Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

METODE ALAT DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM

Di susun Oleh

SELVI FAJRIATI

1814030060

Dosen Penguji

Prof. Dr. Zulmuqim, MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM - B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini saya susun guna memenuhi tugas Ujian Kompre “Metode alat dan
media Pendidikan Islam” dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan saya dan semaksimal mungkin.
Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini.

Padang, 13 Juli 2022

Selvi Fajriati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Paradigma pengembangan SDM 2


B. Perspektif Pembelajaran 3
C. Perspektif Kinerja 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara1 . Sedangkan tujuan pendidikan nasional dalam
UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional tersebut dinyatakan “Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1
Paradigma sebagian orang yang cenderung enggan keluar dari zona nyaman dan
bertahan dengan kondisi yang ada serta lebih menyukai model yang yang sudah ada
secara turun temurun yang telah dikuasainya sejak lama dan mendarah daging mulai
terbantahkan. Hal ini diperkuat oleh berbagai pernyataan yang disampaikan para peneliti
terdahulu. Sebagaimana perspektif materi dalam pendidikan Islam yang disampaikan oleh
Firman Sidik tentang Hakikat Kurikulum dan Materi dalam Pendidikan Islam
menyimpulkan bahwa kurikulum dan materi pendidikan Islam relevan dengan kebutuhan
sosial, berorientasi pada pelestarian nilai, berorientasi kepada siswa, berorientasi masa
depan dan terhadap perubahan zaman serta mampu menjawab berbagai tantangan dan
persoalan kehidupan.
Hal senada dengan yang disampaikan oleh Saadah Erliani dalam penelitian tentang
Hakikat Isi/Materi Pendidikan Islam, yang menyatakan bahwa hakikat isi materi
pendidikan tidak terlepas dari kurikulum dan guru yang mengajarkan kepada para peserta
didik. Namun demikian guru juga mengalami tantangan yang besar dari dampak
perkembangan teknologi, sehingga kerja sama antara orang tua dan guru menjadi kunci
keberhasilan dari pendidikan yang diberikan, walaupun masih terdapat hambatan bagi
dunia pendidikan saat ini (Saadah Erliani 2019). Sementara berdasarkan penelitian oleh
Elce Yohana Kodina tentang Hakikat Materi Aqidah Perspektif Pendidikan Agama Islam

1
Hardianto. “Media Pembelajaran dalam pendidikan Agama Islam” Jurnal Pendidikan Islam, Vol.3 No 3 (2011).

1
Dalam Kurikulum Sekolah Dasar Kelas V dinyatakan bahwa agama apapun mengajarkan
tentang aqidah dan prinsip keesaan Tuhan, hal ini yang melatarbelakangi pentingnya
materi aqidah diajarkan kepada siswa.
Sementara itu dalam konteks alat/media dalam pendidikan Islam sebagaima
pandangan peneliti terdahulu tentang Media Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan
Islam oleh Unang Wahidin dan Ahmad Syaefuddin dinyatakan bahwa sejak awal
penyebaran agama Islam sudah dikenal kegiatan belajar mengajar, bahkan saat itu media
pendidikan sudah ada dan sudah diaplikasikan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan dan syariat Islam kepada para sahabat. Dalam hadits
terdapat beberapa terminologi yang digunakan untuk menandakan adanya penggunaan
media pendidikan dalam pembelajaran, seperti gambar, kerikil, dan jari tangan, dengan
demikian media pendidikan akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi
pembelajaran dengan lengkap dan tepat sasaran, serta mempengaruhi hasil akhir dari
proses pembelajaran yang dilaksanakan.(Unang & Ahmad, 2018). M. Ramli menyatakan
bahwa dengan didukung penggunaan media yang sesuai, maka pencapaian tujuan
pembelajaran mudah direalisasikan. Upaya penyampaian materi dan informasi
pembelajaran dari pendidik kepada peserta didik pun dapat berjalan dengan baik dan tepat
sasaran melalui ketersediaan media pembelajaran yang sesuai.(Ramli, 2018) Sementara
menurut pandangan Abdul Haris Pito dinyatakan bahwa penggunaan media dalam
pendidikan di zaman sekarang seperti penggunan media audio, visual, sampai kepada
media pembelajaran berbasis teknologi multimedia, memudahkan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Sedangkan hakikat metode dalam pendidikan Islam menurut Herdianto Wahyu
Pramono tentang Metode Pembelajaran dalam Tradisi Pendidikan Islam menyatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, metode sebagai penentu keberhasilan dalam proses
belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam sistem pendidikan.
Menurutnya secara garis besar metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua bagian
yakni konvensional dan inkonvesional. (Herdianto Wahyu Pratomo, n.d.) Menurut
pendapat Rosmiati Azis tentang hakikat dan prinsip metode pembelajaran pendidikan
agama Islam dinyatakan bahwa penerapan metodologi pembelajaran dalam rangka
mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam al-Qur’an terdapat
metode yang dapat diterapkan dalam menyampaikan kalam-kalam Allah kepada umat

2
manusia, seperti metode diskusi, cerita, diskusi, dialog, metode perumpamaan (metafora),
serta metode hukuman dan ganjaran.2

B. Rumusan Masalah

A. Apa Yang Dimaksud dengan Paradigma pengembangan Sumber daya Manusia?


B. Apa itu Perspektif Pembelajaran ?
C. Apa itu Perspektif Kinerja ?

C. Tujuan Masalah

A. Untuk Mengetahui paradigma Pengembangan Sumber daya Manusia


B. Untuk Mengetahui Perspektif Pembelajaran
C. Untuk mengetahui Perspektif Kinerja

2
Sugiyono, Khojir. “Materi alat dan metode pembelajaran dalam system Pendidikan Islam di era Digital” Jurnal
Pendidikan Islam, Vol.4 No 1. (2021).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma Pengembangan Sumber daya Manusia

1. Paradigma Lama

Secara historis pemikiran mengenai paradigma manajemen sumber daya manusia


berawal sekitar pertengahan abad ke 19 berkembang anggapan bahwa manusia kerja atau
pekerja dianggap sebagai barang dagangan. Pekerja diperlakukan sebagai salah satu
faktor produksi yang dapat diperjualbelikan untuk dijadikan alat produksi dalam hal ini
seperti perdagangan budak yang disahkan pada waktu itu. Paradigma SDM kemudian
berangsur berubah dengan munculnya manajemen ilmiah pada akhir abada 19 dan
permulaan abad ke 20, yang dimana proses manajemen lebih mengutamakan pencapaian
produktivitas pekerja. Kemudian muncul pandangan yang memiliki kecenderungan lebih
manusiawi.3

Dapat di lihat bahwa paradigma lama dari manajemen SDM lebih banyak melayani
manajemen fungsional yang lain dalam organisasi seperti fungsi pemasaran, keuangan,
produksi atau lainnya, dengan berubahnya lingkungan bisnis yang diakibatkan oleh
perubahan teknologi serta dampak globalisasi, maka keharusan manajemen SDM untuk
merubah perannya agar memiliki fungsi yang lebih strategis dalam organisasi.

2. Paradigma baru pada Pengembangan SDM

Berubahnya lingkungan bisnis yang di akibatkan oleh perubahan teknologi serta


dampak globalisasi, perubahannya bukan lagi melayani manajemen fungsional lain dalam
organisasi tetapi bekerja sama untuk membuat perencanaan secara terpadu yang sesuai
dengan kebutuhanorganisasi,organisasi yang melakukan pelatihan dan pengembangan
SDM mampu memberikan kinerja terbaik di bandingkan dengan organisasi yang tidak
melakukan program tersebut.

Perubahan yang terjadi adalah :

1. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan tingginya tingkat ketidakpastian
3
https://www.slideshare.net/WidiaRatnasariSamosi/paradigma-sumber-daya-manusia
4
2. Kemauan beradaptasi dengan cepat untuk memprediksi perubahan yang tidak terduga
3. Meningkatkan biaya,karena persaingan memperoleh keuntungan sangat tinggi
4. Perubahan teknologi yang cepat menyebabkan meningkatnya permintaan karyawan
dengan skill yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan
5. Organisasi lebih kompleks berkaitan dengan produk,geografi,fungsi bisnis,maupun
konsumen
6. Respon terhadap kekuatan eksternal dengan perundang-undangan dan regulasi proses
peradilanserta peraturan lainnya,

B. Perspektif Pembelajaran
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan
untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.Penting bagi suatu badan
usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa,
tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan
prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat
mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem,
dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan usaha harus melakukan
investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan
teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait


dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

a. Kapasitas Pekerja
Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan.
Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen:
1) Kepuasan Pekerja
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas,
tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat
diukur dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil
keputusan, pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk
bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta dukungan dari atasan.
2) Retensi pekerja

5
Retensi Pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik dalam
perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi jangka panjang
bagi perusahaan. Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan
perusahaan merupakan loss pada intellectual capital dari perusahaan. Retensi
pekerja diukur dengan persentase turnover di perusahaan.
3) Produktivitas pekerja
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari
peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan.
Tujuannya adalah untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja
dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.
b. Kapabilitas sistem Informasi
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat
ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
c. Iklim Organisasi
Yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk
menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut
di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

C. Perspektif Kinerja
Muncul pemikiran baru yang dipelopori oleh Kaplan dan Norton yang memperkenalkan
metode Balanced Scorecard. Metode ini mengukur kinerja perusahaan tidak hanya
menggunakan aspek-aspek keuangan saja tetapi juga mencangkup aspek-aspek diluar
keuangan dan memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan. Aspek-aspek
keuangan tidak bisa begitu saja disingkirkan, tetapi tidak dapat juga berdiri sendiri, metode
Balanced Scorecard juga menekankan pentingnya keseimbangan antara dua aspek tersebut.4
1. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang
menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang selama ini
dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum munculnya konsep balanced

4
Kurniawan, Asep. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Epistemologi Filsafat Islam. Jurnal Studi Keislaman, Volume 17 Nomor 1. Cirebon : IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.
6
scorecard, yang umum dipergunakan dalam perusahaan selama ini adalah pengukuran
kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
2. Keunggulan Balanced Scorecard
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk sukses
mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem
strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja
organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal
yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah
pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC
menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang
terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
3. Manfaat Balanced Scorecard
a) Balanced Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai
tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
b) Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif
keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan
bertumbuh)
c) Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka
investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi
perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
4. Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
1) Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak
ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba.
Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan
perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi.
2) Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen
pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur
kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya
apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka

7
panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang
bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka
Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada
biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari
apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk
memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk
melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.

Ada 2 kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan, yaitu:


a) Kelompok pengukuran inti (icore measurement group)
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan,
memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan.
b) Kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition)
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan
mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin
bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan
pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk
mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit
bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan
pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para
pemegang saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).

Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik


bagi.pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip
dasar, yaitu:

1) Proses Inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi ada
juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Bila hasil inovasi
dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan
mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan

8
pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya investasi pada
proses penelitian dan pengembangan.
2) Proses Operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan
order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan
kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini,
berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar
organisasi.
3) Pelayanan purna Jual
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi, penggantian
untuk produk yang rusak, dll. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelaya
nan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur
yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi.5

5
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terjemahan edisi asli) Jilid I dan II, PT
Prehallindo, (HLM 56-57)Jakarta, 1997.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
paradigma lama dari manajemen SDM lebih banyak melayani manajemen fungsional
yang lain dalam organisasi seperti fungsi pemasaran, keuangan, produksi atau lainnya,
dengan berubahnya lingkungan bisnis yang diakibatkan oleh perubahan teknologi serta
dampak globalisasi, maka keharusan manajemen SDM untuk merubah perannya agar
memiliki fungsi yang lebih strategis dalam organisasi.
Sedangkan paradigma baru Berubahnya lingkungan bisnis yang di akibatkan oleh
perubahan teknologi serta dampak globalisasi, perubahannya bukan lagi melayani
manajemen fungsional lain dalam organisasi tetapi bekerja sama untuk membuat
perencanaan secara terpadu yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, organisasi yang
melakukan pelatihan dan pengembangan SDM mampu memberikan kinerja terbaik di
bandingkan dengan organisasi yang tidak melakukan program tersebut.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait


dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

1) Kapasitas pekerja
2) Kapabilitas sistem Informasi
3) Iklim Organisasi

B. SARAN
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini Untuk itu saya
memohon kritik dan saran yang edukatif agar saya terus melakukan perbaikan
kedepannya. Semoga makalah ini lebih baik lagi kedepannya

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/WidiaRatnasariSamosi/paradigma-sumber-daya-manusia

Kurniawan, Asep. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif


Epistemologi Filsafat Islam. Jurnal Studi Keislaman, Volume 17 Nomor 1. Cirebon : IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.

Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terjemahan edisi asli) Jilid I dan II, PT
Prehallindo, (HLM 56-57)Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai