Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Arikunto (2010 :3) mengemukakan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam kelas secara bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

B. Latar Penelitian

Penelitian ini diadakan di SMP Negeri 2 Pleret pada bulan Mei

semester 2 Tahun ajaran 2013/2014.

C. Subjek dan Objek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri

2 Pleret semester 2 Tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan objek dalam

penelitian ini adalah pembelajaran Meaningful Learning melalui Mind

Maps.

27
28

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam

penelitian ini mengacu pada arul spiral Hopkins. Alur spiral penelitian

tindakan kelas menurut Hopkins sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi

Tindakan/Observasi Perbaikan Rencana

Refleksi

Tindakan/Observasi

Perbaikan Rencana

Refleksi

Tindakan/Observasi

Dan seterusnya

Gambar 1. Spiral penelitian Tindakan kelas Menurut Hopkins ( Arikunto,

Suhardjono dan Supardi 2008 : 105)


29

1. Tahap Perencanaan

Langkah kegiatan pada tahap ini meliputi :

a. Melakukan studi literature guna memperoleh teori yang akurat

mengenai permasalahan yang akan dikaji.

b. Menentukan sekolah yang akan dikajikan tempat pelaksanaan

penelitian

c. Melaksanakan studi pendahuluan di sekolah tempat penelitian ini

akan dilaksanakan, hal ini dilaksanakan untuk mengetauhi masalah

dan kondisi siswa dalam proses belajar mengajar.

d. Menentukan subjek / kelas penelitian.

e. Menyusun instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran yang

berupa Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kegiatan Siswa (LKS), tes yang berupa pilihan ganda untuk

mengukur aspek kognitif.

f. Mengkonsultasikan instrumen dan menentukan mana yang akan

digunakan (men- judgemen istrumen penelitian).

g. Menguji coba instrumen (soal pilihan ganda untuk mengukur

aspek kognitif) yang telah di judgement pada kelas lain yang

bukan merupakan kelas sampel.

h. Menganalisis hasil instrumen, kemudian menentukan soal mana

yang layak untuk dijadikan instrument penelitian.


30

2. Tahap Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merancang

Renacana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Meaningful Learning

melalui Mind Maps untuk meningkatkan hasil belajar. Sebelum

menerapkan pembelajaran Meaningful Learning dengan melalui

Mind Maps guru membuka pelajaran dengan salam, menanyakan

kabar, menanyakan kesiapan untuk memulai pelajaran, menyampaikan

tujuan pembelajran dan mengadakan pretest. Selanjutnya guru

menerapkan dengan pembelajaran Meaningful Learning melalui Mind

Maps pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Langkah-langkahnya

sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mengemukakan konsep/permasalah yang akan ditanggapi

oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif

jawaban.

c. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang

anggotanya 2-3 orang.

d. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.

e. Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya, guru mencatat

di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

f. Dari data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau

guru memberikan bandingan sesuai konsep yang disediakan.


31

3. Tahap Observasi

Observasi dalam penelitian ini menggunakan beberapa

instrument yaitu melalui lembar hasil karya siswa berupa peta konsep

dan lembar tes hasil belajar siswa.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan data yang diperoleh selama pembelajaran.

Hasil dari analisis data yang diperoleh pada tiap siklus digunakan

untuk memahami masalah dan hambatan yang terjadi selama tindakan

diberikan. Hasil refleksi ini akan digunakan untuk merencanakan

tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrument pengumpulan data dalam penelitian adalah

dokumentasi, tes, dan observasi. Maksud dari pengumpulan data ini

adalah untuk memperoleh data yang lengkap, objektif dan dapat

dipertanggung jawabkan serta sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar, dan foto. Dokumentasi

merupakan perlengkapan penggunaan teknik pengumpulan data

berupa observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dalam

dokumentasi adalah hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika

SMP Negeri 2 Pleret.


32

2. Tes

Dalam penelitian ini tes yang digunaan adalah tes tertulis

dalam bentuk posttest. Dalam penyusunan soal harus diperhatikan

sebaran tingkat kognitifnya. Tingkat kognitif merupakan taksonomi

bloom, ada enam macam yaitu: C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman),

C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). Penelitian

ini hanya membatasi pada ranah kognitif C1-C3. Tes tertulis

dinyatakan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban

a, b, c, dan d dengan skor benar bernilai 1 dan salah bernilai 0. Soal tes

ini untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk mengamati hasil belajar dengan

cara mengumpulkan data kuantitatif ( hasil tes dan presentasi). Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah soal tes berupa pilihan

ganda.

F. Uji Validitas Instrumen Penelitian

1. Validitas logis

Validitas logis untuk sebuah instrumen penelitian menunjuk

pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid

berdasarkan penalaran. Validitas logis dapat dicapai apabila instrumen

disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat


33

disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi

langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.

Ada dua macam validitas logis yaitu validitas isi dan validitas

konstruksi. Sebuah tes dikatakan validitas isi apabila mengukur tujuan

khusus yang sejajar dengan materi pelajaran yang diberikan.

Sedangkan sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila

butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek

berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus

(Arikunto, 2009: 80-83).

Secara teknis pengujian validitas logis dapat dapat dibantu

dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Untuk menguji validitas

logis, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Dalam

hal ini setelah instrumen dibuat dengan berlandaskan teori tertentu,

maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen ahli. Dosen ahli

diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.

Mungkin dosen ahli akan memberi keputusan: instrument dapat

digunakan tanpa adanya perbaikan, dan mungkin dirombak total.

(Sugiyono, 2010: 177)

a. Validitas empiris

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris

apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat

diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan


34

ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan

melalui pengalaman.

Uji validitas empiris dalam penelitian ini meliputi:

1. Uji validitas butir soal

Untuk menguji validitas butir soal uji coba instrumen

digunakan rumus korelasi product moment dengan angka

kasar:

N ∑ XY −(∑ X)(∑Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X )}{N ∑ Y −(∑Y ) }
2 2 2 2

(6)

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara product moment

N = jumlah peserta tes

∑X = jumlah skor butir soal

∑Y = jumlah skor total


2
∑X = jumlah kuadrat skor butir soal

∑XY = jumlah hasil kali skor butir soal

(Arikunto, 2012 : 87)

Kriteria keputusan :

Jika r hitung ≥ r tabel , maka butir soal yang diuji dinyatakan valid.

Jika r hitung ≤ r tabel , maka butir soal yang diuji dinyatakan tidak

valid.

( Arikunto, 2012 : 89)


35

2. Uji daya beda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan

siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menganalisis daya

pembeda digunakan rumus sebagai berikut :

BA BB
D= − =P A −PB (7)
JA JB

Keterangan :

D = indek diskriminasi

J = jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas

JB = banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

soal itu dengan benar

BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes hasil

belajar, digunakan rumus K-R 20 sebagai berikut :


36

( )( )
2
n S ∑ pq
r 11= (8)
n−1 S
2

Keterangan :

r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item yang benar

q = proporsi subjek yang menjawab item yang salah (1-p)

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes ( akar varians)

(Arikunto, 2012 : 115)

Dimana


2
∑x (9)
S=
N

Keterangan :

S = standar deviasi dari tes

x = simpangan X dari X yang dicari X - X

N = banyaknya subjek pengikut tes

(Arikunto, 2012 : 112)

Kriteria keputusan:

Jika r hitung >r tabel , maka butir soal yang diuji dinyatakan reliable.

G. Teknik Analisis Data


37

Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang

ditempuh dalam mengelola atau menganalisis data. Hasil penganalisian

memberi gambaran, arah serta tujuan, dan maksud dari penelitian. Dalam

teknik analisis data ini, data yang telah dianalisis secara deskriptif

kualitatif yang menyajikan data dalam bentuk uraian serta pembahasan

berdasarkan hasil penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan

antara lain :

1. Analisis data tes

Data nilai tes (pretest dan posttest) digunakan untuk mengukur

hasil belajar dari aspek kognitif, maka dilakukan analisis terhadap

butir soal dengan rumus:

T
KB= ×100 % (10)
Tt

Keterangan :

KB = ketuntasan belajar

T = jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = jumlah skor total

(Trianto, 2011 : 241)

Setiap siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individu) jika

jumlah jawaban benar siswa ≥ 70% dan suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut mendapat ≥

85% siswa yang tuntas belajarnya. Rumus untuk mengetahui

ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:


38

f
P= × 100 % (11)
N

Keterangan :

P = angka presentase

f = frekuensi nilai siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70

N = jumlah siswa yang mengikuti tes

(Sudijono, 2014 :43)

2. Analisis data observasi

Data yang diperoleh dari lembar kerja siswa dalam kinerja

guru. Pada masing-masing lembar observasi dilakukan penskoran

sesuai dengan aspek yang diamati. Dalam penelitian ini aspek yang

diamati adalah aspek kognitif.

Anda mungkin juga menyukai