Anda di halaman 1dari 22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes.
Ruseffendi (1994:32) mengemukakan, Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat, dimana
perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada
variabel terikat. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan penggunaan
metode eksperimen diharapkan setelah menganalisis hasilnya dapat dilihat
pengaruh perlakuan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap sampel yang terdiri dari dua
kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan khusus, yaitu
memperoleh

pembelajaran

matematika

melalui

model

pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapat perlakuan atau memperoleh pembelajaran matematika biasa.
Perlakuan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kedua pendekatan pembelajaran yang diterapkan terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.

34

Desain eksperimen yang digunakan berbentuk kelompok kontrol


pretes-postes. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut:
A
O
X
O
A
O
O
(Ruseffendi, 1994:45)
Keterangan :
A = Pemilihan sampel secara acak
O = Pretes /Postes
X = Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS).
C. POPULASI DAN SAMPEL
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Cimahi, Siswa kelas VIII dipilih karena mereka
diasumsikan sudah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan
pembelajaran di SMP.
Di SMP Negeri 2 Cimahi terdapat sepuluh kelas yaitu kelas VIII-I
sampai VIII-10. Kemudian dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi sampelnya adalah siswa
kelas VIII-9 sebagai kelompok eksperimen

dan kelas VIII-I sebagai

kelompok kontrol.

D. INSTRUMEN PENELITIAN
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan:
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Tes
dilaksanakan dua kali yakni pada awal pembelajaran (pretes) sebelum
mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan pada akhir
pembelajaran (postes).

35

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi kelas


VIII semester genap, pada pokok bahasan bangun ruang sisi tegak. Tipe
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe subjektif bentuk
uraian (essay). Karena dengan bentuk uraian akan terlihat strategi siswa
dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu bertujuan untuk
mengetahui proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, dan ketelitian
siswa dalam menjawab soal.
Suherman dan Sukajaya (1990:95) mengungkapkan beberapa
kelebihan penyajian soal tipe subjektif dalam bentuk uraian, yaitu:
a.

Pembuatan soal relatif mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu
yang tidak terlalu lama, hal ini disebabkan jumlah soalnya tidak
terlalu banyak, biasanya untuk soal matematika kurang lebih dari 5
butir soal.

b.

Dalam menjawab bentuk soal uraian siswa dituntut untuk


menjawab secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika
penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bisa evaluasi dapat
dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan.
Hasil evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

c.

Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas


positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara
sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan
fakta-fakta yang relevan.

36

Sebagai langkah awal instrument di ujicobakan terlebih dahulu


kepada siswa (di luar kelompok kontrol dan eksperimen) yaitu
diujicobakan kepada siswa kelas IX dengan pertimbangan bahwa siswa
kelas IX sudah mendapatkan materi bangun ruang sisi datar.
Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat bagaimana tingkat
validitas instrumen, reliabilitas instrumen, kesukaran soal, daya pembeda
(Russefendi, 1991:176). Hal tersebut diperlukan agar instrument
penelitian yang peneliti buat layak untuk dipergunakan.
Adapun langkah-langkah penyusunan tes kemampuan matematika
dalam jenjang kognitif adalah sebagai berikut:
a Membuat kisi-kisi soal yang meliputi dasar dalam pembuatan soal
b
c
d

tes kemampuan berpikir kritis.


Menyusun soal tes kemampuan berpikir kritis matematika.
Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk
mengetahui validitas isi.
Melakukan ujicoba soal untuk memperoleh data hasil tes uji coba.
Menghitung validitas tiap butir soal, reliabilitas soal, daya

pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil
uji coba.
a) Validitas
Suherman (2003:102) mengemukakan, Suatu alat evaluasi
dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi.
Mencari validitas dengan menggunakan rumus korelasi
product moment yaitu:

37

N XY X Y

xy

N X

N Y

(Suherman,

2003:120)
Keterangan:

xy

Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Y = Total skor
X = Skor item yang dicari validitasnya
N = Jumlah responden
rxy

Dalam hal ini

diartikan sebagai koefisien validitas.

Klasifikasi koefisien validitas, menurut Guiford (dalam Suherman,


2003: 113), dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Klasifikasi Validitas
Tabel 3.1

38

Validitas

Koefisien Validitas

rxy

validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,90
0,70
0,40
0,20

rxy

rxy
rxy

rxy

0,00
rxy

1,00

Validitas tinggi (baik)

< 0,90

Validitas sedang (cukup)

< 0,70

Validitas rendah (kurang)

< 0,40

Validitas sangat rendah

< 0,20

Tidak valid

< 0,00

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai validitas butir


yang disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas
No

rxy

Validitas

0, 585

Sedang

0, 674

Sedang

39

0, 716

Tinggi

0, 520

Sedang

0, 744

Tinggi

0, 655

Sedang

Berdasarkan koefisien korelasi pada tabel 3.1 dapat


disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini diinterpretasikan
sebagai soal yang mempunyai validitas tiap butir soal yaitu, 4 soal
validitasnya sedang, dan 2 soal validitasnya tinggi. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 186.

b) Reliabilitas
Suherman (2003:131) mengatakan, Suatu alat evaluasi
dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika
digunakan untuk subyek yang sama.
Untuk mengetahui reliabilitasnya digunakan rumus Alpha
yaitu:

n
r11

n 1

St2

Keterangan:

r11

2
i

Reliabilitas

= Banyak butir

. . . . . . . . . . . . . (Suherman, 2003: 154)

40

s
s

2
i

= Jumlah varians skor tiap soal

2
t

= Varians skor total


Klasifikasi koefisien reliabilitas, menurut Guiford (dalam

Suherman, 2003:139), dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas
Nilai Reliabilitas

r11
0,20
0,40
0,70
0,90

0,20

r11
r11
r11

< 0,40
< 0,70
< 0,90

r11

1,00

Interpretasi
Derajat reliabilitas sangat rendah
Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang
Derajat reliabilitas tinggi
Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diperoleh relibilitas


(R11) sebesar 0,59 dengan kriteria koefisien reliabilitas sedang.
Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
C.3 halaman 187.
c) Indeks Kesukaran

41

Untuk indeks kesukaran dari tiap butir soal berbentuk uraian,


digunakan rumus:

IK=

x
b

. . . . . . . . . . .. . . . . . . . (Suherman, 2003: 43)

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran

= Rata-rata skor jawaban tiap butir soal

b = Skor maksimum tiap butir soal


Klasifikasi indeks kesukaran yang banyak digunakan
(Suherman, 2003:170) dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran

Interpretasi

IK = 0,00

Soal terlalu sukar

0,30

Soal sukar

0,70

Soal sedang

0,70 < IK < 1,00

Soal mudah

IK = 1, 00

Soal terlalu mudah

0,00 < IK
0,30 < IK

Dari hasil perhitungan, diperoleh indeks kesukaran tiap butir


soal yang disajikan dalam Tabel 3.5 berikut ini
Tabel 3.5

42

Interpretasi Indeks Kesukaran


Nomor Soal
1
2
3
4
5
6

Indeks Kesukaran
0,83
0,65
0,72
0,26
0,77
0,75

Kriteria
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Mudah
Mudah

Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran pada tabel 3.4 dapat


disimpulkan bahwa soal nomor 1, 5 dan 6 adalah soal mudah, untuk
soal nomor 2 dan 3 termasuk soal yang sedang, dan untuk soal
nomor 4 termasuk soal yang sukar. Oleh karena itu ada soal yang
harus direvisi agar tercapai perbandingan yang diharapkan sesuai
dengan kisi-kisi yang dibuat peneliti. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 188.

d) Daya Pembeda
Suherman (2003:159) mengatakan, daya pembeda dari
sebuah soal adalah Seberapa jauh kemampuan butir soal dapat
membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar
dan testi yang tidak dapat.
Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal tes
digunakan rumus sebagai berikut:

DP =

XA XB
b

Keterangan:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . (Suherman, 2003: 43)

43

DP = Daya Pembeda
XA

XB

= Rata-rata skor siswa kelas atas

= Rata-rata skor siswa kelas bawah

= Skor maksimum tiap butir soal


Klasifikasi

daya

pembeda

yang

banyak

digunakan

(Suherman, 2003:161) dapat dilihat pada Tabel berikut ini:


Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya pembeda

Interpretasi

Sangat jelek

DP

0,00

0,00 < DP
0,20 < DP
0,40 < DP
0,70 < DP

Jelek

0,20

Cukup

0,40

Baik

0,70

Sangat baik

1,00

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda diperoleh tiap


butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini :
Tabel 3.7
Interpretasi Daya Pembeda

Nomor Soal

Daya Pembeda

Kriteria

1
2
3
4
5
6

0, 36
0, 51
0, 66
0, 36
0, 54
0, 31

Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup

44

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5


halaman 190.
Berikut adalah rekapitulasi hasi ujicoba yang disajikan dalam
Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Uji coba
Nomor Soal

Validitas

Reliabilitas

IK

DP

Keterangan

Sedang

Mudah

Cukup

Dipakai

Sedang

Mudah

Baik

Dipakai

Tinggi

Sedang

Baik

Dipakai

Sedang

Sukar

Cukup

Dipakai

Tinggi

Mudah

Baik

Dipakai

Sedang

Mudah

Cukup

Dipakai

Tinggi

Berdasarkan klasifikasi rekapitulasi hasil uji coba pada tabel


3.8 dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 semua
soal dipakai.

45

2. Skala Sikap
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Penggunaan angket skala sikap ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share. Skala sikap ini terdiri dari 30 pernyataan yang
dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu pernyataan positif dan negatif
dari indikator-indikator yang ada model pembelajaran kooperatif tipe
TPS, yang kemudian diisi oleh siswa sebagai responden dari kelompok
eksperimen yang diberikan setelah pelaksanaan tes akhir.
Dalam instrumen skala sikap ini, responden diminta untuk
menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk
penskorannya dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3. 9
Skor Skala Sikap
Bobot Penilaian
Alternatif Jawaban
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

5
4
3
2
1

1
2
3
4
5

E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan.
a.

Mengajukan judul penelitian

46

b.

Penyusunan proposal penelitian

c.

Seminar proposal

d.

Permohonan izin penelitian

e.

Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar

f.

Uji coba instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan :
a.

Pemilihan kelas VIII sebanyak 2 kelas dari kelas yang ada untuk
dijadikan sampel penelitian yaitu sebagai kelas kontrol dan sebagai
kelas eksperimen.

b.

Memberikan tes awal pada kedua kelompok, baik kelas eksperimen


maupun kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama dalam
memahami materi yang akan diajukan.

c.

Melakukan kegiatan belajar mengajar, kedua kelompok diberikan


perlakuan yang berbeda dalam proses belajar mengajarnya untuk kelas
eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sedangkan untuk kelas
kontrol diberikan metode pembelajaran konvensional.

d.

Memberikan tes akhir kepada kedua kelompok. Tes akhir digunakan


untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan yang
berbeda.

47

e.

Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.

f.

Menganalisis data hasil belajar siswa yang akan diuraikan pada


teknik pengolahan data.

g.

Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan uji hipotesis.

F. Teknik Analisis Data


Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis terhadap Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka
dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut sebagai bahan untuk menjawab
semua permasalahan yang ada dalam penelitian. Adapun teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Tes Awal
a. Mencari nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku
tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
kedua kelas berasal dari kelas yang berdistribusi normal atau tidak.
Jika jumlah siswa < 30 pengujian dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov, sedangkan jika data 30 pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Dengan kriteria
pengujiannya (Santoso, 2001: 169) :
1) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi
normal.
2) Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak
berdistribusi normal.
c. Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk mengetahui kesamaan varians (homogenitas) antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan levenestest for

48

equality variansces pada SPSS 17 for windows. Dengan kriteria


pengujian (Santoso, 2001: 169) :
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka kedua kelas memiliki varians
yang sama (homogen).
2) Jika nilai signifikasi < 0,05, maka kedua kelas memiliki varians
yang tidak sama (tidak homogen).
d. Melakukan Uji Kesamaan Dua Rerata
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji
dua pihak) sebagai berikut :
1=2
Ho :
Ha :

1 2

Keterangan :
Ho : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
berbeda secara signifikan.
Ha : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda
secara signifikan.
Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua pihak menggunakan
independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0
for windows.Dengan kriteria pengujian (Santoso, 2001: 245):
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Jika nilai signifikasi <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
3) Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua
pihak menggunakan uji-t yaitu independent sample t-test
dengan asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal
dengan equal variances not assumed.
4) Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua

49

pihak menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu dengan uji


Mann-Whitney U-Test. Rumus Mann-Whitney U-test digunakan
karena dalam penelitian ini sampelnya tidak berkorelasi.
2. Analisis Data Tes Akhir
e. Mencari nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku
tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperiman berasal dari
kelas yang berdistribusi normal atau tidak. Jika jumlah siswa < 30
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov,
sedangkan jika data 30 pengujian dilakukan dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk. Dengan kriteria pengujiannya menurut Santoso,
1) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi
normal.
2) Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak
berdistribusi normal.
b. Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk mengetahui kesamaan varians (homogenitas) antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan levenestest for
equality variansces pada SPSS17 for windows. Dengan kriteria
pengujian menurut Santoso,
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka kedua kelasmemiliki varians
yang sama (homogen).
2) Jika nilai signifikasi < 0,05, maka kedua kelas memiliki varians
yang tidak sama (tidak homogen).
c. Melakukan Uji Kesamaan Dua Rerata

50

Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji


satu pihak) sebagai berikut (Sugiyono, 2011:121) :
Ho :
1

Ha : 1 > 2
Keterangan:
H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS tidak
lebih baik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS lebih
baik

dengan

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran

konvensional.
Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak menggunakan
independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0
for windows.Dengan kriteria pengujian menurut Santoso,
1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Jika nilai signifikasi <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
3) Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu
pihak menggunakan uji-t yaitu independent sample t-test
dengan asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal
dengan equal variances not assumed.

51

4) Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal,


maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu
pihak menggunakan uji statistik non-parametrik dengan yaitu
dengan uji Mann-Whitney U-Test. Rumus Mann-Whitney UTest digunakan karena dalam penelitian ini sampel tidak
berkorelasi.

3. Indeks Gain
Setelah pretes dan postes dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu
menghitung gain (peningkatan) kemampuan berpikir kritis matematika
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Gain diperoleh dengan
cara membandingkan hasil postes dengan hasil pretes. Tujuannya adalah
untuk membandingkan mana yang lebih baik antara model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dan pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Gain yang
digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun
rumus dari gain ternormalisasi (normalisasi gain) yang digunakan (Hake,
2000:3) adalah sebagai berikut :
Skor postesSkor pretes
g=
Skor maksimumSkor pretes
Dengan ketentuan :
Tabel 3.10
Klasifikasi Normalisasi Gain
Koefisien Normalisasi Gain

Klasifikasi

52

g 0,3
0,3 g 0,7

Rendah

g 0,7

Tinggi

Sedang

4. Analisis Data Skala Sikap


Data hasil isian skala sikap yang berisi respon sikap siswa
terhadap

pembelajaran

matematika

dengan

menggunakan

model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan soal-soal kemampuan


berpikir kritis matematika.
Skala sikap yang berupa pernyataan-pernyataan dengan pilihan
jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat
tidak setuju).Bagi suatu pernyataan yang mendukung suatu sikap positif,
skor yang diberikan untuk SS = 5,S = 4, N = 3, TS = 2, STS = 1 dan bagi
pernyataan yang mendukung sikap negatif,skor yang diberikan adalah SS
= 1, S = 2, N = 3, TS = 4, STS = 5.
a. Menghitung rata-rata sikap siswa
Analisis pengolahan data hasil skala sikap dengan cara
menghitung rata-rata seluruh jawaban siswa yang memilih setiap
indikator

pertanyaan. Untuk menghitung rata-rata sikap siswa

menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237), digunakan rumus


sebagai berikut:

53

WF
F

Keterangan :
x = Nilai rata-rata sikap siswa
W = Jumlah siswa yang memilih katagori
F = Nilai kategori sisa
Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut
Suherman dan Sukjaya (1990:237),
Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3
artinya respon siswa positif dan bila nilai
perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya
respon siswa negatif. Rerata skor siswa makin
mendekati
5,
sikap
siswa
semakin
positif.Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa
makin negatif.
b. Uji kesamaan rerata dengan menggunakan uji-t satu fihak
Analisis pengolahan data skala sikap dengan menggunakan
pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel). Dimana kesimpulan
yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat
digeneralisasikan atau tidak. Bila Ha diterima berarti dapat
digeneralisasikan (Sugiyono, 2011:95).
Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif adalah t-test satu sampel dengan menggunakan rumus t
dan diuji satu fihak (one tail test) yaitu uji fihak kanan, dengan nilai
yang dihipotesiskan (tdaftar) . Rumus t (Sugiyono, 2011:96) adalah
sebagai berikut:

54

t=

x 0
s
n

Keterangan:
t : Nilai t yang dihitung
x : Rata-rata x
0: Nilai yang dihipotesiskan
s : Simpangan baku
n : Jumlah anggota sampel
Rumus hipotesis untuk skala sikap ini adalah:
Ho

: Sikap siswa tidak positif terhadap pelajaran matematika,


pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS, dan soal-soal kemampuan berpikir kritis

matematika yang diberikan adalah tidak lebih dari 3.


H a : Sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika,
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe
TPS, dan soal-soal kemampuan berpikir kritis matematika
yang diberikan adalah tidak lebih dari 3.
Atau dapat ditulis (Sugiyono, 2011:121):
H : 3
o

Ha : 0 > 3
Adapun kriteria pengambilan keputusan mengenai uji t untuk
skala sikap ini adalah:
1) H0 ditolak jika thitung > tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.
2) Ha ditolak jika thitung < tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.

Anda mungkin juga menyukai