Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari waktu ke w

aktu semakin pesat. Beberapa contoh perkembangan IPTEK adalah internet,

kendaraan listrik dan telepon seluler. Perkembangan tersebut mengakibatkan adan

ya pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan.

Dalam Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003, meng

atakan bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudk

an suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangk

an potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dir

i, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh

dirinya dan masyarakat”.

Pendidikan di Indonesia perlu mendapat perhatian, sehingga peserta didik

dituntut agar memiliki pengetahuan, sikap serta keterampilan belajar untuk mengh

adapi kemajuan IPTEK pada abad 21 yang berkembang pesat dalam kehidupan gl

obal. Pemerintah telah melakukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di I

ndonesia agar lebih baik dari sebelumnya. Upaya yang telah dilakukan pemerintah

terhadap peningkatan kualitas pendidik yaitu mengadakan pelatihan, seminar nasi

onal, MGMP dan lainnya. Pemerintah juga melakukan pergantian kurikulum seba

nyak sebelas kali, dimulai pada tahun 1974, kemudian sampai kurikulum 2013 da

n kurikulum merdeka. Dengan adanya dukungan dari pemerintah terhadap dunia

pendidikan yang bertujuan agar pendidikan semakin maju, sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.

1
PAGE \* MERGEFORMAT 7

Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran wajib yang harus dikuasai

oleh siswa kelompok ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu fisika merupakan ilmu

empiris artinya setiap hal yang dipelajari dalam fisika didasarkan pada hasil

pengamatan gejala alam (Hanum, 2021:145). Pembelajaran fisika tidak hanya

mempelajari tentang rumus yang harus dihafal, tetapi perlu adanya pengamatan

mengenai gelaja alam yang ada di lingkungan sekitar sehingga peserta didik bisa

berperan aktif secara langsung dalam pembelajaran.

Konsep-konsep dari fisika selalu berkaitan dengan pemecahan masalah

yang merupakan hal penting pada saat proses pembelajaran. Fisika sangat

berperan penting dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membantu seseorang

dalam memahami permasalahan yang ada di lingkungan sekitar dan

memungkinkan kemajuan teknologi bisa membentuk suatu individu yang modern.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang

menggunakan fakta, proses, teori, konsep, dan kejadian alam di lingkungan

sekitar.

Berdasarkan angket observasi yang dilakukan dengan pendidik kelas XI S

MA Negeri 1 Tigo Nagari yaitu kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 201

3. Dalam proses pembelajaran pendidik menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan pendekatan saintifik. Dalam penerapan

model pembelajaran dan pendekatan yang digunakan pendidik di kelas, masih ada

peserta didik yang kurang paham mengenai materi fisika sehingga menganggap

pembelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Pendidik

belum melakukan praktikum dan belum menggunakan LKPD dalam


PAGE \* MERGEFORMAT 7

pembelajaran. Pendidik mengatakan bahwa peserta didik masih kurang aktif

dalam pembelajaran. Hal ini dilihat dari media yang digunakan belum bervariasi.

Dalam penerapan teknologi di sekolah, pendidik belum menggunakan proyektor

yang berguna untuk menampilkan materi pembelajaran. Salah satu media yang

bisa ditampilkan melalui proyektor adalah Power point.

Hasil angket observasi dari peserta didik didapatkan bahwa peserta didik

kurang antusias dalam belajar, hal ini dilihat dari proses pembelajarannya yang

kurang aktif di kelas. Peserta didik kebingungan dalam menyelesaikan suatu

permasalahan yang diajukan oleh pendidik karena kurang mengerti dan kurangnya

kemauan untuk bertanya, tidak mencari tahu, dan tidak bisa memberikan argumen

ataupun pendapat berdasarkan pemikirannya sendiri. Hal ini disebabkan oleh

minimnya partisipasi peserta didik dalam belajar. Hal ini juga dapat dilihat dari

nilai Ulangan Harian (UH) fisika peserta didik.

Hasil belajar peserta didik fisika pada nilai UH semester genap tahun ajara

n 2023/2024 diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai UH Semester Genap Fisika Peserta


Didik Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Tigo Nagari
Jumlah Tuntas Tidak tuntas
Kelas peserta didik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
XI MIPA 1 35 8 22,85 27 77,15
XI MIPA 2 35 2 5,71 33 94,29
XI MIPA 3 34 2 5,88 32 94,12
XI MIPA 4 31 6 19,35 25 80,65
XI MIPA 5 33 1 3,03 32 96,97
Sumber: Pendidik Fisika SMA Negeri 1 Tigo Nagari

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat hasil belajar peserta didik banyak yang

tidak tuntas dari pada yang tuntas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman

terhadap materi fisika dan berpikir kritisnya rendah sehingga berdampak pada hasi
PAGE \* MERGEFORMAT 7

l belajar peserta didik. Berpikir kritis merupakan suatu proses dimana peserta didi

k dituntut untuk menganalisis fakta untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

Berdasarkan uraian masalah di atas, salah satu upaya dapat dilakukan

adalah menciptakan kegiatan belajar yang bisa menarik minat belajari peserta

didik dan memberikan variasi pendekatan dan media pembelajaran yaitu dengan

menggunakan pembelajaran STEM (Sains, Technology, Engineering,

Mathematics).

Pembelajaran STEM mengharuskan siswa untuk bisa memecahkan masala

h, membuat pembaruan, menemukan/merancang hal baru, memahami diri, melaku

kan pemikiran logis dan menguasai teknologi. Pendidikan dalam pembelajaran

STEM ini difokuskan pada dunia nyata dan masalah otentik akan membuat siswa

memiliki pengetahuan yang mendalam, bersifat dinamis dan kreatif, sehingga dap

at menciptakan generasi unggul (Sariah, 2016:4). Beberapa kelebihan dalam pemb

elajaran STEM yaitu peserta didik bisa mengaitkan materi pembelajaran dengan

permasalahan yang terjadi di kehidupan dunia nyata, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, dan mendorong kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Berpikir kritis peserta didik diperlukan beberapa indikator. Menurut

Maulana (2017:7) berpikir kritis dapat diukur oleh beberapa indikator: 1)

Menganalisis dan mengklasifikasi pernyataan, 2) Mengidentifikasi dan

mengevaluasi asumsi yang ada, 3) Menyusun klarifikasi dengan pertimbangan

yang bernilai, 4) Menyusun penjelasan, dan 5) Membuat kesimpulan dan

argumentasi.
PAGE \* MERGEFORMAT 7

Materi yang akan digunakan pada penelitian adalah gelombang cahaya.

Pada proses pembelajarannya gelombang cahaya dapat diintegrasikan dengan

sains, technology, engineering, dan mathematic. Dalam materi gelombang, faktor

ilmiah sangat penting yang melibatkan banyak variabel fisika menjadi saling

bergantungan, sehingga intervensi dan teknik dapat diterapkan didalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian in

i akan menerapkan pembelajaran STEM terhadap berpikir kritis peserta didik kela

s XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, adapun identif

ikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan pendidik

belum menggunakan pendekatan dan media pembelajaran yang bervariasi.

2. Pendekatan dan media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik masih kur

ang efektif.

3. Pada proses pembelajaran peserta didik tidak memahami materi yang d

isampaikan oleh pendidik sehingga nilai UH yang diperoleh tidak sesuai yang

diinginkan dan masih di bawah KKM.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, serta mengingat keterbatasan

kemampuan yang dimiliki, batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:


PAGE \* MERGEFORMAT 7

1. Pada proses pembelajaran peserta didik kurang aktif, rendahnya berpikir kritis

dan pendekatan ataupun media pembelajaran yang digunakan belum

bervariasi sehingga menyebabkan kurangnya motivasi peserta didik dalam

belajar. Karena itu diperlukan pendekatan dan media yang bervariasi dalam

model pembelajaran.

2. Hasil belajar peserta didik dilihat dari ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneli

tian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Terha

dap Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adal

ah untuk melihat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Terhadap Berpikir Kri

tis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah

dan tujuan masalah, maka penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan dalam penerapan pembelajaran ST

EM yang nantinya diharapkan berguna dalam dunia pendidikan khususnya da

lam proses belajar mengajar.


PAGE \* MERGEFORMAT 7

2. Bagi peserta didik, dapat menjadikan penerapan pembelajaran STEM sebagai

salah satu cara untuk memahami konsep fisika dengan cara yang baru dan leb

ih menarik dalam proses pembelajaran.

3. Bagi pendidik, dapat memanfaatkan penerapan pembelajaran STEM untuk m

enunjang pembelajaran agar peseta didik lebih tertarik untuk belajar fisika.

4. Bagi sekolah, dapat menjadikan pembelajaran STEM ini sebagai pembelajara

n meningkatkan kualitas dan mutu hasil pembelajaran fisika.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan

1. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran adalah upaya yang dilaksanakan secara sistematis oleh pendi

dik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran agar efektif dan efisien dimana keg

iatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Aqib, Z.

2013: 66). Menurut Trianto (2014:136 ) fisika adalah suatu ilmu yang

mempelajari mengenai terjadinya suatu gejala alam melalui serangkaian proses

ilmiah yang hasilnya terwujud kedalam komponen yaitu konsep, prinsip, dan teori

yang berlaku umum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika adalah salah satu pemb

elajaran sains sehingga dalam kegiatan pembelajarannya harus meliputi proses, si

kap ilmiah, dan produk. Pembelajaran fisika juga tidak hanya memberikan kemam

puan terhadap peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal saja, tetapi juga untuk

melatih agar peserta didik mampu berpikir kritis, logis dan sikap ilmiah lainnya.

2. Pembelajaran STEM (Science, Technology Engineering and Mathematics)

a. Pengertian Pembelajaran STEM

STEM dikenalkan oleh NSF (National Science Foundation) Amerika Seri

kat tahun 1990. Menurut Tsupros (dalam Eka, Cendy E. dkk 2019:2) STEM

merupakan pendekatan indispliner dimana konsep akademis digabungkan dengan

permasalahan di dunia nyata sehingga siswa dapat menerapkan science,

8
PAGE \* MERGEFORMAT 42

technology, engineering dan mathematics sehingga memunculkan kemampuan

bersaing pada abad 21.

Menurut Sumaji (2019:8) melalui pembelajaran STEM kemampuan mate

matis siswa dapat dikembangkan agar mampu memecahkan masalah dengan berpi

kir kritis, bernalar secara logis dan sistematis serta mampu untuk berkomunikasi,

berkolaborasi dan mengikuti perkembangan teknologi. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran STEM adalah sebuah pendekatan indispliner yang dimana didalam

pembelajaran tersebut mencakup pengetahuan, teknologi, teknik dan matematik

dalam penyelesaian suatu masalah yang terdapat didalam dunia nyata.

Kolaborasi dalam proses pembelajaran, STEM akan membantu peserta did

ik untuk mengumpulkan dan menganalisis serta memecahkan permasalahan yang t

erjadi serta mampu untuk memahami hubungan antara suatu permasalahan dan ma

salah lainnya. STEM dalam dunia pendidikan bertujuan selaras dengan tuntutan p

endidikan abad 21, yaitu agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi y

ang berdampak dari membaca, menulis, mengamati, sains, dan mampu mengemba

ngkan kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan dalam menghadapi per

masalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang ilmu STEM (Jauhariy

ah dkk 2017:623).

b. Sintaks dan Langkah-Langkah Pembelajaran STEM

Menurut Syukri, Muhammad dkk (2013:109) pembelajaran STEM memili

ki lima tahap dalam pelaksanaannya dikelas yaitu observe, new idea, innovation, c

reativity, dan society.

Tabel 2. Tahapan dan Langkah-langkah Pembelajaran STEM


PAGE \* MERGEFORMAT 42

No Sintaks Langkah-langkah

1 Pengamatan (obse Pelajar dimotivasi untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai


rve) fenomena/isu yang terdapat didalam lingkungan kehidupan sehari-
hari yang mempunyai kaitan dengan konsep sains yang sedang diaj
arkan.
2 Ide baru Pelajar mengamati dan mencari informasi tambahan mengenai ber
(new idea) bagai fenomena atau isu yang berhubungan dengan topik sains dib
ahas, seterusnya pelajar melaksanakan langkah ide baru. Pelajar di
minta mencari dan memikirkan satu ide baru dari informasi yang s
udah ada, pada langkah ini pelajar memerlukan kemahiran dalam
menganalisis dan berpikir kritis.
3 Inovasi (Innovatio Langkah ini pelajar diminta untuk menguraikan hal-hal apa saja y
n) ang harus dilakukan agar ide yang telah dihasilkan pada langkah id
e baru sebelumnya dapat
diaplikasikan.
4 Kreasi (creativit Langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan h
y). asil diskusi mengenai ide yang ingin diaplikasikannya.
5 Nilai Langkah terakhir yang harus dijalankan oleh pelajar dan yang dim
(society). aksud disini adalah nilai yang dimiliki oleh ide yang dihasilkan pel
ajar bagi kehidupan sosial sebenarnya.

c. Kelebihan pembelajaran STEM

Menurut Simatupang, Halim (2019:36) Pembelajaran STEM pendidikan m

emiliki beberapa kelebihan berdasarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:

1) Menumbuhkan pemahaman tentang hubungan antara prinsip, konsep, dan


keterampilan domain disiplin tertentu.
2) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memicu imajinasi kreatif
mereka dan berpikir kritis.
3) Membantu siswa untuk memahami dan mengalami proses penyelidikan
ilmiah.
4) Mendorong kolaborasi pemecahan masalah dan saling ketergantungan
dalam kerja kelompok.
5) Memperluas pengetahuan siswa diantaranya pengetahuan matematika dan
ilmiah.
6) Membangun pengetahuan aktif dan ingatan melalui pembelajaran mandiri.
7) Memupuk hubungan antara berpikir, melakukan, dan belajar.
8) Meningkatkan minat siswa, partisipasi, dan meningkatkan kehadiran.
9) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan
mereka.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STEM peserta didik dituntut untu

k berperan aktif, kreatif dalam proses pembelajaran, dan dapat menyelesaikan suat

u permasalahan yang terjadi di dunia nyata.


PAGE \* MERGEFORMAT 42

3. Berpikir Kritis

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi seseorang yang mengakibatkan penemu

an terarah untuk suatu tujuan. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan berp

ikir peserta didik dapat dikembangkan dengan memperbanyak pengetahuan yang

bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Pernyataan tersebut sejalan den

gan yang dikemukakan oleh Tyler (Sarfa W. 2021:74) mengenai pengalaman atau

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempero

leh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah, sehingga kemampuan

berpikir dapat dikembangkan dengan baik.

Menurut Maulana (2017:21) Berpikir kritis adalah aspek yang dapat

membantu dalam memecahkan masalah agar setiap individu dapat bersaing

dengan sehat dan adil serta mampu dalam menciptakan kerja sama yang baik

dengan individu lain. Berpikir kritis juga membutuhkan penalaran logis dan

kemampuan untuk memisahkan fakta dan opini, memeriksa informasi dan bukti

sebelum menerima atau menolak ide-ide sehubungan dengan masalah yang akan

diselesaikan. Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dapat dilihat dari proses

pembelajaran berlangsung yang memicu keaktifan peserta didik sehingga bisa

dalam menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat kesimpulan dalam

penyelesaian suatu permasalahan.

4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar

kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas


PAGE \* MERGEFORMAT 42

pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu

Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Prastowo, Andi 2015: 204).

Menurut Azmi, Nurul dkk (2018:65) LKPD merupakan salah satu sarana

untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga

akan terbentuk interaksi yang efektif antara pendidik dengan peserta didik dan

juga meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.

LKPD digunakan untuk membantu tumbuhnya kreativitas peserta didik agar

mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan sehingga peserta didik aktif dalam

pembelajaran.

Berdasarkan defenisi LKPD di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, memuat petunjuk

ataupun langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Kompetensi

Dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.

5. Hasil Belajar

Menurut Kunandar (2015:62) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kom

petensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang

dicapai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pernyat

aan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kompetensi yang

harus dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Kompetensi ini terca

pai apabila peserta didik telah mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Terdapat tiga ranah penilaian dari hasil belajar peserta didik menurut

Sudjana (2014:22) yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.


PAGE \* MERGEFORMAT 42

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif merupakan penilaian peserta didik terhadap hasil belajar

intelektual di kelas. Penilaian ini mengandung enam aspek menurut Sudjana

(2014:22) pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada

ranah kognitif, peserta didik dinilai dari cara berpikir dan mengingat untuk dapat

memecahkan suatu masalah yang sedang mereka hadapi saat ini. Pada ranah

kognitif menggunakan tes yaitu essay.

b. Ranah afektif

Ranah afektif merupakan berkenaan dengan sikap dan perilaku peserta

didik yang dikembangkan dengan melalui pembiasaan dalam pembelajaran.

Menurut Sudjana (2014:25) tujuan dari ranah afektif adalah menilai peserta didik

dengan melihat hubungan perasaan, emosi, dan sikap peserta didik terhadap

sesuatu permasalahan. Adapun indikator penilaian dari ranah afektif adalah

reciving (penerimaan), responding (jawaban), valuing (penilaian), organization

(organisasi) dan pembentukan pola hidup

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor merupakan penilaian peserta didik terhadap

keterampilan dan kemampuan diri dalam bertindak. Ranah ini akan melibatkan

peserta didik mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki dari pengetahuan

sebelumnya ke dalam objek tertentu seperti pada kegiatan praktikum di ruangan

laboratorium. Penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan salah satunya dengan

cara skala penilaian (rating scale).

Tabel 3. Penilaian Ranah Psikomotor Dalam Pembelajaran


Aspek yang Penilaian
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Dinilai 1 2 3
(Kurang) (Cukup) (Baik)
Merangkai Rangkaian alat
Rangkaian alat benar, Rangkaian alat
alat tidak benar tetapi tidak rapi benar dan rapi
Pengamatan Pengamatan tidakPengamatan cermat, Pengamatan cermat
cermat tetapi kurang sesuai sesuai dengan
dengan prosedur prosedur
Data yang Data tidak Data lengkap, tetapi Data lengkap, dan
diperoleh lengkap ada yang salah tulis ditulis dengan benar
Kesimpulan Tidak benar atau Sebagian kesimpulan Semua benar dan
tidak sesuai ada yang salah atau sesuai dengan
tujuan tidak sesuai tujuan tujuan
Sumber: Majid (2014:202)

Dari uraian Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terbagi

atas tiga ranah penilaian yaitu ranah kognitif yang merupakan penilaian terhadap

kemampuan pengetahuan , pemahaman, analisis, dan evaluasi peserta didik, ranah

afektif penilaian terhadap penerimaan, jawaban, penilaian, dan organisasi peserta

didik, dan ranah psikomotorik merupakan penilaian keterampilan yang dimiliki

peserta meliputi merangkai alat, pengamatan, data yang diperoleh dan menarik

kesimpulan.

6. Pembagian Kelompok

Pengelompokkan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunnya yaitu adanya

pembentukan kelompok secara heterogen. Pembentukan kelompok secara

heterogen pada penelitian ini dilihat dari kemampuan akademik peserta didik yang

terdiri dari peserta didik kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini

dikarenakan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar

dan saling mendukung. Selanjutnya kelompok heterogen juga meningkatkan relasi

dan interaksi antar anggotanya. Menurut (Lie, 2010: 42) Langkah-langkah


PAGE \* MERGEFORMAT 42

pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik disajikan pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4. Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan Akademik


Langkah I Langkah II Langkah III
Mengurutkan peserta Membentuk kelompok Membentuk
didik berdasarkan pertama kelompok selanjutnya
kemampuan
akademik

1. Ani 1. Ani 1. Ani


2. David 2. David 2. David
3. 3. 3.
4. 4. 4.
5. 5. Citra Ani 5. Yusuf David
PAGE \* MERGEFORMAT 42

6. 6. 6.
7. 7. I 7. II
8. 8. 8. Slamet Basuki
9. 9. Dian Rini 9.
10. 10. 10.
11. Yusuf 11. Yusuf 11. Yusuf
12. Citra 12. Citra 12. Citra
13. Rini 13. Rini 13. Rini
14. Basuki 14. Basuki 14. Basuki
15. 15. 15.
16. 16. 16.
17. 17. 17.
18. 18. 18.
19. 19. 19.
20. 20. 20.
21. 21. 21.
22. 22. 22.
23. 23. 23.
24. Slamet 24. Slamet 24. Slamet
25. Dian 25. Dian 25. Dian

Sumber: Dimodifikasi dari Lie (2010:42)

Berdasarkan Tabel 4 dijelaskan bahwa peserta didik diurutkan dari yang

berkemampuan rendah sampai yang berkemampuan tinggi. Pembentukan

kelompok I dilakukan dengan cara mengambil peserta didik nomor 1

(berkemampuan rendah), peserta didik nomor 25 (berkemampuan tinggi), peserta

didik nomor 12 dan 13 (berkemampuan sedang). Kemudian pada kelompok II

dilakukan dengan menempatkan peserta didik dari nomor 2, nomor 24, nomor 11

dan nomor 14, sedangkan kelompok selanjutnya dilakukan dengan proses yang

sama dengan mengambil peserta didik dari urutan berkemampuan rendah,

berkemampuan sedang, dan berkemampuan tinggi berikutnya.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian relevan yang terkait dengan pembelajaran STEM

adalah penelitian Ritonga Soleh dan Zulkarnaini (2021) dengan judul “Penerapan

Pendekatan STEM untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta


PAGE \* MERGEFORMAT 42

Didik” Hasil penelitiannya adalah pembelajaran STEM dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi pencemaran lingkungan. Sel

anjutnya penelitian dilakukan oleh Laili Rahmawati (2022) dengan judul

“Implementasi STEM Dalam Mengingkatkan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis”. Hasil penelitiannya adalah pendekatan STEM memberikan pengaruh

yang positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelu

mnya adalah penelitian yang dilakukan Ritonga Soleh dan Zulkarnaini (2021) dan

Laili Rahmawati (2022) yaitu perbedaan materi, media pembelajaran, dan bahan

ajar. Materi yang akan digunakan adalah gelombang cahaya, menggunakan power

point yang ditampilkan melalui proyektor sebagai media pembelajaran, dan

menggunakan LKPD sebagai bahan ajar.

C. Kerangka Konseptual

Dalam proses pembelajaran peserta didik masih kurang aktif, inovatif, dan

kreatif. Hal ini dikarenakan penggunaan pendekatan dan media pembelajaran

belum bervariasi sehingga peserta didik kurang antusias dalam belajar. Maka dari

itu perlu diterapkan sebuah pendekatan dan media pembelajaran pada abad 21

yang bisa menarik perhatian dan bisa meningkatkan motivasi peserta didik untuk

belajar. Dengan demikian minat belajar peserta didik meningkat sehingga

mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Proses pembelajaran kurang termotivasi dan kurang aktif akan


menyebabkan peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran
fisika sehingga dibutuhkan pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Peserta didik Pendidik

Proses Pembelajaran

Menggunakan pembelajaran Menggunakan pembelajaran


STEM PBL

Eksperimen Kontrol

Hasil Belajar

Gambar 1. Kerangka konseptual

Terlihat pada Gambar 1 Kerangka konseptual peneliti yaitu proses

pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas yang berbeda. Pada kelas eksperimen

menggunakan pembelajaran STEM sedangkan pada kelas kontrol menggunakan

pembelajaran PBL. Setelah itu peneliti dapat melihat kemampuan berpikir kritis

fisika yang diperoleh oleh kedua kelas tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil kerangkan berpikir, maka usulan penelitian yang telah d

ilakukan adalah terdapat pengaruh pembelajaran STEM terhadap berpikir kritis pe

serta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2023/2

024. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu kelas XI MIPA SMAN 1 Tigo Nagar

i yang terletak di Jl. Lintas Padang Sawah-Kumpulan Km.4 Kec Tigo Nagari Kab.

Pasaman. Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih 3 minggu pada materi

gelombang cahaya.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jen

is penelitian yang akan dilakukan merupakan Quasi Eksperimental. Menurut

Sugiyono (2013:77) dalam desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dipilih secara random. Dalam desain ini kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dibandingkan. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan sedangkan kelas

kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Rancangan skema Poss-test only grup desig

n yang terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Desain Penelitian


Kelas Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber : Sugiyono (2017:502)
Keterangan:
X : Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran STEM
O : Tes Akhir yang berikan kepada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan Tabel 5, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dimana pada kelas

19
PAGE \* MERGEFORMAT 42

eksperimen dan kelas kontrol diberikan posstest. Kelas eksperimen menggunakan

pembelajaran STEM sedangkan kelas kontrol menggunakan PBL.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 95) menyatakan variabel adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja atau objek ataupun sifat dari orang yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditari

k kesimpulannya. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat,

adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran STEM adalah pendekatan yang digunakan pada abad 21. Pemb

elajaran STEM merupakan pendekatan pembelajaran indispliner yang meneka

nkan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan ilmiah Science, Technolo

gy, Engineering, dan Mathematics (STEM) untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan pengetahuan yang terjadi di lingkungan sekitar. Dalam

penelitian ini Pembelajaran STEM merupakan variable bebas.

2. Berpikir Kritis merupakan aspek yang dapat membantu dalam memecahkan

masalah agar setiap individu dapat bersaing dengan sehat dan adil serta mamp

u dalam menciptakan kerja sama yang baik dengan individu lain. Berpikir

kritis merupakan variabel terikat. Hasil belajar peserta didik yang diambil dari

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono 2014:61). Dalam pe


PAGE \* MERGEFORMAT 42

nelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri

1 Tigo Nagari Tahun Ajaran 2023/2024.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014:62) sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil menggunakan teknik

sampel. Menurut Sugiyono (2017:121) Teknik Sampling adalah teknik

pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

Cluster Random Sampling yang dimana teknik pengambilan sampel diambil

secara acak dari suatu populasi atau kelompok yang akan diteliti atau sumber data

yang luas.

Sesuai masalah yang diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ada beberapa langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampe

l yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai UH semester genap kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari

2023/2024.

b. Melakukan uji nornalitas dengan tujuan untuk melihat apakah sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidaknya. Menurut Sudjana

(dalam Nuryadi dkk 2017:81) uji normalitas data digunakan dengan menggun

akan uji liliefors ( L0 ) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Diawali den

gan penentuan taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5% (0,05) dengan

hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


H 1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Dengan kriteria pengujian adalah Jika Lhitung< Ltabel terima H 0

Jika Lhitung > Ltabel tolak H 1

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah :

1. Data pengamatan X 1 , X 2 , X 3 ,...... X n dijadikan bilangan baku Z1 , Z 2 , Z 3 ,...... Z n

xi −x
dengan menggunakan rumus (dengan x dan masing s masing-masing meru
s

pakan rata-rata dan simpangan baku) .

2. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal b

aku, kemudian dihitung peluang F ( z i ) =P ( z < z i ).

3. Selanjutnya dihitung bilangan baku Z1 , Z 2 , Z 3 ,...... Z n yang lebih kecil atau sam

a dengan z i . Maka rumus yang digunakan adalah:

banyaknya Z 1 , Z 2 , ...... Z n yang ≤ z i


S ( z i )=
n

4. Hitung selisih F ( z i )– S ( z i ) , kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, mi

sal harga tersebut ( L0 ) .

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol ( H 0), dilakukan dengan cara

Membandigkan ( L0 ) ini dengan nilai kritis Lhitungyang terdapat dalam tabel untuk t

araf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah jika ( L0 ) <¿ ( Lt ) maka H 0 diterima, H 1di

tolak. Jika L0 >¿ Ltabel maka H 1 diterima, H 0 ditolak.

c. Melakukan uji homogenitas

Selanjutnya menggunakan uji homogenitas dengan tujuan untuk menunjuk

kan bahwa dua atau lebih kelompok sampel data diambil dari populasi yang memi
PAGE \* MERGEFORMAT 42

liki varians yang sama. Pengujian ini dilakukan dengan uji F. Hipotesis yang digu

nakan adalah:
2 2
H 0 :S 1 =S2 : Populasi homogen
2 2
H 0 :S 1 ≠ S2 : Populasi tidak homogen

Dalam Sudjana (2005:49) menyebutkan untuk menghitung harga F diguna


kan rumus:
2
Sb
F= 2
Sk
Keterangan:
F : Varians dua kelompok
2
Sb : Varians terbesar
2
Sk : Varians terbesar

Kriteria pengujiannya adalah tolak H 0 jika f≥ f ( a ¿ n1−1 ,n 2−1 )dan H 0 diteri

ma jika F hitung < F tabel .

Menurut Sudjana (2005:261) uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji

barlet. Uji barlet bertujuan untuk menguji homogenitas suatu data. Pada uji ini

digunakan untuk melihat melihat kesamaan antara dua atau lebih varian. Langkah-

langkah uji homogenitas menggunakan uji barlet yaitu sebagai berikut:

1) Menghitung derajat kebebasan (dk = n-1) masing-masing kelompok

2) Menghitung varians (s) masing-masing kelompok

3) Menghitung besarnya log S2 untuk masing-masing kelompok

4) Menghitung besarnya dk. Log S2 untuk masing-masing kelompok

5) Menghitung nilai varians gabungan semua kelompok dengan rumus sebagai

berikut:

2 (∑ ( ni−1 ) Si2 )
S =
∑ ( ni −1 )
gab

Keterangan:
PAGE \* MERGEFORMAT 42

2
S gab = Varians gabungan
dk = Derajat kebebasan

6) Menghitung nilai B (nilai Bartlett) dengan rumus sebagai berikut:

B = ( ∑ log S )∑ ( ni−1 )
2
gab

7) Menghitung nilai χ 2dengan rumusan sebagai berikut :

χ 2= ( ln 10 ) [ B−∑ ( n i−1 ) log s i2 ]


Keterangan:
2
Si = Varians tiap kelompok data
B = Nilai Barlett

8) Setelah nilai Chi-Kuadrat hitung diperoleh, maka nilai Chi-Kuadrat tersebut

dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel. Kriteria Homogen ditentukan jika

Chi-Kuadrat hitung < Chi-Kuadrat tabel.

Hipotesis pengujian:

H 0 : σ 12 =σ 22=σ 32=.....=σ n2
H a : paling sedikit salah satu tanda tidak sama

Kriteria Pengujiannya Jika χ 2hitung ≥ χ 2tabel (1-α; n-1), maka tolak H 0 Jika

2
χ hitung < χ 2tabel (1-α; db=n-1), maka terima H 0.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:178) menyatakan bahwa Instrumen Penelitian

adalah suatu alat ukur untuk melakukan pengukuran terhadap fenomena alam

ataupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian merupakan alat untuk memper
PAGE \* MERGEFORMAT 42

oleh data dalam rangka memecahkan permasalahan dalam penelitian. Pada peneli

tian ini instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Instrumen yang akan digunakan untuk melihat hasil belajar peserta didik

pada aspek kognitif adalah dengan menggunakan tes berbentuk essay. Tes ini di

lakukan diakhir pertemuan atau diakhir materi pelajaran. Setelah selesai melak

ukan tes maka dilakukan penskoran pada soal tes.

Untuk tes yang baik perlu dilaksanakan penyusunan tes dengan menggu

nakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyusun soal tes

Tes yang diberikan adalah tes tertulis berupa soal-soal essay yang dimana

soal tersebut diambil berdasarkan materi pokok bahasan yang sudah dipelajari. Te

s digunakan sebagai untuk melihat kemampuan hasil belajar peserta didik pada ma

teri gelombang cahaya dari pada materi sebelumnya. Dalam tes tersebut dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji

b) Membuat kisi-kisi yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi

c) Menyusun butir-butir soal yang menjadi bentuk tes akhir sesuai dengan kisi-kis

i soal.

d) Membuat kunci jawaban tes uji coba

e) Memvaliditas tes

Validitas tes adalah ketepatan tes. Suatu tes bisa dikatakan valid apabila te

s tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Arikunto (2016:64) sebua
PAGE \* MERGEFORMAT 42

h tes dikatakan memiliki validasi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang se

jajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang

diajarkan tertera dalam kurikulum yang digunakan disekolah tersebut dan menyes

uaikannya dengan materi yang sudah diajarkan.

2) Melakukan uji coba tes akhir

Hasil sebuah penelitian dipercaya apabila alat pengumpulan data yang dig

unakan sudah akurat dan sudah mempunyai validitas tes, tingkat kesukaran soal, d

aya pembeda soal, dan reabilitas tes. Maka soal tersebut perlu dilakukan uji coba t

erlebih dahulu disekolah yang memiliki kualifikasi dan kemampuan akademik yan

g bagus. Uji coba tes akan dilakukan di kelas XI MIPA SMAN 1 Kinali, Pasaman

Barat. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan memiliki KKM dan akreditas yang

sama.

3) Analisis Item

Setelah uji coba soal dilaksanakan kemudian dilakukan analisis item tes un

tuk melihat baik atau tidaknya suatu soal. Untuk menganalisis item perlu diperhati

kan langkah-langkah berikut:

a) Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran soal adalah untuk menentukan soal tersebut termasuk s

oal yang mudah, sedang atau sukar. Menurut Arikunto (2015:222) untuk mengide

ntifikasi soal yang baik, kurang baik dan buruk dilakukan uji tingkat kesukaran bu

tir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu suk

ar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan kemamp
PAGE \* MERGEFORMAT 42

uan pemecahan masalah dan soal yang sukar akan menyebabkan siswa tidak berse

mangat mengerjakannya dan siswa menjadi putus asa. Menurut Arifin (2012:148)

tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Mean
TK=
Skor maksimum

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal disajika

n pada tabel berikut:

Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kesukaran


Tingkat Kesukaran Kriteria
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: Arifin (2012:148)

Berdasarkan Tabel 6 kriteria pada tabel dapat disimpulkan bahwa soal

yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, soal-soal sedang adalah soal-soal

yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70.

b) Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu untuk membedakan antara

peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah.

Menurut Arifin (2012:146) untuk menentukan daya beda soal dapat digunakan

rumus berikut ini:

X a− X b
DP=
s

Keterangan
DP = Daya Pembeda
X a = Rata-rata kelompok atas
X b = Rata -rata kelompok bawah
s = Skor maksimum
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal disajikan p

ada tabel berikut:

Tabel 7. Kriteria Daya Pembeda


Daya pembeda item Keterangan
0,00-0,19 Kurang Baik
0,20-0,29 Cukup
0,30-0,39 Baik
0,40-1,00 Sangat Baik
Sumber: Arifin (2012:146)

Berdasarkan Tabel 7 memperlihatkan bahwa daya pembeda soal yang

terdapat empat kriteria yaitu kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik.

Menurut Arifin (2012:146) Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dalam

bentuk porposi. Semakin tinggi proposi itu, maka semakin baik soal tersebut yang

membedakan peserta didik yang pandai dan peserta didik kurang pandai.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menggunakan daya pembeda soal

dengan kriteria daya pembeda baik yaitu 0,30 sampai 0,40 ke atas.

c) Reliabilitas tes

Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan pada subjek

yang sama. Menurut Arikunto (2013:239) untuk menentukan reliabilitas tes digun

akan rumus Alpha dibawah ini yaitu sebagai berikut:


2
( ∑ x i)
)(1− ∑ σb
)
2

( n−1
n ∑ xi −
2
r 11 = 2 , dimana 2 N
σt σt =
N

Keterangan :
PAGE \* MERGEFORMAT 42

r 11 : Reliabilitas soal.
N : Jumlah banyaknya
∑ σ b2 : Jumlah variansi tiap-tiap soal.
2
σt : Jumlah variansi
(∑ x i )
2
: Jumlah skor tiap-tiap butir soal.
N : Jumlah pengikut tes

Interpretasi yang digunakan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8. Interpretasi
Nilai Interpretasi
0,00-0,20 Sangat Lemah
0,21 – 0,40 Lemah
0,41-0,60 Cukup
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Arikunto (2014:228)

Arikunto (2014:228) menyatakan bahwa apabila harga r 11ini dikonsultasik

an dengan tabel product moment, dan diketahui bahwa lebih kecil dari harga r t . M

aka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut cukup. Jadi dapat disimpulkan b

ahwa suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila didapat r 11 ≥ r t .

b. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku atau aktivitas peserta didik selama

proses pembelajaran. Penilaian afektif memiliki karakteristik yang berbeda denga

n penilaian kognitif sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Rana

h afektif yang diamati berupa aktivitas peserta didik selama proses kegiatan pemb

elajaran berlangsung. Aktivitas belajar adalah keterlibatan peserta didik dalam me

mbentuk sikap, pikiran, perhatian, dan kegiatan pembelajaran guna untuk menunja

ng keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat kegiatan terseb

ut (Supinah, 2013:8). Aktivitas yang telah diamati pada penelitian ini diantaranya

dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.


PAGE \* MERGEFORMAT 42

Tabel 9. Aktivitas Peserta Didik Yang Diamati


No Aktivitas Peserta Didik Indikator Ya (P) Tidak
(P)
1 Reciving Peserta didik mendengarkan selama
(Penerima) proses diskusi berlangsung
2 Responding (Jawaban) Peserta didik akan terlihat menjawab
pertanyaan yang diberikan pendidik
atau kelompok lain.
3 Valuing Peserta didik menghargai pendapat
(Penilaian) teman lain pada saat proses tanya
jawab
4 Organization Peserta didik berpartisipasi dalam
( Organisasi) diskusi kelompok
Sumber : Dimodifikasi dari (Sudjana, 2010:29)

Berdasarkan Tabel 9 diatas terlihat bahwa aktivitas peserta didik yang aka

n diamati pada penelitian ini adalah receiving, responding, valuing dan organi

zation. Dari aktivitas tersebut diberi tanda (P) pada kolom Ya atau Tidak.

c. Ranah Psikomotorik

Penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan penilaian kinerja

peserta didik selama praktikum/percobaan dengan rating scale. Kinerja peserta

didik yang diamati beserta rubrik tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Kinerja Peserta Didik Yang Diamati Dengan Rating Scale Beserta
Rubrik
No Aspek yang Dinilai Skor Penilaian Jumlah Skor
1 2 3
1 Merangkai Alat
2 Pengamatan
3 Data yang Diperoleh
4 Kesimpulan
Skor Total

Tabel 11. Rubrik Penilaian Kerja


Aspek yang Dinilai Skor Penilaian
1 2 3
Merangkai alat Rangkaian alat Rangkaian alat benar, Rangkaian alat
tidak benar tetapi tidak rapi benar dan rapi
Pengamatan Pengamatan tidak Pengamatan cermat, Pengamatan
cermat tetapi kurang sesuai cermat dan
PAGE \* MERGEFORMAT 42

dengan prosedur sesuai dengan


prosedur
Data yang diperoleh Data tidak lengkap Data lengkap, tetapi Data lengkap,
ada yang salah tulis dan ditulis
dengan benar
Kesimpulan Tidak benar atau Sebagian kesimpulan Semua benar
tidak sesuai dengan ada yang salah atau dan sesuai
tujuan tidak sesuai tujuan dengan tujuan
Sumber : Majid (2014: 202)

skor perolehan
Nilai praktikum = x 100
skor maksimum

Pada Tabel diatas memperlihatkan bahwa kegiatan keterampilan peserta

didik dinilai empat aspek. Aspek tersebut dapat ditandai dengan () pada kolom

1, 2, dan 3 sesuai dengan pengamatan yang dilihat berdasarkan rubrik penilaian

yang telah ditentukan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun pros

edur penelitian yang sistematis. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yait

u tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

a. Tahap persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian disiapkan segala sesuatu berhubungan p

elaksanaan yaitu sebagai berikut:

1) Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Tigo Nag

ari dan mempersiapkan surat izin penelitian.

2) Peneliti menyusun jadwal penelitian

3) Peneliti menyusun kisi-kisi, membuat soal, kunci jawaban tes akhir, RPP,

power point, dan bahan ajar yaitu LKPD

4) Peneliti menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
PAGE \* MERGEFORMAT 42

5) Mempersiapkan materi pembelajaran berpatokan ke RPP

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas ekperi

men dan kelas kontrol. Tahapan pelaksanaan pada kelas kedua tersebut yaitu adan

ya kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup berikut penjelasanny

a:

Tabel 12. Tahapan Pembelajaran Pada Kelas Sampel


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kegiatan Pendahuluan
1. Pendidik mengkondisikan semua 1. Pendidik mengkondisikan semua
peserta didik untuk memulai peserta didik untuk memulai
pembelajaran dengan berdoa. pembelajaran dengan berdoa.
2. Pendidik mengambil absen peserta 2. Pendidik mengambil absen peserta
didik. didik.
3. Pendidik memberikan apersepsi ke 3. Pendidik memberikan apersepsi ke
pada peserta didik tentang pembela pada peserta didik tentang pembela
jaran. jaran.
4. Pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5. Pendidik memberi motivasi kepada
peserta didik.
Kegiatan Inti
Tahap 1. Pengamatan (Observe) Tahap 1. Orientasi
1. Pendidik menampilkan PPT 1. Pendidik menjelaskan tujuan
dengan menggunakan proyektor pembelajaran dan memotivasi peserta
didik untuk aktif memecahkan
yang berhubungan dengan materi permasalahan.
yang akan dipelajari. 2. Pendidik menampilkan PPT menggunakan
2. Didalam PPT teradapat gambar proyektor mengenai materi yang akan
atau fenomena yang perlihatkan dipelajari.
pendidik. 3. Pendidik membagikan buku paket guna
3. Peserta didik dimotivasi untuk mel untuk melihat materi pembelajaran dan
akukan pengamatan terhadap berba tugas kelompok yang berupa latihan soal.
Tahap 2. Organisasikan
gai gambar atau fenomena tersebut
1. Peserta didik duduk berkelompok sesuai
secara individu. dengan yang sudah ditentukan oleh
4. Pendidik menguatkan jawaban pendidik.
peserta didik terkait masalah 2. Kemudian pendidik menyebutkan latihan
PAGE \* MERGEFORMAT 42

tersebut. yang akan dikerjakan secara berkelompok.


Tahap 3. Membimbing penyelidikan
Ilmiah kelompok
Peserta didik duduk berkelompok
1. Peserta didik mencari informasi mengenai
sesuai yang telah dibagi sebelumnya. permasalahan atau jawaban dari tugas
Tahap 2. Ide baru ( New Idea) kelompok.
1. Pendidik memberikan kesempatan 2. Pendidik membimbing peserta didik
pada peserta didik untuk dalam mengerjakan tugas kelompok.
mengidentifikasi sebanyak Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan
mungkin pertanyaan yang hasil karya
berkaitan dengan materi dan akan 1. Pendidik menyuruh setiap kelompok
dijawab melalui kegiatan menampilkan hasil tugas kelompoknya di
depan kelas.
kelompok.
2. Kemudian kelompok yang lain
2. Setelah peserta didik berkelompok, mendengarkan penjelasan dari kelompok
pendidik membagikan LKPD. tampil dengan baik.
LKPD yang diberikan berisi materi 3. Pendidik memberikan kesempatan kepada
pembelajaran dan petunjuk ataupun kelompok lain untuk bertanya jika tidak
langkah-langkah dalam pengerjaan mengerti atas penyampaian hasil tugas
praktikum. kelompok yang tampil.
Tahap 5. Menganalisis dan evaluasi
3. Kemudian peserta didik akan
1. Setelah selesai penampilan kelompok,
melakukan pengamatan dan pendidik menguatkan jawaban dari
memikirkan bagaimana cara kelompok yang tampil.
merancang praktikum sesuai 2. Kemudian pendidik meminta setiap
dengan petunjuk dari LKPD. kelompok mengumpulkan hasil tugas
4. Pada kegiatan praktikum, peserta kelompoknya.
didik menggunakan alat-alat 3. Pendidik memberikan hadiah kepada
praktikum dimana alat-alat tersebut setiap kelompok yang tampil.
sudah diletakkan oleh pendidik di
atas meja masing-masing
kelompok.
Tahap 3. Inovasi (Innovation)
1. Setelah peserta didik melakukan
kajian literatur terhadap materi
yang disajikan dan LKPD, peserta
didik merancang penyelidikan
mengenai praktikum yang akan
dilakukan dan mempraktekkan
langkah-langkah kerja yang
terdapat di dalam LKPD.
2. Peserta didik merancang praktikum
sesuai dengan yang telah
dipikirkan peserta didik mengenai
bagaimana merancang praktikum
tersebut. Dalam langkah ini tiap-
tiap kelompok berdiskusi dengan
masing-masing anggota untuk
mengatur strategi dan merancang
PAGE \* MERGEFORMAT 42

praktikum yang dilakukan.

Tahap 4. Kreasi (Creativity)


1. Peserta didik mengamati peristiwa
yang terjadi setelah merancang
alat-alat praktikum.
2. Peserta didik menyelidiki kenapa
terjadi peristiwa tersebut.
3. Pendidik menjelaskan bagaimana
peristiwa itu bisa terjadi.
4. Setelah itu peserta didik mengolah
data yang didapatkan dari hasil
percobaan tersebut.
Tahap 5. Nilai (Society)
1. Pendidik menyuruh setiap
kelompok menampilkan hasil kerja
kelompok di depan kelas. Pada saat
kelompok tampil, kelompok lain
diperbolehkan bertanya ataupun
memberi masukan.
2. Pendidik akan menguatkan
jawaban dari peserta didik.
3. Setelah selesai presentasi
kelompok, pendidik meminta
setiap kelompok untuk
mengumpulkan hasil kerja
kelompoknya.
4. Pendidik mengevaluasi hasil kerja
kelompok serta memberi nilai.
5. Pendidik memberikan hadiah
kepada kelompok yang tampil.
Kegiatan Penutup
1. Pendidik meminta peserta didik 1. Pendidik bersama peserta didik
untuk menyimpulkan kegiatan menyimpulkan kegiatan
praktikum yang telah dilaksanakan pembelajaran.
dengan mengaitkannya dalam 2. Pendidik menyampaikan materi
kehidupan sehari-hari. dipertemuan berikutnya.
2. Pendidik memberikan penguatan 3. Pendidik memberi salam penutup
kesimpulan materi pembelajaran.
3. Pendidik menyampaikan materi
selanjutnya.
4. Pendidik memberi salam penutup

c. Tahap Akhir
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Langkah-langkah tahap penyelesaian ini sebagai berikut:

1) Mengadakan tes akhir (posttest) pada kedua kelas dengan tujuan untuk menge

tahui kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat. Kemudian dilakuka

n analisis pada hasil tes pada kedua kelas tersebut.

2) Mengolah data hasil posttest peserta didik pada kedua kelas yaitu kelas eksper

imen dan kelas kontrol.

3) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh melalui analisis da

ta dan selanjutnya menyusun laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang di ajukan dal

am penelitian diterima atau ditolak. Data yang sudah dianalis mencakup ranah kog

nitif dan afektif.

1. Penilaian Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif data yang telah dianalisis diperoleh dari posttes. Anali

sis tes untuk mengetahui apakah hasil posttes tersebut terdapat pengaruh kemamp

uan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil be

lajar peserta didik dari penskoran akhir dengan soal essay. Untuk mempermudah p

enskoran pada tes essay perlu adanya kunci jawaban. Penilaian kognitif pada pese

rta didik berupa tes essay dapat dihitung dengan rumus Suciati dan Astuti

(2019:194).

Jumlah bobot nilai yang benar


Nilai peserta didik = x 100
jumlah skor maksimal
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Uji hipote

sis dapat dilakukan jika data yang digunakan sudah dilakukan uji normalitas dan u

ji homogenitas terhadap kelas yang diteliti.

a. Uji Normalitas

Menurut Nuryadi dkk (2017: 80) uji normalitas digunakan untuk mengetah

ui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Hipotesis statistik y

ang digunakan:

H 0 : Sampel berdistribusi normal


H 1 : Sampel tidak berdistribusi normal

Uji yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan menentukan nilai tertinggi

dari F z −S Z yang hasilnya disebut dengan l 0. Kemudian dibandikan dengan kriteri

a pengujian adalah jika Lhitung< Ltabel H 0 terima dan jika Lhitung > Ltabel tolak H 0 dit

olak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih k

elompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Hal

itu juga dinyatakan oleh Widana & Muliani (2020:29), uji homogenitas digunaka

n untuk membuktikan apakah sebuah kelompok berasal dari varians yang

sama. Adapun rumus yang digunakan, yaitu:


2
Sb
F= 2
Sk
Keterangan:
F :Varians dua kelompok
2
Sb : Varians terbesar
2
Sk : Varians terbesar
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Kriteria pengujiannya adalah tolak H 0 jika f≥ f ( a ¿ n1−1 ,n 2−1 )dan H 0 diteri

ma jika F hitung < F tabel .

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas, kedua kela

s sampel dinyatakan normal dan homogen sehingga untuk perhitungan uji hipotesi

s dilakukan dengan Uji-t. dengan kriteria :

H 0 : μ1=μ2
H 1 : μ 1 ≠ μ1

Keterangan:
μ1= rata-rata skor tes hasil belajar peserta didik kelas eksperimen
μ2= rata-rata skor tes hasil belajar peserta didik kelas kontrol.

Adapun persamaan yang digunakan menurut Sudjana, (2005:239) adalah

sebagai berikut:
X 1− X 2
t=
S
√ 1 1
+
n1 n2

Dengan S adalah:

( n1 −1 ) s 12 + ( n2−1 ) s 22
S2 =
n1+ n2−2

Keterangan :
X 1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
X 2 = nilai rata-rata kelas kontrol
S1 = standar deviasi kelas eksperimen
S2= standar deviasi kelas kontrol
S = standar deviasi gabungan
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah diterima H 1 jika t hitung > t tabel (1−α ) dengan

derajat kebebasan (dk) = (n1 +n 2−2), dalam hal lain H 0 ditolak.


PAGE \* MERGEFORMAT 42

2. Penilaian Ranah Afektif

Pada penilaian ranah afektif dilihat dari aktivitas peserta didik di kelas sela

ma proses pembelajaran. Apabila peserta melakukan aktivitas seperti yang ada pa

da indikator yang telah dibuat oleh pendidik, maka akan diberikan tanda ceklis

(P). Untuk aspek yang diamati, akan diberikan skor 1 jika teramati “ya” dan akan

diberi skor 0 jika teramati “tidak”. Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai

berikut:

Ya : Apabila peserta didik menunjukkan aktivitas sesuai aspek pengamatan.


Tidak : Apabila peserta didik tidak memunjukkan aktivitas sesuai aspek pengamat
an.

Untuk memperoleh nilai aktivitas peserta didik dengan nilai akhir meng

gunakan statistik sederhana menurut (Kunandar, 2015:130) yaitu :

skor perolehan
Nilai siswa= x 100 %
skor maksimal

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada penel

itian ranah afektif tingkat keberhasilan aktivitas peserta didik dikatakan baik dan s

angat baik apabila nilai peserta didik 75 ke atas, jika diperoleh nilai 75 ke bawah t

ingkat keberhasilan peserta didik dikategorikan cukup atau kurang, karena kriteria

Ketuntasan Maksimal (KKM) 75. Adapun kriteria skor tes akhir yang diperoleh p

eserta didik dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini yaitu :

Tabel 13. Predikat Nilai dan Hasil Belajar


Nilai Predikat
90-100 Sangat baik
81 – 90 Baik
60-70 Cukup
< 60 Sangat Kurang
Sumber : Kunandar ( 2014 : 129)
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan nilai akh

ir dari ranah afektif dilihat berdasarkan predikat akhir yang diperoleh. Apabila pe

serta didik aktif dalam proses pembelajaran maka perolehan nilai semakin tinggi,

sedangkan peserta didik yang kurang aktif juga mendapat nilai rendah.

3. Penilaian Ranah Psikomotorik

Penskoran pada ranah psikomotor sama dengan penskoran pada ranah

afektif. Untuk melihat penskoran ranah psikomotor dilihat dari tabel kinerja dan

rubrik penilaian peserta didik. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai peserta

didik.

skor yang diperoleh


Nilai Praktikum = x 100
skor maksimum

Adapun kriteria skor tes akhir yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pa

da Tabel di bawah ini yaitu :

Tabel 14. Kategori Penilaian Ranah Psikomotor


Nilai Predikat
90-100 Sangat baik
81 – 90 Baik
60-70 Cukup
< 60 Sangat Kurang
Sumber : Kunandar ( 2014 : 129)

Pada ranah psikomotorik terdapat 4 nilai yaitu sangat kurang, cukup, baik,

dan sangat baik. Adapun nilai psikomotor dalam penelitian ini yang dapat

diterima yaitu pada kategori cukup, baik, dan sedang.


PAGE \* MERGEFORMAT 42

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosidakarya.

Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka


Cipta
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(inovatif). Bandung.
Azmi, N dkk (2018). Analisis Kesesuaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Biologi Kelas X Yang Digunakan MAN Rantauprapat Kabupaten Lavuhan
Batu. Pelita Pendidikan, 6(2).

Eka, Cendy, E. dkk (2019). Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis
STEM Pada Pembelajaran Fisika. Jurnal Seminar Nasional Pendidikan
Fisika. 4(1). 2

Hanum, S. A. (2021). Analisis Pengaruh Bahan Ajar Fisika dan IPA Terpadu
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Penelitian dan Pembelajaran Fisika.7(2)
Jauhariyah, F. R., dkk. ( 2017) Science, Technology, Engineering and Mathe
matics Project Based Learning ( STEM-PjBL ) Pada Pembelajaran Sains.
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM, 2: 432–436.

Kunandar. (2015). Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada.


Laili, Rahmawati.(2022). Implementasi STEM Dalam Mengingkatkan Berpikir
Kritis dan Kreatif Matematis. Program Studi Pendidikan Matematika.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning, Jakarta: PT Grasindo.

Majid, Abdul. (2014). Penilaian Autentik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maulana. (2017). Konsep Dasar Matematika Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang:


UPI Sumedang Press.
Nuryadi, T. D. dkk (2017). Dasar-dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta:
Sibuku :Media
Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003.

Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:


Diva Press.
PAGE \* MERGEFORMAT 42

Ritonga Soleh dan Zulkarnaini (2021). Penerapan Pendekatan STEM untuk


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Guru
dan Pembelajaran. 4(1).

Safra W. (2021). Konsep Pengembangan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif


Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Jurnal Horizon Pendidikan. 16(2). 72-88.

Sariah binti Abd Jali (2016). Pelaksanaan STEM Dalam Pengajaran dan
Pembelajaran, Malaysia: Putrajaya

Simatupang, H.(2019) Handbook Best Practice Strategi Belajar, (Surabaya:CV


Pustaka Media Guru,h. 36-37

Suciati, R., & Astuti, Y. (2019). Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) Mahasiswa Calon Guru Biologi. Edusains, 8(2), 192–200.
https://doi.org/10.15408/es.v8i2.4059.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.


(2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Remaja Rosdakarya.

Sugiyono (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CVAlfabeta.

(2017). Metode Penelitian Manajemen Kuantitatif dan Kualitatif dan


R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sumaji. (2019). Implementasi Pendekatan STEM Dalam Pembelajaran Matem
atika. Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan
Matematika Fkip, Universitas Muria Kudus, 1, 7–15.

Supinah.(2013). Bagaimana Mengukur Aktivitas peserta didik Dalam


Pembelajaran. Jakarta: Widyaiswara PPPTK Matematika.

Syukri, Muhammad dkk (2013) “Pendidikan STEM dalam Enterpreneurial


Science Thinking Escit: Satu pekongsian dari UKM untuk Aceh”. Aceh
Delelopment International Conference. Vol 1.h 107.

Trianto. (2014). Model Pembelajan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Widana, I. W,. & Muliani, P.L,.(2020). Uji Persyaratan Analisis. Pontianak: Klik
Media.

Anda mungkin juga menyukai