Anda di halaman 1dari 5

Model Pembelajaran Perubahan Perilaku

A. Konsep Model Pembelajaran Modifikasi Tingkah Laku


Keluarga model-model tingkah laku ini penekanannya adalah atas usaha-usaha
menciptakan sistem yang efesien bagi kegiatan-kegiatan pemebelajaran dan
modifikasi (shaping) tingkah laku dengan manipulasi penguatan (reinforcement).
Model modifikasi tingkah laku mengenal perubahan-perubahan tingkah laku lalu itu
mengutamakan perubahan-perubahan eksternal tingkah laku peserta didik beserta
deskripsinya berupa tingkah laku yang tampak. Kedalam keluarga model ini diwakili
oleh model operant conditioning (operant Conditioning Model). Model ini biasanya
dipergunakan secara luas untuk mencapai bermacam tujuan. Dapat pula dipergunakan
sebagai komplementer terhadap model-model lainnya. Dalam memilih berbagai
model biasanaya guru menggunakan strategi modifikasi tingkah laku dengan tidak
sengaja.
B. Model-model Pembelajaran Perubahan Tingkah Laku
Semua model dalam kelompok ini memiliki dasar teoritis yang sama, suatu
body of knowledge yang merujuk pada teori behavioral. Model-model ini
menenkankan pada upaya untuk mengubah perilaku yang tampak dari para siswa.
Beberapa model yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
1. Model instruksi langsung
Instruksi langsung memainkan peran yang terbatas namun penting dalam
program pendidikan yang komprehensif. Kritik terhadap instruksi langsung
memperingatkan pada kita bahwa pendekatan ini seharusnya tidak digunakan
setiap saat, untuk semua pendidikan atau untuk semua siswa. Bebrapa keunggulan
terpenting dari instruksi langsung ini adalah adanya fokus akademik, arahan dan
kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem
manajemen waktu, dan atmosfer akademik yang relatif stabil.
a. Sintaks
Tahap 1: orientasi
1. Guru menentukan materi pelajaran
2. Guru meninjau pelajaran sebelumnya
3. Guru menentukan tujuan pelajaran
4. Guru menentukan prosedur pengajar

Tahap 2: Presentasi
1. Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru
2. Guru menyajikan representasi visual atas tugas yang diberikan
3. Guru memastikan pemahaman
Tahap 3: praktik yang terstruktur
1. Guru menuntun kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa
langkah
2. Siswa merespon pertanyaan
3. Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik
yang telah benar
Tahap 4: praktik dibawah bimbingan
1. Siswa berpraktik secara semi-independen
2. Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik
3. Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun
petunjuk
Tahap 5: praktik mandiri
1. Siswa melakukan praktik secara mandiri di rumah atau dikelas
2. Guru menunda respon balik dan memberikannya di akhir rangkaian
praktik
3. Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama
b. Sistem sosial
Sistem sosial dala model instruksi langsung ini benar-benar terstruktur.
c. Peran/ tugas guru
Tugas guru adalah menyediakan pengetahuan mengenai hasil-hasil,
membantu siswa mengandalkan diri mereka sendiri, dan memberikan
reinforcement. System dukungan mencakup rangkaian tugas pembelajaran,
yang terkadang sama rumitnya dengan seperangkat materi yang dikembagkan
sendiri oleh tim instruktur.
d. System dukungan
Lingkungan instruksi langsung adalah tempat dimana pembelajaran
menjadi fokus utama dan tempat dimana siswa terlibat dalam tugas-tugas
akademik dalam waktu tertentu untuk rating kesuksesan yang tinggi.

e. Pengaruh
Model ini sebagaimana namanya adalah bimbingan dan pemberian
respon balik secara langsung. Model ini menuntun siswa untuk mendekati
materi akademik secara sistematik. Rancangannya dibentuk untuk
meningkatkan dan memelihara motivasi, melalui aktivitas pengendalian diri
dan penguatan ingatan terhadap materi-materi yang telah dipelajari.
2. Model simulasi
Simulasi pada hakikatnya di dasarkan pada prinsip sibernetik yang di
hubungkan dengan komputer. Fokus utama dalam teori ini adalah munculnya
kesamaan antara mekanisme kontrol timbal balik system elektronik dengan
sistem-sistem manusia. Dengan simulasi, tugas pembelajaran dapat di rancang
sedemikian rupa agar tidak begitu rumit daripada tampak di dunia nyata, sehingga
siswa bisa dengan mudah dan cepat menguasai skill yang tentu saja akan sangat
sulit ketika mereka mencoba menguasai di dunia nyata.
a. Sintaks
Tahap 1: orientasi
1. Guru menyajikan topik mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai
dalam aktivitas simulasi
2. Guru menjelaskan simulasi dan permainan
3. Guru menyajikan ikhtiar simulasi
Tahap 2: latihan partisipasi
1. Guru membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang
akan dipilih dan tujuan)
2. Guru menugaskan peran simulasi kepada siswa
3. Siswa melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat
Tahap 3: pelaksanaan simulasi
1. Guru memimpin aktivitas permainana dan administrasi permainan
2. Siswa mendapat umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan
pengaruh keputusan)
3. Guru menjelaskan kesalahan konsepsi
4. Siswa menlanjutkan simulasi
Tahap 4: wawancara siswa
1. Guru menyimpulkan kejadian dan persepsi
2. Siswa menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangannya
3. Guru dan siswa menganalisis proses
4. Guru dan siswa membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata
5. Siswa menghubungkan aktivitas simulasi dengan materi pelajaran
6. Guru menilai dan kembali merancang simulasi
b. System sosial
System sosial adalah simulasi yang tentu saja sangat kental. Namun,
dalam sistem yang terstruktur, lingkungan pembelajaran dengan interaksi
kooperatif bisa, dan seharusnya berkembang. Kesuksesan terakir dalam
simulasi sebenarnya juga di tentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk
berpartisipasi dalam diri siswa.
c. Peran/ tugas guru
Peran guru tidak jauh berbeda dengan fasilitator. Selama proses
simulasi ia harus menunjukkan sikap yang tidak evaluatif namun tetap
suportif. Disini guru bertugas menyajikan, lalu memfasilitasi pemahaman dan
penafsiran tentang aturan-aturan simulasi.
d. Sistem pendukung
Ada banyak sumber dalam hal ini. Misalnya saja, social science
education consortium data book yang menyajikan lebih dari lima puluh
simulasi yang cocok digunakan dalam studi sosial. Aktivitas-aktivitas simulasi
juga direview secara regular dalam jurnal social education.
e. Pengaruh
Model simulasi malalui aktivitas nyata dan diskusi di awal kegiatan
dapat menuntun pada pencapaian hasil-hasil akademik seperti konsep dan
skill, kerjasama dan persaingan, pemikiran kritis dan pembuatan keputusan,
pengetahuan sistem politik, sosial, dan ekonomi, efektifitas, kesadaran
terhadap masing-masing peran dan menerima konsekuensi yang dilakukan.

3. Operant Conditioning (Operant Conditioning Model)


Pengetahuan tentang operant conditioning model ini berasal dari ilmuwan B.F
Skinner dari hasil penleitian yang menunjukkan bahwa melalui hubungan antara
tindakan tindakan dengan konsekuensinya, kita belajar berprilaku dengan cara-
cara tertentu. Model ini merupakan proses pembelajaran melalui rewards dan
punishmant, atau disebut juga instrumental conditioning, yakni perilaku kita
biasanya menghasilkan konsekuensi. Jika aktivitas yang kita lakukan berdampak
menyenangkan (positif), maka dimasa yang akan datang kita cenderung untuk
tdak mengulangnya. Gejala ini disebut sebagai the law of effect yang sangat
fundamental bagi operant conditioning.
a. Sintaks
Fase I : Perhatian (attention)
Fase II : Penguasaan (retention)
Fase III: Penciptaan Kembali Perilaku (behavioral reproduction)
Fase IV : Motivasi (Motivation)
b. Prinsip Reaksi
1. Guru memberi model sebagaa petunjuk kepada peserta didik bagaimana
aktivitas yang efektif
2. Peserta didik melakukan aktivitas berdasarkan model (meniru) yang
diberikan
3. Guru memberi motivasi dan penghargaan
c. Sistem Sosial
1. Punishment merupakan penetapan konsekuensi negatif atas perilaku
yang tidak diinginkan. Punishment ditetapkan agar perilaku tersebut
tidak dilakukan.
2. Extinction merupakan satu proses penghilangan perilaku yang semula
diharapakan untuk dilakukan. Extinction dlakukan dengan cara tidak lagi
memberikan konsekuensi atas perilaku yang semula diinginkan tersebut
atau dengan cara mengehntikan konsekuensi positif atas perilaku yang di
hilangkan.
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukungnya terutama terletak pada kompetensi guru
mengenal karakteristik peserta didk, khususnya kondisi mental dan kejiwaan
peserta didik.

Sumber: Sarbaini. 2011. Model Mengajar Berbasis Kognitif dan Moral. Yogyakarta:
Aswijaya Pressindo.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai