Anda di halaman 1dari 43

A.

JUDUL PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Quantum Teaching Pada Materi Himpunan di Kelas

VII SMP Negeri 12 Pontianak

B. LATAR BELAKANG

Matematika merupakan ilmu dasar yang mendasari perkembangan

ilmu-ilmu lain dan hampir setiap kegiatan manusia berhubungan dengan

matematika. Contoh nyata dalam hal transaksi jual beli yang sering dilakukan

oleh setiap orang pasti menggunakan unsur – unsur berhitung yang ada dalam

matematika. Sejalan dengan ungkapan yang diutarakan Hans Freudenthal

yaitu “ Mathematics for life on mathematics as a human activities” artinya

matematika merupakan sebuah aktivitas yang berlaku dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu mata pelajaran matematika menjadi

satu diantara mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di sekolah.

Peran penting pelajaran matematika tersebut seharusnya mampu

membuat pelajaran matematika menjadi satu diantara mata pelajaran yang

menyenangkan dan diminati peserta didik. Namum, sampai saat ini masih

banyak peserta didik yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang

sulit dan tidak menyenangkan. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil

belajar peserta didik. Adapun tujuan pembelajaran matematika kurikulum

2013 dalam Permendikbud No 24 tahun 2016 mengungkapkan bahwa

kompetensi lulusan dalam pelajaran matematika adalah mengusung adanya

peningkatan yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan dalam bidang matematika. Peserta didik diharapkan memiliki

1
2

semua aspek sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif perlu diterapkannya strategi

pembelajarannya yang tepat.

Berdasarkan hasil observasi selama Praktik Pengalaman Lapangan

(PPL) di SMP Negeri 12 Pontianak, diketahui bahwa peserta didik kurang

tertarik untuk belajar matematika. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran

berlangsung ada peserta didik yang tidak memperhatikan guru yang sedang

menjelaskan pembelajaran. Selain itu, ada juga peserta didik yang berbicara

dengan teman sebangkunya. Kurang aktifnya peserta didik juga terlihat dari

banyaknya peserta didik yang tidak mengerjakan soal yang diberikan. Selain

itu, jika diberikan pertanyaan hanya satu atau dua peserta didik yang

menjawab. Jika hal ini masih sering berlangsung, ada beberapa kemungkinan

buruk yang terjadi, antara lain siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran,

kemudian timbulnya kejenuhan, rasa bosan, bersikap pasif terhadap dan

kemungkinan terburuknya adalah siswa sudah tidak mau belajar matematika

atau tidak suka dengan pelajaran matematika. Hal ini menjadi salah satu

penyebab prestasi hasil belajar matematika peserta didik masih tergolong

rendah.

Himpunan merupakan dasar ilmu matematika yang dipelajari di SMP

kelas VII. Kemampuan dasar yang tercantum dalam silabus kurikulum 2013

dari pokok bahasan himpunan SMP kelas VII yaitu:(1) menjelaskan dan

melakukan operasi biner, pada himpunan menggunakan masalah kontekstual.

(2) menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan operasi biner


3

pada himpunan. Peserta didik diharapkan dapat menguasai kompetensi dasar

yang sudah tercantum dalam silabus.

Tetapi, kenyataanya dari data yang diperoleh dari Guru matematika di

SMP Negeri 12 Pontianak hasil belajar peserta didik pada materi himpunan

masih rendah. Terbukti dari hasil ulangan harian materi himpunan peserta

didik, hanya 10 dari 37 siswa kelas VIII A yang memperoleh nilai yang

memenuhi Ketuntasan Belajar Minimal (KBM). Nilai KBM yang ditentukan

oleh sekolah pada mata pelajaran Matematika adalah 70, artinya terdapat 72%

siswa yang tidak memenuhi nilai KBM/tidak tuntas pada ulangan harian

materi himpunan.

Dari hasil jawaban peserta didik kelas VII A yang berjumlah 37 peserta

didik dengan soal berbentuk uraian. Dari soal tersebut banyak peserta didik

yang salah menjawab, bahkan ada peserta didik yang tidak menjawab soal

yang bekaitan dengan materi operasi himpunan, adapun soal yang diberikan:

Pada suatu kelas yang tersiri atas 48 siswa dilakukan pendataan pilihan

ektrakulikuler. Hasilnya diperoleh 29 siswa memilih bola voli, 27 siswa

memilih PMR, dan 6 siswa tidak memilih keduanya. Tentukan banyak siswa

yang gemar keduanya.

Berdasarkan jawaban peserta didik dapat disimpulkan bahwa:(1) 5

peserta didik menjawab soal dengan benar. (2)10 peserta didik yang

menjawab soal dengan batuan diagran venn, namun hasil terkahir yang

diperoleh kurang tepat. (2) 15 peserta didik yang tidak menjawab sama sekali.
4

Proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil

belajar peserta didik. Dari observasi diketahui bahwa proses pembelajaran

matematika yang berlangsung di SMP Negeri 12 Pontianak, guru

menyampaikan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan memberi contoh

soal. Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya dan diakhir

pembelajaran peserta didik akan diberikan soal latihan. Kurang tepatnya

strategi pembelajaran yang digunakan mengakibatkan kurang efektifnya

dalam proses pembelajaran. Menurut Miarso (2011:536), pembelajaran yang

efektif adalah yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi

para siswa, melalui pemakaian prosedur yang tepat.

Dari masalah tersebut, peneliti menganggap perlu diterapkannya

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil

belajar siswa. Satu diantara pendekatan yang dapat digunakan adalah

pendekatan Quantum teaching. Menurut DePotter, menerapkan pendekatan

Quantum teaching di kelas, seorang guru dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Quantum

teaching mengajarkan supaya setiap peserta didik memiliki peran dan

keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan kesempatan

kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan

ide-ide dan lain-lain. Peserta didik dapat berpikir pada suatu persoalan

matematika apabila telah dapat memahami persoalan tersebut. Suatu cara

pandang peserta didik tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi


5

pola pikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan. Hal ini diperkuat

dengan penelitian yang dilakukan Desyana Gustikawati (2015:3) disimpulkan

bahwa Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

peserta didik. Hal ini berarti pendektan Quantum Teaching memberikan suatu

alternatif bagi guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut perlunya diterapkan pendekatan Quantum

Teaching pada materi himpunan di SMP Negeri 12 Pontianak.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang di paparkan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektifitas penerapan pendekatan

Quantum Teaching pada materi himpunan di kelas VII SMP Negeri 12

PONTIANAK?”

Adapun sub – sub masalahnya:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Quantum Teaching pada materi himpunan di kelas VII SMP

Negeri 12 Pontianak?

2. Bagaimana aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran materi

himpunan dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching di kelas

VII SMP Negeri 12 Pontianak?

3. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada materi himpunan setelah

diterapkan pendekatan Quantum Teaching di kelas VII SMP Negeri 12

Pontianak?
6

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Quantum Teaching pada materi himpunan di kelas VII SMP Negeri 12

Pontianak.

2. Aktivitas peserta didik pada saat proses pembelajaran materi himpunan

dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching di kelas VII SMP

Negeri 12 Pontianak.

3. Hasil belajar peserta didik pada materi himpunan setalah diterapkan

pendekatan Quantum Teaching di kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah :

a. Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan strategi dalam pembelajara, agar

pembelajaran makin kreatif dan inovatif.

b. Bagi siswa

Sebagai sarana dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam

menyelesaikan berbagai masalah.

c. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pendekatan Quantum

Teaching.
7

F. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:60), variabel penelitian adalah suatu atribut

atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang

dikaji dalam penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas

peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.

G. Definisi Operasional

1. Efektivitas pembelajaran

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai dari pelaksanaan pembelajaran yang ditinjau dari 3

aspek, yaitu:

1) Keterlaksanaan pembelajaran.

2) Aktivitas peserta didik.

3) Hasil belajar.

Berikut adalah uraian tentang efektivitas dalam penelitian ini:

a. Keterlaksanaan Pembalajaran

Keterlaksanaan pembelajaran adalah kesesuaian pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan guru dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan Quantum Teaching

yang telah disusun.

b. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian


8

ini, aktivitas siswa diamati berdasarkan penggolongan aktivitas menurut

Paul B. Diedrich, tetapi peneliti hanya mengamati 4 dari 8 jenis aktivitas,

yaitu :

1) Visual Activities yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati

proses pembelajaran.

2) Oral Activities yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bertanya,

mengeluarkan pendapat, menanggapi pertanyaan.

3) Writing Activities yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengerjakan

LKPD dan mencatat.

4) Motor Activities yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mempraktikan

atau bermain peran.

Aktivitas belajar peserta didik dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan lembar observasi dengan kriteria yang ditetapkan adalah

aktivitas belajar peserta didik dikatakan “Aktif” jika 60% ≤ Persentase

aktivitas < 80%. Sedangkan aktivitas peserta didik dikatakan “Sangat

Aktif” jika 80% ≤ Persentase aktivitas ≤ 100%.

c. Ketuntasan Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang

menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Hasil belajar dalam penelitian ini disesuaikan dengan KBM yang sudah

ditetapkan oleh sekolah. Peserta didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

individu) jika peserta didik memperoleh nilai ≥ 70, dan suatu kelas dikatakan
9

tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat

≥ 75 % peserta didik yang telah tuntas belajarnya.

2. Pendekatan Quantum Teaching

Pendekatan merupakan titik tolak dalam melaksanakan pembelajaran

agar dapat membatu mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan Quantum

Teaching yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang

dilaksanakan sesuai karakteristik yang disingkat dengan TANDUR :

a. Tumbuhkan (T): memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.

b. Alami (A): melakukan simulasi kegiatan

c. Namai (N): memberikan sebuah nama pada konsep

d. Demonstrasikan (D): peserta didik mempersentasikan hasil diskusi

kelompok

e. Ulangi (U): guru membimbing siswa untuk meriview pembelajaran

dan memberikan latihan soal

f. Rayakan (R) :guru memberikan reward untuk kelompok yang terbaik.

3. Himpunan

Himpunan yang akan dibahas pada penelitian ini sesuai dengan kurikulum

2013 yang diajarkan di kelas VII pada semester satu. Materi tersebut adalah

operasi himpunan yang terdiri dari irisan, gabungan, selisih, dan komplemen.

H. KAJIAN TEORI
1. Efektivitas Pembelajaran

a. Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang berarti

berhasil, tepat atau manjur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
10

efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang

ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu

usaha atau tindakan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan

bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,

tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota.

Menurut Miarso (2011:536) pembelajaran yang efektif adalah yang

menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para peserta didik,

melalui pemakaian prosuder yang tepat. Sedangkan menurut Sadiman (dalam

Trianto, 2012:20) keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh

setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Dari definisi-definisi ini

mengandung dua indikator yang penting, yaitu terjadinya belajar pada peserta

didik dan apa yang dilakukan oleh guru.

Efektivitas pengajaran dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Efektivitas Mengajar Guru

Efektivitas mengajar guru yaitu menyangkut sejauh mana kegiatan

belajar mengajar yang direncanakan terlaksana oleh guru. Pembelajaran

pasti memiliki perencanaan yang matang, semakin banyak perencanaan

dapat diwujudkan dalam pembelajaran berarti pembelajaran itu dapat

dikategorikan efektif, begitu juga sebaliknya.

2. Efektivitas Belajar Peseta Didik

Efektivitas belajar peseta didik yaitu menyangkut sejauh mana

tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar

mengajar (KBM). Aspek ini melihat kemampuan peserta didik dalam


11

menyerap materi pelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif dari aspek

peserta didik jika peserta didik memiliki kemampuan untuk menyerap

atau memahami materi yang disampaikan guru.

b. Kriteria Efektivitas

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya

sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin

tinggi efektivitasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

suatu keadaan atau ukuran yang menunjukan adanya pengaruh atau hasil

yang diharapkan.

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai dari pendekatan Quantum Teaching yang

ditinjau dari 3 aspek, yaitu:

1. Keterlaksanaan pembelajaran.

2. Aktivitas peseeta didik.

3. Hasil belajar.

Berikut adalah uraian tentang efektivitas dalam penelitian ini:

a. Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian

rupa menurut langkah – langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil

yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010:136 ).

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010:1) Keterlaksanaan

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi
12

yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

Dalam Keterlaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan membuka

sampai menutup pelajaran, yang terbagi menjadi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan kegiatan yang

meliputi mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti proses

pembelajaran, melakukan apersepsi (mengaitkan dengan materi

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari), menjelaskan tujuan

pembelajaran, dan menjelaskan uraian materi sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran

untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan inti menggunakan

metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata

pelajaran. Kegiatan inti meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup meliputi kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran

yang telah dilakukan, kegiatan penilaian, pemberian umpan balik dan dan

memberikan tugas kepada peserta didik serta menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


13

Dalam penelitian ini keefektifitasan keterlaksanaan pembelajaran

diukur dengan melihat kesesuaian guru dalam melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang diukur dengan

menggunakan lembar observasi. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian

ini berada pada ketegori “Baik” jika 2 < Rata-rata ≤.2,5. Sedangkan

keterlaksanaan pembelajaran dikatakan “Sangat Baik” jika 2,5 < Rata -

rata≤ 3.

b. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan

rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

diharapkan.

Sardiman (2003:100) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar yang

berisi 8 macam kegiatan peserta didik yang antara lain dapat digolongkan

sebagai berikut :

 Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca,


memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
 Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
 Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, pidato, musik.
 Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
 Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
 Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain,
berkebun, beternak.
14

 Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggap, mengingat,


memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
 Emotional ectivities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari berbagai jenis aktivitas belajar di atas, jenis aktivitas yang akan di

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar peserta didik pada penelitian ini

adalah:

1. Visual Activities : mengamati teman bermain saat kegiatan apersepsi, dan

mengamati teman bermain saat demonstrasi hasil diskusi.

2. Oral Activities : bertanya kepada guru, ataupun teman mengenai materi

ajar, dan mengeluarkan pendapat.

3. Writing Activities : mengerjakan LKPD

4. Motor Activities : mempraktekkan atau bermain peran saat kegiatan

apersepsi dan demonstrasi.

Menurut Oemar Hamalik (2001:28), belajar adalah “Suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.

Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau

budi pekerti dan sikap.

Sardiman (2003:22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses

interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin

berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar peserta didik merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam


15

proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan

belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada

peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar peserta didik dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan lembar observasi dengan kriteria yang ditetapkan adalah

aktivitas belajar peserta didik dikatakan “Aktif” jika 60% ≤ Persentase

aktivitas < 80%. Sedangkan aktivitas peserta didik dikatakan “Sangat

Aktif” jika 80% ≤ Persentase aktivitas ≤ 100%.

c. Ketuntasan Hasil Belajar

Menurut Slameto dalam Rohmalia (2016:17) belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat

membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini

merupakan pengalaman tingkah laku dan yang kurang baik menjadi lebih

baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada

hasil belajar yang akan dicapai peserta didik dalam proses belajar di

sekolah.

Menurut suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola – pola perbuatan,

nilai – nilai, penertian – pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan

keterampilan. Menurut sudjana (2009:22), hasil belajar adalah

kemampuan – kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia


16

menerima pengalaman belajarnya. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom secara garis besar membagi menjadi 3 ranah yakni:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi atau karakteristik nilai.

3. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill, gerakan ekspresif

dan interpretatif.

Hasil belajar adalah pola – pola perbuatan atau kemampuan peserta

didik yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Untuk

memperoleh hasil belajar peserta didik, maka dilaksanakan evaluasi atau

penilaian untuk mengukur sejauh mana peserta didik memahami atau

menguasai materi.

Menurut Trianto (2010:241) penentuan ketuntasan belajar ditentukan

sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria

Belajar Minimal (KBM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu :

kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap

sekolah berbeda; dan daya pendukung setiap sekolah berbeda. Maka dalam
17

penelitian ini, sesuai dengan KBM mata pelajaran matematika wajib

disekolah tempat peneliti akan melaksanakan penelitian, maka ketuntasan

belajar minimal individual yang digunakan peneliti adalah 70 dan ketuntasan

klasikal adalah 75%.

2. Pendekatan Quantum Teaching dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan rangkaian dari dua kata yaitu

pembelajaran dan matematika. Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar

dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan

interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku,

atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari

praktik atau bentuk – bentuk pengalaman lainnya. Miarso berpendapat bahwa

pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar

seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Menurut

Indah Komarih (2012:5) pembelejaran merupakan suatu aktivitas yang

dilakukan secara sadar untuk menciptakan berbagai kondisi yang kondusif

demi tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan.

Pengertian matematika tidak didefinisikan secara mudah dan tepat

mengingat ada banyak fungsi dan peranan matematika terhadap bidang studi

yang lain. Jika ada definisi tentang matematika maka itu bersifat tentatif,

tergantung kepada orang yang mendefinisikan. Beberapa orang

mendefinisikan matematika berdasarkan struktur matematika, pola pikir


18

matematika, pemanfaatannya bagi bidang lain, dan sebagainya. Menurut Sri

Anitah (2008:74), terdapat beberapa definisi tentang matematika, yaitu:

a. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan teorganisasi.


b. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran letak.
c. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-
hubungannya.
d. Matematika berkenaan denga ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya
yang diatur menurut urutan yang logis.
e. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang
didasarkan pada pembuktian secara deduktif.

Dari uarain diatas bahwa pembelajaran matematika merupakan kegiatan

pembelajaran yang menitikberatkan pada mata pelajaran matematika yang

mana matematika itu sendiri memiliki kajian yang abstrak sehingga dalam

pembelajaran perlu adanya pendekatan – pendekatan tertentu.

Dalam pembelajaran matematika ada banyak pendekatan yang dapat

digunanakan. Salah satunya adalah pendekatan Quantum Teaching. Quantum

Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya,

yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang

memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam

lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk

belajar (DePorter,Hernacki,2001).

a) Asas Utama Quantum Teching

Quantum Teaching bersandar pada suatu konsep, yaitu “Bawalah dunia

peserta didik ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia peserta didik”.

Hal ini berarti pentingnya seorang guru memasuki dunia atau kehidupan anak

sebagai langkah awal dalam melaksanakan sebuah pembelajaran. Memahami


19

dunia dan kehidupan anak, merupakan peluang/izin bagi para guru untuk

memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan peserta didik dalam

meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam

hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa –

peristiwa, fikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh peserta didik baik di

rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu

terbantuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi

pembelajaran.

b) Kerangka Rancangan Quantum Teaching

Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan Quantum

Teaching, dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan

kepanjangan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan

Rayakan (DePorter Reardon &Nourie, 2001).

1. Tumbuhkan

Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan

pembelajaran, pengajar harus berusaha menumbuhkan/ mengembangkan

minat peserta didik untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat peserta didik

akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi

kehidupannya. Beberapa teori pembelajaran seperti rancangan

pembelajaran motivasional Keller (Keller 1987; Clegg,2001; Dryen &

Vos,2001) juga menyebutkan bahwa menumbuhkan perhatian/ minat

peserta didik merupakan langkah awal dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan Dick & Carey (1985) mengungkapkan bahwa menumbuhkan


20

minat peserta didik dan memelihara selama pembelajaran merupakan

langkah awal dari strategi pembelajaran.

2. Alami

Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih

bermakna jika peserta didik mengalami secara langsung atau nyata materi

yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wankat & Oreovocz

(1993) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran teknik pemberian

pengalaman langsung akan meningkatkan dan mempermudah pemahaman

peserta didik terhadap isi pembelajaran. Demikian pula pengalaman-

pengalaman peserta didik sebelumnya akan bermakna bagi guru dalam

mengajarkan konsep-konsep yang berkaitan (Dryden & Vos,2001).

Pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang

untuk pemberian makna, dan pengalaman membangun keingintahuan

peserta didik.

3. Namai

Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep,

model, rumus, atau strategi atas pengalaman yang telah diperoleh peserta

didik. Dalam tahap ini peserta didik dengan bantuan guru berusaha

menemukan konsep atas pengalaman yang telah dilewati. Tahap penamaan

memacu struktur kognitif peserta didik untuk memberikan identitas,

menguatkan, dan mendifinisikan atas apa yang telah dialaminya. Proses

penamaan dibangun atas pengetahuan awal dan keingintahuan peserta

didik saat itu. Penamaan merupakan saaat untuk mengajarkan konsep


21

kepada peserta didik. Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadi

sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik. Untuk membantu

penamaan dapat digunakan susunan gambar, warna, alat bantu, ketas tulis

dan poster dinding.

4. Demonstrasikan

Demonstrasikan berarti bahwa memberi peluang pada peserta didik

untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam

pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan mereka. Kegiatan ini akan

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangi

Ulangi berarti bahwa proses pengulangan dalam kegiatan

pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa

tahu atau yakin terhadap kemampuan peserta didik. Pengulangan harus

dilakukan secara multimodalitas, multikecerdasan.

6. Rayakan

Rayakan mengandung makna pemberian penghormatan pada peserta didik

atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. Dengan kata lain perayaan berarti

pemberian umpan balik yang positif pada peserta didik atas keberhasilannya,

baik berupa pujian, pemberian hadiah atau bentuk lainnya. Gagne (1977) juga

menyatakan bahwa umpan balik sangat penting artinya bagi proses penguatan

terhadap prestasi yang telah dicapai peserta didik. Hal ini berarti bahwa

perayaan akan dapat memperkuat proses belajar selanjutnya.


22

3. Pembelajaran Materi Operasi Himpunan dengan Pendekatan Quantum


Teaching
a. Materi Operasi Himpunan

Menurut Lipschutz S (dalam Ahmad Yani T, 2012:27) Konsep Himpunan

adalah suatu konsep dasar dalam semua cabang ilmu matematika. Secara

intuitif, sebuah himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau objek –

objekyang didefinisikan secara jelas. Sedangkan menurut Ahmad Yani T.

(2012:27) operasi adalah suatu aturan untuk mendapatkan elemen tunggal

dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Jadi operasi himpunan adalah

suatu aturan untuk mendapat “himpunan baru” dari satu atau lebih himpunan

yang diketahui.

(1) Irisan (Interseksi)

Irisan antara himpunan A dengan himpunan B adalah anggota himpunan A

dan juga merupakan himpunan B. Lambangnya “∩”.

Notasinya : A ∩ B ={ x|x ∈ A dan x ∈ B }

Dari notasi ini dapat digambarkan dengan diagram venn.

Contoh :

S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}

A = {1,2,3,4}
23

B = {4.5.6.7}

Tentukan A ∩ B dan gambarlah diagram vennya!

Jawab :

S A B
 10
 1
 5
 8
 2  4  6
 3
 7  9

Jadi, A ∩ B = {4}

(2) Gabungan (Union)

Gubungan himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang anggota –

anggotanya merupakan anggota himpunan A dan juga himpunan B. Lambang

nya “∪”.

Notasinya : A ∪B= { x|x ∈ A atau x ∈ B }

Dari notasi ini dapat digambarkan dengan diagram venn.

Contoh :

S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}

A = {1,2,3,4}

B = {4.5.6.7}

Tentukan A ∪B dan gambarlah diagram vennya!


24

Jawab :

 9
 1  6
 2  5
 4
 3  7  8

 10

Jadi, A ∪ B = {1,2,3,4,5,6,7,8}

(3) Komplemen

Himpuan komplemen dari himpunan A adalah suatu himpunan yang anggota

– anggotanya bukan anggota himpunan A, tetapi anggota himpunan S.

Lambang himpunan komplemen dari himpunan A ditulis Ac.

Notasinya : Ac ={ x|x ∉ A , x ∈ S }

Dari notasi ini dapat digambarkan dengan diagram venn.

Contoh :

S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}

A = {1,2,3,4}

1. Tentukan Ac!
25

Jawab :

a. Ac = {5,6,7,8,9}

S A
S

 1  5
 2  6
 3  7
 8
 4  9

(4) Selisih

Selisih himpunan A dengan himpuana B adalah suatu himpunan yang anggota

– anggota A, tetapi bukan merupakan anggota B. Lambangnya “−“.

Notasinya : A – B = { x|x ∈ A dan x ∉ B }

Dari notasi ini dapat digambarkan dengan diagram venn.

Contoh :

S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}

A = {1,2,3,4}

B = {4.5.6.7}

1. Tentukan A – B!

Jawab :
26

1. A – B = {1,2,3}

8
1 5
2 4 6 9
3 7

b. Pembelajaran Materi Operasi Himpunan dengan Pendekatan Quantum

Teaching

Pembelajaran materi operasi himpunan dengan pendekatan Quantum

Teaching adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan materi

segiemapat dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching. Sebelum

memulai pembelajaran guru mempersiapkan saraana dan prasana

pembelajaran yang diperlukan, seperti buku peserta didik dan LKPD.

Penyampaian apersepsi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan

dicapai. Berikut tahapan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Quantum

Teaching:

1. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik tentang manfaat dari

mempelajari materi operasi himpunan. (Tumbuhkan);

2. Guru mempersilahkan 3 orang peserta didik untuk memainkan perannya

sebagai pedang, pembeli 1, dan pembeli 2. (Alami);


27

3. Guru meminta peserta didik untuk membuat kelompok berdasarkan

teman yang tempat duduknya paling dekat yaitu satu kelompok terdiri

dari 3 – 4 orang.

4. Guru memberikan soal cerita kepada peserta didik secara tertulis di

LKPD. (Namai);

5. Setelah peserta didik menyelesaikan LKPD, guru meminta beberapa

orang peserta didik atau wakil dari kelompok peserta didik

menyampaikan hasil kerjanya. (Demonstrasikan);

6. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang belum paham

untuk bertanya. Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran materi

operasi himpunan;

7. Guru memberikan soal latihan kepada peserta didik untuk mengetahui

kemampuan yang sudah dicapai peserta didik. (Ulangi);

8. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang persentasi terbaik.

(Rayakan)

I. METODE PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimen. Penelitian ini berdesain “One-Shot Case Study” yaitu dengan

desain terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya

diobservasi hasilnya. Menurut Sugiyono, pengujian hipotesis deskriptif (satu

sampel) pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil

penelitian yang didasarkan pada satu sampel.


28

Tabel 1 Rancangan Penelitian One-Shot Case Study


Kelas Treatment Post-Test
Eksperiment X O1

Keterangan :

X = Pembelajaran Matematika dengan pendekatan Quantum Teaching

berbatuan.

O1 = Tes yang diberikan setelah pembelajaran matematika dengan pendekatan

Quantum Teaching..

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP

Negeri 12 Pontianak.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2011:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini akan

diambil sebanyak satu kelas. Pengambilan sampel penelitian menggunakan

purposive sampling, yaitu mengambil sampel didasarkan atas adanya tujuan

tertentu yaitu dilihat dari pertimbangan guru mengenai waktu pembelajaran,

kondisi kelas yang akan diteliti dan dianggap cocok untuk diterapkan

pendekatan Quantum Teaching.


29

3. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a. Tahap Persiapan

1) Menyusun instrumen penelitian.

2) Memvalidasi instrumen penelitian..

3) Melakukan uji coba instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Menentukan sampel penelitian

2) Memberikan perlakuan penelitian dengan mengajar di kelas eksperimen

menggunakan pendekatan pembelajaran Quantum Teaching, sekaligus

mengobservasi aktivitas peserta didik dan keterlaksanaan pembelajaran.

3) Memberikan soal posttest dikelas eksperimen.

c. Penyimpulan dan Laporan Hasil Penelitian

1) Menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.

2) Menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah.


30

Tahap Persiapan
1. Penyusunan Instrumen
2. Validasi Instrumen
3. Uji coba instrumen

Tahap Pelaksanaan

Observasi aktivitas
Penerapan
belajar peserta didik
Pendekatan Quantum
dan keterlaksanaan
Teaching
pembelajaran

Postest

Tahap Peenyimpulan
1. Analisi data
2. kesimpulan

Gambar 1 Skema Prosedur Penelitian

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi langsung dan teknik pengukuran. Teknik

observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,

sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. Teknik


31

observasi langsung dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama

proses pembelajaran matematika dan keterlaksanaan pelaksanaan

pembelajaran.

Teknik pengukuran bertujuan untuk menetapkan bilangan-

bilangan pada kejadian-kejadian empiris sesuai norma yang disepakati,

dan membuat data agar memiliki kualitas tinggi dengan tingkat

kesalahan yang rendah agar hipotesis dapat diuji (Indrawan dan

Yaniawati, 2014 : 109). Teknik pengukuran digunakan karena sesuai

dengan metode yang digunakan yaitu penelitian eksperimen.

Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah posttest

berbentuk uraian (essay) yang bertujuan untuk melihat ketuntasan

siswa setelah diberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan

Quantum Teaching.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa tes dan observasi. Tes digunakan untuk melihat ketuntasan

siswa setelah diberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan

Quantum Teaching. Observasi digunakan untuk melihat aktivitas

belajar siswa dan keterlaksanaan pembelajaran.

1) Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau


32

kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes ini berupa soal essay. Tes

tertulis mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:

a) Mudah digunakan dan disusun

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau

untung-untungan.

c) Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan

pendapat.

d) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengutarakan maksud dengan gaya Bahasa dan caranya

sendiri.

e) Dapat diketahui sejauh mana peserta didik mendalami suatu

masalah yang diteskan (Arikunto, 2010)

Prosedur yang dilakukan dalam penyusunan tes meliputi kisi-kisi

soal, penyusunan soal, validasi, uji coba dan reliabilitas.

a) Penyusunan kisi-kisi

(1) Penyusunan kisi-kisi soal dilakuakn oleh peneliti

(2) Penyusunan kisi- kisi soal yang disesuaikan dengan kurikulum yang

digunakan di sekolah.

(3) Penulisan soal

b) Penulisan butir Soal

Butir soal pada penelitian ini berupa tes tertulis berbentuk essay.

Butir soal disesuaikan dengan kisi- kisi yang telah dibuat sebelumnya.

Selanjutnya membuat alternative jawaban. Alternatif jawaban yang telah


33

dibuat dijadikan acuan untuk jawaban yang benar. Setelah itu, penulis

membuat rubric penskoran untuk hasil dari jawaban peserta didik.

Penulisan butir soal dalam penelitian ini sesuai dengan kisi-kisi

butir soal yang dibuat berdasarkan kepada:

1) Kurikulum yang digunakan

2) Buku pelajaran yang digunakan

3) Memperhatikan pendapat dari guru dan dosen pembimbing.

c) Validitas isi

Validitas merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik. Suatu alat evaluasi

disebut valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang

seharusnya dievaluasi, sehingga suatu alat evaluasi tergantung pada

sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya

(Arikunto, 2013: 211). Dalam penelitian ini validitas yang diukur sebelum

uji coba soal adalah validitas isi.

Menurut Arikunto (2013:214) sebuah tes dikatakan memiliki validitas

isi apabila tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diberikan. Tujuan validitas isi pada penelitian ini adalah

untuk melihat kesesuaian tujuan pembelajaran, materi, indikator, kisi-kisi

soal tes dan soal-soal tes. Dalam mencapai tujuan validatas isi maka soal

tes dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Setelah itu

divalidasi kepada ahli, yakni satu orang dosen matematika FKIP Untan

dan satu orang guru matematika.


34

Berdasarkan hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh dua orang

validator yaitu dosen pendididkan matematika dan satu orang guru

matematika, diperoleh hasil instrumen yang dibuat oleh peneliti

dinyatakan memenuhi validitas isi.

d) Uji coba soal

Setelah soal divalidasi dengan validitas isi, soal diujicobakan di kelas

VIII. Alasan dipilihnya kelas tersebut adalah siswa di kelas tersebut telah

mempelajari materi Operasi Himpunan sebelumnya.

e) Validitas butir

Sebuah butir dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar

terhadap skor total. Sebuah butir soal dikatakan baik jika dapat

membedakan antara peserta didik yang menguasai materi dan peserta

didik yang tidak dapat menguasai materi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi adalah

rumus korelasi product momen sebagai berikut ( Sugiono, 2015: 255):

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


rxy =
√¿¿

Keterangan :

r XY = koefesien korelasi tiap item


n = banyaknya subjek uji coba
∑ xi = jumlah skor item
∑ yi = jumlah skor total
∑ x i2 = jumlah kuadrat skor item
∑ yi2 = jumlah kuadrat skor total
∑ xi yi = jumlah perkalian skor item dengan skor total
(Sugiyono, 2015: 255)
35

Adapun kriteria validitas tes yang dicari adalah sebagai berikut :

0,80<r xy ≤1,00 : sangat tinggi


0,60<r xy ≤ 0,80 : tinggi
0,40<r xy ≤ 0,60 : cukup
0,20<r xy ≤ 0,40 : rendah
0,00<r xy ≤ 0,20 : sangat rendah
(Hamzah, 2014: 223).

f) Realibilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila intrumen tersebut konsisten dalam

hasil ukuranya sehingga dapat dipercaya. Instrumen yag reliabel tidak bersifat

tendesius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu (Trianto, 2011:271). Suatu alat evaluasi (tes atau non-tes) dikatakan

baik bila, antara lain reliabilitasnya tinggi.

Karena tes berbentuk uraian, maka realiabilitas tes dihitung dengan

menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2010:239) sebagai berikut:

r 11: realiabilitas yang dicari


[ ][ ∑σ
]
2
k
r 11=
k −1
1− 2 i ∑ σ : Jumlah varians skor tiap-tiap soal
2
i
σt σt
2
: varians total
k : banyak butir soal

Sedangkan rumus varians yang digunakan untuk menghitung realiabilitas tes

adalah:
2
σi : varians yang dicari
2
(∑ x )
2
(∑ x ) : kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa
2
∑ x 2− N
σi= ∑x
2
: jumlah skor yang diperoleh siswa
N
N : jumlah subjek
36

Dengan kriteria reliabilitas tes sebagai berikut:

1) 0,00 ≤ r 11< 0,20 : sangat rendah


2) 0,20 ≤ r 11 < 0,40 : rendah
3) 0,40 ≤ r 11< 0,60 : sedang
4) 0,60 ≤ r 11 < 0,80 : tinggi
5) 0,80 ≤ r 11 <1,00 : sangat tinggi

(Hamzah, 2014: 233).

g) Tingkat kesukaran

Setiap soal hars diselidiki tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah

soal yang mudah, sedang, atau sukar. Untuk menetukan tingkat kesukaran

soal bentuk uraian digunakan rumus berikut :

x
I=
skor maksimal

Keterangan :

I : Indeks tingkat kesukaran


x : Rata- rata skor setiap butir soal.
(Hamzah, 2014: 250).

Dengan kriteria indeks tingkat kesukaran yang digunaan sebagai

berikut ( Nurgiyantoro, 2000: 317):

0,20 – 0,40 : sulit


0,41 – 0,60 : Sedang
0,61 – 0,80 : Mudah

h) Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2008, 211), daya pembeda soal adalah kemampuan

sesuatu soal untuk membedakan anatara siswa yang berkemampuan tinggi

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dari sebuah butir
37

soal menurut Suherman (1993: 175) dinyatakan sebagai seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan butir soal tersebut,

mampu membedakan antara testee yang mengetahui jawabannya dengan

benar dengan testee yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testee yang

menjawab salah). Untuk tipe soal uraian, rumus untuk mengetahui daya

pembeda adalah sebagai berikut:

x A −x b
D=
Skor maksimal

Keterangan :

DP : Daya Pembeda
x A : Rata-rata skor dari kelompok atas
x b : Rata-rata skor kelompok bawah
(Hamzah, 2014: 240).

Kriteria perhitungan untuk daya pembeda adalah :

0,7 < 𝐷𝑃 ≤ 1 = sangat baik


0,4 < 𝐷𝑃 ≤ 0,7 = baik
0,2 < 𝐷𝑃 ≤ 0,4 = cukup
0 < 𝐷𝑃 ≤ 0,2 = jelek
𝐷𝑃 ≤ 0 = sangat jelek
(Hamzah, 2014: 243).

2) Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan data yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan

(Sudijono, 2012). Data aktivitas belajar peserta didik dan keterlaksanaan

guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh dengan melakukan

pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data tersebut


38

diperoleh dari lembar panduan pengamatan yang berpedoman pada

lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dan keterlaksanaan guru

dalam mengelola pembelajaran. Berikut tahap dalam pembuatan lembar

observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

b. Membuat kisi-kisi indikator yang akan diamati.

c. Membuat indikator aktivitas peserta didik dan keterlaksanaan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran yang akan diamati.

d. Menguji validitas lembar observasi dengan satu dosen program studi

pendidikan matematika FKIP Untan Pontianak dan Satu orang guru

matematika.

Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti untuk

mengetahui keefektivitasan aktivitas peserata didik dan keterlaksanaan

guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendektan Quantum

Teaching pada materi operasi himpunan di kelas VII SMP Negeri 12

Pontianak.

5. Teknik Analisi Data

Menurut sugiyono (2016: 335) analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.


39

Setelah pelaksanaan tes tertulis selesai, dilanjutkan dengan

mengoreksi pekerjaan peserta didik dengan memberikan skor untuk setiap

jawaban peserta didik. Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk

menjawab sub masalah pertama, kedua, dan ketiga maka data yang

diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1) Untuk menjawab sub masalah “Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching pada materi

himpunan di kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak?”

a) Menghitung skor rata – rata hasil pada lembar observasi. Adapun rumus

yang digunakan adalah :

total skor
Skor rata – rata =
total item

b) Menafsirkan skor rata- rata keterlaksanaan pembelajaran berdasarka

kriteria berikut:

Tabel 2 Kriteria Keterlaksanaan pembelajaran


Rata – rata Kriteria
2,5 < Rata – rata ≤ 3 sangat baik
2 < Rata – rata ≤ 2,5 baik
1,5 < Rata – rata ≤ 2 cukup
1 < Rata – rata ≤ 1,5 kurang
Rata – rata ≤ 1 sangat kurang
(adopsi dari sukirnah dalam Suhartati, 2017:61)
c) Menyimpulkan rata –rata skor keterlaksanaan pembelajaran dalam

penelitian ini berada pada kategori “Baik” jika 2 < Rata-rata≤ 2,5.

Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran dikatakan “Sangat Baik” jika 2,5

< Rata – rata≤ 3.


40

2) Untuk menjawab sub masalah “Bagaimana aktivitas peserta didik pada

saat proses pembelajaran materi himpunan dengan menggunakan

pendekatan Quantum Teaching di kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak?”

a) Menghitung jumlah peserta didik yang aktif dari lembar observasi aktivitas

peserta didik untuk setiap indikator pertemuan satu dan dua.

b) Menghitung persentase aktivitas siswa tiap butirnya dengan rumus :

xi
T i= ×100 %
N

Keterangan :

Ti = tingkah laku ke-i, dimana i = 1,2,3,4,…

Xi = jumlah siswa yang melakukan aktivitas butir ke-i

N = total semua siswa

(Siswono dalam Sundary, 2007; 38)

c) Menghitung rata – rata pesentase setiap pernyataan pada kelompok aktivitas

menggunakan rumus :

jumlah persentase
Rata – rata persentase =
jumlah pernyataan

d) Merekapitulasi data hasil observasi pertemuan 1-2

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Observasi Kelas Eksperimen

Pertemuan 1 Pertemuan 2
No Indikator Tidak Tidak
Muncul Muncul
Muncul Muncul

e) Menafsirkan persentase skor aktivitas belajar peserta didik berdasarkan

kategori berikut:
41

Tabel 4 Kriteria Aktivitas Peserta Didik


Persentase Keterangan
80% ≤ Persentase aktivitas ≤ 100% Sangat Aktif
60% ≤ Persentase aktivitas < 80% Aktif
40% ≤ Persentase aktivitas < 60% Cukup Aktif
20% ≤ Persentase aktivitas < 40% Pasif
0% ≤ Persentase aktivitas < 20% Sangat Pasif
(Hamzah, 2014:165)

f) Menyimpulkan pesentase aktivitas belajar peserta didik sesuai kriteria yang

telah ditetapkan yaitu aktivitas belajar peserta didik dikatakan “Aktif” jika

60% ≤ Persentase aktivitas < 80%. Sedangkan aktivitas peserta didik

dikatakan “Sangat Aktif” jika 80% ≤ Persentase aktivitas ≤ 100%.

3) Untuk menjawab sub masalah “Bagaimana hasil belajar peserta didik

pada materi himpunan setelah diterapkan pendekatan Quantum Teaching

di kelas VII SMP Negeri 12 Pontianak?”

Langkah yang dilakukan peneliti yaitu:

a) Memberikan skor tiap soal tes yang diberikan sesuai denagn pedoman

penskoran. Pedoman yang digunakan untuk mengukur hasil belajar

peserta didik.

b) Menyatakan skor yang diperoleh secara individu dalam bentuk nilai,

dengan rumus:

skor yang diperoleh siswa


Nilai ¿ × 100%
skor total

c) Menghitung jumlah peserta didik yang hasil belajarnya tuntas secara

individu dengan KKM = 70


42

d) Menghitung pesentase ketuntasan klasikal dengan rumus:

jumlah peserta didik yang tuntas


persentase klasikal= ×100 %
total peserta didik

e) Menyimpulkan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik sesuai

kriteria yang telah ditetapkan yaitu pencapaian hasil belajar tuntas jika

ketuntasan individual adalah lebih besar atau sama dengan 70 dan rata-

rata ketuntasa secara klasikal adalah lebih besar atau sama dengan 75%.

Untuk menjawab masalah umum dalam penelitian ini yaitu

“Bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Quantum Teaching pada

materi operasi himpunan di SMP N 12 pontianak?”

1) Kriteria keterlaksanaan pembelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini

berada pada ketegori “Baik” jika 2 < Rata-rata ≤.2,5. Sedangkan

keterlaksanaan pembelajaran dikatakan “Sangat Baik” jika 2,5 < Rata -

rata≤ 3

2) Kriteria yang ditetapkan adalah aktivitas belajar peserta didik dikatakan

“Aktif” jika 60% ≤ Persentase aktivitas < 80%. Sedangkan aktivitas

peserta didik dikatakan “Sangat Aktif” jika 80% ≤ Persentase aktivitas ≤

100%.

3) Ketuntasan hasil belajar dalam penelitian ini peserta didik dikatakan

tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika peserta didik memperoleh

nilai ≥ 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 75 % peserta didik yang telah

tuntas belajarnya.
43

Dalam penelitian ini, pembelajaran matematika dengan pendekatan

Quantum Teaching dikatak efektif jika ketiga aspek efektivitas

pembelajaran yaitu keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas peserta didik,

dan hasil belajar peseeta didik terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai