Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

ERA DIGIAL

Avi Amelia1, Bunga Rozalia Sari Paran2

Dosen : Listiyani Siti Romlah, M.Pd

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Intan Lampung

Abstrak

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses perencanaan yang bertujuan


untuk membimbing siswa menuju perubahan yang diinginkan dan menilai sejauh
mana perubahan tersebut telah terjadi. Proses pengembangan kurikulum
merupakan sebuah siklus yang terus berlanjut dan melibatkan empat elemen
kunci: tujuan, metode dan materi pembelajaran, serta evaluasi dan umpan balik.
Tujuan pendidikan yang dikembangkan mencakup tujuan nasional, organisasi, dan
pembelajaran. Pendidikan Islam di era digital menghadapi tantangan dan peluang
yang kompleks. Tantangan utamanya meliputi keaslian dan keandalan konten,
kualitas pendidikan, aksesibilitas, dan kesenjangan digital. Pentingnya beradaptasi
dan berkembang dalam pendidikan Islam di era digital, sambil memastikan bahwa
pendekatan yang bijak dan berlandaskan prinsip-prinsip kurikulum yang telah
ditetapkan dapat membawa manfaat positif bagi siswa dan masyarakat.

Kata Kunci : Pengembangan Kurikulum, Era Digital, Tantangan

Abstract

Curriculum development is a planning process that aims to guide students


towards desired changes and assess the extent to which these changes have
occurred. The curriculum development process is an ongoing cycle and involves
four key elements: objectives, learning methods and materials, as well as
evaluation and feedback. The educational objectives developed include national,
organizational and learning objectives. Islamic education in the digital era faces
complex challenges and opportunities. Key challenges include authenticity and

1
reliability of content, quality of education, accessibility, and the digital divide.
The importance of adapting and developing Islamic education in the digital era,
while ensuring that a wise approach based on established curriculum principles
can bring positive benefits to students and society

Keywords: Curriculum Development, Digital Era, Challenges.

PENDAHULUAN

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses perencanaan yang bertujuan


untuk membimbing siswa menuju perubahan yang diinginkan dan menilai sejauh
mana perubahan tersebut telah terjadi. Proses pengembangan kurikulum
merupakan sebuah siklus yang terus berlanjut dan melibatkan empat elemen
kunci: tujuan, metode dan materi pembelajaran, serta evaluasi dan umpan balik.
Tujuan pendidikan yang dikembangkan mencakup tujuan nasional, organisasi, dan
pembelajaran. Dalam konteks Indonesia, tujuan nasional pendidikan dapat
ditemukan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku.

Pentingnya mengorganisir pengalaman belajar siswa dalam kurikulum


adalah agar pengalaman belajar tersebut relevan, sesuai dengan kapasitas guru,
fasilitas sekolah, dan kebutuhan masyarakat, serta mampu mengembangkan siswa
secara optimal dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu,
prinsip-prinsip kurikulum, seperti yang dijelaskan oleh Hamdani dan Fuad, adalah
pedoman yang mendasari pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut
mencakup keterkaitan dengan agama, keseluruhan, keseimbangan, serta perhatian
terhadap bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.

Kurikulum Pendidikan Islam adalah rangkaian rencana dan sistem yang


digunakan dalam pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan Islam.
Kurikulum ini mencakup mata pelajaran seperti fiqih, Al-Quran, hadits, akidah,
sejarah Islam, dan bahasa Arab, serta telah berkembang dengan menambahkan
berbagai materi seperti Tahfidzul Qur'an, Mahfudzat, Imla', dan lainnya.

Tantangan pendidikan agama Islam di era digital adalah dampak


perubahan teknologi dan akses informasi yang sangat cepat. Era digital, yang juga

2
dikenal sebagai era 4.0, telah mengubah cara masyarakat mengakses informasi,
hiburan, dan pendidikan. Namun, perkembangan teknologi ini juga membawa
dampak negatif, seperti informasi yang tidak sesuai dengan norma agama dan
potensi manipulasi informasi untuk tujuan yang tidak baik.

Untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang ini, diperlukan


pendekatan yang progresif dalam pengembangan kurikulum dan pemanfaatan
teori-teori seperti literasi digital, pembelajaran konstruktivis, dan pengembangan
kurikulum. Dengan demikian, pendidikan Islam dapat terus berkembang dan
memberikan manfaat positif di era digital.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan
kepustakaan (library research). Library research yakni penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan literature atau serangkaian krgiatan penelitian
yang digunakan untuk analisis data menggunakan metode kualitatif dengan objek
penelitian era digitalisasi pada masa sekarang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan perencanaan kesempatan belajar


yang bertujuan membimbing siswa menuju perubahan yang diinginkan dan
menilai tingkat perubahan siswa. Pengembangan kurikulum sebenarnya
merupakan sebuah siklus, sebuah proses berulang yang tidak pernah berakhir.
Proses ini terdiri dari empat elemen: tujuan, metode dan materi, serta evaluasi dan
umpan balik. Tujuan pendidikan yang dikembangkan meliputi tujuan nasional,
organisasi, dan pembelajaran. Tujuan nasional Indonesia dapat dilihat pada
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku saat ini. Mengorganisir
Pengalaman Belajar Pengalaman belajar hendaknya disusun sedemikian rupa
sehingga memberikan gagasan kepada guru tentang rincian kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Kriteria pemilihan pengalaman belajar yang harus
diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah relevansi, yaitu dapat
diterapkan di sekolah dan layak dari segi waktu, kapasitas guru, fasilitas sekolah,

3
dan kesesuaian dengan masyarakat, dapat mengembangkan siswa secara optimal.
kemampuan. pengetahuan dan pengetahuan.1

Adapun prinsip-prinsip kurikulum menurut Hamdani dan Fuad adalah


sebagai berikut :

a. Prinsip pertama
Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk
ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum,
termasuk falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar, caracara
perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus
berdasarkan agama Islam, keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan
bertujuan untuk membina pribadi yang mungkin kemauan yang baik dan
hati nurani yang selalu waspada.
b. Prinsip kedua
Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan
kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek
pribadi pelajar, maka kandungannyapun harus meliputi semua yang
berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina
akidah, akal dan jasmaninya.
c. Prinsip ketiga
Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dan
kandungan kurikulum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu
syariat lebih besar, maka aspek spiritual tidak boleh melampaui aspek
penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak boleh melampaui ilmu, seni
dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu dan masyarakat.
d. Prinsip keempat
Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan, dan
kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat

1
Ahmad Taufiq, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”, el-Ghiroh, Vol. XVII, No. 02
(2019), 85-86.

4
pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan,
kemahiran pengalaman dan sikapnya.2

Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum mulai dikenal di lembaga-lembaga pendidikan sekitar satu


abad yang lalu, dan kemudian mulai digunakan pertama kali oleh industri olah
raga, dengan istilah (curriculae) yang mempunyai arti seperti suatu gerakan. Pelari
harus mampu berlari sepanjang jarak dari tujuan mereka. mulai. menyelesaikan.3
Selanjutnya, kata kurikulum memiliki penggalan kata dari bahasa latin
(curriculum) adapun dalam Bahasa Perancis disebut (cuurier) yang memiliki arti
berlari.

Suatu organisasi di bidang pendidikan Islam mempunyai komponen-


komponen yang wajib dimiliki dan tidak dapat dipisahkan, dan komponen-
komponen tersebut tercakup dalam urusan-urusan di bidang pendidikan yaitu
pendidik, peserta didik, kurikulum, kemudian tujuan dan penilaian, untuk tujuan
penilaian, pembelajaran hingga digunakan sebagai bahan penilaian di masa
depan.4

Sebuah kurikulum pendidikan agama Islam ialah suatu rangkaian yang


tersusun serta tersistem yang tidak bisa terpisahkan dalam penerapannya serta
dalam prakteknya adalah aktifitas ataupun proses pembelajaran agama Islam di
suatu instansi/lembaga pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan agama Islam,
memiliki makna suatu ikatan yang dicoba serta dilakukan oleh guru serta siswa
untuk mecapai tujuan dalam pembelajaran serta dapat memperoleh ijazah

kelulusan setelah memenuhi kriteria tertentu. Dialog yang timbul ini menimpa
pembelajaran di masa new normal pasca Covid-19 yang bisa dipertimbangkan
kembali melalui kajian riset kurikulum. Kurikulum dapat didefinisikan sebagai
rencana yang mempunyai elemen, yang bersumber pada model pengembangan

2
Abuddin, Nata. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group. hlm 180
3
Dheni Redhiana, “Pengembangan Kurikulum Pada Aspek Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Yang
Berbasis Lingkungan Hidup Melalui Pendekatan Saintifik Di Sekolah Dasar,” Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar Dinamika 6, no. 2 (2014): 215–34
4
Ossi M. R., Acep H. H., Mohamad E, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Era New
Normal”, intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman, Vol. 11, No. 01 (2021), 36.

5
kurikulum, elemen-elemen kurikulum ini merupakan tujuan, konten, pendekatan,
serta penilaian, pengembangan kurikulum dalam periode serta kondisi apapun
butuh memandang keempat elemen ini, serta esensi kurikulum pendidikan agama
Islam di masa new normal, pada hakikatnya ialah suatu proses yang terencana
dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam yaitu membentuk siswa agar
dapat memiliki karakter muslim serta dapat memiliki pengembangan diri ke arah
yang lebih baik. Di mana dahulu pendidikan agama Islam hanya meliputi ruang
lingkup dalam proses pembelajarannya saja contoh seperti fiqih, Al-Quran serta
hadits, akidah sejarah Islam dan bahasa Arab. Saat terjadi perkembangan dalam
kurikulum pendidikan agama Islam lebih bervariasi contohnya seperti
pembelajaran Tahfidzul Qur’an, Mahfudzat, Imla’ dan sebagainya.5

Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era Digital

Perubahan dan pertumbuhan adalah bagian dari proses alami kehidupan.


Masyarakat mempunyai kesempatan untuk memikirkan setiap permasalahan
dalam kehidupannya. Perkembangan teknologi merupakan bagian dari
pengembangan kemampuan kecerdasan manusia dalam memberdayakan dan
memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia padanya. Namun
perkembangan teknologi tidak selalu membawa nilai manfaat, tetapi juga
membawa dan menimbulkan dampak sejak mulai dapat dimanfaatkan (dampak
negatif). Era digital dikenal juga sebagai era 4.0, karena perubahan yang
mendasar dan masih tejadi pada masyarakat terhadap bidang teknologi yang
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.6

Era digital dikaitkan dengan kemajuan teknologi Internet, dengan


penyediaan berbagai hal seperti informasi, berita terkini, hiburan, ekonomi, dll.
Saat ini, semua itu bisa disambungkan dan dihubungkan ke semua smartphone,
semuanya sama-sama mampu untuk digunakan atau disalahgunakan. Banyak
platform media hiburan yang mudah diakses melalui ponsel pintar dan seringkali
memuat materi yang tidak sesuai dengan norma agama. Arus informasi yang

5
ibid, hlm 37
6
Eko Risdianto, Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. (Bengkulu: Universitas
Bengkulu. 2019), hlm 2

6
cepat berarti bahwa siapa pun di seluruh dunia dapat mempelajarinya, tetapi ada
begitu banyak informasi sehingga setiap orang dapat membuat persepsi mereka
sendiri tentang hal itu dan yang lainnya. Aneh jika informasi ini dimanipulasi
untuk digunakan sebagai sumber informasi yang cepat. Bahan untuk saling
menghancurkan dan menyebarkan kebencian. Menurut Amin Abdullah,
tantangan era digital adalah permasalahan kemanusiaan terkait intoleransi,
minoritas, diskriminasi, represi, gesekan dan konflik, serta di bidang keagamaan
munculnya aliran konservatif. Menurut Dicky Sofiyan dari Indonesian
Consortium for Religious Studies (ICRS) ciri konservatisme yaitu (1) seseorang
hanya mempercayai pada satu kebenaran, (2) mobilisasai masa, dan (3)
mendambakan pemimpin yang kuat. Berbagai macam informasi-informasi, ajaran
dan ideology yang datang tersebut tanpa adanya sebuah batasan dan saringan.7

Model pendidikan agama Islam menuju pengembangan industri di era


digital menghadapi dua hal, yaitu pragmatis dan preventif. Pragmatis artinya
kemajuan dan inovasi teknologi di era digital merupakan solusi dan merupakan
kemudahan untuk mengoptimalkan, melaksanakan kegiatan pendidikan atau
belajar mengajar secara efektif dan efisien dengan berusaha mencari teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pencapaian tujuan pendidikan. yang sudah
teridentifikasi.8

Pendidikan Islam di era digital menghadapi tantangan dan peluang yang


kompleks. Tantangan utamanya meliputi keaslian dan keandalan konten, kualitas
pendidikan, aksesibilitas, dan kesenjangan digital. Namun, melalui penggunaan
teknologi digital secara bijaksana, terdapat peluang untuk meningkatkan
jangkauan global, menerapkan metode pembelajaran yang interaktif dan kreatif,
serta mengembangkan kreativitas dan inovasi, serta meningkatkan evaluasi dan
pemantauan. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk menerapkan
pengajaran progresif dan memanfaatkan teori-teori terkait, seperti literasi digital,
pembelajaran konstruktivis, dan pengembangan kurikulum. Dengan begitu,

7
https://jogja.tribunnews.com/2019/04/23/era-industri-40-menjadi-tantangan-bagipendidikan-
agama? Diakses 20 Mei 2020
8
https://www.google.com/amp/s/aceh.tribunnews.com/amp/2018/11/27/menjadi-guruera-
pendidikan-40 diakses 14 Juni 2020

7
pendidikan Islam dapat terus berkembang dan membawa manfaat positif di era
digital.9

KESIMPULAN

Pengembangan kurikulum dalam konteks pendidikan Islam, yang


merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai elemen, termasuk tujuan,
metode, materi, evaluasi, dan umpan balik. Prinsip-prinsip kurikulum dalam
pendidikan Islam menekankan keterkaitan dengan agama, keutuhan,
keseimbangan, dan adaptasi terhadap kebutuhan dan minat siswa.

Penting juga untuk mencatat bahwa kurikulum pendidikan Islam telah


berkembang dengan mengakomodasi berbagai aspek baru yang mencerminkan
perubahan dalam masyarakat dan teknologi, termasuk penggunaan teknologi
digital. Era digital membawa tantangan, seperti keaslian dan keandalan konten,
kualitas, aksesibilitas, dan kesenjangan digital, tetapi juga memberikan peluang
untuk pembelajaran yang interaktif dan kreatif serta peningkatan literasi digital.

Dalam konteks yang lebih luas, jurnal ini menegaskan pentingnya terus
beradaptasi dan berkembang dalam pendidikan Islam di era digital, sambil
memastikan bahwa pendekatan yang bijak dan berlandaskan prinsip-prinsip
kurikulum yang telah ditetapkan dapat membawa manfaat positif bagi siswa dan
masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Taufiq, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”, el-Ghiroh, Vol.


XVII, No. 02 (2019).

Abuddin, Nata. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Dheni Redhiana, “Pengembangan Kurikulum Pada Aspek Ilmu Pengetahuan Dan


Teknologi Yang Berbasis Lingkungan Hidup Melalui Pendekatan Saintifik
Di Sekolah Dasar,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Dinamika 6, no. 2
(2014).

9
Muhammad Fathul H, “Pendidkan Isalm di Era Digital: Tantangan dan Peluang Pada Abad 21”,
Al-Mikraj: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol. 4, No. 01 (2023), 40.

8
Eko Risdianto, Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.
(Bengkulu: Universitas Bengkulu. 2019).

https://jogja.tribunnews.com/2019/04/23/era-industri-40-menjadi-tantangan-
bagipendidikan-agama? Diakses 20 Mei 2020

https://www.google.com/amp/s/aceh.tribunnews.com/amp/2018/11/27/menjadi-
guruera-pendidikan-40 diakses 14 Juni 2020

Muhammad Fathul H, “Pendidkan Isalm di Era Digital: Tantangan dan Peluang


Pada Abad 21”, Al-Mikraj: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol. 4, No.
01 (2023),

Ossi M. R., Acep H. H., Mohamad E, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Islam di Era New Normal”, intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi
Keislaman, Vol. 11, No. 01 (2021).

Anda mungkin juga menyukai