A. Pengertian Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar (Knowles:1980). Menurut: UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi tersebut menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial. Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
B. Metode dan Teknik Pembelajaran Orang Dewasa
Menurut Knowles, metode pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode mencakup pembelajaran individual (individual learning method), pembelajaran kelompok (group learning method), dan pembelajaran komunitas (community learning method atau community development method).43 Teknik pembelajaran adalah cara membelajarkan yang dipilih sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Dengan kata lain, teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk melihat bahwa hubungan antara metode dan teknik pembelajaran berkaitan erat, secara umum dapat diperhatikan dari ketiga jenis metode, yakni metode pembelajaran individual, kelompok, dan komunitas. Dalam penerapan metode pembelajaran perorangan (individual learning method), maka teknik pembelajaran yang tepat untuk orang dewasa adalah tutorial, bimbingan, magang, dan sebagainya. Kemudian dalam penerapan metode pembelajaran kelompok (group learning method), teknik pembelajaran yang dipandang tepat untuk orang dewasa adalah diskusi, curah pendapat, simulasi, bermain peran, pecahan bujur sangkar, demonstrasi, dan sebagainya. Sedangkan dalam metode pembelajaran komunitas (community development/learning method), teknik pembelajaran yang sesuai untuk orang dewasa adalah kontak sosial, paksaan sosial, komunikasi sosial, aksi partisipatif, dan sebagainya. Karakteristik metode pembelajaran untuk orang dewasa adalah luwes, terbuka, dan partisipatif. Luwes adalah dapat dimodifikasi dalam penggunaannya. Terbuka maksudnya dapat menerima masukan untuk perubahan dan pengembangan metode. Partisipatif berarti bahwa peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Model pembelajaran yang dipandang cocok dengan karakteristik metode pembelajaran adalah model pembelajaran partisipatif. Dalam andragogi, pembelajaran partisipatif adalah upaya pendidik melibatkan peserta pelatihan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pembelajaran partisipatif didasari oleh prinsip-prinsip: (1) berdasarkan kebutuhan belajar (learning-needs based), (2) berorientasi pada pencapaian tujuan (goals and objectives oriented), (3) berpusat pada peserta pelatihan (participants centered), dan (4) Belajar berdasarkan pengalaman atau mengalami (experiential learning). Pembelajaran teori untuk orang dewasa hendaknya berpusat pada masalah belajar, memotivasi mereka untuk aktif dalam latihan, mengemukakan pengalamannya, membangun kerja sama antara instruktur dengan peserta latihan dan antara sesama peserta latihan, memberikan pengalaman belajar dan bukan pemindahan atau penyerapan materi. Selanjutnya pada pembelajaran praktik, orang dewasa diarahkan dapat meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas kerja, mengembangkan keterampilan baru, membantu menggunakan alat-alat dengan cara yang tepat, dan meningkatkan keterampilan. Perilaku belajar orang dewasa amat variatif dan dapat dilihat dari bermacam corak, sebagaimana jenis dan tingkatan belajar secara taksonomik, yakni belajar mengetahui (learning how to know), belajar untuk mengerjakan (learning how to do), belajar untuk belajar (learning how to learn, relearn, atau unlearn), belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems), belajar untuk hidup bersama (learning how to live together), dan belajar untuk kemajuan kehidupan (learning how to be). Kegiatan pembelajaran orang dewasa dapat berupa bimbingan, penyampaian informasi, dan pelatihan. Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar, sehingga peserta didik dewasa dapat pula belajar dari media masa, narasumber yang berhasil, dan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Dalam pengorganisasian materi pembelajaran, seharusnya orang dewasa dilibatkan dalam merencanakan tujuan dan materi pembelajaran, menentukan sistematika kegiatan belajar dengan cara menawarkan program dan kegiatan belajar, memanfaatkan pengalaman praktis pembelajar dewasa dalam kegiatan belajar, dan membuka kesempatan untuk mengganti materi pembelajaran pada saat tertentu sesuai kesepakatan dengan pembelajar dewasa. Dalam penyeleksian materi pembelajaran, materi hendaknya bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kecakapan pembelajar dewasa, berhubungan dengan masa lalu pembelajar, mementingkan hal-hal yang praktis, dan segera bisa diterapkan dalam kehidupan pembelajar dewasa. Dalam berkomunikasi terhadap peserta didik dewasa, pendidik atau fasilitator harus membuka pelajaran dengan cara yang menyenangkan, memahami dan memperhatikan keadaan peserta sebagaimana adanya tidak memonopoli pembicaraan, tidak bersifat mengadili dalam memberikan balikan, tanggapan atau komentar kepada peserta didik, terus terang, jujur dan terbuka membantu pengembangan sikap positif peserta didik, bergairah dalam bertukar pikiran dan menggunakan pilihan kata yang menunjukkan kesetaraan dengan peserta didik. Dalam penampilan fisik, pendidik atau fasilitator seharusnya tidak duduk atau berdiri pada posisi yang monoton, menggunakan kontak pandang yang merata, tidak memperlihatkan gerakan yang menunjukkan adanya ketegangan, menampilkan mimik muka yang menyenangkan, tidak berpakaian yang mencolok atau yang memancing perhatian, dan tidak pula memperlihatkan gerak yang mencerminkan kesombongan.
C. Media pembelajaran untuk pendidikan orang dewasa.
Menurut Leshin, Pollock & Reigeluth (1992) media diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok yang salah satunya yaitu, Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, dan kegiatan kelompok). Dan disini dalam konsep pendidikan orang dewasa tutor berperan sebagai media pembelajaran. Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan merupakan “pemaksa” untuk terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya bersikap positif terhadap warga belajar. Sikap seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.
D. Karakteristik dari Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Beberapa karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut : 1. Memiliki lebih banyak pengalaman hidup. 2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri. 3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu. 4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar. 5. Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa. 6. Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan. Sumber: Mappa, Syamsu & Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen P & K. Padmowihardjo, S. 2006. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suprijanto, H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan Di Malaysia Adalah Satu Usaha Berterusan Ke Arah Memperkembangkan Lagi Potensi Individu Secara Menyeluruh Dan Bersepadu Untuk Mewujudkan Insan Yang Seimbang Dan Harmonis Dari Segi Intelek