Anda di halaman 1dari 15

LINGKUNGAN KUASA HUKUM ADAT

Disusun Oleh:
Materi 3

Agripa Videlia Jawak 3 / 2114101112


Komang Krisna Hery Pratama 10 / 2114101120
Made Dwi Wahyuni 14 / 2114101127
Komang Bintang Surya Pangestu 28 / 2114101138
Ni Made Gian Sari Astiti 29 / 2114101139

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Hukum Adat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “LINGKUNGAN KUASA HUKUM ADAT”, dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini terdapat pembahasan mengenai negara demokrasi dan
autokrasi modern. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh
dari kata sempurna. Penulis juga menerima segala kritik dan saran demi adanya
peningkatan kualitas dalam penyusunan makalah. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah dan tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kami dan pembaca.

Singaraja, 19 Februari 2022

Kami

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................5

1.4 Manfaat..............................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN...............................................................................................................6

2.1 Hakikat Lingkungan Kuasa Hukum Adat...........................................................6

2.2 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Orang.....................................................9

2.3 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Ruang.....................................................9

2.4 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Waktu...................................................11

2.5 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Soal......................................................11

BAB III............................................................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan......................................................................................................14

3.2 Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara hukum, ini ialah ketentuan yang termuat
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Istilah negara hukum ialah terjemahan
langsung dari Rechtstaat (Bahasa Belanda) tanpa konotasi khusus menganai
konteks sosial budaya bangsa yang melataar belakangi kelahiran sebutan
tersebut. Negara hukum merupakan sesuatu negeri yang didalamnya seluruh
aksi wajib terdapat dasar hukumnya.
Terdapat sekian banyak komponen-komponen hukum yang dijadikan
dasar pembuatan hukum guna menghasilkan sesuatu keadilan serta kepatutan
dalam bermasyarakat. Salah satu komponen hukum tersebut merupakan
hukum adat. Hukum adat merupakan hukum asli indonesia yang tidak
tertulis/ tertuang di dalam wujud Perundang-Undangan Repoblik Indonesia
serta disana-sini memiliki komponen agama.
Hukum adat ataupun hukum tidak tertulis didasarkan pada proses
interaksi dalam warga. Berperan selaku pola untuk mengorganisasikan dan
memperlancar proses interaksi tersebut. Selaku a system of stabilized
interactional expectancies, hukum adat senantiasa berperan secara efisien
dalam mengendalikan kehidupan warga meski hukum tertulis dalam
perkembangannya sudah mengendalikan bagian terbesar dalam aspek
kehidupan masyarakat.
Adanya hukum yang memperhatikan hukum adat ini, maka diharapkan
Indonesia akan mendapatkan suatu sistem hukum yang memenuhi kebutuhan
masyarakat di berbagai kehidupan dalam era globalisasi, salah satunya
adalah hukum yang mengatur tentang hubungan antar orang perorangan atau
sering disebut dengan hukum perdata dan secara khusus adanya hukum
kontrak/perjanjian dan perjanjian secara adat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hakikat Lingkungan Kuasa Hukum Adat.

4
2. Bagaimana Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Orang.
3. Bagaimana Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Ruang.
4. Bagaimana Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Waktu.
5. Bagaimana Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Soal.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk memahami hakikat lingkungan kuasa hukum adat.
2. Untuk memahami lingkungan kuasa hukum adat atas orang.
3. Untuk memahami lingkungan kuasa hukum adat atas ruang.
4. Untuk memahami lingkungan kuasa hukum adat atas waktu.
5. Untuk memahami lingkungan kuasa hukum adat atas soal.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang lingkungan kuasa hukum adat..
2. Membantu kita semua dalam bidang hukum adat dan bisa bermanfaat
untuk kita semua terutama bagi mahasiswa dalam memahami suatu
permasalahan mengenai lingkungan kuasa hukum adat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Lingkungan Kuasa Hukum Adat


Hukum adat berlaku bagi orang-orang yang lahir sebagai bagian dari
suatu adat tersebut. Sehingga antara satu adat dengan yang lain mungkin akan
memiliki peraturan atau sanksi yang berbeda. Ketika seseorang memasuki
sebuah wilayah yang masih berpegang pada hukum adat, maka seseorang
asing tersebut tetap harus mengikuti peraturan yang ada di hukum adat
tersebut. Namun, jika seseorang tersebut sudah keluar dari wilayah tersebut,
maka hukum adat tersebut sudah tidak berlaku. Sumber hukum adat adalah
peraturan-peraturan tidak tertulis yang terus tumbuh dan berkembang
ditengah masyrakat serta dipertahankan. Sebenarnya nilai-nilai dan sifat
hukum adatsudah terkandung dalam butir-butir Pancasila. Contohnya,
gotong-royong, musyawarah mufakat, dan keadilan. Lingkungan Kuasa
Hukum Adat adalah satu daerah yang garis-garis besar, corak dan sifat hukum
adatnya sebagairechtskring. Setiap lingkungan hukum adat dibagi dalam
beberapa bagian yang disebut Kukuban Hukum (Rechtsgouw). Contoh
Lingkungan Hukum Adat, yaitu :
1) Aceh (Aceh besar, Pantai Barat, Singkel, Semeuleu)
2) Tanah Gayo, Alas dan Batak
 Tanah Gayo (Gayo lueus)
 Tanah Alas
 Tanah Batak (Tapanuli)
 Tapanuli Utara; Batak Pakpak (Barus), Batak karo, Batak
Simelungun, Batak Toba (Samosir, Balige, Laguboti, Lumbun
Julu)
 Tapanuli Selatan; Padang Lawas (Tano Sepanjang), Angkola,
Mandailing (Sayurmatinggi)
 Nias (Nias Selatan)
3) Tanah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota,
tanah Kampar, Kerinci)

6
4) Mentawai (Orang Pagai)
5) Sumatra Selatan
 Bengkulu (Renjang)
 Lampung (Abung, Paminggir, Pubian, Rebang,Gedingtataan, Tulang
Bawang)
 Palembang (Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah,Semendo)
 Jambi (Batin dan Penghulu)
 Enggano
6) Tanah Melayu (Lingga-Riau, Indragiri, Sumatra Timur, Orang Banjar)
7) Bangka dan Belitung
8) Kalimantan (Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir,
Dayak,Kenya, Dayak Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak
Lawangan, Lepo Alim, Lepo Timei, Long Glatt, Dayat Maanyan,Dayak
Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Penyambung
Punan)
9) Gorontalo (Bolaang Mongondow, Suwawa, Boilohuto, Paguyaman)
10) Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat,Sigi,
Kaili,Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)
11) Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre,
Mandar,Makasar, Selayar, Muna)
12) Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Kao, Tobelo, Kep.Sula)
13) Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru,
Seram, Kep. Kei, Kep. Aru, Kisar)
14) Irian
15) Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba,
Sumba Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima)
16) Bali dan Lombok (Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, KarrangAsem,
Buleleng,Jembrana, Lombok, Sumbawa)
17) Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu,
Purworejo,Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura)
18) Daerah Kerajaan (Surakarta, Yogyakarta)
19) Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten)

7
Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi 19
lingkungan hukum adat (rechtsringen). Salah satu bidang yang diuraikan ialah
pola dan sifat hukum adat menggambarkan sebagai rechtskring. Setiap
lingkungan hukum adat dibagi menjadi beberapa bagian, yang disebut Hukum
Kukuban (Rechtsgouw).
1. Penegak hukum adat
Pemimpin tradisional penegakan hukum adat sebagai pemimpin yang
sangat dihormati dan pengaruh besar dalam lingkungan masyarakat adat
untuk menjaga integritas kehidupan yang sejahtera.
2. Aneka Hukum Adat
Hukum adat berbeda di setiap daerah karena adanya pengaruh :
 Agama: Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan sebagainya. Sebagai
contoh: di Jawa dan Bali dipengaruhi agama Hindu, Islam dipengaruhi
di Aceh, Ambon dan Maluku dipengaruhi dalam kekristenan.
 Kerajaan seperti: Sriwijaya, Airlangga, Majapahit. Masuknya negara-
negara Arab, Cina, Eropa.

3. Pengakuan Adat oleh Hukum Formal


Mengenai isu penegakan hukum adat di Indonesia, ini memang sangat
prinsip masalah penegakan hukum tradisional Indonesia, ini memang sangat
prinsip Karena kebiasaan merupakan salah satu cermin bagi bangsa, identitas
merupkan adat bangsa, dan identitas untuk setiap wilayah. Dalam kasus salah
satu Nuaulu suku terletak di daerah Maluku Tengah, ini membutuhkan studi
yang sangat teliti, pertanyaannya kemudian adalah pada saat ritual suku, di
mana proses tradisional membutuhkan kepala manusia sebagai alat atau
proses perangkat Nuaulu ritual suku.
Dalam sala kalimat oleh salah satu Hakim di Negara Perngadilan Masohi
di Maluku Tengah, adalah pengenaan hukuman mati, sedangkan UU
Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 Tahun 2004 dalam Pasal 28, hakim harus
melihat atau mempelajari kebiasaan lokal atau pengenaan putusan pidana
terhadap kasus Terkait dengan adat setempat.

8
2.2 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Orang
Kalau kita perhatikan dimasa yang lalu sampai sekarang ini terus
mengalami perubahan-perubuhan, misalnya dalam tahun 1947 berdasarkan
stablad 1847 No : 23, hukum adat hanya terbuka bagi orang-orang indonesia
asli dan mereka yang dipersamakan  dengan orang indonesia asli adalah :
orang tionghoa, orang arab, dan lain-lain yang beragama islam. Pada tahun
1854 terbentuklah RR dalam pasal 109 RR ditetapkan bahwa kriteria agama
sebagai satu-satunya ukuran untuk menetapkan dimasukkannya orang
kedalam suatu golongan ditiadakan baik golongan eropa, maupun golongan
indonesia asli. Pada tahun 1919, berlakulah RR yang baru yang maksudnya
hukum adatimasih tetap berlaku bagi orang indonesia asli sepanjang mereka
tidak beralih golongan hukum adat berlaku bagi golongan bukan orang
indonesia asli, akan tetapi mereka harus meleburkan diri kedalam golongan
orang indonesia asli.
Lingkungan hukum adat atas orang dipersempit lagi pada tahun 1926,
yakni dengan diopernya RR menjadi IS. Berdasarkan stb tahun 1917 no 12
dan pasal 163 IS ada kemungkinan  bagi orang indonesia asli untuk
menundukkan diri pada seluruh hukum perdata barat. Pada tahun 1960,
lingkugan kuasa hukum adat atas orang menjadi bertambah dalam hal karena
menurut undang-undang pokok 1960 ditetapkan bahwa mengenai hukum
tanah dipakailah hukum adat dengan tidak membedakan orang Indonesia asli
dan bukan orang Indonesia asli.

2.3 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Ruang


Mengenai lingkungan kuasa hukum atas ruang kita menemukan adanya
persekutuan hukum yang berbeda-berda dimasing-masing daerah, tentu hal
ini tidak lepas dari latar belakang berkembangnya bangsa Indonesia yang
bermula dari wilayah Vietnam, yang kemudian datang ke Indonesia dalam
kelompok-kelompok kecil dan menyebar kewilayah Indonesia, kelompok-
kelompok kecil dan wilayah-wilayah yang berbeda yang berbeda inilah yang

9
telah melahirkan lingkungan kuasa hukum adat atas ruang yang berbeda-
beda. Keadaan yang seperti inilah kemudian ditemukan oleh van vollen
sehingga beliau mengklasifikasikan hukum adat atas ruang berbeda-beda
masing daerah. Van hollenhoven, telah membagi wilayah wilayah Indonesia
menjadi 19 lingkungan kuasa hukum adat. Dalam bukunya adatrecht Van
hollehoven menggunakan istilah RECHTSKRING (lingkungan hukum).
Adanya lingkungan kuasa hukum adat atas ruang menurut Van hollenhoven
adalah sbb :
1. Aceh
2. Tanah gayo-alas dan batak beserta nias
3. Daerah minang kabau beserta mentawai
4. Sumatra selatan
5. Daerah melayu (Sumatra timur, jambi, riau)
6. Bangka dan Belitung
7. Kalimantan
8. Minahasa
9. Gorontalo
10. Daerah toraja
11. Sulawesi selatan
12. Kepulauan ternate
13. Maluku-ambon
14. Irian
15. Kepulauan timor
16. Bali dan Lombok (beserta Sumbawa barat)
17. Jawa tengah dan timur beserta Madura
18. Daerah-daerah swapraja (Surakarta dan jogjakarta)
19. Jawa barat.
Lingkungan-lingkungan tersebut masih dapat dibagi-bagi lagi kedalam
kukuban-kukuban hukum, atau anak-anak lingkungan seperti: Jakarta raya,
banten, Cirebon dan periangan (lingkungan hukum jawa barat). Perlu kiranya
dijelaskan bahwa perbedaan-perbedaan antara lingkungan kuasa hukum adat
atas ruang diatas bukanlah perbedaan pundamental sebagai hukum adat

10
dengan hukum barat. Dan penetapan hukum adat menjadi 19 lingkungan
adalah pada saat pecahnya perang pasifik (1942) yang pada masa itu dianggap
masih up to date. Tentu setelah bangsa Indonesia merdeka dan mengalami
proses perkembangan disegala bidang, sehingga pergaulan antara masing-
masing lingkungan menjadi semakin eratnya, yang sudah barang tentu akan
saling bertemu dan saling pengaruh kecil, dan perlu diingat pula dengan
adanya program transmigrasi bukan tidak mungkin akan terjadi saling
mengenal sebagaimana disebutkan diatas yang ada antar lingkungan bukanlah
perbedaan yang prinsip.

2.4 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Waktu


Hukum adat memiliki sifat menyerap yakni dalam beberapa UU dan
berbagai peraturan yang baru dibuat oleh pemerintah kuasa hukum adat disini
lebih diartikan sebagai perubahan dari waktu ke waktu dari hukum adat itu
sendiri yang kemudian diserap dan diaktualisasikan keberbagai hukum yang
lainnya yang menyangkut dengan kehidupan bermasyarakat Indonesia. Tidak
lain hal ini dilakukan guna menjaga keberadaan hukum adat itu sendiri yang
merupakan ciri masyarakat Indonesia dan juga menjiwai dan dijiwai oleh
pancasila dan UUD 1945. Contoh dimana kuasa hukum adat atas waktu ini
dapat dijumpai yakni didalam UU No.1 / 1974 tentang perkawinan. Dimana
dalam UU ini kuasa atas waktu hukum adat diperlukan sepanjang diperlukan.
Dalam artian dalam hal perkawinan kebiasaan adat pernikahan/perkawinan
yang juga diatur dalam hukum adat diperlukan diatur juga dalam UU
perkawinan.

2.5 Lingkungan Kuasa Hukum Adat Atas Soal


Kuasa Hukum Adat Atas Soal Mengenai sistematika hukum adat atas
soal, ada perbedaan pendapat antara para sarjana hukum adat. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan dasar pikiran dari masing-masing
sarjana terhadap masalah tersebut. Ada dua pendapat mengenai sistematika
hukum adat atas soal:
1. Golongan pertama dipelopori oleh vabn vollenhoven, dalam
sistematikanya van hollenhoven berusaha menunjukkan sifat dan bentuk

11
hukum adat tersendiri dalam arti berbeda dengan hukum barat. Van
hollenhoven, ingin mengemukakan sifat kemandirian hukum adat/sifat
kepribadian dari hukum adat. Pendapat van hollenhoven di ikuti oleh Mr
B.Ter Haar BZN, di dalam lingkungan hukum adat van hollenhoven
dikenal sebagai penemu dari hukum adat, sedang Ter Haar sebagai
pembentuk stelsel hukum adat.
2. Golongan kedua dipelopori oleh VAN DIJK, sistematika hukum adat atas
soal disusun hampir sejajar dengan bagian yang terdapat dalam hukum
barat. Dengan demikian Van Dijk tidak ingin menunjukkan sifat
kemandirian dari hukum adat atas soal yang sebenarnya, melainkan
disesuaikan dengan hukum barat.
Sistematika Hukum Adat Atas Soal Menurut Van Hollenhoven :
a. Bentuk susunan persekutuan hukum dilapangan rakyat
b. Hukum pamili
c. Hukum perkawinan
d. Hukum waris
e. Hukum tanah dan air
f. Hukm harta benda-benda selain tanah dan air
g. Hukum delik
Sistematika Hukum Adat Atas Soal Menurut Ter Haar :
a. Dasar susunan rakyat
b. Dasar dan sistem dari hukum tanah
c. Transaksi tanah
d. Transaksi dimana tanah tersangkut didalamnya
e. Hukum tentang piutang
f. Benda hukum adat
g. Hukum perorangan
h. Hukum kekerabatan
i. Hukum perkawinan
j. Hukum delik
k. Hukum waris
l. Hukum tentang daluwarsa

12
Sistematika Hukum Adat Atas Soal Menurut Van Dijk :
a. Hukum adat mengenai tata negara meliputi :
1. Susunan ketertiban masyarakat hukum
2. Persekutuan rakyat
3. Susunan dan lingkungan serta alat perlengkapannya
4. Jabatan yang ada serta para pejabatnya
b. Hukum adat mengenai warga (hukum perdata)
1. Hukum pertalian sanak
2. Hukum perkawinan
3. Hukum waris
4. Hukum hutang piutang
c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, Hakekat Lingkungan Kuasa Hukum Adat merupakan satu daerah
yang garis-garis besar, corak dan sifat hukum adatnya sebagairechtskring.
Setiap lingkungan hukum adat dibagi dalam beberapa bagianyang disebut
Kukuban Hukum (Rechtsgouw). Hukum adat hanya terbuka bagi orang-orang
indonesia asli dan mereka yang dipersamakan dengan orang indonesia asli.
lingkungan kuasa hukum atas ruang ditemukan adanya persekutuan hukum
yang berbeda-berda dimasing-masing daerah. Lingkup keberlakuan hukum
adat yang diwariskan secara temurun dari penciptanya jadi dalam kronologi
yang berturut-turut hingga masih diakui di masa sekarang,keberlakuan
kekuasaan hukum adat tersebut diiringi dengan waktu dan peradaban yang
sesuai dengan ketentuan hukum adat tersebut sehingga hukum adat akan
mengikuti keberadaan masyarakat adat. Sistematika hukum adat atas soal
disusun hampir sejajar dengan bagian yang terdapat dalam hukum barat.

3.2 Saran
Hendaknya melalui makalah ini kita dapat memahami dan menjelaskan
tentang arti dari demokrasi dan tipe tipe lain, makalah yang kami susun ini
masih banyak mengalami kekurangan, baik dalam segi pengambilan materi
maupun dari segala penulisan nya, jadi kira-nya dapat memberikan hal-hal
positif bagi kesempurnaan makalah ini yang berjudul negara demokrasi
modern dan negara autokrasi modern.

14
DAFTAR PUSTAKA

Academia,(2020).https://www.academia.edu/43033867/
TUGAS_HUKUM_ADAT_LINGKUNGAN_KUASA_HUKUM_ADAT
_PUTU_DANIEL_GOMBO (diakses pada tanggal 20 Februari 2022)
Dhebot Blog Belog, “Kuasa Hukum Adat Atas Orang, Ruang, Soal Dan Waktu”
(2013), http://dhebotblogbelog.blogspot.com/2013/02/kuasa-hukum-adat-
atas-orang-ruang-soal_28.html.
Pide, A. S. M., & SH, M. (2017). Hukum Adat Dahulu, kini, dan akan datang.
Prenada Media.
Saripedia, “Lingkungan Hukum Adat (Rechtsringen) Di Indonesia” (2011).
https://saripedia.wordpress.com/2011/06/13/19-lingkungan-hukum-adat-
rechtsringen-di-indonesia/ (diakses pada tanggal 20 Februari 2022)
Siombo, M. R., & Wiludjeng, H. (2020). Hukum Adat Dalam Perkembangannya.
Penerbit Universitas katolik Indonesia Atma Jaya.
Sulistiani, S. L., & Sy, M. E. (2021). Hukum Adat di Indonesia. Bumi Aksara.
Syahbandir, M. (2010). Kedudukan Hukum Adat dalam Sistem Hukum. Kanun
Jurnal Ilmu Hukum, 12(1), 1-13.
Wiranata, I. G. A., & SH, M. (2005). Hukum Adat Indonesia Perkembangan dari
masa ke masa. Citra Aditya Bakti.
Wulansari, C. D., & Gunarsa, A. (2016). Hukum adat Indonesia: suatu pengantar.
Refika Aditama.

15

Anda mungkin juga menyukai