Oleh :
i
HALAMAN JUDUL
Oleh :
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH SWASTA SUBULUS SALAM
Alamat : Jalan Bangko Muara Siau Km 38 Desa Pulau Raman
Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin – Jambi
i
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran adalah kalam Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia agar bisa
selamat di dunia maupun akhirat. Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang
diberikan oleh alloh swt terhadap nabi Muhammad saw.
Secara garis besar, al-Quran berisikan tentang aqidah (keimanan), akhlak, janji
baik dan ancaman buruk (wa’ad dan wa’id), kisah atau sejarah, syariat (hukum).
Setiap mu’min yakin, bahwa membaca al-Quran saja, sudah termasuk amal yang
sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab al-Quran adalah
sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min baik dikala senang maupun dikala susah,
dikala gembira atau sedih.
Terlebih membaca al-Quran itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi
juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Namun pada
kenyataannya masih banyak muslim yang tidak mampu membaca al-Quran
dengan baik bahkan tidak mampu membaca sama sekali. Ini sangat miris dan riskan
bagi generasi Islam selanjutnya. (Masalah: Fenomena di Kelas) Dan itu pun terjadi
pada siswa kelas 10 Madrasah Aliyah Subulussalam Pulau Raman yang seharusnya
sudah bisa dan lancar membaca al-Quran, karena pada jenjang Sekolah
sebelumnya pasti sudah dipelajaridasar-dasarnya yang seharusnya pada tingkat
ALIYAH tinggal mendalami dan mengembangkannya.
Di antara penyebabnya diduga karena tidak semua siswa seusia SMP/MTs
atau sebelumnya rajin mengaji atau aktif di Madrasah Diniyah. Pada segi lain
sering ditemukan kenyataan siswa yang terlihat malas dan tidak bersemangat jika
belajar al-Quran. Kurangnya minat itu terlihat dari tidak ada gairah dan antusias
jika disuruh membaca al-Quran, masih banyak yang acuh hanya diam saja, ada
yang bercanda, bahkan ada yang mengobrol. Dan ketika disuruh seorang- seorang
masih banyak yang jauh dari kaidah membaca al-Quran yang benar. Ketiga
permasalahan tersebut tidak bisa dipecahkan secara sekaligus, namun harus
bertahap mulai dari tumbuhnya minat siswa untuk belajar al-Quran, penguasaan
dasar-dasar membaca al-Quran seperti penguasaan huruf-huruf hijaiyah dan
kemudian penerapan hukum-hukum (tajwid) dalam membaca al-Quran.
(Identifikasi Masalah) Fenomena seperti dikemukakan di atas membuat penulis
sebagai pendidik khususnya pada bidang studi Al Qur’an Hadits menjadi resah dan
berusaha mencari solusi yang efektif untuk mengatasinya.
Dari kenyataan tersebut teridentifikasi tiga masalah yang muncul, yaitu: 1)
rendahnya minat; 2) rendahnya kemampuan menguasai dasar-dasar al-Quran; 3)
rendahnya kemampuan menguasai hukum-hukum membaca al-Quran. Setelah
direnungkan dan dikaji berdasarkan teori yang ada, maka ditemukan beberapa
faktor penyebab yang berhasil diidentifikasi, diantaranya: 1) metode dan media
belajar kurang menarik dalam menumbuhkan minat siswa; 2) diduga metode yang
digunakan dan suasana pembelajaran kurang menyebabkan daya hafal siswa
meningkat; 3) teknik belajar yang diterapkan belum efektif mempercepat penerapan
hukum-hukum membaca al-Quran. Sejalan dengan itu, maka terdapat beberapa
alternatif solusi yang diperlukan, diantaranya: 1) diperlukan metode dan media baru
yang dapat menumbuhkan minat belajar; 2) diperlukan metode atau teknik yang
4
dapat meningkatkan kemampuan hafalan, dan 3) diperlukan teknik atau alat yang
dapat memudahkan penerapan hukum-hukum membaca al-Quran.
Gabungan dari berbagai media yang ada pada multimedia memanfaatkan
gabungan dari indera pada manusia untuk pencapaian suatu kompetensi dan tingkat
pemahaman peserta didik. Multimedia merupakan proses komunikasi interaktif
berasaskan teknologi komputer yang menggabungkan penggunaan berbagai unsur
media digital seperti teks, audio, grafik, animasi dan video untuk menyampaikan
maklumat.
Multimedia adalah kata gabungan yang merujuk banyak dan keberagaman
alat atau perantara komunikasi. Multimedia juga boleh merujuk kepada penggunaan
teknologi komputer untuk menciptakan, menyimpan dan menggunakan kandungan
multimedia. (Rencana Tindakan Pemecahan) Atas dasar teori di atas, maka untuk
pembelajaran Al-Quran Hadits di Semester I Kelas 10 Madrasah Aliyah
Subulussalam Pulau Raman dirancang suatu upaya untuk meningkatkan minat
belajar siswa dan kemampuan membaca al-Quran dengan menggunakan
Multimedia Interaktif Slide Power Point. Untuk memastikan proses dan
keberhasilannya, akan diteliti melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul: UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QURAN MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF SLIDE POWER POINT
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas 10
Madrasah Aliyah Subulussalam Pulau Raman.
5
A. Rumusan Masalah
A. Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana setting (latar alamiah) kelas 10 Madrasah Aliyah Subulussalam Pulau Raman.
saat pembelajaran dengan menggunakan Multimedia Interaktif Slide Power Point?
2. Bagaimana tingkat ketepatan proses pembelajaran dengan Multimedia
Interaktif Slide Power Point pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas 10
Madrasah Aliyah Subulussalam Pulau Raman.?
3. Bagaimana kepastian hasil peningkatan minat dan kemampuan membaca al-
Quran siswa setelah pembelajaran melalui Multimedia Interaktif Slide Power Point?
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
Bagi Siswa :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa,
dalam bidang studi Al-Quran Hadits, khususnya kemampuan membaca al-Quran;
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kepastian dan keyakinan guru bahwa media
yang digunakan dilakukan dengan proses yang benar dan hasil yang baik.
Bagi Guru:
Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan
secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan,
karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa
professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya
diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem
pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan
profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan
Bagi Sekolah:
Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan keberhasilan
pengelolaan pembelajaran di sekolah.
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah
Subulussalam Pulau Raman.
6
Perbaikan ini juga bisa digunakan sebagai bahan referensi dan sumber
pembelajaran.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
sebagai suatu kegatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga
terjadi proses belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa memerlukan suatu
mereka mau dan mampu menata kehidupan yang lebih layak baik dalam
mengenal, memahami
8
memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi lebih dari itu guru harus lebih dapat
membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk. Untuk itu guru wajib
Dengan belajar aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam
semua proses pembelajaran, tidak hanya mental, pikiran dan rasa akan
tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan
Memberi soal ulangan terhadap peserta didik, untuk melihat tingkat keberhasilan metode
pembelajaran multimedia power poin.
1
Dalam kehidupan sehari-hari masih kita rasakan banyaknya problem kehidupan yang sulit
diatasi. Berbagai macam penyakit timbul seolah-olah tanpa diketahui cara pengobatannya.
Bencana yang terjadi tidak disangka-sangka, tawuran antar warga, tawuran antar pelajar, dan
lain sebagainya. Semua itu merupakan dampak dari perilaku manusia kecuali……………
a. 1, 2
b. 1,2 dan 3
c. 2, 3 dan1
d. 4
e. 3
5.
10
Menurut hukum fiqih aliran sunni semua katagori pernikahan dibawah ini syah kecuali …………
1. perkawinan untuk masa selamanya
2. perkawinan sampai tua
3. perkawinan sampai mati
4. perkawinan untuk masa yang ditentukan (kawin kontrak)
5. perkawinan pada anak yang masih kecil.
a. 5
b. 4
c. Semua syah
d. 2 dan 3
e. 4
suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan
belajar.
menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga
tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam
kegiatan proses pembelajaran itu selalu ada objek/program, ada kriteria, dan
dengan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar tersebut maka
11
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa
demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil
ini dilakukan dengan memberikan tes. Jadi, hasil belajar Matematika adalah
hasil yang telah dicapai siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar berupa
a. Dasar Psikologis
dari dua sisi, yaitu dari segi anak didik dan dari segi pendidik.
13
1) Dari segi anak didik. Seorang anak dalam menentukan sikap dan tingkah
pendapat guru mengenai hasil belajar yang telah diperoleh maka anak
temannya, tergolong apakah dia (apakah anak yang pintar, sedang dan
teman-temannya dan alat paling baik untuk melihat ini adalah pendapat
lebih lanjut.
b. Dasar Didaktis
Selain itu, dengan adanya tes hasil belajar, siswa dapat juga mengetahui
2) Dari segi pendidik. Dengan adanya tes hasil belajar, maka seorang guru
usaha selanjutnya. Selain itu, tes hasil belajar juga berfungsi membantu
14
guru dalam menilai kesiapan anak didik, mengetahui status anak dalam
c. Dasar Administratif
sebagai berikut:
sistem pelaksanaannya.
15
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor
yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti
hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor di luar diri siswa
dan faktor pada diri siswa. Faktor pada diri siswa ini diantaranya faktor emosi
dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri,
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang
a. Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang
guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang
harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas
kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam
c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai
b. Faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di
BAB III
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Qurdist, materi pokok tentang
tindakan kelas adalah guru mapel, dan pihak yang membantu yaitu kepala
melaksanakan penelitian.
B. Desain Penelitian
Pada hakekatnya PTK merupakan suatu proses dimana melalui proses ini guru
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
18
Taggart (1988:87), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Refleksi Perencanaan
Siklus 1
Tindakan/
Observasi
Refleksi Perencanaan
Siklus 2
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Siklus Lanjutan
Tindakan/
Observasi
C. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan perbaikan ini yang dilakukan meliputi: Pertama, menentukan
kompetensi umum yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah menyelesaikan proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang diharapkan dari proses pembelajaran ini adalah
Penciptaan Manusia
melalui strategi Multimedia Power Poin Kedua, menentukan Materi Pelajaran. Sebelum
akan diajarkan; Ketiga, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh peneliti dan
disetujui oleh kepala sekolah; Keempat, membuat alat evaluasi. Alat evaluasi yang
digunakan adalah soaltes yang diberikan pada akhir tindakan yang dibuat oleh peneliti.
b. Pelaksanaan Tindakan
diajarkan, yaitu:
pembelajaran.
peserta didik.
c. Pengumpulan Data
memandu jalannya presentasi secara kelompok oleh siswa). Dalam hal ini
d. Refleksi
2. Siklus II
a. Revisi Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengumpulan Data
peningkatan hasil belajar pada skor hasil tes saja. Jika terjadi peningkatan
hasil belajar dari siklus I dibanding siklus II, maka penelitian dihentikan.
d. Refleksi
berdasarkan pada hasil tes atau hasil pekerjaan siswa. Jika pada siklus ke II
dan mencapai nilai rata-rata kelas di atas KKM karena perbedaan nilai
strategi Multimedia.
23
2. Tes Formatif
secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan
P
Siswa _ yang _ tuntas _ belajar x100%
Siswa ………….. (2)
24