Anda di halaman 1dari 12

Meningkatkan Hasil Belajar PPKn Melalui Model Picture and Picture

Berbantuan Media Gambar Poster Bagi Siswa Kelas 2 MIN 6 Ponorogo

Hanik Mufidah, S.Pd.I.1, Dr. Retno widyaningrum, S.Si., M.Pd.2, Rizky Nadya Safitri3

Hanik Mufidah, S.Pd.I., hanikmufidah2015@gmail.com


1

2
Dr. Retno Widyaningrum, S.Si., M.Pd., retno.widya@iainponorogo.ac.id
3
Rizky Nadya Safitri rizkynadia41@gmail.com

Hanikmufidah2015@gmail.com, retno.widya@iainponorogo.ac.id, rizkynadia41@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada peserta didik Kelas 2 Al-
Quddus MIN 6 Ponorogo yang berjumlah 20 orang peserta didik, terdiri dari 8 orang peserta didik laki-laki
dan 12 orang peserta didik perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas 2 Al-Quddus MIN 6 Ponorogo dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture
dengan bantuan media gambar poster. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian jenis
PTK yang terdiri dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II dimana pada setiap siklus terdapat prosedur
penelitian tindakan yang diantaranya adalah kegiatan mengidentifikasi masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, dan refleksi tindakan. Fokus penelitian ditujukan pada rendahnya motivasi belajar
PPKn peserta didik serta hasil belajar yang rendah. Dengan pengimplementasian model pembelajaran
picture and picture dengan bantuan media gambar poster dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam
belajar PPKn hal ini dibuktikan dengan rendahnya prosentase nilai rata-rata kelas pada tahap prasiklus yaitu
61,5%, setelah diterapkannya media pembelajaran gambar pada siklus I prosentasi nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 74,7%, kemudian setelah diterapkannya model pembelajaran picture and picture dengan
bantuan media gambar poster pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat sangat signifikan menjadi
94,5%.
Kata Kunci: Hasil Belajar, PPKn, Picture and Picture, Gambar Poster

PENDAHULUAN
Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran
wajib yang harus diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan. Mata pelajaran PPKn
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri peserta didik yang
beragam baik dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam UUD 1945 (Depdikbud, 2021). Sesuai dengan muatan materi
pembelajaran PPKn dalam kurikulum diharapkan mampu untuk menanamkan rasa kesadaran
pada setiap individu peserta didik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tertib.
Hal ini dapat dilakukan dengan upaya pendidikan politik dalam pendidikan kewarganegaraan.
Didalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan memuat berbagai materi pendidikan
politik, seperti penyadaran hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan pemberian
materi tersebut harapannya adalah dapat menjadi bekal bagi peserta didik untuk menjadi
warga negara yang berbangsa dan bernegara (Depdikbud, 2021).
Dalam pembelajaran PPKn di sekolah atau madrasah faktanya belum sesuai dengan yang
diharapkan. Guru-guru belum memahami dengan benar, bagaimana pembelajaran PPKn bisa
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Berbagai permasalahan dalam pembelajaran
PPKn yang banyak dijumpai diantaranya adalah peserta didik yang malas belajar,
pembelajaran yang membosankan, kurangnya gairah dalam belajar, dan permasalahan-
permasalahan lain yang timbul dari peserta didik, hal-hal tersebut merupakan permasalahan
mendasar yang harus segera diatasi oleh guru. Permasalahan tersebut timbul akibat dari
kurangnya variasi media pembelajaran, strategi pembelajaran, model pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga membuat tujuan dalam
pembelajaran tidak tercapai dengan baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakuan oleh Dian Eka Putri terkait dengan
diskursus kreativitas pendidik dalam pemilihan model pembelajaran PPKn, dalam karyanya
menyebutkan bahwasannya dengan pemilihan model pembelajaran yang tidak disesuaikan
dengan kondisi kelas dan peserta didik maka akan berpotensi untuk gagal dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan diawal. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian
dari Maria Ulfa dan Saifuddin, bahwasannya dengan pemilihan model dan metode
pembelajaran haruslah yang inovatif, sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang
menyenangkan, dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan tentunya
akan menjadikan jalan terang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran pokok PPKn dengan materi pembelajaran mematuhi aturan, yang
didalamnya memuat berbagai macam aturan, hal-hal yang tidak boleh dilakukan, hal-hal yang
harus dilakukan, dan manfaat dari mematuhi aturan serta akibat tidak mematuhi aturan yang
berlaku menuntut peserta didik mampu untuk mengingat dan menghafalkan seluruh pokok
materi pembelajaran secara baik. Dengan materi pembelajaran yang sangat banyak maka
seorang guru harus mampu untuk mengelola waktu dalam pembelajaran agar materi
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Seorang guru dituntut mampu untuk
mengemas pembelajaran menjadi semenarik mungkin dengan berbagai media, metode,
strategi, dan pendekatan yang menarik supaya peserta didik menjadi semangat dalam belajar
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menampilkan gambar dalam pembelajaran merupakan salah satu alat peraga dalam belajar
yang dinilai efektif untuk menstimulasi peserta didik dalam belajar, terutama pada aspek
berbicara. Dengan menggunakan alat bantu berupa gambar, maka dapat menghubungkan
komunikasi yang maksimal antara guru dengan peserta didik, sehingga membuat
pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan penggunaan model pembelajaran picture and
picture maka peserta didik dituntut untuk berpikir secara logis dan sistematis, karena model
pembelajaran picture and picture merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan
gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis, yang memiliki karakteristik
inovatif; kreatif; dan menyenangkan (Wilantara dkk, 2016). Penggunaan bantuan media
gambar dalam pembelajaran merupakan media yang paling umum digunakan, karena peserta
didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar disajikan dengan baik dan
memenuhi persyaratan, contohnya seperti gambar poster yang merupakan salah satu media
grafis yang paling tampak kekuatannya sebagai media penyampai pesan, dengan visual yang
menyajikan fakta; ide; dan gagasan melalui sebuah gambar, pastinya akan menambah
semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, karena mampu menarik
perhatian; memperjelas sajian ide; dan mengilustrasikan fakta sehingga sangat mudah untuk
dihafal (Putra, 2015).
Dengan menggunakan alat peraga dapat memberi stimulus pada guru dalam mengajar
peserta didik, sehingga tidak hanya bergantung pada gambar maupun teks bacaan yang ada
pada buku, akan tetapi harus dapat lebih kreatif lagi dalam mengembangkan alat peraga
supaya peserta didik merasa senang dalam belajar PPKn (Hamalik, 2000). Model dan media
pembelajaran digunakan sebagai pembawa pesan dengan suatu tujuan. Sehingga dapat
dikatakan dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga dalam pembelajaran maka akan
membuat kegiatan belajar menjadi lebih efektif. Berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti di MIN 6 Ponorogo hasil belajar peserta didik kelas 2 Al-Quddus
pada siklus pertama masih rendah, sehingga peneliti melanjutkan untuk melakukan observasi
kembali dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang berbeda pada siklus
pertama dan kedua untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari siklus pertama.
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar, hasil belajar adalah hasil yang dicapai
dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir
pembelajaran. belajar dapat diartikan sebagai proses yang menimbulkan perubahan tingkah
laku sebagai hasi dari kegiatan belajar, perubahan tingkah laku ini sebagai akibat dari
kegiatan pembelajaran yang telah dipahami dan dikuasai yang dinamakan dengan prestasi
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Berhasil tidaknya suatu kegiatan belajar bergantung
pada faktor dan kondisi yang mempengaruhinya. Sehingga untuk mendapat hasil belajar yang
maksimal maka diperlukan upaya perhitungan mengenai fakta dan kondisi yang
mempengaruhi proses kegiatan belajar. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi kagiatan belajar,
diantaranya yaitu karakteristik pelajar, karakteristik guru, interaksi antara pelajar dengan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran, karakteristik kelompok belajar, karakteristik fasilitas
fisik, subjek, dan faktor lingkungan luar (M. Surya, 2003). Dengan menggunakan metode
picture and picture dengan bantuan media gambar berupa poster peneliti berharap mampu
menjadikan pembelajaran PPKn tidak monoton sehingga dapat membangkitkan semangat
peserta didik dalam belajar dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas 2 Al-Quddus dengan
berbagai macam problematika yang ada, seperti penyampaian materi pembelajaran yang tidak
menarik dan cenderung monoton sehingga peserta didik menjadi bosan dalam belajar yang
berakibat pada hasil belajar rendah sehingga berakibat tujuan dalam pembelajaran menjadi
tidak tercapai. Dengan disusunnya artikel ini peneliti ingin meneliti apakah dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture dengan bantuan media gambar poster
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas 2 Al-Qudddus dan bagaimana
implmentasi dari model pembelajaran picture and picture dengan bantuan media gambar
poster di kelas 2 Al-Quddus.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MIN 6 Ponorogo Jalan KH. Al-Muhtarom No. 8 Desa Paju
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Subyek dalam penelitian adalah peserta didik
kelas 2 Al-Quddus MIN 6 Ponorogo tahun pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 20 orang
peserta didik dengan 8 orang peserta didik laki-laki dan 12 orang peserta didik perempuan.
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah menggunakan tes yang
meliputi pelaksanaan evaluasi pada akhir siklus I dan siklus II.
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat kegiatan utama pada setiap siklus, yaitu
mengidentifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi tindakan.
Proses tindakahn prasiklus:
1. Kegiatan Mengidentifikasi Masalah
Peneliti melakukan analisis untuk menentukan mata pelajaran yang akan digunakan
dalam praktik mengajar real-teaching, dan menemui wali kelas 2 Al-Quddus untuk
melakukan wawancara terhadap kegiatan belajar mengajar.
2. Perencanaan Tindakan
Setelah melakukan wawancara terhadap wali kelas 2 Al-Quddus didapatkan hasil jika
perencanaan pembelajaran yang dilakukan diantaranya adalah mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, sistem penilaian, dan instrument
penilaian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan tahap awal yang dilakukan oleh guru adalah memberikan
penjelasan pada peserta didik untuk menyebutkan aturan, hal-hal yang boleh dilakukan
hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika di rumah, pada kegiatan ini menggunakan
strategi pembelajaran kontekstual dan metode ceramah. Dilanjutkan dengan pengamatan
atau observasi yang dilakukan dengan tindakan, peneliti mengamati kecermatan dan
aktivitas peserta didik dalam mendengarkan penjelasan guru.
4. Refleksi Tindakan
Refleksi tindakan atau akhir dari tindakan pada prasiklis diadakan refleksi dengan
cara pemberian tes tertulis pada peserta didik, hasil dari tes dan observasi aktivitas peserta
didik dijadikan dasar untuk perbaikan dan perubahan pada siklus I dan siklus II.
Kekurangan yang ada pada tindakan prasiklus diupayakan agar diperbaiki pada siklus I
dan siklus II, dan kegiatan-kegiatan pada prasiklus yang baik maka harus dipertahankan
dan ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Proses tindakan siklus I:
1. Kegiatan Mengidentifikasi Masalah
Peneliti melakukan analisis pada kegiatan real-teaching guru kelas 2 Al-Quddus
terkait dengan proses pembelajaran PPKn dan mencari solusi atas permasalahan yang
terjadi pada proses tindakan prasiklus.
2. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi
pembelajaran, sistem penilaian, dan instrumen penilaian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan tahap awal yang dilakukan oleh guru adalah memberikan
penjelasan pada peserta didik untuk menyebutkan aturan, hal-hal yang boleh dilakukan,
dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika bermain di rumah teman dengan
menggunakan 1 gambar pada setiap materinya, pada kegiatan ini menggunakan strategi
pembelajaran kontekstual dan metode diskusi kelompok. Dilanjutkan dengan pengamatan
atau observasi yang dilakukan dengan tindakan, peneliti mengamati kecermatan dan
aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi.
4. Refleksi Tindakan
Refleksi tindakan atau akhir dari tindakan pada siklus I diadakan refleksi dengan cara
pemberian tes tertulis pada peserta didik, hasil dari tes dan observasi aktivitas peserta didik
dijadikan dasar untuk perbaikan dan perubahan pada siklus II. Kekurangan yang ada pada
siklus I diupayakan agar diperbaiki pada siklus II, dan kegiatan-kegiatan pada siklus I
yang baik maka harus dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Proses tindakan siklus II:
1. Kegiatan Mengidentifikasi Masalah
Pada kegiatan mengidentifikasi masalah peneliti melakukan analisis atas
permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran pada siklus I dan mencari
solusi atas permasalahan dari proses tindakan pada siklus I.
2. Perencanaan Tindakan
Peneliti perlu mempersiapkan beberapa perencanaan tindakan yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, sistem penilaian, dan instrumen
penilaian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah memberikan rangsangan pada
peserta didik untuk menyebutkan aturan, hal-hal yang boleh dilakukan, dan hal-hal yang
tidak boleh dilakukan ketika di sekolah, dengan menggunakan model pembelajaran picture
and picture berbantuan media gambar poster yang runtut. Pada proses pengamatan atau
observasi peneliti melakukan pengamatan pada kecermatan dan aktivitas peserta didik
dalam kegiatan diskusi.
4. Refleksi Tindakan
Refleksi tindakan atau akhir dari tindakan pada siklus II diadakan refleksi dengan cara
pemberian tes tertulis pada peserta didik, hasil dari tes dan observasi akitivitas peserta
didik dijadikan dasar untuk melakukan pengolahan data.
Cara penggalian data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan hasil dari
latihan tes tertulis peserta didik, prestasi belajar yang diperoleh peserta didik diambil dari
nilai atau skor perolehan dari pengerjaan tes tertulis dari lembar evaluasi, dan situasi pada
saat kegiatan belajar mengajar dikelas ketika dilaksanakannya tindakan yang diperoleh
melalui pengamatan yang dilakukan peneliti.
Teknik analisis data dalam penelitian dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis tergolong
dalam kelompok tes verbal, yaitu tes yang soal dan jawaban yang diberikan pada peserta
didik dalam bentuk tertulis (Ngalim Purwanto, 2009). Jenis soal tes tertulis yang diberikan
pada peserta didik pada siklus I adalah pilihan ganda, menjodohkan, dan jawaban singkat.
Pada siklus II jenis soal tes tertulis adalah jawaban singkat dan true/false.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada kegiatan pembelajaran pra prasiklus guru menggunakan metode ceramah dengan
bantuan media papan tulis. Pada kegiatan pendahuluan dengan alokasi waktu 10 menit guru
melakukan kegiatan pembiasaan, seperti berdo’a; mengecek kehadiran peserta didik;
mempersiapkan materi ajar; mengajak ice breaking dengan tepuk semangat; disambung
dengan pemberian penjelasan pada peserta didik tetang pengertian aturan, dilanjutkan dengan
kegiatan tanya jawab untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik tentang materi yang
akan dipelajari; menyampaikan tujuan pembelajaran; menyampaikan topik materi
pembelajaran yang akan dipelajari; dan mengaitkan topik pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik.
Kegiatan inti dengan alokasi waktu 50 menit guru melakukan kegiatan penyampaian
materi dengan menggunakan metode ceramah, peserta didik mendengarkan penjelasan dari
guru, peserta didik secara perwakilan maju kedepan kelas untuk menyebutkan dan
menuliskan aturan yang berlaku di rumah, dilanjut dengan mengerjakan soal-soal evaluasi
yang ada di buku LKS.
Kegiatan penutup dengan alokasi waktu 10 menit guru memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk bertanya tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari hari ini, guru
memberi jawaban atau umpan balik atas pertanyaan yang telah diajukan oleh peserta didik,
guru memberikan tugas pekerjaan rumah pada peserta didik dengan mengerjakan soal-soal
evaluasi yang ada di buku LKS; dan guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
Kegiatan prasiklus diperoleh jumlah nilai keseluruhan peserta didik adalah 1230. Dengan
rincian nilai tertinggi adalah 100 yang diraih oleh Kallista Dinny Harianti, dan nilai terendah
adalah 20 yang diraih oleh Rafael Calvino Octavian, dan hasil nilai rata-rata kelas 2 Al-
Quddus adalah 61,5%. Peserta didik yang tuntas dalam belajar ada 9 peserta didik atau 45%
yang terdiri dari 3 orang peserta didik laki-laki dan 6 orang peserta didik perempuan.
Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar ada 11 peserta didik atau 55% yang
terdiri atas 5 orang peserta didik laki-laki dan 6 orang peserta didik perempuan.
Dari data tersebut dapat dibuat interval yaitu dengan rentang 80, banyaknya kelas interval
adalah 5,29 dibulatkan menjadi 5, panjang kelas interval adalah 16. Berdasarkan data tersebut
maka interval dapat dijabarkan dengan peserta didik yang memperoleh nilai 84-100 ada 1
peserta didik, nilai 67-83 ada 8 peserta didik, nilai 50-66 ada 5 peserta didik, nilai 33-49 ada
5 peserta didik, nilai 16-32 ada 1 peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan sebanyak 9
peserta didik dari 20 peserta didik yang menjawab dengan benar atau 45%, dan yang tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan benar ada 11 peserta didik dari 20 peserta didik atau 55%.
Berdasarkan hasil pengamatan dari teman sejawat ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya adalah metode pembelajaran yang belum variatif, media yang digunakan tidak
menarik, kurangnya sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran, komunikasi
antara guru dengan peserta didik belum terjalin dengan baik, nilai rata-rata kelas masih
dibawah KKM, penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran masih rendah,
kondisi kelas yang tidak kondusif diakibatkan oleh peserta didik yang gaduh, dan peserta
didik tidak berani untuk menyampaikan pertanyaan ketika belum mampu menguasi materi.
Setelah dilakukan evaluasi, ternyata pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat
menjadi faktor penyebab dari tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Pada kegiatan
pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dengan bantuan papan tulis untuk
menyampaikan materi pembelajaran yang begitu kompleks. Hal-hal tersebut menyebabkan
peserta didik merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Untuk mengatasi permasalahan-permaslahan tersebut maka peneliti perlu untuk
menambahkan model dan metode pembelajaran yang dirasa lebih sesuai dengan keadaan
kelas dan peserta didik, yang tentunya model dan metode ini lebih banyak melibatkan
aktifitas peserta didik dan mampu menarik perhatian peserta didik dalam belajar.
Setelah diketahui bahwa hasil belajar pada prasiklus masih cukup rendah, maka peneliti
melanjutkan dan melakukan perbaikan di siklus I. Pada siklus I peneliti menggunakan metode
diskusi kelompok dengan bantuan media gambar.
Pada siklus I, ditahap mengidentifikasi masalah tugas peneliti disini adalah menganalisis
permaslahan yang terjadi pada prasiklus, kemudian mencari solusi atas permaslahan yang
terjadi dan mengimplemantasikannya pada siklus I. Dari banyaknya problematika yang
dijumpai pada proses prasiklus, ada 2 problematika serius yang dijumpai oleh peneliti, yaitu
pemilihan metode pembelajaran yang tidak variatif dan penggunaan media pembelajaran
yang tidak menarik. Dari problematika tersebut peneliti mengganti metode dan media
pembelajaran menjadi lebih variatif dan menarik perhatian peserta didik, yaitu dengan
menggunakan metode diskusi kelompok dan media gambar.
Tahap perencanaan tindakan beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan tema aturan bermain dirumah teman, materi pembelajaran, penyusunan metode
pembelajaran berupa ceramah; tanya jawab; penugasan, dan diskusi kelompok, sistem
penilaian, dan instrumen penilaian.
Tahap pelaksanaan tindakan dengan jumlah keseluruhan alokasi waktu adalah 2×35 menit
atau 70 menit, peneliti membagi alokasi waktu menjadi 3 bagian kegiatan, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan dengan alokasi
waktu 10 menit peneliti membuka pembelajaran dengan salam, menanya kabar peserta didik,
membuka pembelajaran dengan membaca do’a atau mengucap basmallah, mengecek
kehadiran pesrta didik, melakukan apersepsi atau menanya dan mengulas materi
pembelajaran pertemuan sebelumnya, mengajak ice breaking dengan melakukan ikrar belajar
dengan tertib dan tepuk semangat, menyampaikan kontekstualisasi pembelajaran dengan
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan langkah-langkah atau aktifitas yang akan dijalankan
selama pembelajaran berlangsung.
Kegiatan inti dengan alokasi waktu 50 menit peneliti memaksimalkan waktu dengan
sebaik mungkin dengan menampilakan 1 gambar tentang aturan bermain di rumah teman, 1
gambar tentang hal-hal yang boleh dilakukan ketika bermain di rumah teman, dan 1 gambar
tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika bermain di rumah teman, kemudian peserta
didik melakukan kegiatan mengamati gambar yang telah disajikan oleh peneliti, dan peneliti
menanya pada peserta didik tentang isi dari gambar yang telah diamatinya, dengan
melakukan diskusi bersama teman satu bangku peserta didik ditunjuk secara acak oleh
peneliti untuk menyebutkan maksud pada gambar, yang kemudian jawaban tersebut diberi
penguatan oleh peneliti, kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 3 kali
disesuaikan dengan jumlah gambar yang ada. Dilanjut dengan kegiatan literasi yaitu kegiatan
membaca dan mengumpulkan informasi dari buku LKS dan dilanjut dengan kegiatan tanya
jawab sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diperoleh peserta didik. Kegiatan
pembelajaran selanjutnya adalah menempelkan gambar sesuai dengan kolom, kegiatan ini
dilakukan secara berkelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang, setelah kegiatan
menempel selesai maka hasil dari kegiatan menempel dipresentasikan didepan kelas secara
perwakilan dari setiap kelompok. Kegiatan inti diakhiri dengan pengerjaan lembar evaluasi
yang digunakan sebagai alat ukur atas pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran.
Kegiatan penutup dengan alokasi waktu 10 menit peneliti bersama dengan peserta didik
secara bersama-sama menyimpulkan hasil belajar yang telah didapat pada pada pertemuan
hari ini, dilanjut dengan pemberian tugas rumah berupa lembar evaluasi, menyampaikan
evaluasi pembelajaran secara umum, memberikan motivasi, dan menutup pembelajaran
dengan mengucap salam.
Tahap refleksi tindakan pada siklus I yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
penugasan dan diskusi kelompok yang penilaian dilaksanakan pada lembar evaluasi, peserta
didik kelas 2 Al-Quddus memperoleh jumlah nilai keseluruhan 1494. Dengan rincian nilai
tertinggi adalah 100 yang diraih oleh Anjani Darra Anassha dan Delisa Syafira Feberlita, dan
nilai terendah adalah 50 yang diraih oleh Rafael Calvino Octavian dan hasil nilai rata-rata
kelas adalah 74,7%. Peserta didik yang tuntas dalam belajar berjumlah 13 atau 65% yang
terdiri dari 4 orang peserta didik laki-laki dan 9 orang peserta didik perempuan. Sedangkan
yang belum mencapai ketuntasan belajar ada 7 peserta didik atau 35%, yang terdiri dari 4
orang peserta didik laki-laki dan 3 orang peserta didik perempuan.
Dari data tersebut dapat dibuat interval yaitu dengan rentang 50, banyaknya kelas interval
adalah 5,29 dibulatkan menjadi 5, panjang kelas interval adalah 10. Berdasarkan data tersebut
maka interval dapat dijabarkan dengan peserta didik yang memperoleh nilai 90-100 ada 4
peserta didik, nilai 79-89 ada 7 peserta didik, nilai 68-78 ada 2 peserta didik, nilai 57-67 ada
6 peserta didik, nilai 46-56 ada 1 peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan sebanyak 13
peserta didik dari 20 peserta didik yang menjawab dengan benar atau 65%, dan yang tidak
dapat menjawab dengan benar ada 7 peserta didik dari 20 peserta didik atau 35%.
Sesuai hasil observasi problematika yang ditemui peneliti pada siklus I adalah media
pembelajaran tidak digunakan secara maksimal, beberapa peserta didik tidak memperhatikan
penjelasan, peserta didik kurang termotivasi untuk belajar, kurangnya keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I ditemukan berbagai
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan pada pembelajaran diantaranya adalah pembelajaran
menjadi lebih efektif dengan menggunakan metode diskusi kelompok, melibatkan peserta
didik dalam pembelajaran, peserta didik menjadi antusias dalam pembelajaran. Kelemahan
pada pembelajaran diantaranya adalah seluruh peserta didik belum terlibat secara aktif, belum
semua peserta didik yang mengetahui tugasnya, dan pembelajaran kurang kondusif karena
beberapa peserta didik masih berbicara sendiri dengan temannya.
Hasil dari siklus I yang belum mencapai KKM maka akan dilakukan perbaikan pada siklus
II. Pada siklus II peneliti menggunakan model pembelajaran picture and picture dengan
bantuan media gambar poster seri.
Pada siklus II, ditahap mengidentifikasi masalah tugas peneliti disini adalah menganalisis
permaslahan yang terjadi pada siklus I, kemudian mencari solusi atas permaslahan yang
terjadi dan mengimplemantasikannya pada siklus II. Pemecahan masalah diselesaikan dengan
pemberian ice breaking sekala berkala, penggunaan model pembelajaran picture and picture
dengan menambah jumlah bantuan media gambar, dan penggunaan strategi project based
learning.
Tahap perencanaan tindakan beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan tema aturan di sekolah, materi pembelajaran, penyusunan metode pembelajaran
berupa ceramah; tanya jawab; penugasan, dan diskusi kelompok, sistem penilaian, dan
instrumen penilaian.
Tahap pelaksanaan tindakan dengan jumlah keseluruhan alokasi waktu adalah 2×35 menit
atau 70 menit, peneliti membagi alokasi waktu menjadi 3 bagian kegiatan, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan dengan alokasi
waktu 10 menit peneliti membuka pembelajaran dengan salam, menanya kabar peserta didik,
membuka pembelajaran dengan membaca do’a atau mengucap basmallah, mengecek
kehadiran pesrta didik, melakukan apersepsi atau menanya dan mengulas materi
pembelajaran pertemuan sebelumnya, mengajak ice breaking dengan melakukan ikrar belajar
dengan tertib dan bermain game penduduk langit dan penduduk bumi, menyampaikan
kontekstualisasi pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan langkah-
langkah atau aktifitas yang akan dijalankan selama pembelajaran berlangsung.
Kegiatan inti dengan alokasi waktu 50 menit peneliti memaksimalkan waktu dengan
sebaik mungkin dengan menampilakan gambar poster yang diurutkan mulai dari aturan atau
hal-hal yang harus dilakukan ketika masuk sekolah hingga pulang serta menampilkan
larangan ketika di sekolah. Setelah disajikan gambar-gambar tersebut maka kegiatan siswa
adalah mengamati dan menganalisis isi dari gambar, dilanjut dengan kegiatan tanya jawab
antara guru dengan peserta didik terkait gambar, dilanjutkan dengan kegiatan literasi atau
membaca buku LKS terkait dengan manfaat mematuhi aturan dan akibat tidak mematuhi
aturan di sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan menempel gambar-gambar tentang
aturan atau hal-hal yang boleh dilakukan ketika di sekolah dan hal-hal yang tidak boleh
dilakukan ketika disekolah secara urut sesuai pada kolom Lembar Kerja Proyek (LKP) yang
berupa kertas manila. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan diskusi kelompok untuk
menyusun kata tentang perilaku mematuhi aturan di sekolah dan menempelkan pada Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD). Dilanjut dengan mengerjakan lembar evaluasi secara mandiri
untuk mengetahui pamahaman peserta didik pada materi pembelajaran.
Kegiatan penutup dengan alokasi waktu 10 menit peneliti bersama dengan peserta didik
secara bersama-sama menyimpulkan hasil belajar yang telah didapat pada pada pertemuan
hari ini, dilanjut dengan pemberian tugas rumah berupa lembar evaluasi, menyampaikan
evaluasi pembelajaran secara umum, memberikan motivasi, dan menutup pembelajaran
dengan mengucap salam.
Tahap refleksi tindakan pada siklus II yang menggunakan model picture and picture
dengan bantuan media gambar poster serta metode ceramah, tanya jawab, penugasan dan
diskusi kelompok yang penilaiannya dilaksanakan pada lembar evaluasi, peserta didik kelas 2
Al-Quddus memperoleh jumlah nilai keseluruhan 1890. Dengan rincian nilai tertinggi adalah
100 dan nilai terendah adalah 60, dan hasil nilai rata-rata kelas adalah 94,5%. Peserta didik
yang tuntas dalam belajar berjumlah 19 atau 95% yang terdiri dari 7 orang peserta didik laki-
laki dan 12 orang peserta didik perempuan. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan
belajar ada 1 peserta didik atau 5%, yang terdiri dari 1 orang peserta didik laki-laki dan 3
orang peserta didik perempuan.
Dari data tersebut dapat dibuat interval yaitu dengan rentang 40, banyaknya kelas interval
adalah 5,29 dibulatkan menjadi 5, panjang kelas interval adalah 8. Berdasarkan data tersebut
maka interval dapat dijabarkan dengan peserta didik yang memperoleh nilai 92-100 ada 15
peserta didik, nilai 83-91 ada 2 peserta didik, nilai 74-82 ada 1 peserta didik, nilai 65-73 ada
1 peserta didik, nilai 56-64 ada 1 peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan sebanyak 19
peserta didik dari 20 peserta didik yang menjawab dengan benar atau 95%, dan yang tidak
dapat menjawab dengan benar ada 1 peserta didik dari 20 peserta didik atau 5%.
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I ditemukan berbagai kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan pada pembelajaran diantaranya adalah pembelajaran menjadi lebih efektif dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture dengan bantuan media gambar poster
dan metode diskusi kelompok, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik
menjadi antusias dalam pembelajaran. Kelemahan pada pembelajaran diantaranya adalah
belum semua peserta didik yang mengetahui tugasnya, dan pembelajaran kurang kondusif
karena beberapa peserta didik masih berbicara sendiri dengan temannya.
Tabel 1. Prosentase Keberhasilan Hasil Belajar Peserta Didik
Prasiklus Siklus I Siklus II
No Kriteria
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 9 45% 13 65% 19 95%
2. Belum Tuntas 11 55% 7 35% 1 5%
Nilai Rata-Rata Kelas 61,5% 74,7% 94,5%

95%
100%
80% 65%
60% 55%
45% Menjawab dengan benar
40% 35%
20% Menjawab dengan salah
0% 5%

PrasiklusSiklus ISiklus II

Gambar 1. Hasil Observasi Peserta Didik yang dapat Menjawab dengan Benar dan Menjawab dengan Salah

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui aktivitas perbaikan seperti
yang tercantum dalam tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar
peserta didik pada setiap siklusnya mengalami kenaikan, pada prasiklus berada pada
prosentase 61,5, siklus I 74,7, siklus II 94,5. Berdasarkan hasil pengamatan pada peserta
didik diproses prasiklus prosentase peserta didik yang mampu menjawab dengan benar ada
45%, siklus I 65%, siklus II 95%.
Penggunaan model pembelajaran picture and picture dengan media gambar poster
sangatlah berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan model ini dapat
membantu peserta didik yang kesulitan dalam belajar sehingga mampu meningkatkan
pemahaman pada materi PPKn, karena model pembelajaran picture and picture ini memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya adalah guru lebih mengetahui kemampuan dari setiap
peserta didik dan melatih peserta didik untuk berpikir secara logis (Hamdani, 2011).
Sesuai dengan yang disampaikan (Azhar Arsyad, 2014) bahwa dengan menggunakan
media pembelajaran maka suatu pembelajaran akan menjadi lebih menarik perhatian dari
peserta didik, pembelajaran menjadi lebih jelas dan bermakna, pembelajaran menjadi tidak
membosankan, dan peserta didik menjadi lebih aktif. Dengan menggunakan model picture
and picture dengan bantuan media gambar poster dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini
dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku peserta didik yang bersifat menetap;
fungsional; positif; dan disadari (Prihatiningsih dan Setyaningtyas, 2018), selanjutnya
memiliki kemampuan kognitif; afketif; dan psikomotorik (Sulfemi, 2016).
Dengan menggunakan media gambar dinilai mampu untuk meningkatkan motivasi
sekaligus meningkatkan hasil belajar peserta didik, hal ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Yuswanti mahasiswa Program Guru dalam Jabatan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako bahwa sebelum menggunakan media gambar
dalam pembelajaran diperoleh nilai rata-rata adalah 50,00%, setelah diterapkan media
pembelajaran gambar pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 68,75%, pada siklus II
meningkat menjadi 87,50%, yang secara keseluruhan nilai aktivitas peserta didik masuk
dalam kategori baik. Diperkuat lagi dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fatma
Kaulani dkk. bahwasannya hasil belajar PPKn peserta didik SDN 009 Pulau semakin
meningkat dengan penggunaan media gambar sebagai alat dalam pembelajaran.
Penelitian ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar saja, tetapi manfaat yang dapat diraih
oleh peneliti dengan melaksanakan PTK adalah mampu mengembangkan dan meningkatkan
gaya mengajar sesuai dengan tuntutan kelas dan zaman, pengembangan kurikulum, dan
peningkatan profesionalisme guru. Sesuai dengan kontribusi yang telah peneliti lakukan,
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture dengan bantuan media
gambar poster pada mata pelajaran PPKn khususnya materi mematuhi dapat meningkatkan
semangat peserta didik dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dari proses
tindakan prasiklus, siklus I hingga siklus II mata pelajaran PPKn pada materi mematuhi
aturan maka peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwasannya dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture dengan bantuan media gambar poster dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik di kelas 2 Al-Quddus MIN 6 Ponorogo secara signifikan, hal ini
didukung oleh data-data yang diperoleh peneliti dalam proses pembelajaran. Sebelum
diterapkannya model pembelajaran picture and picture pada proses prasiklus nilai rata-rata
peserta didik kelas 2 Al-Quddus masih dalam prosentase 61,5%, setelah diterapkan media
pembelajaran gambar pada siklus I prosentasi nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74,7%,
pada siklus II setelah digunakannya model pembelajaran picture and picture dengan bantuan
media gambar poster prosentase nilai rata-rata kelas meningkat dengan sangat signifikan
menjadi 94,5%.
Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa hal yang sebaiknya diperbaiki dan diterapkan
oleh guru untuk meningkatkan kualitas hasil belajar utamanya pada keaktifan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, yakni diantaranya adalah hendaknya seorang guru
melakukan refleksi atau perbaikan dalam setiap pembelajaran, penggunaan model
pembelajaran picture and picture dan media gambar poster dapat menjadi alternatif dalam
pembelajaran, hendaknya seorang guru selalu senantiasa untuk belajar guna meningkatkan
profesionalitas dirinya melalui pengikutsertaan dalam pelatihan atau seminar.

UCAPAN TERIMA KASIH


Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari petunjuk, bantuan serta partisipasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan banyak
syukur dan terima kasih pada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan nikmat sehat, selamat, serta petunjuk dan jalan
terang pada peneliti dalam melaksanakan kegiatan magang II di MIN 6 Ponorogo dan
dalam penyusunan artikel.
2. Kedua orang tua tercinta Bapak Slamet Raharjo dan Ibu Sariyah serta keluarga dan
saudara yang telah memberikan support terbaik secara rohani dan meteril dalam
melaksanakan kegiatan magang II di MIN 6 Ponorogo dan penyusunan artikel.
3. Ibu Hanik Mufidah, M.Pd.I selaku guru pamong yang telah membimbing peneliti dalam
melaksanakan kegiatan magang II di MIN 6 Ponorogo.
4. Bapak Moh. Miftahul Ridwan, S.Pd. selaku wali kelas 2 Al-Quddus, yang telah memberi
kesempatan pada peneliti untuk melaksanakan kegiatan real-teaching di kelas 2 Al-
Quddus.
5. Ibu Dr. Retno Widyaningrum, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
magang II yang telah memberikan pengarahan pada peneliti dalam melaksanakan
kegiatan magang II dan penyusunan artikel ini.
6. Seluruh teman magang II kelompok 65 yang telah membantu dalam menyukseskan
kegiatan magang II di MIN 6 Ponorogo dan penyusunan artikel.
7. Seluruh member Seventeen, NCT, TXT, ENHYPEN, BTS, dan The Boyz yang telah
memberi support dan hiburan terbaik pada peneliti dalam menjalani kegiatan magang II di
MIN 6 Ponorogo dan penyusnan artikel.

REFERENSI
Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Eka, Putri Dian. (2017). Diskurs Kreativitas Pendidik Dalam Pemilihan Model Pembelajaran
PPKn. PKn Progresif, 12 (2), 690-692.

Hamalik, Oemar. (2000) Psikologi belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al

Gesindo. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Kaulani, Fatma, dkk. (2019). Perapan Metode Brainstorming Dengan Bantuan Media
Gambar Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SD Negeri
009 Pulau Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. PAJAR, 3 (1), 21-24.

Prihatiningsih Eko dan Eunice Widiyanti Setyaningtyas. (2018). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Picture And Picture Dan Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar
Siswa. JPSD, 4 (1), 1-14.

Purwanto Ngalim. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Yogyakarta:


Remaja Rosdakarya.

Putra, Z. H. (2015). Media Pembelajaran Berbasis Teknologi SD. Pekanbaru: Zesya


Publisher.

Sulfemi, Wahyu Bagja. (2016). Hubungan Persepsi Peserta Didik Tentang kompetensi Guru
Mata Pelajaran Sejarah Dengan Hasil Belajar Peserta DIdik Mata Pelajaran Sejarah
Di Kelas X SMA Negeri 1 Pamijahan Kabupaten Bogor. Jurnal Fascho, 5 (2), 52-70.

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti


Bhakti Winaya.

Tim GTK DIKDAS. (2021). Modul Belajar Mandiri Calon Guru Aparatur Sipil Negara
(ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Bidang Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorak Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ulfa, Maria dan Saifuddin. (2018). Terampil Memeilih Dan Menggunakan Metode
Pembelajaran. SUHUF, 30 (1), 36-38.

Wilantara, A.P.N, dkk. (2016). Penerapan Model PEmbelajaran Picture and Picture
Berbantuan Media Flip Chart untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak. E
journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Ganesha, 4 (1).
Yuswanti. Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPS di Kelas IV SD PT. Lestari Tani Teladan (LTT) Kabupaten
Donggala. Kreatif Tadulako Online, 3 (4), 196-198.

Anda mungkin juga menyukai