Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….i

BAB I………………………………………………………………………………………....ii

PENDAHULUAN………………………………………………………………...…………iii

A. Latar Belakang………………………………………………………………..……….2

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………5

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………..5

BAB II…………………………………………………………………………………………

KAJIAN PUSTAKA.…………………………………………………………………………

A. Kajian Pustaka…………….……………………………………......…….....…………6

B. Penelitian Terdahulu.............……………………….......……………………………..11

BAB III…………………………………………………………………………………………

METODE PENELITIAN……………………………………………………………………

A. Metode Penelitian……………………..................…………………………………….13

1. Jenis Penelitian…………………………………………………..…………...………13

2. Lokasi Penelitian……………………………………………….…………………….14

3. Subjek Data……………………………………………………..……………………14

4. Sumber Data………………………………………………...…………………..……14

5. Teknik Pengumpulan Data……………………………..…………………………….15

6. Instrumen Pengumpulan Data……………………..…………………………………16


7. Teknik Analisis Data…………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…………22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian dari kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan,

karena dengan adanya Pendidikan maka manusia dapat memperoleh pengetahuan untuk

dapat mengatur segala aspek kehidupan. UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan tentang pengertian Pendidikan diantaranya adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mmewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara

(Salim,2012: 15).

Sejalan dengan uraian di atas bahwa pendidikan tidak terlepas dari proses

pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan rasa

tanggung jawab untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan

ber karakter, karna pada dasarnya manusia di utus sebagai khalifah di muka bumi ini

untuk menjalankan tugas dan kewajibannya, maka harus diimbangi dengan ilmu

pengetahuan. Ilmu menurut perspektif islam adalah keistimewaan yang menjadikan

manusia unggul dari makhluk – makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan, ini

tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Allah Swt dalam Q.S. Al-

Baqarah (2):31-32:

٣١ ‫َو َع َّلَم ٰا َد َم اَاۡلۡس َم ٓاَء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهۡم َع َلى اۡل َم ٰٓلِٕٮَك ِة َفَقاَل َاۢۡن ِبـُٔـۡو ِنۡى ِبَاۡس َم ٓاِء ٰٓهُؤٓاَل ِء ِاۡن ُك ۡن ُتۡم ٰص ِد ِقۡي َن‬

٣٢ ‫َقاُلۡو ا ُس ۡب ٰح َنَك اَل ِع ۡل َم َلَنٓا ِااَّل َم ا َع َّلۡم َتَناؕ ِاَّنَك َاۡن َت اۡل َع ِلۡي ُم اۡل َح ِكۡي ُم‬
Artinya; Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya ,

kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-

Ku nama benda -benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! . Mereka

menjawab. “Maha Suci Engkau, tidak ada ang kami ketahui selain dari apa yang telah

Enkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana (Kementrian Agama RI, 2013: 4)

Manusia menurut Al-quran memiliki potensi untuk meraih ilmu dan

mengembangkannya sehingga terdapat ayat-ayat dan hadis Rasulullah SAW. Yang

memerintahkan manusia untuk mencari ilmu berkali-kali pula, Al-quran dan hadits

Rasulullah SAW. Secara singkat dapat dikatkan bahwa islam melalui pesan yang tersirat

dalam Al-quran dan hadits secara doctrinal sangat mendukung pengembangan ilmu.

(Salim, 2012: 42).

Proses pengembangan ilmu pengetahua tidak terlepas dari peran seorang guru yang

meimiliki tugas pengemban amanah untuk mentrasfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya

kepada peserta didik. Guru merupakan faktoor utama penunjang keberhasilan suatu

proses pembelajaran, tanpa adanya guru maka proses pembelajaran tidak akan berjalan.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab serta perannya

dengan totalitas.

Alat bantu yang dapat membantu guru mengajar ialah media. Media pembelajaran

merupakan suatu teknologi yang membawa pesan yang dapat digunakan oleh guru untuk

keperluan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk

menyampaikan materi pelajaran. Terlebih lagi mengajarkannya pada peserta didik yang

meiliki kemampuan rendah dalam memahami pelajaran yang disampaikn oleh guru.

Pendidikan agama islam diharakan tidak hanya memperoleh nilai pada aspek kognitif

saja, namun juga harus dapat memberikan pengaruh terhadap prilaku peserta didik.
Pendidikan agama islam adalah pengamalan, bukan hanya sekedar teori. Allah Swt

menciptakan manusia di muka bumi ini seebagai makhluk yang paling mulia di antara

makhluk-makhluk yang lain. Dan Allah Swt juga telah memerinyahkan kepada manusia

untuk selalu mentaati segala perintah-perintahnya, bersujud kepadanya dan selalu

menjauhi segala laranganNya. Sujud merupakan materi pelajaran kelas VIII.

Madrasah Tsanawiyah Hidayatus Shibyan di Desa Sungai Malaya Kecamatan Sungai

Ambawang yang terdiri dari 4 kelas, Kelas VIII dengan jumlah siswa 50 siswa. Dalam

pembelajaran luring siswa kelas VIII dibagi menjadi 2 kelas dengan jumlah kelas A 26

siswa dan kelas B 24 siswa, dan diberikan waktu 70 menit setiap mata pelajaran untuk

belajar di dalam kelas. Terbatasnya waktu belajar membuat siswa sulit untuk memahami

materi dan guru di tuntut harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

baik. Sedangkan guru menyampaikan materi lebih cenderung pada penggunaan buku

paket. Oleh karena itu, perlu media pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan

pengembangan teknologi nformasi dan komunikasi seperti media video agar

pembelajaran tidak berlangsung secara monoton dan berjalan dengan menyenangkan.

Penggunaan metode pun belum bervariasi hal ini menyebabkan kurangnya

ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran. Beberapa peserta didik tidak

memeperhatikan ketika guru mrnjrlaskan materi, beberapa ada yag mengobrol denan

teman sebangku sehingga terjadi suasana yang ribut, bermain sendiri bahkan tidur.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik ingin mengembangkan media video pada

materi ketentuan sujud syahwi di MTs Hidayatus Shibyan Desa Sungai Malaya yang

mana sekolah tersebut berada di Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya

dengan judul : “VARIASI MEDIA VIDEO DAN POWER POINT DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH PADA MATERI SUJUD SYAHWI DI MTS

HIDAYATUS SHIBYAN DESA SUNGAI MALAYA ”


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian

ini sebagai berikut;

1. Bagaimana Variasi Media Video dan Power Point Dalam Pembelajaran Fiqih

Pada Materi Sujud Syahwi di MTs Hidayatus Shibyan?

2. Bagaimana Problematika Variasi Media Video dan Power Point Dalam

Pembelajaran Fiqih Pada Materi Sujud Syahwi di MTs Hidayatus Shibyan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Variasi Media Video dan Power Point Dalam

Pembelajaran Fiqih Pada Materi Sujud Syahwi di MTs Hidayatus Shibyan ?

2. Untuk Mengetahui Problematika Variasi Media Video dan Power Point Dalam

Pembelajaran Fiqih Pada Materi Sujud Syahwi di MTs Hidayatus Shibyan?

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun kegunaan penelitian ini adalah;

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan informasi penegetahuan bagi penlis

khususnya dan bagi pembaca mengenai variasi media dan video power point

dalam pembelajaran fiqih

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi IAIN Pontianak hasil penelitian ini akan menambah

referensi dan bahan bacaan untuk mencari data yang akan digunakan sebagai

bahan penelitian selanjutnya.

b. Manfaat bagi tempat yang di teliti, penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan bagi perangkat dan pelaksanaan yang ada di sekolah serta

sebagai acuan untuk perbaikan proses pembelajaran di sekolah tersebut.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitia Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian Sulastri, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Intan Lampung tahun 2017 yang berjudul “ Efektivitas Penggunaan Powert

Point pada pembelajaran PAI di SMP Tunas Dharma Way Galih Lampung Selatan “.

Penelitin ini termasuk penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan media

pembelajaran PAI di kelas VII B SMP Tunas Dharma. Hasil penelitian menunjukkkan

bahwa dari beberapa indikator efektivitas penggunaan media Power Point yaitu

ketepatan dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan taraf berfikir peserta didik,

ketersediaan waktu untuk menggunakan media pembelajaran, bersifat interaktif dan

conten rich maka apabila diukur dengan keempat aspek tersebut penggunaan media

Power Point dalam pembelajaran PAI di kelas VII B SMP Tunas Dharma dapat

dikatakan efektif dengan indikasi berkurangnya peserta didik yang melakukan aktivitas

di luar pembelajaran yakni berkurangnya peserta didik yang mengobrol dan mengantuk,

peserta didik lebih tertarik, termotivasi dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Faktor pendukung dalam penggunaan media pembelajaran Power Point antara lain

besarnya keinginan guru dan peserta didik untuk menggunakan media yang interaktif,

berikan pengalaman lebih nyata, menarik perhatian dan minat peserta didik dalam

belajar, semua Indra peserta didik dapat diaktifkan dan lama waktu pengajaran yang

diperlukan dapat dipersingkat. Sedangkan faktor penghambat dalam penggunaan media

Power Point adalah kurangnya ketersediaan LCD proyektor, perbedaan peserta didik

dalam memahami program powerpoint, dan kurang maksimalnya anak dalam

menangkap materi yang ditampilkan dengan menggunakan media pembelajaran Power

Point.
2. Berdasarkan Penelitian Muhammad Faza Rozani, Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 yang berjudul

“Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia”. Penelitian ini

termasuk penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan media

pembelajaran bahasa arab MA kelas X1 semester 1 berbasis multimedia dengan

mengambil obyek penelitian di MAN Sabdodadi Bantul, MAN Laboratorium UIN

Sunan Kalijaga, dan MAN Pacitan. Persamaan antara penelitian yang diangkat oleh

Saudara Faza Rozani dengan peneliti angkat adalah sama-sama menelti tentang media

pembelajaran, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang peneliti angkat terletak

pada mata pelajaran dan jenjang sekolah,serta media yang dikembangkan.

3. Berdasarkan penelitian Desi Yunita Sari, JurusaN Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu 2019 yang berjudul “Pengembagan Metode

Pembelajaran Fiqih Berbasis Audio Visual di MTs Pancasila Bengkulu”. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pengembangan metode pembelajaran fiqih

berbasis media pembelajaran dalam pelaksanaan shalat jamak qasar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa media audio visual dengan pemutaran video mengenai

pelaksanaan shalat jamak dan qasar dan menampilkan slide powerpoint ketika guru

menjelaskan isi materi. Metode pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran

fiqih yakni metode Tanya jawab, metode diskusi,dan metode demonstrasi.

Pengembangan metode yang dilakukan dalam pembelajaran fiqih tidak melalului

pembaruhan langkah-langkahnya, melainkan pengembangan metode dilakukan seperti

biasa (convensional) yang mana ditambah dengan menggunakan media audio visual

berupa pemutaran video dan menampilkan slide powerpoint ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung.

B. Kajian Teori Pembelajaran Fiqih


1. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Fiqih maknanya pada lughat (asal bahasa) ialah faham. Adapun makna

fiqih pada syara‟ ialah mengetahui hukum-hukum syara‟ yang berkenaan

dengan amal, baik amal anggota maupun amal hati. Secara lebih rinci dapat

ditarik kesimpulan bahwa ta‟rif (definisi) fiqih menurut syara‟ ialah mengetahui

hukum-hukum syara‟ yang berkenaan dengan amal, baik amal anggota maupun

amal hati yang didapat hukum-hukum itu dari dalil-dalilnya yang

tertentu.8Secara difinitif, Fiqih juga berarti ilmu tentang hukum-hukum syar‟i

yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.9

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembahasan ilmu Fiqih itu

ada 2 macam:

a. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara‟ mengenai perbuatan manusia

praktis. Oleh karena itu hukum-hukum mengenai I‟tiqad (keyakinan) seperti

keesaan Allah, terutama para Rasul, serta penyampaian risalah Allah kepada

para Rasul, keyakinan tentang hari kiamat dan hal-hal yang terjadi pada saat

itu, kesemuanya tidak termasuk di dalam pengertian Fiqih secara istilah.

b. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terperinci (mendetail) pada setiap

permasalahan. Jadi pembahasan ilmu fiqih adalah hukum terperinci pada

setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta

dalilnya masing-masing.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, fiqih merupakan bagian

rumpun mata pelajaran yang membahas tentang ketentuan-ketentuan hukum

dalam syari’at Islam. Syari’at Islam yang dibelajarkan melalui mata pelajaran

fiqih cakupannya sangat luas sekali. Oleh karena itu dalam setiap jenjang

pendidikan Islam, pembelajaran fiqih memiliki aspek penekanan dan tujuan


yang berbeda-beda. Pembagian materi-materi pembelajaran fiqih dalam

setiap jenjang pendidikan secara psikologis disesuaikan dengan tingkat

perkembangan pola pikir anak serta tingkat kebutuan mutlak akan syari’at

Islam oleh anak didik seperti yang sudah disyari’atkan agama Islam.

C. Kajian Teori Media Video Dan Power Point

1. Media video

Azhar Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan

gambargambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan

melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar

hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan

salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek

yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya

tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,

menjelaskan konsep- konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,

menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Menurut Sukiman menyatakan media video pembelajaran adalah

seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar

sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Sedangkan menurut Cecep Kustandi

mengungkapkan bahwa video adalah alat yang dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperlambat waktu dan mempengaruhi

sikap.

Arief S. Sadiman menyatakan video adalah media audio visual yang

menampilkan gambar dan suara. Pesan yang disajikan bisa berupa fakta
(kejadian, peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya cerita),

bias bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Daryanto

mengungkapkan media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal

audio dapat

dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensal.

2. Media power point

Microsoft Office Power Point adalah sebuah program komputer untuk

presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft, disamping Microsoft word dan

excel yang telah dikenal banyak orang (Rusman dkk, 2013: 300). Program

power point merupakan salah satu software yang dirancang khusus untuk

mampu menampilkan program multimedia menarik, mudah dalam pembuatan,

mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan

baku selain alat untuk penyimpanan data (Rusman dkk, 2013: 301).

Microsoft Office Power Point menyediakan fasilitas slide untuk

menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta

didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik.

Begitu juga dengan adanya fasilitas : front picture, sound, dan effect dapat

dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus. Sehingga, mengakomodasi

sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa

yang memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetik (Rusman dkk, 2013: 297).

Hujair AH. Sanaky (2009: 127-128) mengemukakan bahwa media

Power Point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu

program aplikasi dibawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke

layar menggunakan bantuan LCD proyektor.


Menurut Mardi dkk (2007: 69) Microsoft Power Point adalah salah satu

program aplikasi dari Microsoft yang dapat digunakan untuk melakukan

presentasi, baik untuk melakukan sebuah rapat maupun perencanaan kegiatan

lain termasuk digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.

D. Kajian Teori Sujud Syahwi

1. Pengertian sujud syahwi

Dari beberapa literatur yang penulis baca disebutkan bahwa pada

dasarnya orang yang sedang melakukan sholat apabila terjadi keraguan atau lupa

makai ia akan melakukan susjud syahwi. Sujud menurut etimologi Bahasa arab

artinya tunduk, baik itu dengan meletakkan dahi di atas tanah ataupun dngan

ara-cara lain yang menunjukkan sikap tunduk. Sementara defnisi untuk kata

syahwi adalah ttidak melakuan sesuatu tanpa menyadarinya. Apabila seseorang

mengatakan, saha an kadza, maka artinyha adalaah dia tidak melakukan hal itu

dengan kesadaran penuh.

2. Ketentuan sujud syahwi

Doa sujud sahwi boleh dilakukan karena beberapa alasan tertentu.

Dalam hal ini sebagian ulama berbeda pendapat mengenai alasan yang

mengharuskan sujud sahwi.

Dikutip dari buku Fikih Empat Madzhab Jilid 2, berikut 6 alasan

dilakukannya sujud sahwi menurut mazhab syafi'i.

a. Tidak melakukan salah satu sunnah muakkad (sunnah ab'adh) dalam sholat.

Contoh lupa mengerjakan tasyahud awal dan doa qunut subuh. Keadaan ini

diterangkan dalam hadits Al Mughirah bin Syu'bah. Rasulullah shallallahu

'alaihi wa sallam bersabda,


‫ِإَذ ا َقاَم َأَح ُد ُك ْم ِم َن الَّر ْك َع َتْيِن َفَلْم َيْسَتِتَّم َقاِئًم ا َفْلَيْج ِلْس َفِإَذ ا اْسَتَتَّم َقاِئًم ا َفَال َيْج ِلْس َو َيْسُج ْد َس ْج َد َتِى الَّسْهِو‬

Artinya: "Jika salah seorang dari kalian berdiri dari rakaat kedua (lupa

tasyahud awal) dan belum tegak berdirinya, maka hendaknya ia duduk tetapi

jika telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali). Namun hendaklah ia

sujud sahwi dengan dua kali sujud." (HR. Ibnu Majah no. 1208 dan Ahmad

4/253)

b. Muncul keraguan mengenai jumlah rakaat yang telah dilakukan saat sholat.

Dalam hal ini dianjurkan untuk menambah satu rakaat lagi dan diakhiri

dengan sujud sahwi sebelum salam.

Dari Abu Said Al-Khudry, Rasulullah saw. bersabda,

‫ِإَذ ا َشَّك َأَح ُد ُك ْم ِفى َص َالِتِه َفَلْم َيْد ِر َك ْم َص َّلى َثَالًثا َأْم َأْر َبًعا َفْلَيْطَر ِح الَّش َّك َو ْلَيْبِن َع َلى َم ا اْسَتْيَقَن ُثَّم َيْسُج ُد‬

‫َس ْج َد َتْيِن َقْبَل َأْن ُيَس ِّلَم َفِإْن َك اَن َص َّلى َخ ْم ًسا َشَفْع َن َلُه َص َالَتُه َوِإْن َك اَن َص َّلى ِإْتَم اًم ا َألْر َبٍع َك اَنَتا َتْر ِغ يًم ا‬

‫ِللَّش ْيَطاِن‬

Artinya: "Jika salah seorang di antara kalian mengalami keraguan

dalam sholatnya hingga tidak tahu apakah sudah mengerjakan tiga atau

empat rakaat, maka hendaklah dia membuang keraguan dan menerapkan apa

yang diyakininya, kemudian melakukan sujud dua kali sebelum

mengucapkan salam. Jika ternyata dia mengerjakan sholat lima rakaat, maka

ia digenapkan baginya. Jika dia (ternyata) mengerjakan sholat empat rakaat

sempurna, maka keduanya(sujud dua kali) sebagai penistaan terhadap setan."

(HR. Ahmad dan Muslim)

c.. Tidak sengaja melakukan sesuatu yang dapat membatalkan sholat. Misalnya

seseorang mengucapkan sesuatu di luar bacaan sholat, ini berlaku ketika ia


meyakini telah melakukannya maka perlu melakukan sujud sahwi. Namun,

apabila tidak yakin telah mengucapkannya maka tidak berlaku sujud sahwi.

d. Membaca rukun ucapan sholat tidak pada waktunya. Contoh membaca surat

Al-Fatihah saat duduk tasyahud atau saat rukuk, baik itu sebagian ayat

maupun keseluruhan. Jika hal itu terjadi, maka perlu melakukan sujud sahwi

sebelum salam.

e. Muncul keraguan apakah telah melakukan sunah ab'adh atau belum. Contoh,

seseorang ragu apakah sudah melakukan doa qunut atau belum.

. Bermakmum pada imam yang tidak melakukan sunnah ab'adh. Misalnya,

seseorang bermakmum pada imam yang tidak melakukan doa qunut atau

tidak membaca shalawat nabi pada tasyahud awal. Maka sebaiknya ia

melakukan sujud sahwi sebelum salam.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut

Sugiyono (2012: 2-3), peneliti adalah instrumen dalam penelitian kualitatif, sehingga

untuk dapat berperan sebagai instrumen peneliti harus memiliki pemahaman dan

wawasan teoritis yang mendalam. Ini akan memungkinkan peneliti untuk mengajukan

pertanyaan, melakukan analisis, mengambil foto, dan membangun objek yang diteliti

dengan cara yang lebih mudah dipahami dan bermakna. Pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif lebih dipengaruhi oleh temuan penelitian lapangan dari pada teori.

Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi khusus

dalam ilmu sosial yang sebagian besar bergantung pada pengamatan yang dilakukan

oleh orang-orang, baik di dalam maupun di luar materi pelajarannya.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Hidayatus Shibyan, yang bertepatan di Dusun

Parit Na’im, Desa Sungai Malaya, Kec. Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya

3. Subjek Data

Subjek penelitian ini adalah guru fiqih kelas VIII di MTs Hidayatus Shibyan

Sungai Malaya. Penelitian ini dilakukan untuk menambahkan variasi media video dan

power point dalam pembelajaran fiqih pada materi sujud syahwi khususnya MTs
4. Sumber Data

Istilah "sumber data" mengacu pada topik dari mana data dapat dikumpulkan,

"informasi yang benar", "informasi atau bahan yang digunakan untuk penalaran dan

penyelidikan", dan "fakta yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk

menyusun pendapat." Jenis- jenis sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer

Menurut Sugiyono, “Data primer adalah sumber data langsung

yang menyediakan data kepada pengumpul data.” Dari pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa data primer adalah informasi yang dikumpulkan

langsung dari individu yang pertama kali memperolehnya selama proses

penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung dengan masyarakat

Kecamatan Kendawangan.

b. Data Sekunder

Sugiyono mendefinisikan data sekunder sebagai informasi yang

diberikan kepada peneliti secara tidak langsung, seperti melalui

penggunaan individu lain atau penelusuran dokumen. Data dikumpulkan

melalui studi pustaka yang ekstensif dan didasarkan pada catatan terkait

penelitian. Dalam penelitian ini

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Secara bahasa, pengertian observasi adalah memperhatikan atau

melihat. Bila dijabarkan, observasi adalah aktivitas yang dilakukan untuk

mengamati secara langsung suatu objek tertentu dengan tujuan


memperoleh sejumlah data dan informasi terkait objek tersebut.Namun,

jika berdasarkan beberapa ahli, pengertian observasi sangatlah kompleks.

Misalkan saja menurut Patton, ia menjelaskan bahwa observasi adalah

suatu metode yang bersifat akurat dan spesifik guna mengumpulkan data

dan mencari informasi terkait segala kegiatan objek penelitian.Sementara,

Larry Christensen mengartikan observasi sebagai suatu cara untuk

memperoleh informasi penting terkait seseorang, sebab apa yang dikatakan

belum tentu sama persis dengan yang dikerjakan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih yang

berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan

mengumpulkan data-data berupa informasi. Oleh karena itu, teknik

wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data, misalnya untuk

penelitian tertentu. Lexy J Moleong menyatakan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan

responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan

informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat

menjelaskan permasalahan penelitian. Selanjutnya, menurut Anas

Sudijono, pengertian wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara

sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah

ditentukan.

c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian adalah dokumen yang menyajikan

informasi tentang hasil penelitian yang asli atau langsung dari sumbernya.

Dokumentasi berbeda dengan pengarsipan dalam perpustakaan. Bahkan

beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian dokumentasi adalah

penghimpunan dokumen atas suatu subjek tertentu.Yang dikenal dengan

Paul Otlet dalam International Economic Conference 1905 mengemukakan

bahwa pengertian dokumentasi adalah suatu bentuk aktivitas khusus

berbentuk pengolahan, pengumpulan, penemuan kembali, penyimpanan,

dan penyebaran dokumen.Tung Palan Ia berpendapat bahwa pengertian

dokumentasi adalah suatu catatan otentik yang bisa dibuktikan dan mampu

dijadikan bukti di mata hukum yang mana dokumentasi tersebut berisi data

yang lengkap dan fakta.

6. Instrumen Pengumpulan Data

a. Paduan Wawancara

Pedoman wawancara dan paduan wawancara adalah nama lain

untuk hal yang sama. Panduan wawancara mengingatkan peneliti tentang

topik yang perlu dicakup selama wawancara. Panduan wawancara juga

dapat digunakan sebagai checklist untuk memastikan tidak ada

pertanyaan yang terlupakan. Selain itu, panduan wawancara dapat

berfungsi sebagai batasan untuk memastikan bahwa hanya topik terkait

yang tercakup atau pertanyaan yang dijawab.

b. Alat Tulis

Alat tulis seperti pulpen, pensil, dan buku atau kertas menjadi alat

penelitian selanjutnya. Tujuannya adalah sebagai alat bagi peneliti untuk


menangkap informasi atau data penting saat melakukan observasi.

Terlepas dari kenyataan bahwa kita berada di era digital, tidak semua

lokasi pengumpulan data memungkinkan penggunaan peralatan

elektronik oleh para peneliti. Selain itu, perekaman secara manual

terkadang tampak lebih sederhana. Oleh karena itu, penulis harus selalu

berusaha membawa bahan tulisan ketika melakukan observasi di alam

terbuka. Anda tidak perlu menggunakan buku besar atau tebal atau kertas

tebal. Cukup buku kecil itu pun sudah bisa.

c. Alat Rekam

Alat perekam merupakan alat penelitian kualitatif selanjutnya;

seperti namanya, itu digunakan untuk merekam peristiwa dan hasil

wawancara. Anda dapat menggunakan fungsi perekaman pada ponsel

cerdas Anda, yang biasanya berupa rekaman suara. Rekaman suara paling

berguna karena tidak memerlukan penempatan khusus dan dapat

digunakan di mana saja. Namun kamera video juga bisa digunakan

sebagai alat perekam. Misalnya saat melakukan observasi kerja lapangan

dan menentukan lingkungan setelah menggunakan ilmu baru.

Dimungkinkan untuk memotret dan merekam perubahan lingkungan

sebelum dan sesudahnya. Meningkatkan keandalan informasi yang

dikumpulkan sebagai hasilnya.

7. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018:482), analisis data adalah proses mencari dan

menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Ini melibatkan mengetahui bagaimana mengkategorikan data,

memecahnya menjadi unit, melakukan sintesis, mengaturnya menjadi pola, memilih


apa yang signifikan dan apa yang akan dipelajari, dan menarik kesimpulan yang

sederhana untuk dipahami oleh peneliti dan orang lain. Sedangkan menurut Moleong

(2017: 280–281), analisis data adalah tindakan mengklasifikasikan dan mengatur data

ke dalam pola, kategori, dan unit deskriptif fundamental untuk mengidentifikasi tema

dan mengembangkan hipotesis kerja yang didukung oleh data.

Untuk menambah pemahaman Anda sendiri dan memungkinkan Anda untuk

membagikan apa yang telah Anda pelajari dengan orang lain, analisis data adalah

pencarian, pengumpulan, dan pengorganisasian transkrip wawancara, catatan

lapangan, dan materi lain yang Anda kumpulkan secara metodis (Sugiono, 2007:427).

Analisis data dijelaskan oleh Noeng Muhadjir (1998: 104) sebagai “usaha

mencari dan menyusun catatan hasil pengamatan, wawancara, dan lain-lain secara

metode agar lebih baik”. Pemahaman peneliti tentang kasus yang sedang diselidiki

dan bagaimana mereka mempresentasikannya sebagai penemuan bagi orang lain.

Adapun untuk meningkatkan pengetahuan, studi ini harus dilanjutkan dengan

pencarian aktif untuk signifikansi.

Menurut Bogdan & Biklen (1982), analisis data kualitatif adalah proses yang

melibatkan bekerja dengan data, mengaturnya, membaginya menjadi bagian-bagian

yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan mengidentifikasi pola, menentukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang harus

diceritakan kepada orang lain.

Data yang diperoleh harus akurat dan tepat, tetapi tidak bisa. Selain itu

terbantahkan adalah gagasan bahwa informasi yang diperoleh dari banyak sumber

akan bervariasi. Analisis data melibatkan konsentrasi, mobilisasi energi, dan upaya

fisik dan mental. Untuk mendukung gagasan tersebut, peneliti harus mengkaji literatur

selain analisis data.


Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan teknik analisis data model dari

Miles dan Huberman. Triangulasi adalah proses berkesinambungan yang digunakan

untuk memperoleh data penelitian kualitatif dari berbagai sumber dengan

menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data, sehingga menghasilkan varians

data yang sangat tinggi. Penelitian berbasis model Miles dan Huberman menggunakan

metode analisis data. Dalam buku Sugiyono, Miles dan Huberman (2018: 246)

menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan baik saat data

dikumpulkan maupun saat data dikumpulkan seluruhnya. Data tersebut jenuh karena

kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus dan interaktif

hingga selesai. Mengikuti model interaktif, Miles dan Huberman memberikan pola

analisis umum sebagai berikut:

a. Reduksi Data
Reduksi data menurut Sugiyono (2018: 247-249) adalah meringkas, memilih

pokok-pokok, memfokuskan pada item-item penting yang relevan dengan masalah

penelitian, mencari tema dan pola, dan terakhir memberikan gambaran yang lebih

jelas untuk memudahkan pengumpulan data tambahan. Tujuan yang ditentukan dan

dimaksudkan akan berfungsi sebagai panduan untuk proses reduksi data. Reduksi data

adalah proses berpikir kritis yang juga membutuhkan kecerdasan tinggi dan

pengetahuan yang luas.

b. Penyajian Data (Data Display)

Tahap selanjutnya adalah menyediakan data setelah direduksi. Di dalam penyajian

data dari penelitian kualitatif dapat berbentuk tabel, grafik, diagram alir, piktogram,

dan representasi visual lainnya. Data dapat disusun melalui penyajian data ini,

diposisikan dalam pola koneksi untuk kemudahan pemahaman. Selain itu, penyajian

data dalam penelitian kualitatif dapat berbentuk ringkasan cepat, bagan, korelasi antar

kategori, bagan alur, dan sejenisnya, tetapi bahasa naratif paling sering digunakan

untuk menyampaikan data dalam jenis penelitian ini. Data dikelompokkan dan

disusun melalui penyajian sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipahami

(Sugiyono, 2018:249)

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dari analisis penelitian kualitatif.

Sugiyono (2018: 252-253) menegaskan bahwa kesimpulan dari penelitian kualitatif

dapat menjawab atau tidak menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sejak

awal karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berubah sewaktu-waktu. dilakukan penelitian di lapangan. Dalam


penelitian kualitatif, kesimpulan adalah penemuan baru yang belum pernah dilakukan

sebelumnya. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran tentang suatu objek yang

sebelumnya tidak jelas, tetapi sekarang menjadi jelas.

Daftar Pustaka

Amrullah, Karim Abdul. 2007. Pengantar Ushul Fiqh, Jakarta: Pustaka Panjimas

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.

Azhari, M. (2017). SUJUD SAHWI MENURUT MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB

MALIKI (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah Palembang).

Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An.

Introduction to Theory and Methods Boston: Allyn and bacon, Inc, 1982.

Devi, W., Sukiman, S., & Firdaus, M. Z. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran

Memahami Cerita Fantasi Berbasis Power Point Untuk Siswa Smp.

Karangan: Jurnal Bidang Kependidikan, Pembelajaran, Dan Pengembangan,

3(2), 73-78
Kirk, Jarome. & Marc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative

Masitoh, D. (2021). Pengembangan media video tutorial materi sujud pelajaran pai dan budi

pekerti di smpn satu atap 1 Mentaya Hulu Kotawaringin Timur (Doctoral

dissertation, IAIN Palangka Raya).

Moleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,

Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks

dan Penelitian Agama

Muhammad Faza Rozani, “Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis

Multimedia”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,

2006.

Muhammad Rizqillah Masykur. 2019. “Metodologi Pembelajaran Fiqih”. Jurnal Al-Makrifat

Vol 4 No.2:34

Muthoharoh, M. (2019). Media powerpoint dalam pembelajaran. Tasyri: Jurnal Tarbiyah-

Syariah-Islamiyah, 26(1), 21-32.

Research, Vol. , Beverly Hills: Sage Publication, 1986

Sadiman, A. S. (2013). dkk Media Pendidikan, cet. II (Jakarta: PT Raja Grapindo, Persada,

2003

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta.


Sulastri, S. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Power Point Dalam Pembelajaran Pai Di

Smp Tunas Dharma Way Galih Lampung Selatan Tahun Ajaran

2016/2017 (Doctoral dissertation, IAIN Raden Intan Lampung).

Anda mungkin juga menyukai