat (Y).
Hipotesis yan digunakan pada uji ini adalah :
Ho : Variabel bebas (X) tidak berpengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (Y)
Ha : Variabel bebas (X) berpengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat (Y)
Untuk mengambil keputusan dengan menggunakan angka
probabilitas signifikan, yaitu :
a) Jika anka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak
b) Jika anka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak , Ha diterima
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

45
Untuk menunjukan apakah variabel-variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Hipotesis yan digunakan pada uji ini adalah :
Ho : Variabel bebas (X) tidak berpengaruh yan signifikan secara
simultan terhadap variabel terikat (Y)
Ha : Variabel bebas (X) berpengaruh yan signifikan secara
simultan terhadap variabel terikat (Y)
Untuk mengambil keputusan dengan menggunakan angka
probabilitas signifikan, yaitu :
1) Jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak
2) Jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak , Ha
diterima
3) Uji Koefisien Determinasi (𝑅 2 )
Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerankan variansi variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila 𝑅 2 kecil
maka kemampuan variabel-variabel bebas (independen) dalam
menerangkan variansi variabel terikat (dependen) sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yan dibutuhkan untuk
memprediksi variansi variabel terikat
4) Analisis Reresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji lebih


dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Perhitungan analisis regresi berganda ini dengan menggunakan
SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑒
Dimana,
𝑌 = nilai yang diukur atau dihitungan pada variabel yang
tidak bebas

46
𝑎 = Y pintasan (nilai Y bila X=0)
𝑏 = kemiringan dari garis regresi yang mengukur besarnya
pengaruh X terhadap Y
𝑋 = nilai tertentu dari variabel bebas

𝑒 = Residual/Error term yaitu inkat kesalahan pendua dalam


penelitian

Semarang, 30 November 2018


Pengusul,

47
Elly Fatmasari

48
V. KEPUSTAKAAN

Al Tamimi, Abdul Rehman. 2017. The effect of Using Ausubel’s


Assimilation Theory and the Matacognitive Strategy (K.W.L) in
Teaching Probabilities and Statistics Unit for First rade Middle
School Students’ Achievement and Mathematical Communication.
European Scientifics. 13(1) : 276-303
Ardika, Yokhanan and A. Sardjana. 2016. Efektivitas Metode Mnemonik
Ditinjau dari Daya Ingat dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMK
Kelas X. Kreano. 7 (1) : 66-73
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.
Jakarta : Bumi Aksara
Awwad, A. Aqeel A. 2013. Piaget’s Theory Learning. Interdscplinary
Journal Of Contamporary Research In Bussiness. 4(9) : 106-129
Baharruddin. 2016. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Basuki, A Tri & Prawoto N. 2016. Analisis Regresi. Jakarta : PT Grafindo
Persada
Bhinnety, Magda. N.d . Struktur dan Proses Memori. Buletin Psikologi.
16(2) : 74-88
Chamim, Noor Aulia. 2015. Efektifitas Penerapan Model Example Non
Example berbasis Macromedia Flash terhadap Daya Ingat Peserta
Didik melalui Pendekatan Scientific pada materi garis dan sudut
kelas VII di SMP Empu tantular semarang. Skripsi. Semarang : UIN
Walisongo
Chusni, M Minan. 2017. Pengaruh kemampuan dasar matematika dan
kemampuan penalaran terhadap hasil belajar IPA/FISIKA. Berkala
Fisika Indonesia. 9(1) : 16-23
Hanafy, M. Sain . 2014. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera
Pendidikan .17(1) : 66-79
Higbee, Kenneth L. 2001. Your Memory (how it workas & How to improve
it) .New York : Marlowe and Company

49
Kamal, Mustafa . 2017. Pengaruh Pelaksanaan Progam Menghafal Al-
Qur’an terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tadarus. 6(2) : 123
Lestari, Eka Karunia dan M. Riswan Y . 2015. Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung : PT Refika Adhitama
Ling, Jonathan & Jonathan Catling. 2012. Psikologi Kognitif. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Lusiyana, Desy. 2018 Analisis Desposisi Matematika Berdasarkan
Higher Order Thingking Taksonomi Bloom. Phenomenon. 8(1) : 1-
12
Mufidah, Luk luk Nur. 2014. Brain Based Teaching Learning. Yogyakarta
: Sukses Offset
Mukhlisah AM. 2015. Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan
Peningatan Belajar Anak Diskalkulia. Jurnal Kependidikan Islam.
6(2) : 188-143
Mujiasih. 2015 .Adakah segitiga yang jumlah sudutya kurang dri 180°?
(sebuah kajian dari geometri non euclide . Phenomenon. 5(1) : 75-
84
Munir, Ghazali. 2012. Al-Qur’an dan Sejarah Umat Manusia. At-
Taqaddum . 4(1) : 1-20
Nuharini D & Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : CV. Usaha Makmur
Purwanto, Setiyo. 2007 .Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan
Kecerdasan dengan Kecepatan Menghafal Al-Qur’an. SUHUF. 19(1)
:70-83
Rohimah, Iim & Indah Nursuprianah. 2016. Pengaruh Pemahaman
Konsep Geometri terhadap Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal-soal Bidang Datar EduMa 5(1) :20-35
Simamora, Susrani and Hudson Sidabutar .n.d. Efektifitas Metode
Mnemonik terhadap daya Ingat Pada materi Protista. Pelita
Pendidikan. 6(2) : 103–10

50
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sternberg, Robert J . 2008 . psikologi Kognitif. Yogjakarta : Pustaka
Pelajar
Suryabrata, Sumadi. 2010 . Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Syah, Muhibbin . 2014. Psikologi Pendidikan . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Syam, Nina W. 2011 . Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Wikipedia.org diakses pada tanggal 29 November 2018
Yezita, E,. Rosha M & Yerizon. 2012. Mengontruksi Pengetahuan Siswa
Pada Materi Segitiga dan Segiempat Menggunakan bahan Ajar
Interaktif Matematika Brbasis Konstruktivisme. Jurnal Pendidikan
Matematika. 1(1) : 54-59
Zulfitria. 2017. Peranan Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Dalam
Pendidikan Karakter di Sekolah dasar. Naturalisic. 1(2) : 124-134

51

Anda mungkin juga menyukai