Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PTK

LAPORAN PTK 1
JUDUL : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN METODE PERMAINAN DI KELAS VI SD
NEGERI WANGUN JAYA KECAMATAN WARINGIN
No Bagian-bagian Sub-bagian Isi
1 Bab 1 Latar Pembelajaran matematika merupakan
Pendahuluan Belakang
interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan
antara siswa dengan siswa yang melibatkan berbagai
komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika di sekolah
terus diupayakan dalam rangka meningkatkan
kualitas prestasi belajar siswa. Berbagai cara terus
dilakukan, salah satunya dilakukan dengan
mensinergikan komponen-komponen yang terlibat
dalam pembelajaran. Komponen yang terlibat dalam
pembelajaran tersebut adalah tujuan, bahan
pelajaran (materi), kegiatan pembelajaran, metode,
alat dan sumber serta evaluasi.
Salah satu materi pada pelajaran matematika
adalah Geometri dan pengukuran. Tujuan
diberikannya materi tersebut adalah siswa mampu
menentukan cara menghitung berat suatu benda
dalam kegiatan sehari-hari. Indikator yang harus
dicapai olah siswa adalah dapat menggunakan
kesetaraan satuan dalam perhitungan, melakukan
hitungan berat dengan menggunakan alat hitung
satuan berat. Jika tujuan dari materi ini dapat
tercapai dengan maksimal maka sangatlah
bermanfaat bagi siswa sebagai bekal selepas mereka
dari bangku sekolah.

Identikasi Terdapat beberapa permasalahan yang


Masalah
ditemukan pada saat mempelajari materi ini.
Diantaranya adalah kekurangpahaman siswa
terhadap soal yang diberikan, karena pada umumnya
soal berbentuk cerita dan mengandaikan siswa ke
dalam situasi ekonomi tertentu. Ketidaktelitian
siswa dalam menyelesaikan permasalahan, karena
untuk menyelesaikan soal diperlukan rumus-rumus
yang dihafalkan. Kurangnya penguasaan siswa
terhadap proses perhitungan, karena dalam proses
perhitungan menggunakan satuan berat. Sebagian
besar siswa menganggap bahwa materi tersebut
sangatlah membosankan karena dalam
kenyataannya siswa tidak berada dalam situasi
tersebut dan nilai sesungguhnya tidaklah sebesar
nilai yang dihitung.
Pada umumnya metode yang digunakan guru
dalam menyampaikan pelajaran adalah dengan
metode ekspositori, yaitu dengan memaparkan
informasi yang dianggap penting untuk siswa di
awal pelajaran, memberikan definisi dan rumus,
menjelaskan contoh soal dan cara pengerjaannya,
memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan
siswa dan kemudian memeriksa pekerjaan siswa di
akhir pelajaran. Beberapa guru merasa cocok
dengan metode tersebut, namun jika guru mengajar
dengan metode yang sama pada setiap pertemuan
maka tidak jarang akan ditemui siswa yang bosan
untuk mempelajari materi ini, terjadi penurunan
aktivitas belajar yang mengakibatkan menurunnya
prestasi belajar matematika siswa.
Hasil pengamatan di dalam kelas saat
pembelajaran matematika berlangsung, siswa kelas
VI cenderung pasif dan aktivitas belajar matematika
siswa sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari tidak
adanya respon saat Tanya jawab berlangsung, tidak
berminatnya siswa untuk menyelesaikan soal
matematika dan banyak siswa yang bersikap acuh.
Jika guru bertanya tentang sejauh mana pemahaman
yang didapat mereka mengangguk tanda paham,
tetapi jika diberkan satu saja  permasalahan mereka
tidak dapat menyelesaikannya. Untuk pelajaran
matematika nilai rata-rata yang diperoleh siswa
kelas VI pada materi pengukuran berat yang
merupakan materi sebelum dilakukannya penelitian
ini adalah 50,37 dan persentase jumlah siswa yang
mencapai standar ketuntasan belajar sebesar
33,33%. Nilai ini sangatlah jauh dari persentase
jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan
belajar mengajar (SKBM) yang ditetapkan di SDN
Wangun Jaya yaitu sebesar 60%.

Pembatasan Jika situasi pembelajaran tersebut dibiarkan


Masalah
dan tidak segera diatasi oleh guru maka akan
berdampak negatif terhadap prestasi belajar
matematika secara keseluruhan. Salah satu upaya
guru untuk meningkatkan kembali aktivitas dan
prestasi belajar matematika siswa dalam
mempelajari materi Geometri dan pengukuran
adalah dengan melakukan perbaikan metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan komponen
pembelajaran lainnya. Salah satu metode yang dapat
guru gunakan adalah metode permainan. Sudjana
(2000:138) mengungkapkan bahwa penyajian teknik
permainan yang baik akan menarik perhatian peserta
didik sehingga menimbulkan suasana yang
mengasyikan tanpa menimbulkan kelelahan. Hal ini
senada diungkapkan Djaramah (2002:139) salah
satu upaya guru dalam memotivasi siswa adalah
dengan menggunakan simulasi dan permainan. Hal
ini dapat meningkatikan interksi, menyajikan
gambaran yang jelas mengenai kehidupan
sebenarnya dan melibatkan siswa secara langsung
dalam pembelajaran.
Dalam materi Geometri dan pengukuran
metode permainan yang dapat digunakan adalah
permainan jual beli. Yaitu metode permainan yang
menetapkan agar pembelajaran bertitik tolak pada
hal-hal konkrit bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan
memanipulasi benda-benda seperti uang mainan,
timbangan, barang-barang dagangan, barang-barang
yang menggunakan kemasan dan barang-barang
yang tidak menggunakan kemasan ke dalam bentuk
permainan.
Menekankan keterampilan dalam
memainkan peran sebagai pedagang, penjual,
pegawai pajak dan pengawas bank. Selanjutnya
mendiskusikan permasalahan yang ditemui dan
menemukan sendiri cara menyelesaikan masalahnya
dengan baik. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran.
Kesungguhan dalam belajar dengan sendirinya akan
memacu siswa untuk dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Jika aktivitas dapat diciptakan dalam
pembelajaran matematika, maka suasana saat
pembelajaran akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat
aktivitas belajar yang maksimal. Aktivitas yang
tercipta akan mendorong siswa untuk berpikir dan
berusaha untuk mendapatkan prestasi belajar
matematika yang memuaskan.

Rumusan 1. Apakah metode permainan dapat meningkatkan


Masalah
aktivitas belajar matematika siswa kelas VI
SDN Wangun Jaya pada semester satutahun
ajaran 2013/2014?
2. Apakah metode permainan dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa kelas VI SDN
Wangun Jaya pada semester satutahun ajaran
2013/2014?

Tujuan 1. Mengetahui apakah metode permainan dapat


Penelitian
meningkatkan aktivitas belajar matematika
siswa kelas VI SDN Wangun Jaya tahun ajaran
2013/2014?
2. Mengetahui apakah metode permainan dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa kelas VI SDN Wangun Jaya tahun ajaran
2013/2014?

Manaat 1. Memberikan masukan bagi guru dalam


Penelitian
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga
semakin memacu siswa untuk lebih baik dalam
mencapai prestasi belajarnya.
3. Memberikan inspirasi peneliti lain dalam
mengembangkan metode pembelajaran
matematika.
4. Memberikan bahan pertimbangan bagi
pemerhati pendidik matematika dalam
menambah khasanah pengetahuan tentang
metode pembelajaran matematika.

LAPORAN PTK 2
JUDUL : MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA TENTANG PERAMBATAN BUNYI
MELALUI ZAT PADAT DENGAN MEDIA TELEPON MAINAN PADA SISWA KELAS IV SDN
GALAGGA 03 KECAMATAN AROSBAYA, BANGKALAN

No Bagian-bagian Sub-bagian Isi


1 Bab 1 Latar Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
Pendahuluan Belakang
salah satu tujuan yang hendak dicapai dari
pembangunan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
hal ini mengandung pengertian yang luas bahwa bangsa
yang cerdas dan berkompetensi, yang ditandai dengan
adanya kemampuan berfikir, kepribadian yang bagus
dan memiliki ketrampilan menjadi tujuan dari
pembangunan tersebut. Upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa kemudian ditegaskan melalui
berbagai kebijakan. Disusunnya Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional,
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, makin mempertegas keseriusan pemerintah
dalam mencapai tujuan pembengunan nasional
khususnya dalam bidang pembangunan. Sejalan dengan
itu perbaikan dan penyesuaian kurikulum nasional terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman.
Dinamika pendidikan dewasa ini ditandai dengan suatu
pembeharuan dan transformasi pemikiran tentang
hakekat pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif,
interaktif dan konstruktif. Titik central setiap peristiwa
pembelajaran terletak pada keberhasilan siswa dalam
mengorganisasikan pengalamannya, Mengembangkan
berfikir dan mengimplementasikan ilmunya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kontekspendidikan ilmu
pengatahuan social (IPS), seharusnya proses
pembelajaran menghasilkan siswa yang mampu berfikir
kritis, analitis, dan kreatif. Indikator keberhasilan IPS
ditandai dengan bertambahnya pengetahuan,
ketrampilan dan perubahan perilaku siswa. Sehingga
kelak kemudian hari siswa mampu mengatasi
masalahnya sendiri dan dapat menjalin hubungan
sinergis antara manusia dengan lingkungan alam dan
sosial. Menghadapi keseriusan pemerintah seperti
tersebut diatas, tentu kita patut berbesar hati.
Mengingat dewasa ini masih banyak masalah – masalah
social yang perlu segera diatasi. Jumlah pengangguran
makin bertambah eksplorasi alam yang berlebihan,
kerusakan dan permusuhan antar kelompok, ini
menunjukkan belum berhasilnya pendidikan IPS di
sekolah. Dalam skala mikro kegagalan pendidikan IPS
ditandai dengan rendahnya prestasi belajar siswa dan
kurangnya minat siswa untuk mempelajari IPS. Hal ini
dapat dibuktikan dengan keadaan riil ketika pelajaran
IPS berlangsung. Penggunaan metode ceramah, tanya
jawab, dan penugasan masih mendominasi setiap
pembelajaran IPS. Media yang digunakan hanya kapur
dan papan tulis. Sementara pelaksanaan penilaian
hanya mengandalkan ulangan tertulis. Pengelolaan kelas
masih teacher centered. Guru sebagai sumber utama
pengetahuan. Padahal dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
perkembangan arus globalisasi anggapan bahwa guru
sebagai satu – satunya sumber informasi tidak mungkin
lagi dipertahankan. Bahkan sekolah sendiri tidak
mungkin lagi menjadi satu – satunya informasi bagi
siswa. Tindakan seperti ini menyebabkan siswa menjadi
pasif. Immage yang terbentuk bahwa pelajaran IPS
merupakan pelajaran hafalan. Akibat dari semua itu,
saat siswa mengikuti proses pembelajaran IPS menjadi
Semakin jenuh dan tidak bergairah. Bahwkan pada saat
guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode
ceramah, beberapa siswa terlihat menguap, beberapa
siswa lain yang duduk dibarisan belakang ramai
berbicara antar teman tanpa memperhatikan penjelasan
yang diberikan oleh guru. Kadang mereka juga membuat
ulah yang negative dengan mengganggu temannya
untuk menarik perhatian guru. Ada juga yang mengisi
waktu luang dengan mengerjakan tugas lain. Tingkah
laku siswa yang pasif tentu menjadi permasalahan bagi
guru, sebab kenyataan ini sangat berpengaruh pada
prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti pada setiap
ulangan IPS di kelas IV SD Negeri Gabus 3 Kecamatan
Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009 /
2010 Semester I dan perolehan prestasi belajar siswa
rendah. Dari jumlah 20 siswa nilai ketuntasab hanya 5
siswa atau 25 % dari jumlah siswa. Salah satu indikasi
penyebab munculnya masalah diatas adalah guru
kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif
dan mengeluarkan ide – ide atau kemampuan berpikir
dalam proses pembelajaran. Disamping itu dalam proses
pembelajaran guru kurang memperhatikan perbedaan
individual. Pada dasarnya setiap siswa berbeda yang
satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kemampuan
maupun belajarnya. Itu berarti setiap siswa mempunyai
cirri – cirri yang khusus. Kondisi seperti ini
melatarbelakangi adanya perbedaan kebutuhan pada
setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan
individu jarang mendapat perhatian, semua siswa dalam
satu kelas dianggap mempunyai kemampuan dan
kecepatan yang sama karena itu diperlakukan cara yang
sama. Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar dan
kwalitas pendidikan, perbedaan individu perlu
mendapat perhatian yang lebih serius. Titik sentralnya
tindakan guru pada proses pembelajaran. Salah satu
tindakan guru dalam pembelajaran yang berorientasi
pada sikap menghargai perbedaan individu adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi alternative untuk mencapai tujuan
IPS yaitu berupa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, inkuiri, memecahkan masalah,
ketrampilan social, meningkatkan kemampuan bekerja
sama dan berkompetensi dalam mesyarakat yang
majemuk (Diknas, 200:5) sesuai dengan pokok
permasalahan tersebut, berdasarkan analisis konseptual
dan kondisi riil pembelajarn IPS di SD khususnya dikelas
IV SD Negeri Gabus 3 permasalah ini merupakan
tantangan yang harus dihadapi. Persoalan adalah
dapatkah dikembangkan dan diterapkan suatu model
pembelajarn yang lebih bermakna serta mudah
dipraktekkan oleh guru dalam menjawab tantangan
tersebut ?Dengan merujuk konsep dan teori
Cooperative Learning maka penulis mengembangkan
model pembelajaran kooperatif dalam proses
pembelajaran. 40 Untuk itu berdasarkan fenomena
pembelajaran IPS dan dalam usaha untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa, perlu kiranya diadakan peneliti
tindakan kelas mengenai Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Student Team- Achievement ( STAD )
sebagai upaya meningkatkan pembelajaran IPS materi
pokok Kenampakan alam dilingkungan Kabupaten/kota
dan provinsi di kelas IV SDN Gabus 3 Kecamatan
Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009 /
2010.
Identikasi a. Dengan menggunakan metode ceramah,
Masalah
pembelajaran didominasi oleh guru ( teacher centered )
sehingga kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif
sangat kecil, komunikasi yang terjadi hanya komunikasi
satu arah.
b. Dengan metode ceramah kebermaknaan belajar
sangat rendah karena keterlibatan siswa secara
langsung kurang.
c. Dengan metode ceramah guru merupakan satu –
satunya sumber belajar siswa, sehingga teman sebaya
( peer teaching ) yang juga sumber belajar siswa tidak
ada.
Pembatasan Berdasarkan identifikasi masalah, tentu saja banyak
Masalah cakupan pokok bahasan dan pembahasannya semakin
meluas. Sehubungan dengan itu maka masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan
prestasi pembelajaran, ( baik segi proses, sktifitas siswa
dan prestasi belajar siswa ) pada mata pelajaran IPS
dengan materi pokok. Kenampakan alam dilingkungan
Kabupaten melalui Cooperative Learning Model STAD
pada siswa kelas IV SD N Gabus 3 Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen.
Rumusan Berdasar identifikasi masalah, analisa dan latar belakang
Masalah
masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “
Apakah penerapan Pembelajaran Kooperatif model
STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas
IV SD N Gabus 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten tahun
2009?

Tujuan Tujuan Umum


Penelitian
Tujuan umum perbaikan pembelajaran yang ingin
dicapai adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS
materi pokok Kenampakan alam dilingkungan
Kabupaten/kota dan provinsi di kelas IV dan
kemampuan guru dalam pelaksanaannya di SD Negeri
Gabus 3 Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen.
Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas maka tujuan perbaikan
pembelajaran yang ingin dicapai adalah untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan
pembelajaran kooperatif model Student Team –
Achievement Division (STAD) sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi pokok
Kenampakan alam dilingkungan Kabupaten/kota dan
provinsi di kelas IV SDN Gabus 3 Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009 / 2010
Manaat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
Penelitian
pengembangan dan pembelajaran pendidikan IPS baik
secara teoritis maupun praktis.
1) Secara Teoritis Apabila terbukti bahwa Cooperative
Learning Model STAD dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS maka :
a) Hasil penelitian ini dapat memberikan kejelasan
teoritis dan pemahaman yang mendalam tentang model
pendekatan ini. Sehingga dapat memperkaya khasanah
ilmu khususnya disiplin ilmu pendidikan.
b) Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan
berpikir ilmiah
c) kepada peneliti khususnya dan berbagai pihak yang
komponen untuk selanjutnya untuk menindak lanjuti
penelitian ini berdasarkan temuan – temuan sebagai
hasil penerapan Cooperative Learning Model STAD.
2) Secara Praktek
Apabila terbukti bahwa Cooperative Learning Model
STAD mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a) Guru Yakni membantu mengatasi permasalahan dan
pembelajaran IPS. Memberikan wawasan, ketrampilan,
dan pemahaman metodologis pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b) Siswa Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar
pendidikan IPS yang lebih bermakna. Berangkat dari sini
diharapkan prestasi belajar IPS siswa akan meningkat.
Disamping itu dengan menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning diharapkan dapat memberikan
keputusan bagi siswa memperoleh nilai – nilai
kehidupan yang sangat bermanfaat bagi dirinya.
c) Sekolah Sebagai masukan dalam meningkatkan
intensitas, efektifitas dan supervisi kepada guru kedalam
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, prestasi
belajar IPS dan kualitas sekolah yang dikelola.
d) Bagi mahasiswa PJJ S1 PGSD penelitian ini dapat
memperdalam pengetahuan tentang modal – modal
pembelajaran dan dapat mengimplementasikan dikelas
sebagai wujud keberhasilan pelaksanaan mata kuliah
penelitian tindakan kelas.

Anda mungkin juga menyukai