Anda di halaman 1dari 8

BAB I

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan tidak statis, satu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses belajar berikutnya. Semakin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh sehingga

perubahan tersebut bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan,

perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat permanen atau menetap

serta mempunyai tujuan yang akan dicapai. Seseorang yang telah melalui

suatu proses belajar sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan dan

sebagainya, (Daryanto, 2010: 2-4).

Dalam belajar terdapat beberapa teori antara lain: Menurut (Koffka

dan Kohler dalam Teori Gestalt dalam Daryanto, 2010: 8) mengemukakan

bahwa hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum

dalam belajar yaitu belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama

yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang

dihadapi. Menurut (J.Brunner, dalam Daryanto, 2010: 10) belajar tidak untuk

mengubah tingkah laku tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi

sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah

mempelajari sesuatu yang dipelajari menjadi suatu keterampilan dan

pengetahuan baru. Dan menurut (Piaget, dalam Daryanto, 2010: 11) mengenai

perkembangan proses belajar pada anak-anak antara lain: (1) Anak

mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa, (2)

Perkembangan mental anak melalui tahab-tahab tertentu menurut suatu urutan

yang sama bagi semua anak, (3) jangka waktu untuk berlatih dari tahab ke

tahab yang lain tidaklah selalu sama pada setiap tahab. Dan (4) Perkembangan
mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kemasakan, pengalaman,

interaksi sosial, dan equilibration. Serta menurut R. Gagne memberikan dua

definisi yaitu (1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, (2) Belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Upaya peningkatan kualitas terus menerus dilakukan baik kualitas atau

kemampuan yang dimiliki seorang guru maupun kualitas peserta didik. Guru

merupakan komponen instrumentasi yang dengan kompetensi yang

dimilikinya mampu memanipulasi situasi belajar menjadi situasi yang

menyenangkan, dengan orientasi menghilangkan kejenuhan, kebosanan dan

mengatasi kesulitan belajar siswa. Khususnya pada mata pelajaran

Matematika sehingga dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat

signifikan dalam mempengaruhi dan menentukan hasil belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VIII MTs AlHamidy bahwa hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika sangat

rendah. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas VIII MTs Al-Hamidy

dengan nilai rata-rata 5.015 dan ketuntasan rata-rata 22.5 %, berarti kurang

dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 6,00 dan ketuntasan klasikal

(KK) yaitu ≥ 70% dengan kata lain masih banyak siswa yang belum tuntas.

Sehingga pelajaran matematika dapat dikatakan sulit bagi siswa kelas VIII

MTs Al-Hamidy.

Lebih jelasnya dapat dibuktikan dengan data nilai Quis 1 pelajaran

Matematika, dari data hasil belajar Matematika kelas VIII MTs Al-Hamidy

dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan siswa seperti terlihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Quis 1 Semester Ganjil Matematika

Siswa Kelas VIII MTs Al-Hamidy Tahun Pelajaran 2012/2013.

N
O Kelas Ratarata

Tidak

Tuntas Tuntas

Tidak

Tuntas

Ketuntasan KKM KK

1 VIII A 5,03 16 4 80% 20%

6,00 ≥

70% 2 VIII B 5.00 12 4 75% 25%

Sumber : Data Observasi Siswa Tahun 2012/2013

Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa memiliki persentase

ketuntasan yang rendah, artinya menunjukan bahwa hasil belajar jauh dari

ketuntasan.

Secara umum rendahnya hasil belajar disebabkan karena proses

pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana dalam

pembelajaran konvensional: (1) Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang

berperan sebagai penerima informasi secara pasif. (2) Siswa lebih banyak

belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi

pelajaran. (3) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. (4) Kemampuan

diperoleh melalui latihan-latihan. (5) Tujuan akhir adalah nilai atau angka. (6)

Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya,

misalkan individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau

sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. (7) Pengetahuan yang

dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena itu pengetahuan dikonstruksi

oleh orang lain (8) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran serta

(9) Kurangnya rasa percaya diri siswa, baik dalam bertanya maupun
keengganan siswa menyelesaikan soal-soal

Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan

tanggung jawab yang sangat besar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi

oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang

digunakan. Keberhasilan dari suatu proses belajar seorang siswa dapat dilihat

dari prestasi belajar yang dihasilkan. Prestasi belajar selalu indentik dengan

hasil belajar, yang dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada

diri siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Hal ini menuntut

guru lebih kreatif dalam menerapkan pembelajaran yang tepat dalam proses

belajar mengajar, salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan adalah

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dimaksudkan

adalah model ataupun produk desain pembelajaran yang secara sengaja

didesain dan dikembangkan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan

karakteristik (aptitude) siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi

akademik (cronback dan snow, 1999).

Menurut para ahli pendidikan yang telah disarikan oleh nurdin (2005)

diperoleh tiga makna esensial dari pembelajaran aptitude treatment interaction

(ATI). Pertama, model pembelajaran ini merupakan konsep atau model yang

berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan

untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Kedua, sebagai sebuah kerangka teoritis model pembelajaran ini berasumsi

bahwa optimalisasi prestasi akademik akan tercipta bila mana perlakuanperlakuan (treatment) dalam
pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa

dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Ketiga, terdapat hubungan

timbal balik antara prestasi akademik yang dicapai siswa dengan kondisi

pengaturan pembelajaran di kelas.


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi

Pokok Aljabar Kelas VIII MTs Al-Hamidy Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok

Aljabar Kelas VIII MTs Al-Hamidy Tahun Pelajaran 2012/2013”.

C. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Aljabar Kelas VIII MTs

Al-Hamidy Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

perubahan dalam pembelajaran Matematika khusunya pada peningkatan

mutu pendidikan Matematika melalui model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI). Penelitian ini memperlengkap proses

pembelajaran sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Secara Praktis

a. Guru.

Diharapkan model pembelajaran Aptitude Treatment

Intreraction (ATI) dapat menambah wawasan bagi guru yang menjadi

pendidik di sekolah sebagai suatu alternatif metode mengajar


Matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada

pokok bahasan tentang Aljabar.

b. Peneliti.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

Aptitude Treatment Intraction (ATI) terhadap hasil belajar siswa.

c. Siswa.

Diharapkan dapat melatih siswa untuk berpartisipasi dan

berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran Matematika baik antara

siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru .

d. Sekolah.

Diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas

atau mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup/Keterbatasan Penelitian

Pembatasan lingkup penelitian bertujuan untuk membatasi unsur-unsur

penelitian yang akan digunakan dan untuk memperlancar proses pelaksanaan

penelitian. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Hamidy, Dusun Kebontalo

Desa Labuan Tereng Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat NTB.

2. Subjek penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs AlHamidy semester I tahun pelajaran 2012/2013.

3. Objek penelitian.

Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan model

pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) materi pokok aljabar

siswa kelas VIII MTs Al-Hamidy Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan beberapa


istilah dari judul penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan

beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini. Adapun istilah tersebut:

1. Pengaruh.

Pengaruh adalah daya atau gejala yang timbul dari penggunaan

model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) dalam kegiatan

belajar mengajar Matematika.

2. Penerapan.

Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu

kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang

telah terencana dan tersusun sebelumnya.

3. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

Pembelajaran aptitude treatment interaction dimaksudkan adalah

model ataupun produk desain pembelajaran yang secara sengaja didesain

dan dikembangkan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan

karakteristik (aptitude) siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi

akademik.

10

4. Hasil Belajar.

Hasil belajar Matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengalami atau menguasai konsep Matematika serta mampu

menyelesaikan soal yang berhubungan dengan Matematika.

Hasil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil siswa dalam

mengerjakan soal-soal tentang aljabar yaitu faktorisasi bentuk aljabar.

5. Materi Bentuk Aljabar.

Bentuk aljabar merupakan kalimat terbuka,yaitu kalimat yang

memuat variabel dan koefisien. Kalimat terbuka tersebut dapat berubah

menjadi pernyataan jika variabelnya diganti dengan konstanta.

Materi bentuk aljabar dalam penelitian ini adalah faktorisasi


bentuk aljabar pada kelas VIII meliputi :

a. Suku-suku yang memiliki faktor persekutuan.

b. Faktorisasi bentuk + 2‫ݕݔ‬+ dan − 2‫ݕݔ‬+ .

c. Faktorisasi (pemfaktoran) selisih dua kuadrat.

d. Faktorisasi (pemfaktoran) bentuk + ܾ‫ݔ‬+ , dan

e. Faktorisasi bentuk ܽ‫ ܿݔ‬+‫ݔ‬+ dengan a ≠ 1

Anda mungkin juga menyukai