METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes.
Ruseffendi (1994:32) mengemukakan, Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat, dimana
perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada
variabel terikat. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan penggunaan
metode eksperimen diharapkan setelah menganalisis hasilnya dapat dilihat
pengaruh perlakuan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap sampel yang terdiri dari dua
kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan khusus, yaitu
memperoleh
pembelajaran
matematika
melalui
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapat perlakuan atau memperoleh pembelajaran matematika biasa.
Perlakuan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kedua pendekatan pembelajaran yang diterapkan terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
34
kelompok kontrol.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan:
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Tes
dilaksanakan dua kali yakni pada awal pembelajaran (pretes) sebelum
mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan pada akhir
pembelajaran (postes).
35
Pembuatan soal relatif mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu
yang tidak terlalu lama, hal ini disebabkan jumlah soalnya tidak
terlalu banyak, biasanya untuk soal matematika kurang lebih dari 5
butir soal.
b.
c.
36
pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil
uji coba.
a) Validitas
Suherman (2003:102) mengemukakan, Suatu alat evaluasi
dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi.
Mencari validitas dengan menggunakan rumus korelasi
product moment yaitu:
37
N XY X Y
xy
N X
N Y
(Suherman,
2003:120)
Keterangan:
xy
Y = Total skor
X = Skor item yang dicari validitasnya
N = Jumlah responden
rxy
Klasifikasi Validitas
Tabel 3.1
38
Validitas
Koefisien Validitas
rxy
0,90
0,70
0,40
0,20
rxy
rxy
rxy
rxy
0,00
rxy
1,00
< 0,90
< 0,70
< 0,40
< 0,20
Tidak valid
< 0,00
rxy
Validitas
0, 585
Sedang
0, 674
Sedang
39
0, 716
Tinggi
0, 520
Sedang
0, 744
Tinggi
0, 655
Sedang
b) Reliabilitas
Suherman (2003:131) mengatakan, Suatu alat evaluasi
dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika
digunakan untuk subyek yang sama.
Untuk mengetahui reliabilitasnya digunakan rumus Alpha
yaitu:
n
r11
n 1
St2
Keterangan:
r11
2
i
Reliabilitas
= Banyak butir
40
s
s
2
i
2
t
Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas
Nilai Reliabilitas
r11
0,20
0,40
0,70
0,90
0,20
r11
r11
r11
< 0,40
< 0,70
< 0,90
r11
1,00
Interpretasi
Derajat reliabilitas sangat rendah
Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang
Derajat reliabilitas tinggi
Derajat reliabilitas sangat tinggi
41
IK=
x
b
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
Interpretasi
IK = 0,00
0,30
Soal sukar
0,70
Soal sedang
Soal mudah
IK = 1, 00
0,00 < IK
0,30 < IK
42
Indeks Kesukaran
0,83
0,65
0,72
0,26
0,77
0,75
Kriteria
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Mudah
Mudah
d) Daya Pembeda
Suherman (2003:159) mengatakan, daya pembeda dari
sebuah soal adalah Seberapa jauh kemampuan butir soal dapat
membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar
dan testi yang tidak dapat.
Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal tes
digunakan rumus sebagai berikut:
DP =
XA XB
b
Keterangan:
43
DP = Daya Pembeda
XA
XB
daya
pembeda
yang
banyak
digunakan
Interpretasi
Sangat jelek
DP
0,00
0,00 < DP
0,20 < DP
0,40 < DP
0,70 < DP
Jelek
0,20
Cukup
0,40
Baik
0,70
Sangat baik
1,00
Nomor Soal
Daya Pembeda
Kriteria
1
2
3
4
5
6
0, 36
0, 51
0, 66
0, 36
0, 54
0, 31
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
44
Validitas
Reliabilitas
IK
DP
Keterangan
Sedang
Mudah
Cukup
Dipakai
Sedang
Mudah
Baik
Dipakai
Tinggi
Sedang
Baik
Dipakai
Sedang
Sukar
Cukup
Dipakai
Tinggi
Mudah
Baik
Dipakai
Sedang
Mudah
Cukup
Dipakai
Tinggi
45
2. Skala Sikap
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Penggunaan angket skala sikap ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share. Skala sikap ini terdiri dari 30 pernyataan yang
dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu pernyataan positif dan negatif
dari indikator-indikator yang ada model pembelajaran kooperatif tipe
TPS, yang kemudian diisi oleh siswa sebagai responden dari kelompok
eksperimen yang diberikan setelah pelaksanaan tes akhir.
Dalam instrumen skala sikap ini, responden diminta untuk
menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk
penskorannya dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3. 9
Skor Skala Sikap
Bobot Penilaian
Alternatif Jawaban
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan.
a.
46
b.
c.
Seminar proposal
d.
e.
f.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan :
a.
Pemilihan kelas VIII sebanyak 2 kelas dari kelas yang ada untuk
dijadikan sampel penelitian yaitu sebagai kelas kontrol dan sebagai
kelas eksperimen.
b.
c.
d.
47
e.
f.
g.
48
1 2
Keterangan :
Ho : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
berbeda secara signifikan.
Ha : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda
secara signifikan.
Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua pihak menggunakan
independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0
for windows.Dengan kriteria pengujian (Santoso, 2001: 245):
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Jika nilai signifikasi <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
3) Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua
pihak menggunakan uji-t yaitu independent sample t-test
dengan asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal
dengan equal variances not assumed.
4) Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua
49
50
Ha : 1 > 2
Keterangan:
H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS tidak
lebih baik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS lebih
baik
dengan
siswa
yang
mendapatkan
pembelajaran
konvensional.
Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak menggunakan
independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0
for windows.Dengan kriteria pengujian menurut Santoso,
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Jika nilai signifikasi <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
3) Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu
pihak menggunakan uji-t yaitu independent sample t-test
dengan asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal
dengan equal variances not assumed.
51
3. Indeks Gain
Setelah pretes dan postes dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu
menghitung gain (peningkatan) kemampuan berpikir kritis matematika
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Gain diperoleh dengan
cara membandingkan hasil postes dengan hasil pretes. Tujuannya adalah
untuk membandingkan mana yang lebih baik antara model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dan pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Gain yang
digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun
rumus dari gain ternormalisasi (normalisasi gain) yang digunakan (Hake,
2000:3) adalah sebagai berikut :
Skor postesSkor pretes
g=
Skor maksimumSkor pretes
Dengan ketentuan :
Tabel 3.10
Klasifikasi Normalisasi Gain
Koefisien Normalisasi Gain
Klasifikasi
52
g 0,3
0,3 g 0,7
Rendah
g 0,7
Tinggi
Sedang
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
53
WF
F
Keterangan :
x = Nilai rata-rata sikap siswa
W = Jumlah siswa yang memilih katagori
F = Nilai kategori sisa
Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut
Suherman dan Sukjaya (1990:237),
Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3
artinya respon siswa positif dan bila nilai
perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya
respon siswa negatif. Rerata skor siswa makin
mendekati
5,
sikap
siswa
semakin
positif.Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa
makin negatif.
b. Uji kesamaan rerata dengan menggunakan uji-t satu fihak
Analisis pengolahan data skala sikap dengan menggunakan
pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel). Dimana kesimpulan
yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat
digeneralisasikan atau tidak. Bila Ha diterima berarti dapat
digeneralisasikan (Sugiyono, 2011:95).
Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif adalah t-test satu sampel dengan menggunakan rumus t
dan diuji satu fihak (one tail test) yaitu uji fihak kanan, dengan nilai
yang dihipotesiskan (tdaftar) . Rumus t (Sugiyono, 2011:96) adalah
sebagai berikut:
54
t=
x 0
s
n
Keterangan:
t : Nilai t yang dihitung
x : Rata-rata x
0: Nilai yang dihipotesiskan
s : Simpangan baku
n : Jumlah anggota sampel
Rumus hipotesis untuk skala sikap ini adalah:
Ho
Ha : 0 > 3
Adapun kriteria pengambilan keputusan mengenai uji t untuk
skala sikap ini adalah:
1) H0 ditolak jika thitung > tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.
2) Ha ditolak jika thitung < tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.