Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan yang didalamnya
menggunakan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu
pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi
pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran
secara spesifik. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan serangkaian proses atau
kegiatan yang di lakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan teori
pengembangan yang telah ada. Langkah yang harus ditempuh dalam menetapkan strategi
pembelajaran adalah berkaitan dengan cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang sesuatu
persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang akan digunakan dalam memecahkan
sesuatu kasus, akan sangat memengaruhi hasilnya. Lalu bagaimanakah pentingnya
pengembangan strategi pembelajaran dalam mempengaruhi perkembangan potensi siswa.
Berbagai macam metode yang diatur dalam strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan yang jelas dan pasti tentang sutau pembelajaran, sehingga menetukan
aspek-aspek apa saja yang harus ditentukan sebelum memulai pembelajaran harus sudah
dipersiapkan dengan matang, supaya proses pembelajranberjlan dengan lancar dan dapat
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

i
B. RUMUSAN MASALAH

a. Mengetahui Pengertian Mengajar


b. Mengetahui Pengertian Strategi Instruksional
c. Mengetahui Jenis – Jenis Strategi Instruktusionalnya
d. Mengetahui Faktor – Faktor Proses Belajar Mengajar
e.Mengetahui Keterapilan Bertanya, Taksonomi (Tujuan Pengajaran) Dan Klasifikasi
Pertanyaan ( Menurut Bloom )
f.Mengetahui Macam – Macam Pertanyaan, Teknik Mengemukakan Pertanyaan Dan
Komunikasi Antyar Pribadi (Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dan Cara – Cara
Berkomunikasi)
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan Makalah ini antara lain :

1. Mengetahui Pengertian Pengajar


2. Mengatahui Pengertian Strategi Instruksional
3. Mengetahui Jenis – Jenis Strategi Instruksional
4. Mengetahui Faktor – Faktor Proses Belajar Mengajar
5. Mengetahui Keterampilan Bertanya, Taksonomi (tujuan pengajaran) dan
Klasifikasi Pertanyaan (menurut Bloom)
6. Mengetahui Macam-Macam Pertanyaan, Teknik Mengemukakan Pertanyaan dan
Komunikasi Antar Pribadi (faktor-faktor yang mempengaruhi dan cara
berkomunikasi)

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengetahui Pengertian Mengajar

Secara sederhana, mengajar bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan


melatih pola piker anak-anak didik.
1. Mengajar untuk Menyampaikan Ilmu
Dalam konteks pendidikan, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu
eksak dan noneksak. Ilmu eksak adalah ilmu yang membutuhkan logika, perhitungan, dan
daya analisis yang kuat, misalnya matematika, fisika, dan kimia. Ilmu eksak ini cenderung
memaksimalkan kerja otak kiri. Sebaliknya, ilmu noneksak adalah ilmu yang membutuhkan
teori, pemahaman, dan daya ingat yang kuat, misalnya ekonomi, seni, bahasa, dan
sebagainya. Berbeda dengan ilmu eksak, kinerja otak kanan sangat dibutuhkan oleh ilmu
noneksak ini.
2. Mengajar untuk Melatih Pola Pikir
Dalam bukunya yang berjudul “Taxonomy of Effective Teaching”, Benjamin Bloom
membagi pola pikir anak didik menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan pola pikir tersebut
adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan kreatif. Pengetahuan, Pada
tingkatan ini, guru mengajar dengan cara menyampaikan suatu fakta kepada anak-anak
didiknya. Guru hanya sebatas menyampaikan informasi saja kepada mereka. Hasil akhir yang
diharapkan adalah pengetahuan anak-anak didik menjadi bertambah. Mereka yang semula
tidak tahu mengenai suatu fakta menjadi tahu. Pemahaman, Pada tingkat ini, guru mulai
mengembangkan teknik mengajar kepada anak-anak didiknya. Guru tidak hanya
menyampaikan informasi saja, tetapi juga merangsang pola pikir mereka terhadap apa-apa
yang diketahuinya. Misalnya, setelah mereka mengetahui pengertian sisi, titik sudut, dan
rusuk suatu kubus. Guru mencoba memberikan pertanyaan mengenai banyaknya sisi, titik
sudut, dan rusuk sebuah balok, prisma, limas, tabung, dan bangun ruang yang lain.
Penerapan, Pada Tingkatan pola pikir ini, guru memberikan bentuk kegiatan kepada anak-
anak didiknya dalam proses belajar. Mereka secara langsung menerapkan segala sesuatu
yang telah dipelajarinya berdasarkan pengetahuan maupun pemahaman yang dimilikinya.
Analisis, Pada tingkatan yang lebih jauh lagi, guru dapat menjelaskan berbagai kemungkinan
dan hubungan dalam suatu materi pembelajaran. Dalam tahap ini, guru membuat anak-anak

iii
didik berpikir sendiri mengenai suatu permasalahan dan mengajak mereka untuk membuat
kesimpulan dari pemikiran mereka. Kreatif, Tingkatan yang terakhir adalah pola pikir kreatif.
Pada tingkat ini, guru tidak hanya membuat anak-anak didik berpikir sendiri terhadap suatu
permasalahan, tetapi juga membuat mereka dapat menciptakan sebuah ide, konsep, gagasan,
atau karya yang baru.
B. Mengetahui Pengertian Strategi Instruksional

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan
pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta
didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto,
2007). Pengertian strategi pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh
Suparman (2012:245), bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang
telah ditentukan. Dick dan Carey dalam Suparman (2012:236) mengatakan bahwa suatu
strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu strategi bahan
instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut
untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa. Dari beberapa pendapat ahli
tersebut diatas, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa strategi instruksional merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik,
peralatan dan bahan, serta alokasi waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk
mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.
C. Mengetahui Jenis – Jenis Strategi Instruktusionalnya

a. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini
materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk
proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan
untuk memecahkan masalah yang diajarkan.

iv
b. Strategi pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a)
adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap
kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
c. Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif
dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk
sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan
observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
D. Mengetahui Faktor – Faktor Proses Belajar Mengajar

1. Aktivitas siswa.
Artha (1991 : 62) menyatakan bahwa aktivitas merupakan prinsip yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar. Ia juga menyatakan selama proses belajar mengajar
berlangsung, siswa tidak hanya mendengarkan sejumlah teori-teori secara pasif, melainkan
siswa harus terlibat secara aktif dan sungguh-sungguh dalam semua kegiatan pembelajaran
(yaitu mendengarkan, menulis, diskusi, praktek, dan lain-lain). Aktivitas-aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran menurut Pramono (1997 : 226) adalah berupa pengajuan
pertanyaan, perumusan masalah, pengerjaan tugas-tugas, serta latihan. Menurut Rusyan
(dalam Siswono 1999 : 20), jenis-jenis aktivitas belajar dengan mengutamakan proses
mental sebagai berikut:
A. visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan,
mengamati pekerjaan orang lain,
B. oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi dan sebagainya,
C. listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, dan
sebagainya,

v
D. writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan
sebagainya,
E. drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan
sebagainya,
F. motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, memelihara binatang dan sebagainya,
G. emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, senang,
gugup dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama
pelaksanaan pembelajaran meliputi :
a. Mendengarkan penjelasan guru
b. Membaca buku siswa dan LKS
c. mengerjakan LKS/mempergunakan alat peraga/menulis yang relevan dengan KBM.
d. Mendengarkan/memperhatikan/menjawab/ menanggapi pertanyaan guru/teman,
e. Bertanya kepada guru/teman.
f. Perilaku yang tidak relevan dalam KBM.

Aktivitas pada butir (a) merupakan aktivitas pasif dalam pembelajaran. Karena siswa hanya
menerima respon yang diberikan/dianjurkan guru. Sedang aktivitas pada butir b, c, d dan e
merupakan aktivitas aktif. Karena siswa tidak hanya dilibatkan secara mental, tetapi siswa
menunjukan kegiatan-kegiatan jasmani, seperti diskusi atau memecahkan masalah. Aktivitas
butir f merupakan aktivitas yang menyimpang/negatif, yang mungkin terjadi dalam setiap
pembelajaran, sehingga dalam penelitian dimunculkan sebagai indikator.

2. Kemampuan guru mengelola pembelajaran


Hudojo (1988 : 5) menyatakan penguasaan materi dan cara penyampaiannya
merupakan syarat yang tidak dapat ditawar lagi bagi para pengajar matematika. Seorang
pengajar matematika yang tidak menguasai materi matematika yang diajarkan, tidak
mungkin mengajar matematika dengan baik. Demikian pula seorang seorang pengajar yang
tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan peserta didik
dalam memahami matematika. Jika salah satu hal ini terjadi, berarti proses belajar
matematika tidak berlangsung efektif. Menurut Ali (1987 : 7) bahwa syarat yang perlu
dimiliki guru antara lain : a) penguasaan materi, b) kemampuan menerapkan prinsip-prinsip
psikologis, c) kemampuan menyelenggarakan proses mengajar belajar, dan d) kemampuan

vi
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Kemudian Soedjadi (1994 : 4 - 5) menyatakan
bahwa kunci penting yang harus diketahui guru matematika adalah lebih kreatif dalam
pembelajaran yang dilakukan, meskipun dalam mengajarkan bahan yang sama dan lebih
kreatif dalam merencanakan pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan guru
selama pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu syarat yang perlu dimiliki seorang
guru. Menurut Abdurrahman (2002), hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran meliputi: (a) Pendahuluan (menjelaskan materi yang
akan dibahas, memotivasi/membangkitkan minat siswa, memberikan petunjuk-petunjuk
sebelum siswa mengerjakan LKS), (b). Kegiatan Inti (mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran, pemberian masalah, membimbing siswa memahami masalah, membimbing
siswa mengembangkan kegiatan/data, membimbing siswa menyusun data, membimbing
siswa menambah data,membimbing siswa menemukan konsep/prinsip, membimbing siswa
menerapkan konsep) (c) Penutup (memberikan tugas yang relevan), (d). Pengelolaan waktu,
(e) Suasana Kelas (antusias siswa dan antusias guru).
3. Faktor strategi mengajar.
Winataputra, dkk. (1992 : 10), mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
siasat atau keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana
belajar mengajar yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Selanjutnya dikatakan
bahwa dalam pembelajaran matematika hendaklah dipilih strategi pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif. Keaktifan siswa itu tidak saja pada keterampilan mengerjakan
soal sebagai aplikasi dari konsep-konsep matematika yang telah dipelajarinya, melainkan
perlu lebih mementingkan pemahaman pada proses terbentuknya konsep. Kemudian dalam
buku Kompetensi Dasar & Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs (Depdiknas,
2001 : 14-19), disebutkan bahwa strategi pembelajaran matematika dilakukan hendaknya
siswa sendiri yang memahami dan mengkontruksi suatu konsep atau pengetahuan di bawah
bimbingan guru. Jadi strategi yang dimaksud di sini adalah siasat atau keseluruhan aktivitas
yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang siswa sendiri
memahami dan mengkontruksi suatu konsep atau pengetahuan di bawah bimbingan guru.
Pelaksanaan strategi pembelajaran seperti yang dimaksudkan di atas, salah satunya adalah
dengan menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing.
4. Perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran matematika yang sesuai sangat penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran matematika. Selain itu perangkat pembelajaran dapat

vii
memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. Slavin (Nur, 1998) mengemukakan bahwa
agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, siswa perlu diberi kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tujuan yang direncanakan untuk dikerjakan. Sehubungan dengan penelitian
ini, sekumpulan perangkat pembelajaran yang dimaksudkan adalah Rencana Pembelajaran
(RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan tes hasil belajar (THB). Keempat
faktor tersebut di atas, adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran
dan hasilnya. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah, ketika seorang guru telah
memilih pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan suatu materi, maka diperlukan
perangkat yang sesuai untuk pembelajaran yang dipilih tersebut. Dengan tersediannya
perangkat pembelajaran yang sesuai memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik. Demikian juga untuk melaksanakan
pembelajaran materi kesebangunan dengan penemuan terbimbing diperlukan perangkat yang
sesuai.
E. Mengetahui Keterapilan Bertanya, Taksonomi (Tujuan Pengajaran) Dan
Klasifikasi Pertanyaan (Menurut Bloom)

Peningkatan ketrampilan bertanya menyangkut isi pertanyaan akan tertuju kepada


proses mental, atau lebih tepatnya proses berpikir, yang diharapkan terjadi dalam diri murid.
Pertanyaan yang hanya mengharpakan murid mengingat fakta atau informasi saja akan
mengakibatkan proses berpikir yang lebih rendah pada menjawab pertanyaan, namun
pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban di mana jawaban tersebut harus
diorganisasi atau disusun dari fakta-fakta atau informasi sebelumnya membutuhkan proses
yang lebih tinggi dan kompleks. Oleh karena itu, aspek isi dari pertanyaan akan bersangkut
paut dengan jenis-jenis pertanyaan itu. Terdapat beberapa cara untuk menggolong-golongkan
jenis-jenis pertanyaan. Dalam hal ini, penggolongan itu terdiri atas jenis-jenis pertanyaan
menurut maksudnya, jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom, dan jenis pertanyaan
menurut luas-sempitnya pertanyaan.
1. Jenis – Jenis Pertanyaan menurut Maksudnya
a. Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)
Yang dimaksud pertanyaan permintaan ialah pertanyaan yang mengharapkan agar murid
mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.Contoh :
1. Dapatkah kamu tengang, agar keterangan saya ini dapat didengar oleh semua murid
dalam kelas ini?
2. Amin; maukah kamu menutupkan jendela yang disebelah sana itu?

viii
b. Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question)
Yang dimaksud dengan pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan karena merupakan
teknik penyampaian informasi kepada murid. Contoh :
1. Guru : mengapa beriman kepada malaikat akan berdampak positif bagi kehidupan
kita sehari – hari?
2. Karena dengan mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bajwa kehidupan di
dunia ini ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
c. Pertanyaan mengarahkan / menuntut (Prompting Question)
Yang dimaksud pertanyaan mengarahkan / menuntut adalah pertanyaan yang diajukan untuk
member arak kepada murid dalam proses berpikirnya. Dalam proses belajar mengajar,
kedang – kadang guru harus mengajukan sesuatu pertanyaan yang mengakibatkan siswa
memerhatikan dengan seksama bagian tertentu (biasanya pokok inti pelajaran) dari sesuatu
bahan pelajaran yang rumit. Dari segi lain, apabila murid tak dapat menjawab sesuatu
pertanyaan atau salah memberikan jawaban, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan
mengarahkan / menuntun proses berpikir dari murid; dan akhirnya dapat menemukan
jawaban dari pertanyaan yang pertama tadi (catatan; tentang hal ini, baca selanjutnya pada
bagian teknik menuntun).
A. Pertanyaan Menggali (Probing question)
Yang dimaksud pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang akan
mendorong murid untuk lebih mengalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya.
Dengan pertanyaan menggali ini, murid di dorong untuk meningkatkan kualitas ataupun
kuantitas jawaban yang telah di berikan pada pertanyaan sebelumnya (catatan : tentang hal
ini, baca selanjutnya pada bagian teknik menggali).
2. Jenis – jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan Pengetahuan (Precall atau Ledge Question)
Pertanyaan Pengetahuan ialah yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau
ingatan terhadap apa yang telah dipelajari murid, dalam hal ini murid tidak diminta
pendapatnya atau penilainnya terhadap suatu problema atau persoalan. Kata – kata yang
disering dgunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya adalah apa, di
mana, kapan, siapa atau sebutkan. Contoh :
- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke 11 ?
- Apa nama ibokota Negara Amerika Serikat ?

ix
- Sebutkan Lima syarat utama menjadi iman ?
- Apa yang dimaksud dengan rukun ?
- Sebutkan 4 pertanyaan politik ayang dikeluarkan oleh Majelis Islam Tinggi terhadap
penjajahan jepang ?
b. Pertanyaan Pemahaman (Comperhension Question)
Pertanyaan ini menuntut murid untk menjawab pertanyaan dengan jelas mengorganisasi
informasi – informasi yang pernah diterimanya dengan kata – kata sendiri atau
menginterprestasikan / membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva atau
dengan memperbandingkan / membeda – bedakan. Kata-kata yang sering digunakan untuk
Menyusun pemahaman adalah :
- Jelaskan / uraikan dengan kata – katamu sendiri……
- Bandingkan ………………
Contoh :
- Jelaskan dengan kata – kata mu sendiri tentang manfaat micro teaching
- Jelaskan secara ringkas tentang
- Sunan gunung jati
- Sunan kalijaga
- Sunan muria
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban !
- Uraikan tata cara shalat di atas kendaraan seperti kereta api, mobil, dan sebagainya!
- Manfaat apa yang dapat diperoleh dari shalat berjamaah ?
c. Pertanyaan Penerapan (Aplication Question)
Pertanyaan penerapan / aplikasi ialah pertanyaan yang menuntut murid untuk memberikan
jawaban tunggal dengan cara menerapakan; pengetahuan, informasi, aturan – aturan, criteria
dan lain – lain yang pernah diterimanya pada suatu kasus atau kejadian yang sesungguhnya.
Contoh:
- Seorang makmum datang terlambat. Ketika ia tiba di masjid, imam hampir selesai
membaca surat pada rakaat pertama. Apa yang harus dilakukan makmum tersebut?
- Tuliskan bacaan sujud sahwi !
- Tunjukan bukti bahwa islam sangat memerhatikan kebersihan !
d. Pertanyaan analisis ( analysis question )

x
Pertanyaan analisis ialah pertanyaan yang menuntut murid untuk menemukan jawaban
dengan cara:
- Mengidentifikasikan motif masalah yang ditampilkan,
- Mencari bukti – bukti atau kejadian – kajadian yang menunjang suatu kesimpulan
atau generalisasi yang ditampilkan.
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi – informasi yang ada atau membuat
generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.
Contoh :
- Identikasi motif Mengapa orang – orang yang tergolong muklisin lebih digoda setan
daripada orang – orang yang tidak tergolong mukhlisin?
- Menganalisis kesimpulan / generalisasi (mencari bukti / kejadian yang menunjang
kesimpulan / generalisasi yang ditampilkan) Berbagai kegiatan usaha yang termasuk dalam
praktik riba saat ini banyak sekali dilakukan. Dapatkah kamu menunjukan buktinya ?
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada. Setelah kita membicarakan
system perbankan di Indonesia, kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari system tersebut?
e. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question )
Ciri dari pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar dan tidak tunggal, melainkan lebih dari
satu dan menghendaki murid untuk mengemabangkan potensi sintesis menuntut murid
untuk :
- Membuat ramalan / prediksi Apa yang terjadi bila penduduk Indonesia dibatasi
besarnya belanja per hari?
- Memecahkan masalah berdasarkan imajinasi Bayangkan anda seolah – olah hidup di
zaman Nabi Muhammad SAW. Apa yang akan Anda lakukan berkaitan dengan penyebaran
islam ?
- Mencari komunikasi Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan
kehidupan keagamaan di desamu!
f. Pertanyaan Evaluasi ( Evaluasi Question )
Pertanyaan Semacam ini menghendaki murid untuk menjawabnya dengan cara memberikan
penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Contoh :
- Menurut pendapatmu, nama yang lebih tepat dan murah dalam pemerataan
kesemapatan belajar, SD Inpres atau sekolah terbuka Bagaimana penilianmu tentang bunga
bank?

xi
F. Mengetahui Macam – Macam Pertanyaan, Teknik Mengemukakan Pertanyaan
Dan Komunikasi Antyar Pribadi (Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dan Cara –
Cara Berkomunikasi)

a. Macam – Macam Pertanyaan


Berikut ini tentang Jenis-Jenis Pertanyaan dan Contoh Pertanyaan :
1. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka ini tidak dapat dijawab dengan jawaban "Ya" atau "Tidak". Tujuan
pertanyaan terbuka adalah mendorong penjawab mengembangkan jawaban atas pertanyaan.
Pertanyaan terbuka diawali dengan kata "Mengapa", "Siapa", "Kapan", "Apa", "Dimana".
Contoh pertanyaan terbuka :
- Mengapa anda suka olahraga golf ?
- Kapan saja anda bermain golf ?
2. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup ini dijawab dengan jawaban "Ya", "Tidak", "Setuju", "Tidak Setuju,
"Benar" "Salah". Contoh peranyaan tertutup : Lawyer adalah profesi di bidang hukum, Benar
atau Salah.
3. Pertanyaan Spesifik
Pertanyaan spesifik ini adalah pertanyaan yang menanyakan informasi khusus. Contoh
pertanyaan spesifik : Pada saat apa saja anda merasa bosan bermain golf ?
4. Pertanyaan Reflektif
Pertanyaan reflektif ini bertujuan untuk memberikan informasi lebih mendalam. Contoh
pertanyaan reflektif : Ternyata Lawyer itu profesi yang....?
5. Pertanyaan Mengarahkan
Pertanyaan mengarahkan ini bertujuan untuk mempermudah penjawab dan jawaban dari
pertanyaan sudah ada di dalam pertanyaan yang disampaikan. Contoh pertanyaan
mengarahkan : Ternyata profesi Lawyer sangat menyenangkan ya ?
6. Pertanyaan Hipotesis
Pertanyaan hipotesis bertujuan untuk mengetahui reaksi dan kecepatan berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Contoh pertanyaan hipotesis : Sebagai lawyer apa yang anda
lakukan jika kalah dalam persidangan ?
7. Pertanyaan Perilaku

xii
Pertanyaan perilaku ini adalah pertanyaan yang menanyakan tentang pengalaman atau apa
yang dilakukan dari penjawab. Contoh pertanyaan perilaku : Coba anda terangkan apa saja
yang anda lakukan sebagai lawyer dalam membela klien di persidangan.
a. Teknik Mengemukakan Pertanyaan
Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Maksudnya
1. Pertanyaan Permintaan (Compliance Question). Pertanyaan yang mengharapkan agar
siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: Amir, maukah
kamu menutupkan jendela yang di sebelah sana?
2. Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question). Pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan karena merupakan
teknik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: Mengapa beriman kepada malaikat
akan berdampak positif bagi kehidupan kita sehari-hari? Karena, dengan mengingat adanya
malaikat kita akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini ternyata ada yang mengawasi
setiap perbuatan kita.
3. Pertanyaan Mengarahkan/Menuntun (Prompting Question). Pertanyaan yang diajukan
untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Apabila siswa tidak menjawab
pertanyaan atau salah, hendaknya guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan
mengarahkan/menuntun proses berpikir siswa dan akhirnya dapat menemukan jawaban dari
pertanyaan yang pertama diberikan.
4. Pertanyaan Menggali (Probing Question). Pertanyaan yang akan mendorong siswa
untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya. Dengan pertanyaan
menggali, siswa didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah
diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1. Pertanyaan Pengetahuan (Precall Question atau Legde Question). Pertanyaan yang
mengharapkan jawaban sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari
siswa. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan adalah
apa, dimana, kapan, siapa, atau sebutkan. Contoh: Apa nama ibukota negara Indonesia?
2. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question). Pertanyaan ini menuntut siswa
untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah
diterimanya dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang sering digunakan untuk menyusun
pemahaman adalah jelaskan/uraikan dengan kata-katamu sendiri, bandingkan. Contoh:
Jelaskan dengan kata-katamu sendiri tentang pertumbuhan dan perkembangan!

xiii
3. Pertanyaan Penerapan (Aplication Question). Pertanyaan yang menuntut siswa untuk
memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-
aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya pada suatu kasus atau kejadian
sesungguhnya. Contoh: Tunjukkan bukti bahwa islam sangat memperhatikan kebersihan!
4. Pertanyaan Analisis (Analysis Question). Pertanyaan yang menuntut siswa untuk
menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasikan motif masalah, mencari bukti-bukti
atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan informasi-informasi yang ada. Contoh: Setelah kita membicarakan rantai
makanan pada hewan, kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari rantai makanan tersebut?
5. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question). Ciri dari pertanyaan ini jawabannya yang
benar dan tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk
mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk
membuat ramalan/prediksi, memecahkan masalah berdasarkan imajinasi, dan mencari
komunikasi. Contoh: Apa yang terjadi jika seorang manusia tidak memiliki agama?
6. Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question). Pertanyaan semacam ini menghendaki
siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap
suatu isu. Contoh: Bagaimana penilaianmu tentang politik di Indonesia?
a. Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Joseph A.Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book
(Devito, 1989:4), komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua individu atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan
balik seketika. Sedangkan menurut Evert M Rogers dalam Depari, komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut, dengan interaksi tatap muka antara beberapa
orang pribadi.(Baca juga: Hambatan-Hambatan Komunikasi) Berdasarkan pendapat para
teoritikus, bisa dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah dimana orang – orang
yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi bukan sebagai objek.
1. Teori Komunikasi Antar Pribadi
Adapun teori – teori yang termasuk dalam teori komunikasi antar pribadi, yaitu :
a. Aprehensi Komunikasi
Aprehensi komunikasi adalah salah satu kondisi kognitif . Kondisi dimana seseorang
mengetahui dengan sadar bahwa dirinya memiliki rasa khawatir dan ketakutan selama
terjadinya komunikasi. Sehingga menjadikan ia orang yang mati rasa karena tidak memiliki
pikiran dan perasan apapun. Bahkan hingga tidak memahami sebab akibat sosial. (Baca juga:

xiv
Manajemen Komunikasi) Pendapat lain mengatakan, aprehensi komunikasi dapat terjadi
apabila individu menganggap bahwa pengalaman komunikasi miliknya sebagai suatu hal
yang tidak menyenangkan. Sehingga ia merasa takut untuk berkomunikasi kembali.
Penyebab aprehensi komunikasi dikemlompokkan dalam 3 kategori :
 Aktifitas yang berlebihan – Secara psikologis menunjukkan sikap kita sudah terlalu
aktif bahkan sebelum kegiatan dilakukan
 Proses kognitif tidak tepat – Ditunjukkan dengan rasa tidak nyaman dalam
menghadapi komunikasi
 Keterampilan dalam komunikasi tidak memadai – Ini menunjukkan jika kita tidak
tahu cara berkomunikasi secara efektif . (Baca juga: Filsafat Komunikasi)
b. Self-Disclosure
Self disclosure adalah bagian dari kajian komunikasi perspektif internasional. Fokus utama
dalam tindak komunikasi adalah aspek interaksi yang melibatkan indikator sebagai individu
sosial. Ini digunakan juga untuk mengembangkan potensi kemanusiaan melalui interaksi
sosial (Fister, 1986:243). Kemudian, pada self-disclosure, komunikasi yang terjadi ketika
individu berani membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya. Informasi yang
diungkapkan adalah informasi mendalam (rahasia).
c. Penilaian Sosial
 Orang biasa melakukan dua hal dalam menerima pesan, yakni mengkontraskan dan
mengasimilasikan. Kontras adalah distorsi perseptual yang mengantarkan pada polarisasi ide.
Sebagai contoh, mengontraskan pandangan kopi itu bermanfaat bagi kesehatan juga kopi itu
merugikan kesehatan. Sedangkan, asimilasi menunjukan kekeliruan dalam melakukan
penilaian yang bertentangan. Selain itu terdapat tiga hal dalam Teori Penilaian Sosial yang
berpengaruh pada komunikasi antar pribadi, antara lain
 Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi. Hal ini mampu melancarkan
penyampaian pesan secara jelas tanpa menimbulkan kesalah pahaman pada lawan bicara.
 Ambiguitas seringkali dinilai lebih baik dibanding dengan kejelasan. Contohnya saat
pesan yang akan disampaikan di dalam dunia periklanan.
 Adanya Individu yang bersifat dogmatis dalam menghadapi permasalahan. (Baca
juga: Komunikasi Sosial)
d. Penetrasi Sosial

xv
Teori yang menyatakan kedekatan antar pribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual).
Kemudian dilakukan berurutan dimulai dari tahap biasa hingga tahap intim. Ini merupakan
fungsi dari dampak saat ini dan masa depan.
 Teori komunikasi
 Teori media baru
 Etika komunikasi
 Komunikasi yang efektif
e. Pengurangan Ketidak Pastian
Teori ini menjelaskan bagaimana manusia menggali pengetahuan tentang lawan bicaranya.
Ini bertujuan sebagai cara untuk mengurangi ketidak pastian dalam komunikasi. Sehingga
mampu menimbulkan perasaan tenang dan nyaman selama berkomunikasi. Namun, jika tidak
mengetahui latar belakang lawan bicaranya seperti orang asing, tentu menimbulkan perasaan
tidak tenang, takut salah bicara dan tidak nyaman dalam berkomunikasi.
f. Dialetika Relasional
Teori ini menganggap bila orang – orang yang menjalin relasi dan komunikasi antar pribadi,
didalam batin mereka terjadi tarikan konflik. Kemudian, tarikan konflik tersebut
menyebabkan relasi selalu berada dalam kondisi cair. Lalu situasi tersebut dikenal sebagai
ketegangan dialektis, dimana kita serasa terayun antara harmonis dan konflik.
1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self) Dalam berkomunikasi,
terdapat berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman.
Semua hal tersebut dihasilkan dari dalam diri individu. Oleh karena itu, artinya komunikasi
antar pribadi dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita.
2. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi
komunikasi antarpribadi dimaksudkan tidak hanya berkaitan dengan isi pesanyang menjadi
media tukar, tetapi juga melibatkan siapa yang menjadi komunikan serta bagaimana
hubungan kita dengan komunikan tersebut.
3. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak
yang berkomunikasi Kedekatan saat berkomunikasi diperlukan baik untuk sang komunikator,
maupun juga komunikan. Oleh karena itu, jarak menjadi sangat penting untuk menilai
keberhasilan suatu komunikai agar mencapai komunikasi yang efektif.
4. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional Transaksional yang menjadi sifat
komunikasi antar pribadi mengacu pada tindakan dari pihak-pihak yang berkomunikasi.
Mereka secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.

xvi
5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan
lainnya. Dalam sebuah komunikasi antar pribadi, perlu adanya timbal balik yang berkaitan
mengenai topik yang dibicarakan. Apalagi topik berbeda, akan terjadi kesenjangan dalam
berkomunikasi dan menimbulkan keheningan serta salah pemahaman antara komunikator
dan komunikan. Oleh karena itu, peran pesan menjadi sangat penting.
6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.
Proses penyampaian pesan yang terjadi saat komunikasi antar pribadi berlangsung tidak
dapat diubah atau diulang kembali. Apa yang telah disampaikan dan dipahami oleh kedua
belah pihak akan memberi stimulasi berbeda – beda. Sehingga, perlu diperhatikan saat
penyampaian pesan agar tercipta.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Dimana pembelajaran adalah upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian strategi pembelajaran
mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar,
pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan
peserta didik, antar peserta didik, dan terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini, strategi pembelajaran di artikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jenis-Jenis strategi pembelajaran, strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tidak
langsung, belajar melalui pengalaman, belajar mandiri dan pembelajaran interaktif. Istilah
yang terkait dalam strategi pembelajaran meliputi model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran teknik dan taktik dalam pembelajaran. Unsur-unsur
dalam strategi pembelajaran meliputi rangkaian/urutan dan pengelompokan konten,
komponen belajar, pengelompokkan peserta didik serta pemilihan media dan sistem
pengajaran.

B. SARAN
Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan
yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar
mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi
bangsa yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
kami berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.

xviii
Daftar Pustaka

 Lunandi, A.G., 1994, Komunikasi Mengenai : Meningkatkan Efektivitas Komunikasi


antar Pribadi, Kanisius, Yogyakarta.
 Rakhmat,1988, Psikologi Komunikasi, CV. Remaja Karya, Bandung.
 R. Gita Ardhy Nugraha 10 Juni 2017 , Guru PPKN
 Pengajaran, oleh Marno dan Idris Ahmad Rohani HM dan Drs. H. Abu Ahmadi,
Pengelolaan Pengajaran, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1995).

xix
xx

Anda mungkin juga menyukai