Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM:

KURIKULUM DAN PENDEKATAN HUMANISTIK DI ERA DIGITAL.


1.Faikotun Niswah ( 220101265)
2.Rivani Nihayatul M (220101009)
3.Amirul Hidayat (220101236)
4. Ahmad Abdul Fatah M (220101268)
Universitas Nahdlatul ulama sunan giri

Abstrak
Kurikulum ialah salah satu komponen pokok pendidikan. Kurikulum merupakan suatu
kompas arah kemana anak-anak didik mau dibawa. Sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang dinamis, kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar
sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat memperlancar program pendidikan
dalam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum memiliki
banyak model pendekatan salah satunya pendekatan humanistik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji bagaimana pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini berbasis studi kepustakaan dengan mengambil data
yang berasal dari sumber pustaka seperti jurnal peneltian, buku, dokumen dan lainya. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tujuan pendidikan Islam jika ditelaah secara kritis adalah
berusaha untuk menciptakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, Di era globalisasi saat
ini, Tujuan pendidikan harus direorientasi. Memperjelas orientasi ini tidak berarti
Menghilangkan semangat tujuan pendidikan Islam yang semula diidealkan. Untuk itu,
Tujuan pendidikan dan kurikulum harus diarahkan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk
Mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bagian penting dari sistem kurikulum adalah
Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Kata kunci: pengembangan, kurikulum
Abstrak
Curriculum is one of the main components of education. The curriculum is a compass for the
direction where students want to be taken. As a tool for achieving dynamic educational goals,
the curriculum must always be developed and refined to suit current developments, so that it
can facilitate educational programs in realizing and achieving national education goals. The
curriculum has many approaches, one of which is a humanistic approach. This research aims
to examine the humanistic approach in developing the Islamic Religious Education
curriculum. This research is based on literature study by taking data from library sources
such as research journals, books, documents and others. The research results show that the
aim of Islamic education, if examined critically, is to strive to create happiness in this world
and the afterlife. In the current era of globalization, the aims of education must be
reoriented. Clarifying this orientation does not mean eliminating the spirit of the originally
idealized goals of Islamic education. For this reason, educational goals and curriculum must
be directed into a unified whole to achieve the desired goals. An important part of the
curriculum system is planning, organizing, implementing, monitoring and evaluating.
Keyword: development, curriculum

Pendahuluan
Di era digital, pendidikan Islam perlu mengikuti perkembangan teknologi dan
mengintegrasikannya dalam kurikulum. Namun, pendidikan Islam juga harus
mempertahankan pendekatan humanistik yang mencakup pengembangan karakter dan
pemahaman mendalam tentang ajaran Islam. Artikel ini membahas kebijakan pengembangan
kurikulum Pendidikan Islam dengan pendekatan humanistik di era digital.
Pendidikan Islam memiliki tujuan yang mencakup berbagai aspek, seperti menciptakan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, melayani kebutuhan umat Islam, menjaga keutuhan umat
Islam, dan menanamkan moralitas. Namun, rumusan tujuan pendidikan Islam masih bersifat
umum dan tidak selalu sesuai dengan realitas masyarakat dan perkembangan zaman. Oleh
karena itu, di era globalisasi saat ini, tujuan pendidikan harus direorientasi untuk mencapai
hasil yang lebih relevan dengan kebutuhan dan tantangan zaman.
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam di era
digital menjadi penting. Pendekatan ini menekankan pada pengembangan individu secara
utuh, termasuk aspek emosional, sosial, dan intelektual. Dalam konteks digital, teknologi
dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa, memberikan
pilihan dalam cara belajar, dan mendorong interaksi sosial.
Kurikulum merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Kurikulum bertindak sebagai kompas yang mengarahkan siswa ke tujuan yang
diinginkan.Konsekuensinya, peran kurikulum dalam pendidikan sangat penting, maka posisi
kurikulum Dalam pendidikan amatlah penting, namun betapapun pentingnya posisi harus
tetap diingat Bahwa ia adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan Tujuan pendidikan
Merupakan salah satu komponen kurikulum.
Setiap kegiatan pengembangan kurikulum hendaknya menggunakan Landasan
yang kuat sehingga akan melahirkan kurikulum yang sesuai dengan Kebutuhan. Yang
dimaksud dengan landasan kurikulum di sini adalah bidangbidang yang dapat dijadikan dasar
pokok keputusan tentang kurikulum karena Berdasarkan landasan-landasan tersebut dapat
dijawab pertanyaan-pertanyaan Mendasar seperti: bagaimanakah tujuan hidup manusia, hal-
hal apakah yang harus Diajakan kepada generasi muda agar dapat membimbing mereka ke
kehidupan yang baik, seberapa jauh peranan dan tanggung jawab sekolah dalam hal ini,
relevansi Pendidikan terhadap kebutuhan dan struktur masyarakat, peranan teknologi dan
Struktur keluarga terhadap praktek kependidikan di sekolah, pemenuhan kebutuhan dasar
manusia lewat jalur pendidikan, relevansi struktur kurikulum dengan tahap-tahap
perkembangan kedewasaan anak didik, dan masih banyak lagi pertanyaan Yang relevan.
Melalui kajian terhadap bidang-bidang yang menjadi landasan pengembangan kurikulum ini,
hal-hal yang bersifat normatif dan ideal yang menjadi tumpuan tujuan penyelenggaraan
pendidikan dapat dianalisis, dan ini sangat bermanfaat untuk mencegah agar program
pendidikan yang lahir tidak mudah Goyah dan berubah-ubah karena rapuhnya fondasi yang
mendasarinya.
Ini akan membahas tentang kebijakan pengembangan kurikulum Pendidikan
Islam secara filosofis dari aspek epistemologi3 kurikulum, yakni aspek Landasan dan
pengembangan kurikulum berbasis Humanistik.4 Secara garis besar Teori humanistik ini
adalah sebuah teori belajar yang mengutamakan pada proses belajar bukan pada hasil belajar.
Teori ini mengemban konsep untuk memanusiakan Manusia sehingga manusia (siswa)
mampu memahami diri dan lingkungannya. Di era digital yang mana jika tidak disikapi
dengan arif, maka manusia akan tercerabut dari nilai-nilai kemanusiaanya, seperti kurangnya
kesadaran terhadap lingkungan sosialnya dan lupa akan eksistensinya sebagai manusia dan
makhluk sosial, hal ini yang melatar belakangi mengapa tema ini di angkat oleh penulis
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka.Penelitian ini
akan mencoba menelusuri sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan
kurikulum Pendidikan Islam dalam perspektif kurikulum dan Pendekatan humanistik yang
terjadi di era digital saat ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal-
jurnal, dan hasil penelitian lain yang relevan yang berkaitan dengan judul.
Hasil Dan pembahasan
Kurikulum adalah rencana pembelajaran yang mencakup tujuan, isi, metode, dan
penilaian dalam proses pendidikan. Kurikulum menentukan apa yang akan diajarkan kepada
peserta didik dan bagaimana cara mengajarinya.
Pengembangan kurikulum adalah proses merancang, mengembangkan, dan
memperbarui kurikulum agar sesuai dengan perkembangan zaman, kebutuhan peserta didik,
dan tuntutan dunia kerja. Tujuan dari pengembangan kurikulum adalah untuk memastikan
bahwa materi yang diajarkan relevan, efektif, dan dapat menghasilkan hasil belajar yang
optimal.
Kurikulum dan Pendekatan humanistik di era digital adalah pendekatan dalam
pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan humanistik.
Pendekatan humanistik menekankan pada pengembangan pribadi, emosi, dan sosial peserta
didik. Dalam era digital, pendekatan ini juga memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran.
Dengan menggabungkan kurikulum dan Pendekatan humanistik di era digital,
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan keterampilan teknologi, pemahaman agama,
serta sikap positif dan empati dalam berinteraksi dengan teknologi. Pendekatan humanistik
juga membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas,
dan kemampuan sosial yang diperlukan dalam era digital ini.
Ada beberapa landasan yang mesti diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan. James A. Beane, et al. Menyebutkan adanya tiga fondasi atau landasan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filsafat, sosiologi, dan Psikologi.
1. Landasan filosofis
Landasan filosofis mengandung arti bahwa pendidikan senantiasa Berhubungan dengan
manusia baik sebagai subjek, sebagai objek, maupun Sebagai pengelola. Dengan demikian,
pendidikan senantiasa berintikan interaksi Antar manusia. Di dalam interaksi tersebut tentu
saja ada tujuan dan sasaran yang Harus dicapai, ada materi atau bahan yang diinteraksikan,
ada proses yang Ditempuh dalam menginteraksikannya, serta ada kegiatan evaluasi untuk
Mengetahui ketercapaian proses dan hasilnya. Tentu saja untuk merumuskan dan
Mengembangkan setiap aspek yang terkait dengan setiap dimensi kurikulum tersebut
memerlukan jawaban atau pemikiran yang mendalam dan mendasar Atau dengan kata lain
harus menggunakan pemikiran filosofis.Pendidikan sebagai ilmu terapan tentu saja
memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, dalam hal ini filsafat. Filsafat pendidikan
pada dasarnya
Adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan Masalah-masalah
pendidikan (Susilana, dkk.: 2006). Lebih lanjut dikatakan Bahwa kurikulum pada hakikatnya
adalah alat untuk mencapai tujuan Pendidikan karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi
oleh filsafat atau Pandangan hidup suatu bangsa maka tentu saja kurikulum yang
dikembangkan Juga akan mencerminkan falsafah hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
Oleh Karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu
negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia Pada masa
penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat Berorientasi pada
kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara Kita dijajah Jepang maka
orientasi kurikulum berpindah disesuaikan dengan Kepentingan dan sistem nilai negara
Jepang. Setelah kemerdekaan, kurikulum Pendidikan secara utuh menggunakan Pancasila
sebagai dasar dan falsafah Dalam pengembangannya
Menurut Maclure dalam Wijaya, dkk. (1992) terdapat 6 acuan dimensi Pendekatan nasional
dalam perkembangan kurikulum di suatu negara, yakni:
a. Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan dengan
Program pendidikan;
b. Hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional dengan Reformasi sosial
politik negara;
c. .Mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan kurikulum yang ditempuh; Mekanisme
pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di Sekolah;
e. Metode ke arah pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan Kebutuhan;
f. Pnelaahan derajat desentralisasi dari implementasi kurikulum di sekolah.

2. Landasan Psikologis
Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan seseorang
Dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan. Lingkungan yang dimaksud dapat Berasal
dari proses pendidikan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan Dalam pendidikan
tentu saja berkaitan dengan proses perubahan yang terjadi Pada peserta didik. Dengan adanya
kurikulum diharapkan perubahan yang terjadi pada peserta didik dapat membentuk
kemampuan atau kompetensi aktual Maupun potensial.
Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan Perkembangan merupakan
kajian dari psikologi perkembangan. Oleh karena itu, Dalam pengembangan kurikulum harus
senantiasa berhubungan dengan program Pendidikan untuk kepentingan peserta didik maka
landasan psikologi mutlak Harus menjadi dasar pengembangan kurikulum. Perkembangan-
perkembangan Yang dialami oleh peserta didik, pada umumnya diperoleh melalui proses
Belajar. Guru/pendidik harus selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan Peserta didik.
Cara belajar dan mengajar yang dapat memberikan hasil optimal Tentu memerlukan
pemikiran yang mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi Belajar.
3.Landasan Sosiologi
Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan
budaya manusia, dibina, dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya serta dipupuk
kemampuan dirinya menjadi manusia (Susilana, dkk. 2006). Kurikulum dalam setiap
masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita
atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, Dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu
memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum terdata dalam
satu Masyarakat, meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara
Berpikir, dan kesenian. Pengembangan kurikulum yang dilandasi Oleh hal tersebut sifatnya
umum, artinya berlaku bagi kehidupan masyarakat.
Pendekatan Humanistik dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia Untuk
menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar
teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan Humanistik
Teori pendidikan humanistik menekankan bahwa tugas pendidikan yang Utama ialah
mengembangkan anak sebagai individu selain sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat
dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan Potensi anak, khususnya
imaginasinya yang kreatif. Untuk itu perlu diberikan Kepada anak didik kebebasan,
kemandirian, hak untuk menemukan diri serta Pengembangan kemampuan fisik dan
emosionalnya, jadi perkembangan anak itu Sebagai keseluruhan. Kurikulumnya sering
berdasarkan konsepsi “child-centered” Yang mengutamakan ekspresi diri secara kreatif,
individualitas, aktivitas Pertumbuhan “dari dalam”, bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum
ini memelihara Keutuhan anak sebagai “keseluruhan”. Khususnya mengenai kreativitas dan
Spontanitasnya.
Konsep kurikulum yang humanistik ini memindahkan titik berat pendidikan Dari
bahan pelajaran kepada anak sebagai individu keseluruhan. Untuk itu Diusahakan integrasi
antara aspek afektif (perasaan, sikap, nilai-nilai) dengan aspek Kognitif (pengetahuan dan
kemampuan intelektual), sehingga apa yang dipelajari Mempunyai makna pribadi bagi anak.
Maka karena itu, lebih banyak diberi Kesempatan kepada anak untuk memilih dari berbagai
alternatif sesuai dengan Maknanya bagi kehidupannya dengan bertanggung jawab atas
pilihannya itu
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan ujuan dan
fungsi, metode, organisasi isi, dan evaluasi.31 Masing-masing karakteristik tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut
A. Tujuan dan fungsi
Kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan) berharga untuk membantu
memperlancar perkembangan pribadi peserta didik. Bagi mereka tujuan pendidikan
adalah proses perkembangan yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas,
dan Otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
B. Metode
Kurikulum humanistik menuntut konteks hubungan emosional yang baik antara pendidik
dan peserta didik. Pendidik/guru selain harus mampu Menciptakan hubungan yang hangat
dengan peserta didik, juga mampu menjadi Sumber. Ia harus mampu memberikan materi
yang menarik dan mampu Menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar.
C. Organisasi isi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistik terletak di dalam Tekanannya pada integrasi,
yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat Intelektual tetapi juga emosional dan
tindakan. Kurikulum humanistik juga Menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu
memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
D. Evaluasi
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda kurikulum konvensional (subjek akademik).
Model ini lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Kegiatan belajar yang baik adalah
yang memberikan pengalaman yang akan membantu para peserta didik Memperluas
kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan Potensi-potensi yang
dimilikinya. Ketika diminta untuk mempertimbangkan efektivitas kurikulum mereka, ahli
humanis biasanya percay kepada penilaian Subjektif oleh guru dan peserta didik.
Akan tetapi pada era digital saat ini, pendekatan humanistik cukup relevan Digunakan,
disaat manusia mulai kehilangan eksistensi dan jati dirinya, mulai pudar Kesadaran terhadap
lingkungan sosialnya akibat pengaruh teknologi serta tidak bijak Dalam penggunaannya,
apalagi diintegrasikan dengan pendekatan-pendekatan lain Yang relevan, dan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan lembaga pendidikan. Pendekatan dengan teori pendidikan
humanistik pada kondisi tersebut menekankan Bahwa tugas pendidikan yang utama ialah
mengembangkan anak sebagai individu Dan sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan
bila dalam pendidikan Dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya
imaginasinya yang kreatif. Untuk itu perlu diberikan kepada anak didik kebebasan,
kemandirian, hak untuk Menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik, sosial dan
afektif (emosi, Sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain), jadi perkembangan anak dilihat secara
Keseluruhan.
Kritik terhadap Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dalam kurikulum didasarkan pada anggapan berikut
: a) Jika Harga diri peserta didik telah berkembang sepenuhnya, mereka akan lebih terlibat
dalam Belajar dan bekerja. B) Peserta didik yang dituntut sertakan dalam perencanaan dan
Pelaksanaan pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilan nya
. C) Hasil belajar Akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling
mempercayai, saling Membantu, mempedulikan dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
D) Guru yang berperan Sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada peserta
didik atas kegiatannya Belajar memupuk sikap positif terhadap “apa sebab” dan “bagaimana”
mereka belajar
. E) Kepedulian peserta didik pelajaran memegang peranan dalam penguasaan bahan
pelajaran Tersebut
. F) Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa ketika kita berbicara tentang sebuah Teori
tentu tidak ada teori yang sempurna. Setiap teori akan berusaha melengkapi teori-teori
Sebelumnya. Hal ini bisa dimaknai bahwa setiap teori bisa saja digunakan, diartikan atau
Diterjemahkan dengan cara yang berbeda namun dari sudut pandang keilmiahan, sebuah teori
tetaplah sebuah teori. Setiap teori tersebut memiliki insight tertentu didalamnya (Nugroho,
2018: 85). Ada beberapa hal terkait kiritik dalam pendekatan humanistik ini yaitu:

Pertama, lebih menekankan pada metode, teknik dan pengalaman, dan tidak
Menekankan pada akibat atau hasil bagi peserta didik. Seorang pendidik dituntut untuk
Mampu menguasai isi pelajaran pendidikan agama Islam yang akan disampaikan dalam
Mengajar. Pendidik harus mampu mengatur peserta didk dengan baik, mengembangkan
metode mengajar yang diterapkan, mengadakan evaluasi dan membimbing peserta didik
Dengan baik. Sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Namun tidak cukup sampai disitu
saja. Penekanan hasil pembelajaran juga penting. Hasil dalam suatu belajar yang ideal
mencakup aspek psikologis yang dapat merubah dampak dari pengalaman dan proses belajar
setiap peserta didik. Hasil belajar merupakan segala sesuatu yang dicapai peserta didik dalam
bentuk penguasaaan ilmu pengetahuan, kecakapan dasar yang dapat dijadikan sebagai modal
dasar dalam kehidupannya yang akan datang.
Kedua, Setiap individu tentu memiliki perbedaan baik dalam hal intelegensi,
watak Dan latar belakang kehidupannya. Maka pendidik harus turut menyertakan
memperhatikan Aspek pengalaman pribadi.. Memperhatikan pengalaman pribadi membuat
peserta didik Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik
Ketiga kurang memberikan penekanan pada perorangan, yang lebih menekankan
Kebutuhan sosial. Kurikulum sebagai sebuah proses akan melakukan penekanan pada
Pertumbuhan perorangan dan aktualisasi diri melalui pengalaman belajar (Leter et al., 2022:
3). Mengakibatkan sulitnya melihat permasalahan belajar pada peserta didik apabila
Semuanya menekankan pada aspek keseragaman
Keempat, gagasan aktualisasi diri tidak jelas, dan tidak selalu memberi manfaat
bagi Masyarakat secara keseluruhan. Pendekatan humanistik ini lebih mengutamakan diri
individu. Maka dari itu perlu dikaitkan dengan pendekatan rekonstruksi sosial dalam
kurikulum

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
pendidikan Islam dengan pendekatan humanistik di era digital memiliki potensi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi
tantangan zaman. Integrasi pendekatan humanistik dan teknologi digital dalam kurikulum
pendidikan Islam diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan yang holistik dan relevan
dengan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, penting bagi para pengambil kebijakan
pendidikan untuk mempertimbangkan pengembangan kurikulum pendidikan Islam yang
mengadopsi pendekatan humanistik di era digital.
Dalam menghadapi era digital, kebijakan pengembangan kurikulum Pendidikan Islam
perlu mempertimbangkan integrasi antara keterampilan digital dan pendekatan humanistik.
Keterampilan digital akan mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi secara efektif dan
bertanggung jawab dalam masyarakat digital, sementara pendekatan humanistik akan
memastikan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam tetap menjadi fokus utama dalam
pendidikan Islam. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan
masyarakat sangat penting dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan kurikulum
Pendidikan Islam di era digital. Dengan mengatasi tantangan dan hambatan yang ada,
diharapkan siswa dapat memperoleh pendidikan yang holistik dan relevan di era digital yang
terus berkembang.

Daftar Pustaka
Khumaini, F., Isroani, F., & Aya, M. (2022). Kebijakan Pengembangan Kurikulum
pendidikan Islam : Kurikulum dan Pendekatan Humanistik di Era Digital. Risâlah,
30 Ibid., hlm. 23.
31 John D. Mc. Neil, Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, hal. 20. Baca juga: Nana
Syodih Sukmadinata,, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 90-91. 32 John D. Mc. Neil,
Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, hlm. 22
26 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial…, hlm. 78.
27 Nana Syodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 86.
28 Hilda Taba, Curriculum Development: Teory and Practice, hlm. 28.
29 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hlm. 21.

Anda mungkin juga menyukai