Anda di halaman 1dari 6

Background

Latar belakang studi ini di lakukan adalah untuk mengetahui nilai-nilai edukasi
keislaman untuk generasi mendatang. Semakin pesatnya perkembangan zaman
dan hal ini berdampak pada semua aspek kehidupan untuk itulah nilai-nilai
keislaman harus dipertahankan di generasi mendatang agar menciptakan
generasi yang paham akan pengetahuan umum dan juga pengetahuan agama.

Research Method

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Library Research, metode ini


dipilih dengan alasan karena peneliti dapat dengan jelas menganalisis berbagai
informasi konseptual serta data yang diambil memungkinkan untuk mengacu
kepada penelitian kualitatif maupun kuantitatif dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.

According to (Chris Hart, 2018) said that “using libraries to conduct research is
a component of academic growth, the direction of this study’s execution is (1)
to locate and understand the phenomenon or issue (2) to develop concepts (3)
and to draw a conclusion (4)”. The data collection technique of this study was
taken from several references, including articles, journals, and document and
some related sources. Moreover, the method used in this study literature that
serves as a guide in studying a research problem.

Menurut (Chris Hart, 2018) mengatakan bahwa “pemanfaatan metode studi


kepustakaan untuk melakukan penelitian merupakan komponen pertumbuhan
akademik, tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah (1) untuk menemukan
dan memahami fenomena atau permasalahan (2) untuk mengembangkan konsep
(3) dan menarik kesimpulan (4)”. Teknik pengumpulan data penelitian ini
diambil dari beberapa referensi antara lain artikel, jurnal, dan dokumen, serta
beberapa sumber yang terkait. Apalagi metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kepustakaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam
mempelajari suatu masalah penelitian.

Discussion

Education has a strong connection to globalization and cannot be relativized by


it. Indonesia must modernize its educational system in the age of globalization
to produce a thorough and adaptable education system that will enable
graduates to successfully integrate into a democratic global community.
Therefore, education should be planned so that kids can grow naturally and
creatively in an environment that values freedom, community, and
responsibility. Additionally, education must develop graduates who can
comprehend their community, including all of the potential success elements
and potential failure factors that might affect communal life. Education with a
global perspective can be developed as an alternative.

Pendidikan mempunyai hubungan yang kuat dengan globalisasi. Indonesia


harus memodernisasi sistem pendidikannya di era globalisasi untuk
menghasilkan sistem pendidikan yang menyeluruh dan mudah beradaptasi
sehingga memungkinkan lulusannya berhasil berintegrasi ke dalam komunitas
global yang demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus direncanakan agar
anak digenerasi mendatang dapat tumbuh secara alami dan kreatif dalam
lingkungan yang menghargai kebebasan, komunitas, dan tanggung jawab.
Selain itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang mampu memahami
komunitasnya, termasuk seluruh elemen potensi keberhasilan dan potensi faktor
kegagalan yang mungkin mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Pendidikan
yang berwawasan global dapat dikembangkan sebagai alternatif.

In this day and age where technology and ideology are increasingly developing,
Islamic values must also be instilled so that future generations can balance
scientific knowledge and religious knowledge. For example, the high demands
of modern life which include increased materialism, consumerism, and
hedonism have an impact on people's propensities for violence and drug use.
Due to these factors, we are unable to reject or be a priori against all effects of
globalization, such as those that conflict with traditional culture, values, and
religion on the grounds that they are a result of western cultures and values.
Instead, we should work to use globalization for the nation's social, economic,
political, and cultural growth through collaboration and the effective use of
information and communication technologies. For this reason, it is important to
integrate Islamic knowledge which is instilled from an early age to the younger
generation in order to prevent them from doing bad things.

Di zaman yang semakin berkembang ini, nilai-nilai keislaman juga harus


ditanamkan agar generasi mendatang dapat menyeimbangkan antara ilmu
pengetahuan dan ilmu agama. Misalnya, tingginya tuntutan kehidupan modern
yang mencakup meningkatnya materialisme, konsumerisme, dan hedonisme
berdampak pada kecenderungan masyarakat untuk melakukan kekerasan dan
penggunaan narkoba. Karena faktor-faktor tersebut, kita tidak bisa menolak atau
apriori terhadap segala dampak globalisasi, seperti dampak yang bertentangan
dengan budaya, nilai-nilai, dan agama tradisional dengan alasan bahwa hal-hal
tersebut merupakan akibat dari budaya dan nilai-nilai barat. Sebaliknya, kita
harus memanfaatkan globalisasi untuk pertumbuhan sosial, ekonomi, politik,
dan budaya bangsa melalui kolaborasi dan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi secara efektif. Untuk itu penting untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu
keislaman yang ditanamkan sejak dini kepada generasi muda agar terhindar dari
perbuatan tercela.
Islam demands that those who practice it live the principles of the Qur'an and
the Hadith. Take religious education, which aims to instill in teachers and
students not just information and skills but also a positive attitude and a sense of
personal responsibility. Islamic religious education goes beyond merely
imparting doctrine and developing devotional techniques among students. It
goes beyond that. Priority is given to developing pupils' personalities through
spiritual instruction, nurturing moral and mental development, and deft
memorizing of religious doctrine and laws that are not internalized and used in
daily life. Also, the foundation for leading a life in accordance with the Qur'an
and Hadith is Islamic education. Religion is an aid and a way of life that leads
to safety, but science is a microscope or telescope that can clarify the power of
eye observation.

Islam menuntut mereka yang mengamalkannya menghayati prinsip-prinsip Al-


Qur'an dan Hadits. Ambillah pendidikan agama, yang bertujuan untuk
menanamkan pada diri guru dan siswa tidak hanya sekedar informasi dan
keterampilan tetapi juga sikap positif dan rasa tanggung jawab pribadi.
Pendidikan agama Islam lebih dari sekedar menanamkan doktrin dan
mengembangkan teknik kebaktian di kalangan siswa. Ini lebih dari itu. Prioritas
diberikan pada pengembangan kepribadian siswa melalui pengajaran spiritual,
pembinaan moral dan mental, serta cekatan menghafal ajaran dan hukum agama
yang tidak diinternalisasikan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, landasan untuk menjalani hidup sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits
adalah pendidikan Islam. Agama adalah sebuah pertolongan dan pedoman hidup
yang menuju pada keselamatan, namun ilmu pengetahuan adalah mikroskop
atau teleskop yang dapat memperjelas kekuatan pengamatan pada hal tersebut.

Result

For this reason, the world of education needs reform and the reference for the
reform is a change in a curriculum. In Indonesia, the curriculum has changed
from the 2013 curriculum to an independent learning curriculum which includes
the P5 teaching module (Pancasila Student Profile). In accordance with the
Pancasila student profile, which is created in accordance with graduate
competency standards, the project to strengthen the profile of Pancasila students
is a project-based co-curricular activity that is governed by Minister of
Education and Culture. Characteristics define Pancasila pupils, including faith,
awe of God Almighty, and noble character; global variety; independence;
teamwork; critical thinking; and creativity. In place of the absorption of
character education principles in the previous curriculum, this effort to
strengthen the Pancasila student profile (P5) has been implemented.
Untuk itu dunia pendidikan perlu adanya reformasi dan acuan reformasi tersebut
adalah perubahan kurikulum. Di Indonesia, terjadi perubahan kurikulum dari
Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka Belajar yang didalamnya
terdapat modul pengajaran P5 (Profil Pelajar Pancasila). Sesuai dengan profil
pelajar Pancasila yang dibuat sesuai dengan standar kompetensi lulusan, proyek
penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis
proyek yang diatur dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Ciri Utama yang menjadi ciri siswa Pancasila, antara lain beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur; keragaman global;
kemerdekaan; kerja tim; berpikir kritis; dan kreativitas. Sebagai pengganti
penyerapan prinsip-prinsip pendidikan karakter pada kurikulum sebelumnya,
upaya penguatan profil siswa Pancasila (P5) ini dilaksanakan.

The P5 project was included in the madrasah's rahmatan lil'alamin (P5 PPRA)
student profile. P5 PPRA is project-based learning that aims to shape students to
have a mindset, attitude, and behavior that reflects the universal noble values of
Pancasila and upholds tolerance for the sake of unity, integrity, and world
peace, according to the guidelines released by the Directorate of the Ministry of
Religion.

Proyek P5 masuk dalam profil siswa rahmatan lil'alamin (P5 PPRA) madrasah
tersebut. P5 PPRA merupakan pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan
untuk membentuk peserta didik agar memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku
yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila yang bersifat universal serta
menjunjung tinggi toleransi demi persatuan, kesatuan, dan perdamaian dunia,
sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Kementerian Agama.

This PPRA pertains to the National Medium-Term Development Plan (RPJMN)


for the Ministry of Religion for the years 2020 to 2024. The government
expressly promotes religious moderation values in the RPJMN in an effort to
strengthen Indonesia's status as a multiethnic and multicultural country. The
Ministry of Religion actively promotes and shouts out the virtues of religious
moderation. In order to strengthen Indonesia's position as a multicultural
country with a diversity of culture, language, religion, society, and political
ideologies. The Ministry of Religion implements the values of religious
moderation throughout all of its educational institutions, notably by including
them in all madrasah levels' curriculum.

PPRA ini berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(RPJMN) Kementerian Agama tahun 2020 hingga 2024. Pemerintah secara
tegas mengedepankan nilai-nilai moderasi beragama dalam RPJMN dalam
upaya memperkuat status Indonesia sebagai negara multietnis dan multikultural.
Kementerian Agama aktif menggalakkan dan menyerukan keutamaan moderasi
beragama. Guna memperkuat posisi Indonesia sebagai negara multikultural
dengan keberagaman budaya, bahasa, agama, masyarakat, dan ideologi politik.
Kementerian Agama menerapkan nilai-nilai moderasi beragama di seluruh
lembaga pendidikannya, salah satunya dengan memasukkannya ke dalam
kurikulum semua tingkat madrasah.

The P5 PPRA project in madrasas must be the main strategy in mainstreaming


the values of religious moderation. This is because the need for moderate
religious narratives is not only a need for society in general, but also a personal
and institutional need that can be started from Islamic educational institutions,
such as madrasas. Characteristics that must be built by madrasas should start
from revitalizing the curriculum which is supported by rational epistemology as
basic reasoning in understanding religious texts and exploring religious
phenomena so as to avoid radicalism and blind fanaticism. So that the output of
students produced can have the characteristics of moderate Muslim humans who
respect and understand each other, learn to live in differences, trust each other
and promote open thinking, appreciation and interdependence, as well as non-
violent conflict resolution and reconciliation.

Proyek P5 PPRA di madrasah harus menjadi strategi utama dalam


mengarusutamakan nilai-nilai moderasi beragama. Sebab, kebutuhan terhadap
narasi keagamaan yang moderat tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat
secara umum, namun juga merupakan kebutuhan personal dan institusional
yang dapat dimulai dari lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah. Ciri yang
harus dibangun madrasah hendaknya dimulai dari revitalisasi kurikulum yang
didukung epistemologi rasional sebagai landasan penalaran dalam memahami
teks agama dan mendalami fenomena keagamaan agar terhindar dari
radikalisme dan fanatisme buta. Sehingga luaran peserta didik yang dihasilkan
dapat memiliki ciri-ciri manusia muslim moderat yang saling menghormati dan
memahami, belajar hidup dalam perbedaan, saling percaya dan mengedepankan
pemikiran terbuka, apresiasi dan saling ketergantungan, serta resolusi konflik
dan rekonsiliasi tanpa kekerasan.

Conclusion

Religion fosters values like peace, tolerance, and collaboration through


involving oneself in relationships with God, other people, and the universe.
Islamic education places a strong emphasis on moral character development,
which is accomplished by using a partnership-based strategy and fusing
knowledge with spiritual awareness. Islamic laws and educational bodies are
crucial for developing a balanced curriculum. The objective is to produce
intelligent and morally superior people. Promoting inclusivity, pluralism, and
multiculturalism in religious education is a difficulty, though. Islamic education
must change as the focus of education changes to the student. To stay up with
societal expectations and technological advancements, curriculum revision is
necessary. In Indonesia, the educational system changed to stress virtues like
cooperation and tolerance. P5 PPRA, a project-based methodology, promotes
global ideals and religious moderation in madrasas. To successfully execute
these efforts, educators must uphold humanist-multiculturalist beliefs.

Agama menumbuhkan nilai-nilai seperti perdamaian, toleransi, dan kolaborasi


melalui keterlibatan diri dalam hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan alam
semesta. Pendidikan Islam sangat menekankan pada pengembangan karakter
moral, yang dicapai dengan menggunakan strategi berbasis kemitraan dan
memadukan pengetahuan dengan kesadaran spiritual. Hukum Islam dan badan
pendidikan sangat penting untuk mengembangkan kurikulum yang seimbang.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan manusia yang cerdas dan unggul secara
moral. Namun, mempromosikan inklusivitas, pluralisme, dan multikulturalisme
dalam pendidikan agama merupakan sebuah tantangan. Pendidikan Islam harus
berubah seiring dengan perubahan fokus pendidikan kepada peserta didik.
Untuk memenuhi ekspektasi masyarakat dan kemajuan teknologi, diperlukan
revisi kurikulum. Di Indonesia, sistem pendidikan berubah menjadi
menekankan nilai-nilai kebajikan seperti kerja sama dan toleransi. P5 PPRA,
sebuah metodologi berbasis proyek, mempromosikan cita-cita global dan
moderasi beragama di madrasah. Untuk berhasil melaksanakan upaya ini,
pendidik harus menjunjung tinggi keyakinan humanis-multikulturalis.

Anda mungkin juga menyukai