Anda di halaman 1dari 21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri

1percut sei tuan yang beralamat di Jl. Kolam No.3 Medan Estate, Medan

Estate,waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.

B. Populasi dan sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan siswa yang dijadikan objek penelitian, yaitu

seluruh siswa kelas X Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2017/2018 sebanyak 2 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-TIPTL 1 dan kelas X-TIPTL 2

yang dipilih secara acak. Kelas X-TIPTL 1 sebagai kelas kontrol 1 dengan model

pembelajaran discovery dengan jumlah 32 siswa, dan kelas X-TIPTL 2 sebagai

kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran problem based learning dengan

jumlah 32 siswa.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa :

Variabel bebas : Pembelajaran dengan menggunakan model Discovery

Learning dan Problem Based Learning (PBL)

35
36

Variabel terikat : Hasil belajar siswa mata pelajaran Dasar dan Pengukuran

Listrik.

D. Jenis dan Rancangan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen, yaitu penelitian

yang berusaha mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar antara dua kelas

yang diberikan dengan perlakuan yang berbeda. Dalam pelaksanaan penelitian

ini, masing – masing kelas diajarkan dengan materi yang sama dan dengan

pengajaran yang berbeda yaitu kelas pada kelas eksperimen 1menggunakan

model pembelajaran discovery learning, dan pada kelas Eksperimen 2

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Rancangan

penelitian eksperimen dengan desain : two group postes design. Hasil belajar

Dasar dan Pengukuran Listrik diketahui dengan memberikan tes pada kedua kelas

sesudah diberikan perlakuan. Adapun desain penelitian yang digunakan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Tes akhir

I T

II T

Keterangan :

I :Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

discovery Learning

II :Kelas yang diajarkan dengan menggukan model pembebelajaran

Problem Based learning


37

T : post tes

: Perlakuan untuk kelompok I

: Perlakuan untuk kelompok II

Untuk mengontrol variable maka: (1) Metode mengajar yang digunakan

pada kedua kelompok sampel berbeda, (2) Materi pelajaran yang diajarkan harus

sama, (3) Soal yang diberikan harus sama,

Berikut terdapat asumsi kesamaan kemampuan awal pada kedua kelompok

perlakuan, diantaranya sebagai berikut: 1) umur siswa pada kedua kelompok

perlakuan adalah sama, 2) setiap kelas terdistribusi siswa yang pintar, 3) program

keahlian kedua kelompok perlakuan sama, 4) fasilitas dan perlengkapan

pembelajaran dalam kedua kelompok perlakuan adalah sama.

E. Prosedur penelitian

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini, persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian

meliputi:

a. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

b. Melakukan observasi awal untuk melihat langsung proses pembelajaran

disekolah dan melakukan wawancara kepada guru bidang studi instalasi

tenaga listrik

c. Membuat perencanaan penelitian berupa penyusunan proposal

d. Persetujuan proposal penelitian

e. Mengurus surat izin penelitian


38

f. Melakukan uji coba instrument tes terhadap soal yang akan diberikan

kepada siswa sebagai sampel penelitian

Langkah-langkah Tahap persiapan sebagai berikut: (a) Menyusun rencana

kegiatan pembelajaran sebagai panduan penelitian dalam proses pencapaian

tujuan yang diinginkan, (b) Menyusun instrumen soal tes untuk memperoleh data

tentang hasil belajar siswa dan instrumen observasi untuk mengetahui sikap,

keterampilan dan aktivitas siswa.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan kelas sampel dari populasi

b. Memberikan perlakuan kepada kedua kelas. Pada kelas X TIPTL 1

dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan

pada kelas X TIPTL 2 dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning

c. Menyiapkan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang akan

diajarkan.

d. Melakukan posttest pada kedua kelas untuk mengetahui hasil

belajar siswa terhadap materi yang telah diajarkan

e. Peneliti melakukan analisis data posttest dengan uji normalitas, uji

homogenitas, uji t, uji hipotesis serta menarik kesimpulan dan saran.

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 kali perlakuan pada setiap kelas

yang menjadi sampel dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

(a) Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada, (b) Melakukan

pengajaran pada Kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dan


39

penilaian untuk mengetahui aktivitas, sikap dan keterampilan siswa selama

pembelajaran.

Langkah - langkah dalam melakukan pengajaran Discovery Learning: (1) 

Menyampaikan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif

(dari contoh generalisasi), (2) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif

sendiri sesuai dengan indentifikasi masalah yang disepakati, (3) Membantu

peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) dengan cara membaca

referensi, data, dan informasi yang terkait dengan materi, (4) Guru bersama siswa

memperifikasi hasil kerjanya, (5) Membantu siswa merumuskan prinsip dan

generalisasi hasil penemuannya. Melakukan pengajaran pada Kelas eksperimen 2

dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning. Selama 

pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas, sikap

dan keterampilan siswa selama pembelajaran  Langkah-langkah   

dalam  melakukan pengajaran problem based learning (1) pertama - tama siswa di

sajikan suatu masalah, (2) siswa mendiskusikan masalah dalam sebuah kelompok 

kecil, (3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai 

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan  dan pemecahan masalah dengan men

ggunakan bahan ajar yang telah disediakan, (4) Siswa menyajikan solusi atas

masalah, (5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan.

Tahap akhir

Tahap akhir penelitian ini penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk

skripsi.
40

F. Defenisi Operasional

Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi dan diperkirakan

sebagai sebab yang berpengaruh pada variabel terikat. Terdapat dua variabel

bebas dalam penelitian ini, yaitu: Variabel bebas pertama adalah dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning merupakan metode

belajar berbasis pencarian, penyeledikan, pembelajaran Discovery Learning

adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi

sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif

dengan konsep dan prinsip – prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan

prinsip – prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. dan digunakan sebagai kontrol .

Variabel bebas kedua adalah dengan menggunakan model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) (problem based learning) merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga

merangsang peserta pendidik untuk belajar. Dalam kelas menerapkan

pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk kehidupan

identik dengan menghadapi masalah.

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat adanya variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini

adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik

siswa kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2012:148) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati . Secara


41

spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah teknik pemberian tes. Instrumen tes yang digunakan

bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar siswa adalah tes untuk post-test

(hasil belajar). Adapun tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 35

soal dengan empat pilihan jawaban. Tes ini disusun berdasarkan buku pegangan

guru dan kumpulan soal-soal materi pelajaran.

Kriteria penilaian adalah skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk

yang salah. Validitas yang digunakan dalam penyusunan instrumen penelitian ini

adalah validitas isi yaitu validitas yang disusun dengan materi pelajaran.

1. Tes Hasil Belajar

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

sesudah perlakuan pengajaran melalui tes seperti yang telah dijelaskan di atas

dimana: Post test dilaksanakan setelah materi pelajaran diberikan yang bertujuan

untuk mengetahui sampai dimana hasil pengajaran yang telah dilaksanakan.

Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:

Keterangan :

Tabel 3.2 Kisi - kisi Instrumen Tes Hasil Belajar DPL

Materi
Jum
No Indicator Pokok Ranah Kognitif
Lah
C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 Mendeskri Elemen pasif: 4,6,12 18, 29 12

psikan 5,
-resistor dan 1,22, 19,
42

elemen resistansi 28

pasif
-induktor dan
dalam
induktansi
rangkaian
-kapasitor dan
arus listrik
kapasitansi 30 32
searah

Elemen aktif

-sumber arus

-sumber

tegangan

2 Mendeskri Bahan – bahan 17, 26

psikan listrik
27
bahan –
- Isolator
14,
bahan
2, 24,
- Konduktor 10
listrik 20,
16 25
- Semikonduktor
33

3 Mengguna Rangkaian 11, 3,7, 8,9 23 10

kan resistif arus


6,15 13 10,3
elemen searah:
1
pasif
-seri
43

dalam -paralel

rangkaian
-seri parallel
listrik arus
-hukum ohm
searah

4 Mendeskri System satuan 34, 21

psikan internasional
35
konsep 3
Lambang dan
besaran
satuan
listrik

5 Jumlah

9 6 7 8 2 3 35

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek

yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4),

sistesis (C5) dan evaluasi (C6).

a. Pengetahuan yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah

tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional

yang dapat digunakan, diantaranya mendefinisikan, mengidentifikasi,

mencocokkan, menyebutkan.

b. Pemahaman yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru

dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-

hal lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya


44

membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, menuliskan

kembali.

c. Penerapan yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-

teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata operasional yang dapat

digunakan, diantaranya mengerjakan dengan teliti, menunjukkan,

menggunakan.

d. Analisis yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau

komponen pembentuknya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan

diantaranya mengurai, menggambarkan kesimpulan.

e. Sintesis yaitu jenjang kemampuan yang menutut peserta didik untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

faktor. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah

menggolongkan, menyusun, menyimpulkan.

f. Evaluasi yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan. Kata kerja

operasional yang dapat digunakan yaitu membandingkan, menilai,

menafsirkan.

2. Uji Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau

kesahihan suatu alat ukur. Rumus yang digunakan dalam validitas test ini adalah

korelasi Product Moment yakni:


45

rpbi=
(Arikunto S, 2013:93)

Keterangan:

pbi

y =Koefisien korelasi biserial

M =Rerata skor dari subjek yang menjawab benar

M =Rerata skor total

S =Standar deviasi dari skor total

p =Proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

Rumus ini dipergunakan untuk menghitung rhitung pada taraf signifikan 5%

dimana jika yhitung > ytabel maka butir soal tersebut dikatakan “tidak valid” namun

sebaliknya jika yhitung < ytabel maka butir soal tersebut dikatakan “valid”. Untuk

mengadakan interpretasi mengenai besarnya korelasi adalah sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : Validitas sangat tinggi


46

Antara 0,600 sampai dengan 0,790 : Validitas tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,590 : Validitas cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,390 : Validitas rendah

Lebih rendah dari 0,200 : Validitas sangat rendah

3. Uji Reliabilitas Tes

Untuk menentukan reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus

kruder K-R. 20 sebagai berikut:

(Arikunto S, 2013:115)

Dimana:

r11 = Reabilitas instrument test

k = Banyaknya butir pertanyaan

p = Proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar

q = Proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q

SB = Standar deviasi dari tes

Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen, soal dinyatakan realiable

apabila rhitung > rtabel. Reliabilitas tes yang diperoleh dari hasil perhitungan

dihubungkan dengan indeks korelasi yaitu :

0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi

0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi

0,400 sampai dengan 0,599 : cukup

0,200 sampai dengan 0,399 : rendah


47

lebih rendah dari 0,200 : sangat rendah

4. Daya pembeda soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai ()berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda dihitung dengan rumus:

Arikunto S, 2013:228)

Keterangan :

D = Daya beda

BA = Banyaknya responden kelompok atas menjawab benar

BB = Banyaknya responden kelompok bawah menjawab benar

JA = Jumlah responden kelompok atas

JB = Jumlah responden kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Harga daya pembeda dikonfirmasikan dengan kriteria sebagai berikut:

D : 0,00-0,20 = Buruk

D : 0,20-0,40 = Cukup

D : 0,40-0,70 = Baik
48

D : 0,70-1,00 = Baik Sekali

5. Taraf Kesukaran Soal

Indeks kesukaran soal ditentukan dengan menggunakan rumus :

(Arikunto S, 2013:223)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS = Jumlah siswa

Dengan kriteria taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut (Arikunto,

2013).

0,00-0,30 = Sukar

0,31-0,70 = Sedang

0,71-1,00 = Mudah

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan deskripsi data penelitian :

1. Nilai rata – rata (Mean)

Untuk menentukan nilai rata-rata digunakan rumus:

X= (Arikunto S, 2013:299)

Dimana:

= Rata-rata hitung
49

= Jumlah semua harga x

n = Jumlah Sampel

2. Standart Deviasi

Untuk menentukan standart deviasi digunakan rumus:

SD = (Arikunto S, 2013:299)

Dimana:

SD = Simpangan baku (standart deviasi)

= Tiap skor dikuadratkan

= Semua skor dijumlahkan, dibagi N

3. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis data yang dilakukan adalah untuk mengetahui

apakah data penelitian sudah mempunyai sebaran normal serta untuk mengetahui

apakah data penelitian homogen.

4. Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak.

Uji yang digunakan dikenal dengan nama uji Liliefors, (Sudjana, 2005:466)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pengamatan X1, X2, …….,Xn dijadikan angka baku Z1, Z2 ,……, Zn dengan

menggunakan rumus :
50

Dimana:

= Nilai rata-rata hitung

S = Simpangan baku

b) Kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi)

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2, Z3,..., Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

d) Menghitung selisih F (Z1) - S (Z1) kemudian tentukan harga

mutlaknya.

e) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

selisih tersebut. Sebut namanya Lhitung, bandingkan Lhitung dengan Ltabel

dengan taraf 5%.

f) Kriteria pengujian:

Jika Lhitung< Ltabel maka sampel berdistribusi Normal

Jika Lhitung> Ltabel maka sampel tidak berdistribusi Normal

5. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah ada duat data

penelitian memiliki kesamaan varian. Syarat dilakukannya uji homogenitas adalah

kedua data berdistribusi normal. Jika kedua kelompok mempunyai varian yang
51

sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Pengujian homogenitas varian

data dua kelompok sampel atau lebih dengan uji F dengan rumus:

Fhitung
(Sugiono, 2012:276)

Kriteria penilaian:

Jika Fhitung< Ftabel maka sampel mempunyai varian yang sama

Jika Fhitung> Ftabel maka sampel tidak mempunyai varian yang sama.

6. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian diuji dengan uji t dengan hipotesis :

Ha = µa ≥ µ0

H0 = µa ≤ µ0

Ha : Hasil belajar siswa pada Materi Dasar dan Pengukuran Listrik lebih tinggi

dengan mengunakan model pembelajaran Problem Based Learnig dari pada

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

H0 : Hasil belajar siswa pada Materi Dasar dan Pengukuran Listrik lebih rendah

dengan mengunakan model pembelajaran Problem Based Learnig dari pada

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.


52

Kriteria pengujian hipotesis adalah:

Jika thitung > ttabel maka Ha diterima pada taraf signifikan 0.05

Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak

Untuk menguji hipotesis pada data penelitian berdistribusi normal adalah

dengan uji satu pihak, yaitu pihak kanan dengan rumus sebagai berikut :

t=

S merupakan variansi gabungan dari kedua kelompok perlakuan. S dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

imana t = Distribusi = Rata – rata hasil belajar kelas eksperimen, =

Rata – rata hasil belajar kelas eksperimen, = Jumlah siswa kelas eksperimen I,

= Jumlah siswa kelas eksperimen II, = Varians kelas eksperimen I, =

Varians kelas eksperimen II, = Varians dua kelas sampel.

DAFTAR PUSTAKA
53

Aris shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


Yokyakarta: AR-ruz media..
Arikunto S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2 Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara.
Asep Jihad, Haris Abdul.2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Penerbit
Multi Pressindo.
Ausubel, 1960 (1960) The Use of Advanced Organizers in the Learning and
Retention of Meaningful Verbal Material. Jurnal of Educational
Psychology, 51: 267-272
Dahar, Ratna Willis. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Gafur, A. (2012), Desain pembelajaran; konsep, model,dan aplikasinya dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran, Ombak, Yogyakarta.
Hasan, Hamid dkk. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.
Huda, Miftahul, (2014), Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Hamalik, (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan.1991. Evaluasi kurikulum. Jakarta: Departemen pendidikan dan
kebudayaan.

Hariyanti, Aan Rini. (2016). Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika


Dengan Menggunakan Model Project Based Learning dan Discovery
Learning Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Kelas VII Smp
N 19 Kota Jambi . Jambi: FKIP Universitas Jambi.

Hudoyo, (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK


Depdikbud.
Indarti, Suyudi,A., Dan Yogihati, C.I., (2014), Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kls X Sma
N 3 Malang Universitas Negeri Malang, Jurnal Fisika, Univ Ersitas
Negeri Malang, Malang.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inofatif (Refrensi Guru Dalam
Menentukan Model Pembelajaran), medan: media persada.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 SMP Bahasa Inggris. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
54

Kusmayadi. (2010). Pengetahuan Dasar Listrik Dan Elektronika. Penerbit CV


Arya Duta Depok.
Mohammad Takdir Ilahi, (2012). Pembelajaran Discovery Strategy Skill. Penerbit
Diva Press.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Bumi Aksara.
Puspita indah rahayu, (2015), Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara
Pembelajaran Menggunakan Pbl Dan Discovery
Learning Pada Materi Optic, Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung
2015, Jurnal FKIP,UNILA.
Sani, (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Siregar, Anisa Vibrianda (2015). Penggunaan Model Discovery Learning Pada
Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas X Semester Genap Istiqlal Deli Tua T.P.2014/2015, Skripsi,
FMIPA,UNIMED,Medan.
Sudjana, 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI
Bandung.

Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yokyakarta:


Graha Ilmu.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Sugiono.2012. Metode Peneltian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV.
Syah.(2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Slameto. 2010. Belajar dan Fakor-faktor yang Mempengaruhi.  Jakarta:
Pt. Rineka cipta
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana

Wasonowati, R.T., Redjeki,T., dan Ariani, S.R., (2014), Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Pada Pembelajaran
Hukum – Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil
55

Belajar Siswa Kls X IPA SMA Negeri 2 Surakarta, Jurnal


pendidikan Kimia.

Anda mungkin juga menyukai