Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan
salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting
dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Materi pada makalah ini akan menjelaskan mengenai Teknik dan Praktek
Penulisan Bahan ajar yang berkenaan dengan pengertian, komponen, dan
prosedur sistematika penyusunan bahan ajar yang berupa bahan ajar cetak
berupa menyusun sendiri, pengemasan kembali, dan penataan kembali.
Pengetahuan tentang hal-hal di atas merupakan dasar yang harus diperoleh
bagi Anda yang mempelajari kuliah Pengembangan Bahan Ajar dan sebagai
pencapaian kompetensi S1 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yaitu
sebagai pengembang media pembelajaran dan bahan ajar merupakan salah
satu media pembelajaran. Dan pada bab berikutnya Anda akan mempelajari
materi yang berkenaan dengan pemilihan bahan ajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu:
1. Bagaimana sistematiak penyusunan teknik dan praktek menyusun
sendiri bahan ajar?

2. Bagaimana sistematiak penyusunan teknik dan praktek pengemasan


kemabali bahan ajar?

3. Bagaimana sistematiak penyusunan teknik dan praktek penataan


kembali bahan ajar?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dalm penulisan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui sistematika penyusunan teknik dan praktek


menyusun sendiri bahan ajar

2. Untuk mengetahui sistematika penyusunan teknik dan praktek


pengemasan kembali bahan ajar

3. Untuk mengetahui sistematika penyusunan teknik dan praktek


penataan kembali bahan ajar

BAB II
PEMBAHASAN

Menulislah dengan cara apapun, asalkan Anda tahu kaidahnya.

Syamsul Arifin

Penyusunan bahan ajar, baik untuk proses instruksioal jarak jauh maupun langsung
adanya tatap muka antara pendidik/pengajar dengan peserta didik merupakan sebuah
ciri dari sebuah sistem instruksional. Bahan ajar harus disusun berdasarkan rencana

2
kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Untuk membantu mencapai sasaran,
maka bahan ajar yang dibuat juga harus mendukung kegiatan pembelajaran dalam
rangka mencapai kompetensi yang diinginkan. Siswa atau mahasiswa sekarang ini
cenderung akan mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi, seperti
televisi, internet, dan lainnya, untuk itu bahan ajar yang dikemas sebaiknya juga
menyertakan informasi-informasi terbaru yang telah ada, dan hal ini memang akan
mempersulit untuk membuat sebuah bahan ajar yang mutakhir atau terbaru. Untuk
menyiasati hal tersebut, maka dalam bahan ajar nantinya dapat dikembangkan
kemampuan peserta didik untuk menggali lebih besar lagi dari lingkungannya.

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta
didik. Alur pengembangan bahan ajar menunjukkan bahwa setelah pengembangan
bahan ajar harus diberikan pedoman peserta didik dan pedoman pengajaran yang
kesemuanya tetap didasarkan pada rencana kegiatan pembelajaran.

Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat dilakukan
melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling
sederhana sampai yang tercanggih. Mulai dari ide, pemikiran dan gaya bahasa
sendiri, sampai dengan penulisan dengan banyak kutipan.Secara umum ada tiga cara
yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak, yaitu:

1. Menyusun sendiri (starting from scratch)

2. Pengemasan kembali informasi (information repackagin atau text


transformation)

3. Penataan informasi (compilation atau wrap around text)

Cara mana yang Anda pilih perlu dipertimbangkan, pertama ketersediaan sumber
atau bahan, kedua kemampuan menulis tingkat kebutuhan belajar pembaca (peserta
didik).

1. Menyusun sendiri (starting from scratch)

3
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain
ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan
ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu
sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki
keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk
dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn
prinsip-prinsip instruksional.

Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi


kebutuhan:

a. Pengetahuan

b. Keterampilan

c. Bimbingan

d. Latihan

e. Umpan balik

Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan:

a. Analisis materi pada kurikulum

b. Rencana atau program pengajaran

c. Silabus yang telah disusun.

Menulis dengan bahasa sendiri adalah menulis dengan gaya bahasnya sendiri,
dari hasil olah pemikirannya sendiri. Proses penulisan dengan cara ini dimulai
dengan pengumpulan informasi, memahaminya, kemudian melakukan
kontemplasi dan kolaborasi pengertian-pengertian, kemudian menuangkan dalam
tulisan dengan gaya bahasanya sendiri.

Guru, dosen ataupun profesi lain, dapat menulis dengan cara ini, dengan asumsi
bahwa penulis dianggap sebagai pakar dalam bidangnya, mempunyai

4
kemampuan menulis dan juga memahami kebutuhan siswa (selanjutnya disebut
pembaca).

Penulis sebagai seorang pakar dalam bidangnya dapat menulis dan menyusun
bukunya sendiri namun dianjurkan menulis dan menyusun dengan cara
berkelompok atau kolaboratif dengan beberapa penulis lain sebidangnya (peer
group). Hal ini dimaksud untuk meningkatkan kualitas tulisan dan pengayaan ide.
Bisa jadi, seorang anggota penulis menulis dari sudut pandang terentu, sedangkan
anggota penulis yang lain menulis dari sudut pandang yang lainnya. Sehingga
dalam sebuah buku akan terasa dialog antara penulis dan pembaca. Bahkan bisa
jadi sebuah buku adalah visualisasi dari sebuah diskusi, dialog antar penulis,
yang membangun imajinasi dan pengertian-pengertian baru. Banyak buku-buku
ajar yang sukses diterbitkan dengan melakukan penulisan cara ini. Cara menulis
seperti ini yang perlu diperhatikan adalah masing-masing penulis harus paham
tentang visi, misi dan tujuan buku yang akan disusun. Kesepakatan perlu diambil
pada saat ide dicetuskan, kemudian mindmap dibuat bersama dan kerangka buku
disepakati. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pertemuan-
pertemuan untuk mendialogkan isi yang menjadi tanggung jawab masing-masing
anggota penulis.

Jika Anda memutuskan untuk menulis buku sorang diri dengan gaya bahas
sendiri, yang perlu diperhatikan adalah kekuatan penelusuran literatur,
mempunyai rekan yang bersedia membaca draf tulisan sebagai korektor sekaligus
pembanding.

Setelah Anda memperoleh ide untuk menulis buku, selanjutnya yang perlu Anda
lakukan adalah mempertimbangkan siapa calon pembaca buku Anda. Hal ini
sangat penting, karena sebagus apapun sebuah buku, jika sasaran buku tidak
jelas, buku itu akan membingungkan pembaca, tidak fokus, dan tidak
membangkitkan motivasi. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan, untuk
mengetahui kebutuhan belajar pembaca hal-hal sebagai berikut.

a. Peta kompetensi yang telah ditentukan sesuai denganrencana pembelajaran


(GBPP-SAP)

5
b. Sesuai dengan tingkat kebutuhan ranah potensi belajar kognitif, psikomotor,
dan afektif

c. Berdasarkan kontrak perkuliahan (untuk buku PT) yang telah disusun.

d. Apa yang ingin diketahui oleh pembaca terkait dengan isu-isu terini, terkait
dengan buku yang akan ditulis.

Jadi, diperlukan ketentuan dan kecermatan Anda untuk mempelajari kurikulum


pembelajaran, dan juga jangan lupa sering-sering datang ketoko atau berkunjung
kesitus-situs virtual book store.

Menulis buku dengan bahasa sendiri memang mudah dan murah karena
diperlukan ijin khusus dari penulis dan penerbit buku lain untuk menampilkan
kutipan, gambar, grafik. Namun, kelemahannya memerlukan waktu yang lama,
dan seringkali penulis dengan cara ini semangat dan motivasinya tidak
bekembang, sering dijebak dengan keadaan tidak mood.

Tim pengembang bahan ajar dapat menulis sendiri, penulisan dari awal (starting
from scratch), sebuah bahan ajar yang akan digunakan dalam kegiatan
instruksional, karena tim dianggap mempunyai kepakaran dalam bidang ilmu
terkait, mempunyai kemampuan menulis dan mengerti kebutuhan peserta didik.
Kepakaran dalam bidang ilmunya diharapkan akan meningkatkan kemampuan
dan pengetahuan peserta didik, misalnya hasil penelitian dari anggota tim,
tulisan-tulisan, atau artikel-artikel yang telah dimuat disebuah jurnal dari anggota
tim, tentunya materi-materi tersebut harus relevan dengan tujuan instruksional.

Selain mempunyai kepakaran pada materi yang akan dilibatkan dalam proses
instruksional, tim pengembang juga harus mempunyai kemampuan menulis
bahan ajar sesuai dengan kaidah-kaidah instruksional. Apabila diantara tim tidak
ada anggota yang mempunyai kemampuan dalam keterampioan menulis bahan
ajar, maka dapat menarik seorang instructional designer untuk menjadi anggota
tim, nantinya instructional designer akan memberikan saran-saran atau menyusun
bahan ajar yang baik.

6
Komponen Prosedur Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Buku yang Baik
dan Terstruktur

Penyusunan bahan ajar dapat berupa buku yang dapat dilengkapi dengan bahan-
bahan multimedia. Bahan ajar yang berbentuk buku biasanya dapat berupa sebuah
modul ajar atau buku ajar. Bahan ajar yang dikembangkan berbeda dengan buku teks.
Bahan ajar secara khusus disusun secara sistematis dalam rangka peningkatan
kualitas dan kuantitas melajar-mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang
diinginkan. Bahan ajar diberikan khusus kepada peserta didik yang akan mengikuti
proses instruksional atau biasa disebut dengan learned oriented. Bahan ajar bersifat
mandiri, sehingga dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik, jadi harus disusun
secara sistematis dan lengkap.

a. Sampul

Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang lebih banyak dari bagian
sampul, sehingga diharapkan bagian sampul diberikan gambar, kombinasi
warna dan ukuran huruf yang serasi. Untuk mempertahankan ketertarikan
atau untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik perlu diberikan
gambar atau ilustrasi. Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar
mandiri, untuk itu dalam bahan ajar diharapkan adanya sebuah spasi kosong
atau halaman kosong. Halaman kosong ini dapat digunakan oleh peserta didik
untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan ketika menggunakan bahan
ajar, jua dapat digunakan oleh peserta didik untuk beristirahat dalam proses
belajar. Penempatan halaman kosong harus diberikan secara proposional.

b. Kata Pengantar

Kata pengantar dalam buku bahan ajar memuat penjelasan peran dan fungsi
buku ajar dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sangat penting sekali
diberikan karena peserta didik memerlukan penjelasan awal mengenai buku
ajar yang akan digunakan untuk belajar mandiri. Penjelasnyang diberikan
harus mudah dipahami oleh peserta didi, meskipun penjelasan yang diberikan
bersifat umum dan tidak terlalu mendetail.

7
c. Daftar isi

Daftar isi memuat outline dari buku ajar beserta halamannya. Daftar isi wajib
ditampilkan dalam buku ajar, dengan harapan peserta didikakan mudah untuk
belajar mencari materi yang ingin dipelajari. Didalam daftar isi hendaknya
juga terdapat daftar gambar, daftar tabel beserta halamannya. Glosarium atau
senari dalam buku ajar memuat kata-kata atau istilah asing yang terdapat
dalam modul beserta arti dari istilah tersebut yang disusun berdasarkan urutan
abjad.

1. Bab pendahuluan

Bagian utama dari sebuah buku ajar adalah bab pendahuluan dan bab
pembelajaran. Komponen-komponen yang harus ada dalam bab pendahuluan
mencakup deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan, tujuan akhir, kompetensi,
dan cek kemampuan.

a. Deskripsi/tinjauan buku ajar

Deskripsi memuat tentang nama dan penjelasan singkat (rangkuman) atau


tinjauan buku ajar tentang isi buku ajar. Selain itu, perlu juga diberikan
penjelasan tentang posisi modul dalam kegiatan pembelajaran dan kaitannya
dengan modul atau kegiatan pemebalajaran yang lain. Hasil belajar yang akan
dicapai oleg peserta didik setelah mereka menggunakan buku ajar tersebut,
beserta kompetensi yang akan didapat setelah menggunakan buku tersebut,
atau setelah mengikuti kegiatan pembelajaran materi yang bersangkutan.
Secara umum, deskripsi atau tinjauan buku ajar diambil dari Rencana
Kegiatan Belajar Mengajar (biasanya didapat dari GBPP/SAP). Tinjauan
buku ajar ini penulisan nya dapat diawal atau setelah buku ajar selesai
disusun secara lengkap. Hal ini dapat dilakukan karena setelah materi lengkap
tersusun, dpat dibuat penjelasan singkat tentang isi materi. Ketika dilakukan
diawal akan memudahkan dalam mengembangkan materi yang akan dibuat
dalam buku ajar.

b. Prasyarat

8
Prasyarat memuat kemampuan awal atau kompetensi dasar lainnya yang
disyaratkan untuk mempelajari bahan ajar apabila materi yang diberikan dlam
pembelajaran merupakan materi yang berkesinambungan (rangkaian materi
berseri). Diharapkan dalan prasyarat mencantumkan secara spesifik
kemampuan yang diperlukan, misalnya berdasarkan penguasaan modul
lainnya.

c. Petunjuk penggunaan

Petunjuk penggunaan bermanfaat untuk memberikan panduan bagi peserta


didik mengenai tata cara menggunakan buku ajar. Panduan tersebut diberikan
selain kepada peserta didik juga diberikan diberikan kepada pendidik.
Panduan bagi peserta didik memuat beberapa hal, antara lain penjelasan
tentang cara belajar yang harus ditempuh dalam memahami bahan ajar,
perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh peserta didik, hasil penelitian,
peran guru dalam proses pembelajaran. Dalan petunjuk penggunaan juga
dapat diberikan mengenai urutan dan posisi setiap bab dibandingkan dengan
bab lainnya. Ketika sebuah buku ajar dilengkapi dengan bahan ajare
pendukung lainnya, misalnya CD atau audio visual, maka dalam petunjuk
penggunaan harus juga dimuat keterkaitan perangkat tembahan tersebut
dalam buku ajar, dan bagaimana menggunakan perangkat tambahan tersebut.

Peran pendidik dalam pemanfaatan buku ajar, anatara lain:

1. Membantu peserta didik untuk dapat belajar dengan baik, yaitu


melalui perencanaan proses belajar dan cara belajar.

2. Sebisa mungkin peran guru juga mengajak peserta didik untuk dapat
bekerja kelompok atau belajar secara berkelompok.

3. Membimbing peserta didik dalam pemakaian buku ajar terutama dari


tugas-tugas pelatihan yang telah dijelaskan dalam tahap belajar.

4. Memotivasi peserta didik untuk mempunyai kemauan


menambahpengetahuan dengan mencari sumber informasi lain selain
buku ajar yang sedang digunakan.

9
5. Menjawab pertanyaan peserta didik, dan melakukan diskusi di kelas
ketika sedang dilakukan proses pembelajaran tentang materi
bersangkutan.

d. Tujuan akhir

Tujuan akhir ditulis berdasarkan tujuan instruksional umum yang ada dalam
silabus.

e. Kompetensi

Kompetensi yang ditulis dalam buku ajar, yaitu menguraikan tentang


kompetensi yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan yang telah
digariskan dalam tujuan instruksional dalam silabus. Misalnya kompetensi
utama, sub kompetensi yang akan didapatkan peserta didik, kriteria unjuk
kerja (biasanya terdapat dalam buku ajar untuk siswa-siswa kejuruan), ruang
lingkup kompetensi, keterampilan yang dimuliki, sikap dan pengetahuan dari
peserta didik.

2. Bab pembelajaran

Penyusunan Bab Pembelajaran disusun berdasarkan urutan bab per bab


sebagaimana kegiatan pembelajaran dikelas atau dilapangan. Dengan kata lain,
susunan dan urutan bab disesuaikan dengan kegiatan pertemuan antara pendidik
dan peserta didik. Dalam penyusunan bab pembelajaran ini, pendidik diharapkan
membayangkan dirinya sedang bertatap muka dengan peserta didik, sehingga
kalimat yang digunakan juga dapat digunakan kalimat yang lebih komunikatif,
bahasa yang digunakan bersifat dialogis, sederhana, dan bisa juga tidak formal.
Bab pembelajaran memuat beberapa kegiatan belajar dari satu sampai yang
kesekian (ke-n), tergantung dari jumlah materi yang ingin disampaikan (sesuai
dengan silabus.

Susunan bab ke bab lainya dan susunan komponen-komponen dalam setiap bab
menggambarkan strategi instruksional yang biasanya terjadi dalam proses
pembelajaran menggunakan metode tatap muka, yaitu dimulai dengan

10
pendahuluan, uraian materi, penutup (yang dapat terdiri atas rangkuman, tugas
formatif, jawaban tugas formatif dan dapat dilengkapi dengan lembar kerja).

a. Pendahuluan

Pendahuluan meliputi deskripsi singkat atau gambaran umum tentang


cakupan bab dimaksud.

b. Uraian materi

Uraian atau penjelasan materi secara rinci merupakan bagian utama yang
akan membawa peserta didik mempunyai kompetensi-kompetensi yang
diharapkan. Untuk itu, bahan ajar semaksimal mungkin memanfaatkan alat
bantu belajar yang akan membantu peserta didik memahaminya. Alat bantu
yang dapat dimuat dalam uraian materi antara lain berupa diagram-diagram,
analogi-analogi (biasanya dialogikan dengan keadaan sekitar yang mampu
dipahami oleh peserta didik), pertanyaan-pertanyaan yang membuka peluang
bagi peserta didik untuk mencari sumber informasi lainnya, dan sebagainya.
Bahan ajar dapat dilengkapi dengan buku teks sebagai bagian utama dari
penyajian, sehingga peserta didik apabila ingin lebih memahami materi yang
diberikan dapat langsung memperoleh penyelesaiannya atau mendapatkan
jawabannya.

c. Rangkuman

Rangkuman dalam setiap bab memuat hal penting yang patut menjadi
perhatian peserta didik untuk dapat dimanfaatkan dalam mempelajari bab
lainnya, atau untuk dapat dimanfaatkan peserta didik dalam belajar. Hal ini
harus menjadi perhatian tim pengembangan bahan ajar, karena beberapa
peserta didik mungkin memulai belajar mandiri dengan membaca rangkuman
setiap bab. Pernyataan dalam rangkuman harus berisi pengetahuan yang
mendasar dari uraian materi

d. Tugas, Tes Formatif, dan Kunci Jawaban

11
Setelah diberikan rangkuman, selanjutnya didalam bahan ajar perlu diberikan
tugas-tugas dalam rangka memberikan kemampuan atau pengetahuan
tambahan bagi peserta didik. Tugas yang disampaikan tetap berpedoman atau
mengacu pada tujuan instruksional dan kompetensi yang diinginkan. Hasil
pekerjaan dari tugas yang dikerjakan oleh peserta didik harus dibahas ketika
ada pertemuan atau tatp muka. Diskusi ini juga merupakan umpan balik dari
kegiatan belajar mandiri peserta didik. Hasil diskusi akan memperlihatkan
pencapaian hasil belajar peserta didik, dan pensisik dapat memutuskan
kegiatan berikutnya, apakah peserta didik harus lebih mendalami materi yang
sama (mengulang) atau dapat menlanjutkan ke bab selanjutnya.

Selain dari tugas yang diberikan, untuk memperlihatkan kemampuan pada


peserta didik dalam mengukur sendiri hasil belajar atau pengetahuan yang
didapat dari belajar mandiri adalah denan memberikan tes formatif beserta
kunci jawabannya. Tes formatif merupakan seperangkat tes acuan sebagai
patokan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami uraian
materi dan pencapaian hasil belajarnya sesuai dengan tujuan instruksional
khusus. Peserta didik dapat mengukur kemampuannya dengan
membandingkan jawaban antara jawabannya sendiri dan jawaban yang ada
dalam bahan ajar. Dalam kunci jawaban sedapat mungkin juga diberikan
penjelasan mengapa jawaban tersebut benar dan jawaban yang lain salah.

e. Lembar kerja

Lembar kerja memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta


didik untuk mencapai tujuan instruksional. Lembar kerja ini harus ada,
khususnya dalam kegiatan instruksional yang menekankan pada keterampilan
motorik, misalnya bagis siswa yang disekolah-sekolah kejuruan, dan lainnya.

f. Daftar pustaka

12
Daftar Pustaka yang ditulis merupakan khusus yang digunakan untuk materi
pembelajaran ini, pustaka yang digunakan bisa buku teks, buku ajar, terbitan
berkala, dan lainya yang lazim.

Selain mencakup enam hal utama dalam bahan ajar, sebaiknya bab pembelajaran
juga memuat informasi singkat dari kegiatan belajar. Informasi ini dapat diletakkan
disetiap halaman depan bagian kegiatan belajar sehingga informasi ini juga
bermanfaat sebagai lembar penyekat antara kegiatan belajar yang satu dengan yang
lainnya.

2. Mengemas Kembali (information repackagin atau text transformation)

A. Pengertian Mengemas Kembali

Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian materi


individual, sehingga materi pelajaran dikemas untuk dapat dipelajari secara
mandiri.

Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar


sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks
dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk
bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat
dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Bahan
atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan
gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (digubah), juga diberi
tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan
belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri
kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat
diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari
pengarang buku aslinya.

B. Prosedur dalam mengemas kembali

13
Beberapa pertimbangan dalam mengemas kembali bahan ajar diantaranya
adalah :

1. Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai

Kesesuaian antara pengemasan bahan pelajaran dengan tujuan yang harus


dicapai, seperti yang dirumuskan dalam kurikulum secara teknis harus
menjadi pertimbangan pertama, sebab dalam pendekatan sistem tujuan
adalah komponen utama dalam proses pembelajaran . artinya apapun
yang direncanakan termasuk pengemasan materi pelajaran diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal .

2. Kesederhanaan

Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk mempermudah siswa


belajar. Dengan demikian, kesederhanaan pengemasan merupakan salah
satu pertimbangan yang harus diperhatikan.

Pengemasan tersebut bukan hanya tercerminkan dari bentuk


penyajiannya, misalnya dari bentuk dialog yang tidak banyak
menggunakan kalimat majemuk, bahasa yang komunikatif, dan mudah
ditangkap maknanya atau mungkin kesederhanaan dalam perintah
penggunaan bahan ajar yang lebih praktis.

3. Unsur- unsur desain pesan

Dalam setiap kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption,


pengemasan materi yang hanya terdiri atas gambar atau caption saja akan
mengurangi makna penyajian informasi. Walaupun bahan pelajaran
dikemas dalam bentuk visual, misalnya, unsur caption harus menjadi
bagian dari teknik penyajian, sebab salah satu kriteria keberhasilan
pengemasan adalah apakah pengemasan pesan atau informasi yang
disajikan itu mudah dipahami atau tidak. Agar mudah dipahami, maka
penyajian pesan dan informasi harus menyertakan unsur gambar dan
caption.

14
4. Pengorganisasian bahan

Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian- bagian menuju


keseluruhan, bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami manakala
disusun dalam bentuk unit-unit terkecil atau dalam bentuk pokok bahasan
yang dikemas secara induktif. Selesai siswa mempelajari unit tertentu
segera umpan balik, demikian seterusnya sampai siswa menguasai materi
secara keseluruhan secara tuntas.

5. Petunjuk cara penggunaan

Dalam bentuk apapun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara


penggunaannya, hal ini sangat penting, apalagi seandainya bahan ajar
dikemas untuk pembelajaran mandiri seperti modul, pengajaran
berprograma ( program teaching ) atau mungkin CD interaktif dan
pembelajaran melalui kaset.

C. Komponen dalam Mengemas Kembali

Bentuk-bentuk pengemasan kembali adalah :

1. Materi pelajaran terprogram

Materi pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian materi


pelajaran individual, sehingga materi pelajaran dikemas untuk dapat
dipelajari secara mandiri. Terdapat beberapa ciri dari materi pelajaran
terprogram yaitu :

a. materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian kecil

Dari seluruh materi pelajaran yang harus dikuasai, materi itu dibagi
dalam bagian terkecil. Siswa mempelajari setiap bagian itu secara
bertahap dari mulai bagian awal sampai bagian akhir. Setiap siswa
selesai mempelajari bagian atau unit, langsung diberikan tes yang
dengan segera pula diberikan umpan balik dan diberikan
reinforcement (penguatan).

15
b. menuntut aktivitas siswa

Penyajian materi terprogram menuntut aktivitas siswa, artinya dalam


mempelajari materi pelajaran siswa tidak mengandalkan orang lain di
luar dirinya, akan tetapi belajar sendiri. Dengan demikian, siswa yang
cepat belajar akan cepat menyelesaikan materi pelajaran yang
disajikan, sebaliknya siswa yang lambat akan lambat pula
menyelesaikan bahan pelajaran.

c. mengetahui dengan segera setiap selesai mempelajari materi


pelajaran

Dalam pengemasan materi terprogram siswa dapat segera mengetahui


keberhasilannya. Oleh sebab itu, setelah mempelajari satu bagian
tertentu diberikan item tes yang berfungsi sebagai kontrol terhadap
pemahaman materi dan setelah itu diberikan tentang kemungkinan
jawaban.

Materi terprogram bisa dikemas dalam bentuk tercetak ( printed


material ), yang kemudian dikenal dengan pengajaran terprogram
( program teaching ) atau bisa dalam bentuk non-cetak seperti dalam
bentuk video dan komputer ( computer based instructional ).

2. Pengemasan materi pelajaran melalui modul

Pengemasan materi pelajaran modul merupakan bentuk pengemasan


materi pelajaran individual. Modul adalah satu kesatuan program yang
lengkap, sehingga dapat di pelajari oleh siswa secara individul. Sebagai
bahan pelajaran yang bersifat mandiri, maka materi pelajaran dikemas
sedemikian rupa sehingga melalui modul siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa terikat oleh waktu, tempat dan hal-hal lain di luar dirinya
sendiri.

Dalam sebuah modul minimal berisi tentang :

16
a. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam
bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.

b. Petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana seharusnya


siswa mempelajari modul

c. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari


oleh siswa

d. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran

e. Tugas dan latihan

f. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari


untuk memperdalam dan memperkaya wawasan

g. Item-item tes, yakni soal-soal yang harus dijawab untuk


melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran

h. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa


dalam mempelajari modul

i. Kunci jawaban

3. Kompilasi

1) Pengertian Kompilasi
Secara etimologis, kompilasi berarti kumpulan/himpunan yang tersusun
secara teratur. Kompilasi diambil dari compilation (Inggris) atau compilatie
(Belanda) yang diambil dari kata compilare, artinya mengumpulkan bersama-
sama, seperti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan
di mana-mana. Istilah ini kemudian dipergunakan dalam bahasa Indonesia
kompilasi, sebagai terjemahan langsung.
Dalam kamus Websters Word University, kompilasi (compile) didefinisikan:
mengumpulkan bahan-bahan yang tersedia ke dalam bentuk teratur, seperti
dalam bentuk sebuah buku, mengumpulkan berbagai macam data. Kamus
New Standard yang disusun oleh Funk dan Wagnalls, mengartikan: Suatu
proses kegiatan pengumpulan berbagai bahan untuk membuat sebuah buku,

17
tabel, statistik atau yang lain dan mengumpulkannya seteratur mungkin
setelah sebelumnya bahan-bahan tersebut diseleksi. Sesuatu yang
dikumpulkan seperti buku yang tersusun dari bahan-bahan yang diambil dari
sumber buku-buku. Menghimpun atau proses penghimpunan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompilasi adalah
suatu kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang diambil dari
berbagai buku maupun tulisan mengenai sesuatu persoalan tertentu.
Pengumpulan bahan dari berbagai sumber yang dibuat oleh beberapa penulis
yang berbeda untuk ditulis dalam suatu buku tertentu, sehingga dengan
kegiatan itu semua bahan yang diperlukan akan dapat ditemukan dengan
lebih mudah.

2) Prosedur Penyusunan Kompilasi


Untuk menyusun sebuah bahan ajar kompilasi terdapat beberapa langkah
yang harus dilakukan antara lain yaitu:
a. Kumpulkan seluruh bahan yang akan dijadikan acuan, seperti yang
tercantum dalam GBPP atau silabus.
b. Tentukan bagian-bagian buku atau sumber yang sesuai GBPP atau
silabus
c. Fotocopy seluruh bagian sumber yang digunakan per pokok bahasa.
d. Pilah-pilahlah berdasarkan urutan pokok bahasan
e. Buatlah halaman penyekat untuk masing-masing pokok bahasan
f. Jilidlah dengan rapi
Kompilasi disusun sendiri oleh guru dengan mengumpulkan bahan yang ada
sehingga kompilasi memiliki kelebihan yaitu materi yang disajikan akan
lebih sesuai dengan tujuan masing-masing SK dan KD materi. Selain itu
kekurangan materi masing-masing buku dapat ditanggulangi dengan
kompilasi ini karena kompilasi memang sengaja disusun oleh guru dari
beberapa sumber yang ada sehingga memudahkan siswa mencari informasi.
Namun kompilasi juga memiliki kekurangan dari segi penyajian visualnya.
Jika guru yang menulis kompilasi kurang kreatif dalam penyajian, tidak akan
memberikan motivasi kepada siswa untuk membacanya.
Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi
seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran,
dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi
(kompilasi).

18
Proses penataan informasi hampir sama dengan proses pengemasan kembali
informasi. Namun dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang
dilakukan terhadap bahan ajar yang diambil dari buku atau informasi yang
ada di pasar. Jadi materi dikumpulkan kemudian difoto copy secara langsung.
Sumber materi berasal dari buku teks dan sebagainya tersebut, dipilah-pilah,
kemudian disusun berdasarkan tujuan atau standar kompetensi atau mengikuti
silabus.
Disamping itu materi dilengkapi dengan pedoman belajar untuk siswa, yang
berisi: petunjuk penggunaan materi, latihan-latihan, dan tugas yang perlu
dilakukan siswa, umpan balik. Materi tambahan berupa pedoman belajar
untuk siswa perlu disusun oleh guru berdasarkan tujuan/standar kompetensi,
indikator kompetensi, dan silabus.
Penataan berurutan berdasarkan standar kompetensi dan indikator atau tujuan
pembelajaran. Setelah tersusun rapi, guru memberi halaman penyekat berisi:
nomor pertemuan, Tujuan Pembelajaran (kompetensi), pokok bahasan dan
diskripsi singkat, bahan bacaan yang dikompilasi, tugas, dan lain-lain yang
perlu diketahui siswa.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

19
Dalam menulis bahan ajar cetak Secara umum ada tiga cara yang dapat
dilakukan yaitu: pertama, Menulis sendiri (Starting From Scratch). Bahan ajar dapat
ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru
dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok,
dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan
juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu.
Kedua. Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging). Dalam
pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal
(from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang
sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi
karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta
didik dalam proses instruksional. Ketiga, Penataan informasi (Compilation atau Wrap
Around Text). Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui
kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran,
dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi
(kompilasi).

20

Anda mungkin juga menyukai